BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
rendah. Hasil survey UNESCO pada tahun 2012 sebagaimana dikutip dalam
persen, angka yang cukup rendah jika dibandingkan dengan rata-rata indeks
persen ini mengartikan bahwa hanya ada 1 dari 1000 penduduk Indonesia yang
kualitas suatu bangsa, sebab rendahnya minat baca membuat pelajar tidak dapat
berdampak pada ketertinggalan bangsa itu sendiri. Dewasa ini aktivitas membaca
randahnya minat membaca peserta didik antara lain : 1) kurangnya motivasi baik
dari dalam diri maupun dari lingkungan; 2) kurikulum pendidikan Indonesia yang
belum mengharuskan siswa mencari informasi lebih dari apa yang diajarkan; 3)
terlalu banyak bermain games dan menonton TV; 4) rendahnya produksi buku
yang berkualitas di Indonesia dan kurang meratanya bahan bacaan yang masuk di
2
pelosok tanah air; serta 5) minimnya sarana untuk memperoleh bahan bacaan
terus dilakukan melalui kegiatan literasi di sekolah, salah satunya di SMP Negeri
7 Telaga Biru. Terkadang saat apel pagi siswa diminta untuk membaca buku
selama 5 menit sebelum masuk kedalam kelas. Bahan bacaan siswa tidak dibatasi
hanya untuk buku pelajaran saja. Beberapa siswa memilih membaca buku
pelajaran yang akan diajarkan hari itu, sedangkan siswa yang lain lebih senang
menyukai buku teks apalagi yang tidak disertai gambar dan ilustrasi yang
menarik, dan secara empirik siswa cenderung menyukai buku bergambar, penuh
Salah satu bahan bacaan yang menarik untuk dibaca anak-anak adalah
komik. Komik merupakan bacaan yang terdiri atas gambar dan teks yang populer
3
dikalangan anak-anak. Hal ini karena dalam komik tidak hanya terdapat tulisan
yang menjemukan mata saja, tetapi juga disajikan gambar yang membuat anak
merasa ikut terbawa dalam cerita tersebut. Komik dalam pembelajaran berperan
sebagai media yang dapat menjadi perantara dalam penyampaian materi kepada
belajar siswa.
diminati oleh anak-anak karena mudah dicerna dan mengandung humor sehingga
tujuan pembelajaran. Hal yang sama juga dikatakan oleh Nugraha (2013) bahwa
komik merupakan salah satu alternatif media bermain sambil belajar. Pemberian
pembelajaran berbasis komik tersebut. Ini berarti bukan hanya minat dan motivasi
membaca siswa yang meningkat, tetapi pemahamannya tentang isi bacaan dengan
mudah ia peroleh tanpa harus memaksa siswa membaca bahan ajar sebagaimana
pelajaran IPA serta wawancara kepada beberapa siswa di SMP Negeri 7 Telaga
Biru disimpulkan bahwa selain komik, belum nampak juga adanya penggunaan
didik diminta untuk dapat memahami materi dengan cara membaca dan mencerna
isi buku. Padahal, pembelajaran IPA tidak lepas dari penggunaan media
IPA.
sulit, penuh teori dan membosankan apalagi jika penggunaan media dan metode
kurang inovatif, maka akan mengakibatkan peserta didik malas belajar IPA
sehingga minat peserta didik terhadap IPA berkurang. Selain itu, dalam
berupa buku teks atau modul dengan ciri khas banyak berisi tulisan dan sedikit
disertai gambar. Hal ini cenderung membuat peserta didik bosan dan kurang
juga jarang digunakan di SMP Negeri 7 Telaga Biru. Hal ini dikarenakan oleh
5
Komik pada Pembelajaran IPA Materi Sistem Tata Surya (Suatu Penelitian di
5. Siswa lebih terfokus pada gambar-gambar yang ditampilkan baik melalui buku
pembelajaran.
1. Bagaimana validitas media pembelajaran komik materi sistem tata surya untuk
1.4 Tujuan
1.5 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini ada dua yaitu manfaat secara
1. Manfaat secara teoritis untuk penelitian ini yaitu dapat memperkaya wawasan
a. Bagi guru dapat menjadi solusi dalam menciptakan kondisi belajar yang
b. Bagi sekolah hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi para
tata surya.
d. Bagi peneliti penelitian ini dapat menjadi bekal sebagai calon guru dalam
e. Bagi peneliti lain dapat dijadikan ebagai referensi untuk penelitian yang
BAB II
TIJAUAN PUSTAKA
2.1 Media Pembelajaran
proses pembelajaran selain metode mengajar. Kedua unsur ini sangat berkaitan.
guru dalam setiap kegiatan pembelajaran. Itulah sebabnya guru perlu mempelajari
Media berasal dari bahasa latin dengan bentuk jamak medium yang berarti
perantara, maksudnya segala sesuatu yang membawa pesan dari suatu sumber
sebagaimana dikutip Sadiman (2002) menjelaskan media adalah segala alat fisik
peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar mengajar pada
diri peserta didik. Media pembelajaran merupakan alat untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Dengan alat dan media pembelajaran diharapkan siswa akan lebih
9
mudah menerima materi pembelajaran. Selain itu, siswa akan merasa lebih senang
dan tertarik dengan materi yang disampaikan oleh guru, sehingga tujuan
bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau
pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Secara khusus media dalam proses belajar
biasa digunakan dalam proses pembelajaran yaitu : 1) media grafis atau sering
juga disebut media dua dimensi yakni media yang mempunyai ukuran panjang
dan lebar. seperti gambar, foto, grafik, bagan atau diagram, poster, kartun, komik,
dll, 2) media tiga dimensi yaitu dalam bentuk model seperti model padat, model
penampang, model susun, model kerja, mock up, diaroma, 3) media proyeksi
memungkinkan siswa belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual,
mempersamakan pengalaman.
untuk menciptakan suatu proses pembelajaran yang lebih efektif dan efisien.
pelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh para
melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak
kehabisan tenaga, dan 4) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab
tidak hanya mendengarkan uraian guru tetapi juga beraktivitas lain seperti
yang telah diungkapkan dapat disimpulkan bahwa manfaat media sangat besar
moivasi siswa dalam belajar serta dapat meningkatkan penguasaan materi yang
diajarkan.
11
Kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting dalam proses belajar
mempersulit tugas guru, tapi harus mempermudah guru dalam menjelaskan bahan
pengajaran. Oleh karena itu, media bukan menjadi keharusan tetapi sebagai
kesalahan pada saat pemilihan, baik pemilihan jenis media maupun pemilihan
topik yang akan dimediakan, akan membawa akibat panjang yang tidak
kemampuan siswa, (3) ketersediaan media, (4) biaya, dan (5) mutu tekniknya.
Kriteria yang paling utama dalam pemilihan media yaitu media harus disesuaikan
Komik merupakan bacaan yang terdiri atas gambar dan teks yang populer
dan memerankan suatu cerita dalam urutan yang erat dihubungkan dengan gambar
12
dan dirancang untuk memberikan hiburan kepada pembaca. Komik sebagai cerita
Sebagai bacaan yang mudah dicerna dan dipahami, komik dapat pula
merupakan suatu bentuk bacaan di mana peserta didik diharap mau membaca
tanpa perasaan terpaksa atau harus dibujuk. Ntobuo (2018) mengatakan bahwa
komik sebagai media pembelajaran dapat menjadi alat yang berfungsi untuk
diharapkan akan sangat membantu meningkatkan minat baca anak-anak yang ada
di Indonesia karena selama ini Indonesia dikenal sebagai negara yang anak-
anaknya memiliki minat baca yang cukup rendah. Terbukti, hasil survey
UNESCO pada tahun 2012 yang dikutip Nafisah menunjukkan indeks tingkat
membaca masyarakat Indonesia hanya 0,001 persen. Artinya, hanya ada 1 dari
1000 penduduk Indonesia yang masih mau membaca buku secara serius (Nafisah,
2014).
diminati oleh anak-anak karena mudah dicerna dan mengandung humor sehingga
komik merupakan suatu bacaan yang dapat dijadikan sebagai media yang inovatif
dalam pembelajaran guna meningkatkan minat baca dan minat belajar siswa
Komik pada masa lampau ditemukan dalam berbagai prasasati dan candi berupa
runtutan gambar yang bercerita. Cikal bakal komik modern dapat diawali dari
komik strip yang berada di majalah dan koran-koran yang berisi cerita-cerita lucu
dan menarik, sehingga seiring dengan perkembangan zaman maka komik tidak
akan dibuat dalam bentuk komik strip dan tidak akan berisi cerita lucu lagi tetapi
akan lebih luas kearah tema lainnya, bisa mulai dari aksi sampai fiksi ilmiahnya.
bersegmentasi kepada anak-anak kini mulai dikonsumsi oleh remaja dan dewasa.
Beberapa negara menyebut komik dengan graphic novel, sekarang komik itu
sendiri mulai memasuki dunia digital dan disebut dengan web comic (Juanda,
2015).
Budha pada candi Borobudur dan Prambanan juga terdapat relief yang
realistis baru dimulai seiring dengan munculnya komik berjudul “Mentjari Poetri
propaganda politik orde lama masa keemasan dan kebangkitan kedua komik
Indonesia berlangsung pada tahun 1980. Hal itu ditandai dengan banyaknya
ragam dan judul komik yang muncul. Komik yang populer pada waktu itu adalah
Buta dari Gua Hantu, Siluman Serigala Putih, Gundala, dan lain-lain. Setelah itu
terjadi invasi komik Eropa seperti Asterik, Tintin, dan sebagainya dan komik
balon kata, narasi, efek suara dan latar belakang. Karakter yaitu semua tokoh yang
ada dalam komik; frame adalah ruangan bagi percakapan yang membatasi adegan
cerita yang satu dengan yang lainnya; balon kata yaitu ruang bagi percakapan
yang diucapkan oleh para karakter; narasi merupakan kalimat penjelas yang
dikemukakan oleh komikus; efek suara adalah efek yang diberikan pada
visualisasi kata atau uraian yang diucapkan oleh karakternya; sedangkan latar
1) Komik edukasi. Komik jenis ini memberikan andil yang cukup besar dalam
ranah intelektual dan artistik seni. Keragaman gambar dan cerita pada komik
beragam.
3) Komik wayang. Komik jenis ini adalah komik yang mengisahkan tentang
cerita wayang.
4) Komik silat. Komik ini berisi tema tema silat yang didominasi adegan
Media komik merupakan salah satu bentuk sumber belajar yang dapat
membantu siswa dan dapat mengantikan posisi guru dalam kegiatan pembelajaran
baik di kelas maupun di luar kelas. Media komik dapat digunakan dalam proses
pembelajaran dua arah, yaitu sebagai alat bantu mengajar dan sebagai media
belajar yang dapat digunakan sendiri oleh siswa. Sebelum komik dimanfaatkan
karekteristik komik tersebut sudah sesuai dengan kebutuhan dari siswa tersebut
3) Permanen. Komik merupakan media yang permanen, berbeda dengan film atau
animasi. Jika siswa tidak memahami suatu adegan dalam film atau animasi
khususnya bagi yang tidak suka membaca. Komik dapat berfungsi sebagai
5) Populer. Komik adalah bagian dari budaya popular karena sebelumnya proses
adalah film yang diambil dari komik yang dapat berpengaruh terhadap
alat bantu dalam proses pembelajaran yang populer dikalangan anak-anak karena
bersifat visual atau terdri dari gambar-gambar yang dapat meningkatkan motivasi
belajar siswa. Komik ini dapat dibaca dimana saja dan kapan saja serta dapat
diulang berkali-kali jika ada suatu bagian yang tidak begitu dipahami siswa.
17
bersifat tetap seperti aktifitas dan sikap. Proses ini memerlukan pemikiran yang
mencoba, baik benar maupun salah (Heriyati, 2017). Dengan demikian, hasil
belajar berarti hasil dari sebuah proses pembelajaran. Berikut adalah pengertian
sesuatu yang diperoleh siswa dan diukur melalui proses evaluasi. Evaluasi sendiri
tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran. Tujuan utama evaluasi yaitu untuk
lain dari Eko Putro Widoyoko (2009) mengemukakan bahwa hasil belajar terkait
dengan pengukuran yang alat ukurmya dapat berupa tes tertulis, lisan maupun non
tes.
Hasil belajar pada dasarnya adalah perubahan tingkah laku baik dari segi
mengajar (Sudjana, 2012). Diantara ketiga aspek tersebut, aspek kognitiflah yang
(2012) mengemukakan hasil belajar menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif,
1. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari
enam aspek, kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat
aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. Keenam jenjang atau aspek
5) sintesis; 6) Evaluasi.
2. Ranah Afektif berkenaan dengan sikap dan nilai yang terdiri dari lima aspek.
Kelima aspek dimulai dari tingkat dasar atau sederhana sampai tingkat yang
nilai
dimiliki peserta didik setelah mengalami proses belajar. Penguasaan peserta didik antara
lain berupa penguasaan kognitif yang dapat diketahui melalui hasil belajar. Usaha untuk
mencapai aspek tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar.
1. Faktor Ekternal
kondisi yang ada disekitar peserta didik contoh suhu, udara, cuaca, juga termasuk
keadaan sosial yang ada disekitar peserta didik, sedangkan factor instrumental yaitu
faktor yang adanya dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil yang diharapkan,
2) Faktor Internal
Faktor Internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri. Faktor internal yang
mempengaruhi hasil belajar peserta didik antara lain kondisi psikologi dan fisiologi
peserta didik.
Sistem tata surya merupakan kumpulan benda langit yang terdiri atas
sebuah bintang yang disebut matahari dan semua objek yang mengelilinginya.
Tata surya terletak di dalam galaksi Bima Sakti. Galaksi merupakan kumpulan
dari bintang, di mana bintang adalah benda langit yang memancarkan cahaya
sendiri. Matahari adalah bintang yang paling dekat dengan bumi pada Galaksi
Bima Sakti. Pada 1543, Copernicus mengemukakan model tata surya yang disebut
dengan model heliosentris yang menjelaskan bahwa matahari berada pada pusat
dalam orbitnya masing-masing. Model ini mengganti model geosentris yang lebih
dulu dikemukakan, yang menjelaskan bahwa Bumi merupakan pusat dari tata
surya.
langit seperti satelit, komet, dan asteroid seperti yang ditunjukkan pada gambar
2.1. Tata surya terletak di galaksi Bimasakti atau yan biasa juga disebut juga
Milky Way. Bumi tempat berpijak adalah salah satu dari delapan planet yang ada
2.4.1 Matahari
Matahari adalah bintang yang berupa bola gas panas dan bercahaya yang
menjadi pusat system tata surya. Tanpa energi intens dan panas Matahari, tidak
berikut.
1. Inti Matahari, memiliki suhu sekitar 1,5 x 107oC yang cukup untuk
Matahari. Energi dari inti akan diradiasikan ke lapisan luar Matahari dan
2. Fotosfer, memiliki suhu sekitar 6.000 Kelvin, dengan ketebalan sekitar 300
km. Melalui fotosfer, sebagian besar radiasi Matahari ke luar dan terdeteksi
sebagai sinar Matahari yang kita amati di Bumi. Di dalam fotosfer terdapat
bintik Matahari, yaitu daerah dengan medan magnet yang kuat dan dingin
3. Kromosfer, memiliki suhu sekitar 4.500 Kelvin dan ketebalannya 2.000 km.
Kromosfer terlihat seperti gelang merah yang mengeliling Bulan pada waktu
yang dihasilkan dari ionisasi atom karena suhu yang sangat tinggi. Korona
2.4.2 Planet
1. Merkurius
jarak merkurius – matahari sekitar 58,5 juta kilometer. Planet Merkurius tidak
mempunyai satelit dengan suhu permukaan pada siang hari adalah 450℃ dan pada
malam hari mencapai -180℃. Planet Merkurius merupakan planet terkecil dalam
tata surya dengan diameter 4.878 km. Periode revolusi Merkurius 88 hari dan
2. Venus
Planet Venus adalah benda langit yang terang setelah matahari dan bulan.
efek rumah kaca yang menjadikan Venus sebagai planet paling panas pada sistem
tata surya dengan suhu konstan 460℃. Periode revolusinya 225 hari dan periode
rotasinya 241 hari. Diameter planet Venus yaitu 12.104 km. Jarak antara Venus –
3. Bumi
Jarak Bumi ke Matahari sekitar 150 juta kilometer dengan periode revolusi
365,3 hari dan periode rotasi 23 jam 56 menit. Bumi memiliki satu satelit yaitu
Bulan. Diameter Bumi sebesar 12.760 km. Pada bumi ini ada atmosfer yang
terdiri dari Nitrogen (N) dan Oksigen (O) sehingga tepat untuk melindungi Bumi
23
dari bahaya radiasi Matahari. Hal ini menjadikan planet Bumi merupakan satu-
satunya planet dalam anggota tata surya yang dapat mendukung adanya
4. Mars
Jarak rata-rata planet Mars ke Matahari adalah 228 juta kilometer. Periode
revolusi Mars 687 hari dan periode rotasi 24 jam 37 menit. Diameter planet Mars
6.787 km dengan dua satelit yaitu Phobos dan Deimos. Atmosfer terdiri atas 95%
karbondioksida (CO₂), dan selebihnya nitrogen (N₂) dan argon (Ar). Mars banyak
mengandung besi oksida (FeO) membuat mars tampak sebagai lanet merah. Mars
memiliki atmosfer yang tipis sehingga tidak bisa menyimpan banyak panas. Oleh
karena itu suhu di Mars berkisar dari sekitar -87 ℃ di musim dingin sampai
5. Jupiter
Jupiter berjarak 780 juta kilometer dari Matahari dengan periode revolusi
11,86 tahun dan periode rotasi 9,8 jam. Planet Jupiter merupakan planet terbesar
dalam sistem tata surya dengan diameter 133.822 km dan massa 1,9 𝑥 1027 𝑘𝑔.
Yupiter memiliki 4 satelit besar dan 63 satelit kecil. Empat satelit terbesar Jupiter
mengandung 75% hidrogen (H₂) dan 24% helium (He). Jupiter memiliki gas yang
yang akan membentuk ikat pinggang merah raksasa yang kemudian menghasilkan
6. Saturnus
dengan periode rotasi 10 jam 2 menit dan periode revolusi 29,5 tahun. Planet
120.500 km dengan massa 2,68 𝑥 1026𝑘𝑔. Planet Saturnus dihiasi oleh gelang dan
cincin yang tersusun atas es dan bantuan yang sangat besar. Planet saturnus berisi
sehingga planet ini bisa mengapung di atas air. Saturnus memiliki 9 satelit yaitu
Mimas, Enceladus, Tethys, Dione, Rhea, Titan, Hyperion, Lapetus, dan Phoebe.
7. Uranus
jam 8 menit dan periode revolusi 84 tahun. Uranus merupakan planet gas yang
berwarna biru kehijauan dengan awan tebal yang menutupinya. Planet ini
memiliki atmosfer yang mengandung hidrogen (H), helium (He), dan metana
(CH₄). Diameter planet Uranus 51.120 km dengan massa 8,68 𝑥 1025𝑘𝑔. Uranus
merupakan planet terdingin di sistem tata surya dengan suhu atmosfer -224℃
dengan komposisi atmosfer yaitu helium, hydrogen dan metana. Uranus memiliki
8. Neptunus
Matahari adalah 4.510 juta kilometer dengan periode revolusi 164,8 tahun dan
periode rotasi 19 jam. Massa neptunus 1,02 𝑥 1026𝑘𝑔 dengan diameter 50.000
km. Neptunus adalah planet yang memiliki angin yang badai sehingga disebut
25
dengan planet yang paling berangin dalam tata surya. Planet neptunus ini
memiliki kesamaan dengan uranus memiliki atmosfer yang terdiri dari helium dan
hidrogen serta memiliki gas metana yang sama dengan planet neptunus. Neptunus
Selain matahari dan delapan planet besar, dalam sistem tata surya juga
karena orbitnya tidak jelas. Berikut ini adalah planet-planet kecil yang dimiliki
tata surya antara lain Pluto, Ceres dan Eris. Sejak ditemukan pada tahun 1930
hingga 2006, pluto dianggap sebagai sebagian dari planet yang ada didalam tata
Planet Kerdil karena tidak memenuhi salah satu syarat sebagai planet yaitu tidak
memiliki jalur orbit yang jelas dan "bersih" (tidak ada benda langit lain di orbit
2. Asteroid
Bumi, dan Mars disebut dengan planet dalam sedangkan sisanya yaitu Jupiter,
26
Saturnus, Uranus dan Neptunus disebut planet luar. Antara planet dalam dan
planet luar terdapat sabuk asteroid yaitu ribuan planet kecil dan pecahan-pecahan
Asteroid juga disebut planetoid. Orbitalnya yang tidak jelas sering membuat
Komet sangat berbeda dengan asteroid, komet adalah benda angkasa yang
kecil dan padat yang hampir seluruh isinya terbentuk dari gas dan debu yang
membeku. Komet biasa juga disebut bintang berekor. Garis edar komet tidak
seperti orbit planet atau satelit. Ada yang memiliki orbit berbentuk elips tetapi
kebanyakan mempunyai orbit berbentuk parabola. Komet seperti pada Gambar 2.5
terdiri atas kepala dan ekor. Ekor komet sebenarnya merupakan bagian dari kepala
komet yang terlempar keluar dari tempatnya karena gaya dorong matahari.
Semakin mendekati matahari, ekor komet akan semakin memanjang. Komet yang
jaraknya dekat dengan bumi akan secara periodik tampak saat melintas. Misalnya
Satelit adalah suatu benda yang ada di ruang angkasa yang mengitari
benda lain dan akan tetap pada gaya tarik benda lain yang ukurannya lebih besar.
Planet yang memiliki satelit adalah Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus dan
5. Meteor
beraturan yang berasal dari serpihan asteroid, ekor komet atau pecahan dari
benda-benda langit lainnya yang disebabkan oleh pengaruh gaya gravitasi bumi
hingga sampai ke arah bumi (Gambar 2.6). Meteor juga disebut sebagai fenomena
emisi cahaya dalam atmoser Bumi. Kecepatan meteor memasuki atmosfer Bumi
100 km. Meteor juga disebut bintang jatuh. Benda langit yang beterbangan secara
tidak teratur dengan orbit tidak tetap dan tidak bercahaya disebut meteoroid.
Meteoroid yang jatuh karena gaya tarik bumi akan berpijar akibat gaya gesekan
28
atmosfer bumi. Jika mencapai permukaan bumi tanpa terbakar habis disebut
meteroit.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Gorontalo. Waktu pelaksanaan penelitian ini pada semester genap tahun ajaran
2018/2019.
Penelitian ini mengangkat materi Sistem Tata Surya untuk kelas VII
SMP/MTs. Sasaran penelitian ini dilakukan kepada 20 orang siswa kelas VII di
alur dari Thiagarajan, dkk (1974) yaitu model Four-D. Tahap utama dari model ini
yaitu Define, Design, Develop dan Disseminate, akan tetapi pada penelitian ini
hanya akan digunakan tahap Define, Design dan Develop tidak sampai pada tahap
Validasi
Development
Revisi
Penyebaran Disseminate
Tahap perancangan media komik ini dilakukan oleh komikus dan peneliti
dengan langkah pembuatan komik yaitu merumuskan ide cerita sesuai dengan
scaning yaitu proses scan kertas yang sudah berisi gambar sketsa untuk dijadikan
gambar digital, editing yaitu proses pengeditan gambar dengan aplikasi Adobe
yang paling penting dalam tahapan pengembangan yaitu menguji validitas produk
4. Validasi
Uji validasi dilakukan untuk mengetahui validitas media sebelum tahap uji
coba dilaksanakan. Validasi ini dilakukan oleh 3 orang validator yang ahli dalam
bidang desain media pembelajaran, ahli bidang media pembelajaran dan ahli
materi Sistem Tata Surya. Para ahli tersebut dimintai komentar dan saran serta
5. Revisi
6. Uji Coba
siswa kelas VII SMP Negeri 7 Telaga Biru dengan desain penelitian The One-
Group Pretest-Posttes Design. Uji coba ini dilakukan untuk melihat kepraktisan
atas penilaian ahli, respon siswa, uji keterlaksanaan pembelajaran, aktifitas siswa
8. Penyebaran
dan hanya sampai pada tahapan Development karena keterbatasan waktu dan
biaya.
33
Variabel utama dalam penetian ini adalah media komik. Media komik
adalah serial kartun berupa cerita dan mempunyai naskah pembicaraan antar
tokoh serta memiliki alur cerita yang runtut dan teratur sehingga mudah diingat
kembali oleh siswa. Adapun dalam penelitian ini lebih difokuskan pada
1. Observasi
dikembangkan.
2. Validitas
Data uji kevalidan data diperoleh dari instrumen lembar validasi yang
diberikan kepada tiga orang validator yang ahli dalam bidang desain media
pembelajaran, ahli bidang media pembelajaran dan ahli materi Sistem Tata Surya.
tersedia.
34
3. Kepraktisan
pembelajaran dan lembar aktivitas siswa yang telah disusun berdasarkan kegiatan
4. Keefektifan.
Uji keefektifan data diperoleh dengan melihat hasil belajar siswa dan
angket respon siswa. Tes hasil belajar siswa diberikan setelah proses pembelajaran
pertanyaan kepada siswa untuk memperoleh data atau informasi yang harus
1. Lembar Validasi
penilaian para validator ahli. Informasi yang diperoleh melalui instrumen ini
komik.
menjawab salam, berdoa dan mengisi daftar hadir; menjawab apersepsi dan
terhadap media pembelajaran berbasis komik. Angket ini diberikan setelah siswa
komik dengan tujuan agar peneliti dapat mengetahui tingkat keefektivan dari
Hasil belajar siswa dinilai dari evaluasi berupa pre-tes dan post-tes dalam
Analisis validitas ini digunakan untuk menilai kualitas media komik seperti
bahasa dan tampilan. Analisis ini diolah sesuai data yang diperoleh dari lembar
validasi dengan menggunakan acuan skala likert. Kriteria skor skala likert
validator.
38
(Yazid, 2016).
kesimpulan bahwa komik dianggap layak apabila skor penilaian > 71%.
guru sesuai dengan kriteria yang dibuat. Penilaian keterlaksanaan RPP ini berupa
daftar checklist menggunakan jawaban “YA” atau “TIDAK” dengan skala skor 1
Keterlaksanaan RPP=
∑ skor yang diperoleh x 100 %
∑ skor maksimal
39
(Yazid, 2016).
mengelola kelas guru berada pada kriteria baik atau sangat baik.
Analisis aktifitas siswa dapat diketahui dari hasil pengamatan pada siswa
keseluruhan sesuai jumlah siswa yang telah ditentukan. Penilaian aktifitas siswa
Aktifitas siswa=
∑ skor yang diperoleh x 100
∑ skor maksimal
(Yazid, 2016).
kuisioner di atas maka media komik yang dikembangkan dapat dikatakan sangat
Data hasil belajar siswa diperoleh melalui tes hasil belajar kognitif. Tes
ketuntasan minimum (KKM) siswa untuk mata pelajaran IPA adalah 75.
mencapai nilai tuntas. Media dikatakan efektif jika sekurang-kurangnya 80% dari
semua peserta didik menjawab sangat positif atau positif atau rata-rata akhir dari
skor peserta didik minimal berada pada kategori positif (Trianto, 2014).
42
BAB IV
Negeri 7 Telaga Biru. Hasil analisis awal di sekolah tersebut menunjukan bahwa
khususnya pada mata pelajaran IPA. Padahal variasi media yang digunakan guru
dalam pembelajaran ini dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik dan
pembelajaran.
Four-D yang terdiri atas 4 tahapan yaitu analisis awal (Define), Perancangan
Thiagarajan, dkk (1974). Hanya saja dalam penelitian ini tidak dilaksanakan
Media pembelajaran berbasis komik ini dibuat oleh peneliti dan dibantu
oleh komikus melalui beberapa tahapan antara lain merumuskan ide cerita,
43
membuat sketsa gambar secara manual pada kertas HVS, mengubah gambar
manual menjadi gambar digital melalui proses scan, dan selanjutnya mengedit
gambar baik dari segi warna dan pemberian teks dengan menggunakan aplikasi
percakapan antar tokoh ini dicetak pada kertas berukuran B5 (176 mm x 250 mm)
komik dalam pembelajaran. Berikut adalah hasil pengembangan media komik dan
terlebih dahulu divalidasi oleh 3 orang validator yang ahli dalam bidang media
pembelajaran, desain media pembelajaran dan ahli materi Sistem Tata Surya. Data
penilaian yang diperoleh dari masing-masing validator berupa data kuantitatif dan
data kualitatif. Data kuantitatif berasal dari angket penilaian dengan menggunakan
rentang nilai 4 = sangat baik, 3 = baik, 2 = cukup, dan 1 kurang. Adapun data
validator. Berikut adalah hasil validitas media komik setelah revisi yang dilihat
dengan judul Mari Mengenal Sistem Tata Surya sebagai media pembelajaran
sains. Hasil data validitas media komik dapat dilihat dalam Tabel 4.1.
Tabel 4.1
Hasil Validasi Media Komik
ΣX per Skor Kategori
Aspek Kriteria Skor %
aspek Maks Kelayakan
Ilustrasi sampul menggambarkan 23 24 95.83 % Sangat
isi dalam materi Layak
Desain
Sampul Desain sampul/cover
menggunakan tulisan yang jelas
dan terbaca
Kesesuaian isi komik dengan 91 96 94.79% Sangat
Kompetensi Dasar (KD) dan Layak
Tujuan Pembelajaran
Menarik perhatian peserta didik
Memudahkan peserta didik dalam
memahami materi pembelajaran.
Meningkatkan minat membaca
Kesesuai peserta didik
an Isi Media mampu meningkatkan
motivasi peserta didik dalam
belajar
Media mampu meningkatkan
pengetahuan peserta didik
Mudah digunakan peserta didik
Memberikan dukungan pada
kemandirian belajar peserta didik
Sangat
Rata-Rata Persentase 95.31%
Layak
Berdasarkan Tabel 4.1 terlihat bahwa jumlah skor pada aspek desain
mencapai 95,83%, sedangkan aspek kesesuaian isi memperoleh skor 91 dari skor
Rata-rata persentase penilaian untuk validitas media komik adalah 95,31% dengan
perolehan skor 114 dari skor maksimalnya 120 dan masuk dalam kategori sangat
layak. Selain dalam bentuk tabel, hasil validasi penilaian media komik juga
komik Mari Mengenal Sistem Tata Surya agar sesuai dengan minat siswa. Hasil
data validitas desain media komik dapat dilihat dalam Tabel 4.2.
Tabel 4.2
Hasil Validasi Desain Media Komik
ΣX per Skor Kategori
Aspek Kriteria Skor %
aspek Maks Kelayakan
Desain cover sesuai dengan isi 83 84 98.81% Sangat
materi Layak
Background menggambarkan
Desain materi Komponen Penyusun Sistem
Gambar Tata Surya
Pemilihan warna serasi
Gambar yang digunakan sesuai
dengan minat siswa
46
dari total skor maksimum 84 dengan persentase 98,81 % kategori sangat layak,
sedangkan desain isi memperoleh skor 67 dari total skor 72 dengan persentase
93,05% kategori sangat layak. Berdasarkan persentase desain gambar dan desain
kelayakan, desain media komik ini masuk dalam kategori sangat layak. Berikut
disajikan pula grafik validitas desain media komik pada Gambar 4.2.
47
98.81 95.93
100 93.05
90
80
70
60
50
40
30
20
10
Desain gambar Desain Isi Rata-rata
Persentase
kelengkapan materi dan sistematika materi Sistem Tata Surya yang disajikan
dalam komik. Data validitas materi komik dapat dilihat dalam Tabel 4.3.
Tabel 4.3
Hasil Validasi Materi Komik
ΣX per Skor Kategori
Aspek Kriteria Skor %
aspek Maks Kelayakan
Kesesuaian materi dengan tujuan 81 84 96.43% Sangat
pembelajaran Layak
Isi materi mewakili pesan yang
ingin disampaikan
Isi materi menyajikan contoh
konkrit
Isi Isi komik sesuai dengan materi
Isi materi mendorong rasa ingin
tahu siswa
Materi yang disajikan dalam komik
tepat sasaran
Isi materi dalam komik
terorganisasi dengan baik
48
Berdasarkan data yang terdapat dalam Tabel 4.3 terlihat bahwa aspek isi
materi yang terdapat dalam komik memperoleh skor 81 dari skor maksimum 84
dengan persentase nilai 96.43% dan termasuk dalam kategori sangat layak. Aspek
kebenaran konsep dan kebahasaan juga termasuk dalam kategori sangat layak,
namun memperoleh nilai persentase yang berbeda yaitu 98.33% dan 91.67%.
dalam tabel, validitas materi komik dapat pula dilihat dalam Gambar 4.3.
49
100
98.33
98
96.43
96 95.48
94
92 91.67
90
88
Isi Kebenaran Kebahasaan Rata-rata
Konsep Persentase
materi komik setelah revisi adalah 95.48% atau termasuk dalam kategori sangat
layak, hal ini karena peneliti telah merevisi beberapa bagian dan melengkapi
materi sehingga media komik yang dikembangkan ini benar-benar bisa menambah
beberapa saran dan komentar dari para ahli guna penyempurnaan media komik
produk pengembangan. Adapun beberapa komentar dan saran oleh ahli untuk
komik Mari Mengenal Sistem Tata Surya dapat dilihat dalam Tabel 4.4.
Tabel 4.4
Komentar/Saran Perbaikan Oleh Ahli
Komentar/Saran Untuk
Hasil Perbaikan
Perbaikan
Cantumkan kompetensi dasar Kompetensi dasar sudah
dalam lembar pendahuluan. dicantumkan dalam
pendahuluan.
Perbaiki kesalahan penulisan Kesalahan penulisan sudah
menurut EYD diperbaiki.
50
hanya dicantumkan pokok materi saja. Beberapa penulisan dalam komik yang
masih keliru dan tidak sesuai dengan EYD sudah diperbaiki. Selain itu, materi
komik masih kurang lengkap sehingga perlu dilengkapi baik dari identitas planet
maupun kelengkapan materi Sistem Tata Surya secara keseluruhan. Tindak lanjut
dari perbaikan komentar dan saran dari para ahli dapat dilihat dalam Gambar 4.4,
4.1.2 Implementasi
orang siswa kelas VII SMP Negeri 7 Telaga Biru untuk mengetahui kepraktiasn
dan keefektifan dari media komik sistem tata surya yang dikembangkan.
52
menggunakan media komik sistem tata surya. Adapun hasil dari penilaian
a. Keterlaksanaan Pembelajaran
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
k1 k2 k3 k4 k5 k6 k7 k8 k9 10 11 12 13 14
s pe spe spe spe spe spe spe spe spe pek pek pek pek pek
A A A A A A A A A As As As As As
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3
Keterangan gambar:
Aspek 1 : Menanyakan kesiapan peserta didik untuk belajar
Aspek 2 : Menyajikan apersepsi
Aspek 3 : Menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa
Aspek 4 : Memberikan stimulasi kepada siswa
Aspek 5 : Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi
pertanyaan sebanyak mungkin yang berhubungan dengan materi
pembelajaran Sistem Tata Surya.
Aspek 6 : Mengorganisasikan peserta didik dalam beberapa kelompok kecil
Aspek 7 : Memfasilitasi siswa belajar dengan menggunakan komik.
Aspek 8 : Membimbing siswa mengerjakan LKPD dengan bantuan komik.
Aspek 9 : Meminta perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi
berdasarkan komik dan percobaan.
Aspek 10 : Memberikan penguatan terhadap materi yang terdapat dalam komik.
Aspek 11 : Membimbing peserta didik membuat kesimpulan berdasarkan tujuan
pembelajaran.
Aspek 12 : Memberikan evaluasi terkait materi pembelajaran Sistem Tata Surya
Aspek 13 : Memberikan kegiatan tindak lanjut pembelajaran
Aspek 14 : Menutup pembelajaran
1
empat aspek yang hanya memperoleh persentase 75% dengan kategori baik yaitu
aspek 3,4,5 dan 11, sedangkan sisanya memperoleh persentase 100% kategori
sangat baik. Kurangnya penilaian pada beberapa aspek tersebut disebabkan oleh
pertemuan kedua hanya ada dua aspek saja yang memperoleh persentase 75%
aspek hanya memperoleh nilai 75%, namun pada aspek 7, 8, 9 dan 10 yang
media komik seperti yang dilihat pada Gambar 4.8 menunjukkan nilai 96,1%
kategori sangat baik. Hal ini berarti media komik materi Sistem Tata Surya
b. Aktivitas Siswa
lembar aktivitas siswa oleh observer, maka disajikan pengolahan data yang
100
80
60
40
20
0
Aspek 1 Aspek2 Aspek 3 Aspek 4 Aspek 5 Aspek 6 Aspek 7 Aspek 8 Aspek 9 Aspek Aspek
10 11
Gambar
0.89
Siswa
Hasil
pengamatan aktivitas siswa yang dilakukan oleh observer seperti yang terlihat
56
pada Gambar 4.9 pada pertemuan pertama terdapat 4 aspek yang menunjukan
rentang skor 61%-80% yaitu aspek 3,7,9,10 dengan kategori baik, pertemuan
kedua terdapat 2 aspek dengan kategori yang sama yaitu aspek 3 dan 9, sedangkan
dengan kategori sangat baik. Meskipun pada beberapa aspek hanya memperoleh
nilai dengan kategori baik, namun pada aspek 5, 6 dan 8 yang merupakan kegiatan
kedua dan 89% pada pertemuan ketiga sehingga rata-rata penilaian untuk aktivitas
siswa adalah 87,65% dengan kategori sangat baik. Berdasarkan data tersebut
pembelajaran.
Keefektifan media komik dapat dilihat melalui angket respon siswa dan
hasil belajar siswa. Berikut adalah hasil analisis respon peserta didik dan tes hasil
Biru, media komik pada pembelajaran IPA materi Sistem Tata Surya
mendapatkan respon yang sangat baik. Persentase respon peserta didik dapat
96 94 94 97 95 95 94
100 93 91 90 93
88 86 89
90
76
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Berdasarkan data dalam Gambar 4.11 terlihat bahwa capaian respon siswa
pada aspek 4 mencapai presentase 76% atau berada dalam kategori baik,
sedangkan sisanya berada dalam rentang skor 81%-100% dan berada dalam
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
a a a a a a a a a
si w isw isw isw isw isw isw isw isw swa swa swa swa swa swa swa swa swa swa swa
S S S S S S S S S Si Si Si Si Si Si Si Si Si Si Si
Hasil tes belajar siswa kelas VII-2 SMP Negeri 7 Telaga Biru dapat dilihat
pada Gambar 4.12 dan rata-rata nilai post-test dan pre-test dapat dilihat pada
Gambar 4.13.
79.00%
Pre-Test
Post-Test
0.31
Berdasarkan data dalam Gambar 4.12 dan Gambar 4.13 dapat dilihat
siswa dan untuk rata-ratanya. Pada Gambar 4.12 terlihat bahwa 3 dari 20 orang
siswa mendapatkan nilai dibawah KKM 75 pada post tes, sehingga diperoleh
17
¿ x 100 %
20
¿ 85 %
4.2 Pembahasan
berupa media komik pada pembelajaran IPA materi Sistem Tata Surya untuk
Negeri 7 Telaga Biru dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran masih kurang
guru dalam menyampaikan informasi kepada peserta didik. Hal ini sebagaimana
pendapat Sadiman (2002) yang mengatakan bahwa media adalah perantara atau
lebih semangat dalam pembelajaran, hasilnya materi dengan mudah dapat diserap
siswa. Menurut Sudrajat (2018) media pembelajaran segala sesuatu yang dapat
proses belajar mengajar. Salah satu media yang banyak diminati oleh anak-anak
yaitu komik. Komik merupakan suatu bacaan yang dapat dijadikan sebagai media
60
komik adalah sebagai hiburan, namun dapat diramu menjadi suatu bahan bacaan
Media komik ini dibuat dengan tujuan untuk dapat meningkatkan minat
dan motivasi membaca serta meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini
salah satu sumber belajar yang dapat membantu siswa dan dapat menggantikan
posisi guru dalam kegiatan pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas.
Komik selain dapat digunakan sebagai alat bantu mengajar juga dapat dijadikan
pengembangan media komik pada materi Sistem Tata Surya, dapat dilihat
Tata Surya oleh tiga orang validator yang ahli dalam bidang media pembelajaran,
desain media pembelajaran juga ahli dalam materi Sistem Tata Surya.
rata 95,31% untuk validitas media komik. Hal ini berarti bahwa media komik
61
Sistem Tata Surya yang dikembangkan ini dapat menjadi salah satu referensi bagi
guru dan siswa dalam proses pembelajaran khususnya pada materi Sistem Tata
Surya.
Nilai dalam kategori sangat layak ini adalah nilai akhir setelah sebelumnya
seluruh Kompetensi Dasar untuk materi Sistem Tata Surya. Sesuai dengan
pendapat Sudrajat (2008) kriteria yang paling utama dalam pemilihan media
kompetensi yang ingin dicapai. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Sudjana
(2007) yang mengatakan bahwa salah satu manfaat media pembelajaran yaitu
untuk lebih memperjelas materi pembelajaran agar dapat lebih dipahami oleh
desain komik untuk digunakan dalam pembelajaran. Gene Yang dalam Avrilianti
(2013) menyatakan bahwa salah satu kelebihan komik yaitu karena komik terdiri
peserta didik.
95,93% dari validator. Menurut tabel kategori persentase validitas media (Yazid,
2016) desain media komik ini masuk dalam kategori sangat layak, artinya desain
komik baik dari segi cover, background, perpaduan warna dan desain isinya
diharapkan dengan desain media yang menarik ini peserta didik dapat termotivasi
Yang (dalam Avrilianti, 2013) bahwa media komik bersifat sebagai perantara
yang dapat mengarahkan siswa untuk disiplin membaca khususnya bagi yang
tidak suka membaca, agar penyampaian materi kepada siswa menjadi lebih
mudah.
Berdasarkan data dalam grafik seperti pada Gambar 4.3, terbaca bahwa
persentase rata-rata untuk validitas materi komik adalah 95.48% atau termasuk
dalam kategori sangat layak. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, nilai ini
meningkatkan kualitas komik. Komentar dan saran dari validator sebelum peneliti
melakukan revisi yaitu perbaiki beberapa penulisan yang terdapat dalam media
untuk hiburan saja tetapi dapat diterapkan untuk menyampaikan berbagai ilmu
kekurangan media komik sesuai dengan saran validator. Perbaikan itu antara lain
ejaan yang kurang sesuai seperti kata Musium Digital diganti menjadi Museum
Digital dan identitas planet-planet dalam sistem tata surya telah dilengkapi agar
peserta didik bisa mendapatkan pengetahuan yang utuh dengan membaca media
63
komik yang dikembangkan ini. Identitas planet-planet yang dilengkapi antara lain
waktu edar atau revolusi setiap planet, diameter planet, jarak planet dari matahari,
temperature suhu pada setiap planet, satelit-satelit yang dimiliki planet serta
julukan-julukan planet.
4.2.2 Implementasi
Berikut adalah analisis implementasi dari media komik yang dilihat dari
penggunaan media komik sebagai media pembelajaran oleh guru dan peserta
Berdasarkan data pada Gambar 4.7 terlihat bahwa terdapat beberapa aspek
media komik dan bukan karena kesalahan media komik pembelajarannya. Seperti
baik tidak terlepas dari peranan pendidik atau guru dalam proses pembimbingan
peserta didik dalam mengajar, memberi motivasi dan dorongan belajar untuk
peserta didik.
64
terlihat pada aspek 6, 7, 8 dan 9 menunjukkan nilai maksimal yang berarti bahwa
paksaan, siswa membaca dan mengisi LKPD dengan difasilitasi media komik
sehingga lebih memudahkan guru dalam pembelajaran. Hal ini sesuai dengan
oleh Aslamiyah dalam Ntobuo (2018) bahwa komik dapat dengan mudah
pada materi sistem tata surya ini praktis untuk diimplementasikan dalam
b. Aktivitas Siswa
interaksi baik antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru atau siswa dengan
65
aktivitas siswa.
belum terlaksana dengan baik pada pertemuan pertama dan kedua. Hal ini
guru dan masih malu untuk mengemukakan pendapatnya. Setelah diberikan media
pembelajaran komik siswa terlihat lebih antusias dan termotivasi dalam belajar
seperti dapat terlihat pada Gambar 4.9 aspek 5, 6 dan 8 memperoleh skor rata-rata
81%-100% dengan kategori sangat baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Sudjana
(2007) bahwa media akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat
menambah motivasi belajarnya. Pendapat lain dari Gene dalam Avrilianti (2013)
Hasil rata-rata untuk penilaian aktivitas siswa berada pada kategori sangat
baik. Hal ini menunjukan bahwa aktivitas siswa saat pembelajaran dengan media
Keefektifan media komik diukur dari angket respon peserta didik dan tes
Data respon siswa terhadap media komik sistem tata surya dikumpulkan
melalui angket yang disebarkan kepada siswa setelah selesai seluruh kegiatan
terlihat pada aspek 4 beberapa siswa kurang setuju mengenai pernyataan siswa
Hal ini wajar saja karena penjelasan dari guru memang penting dalam menambah
pengetahuan, namun posisi media komik edukasi juga dapat menggantikan posisi
(2015) bahwa media komik dapat digunakan dalam proses pembelajaran dua arah,
yaitu sebagai alat bantu guru untuk mengajar dan sebagai media belajar yang
100% atau dalam kategori sangat baik. Artinya siswa menunjukkan respon positif
ini dapat dikatakan efektif karena dapat meningkatkan minat belajar siswa. Hal ini
peningkatan motivasi belajar peserta didik. Selain itu, menurut Nugraha (2013),
komik sains merupakan alternatif yang dapat peserta didik gunakan untuk belajar
sambil bermain agar kegiatan pembelajaran lebih menarik dan minat peserta didik
67
menjadi lebih tinggi. Selain itu, penelitian tentang peranan media komik terhadap
literasi sains siswa SD kelas V pada materi daur air oleh Nursholihat (2017) juga
b. Hasil Belajar
Ketuntasan seluruh peserta didik ini sangat berkaitan dengan keaktifan peserta
didik untuk terlibat dalam proses pembelajaran. Hasil belajar (post tes) siswa
dalam penelitian ini menunjukkan bahwa 3 dari 20 orang siswa tidak dapat
mencapai standar nilai KKM 75, sehingga diperoleh persentase klasikal 85%.
penelitian ini juga disebarkan tes awal untuk mengetahui pengetahuan awal siswa
dan pengetahuan akhir siswa. Penilaian soal pre test dan post test siswa
menunjukan peningkatan hasi tes belajar siswa dari pretest ke post tes. Hasil rata-
rata nilai siswa pada pre tes yaitu 30,5, sedangkan rata-rata pada post tes 79. Hal
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
sebagai berikut:
1. Validitas
Media komik yang dikembangkan pada materi sistem tata surya sangat
valid digunakan dalam pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari persentase validitas
media pembelajaran 95,31%, validitas desain media 95,93% dan validitas materi
media pembelajaran komik ini dapat diterapkan di sekolah dan menjadi salah satu
2. Kepraktisan
oleh guru menunjukkan nilai 96,1% kategori sangat baik dan aktivitas siswa
berada pada rentang skor 87,65% kategori sangat baik, sehingga produk
pembelajaran.
3. Keefektifan
peningkatkan minat dan hasil belajar siswa. Hal ini terbukti dari data respon siswa
dengan kategori layak, sehingga media pembelajaran komik ini efektif digunakan
5.2 Saran
1. Untuk siswa diharapkan dapat mempergunakan media komik sistem tata surya
2. Untuk guru diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu contoh dari variasi
belajar.
tata surya.
materi lain atau dapat menggunakan media komik ini untuk melihat
ketercapaian siswa dalam aspek lainnya dengan tingkat kognitif soal yang lebih
materi sistem tata surya untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan tingkat