Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

REALITAS KEPEMIMPINAN DI NEGARA MUSLIM

Di Susun Untuk Memenuhi Tugas : KEPEMIMPINAN ISLAM

Dosen Pengampu : MOH. MUNDZIR, S.E, M.A

Di Susun Oleh :

1. Siti Maulidia Latifa


2. Siti Nur Azizah

PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI (PIAUD)

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA (IAINU) TUBAN

2020-2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Misi utama seorang pemimpin yaitu melakukan perubahan. melakukan perubahan tidak
mudah. Hal ini terjadi karena masyarakat memiliki keinginan yang berlawanan arah. Pada satu sisi,
mereka menginginkan perubahan tetapi pada waktu bersamaan mereka juga ingin mempetahankan
tradisinya. Persoalan di seputar psikologis, sosiologis, budaya, dan bahkan politis mengakibatkan
seorang pemimpin mengalami kesulitan dalam melakukan perubahan.

Kesediaan berkorban bagi seorang pemimpin akan dilihat sebagai kesungguhannya dalam
berusaha meraih visi yang diinginkan. Kebanyakan orang akan mengikuti pemimpin yang teguh
pendirian, mementingkan orang banyak, dan sanggup menanggung resiko yang diakibatkan dari
keputusan yang diambilnya. Namun pada kenyataannya, pemimpin yang mampu menunjukkan kinerja
seperti itu ternyata tidak banyak jumlahnya. Banyak pemimpin yang keberhasilannya bukan diukur
dari seberapa jauh membuat perubahan, melainkan diukur dari seberapa banyak kesejahteraan yang
diperoleh dari posisinya sebagai pemimpin.

Alasan penulis mengangkat judul Realitas Kepemimpinan di negara muslim karena banyak
terjadi pemimpin di era modern ini belum memahami betul bagaimana realitas kepemimpinan dalam
islam yang telah diajarkan oleh Baginda Rasul Muhammad SAW untuk menjadi pemimpin (Amirul
Mukminin).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana realitas kepemimpinan korupsi di negara muslim ?
2. Bagaimana realitas kepemimpinan diktaktor di negara muslim ?
3. Bagaimana realitas kepemimpinan fasisme di negara muslim ?
4. Bagaimana realitas kepemimpinan lemah dihadapan negara-negara barat di negara muslim ?
5. Bagaimana realitas kepemimpinan visi dan misi tidak jelas di negara muslim ?

C. Tujuan
1. Mengetahui realitas kepemimpinan korupsi di negara muslim
2. Mengetahui realitas kepemimpinan diktaktor di negara muslim
3. Mengetahui realitas kepemimpinan fasisme di negara muslim
4. Mengetahui realitas kepemimpinan lemah dihadapan negara-negara barat di negara muslim
5. Mengetahui realitas kepemimpinan visi dan misi tidak jelas di negara muslim
D. Manfaat
1. Bagi Calon Pemimpin Agar dapat meneladani dan menerapkan jiwa kepemimpinan yang ada
pada diri Rasulullah SAW.
2. Bagi Siswa Agar dapat meneladani dan belajar untuk menjadi pemimpin yang ada pada diri
Rasulullah SAW.
3. Bagi Pengajar (Guru) Agar dapat memberikan sifat kepemimpinan terhadap murid untuk
menjadi pemimpin yang ada pada diri Rasulullah SAW.
4. Bagi Masyarakat Agar dapat meneladani dan memilih pemimpin yang memiliki sifat
kepemimpinan yang ada pada diri Rasulullah SAW.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Realitas Kepemimpinan Korupsi di Negara Muslim


Korupsi menjadi salah satu isu besar di negara-negara Muslim atau yang mayoritas
penduduknya Muslim. Meski Nabi Muhammad atau Islam melarang melakukan itu, namun
nyatanya di negara-negara Islam praktik korupsi masih banyak terjadi. Korupsi yang terjadi di
negara-negara Muslim terjadi dalam banyak praktik. Mulai dari penyuapan, pencucian uang,
mencuri uang rakyat, hingga meraih keuntungan lewat nepotisme, mencuri uang rakyat. Praktik-
praktik semacam itu kerapkali dilakukan para pejabat negara, partai politik, tokoh masyarakat,
pengusaha, dan bahkan juga masyarakat.
Berdasarkan data Indeks Persepsi Korupsi (CPI) yang dirilis Transparency International (TI)
tahun 2018, dari 180 negara yang disurvei, tidak ada satu negara Muslim yang masuk ke dalam
daftar 20 negara paling tidak korup atau paling bersih di dunia. Untuk diketahui, Transparency
International (TI) menghitung Indeks Persepsi Korupsi (IPK) secara metodologi dengan skala 0-
100. Angka 0 menunjukkan paling korup, sedangkan angka 100 paling bersih.  Uni Emirat Arab
(UEA) menjadi menjadi negara Muslim yang ‘paling bersih’ di antara negara-negara Muslim
lainnya. Ia menempati peringkat ke-23 di dunia dengan skor 70 poin dari 100. Sedangkan Denmark
menjadi negara ‘paling bersih’ di dunia dengan skor 88 poin.   Di bawahnya ada Brunei yang
menempati ranking ke-31 dengan skor 63 poin dan Qatar peringkat 33 dengan skor 62 poin.
Sementara Yordania berada di urutan 58 dengan skor 49. Secara berturut-turut, berikut daftar
ranking negara-negara Islam terkait dengan IPK: Malaysia peringkat 61 (poin 47), Turki 81 (poin
40), Mesir 105 (poin 35), Kosovo 93 (poin 37), Pakistan 117 (poin 33), Yaman 176 (poin 14), Irak
168 (poin 18), Sudan 172 (poin 16), Afghanistan 172 (poin 16), Suriah 178 (poin 13) dan Somalia
180 (poin 13). 
Menurut Transparency International Indonesia (TII), Indonesia menduduki peringkat ke-89
(dengan poin 38) dari seluruh negara di dunia dalam indeks persepsi korupsi. Berdasarkan beberapa
kajian dan studi, ada beberapa faktor yang menyebabkan praktik korupsi masif terjadi di suatu
negara. Di antaranya budaya politik yang feodal, tradisi pemberian hadiah kepada pejabat, serta
pengawasan yang lemah dan tidak efektif. Di samping itu, faktor individual juga menjadi faktor
utama terjadinya praktik korupsi.
Oleh karena itu, pemberantasan korupsi harus dilakukan secara individual (seperti
menanamkan karakter anti-korupsi sejak dini), struktural, dan kelembagaan.  

B. Realitas Kepemimpinan Diktaktor di Negara Muslim


Setelah keruntuhan Khilafah di Turki tahun 1924, umat Islam di seluruh dunia dipimpin oleh para
pemimpin diktator (al-mulk al-jabri). Rezim diktator ini merupakan fase sekaligus model keempat dari
sistem pemerintahan yang di-nubuwat-kan 14 abad lalu oleh Nabi saw. bakal memimpin umat. Beliau
bersabda:

‫ونَ ثُ َّم‬HH‫اج النُّبُ َّو ِة فَتَ ُكونُ َما شَا َء هَّللا ُ أَ ْن تَ ُك‬ِ َ‫تَ ُكونُ النُّبُ َّوةُ فِي ُك ْم َما شَا َء هَّللا ُ أَ ْن تَ ُكونَ ثُ َّم يَرْ فَ ُعهَا إِ َذا شَا َء أَ ْن يَرْ فَ َعهَا ثُ َّم تَ ُكونُ ِخاَل فَةٌ َعلَى ِم ْنه‬
ً‫ا َجب ِْريَّة‬HH‫ونُ ُم ْل ًك‬HH‫ا ثُ َّم تَ ُك‬HHَ‫ا َء أَ ْن يَرْ فَ َعه‬H‫ا إِ َذا َش‬HHَ‫ونَ ثُ َّم يَرْ فَ ُعه‬HH‫ضا فَيَ ُكونُ َما شَا َء هَّللا ُ أَ ْن يَ ُك‬
ًّ ‫ ثُ َّم تَ ُكونُ ُم ْل ًكا عَا‬H‫ إِ َذا شَا َء هَّللا ُ أَ ْن يَرْ فَ َعهَا‬H‫يَرْ فَ ُعهَا‬

ِ َ‫فَتَ ُكونُ َما شَا َء هَّللا ُ أَ ْن تَ ُكونَ ثُ َّم يَرْ فَ ُعهَا ِإ َذا شَا َء أَ ْن يَرْ فَ َعهَا ثُ َّم تَ ُكونُ ِخاَل فَةً َعلَى ِم ْنه‬
َ‫اج النُّبُ َّو ِة ثُ َّم َسكَت‬

“Ada masa Kenabian (Nubuwwah) di tengah-tengah kalian yang tetap ada atas kehendak Allah.
Lalu Allah mengangkat masa itu jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada masa
Khilafah yang menempuh jejak Kenabian yang tetap ada atas kehendak Allah. Lalu Allah
mengangkat masa itu jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada masa kekuasaan
yang menggigit yang tetap ada atas kehendak Allah. Lalu Allah mengangkat masa itu jika Dia
berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada masa kekuasaan diktator (mulk[an] jabariyah)
yang tetap ada atas kehendak Allah. Lalu Allah mengangkat masa itu jika Dia berkehendak
mengangkatnya. Selanjutnya akan ada kembali masa Khilafah yang menempuh jejak Kenabian.”
Setelah itu Nabi Saw. diam (HR Ahmad).

Menurut Syaikh Hisyam al-Badrani, pemimpin diktator (al-mulk al-jabriy) adalah pemimpin yang
menegakkan hukum-hukum kufur di negeri-negeri kaum Muslim. Ini jelas sekali didasarkan
pada dalalah (pengertian) nas-nas syariah mengenai definisi al-mulk al-jabriy.. (Hisyam al-
Badrani, An-Nizham as-Siyasi ba’da Hadm al-Khilafah, hlm. 38)

Lalu apa ciri-cirinya? Menurut banyak nas Hadis Nabi Saw., di antara ciri-ciri pemimpin diktator ini
adalah sebagai berikut :

Pertama, tidak mempunyai kapabilitas untuk memimpin masyarakat banyak. Pemimpin seperti
ini oleh Nabi Saw. disebut dengan ruwaybidhah. Pemimpin ruwaybidhah sangat berbahaya dan sangat
merusak bagi umat Islam maupun umat manusia pada umumnya. Pemimpin seperti ini dapat
menjungkirbalikkan segala nilai dan tatanan. Orang jujur dikatakan pembohong. Pembohong
dikatakan jujur. Pengkhianat dipercaya. Orang terpercaya malah dianggap pengkhianat. Rasul saw
bersabda:

ُ H‫ا األَ ِمينُ َويَ ْن ِط‬HHَ‫ونُ فِيه‬HH‫ائِنُ َويَ ُخ‬HH‫ا ْال َخ‬HHَ‫ؤتَ َمنُ فِيه‬Hْ َّ H‫ا ِذبُ َويُ َك‬HH‫ا ْال َك‬HHَ‫ق فِيه‬ ٌ ‫ات خَ َّداع‬
ٌ ‫اس َسن ََو‬ ْ
‫ا‬HHَ‫ق فِيه‬ ْ ‫ق َوي‬ُ ‫ا ِد‬H‫الص‬َّ ‫ا‬HHَ‫ذبُ فِيه‬H ُ ‫ص َّد‬
َ ُ‫َات ي‬ ِ َّ‫َسيَأتِي َعلَى الن‬
‫ ال َّر ُج ُل التَّافِهُ فِي أَ ْم ِر ْال َعا َّم ِة‬:‫ قَا َل‬.ُ‫ضة‬ َ ِ‫ضةُ ق‬
َ ِ‫ َو َما ال َّر َو ْيب‬:‫يل‬ َ ِ‫الرُّ َو ْيب‬.

”Akan datang pada manusia tahun-tahun yang penuh tipudaya. Pada tahun-tahun itu pendusta
dibenarkan, orang jujur didustakan; pengkhianat dipercaya, orang terpercaya dianggap pengkhianat.
Pada masa itu yang banyak berbicara adalah ruwaybidhah.” Ada yang bertanya, ”Apa itu
ruwaybidhah?” Rasul bersabda, ”Yaitu orang dungu yang berbicara tentang urusan orang banyak.”
(HR Ibnu Majah)

Kedua, tidak mengikuti petunjuk dan Sunnah Rasulullah Saw. Pada faktanya, saat ini yang
diikuti oleh pemimpin diktator bukanlah ajaran Islam (Sunnah Rasulullah Saw), melainkan sistem
demokrasi-sekuler yang merupakan ajaran dan “sunnah” kaum kafir penjajah (Yahudi dan Nasrani)
dari Barat. Kepemimpinan seperti ini disebut oleh Nabi Saw. dengan istilah imarat as-sufaha’
(kepemimpinan orang-orang bodoh). Orang yang mengikuti kepemimpinan orang-orang bodoh ini
kelak tidak akan diakui Nabi Saw. sebagai umatnya dan tidak akan menjumpai Nabi Saw. di telaganya
pada Hari Kiamat kelak. Rasul saw bersabda kepada Kaab bin ‘Ujrah:

َ ‫ أُ َم َرا ُء يَ ُكونُونَ بَ ْع ِدي اَل يَ ْقتَ ُدونَ بِهَ ْديِي َواَل يَ ْستَنُّونَ بِ ُسنَّتِي فَ َم ْن‬:‫ال‬
‫ص َّدقَهُ ْم بِ َك ِذبِ ِه ْم‬ َ َ‫ارةُ ال ُّسفَهَا ِء؟ ق‬ َ ‫أَعَا َذكَ هَّللا ُ ِم ْن إِ َم‬
َ َ‫ ق‬.‫ار ِة ال ُّسفَهَا ِء‬
َ ‫ َو َما إِ َم‬:‫ال‬
‫كَ ِمنِّي‬HHِ‫ ِذبِ ِه ْم َولَ ْم ي ُِع ْنهُ ْم َعلَى ظُ ْل ِم ِه ْم فَأُولَئ‬H ‫ص ِّد ْقهُ ْم بِ َك‬
َ ُ‫ضي َو َم ْن لَ ْم ي‬ ُ ‫َوأَعَانَهُ ْم َعلَى ظُ ْل ِم ِه ْم فَأُولَئِكَ لَ ْيسُوا ِمنِّي َولَس‬
َّ َ‫ْت ِم ْنهُ ْم َواَل يَ ِردُوا َعل‬
ِ ْ‫ي َحو‬
‫ض‬ َّ َ‫َوأَنَا ِم ْنهُ ْم َو َسيَ ِردُوا َعل‬
ِ ْ‫ي َحو‬

“Kaab bin ‘Ujrah, semoga Allah melindungi kamu dari imarat as-sufaha’ (kepemimpinan orang-
orang bodoh).” Kaab bin ‘Ujrah bertanya, ”Apa itu imarat as-sufaha’, wahai Rasulullah saw.?”
Beliau menjawab, ”Yaitu para pemimpin yang akan datang setelah aku. Mereka itu tidak mengikuti
petunjukku dan tidak menjalankan Sunnahku. Siapa saja yang membenarkan perkataan mereka dan
membantu kezaliman mereka, maka dia tidak termasuk golonganku dan aku pun bukan termasuk
golongannya; dia juga tidak akan mendatangi aku di telagaku (pada Hari Kiamat kelak). Namun,
siapa saja yang tidak membenarkan kebohongan mereka dan tidak membantu kezaliman mereka,
maka dia termasuk golonganku dan aku pun termasuk golongannya; dia juga akan mendatangi aku di
telagaku (pada Hari Kiamat kelak).” (HR Ahma

Ketiga, bertindak kejam dan biadab. Dia tidak segan memenjarakan, menyiksa bahkan
membunuh rakyatnya sendiri jika tidak mau tunduk kepada dirinya. Pemimpin seperti ini, dalam
sebagian atsar dari para Sahabat, disebut dengan imarat ash-shibyan alias kepemimpinan anak-anak,
yakni kepemimpinan orang-orang yang belum sempurna akalnya sebagaimana halnya anak-anak. Abu
Hurairah ra berkata:

‫م‬Hْ ُ‫ض َربُوا أَ ْعنَاقَه‬ َ َّ‫إن أَطَاعُوهُ ْم أَ ْد َخلُوهُ ْم الن‬


َ ‫ار َوإِ ْن َعصَوْ هُ ْم‬ ْ ‫ارةُ الصِّ ْبيَا ِن‬ ِ ‫َو ْي ٌل لِ ْل َع َر‬
َ ‫ب ِم ْن َش ٍّر قَ ْد ا ْقت ََر‬
َ ‫ إ َم‬:‫ب‬

”Celakalah orang Arab karena suatu kejahatan yang telah dekat, yaitu imarat ash-shibyan
(kepemimpinan anak-anak); yakni kepemimpinan yang jika rakyat menaati mereka, mereka akan
memasukkan rakyatnya ke dalam neraka. Namun, jika rakyat tidak mentaati mereka, mereka akan
membunuh rakyatnya sendiri.” (HR Ibnu Abi Syaibah)

C. Realitas Kepemimpinan Fasisme di Negara Muslim


Fasisme jika kita tinjau dari sejarahnya dimulai sejak Perang Dunia I, yang tumbuh dari beberapa
benih. Pertama adalah nasionalisme, di mana saat mereka memegang kekuasaan dengan semangat
perkawanan dan patriotisme selama masa perang dan dibumbui dengan emosi balas dendam atas rezim
terdahulu. Benih yang kedua adalah kegagalan ekonomi, di saat ekonomi melemah dan kemiskinan
sudah menjadi pemandangan yang lazim, maka yang ada chaoslah yang akan muncul. Disinilah
fasisme menawarkan solusi yang indah berupa keteraturan.

Sedangkan benih yang berikutnya adalah frustasi akan demokrasi, titik kefrustasiannya pada
demokrasi adalah pada korupnya sistem ini di masa setelah perang dunia I. Sebab di masa itu, sistem
demokrasi gagal memenuhi keperluan kehidupan rakyat pada saat itu. Dan dua benih terakhir adalah
ketakutan akan Komunisme dan naiknya Benito Mussolini di Italia, ketakutan akan Komunisme
disebabkan keberhasilan revolusi November di Soviet menimbulkan ketakutan akan kebangkitan para
buruh dan tidak menghargai para tentara yang sudah berperang. Di sinilah fasisme mendapatkan
momen untuk bangkit dan di saat inilah Benito Mussolini menawarkan konsepnya yang awalnya
bernama fasci.

Melihat dari benih-benih timbulnya fasisme ini, hampir semunya sudah mulia terlihat di
Indonesia. Oleh sebab itu, apakah kita patut curiga akan lahirnya ideologi fasisme di Indonesia? Untuk
menjawab pertanyaan ini kita bisa jawab dengan melihat keadaan yang meliputi Indonesia saat ini dan
membandingnya dengan ciri-ciri dari ideologi fasisme.

Seorang peneliti dari Jerman bernama Timo Duile pernah menuliskan, ada beberapa ciri-ciri khas
yang ada di semua gerakan fasis yakni: Pertama, gerakan fasis berdasar pada prinsip kepemimpinan
yang punya otoritas absolut, yang kemudian menuntut untuk patuh dan bisa digerakan juga
dimanfaatkan untuk kepentingan sang pemegang otoritas tersebut.

Kedua, dan oleh karena itu, militerisme merupakan elemen yang sangat penting dalam ideologi
dan politik fasis. Militer dan pemimpin yang otoriter kemudian diperlukan untuk menghancurkan
musuh yang sebenarnya cuma imajiner, namun musuh ini diimajinasikan adalah musuh negara dan
mengancam kepentingan negara.

Gerakan fasis dipersatukan dengan tujuan yang sama, yakni: penghancuran musuh. Itu ciri khas
gerakan fasis ketiga. Musuh tersebut dikonstruksi dalam sebuah kerangka konspirasi atau ideologi.
Musuh yang selalu mengancam kehidupan mereka bahkan ini ditanamkan dalam kepala setiap rakyat
demi menjaga identitas kebangsaan mereka.

Setelah mengetahui benih-benih dan ciri fasisme yang disebutkan di atas yang kemudian kita lihat,
apakah keadaan di Indonesia ini sudah mendukung lahirnya Fasisme, dan apakah aksi-aksi teror dan
kekerasan kepada mereka yang berbeda selama ini terjadi di Indonesia adalah bagian dari aksi
Fasisme?Sebelum menjawab itu ada baiknya kita melihat kembali Indonesia yang saat ini kita tinggali,
Indonesia yang dihuni lebih dari 250 juta manusia yang mana hampir 85% dari jumlah tersebut adalah
beragama Islam. Sebagai negara yang mewajibkan mencantumkan agama dalam kolom kartu
identitasnya, maka sebenarnya bisa dikatakan bahwa seluruh rakyat Indonesia adalah orang yang
beragama.

Kapankah agama bisa menjadi alat fasisme? Agama bisa menjadi dasar fasisme, karena dewasa ini
agama dijadikan topik publik yang diekspresikan secara berlebihan di ruang publik. Sehingga, agama
menjadi identitas umum dan bukan soal individu lagi. Ketika menjadi identitas umum, agama mencari
lawan atau musuh, yang akan menjadi sasaran untuk dihapuskan.Kemudian saat agama sudah
dijadikan persoalan identitas yang eksklusif, maka akan kehilangan nilai-nilai spiritualitasnya. Yang
menjadi penting kemudian, bukan lagi perdebatan tentang perbuatan baik apa yang telah kita lakukan,
tapi mendengar khotbah pemimpin sekaligus menelan bulat-bulat khotbahnya tanpa berpikir secara
kritis.Jikalau sudah begini, maka agama hanya menjadi perbandingan antar manusia, bukan lagi
ekspresi hubungan individu dengan Tuhan, karena di saat individu menjadi ‘hilang‘ dalam ideologi
identitas. Melalui identitas agama yang sempit inilah, agama bisa diperalat ideologi fasis supaya
musuh diwujudkan.

Inilah yang terjadi di Indonesia, di saat benih-benih fasisme seperti kemiskinan yang akut, tingkat
frustasi kepada demokrasi yang sangat tinggi, eksklusifisme agama yang sangat tinggi sudah benar-
benar nyata di hadapan mata kita. Maka fasisme sebenarnya sudah ada dihadapan kita, apalagi ini
adalah fasisme berkedok agama yang selalu mengandaikan ancaman yang begitu nyata dan selalu
ingin menghilangkan musuh “agama”nya walau cuma imajiner. Jadi apakah Fasisme Agama adalah
bualan atau realitas? Jawabannya jelas, ini adalah realitas.Apakah kita hanya bisa berkata, apa yang
bisa kita lakukan? Untuk menjawabnya ini adalah tugas kita bersama untuk berembug bersama.
Karena luka yang disebabkan dari fasisme berkedok agama ini sangatlah sulit untuk disembuhkan
karena rasa saling curiga akan selalu menghantui kita semua. 

D. Realitas Kepemimpinan Lemah di Hadapan Negara-Negara Barat di Negara Muslim


Problema Etos Kerja Dalam Masyarakat Islam Nilai kerja dalam masyarakat Islam mulai merosot
akibat berkembangnya pemerintahan feodal yang zalim. Dalam sistem pemerintahan yang seperti itu,
timbul kehidupan yang mewah di kalangan elite bangsawan. Pemerintahan yang otoriter menyebabkan
motivasi rakyat untuk bekerja merosot. Dalam keadaan tertindas, rakyat “lari” kepada Tuhan.
Sebenarnya, tauhid yang merupakan fondasi utama dalam ajaran Islam, bersifat membebaskan. Tauhid
telah menghapus sistem hak milik feodal, karena seluruh hak milik raja dan penguasaan tanah oleh
kaum feodal itu “diambil alih” oleh Tuhan untuk dilimpahkan kembali kepada rakyat. Tapi rakyat
yang tak bersenjata tak bisa berbuat apa-apa. Karena itulah, yang timbul adalah aliran tasawuf. Dalam
dunia Islam di Timur Tengah, timbulnya aliran-aliran tasawuf berkorelasi positif dengan
berkembangnya pemerintahan otoriter. Dalam keadaan yang lemah secara ekonomis, politis maupun
mental, rakyat tidak bisa mendukung pemerintahan. Itulah sebabnya pemerintahan Islam akhirnya
lemah di dalam dan hancur oleh invansi dan akhirnya jatuh ke tangan penjajah. Runtuhnya
perekonomian kaum Muslim adalah akibat penjajahan bangsa-bangsa Eropa. Mereka jatuh ke tangan
penjajah karena pemerintahannya lemah. Dan pemerintahan lemah karena tidak didukung oleh rakyat
yang lemah akibat pemerintahan yang otoriter dan represif.
Dewasa ini, kebanyakan negara-negara berpenduduk Islam termasuk dalam kategori negara-
negara sedang berkembang dan Dunia Ketiga, yaitu kelompok negara-negara yang pada masa
Revolusi Industri tidak ikut serta dalam proses pembentukan Orde Dunia sekarang yang kapitalis itu.
Pada masa itu, kebanyakan dunia Islam malahan jatuh ke tangan penjajahan dan mengalami
eksploitasi ekonomi oleh system kolonialisme. Kapitalisme, menimbulkan pertumbuhan ekonomi di
satu pihak dan keterbelakangan di lain pihak. Keterbelakangan itu terjadi melalui mekanisme
kolonialisme dan imperialisme. Eksploitasi pada zaman penjajahan itu merupakan penjelasan atas
terjadinya kemiskinan di dunia Islam termasuk Indonesia. Koeksidensi antara kemiskinan dan
kemusliman itu menimbulkan kesimpulan bahwa etos kerja di kalangan kaum Muslim itu rendah,
padahal dewasa ini, Dunia Ketiga tidak hanya terdiri atas dunia Islam. Filipina juga sebuah negara
yang masih terbelakang ekonominya, padahal mayoritas penduduknya beragama Katolik. Sebab-sebab
kemiskinan itu adalah faktor-faktor yang kompleks yang terjalin dalam sejarah dan karena itu tidak
bisa semata-mata dikaitkan dengan etos kerja.
Harapan perkembangan dunia Islam agaknya berasal dari dunia pendidikan. Etos kerja tidak
hanya semata-mata bergantung kepada nilai-nilai agama dalam arti sempit, tetapi dewasa ini sangat
dipengaruhi oleh pendidikan, informasi, dan komunikasi. Oleh sebab itu, yang perlu dkembangkan
adalah etos ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Apabila kelak sudah banyak tenaga-tena muda
terpelajar di pusat dunia Islam, maka orientasi mereka terhadap etos industri akan berkembang. Dalam
konteks Indonesia, kelompok-kelompok masyarakat dalam Pergerakan Indonesia agaknya mengambil
tema yang berbeda-beda dari Alquran yang menyebabkan tumbuhnya etos yang berbeda di antara
mereka. Etos Masyumi adalah musyawarah dengan cita-cita kemasyarakatan ke arah tercapainya
Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur (Negara yang Adil Makmur di bawah Ampunan Ilahi).
Muhammadiyah mengambil tema lain, yaitu yang tercantum dalam surah Ali Imran ayat 104,
sedangkan ayat yang dijadikan dasar berorganisasi Nahdlatul Ulama (NU) adalah surah Ali Imran ayat
103. Di kalangan cendekiawan Muslim telah berkembang etos di sekitar konsep Ulul al-Bab, seperti
yang tercantum dalam surat Ali ‘Imran ayat 190-191. Yang pertama menekankan dakwah amar ma’ruf
nahy munkar, sedangkan yang kedua menekankan persatuan umat. Sementara itu, ICMI (yang berdiri
7 Desember 1990) menekankan peranan kelompok pemikir dalam perkembangan masyarakat.
E. Realitas Kepemimpinan Visi dan Misi Tidak Jelas di Negara Muslim
Dalam menjalani hidup semua orang pasti memiliki visi dan misi yang ia bentuk untuk menjalani
hidup sebagaimana layaknya, seseorang tanpa memiliki visi dan misi dalam kehidupannya akan sangat
berpengaruh bagi kelangsungan hidupnya karna tidak memiliki arah tujuan hidup. Visi adalah
kemampuan untuk melihat pada inti persoalan, pandangan, wawasan apa yang tampak dalam khayal,
penglihatan atau pengamatan. Atau kemampuan melihat gambaran / wawasan masa depan yang
diinginkan berdasar penglihatan/pengamatan/perbandingan kondisi yang ada/ keadaan sekarang.
(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1988).Misi adalah adalah tugas yang dirasakan orang sebagai suatu
kewajiban untuk melakukannya demi agama, ideologi, patriotisme, dsb. (Kamus Besar Bahasa
Indonesia).

Dalam dunia kerja seseorang dituntut untuk memiliki visi dan misi dalam menjalankan tugasnya
masing-masing agar berjalan sesuai dengan prosedur, tetapi visi dan misi yang dimiliki dalam dunia
kerja tidak boleh menyimpang dalam artian tidak boleh memiliki visi dan misi yang kurang baik atau
buruk.Seorang pemimpin dalam memimpin organisasi atau perusahaan harus memiliki visi dan misi
yang jelas dan baik, karena dengan itu mereka bisa memimpin perusahaan dengan baik dan berjalan
sesuai prosedurnya. Dengan pemimpin yang memiliki visi dan misi yang jelas mereka bisa membuat
dan merencanakan kebutuhan apa yang dibutuhkan oleh organisasi atau perusahaan.

Sebaliknya pemimpin yang memiliki visi dan misi yang tidak jelas dan lebih mementingkan
kepentingan pribadinya daripada organisasi atau perusahaan dapat merugikan perusahaan dan
organisasi. Di era yang sedang berkembang ini ada beberapa pemimpin yang tidak memiliki visi dan
misi yang jelas dan lebih mementingkan kepentingan pribadinya. Seorang pemimpin dalam sebuah
organisasi atau perusahaan harus bisa menentukan arah yang jelas bagi bawahannya supaya dapat
mengoptimalkan kinerja organiasasi dan perusahaan tersebut sehingga berhasil mencapai tujuan
bersama. Inilah yang dinamakan visi. Kriteria visi yang baik dalam memimpin sebagai berikut:

1. Imaginable (dapat dibayangkan)


2. Desirable (menarik)
3. Feasible (realistis dan dapat dicapai)
4. Focused (jelas)
5. Flexible (aspiratif dan responsif terhadap perubahan lingkungan)
6. Communicable (mudah dipahami)

Misi akan menggerakkan organisasi lebih baik. Keunggulan misi yaitu:

1. organisasi yang digerakkan oleh misi akan lebih efisien.


2. organisasi yang digerakkan oleh misi akan lebih efektif dan baik.
3. organisasi yang digerakkan oleh misi akan lebih fleksibel.
4. organisasi yang digerakkan oleh misi akan mempunyai semangat lebih tinggi.

Pentingnya memiliki visi dan misi dalam kehidupan serta dalam kepemimpinan sangat penting
untuk mementukan arah selanjutnya yang akan dituju. Itulah sebabnya visi dan misi mempunyai posisi
yang sangat penting dalam kajian kepemimpinan. Visi dan misi merupakan gambaran umum atau
cetak biru masa depan organisasi yang akan dipimpim oleh seorang pemimpin.
KESIMPULAN

Korupsi menjadi salah satu isu besar di negara-negara Muslim atau yang mayoritas
penduduknya Muslim. Meski Nabi Muhammad atau Islam melarang melakukan itu, namun
nyatanya di negara-negara Islam praktik korupsi masih banyak terjadi. Korupsi yang terjadi di
negara-negara Muslim terjadi dalam banyak praktik. Mulai dari penyuapan, pencucian uang,
mencuri uang rakyat, hingga meraih keuntungan lewat nepotisme, mencuri uang rakyat. Praktik-
praktik semacam itu kerapkali dilakukan para pejabat negara, partai politik, tokoh masyarakat,
pengusaha, dan bahkan juga masyarakat.
Lalu pemimpin diktraktor memiliki citi antara lain , Pertama, tidak mempunyai kapabilitas
untuk memimpin masyarakat banyak. Pemimpin seperti ini oleh Nabi Saw. disebut
dengan ruwaybidhah. Pemimpin ruwaybidhah sangat berbahaya dan sangat merusak bagi umat
Islam maupun umat manusia pada umumnya. Pemimpin seperti ini dapat menjungkirbalikkan
segala nilai dan tatanan. Orang jujur dikatakan pembohong. Kedua, tidak mengikuti petunjuk dan
Sunnah Rasulullah Saw. Ketiga, bertindak kejam dan biadab.

Selain itu, fasisme jika kita tinjau dari sejarahnya dimulai sejak Perang Dunia I, yang tumbuh dari
beberapa benih. Pertama adalah nasionalisme, di mana saat mereka memegang kekuasaan dengan
semangat perkawanan dan patriotisme selama masa perang dan dibumbui dengan emosi balas dendam
atas rezim terdahulu. Benih yang kedua adalah kegagalan ekonomi, di saat ekonomi melemah dan
kemiskinan sudah menjadi pemandangan yang lazim, maka yang ada chaoslah yang akan muncul.
Disinilah fasisme menawarkan solusi yang indah berupa keteraturan.

Dan dalam dunia Islam di Timur Tengah, timbulnya aliran-aliran tasawuf berkorelasi positif
dengan berkembangnya pemerintahan otoriter. Dalam keadaan yang lemah secara ekonomis, politis
maupun mental, rakyat tidak bisa mendukung pemerintahan. Itulah sebabnya pemerintahan Islam
akhirnya lemah di dalam dan hancur oleh invansi dan akhirnya jatuh ke tangan penjajah. Runtuhnya
perekonomian kaum Muslim adalah akibat penjajahan bangsa-bangsa Eropa. Mereka jatuh ke tangan
penjajah karena pemerintahannya lemah. Dan pemerintahan lemah karena tidak didukung oleh rakyat
yang lemah akibat pemerintahan yang otoriter dan represif.
Kemudian apabila Sebaliknya pemimpin yang memiliki visi dan misi yang tidak jelas dan lebih
mementingkan kepentingan pribadinya daripada organisasi atau perusahaan dapat merugikan
perusahaan dan organisasi. Di era yang sedang berkembang ini ada beberapa pemimpin yang tidak
memiliki visi dan misi yang jelas dan lebih mementingkan kepentingan pribadinya. Seorang pemimpin
dalam sebuah organisasi atau perusahaan harus bisa menentukan arah yang jelas bagi bawahannya
supaya dapat mengoptimalkan kinerja organiasasi dan perusahaan tersebut sehingga berhasil mencapai
tujuan bersama. Inilah yang dinamakan visi.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.nu.or.id/post/read/114344/fakta-korupsi-di-sejumlah-negara-muslim

Abdullah, Taufik, Agama, Etos Kerja dan Pengembangan Ekonomi, (Jakarta: LP3ES, 1982). Al-
Faruqi, Ismail, Al-Tawhid

An-na'im. abdullahi ahmed. 2001. dekonstruksi syari'ah: wacana kebebasan sipil, hak asasi manusia
dan hubungan internasional dalam Islam

Anda mungkin juga menyukai