Anda di halaman 1dari 5

a.

Pendapat para imam madzhab mengenai kadar susuan yang mengharamkan nikah
Ulama Hanafiah dan ulama Malikiyah berpendapat bahwa banyak maupun sedikit
sama saja tentang dapat mengharamkan nikah. Itu adalah pendapat kebanyakan ulama
salaf dan ulama khalaf dan satu riwayat dari Imam Ahmad. Ada golongan ulama
berpendapat bahwa yang mengharamkan itu bila telah memenuhi kadar tertentu.
Namun mereka juga berbeda pendapat mengenai kadarnya. Abu Ubaid, Abu Saur,
Daud az-Zahiri dan Ibnu al-Munzir berpendapat bahwa satu kali atau dua kali
menyusu tidak mengharamkan; yang mengharamkan ialah tiga kali atau lebih. Itu
adalah riwayat kedua dari Imam Ahmad. Kata yang lain bahwa menyusu kurang dari
lima kali berpisah-pisah, tidak mengharamkan. Itu adalah mazhab Syafi’i dan Zahir
riwayat dari Imam Ahmad dan salah satu riwayat dari tiga riwayat dari ‘A’isyah.
Riwayat yang kedua dari ‘A’isyah, tidak haram kalau kurang dari tujuh kali, sedang
riwayat ketiga darinya, tidak haram kalau kurang dari sepuluh kali susuan.

3. Adz-Dzahab wa al-Fiddlah, yakni emas dan perak, termasuk batu permata,


intan, berlian, dan logam mulia.

b. Ats-Tsarwah al-Hayawaniyah (Kekayaan berupa hewan). Hal ini tidak


terbatas pada onta, sapi (kerbau) dan kambing (domba), tetapi meliputi
seluruh hewan yang halal diternakkan, termasuk ayam ternak, itik ternak,
dan burung ternak yang diperdagangkan.

c. Ats-Tsarwah az-Ziro’iyyah (Kekayaan hasil pertanian). Hal ini tidak hanya


terbatas pada padi, jagung, gandum, anggur dan kurma saja, tetapi meliputi
seluruh hasil pertanian yang bernilai ekonomis dan dapat diperdagangkan.
Seperti cengkeh, tebu dan palawija.

d. Ats-Tsarwah at-Tijariyah, meliputi seluruh barang-barang yang sah dan


dapat diperdagangkan.

e. An-Nuqud (mata uang/uang kertas). Seperti rupiah, ringgit, dolar, riyal


dan dinar. Termasuk uang simpanan, tabungan, deposito, dan surat-surat
berharga.

f. Al-Muntajat al-Hayawaniyah wa az-Zira’iyyah (Barang yang


diproduksi/dihasilkan oleh hewan atau dari tumbuh-tumbuhan). Seperti susu,
madu lebah, gula dan permen.
g. Ats-Tsarwah al-Ma’daniyah wa al-Bahriyah (Kekayaan yang berupa hasil
pertambangan dan hasil laut). Seperti minyak, mineral, batubara, ikan dan
tambak udang.

h.  Al-Mustaghallat (Kekayaan yang berupa hasil industri dan perusahaan).


Seperti industri mobil, property, tekstil, garmen, industri pariwisata,
penyewaan hotel, losmen, motel, rumah, ruko, dan sebagainya.

i. Kasb alAmal wa al-Minhah al-Hurrah (gaji, honorarium, upah, komisi, uang


jasa, hadiah dan sebagainya), yang lazim dikenal dengan zakat profesi.

  j.   Al-Asham wa as-Sanadat (Saham dan Promes/Surat Perjanjian Utang).

Adapun dasar hukum atas wajibnya zakat beberapa jenis harta benda diatas
adalah sebagai berikut :

1. Firman Allah SWT dalam surat at-Taubah ayat 103 :


)١٠٣( ‫صال َت َك َس َكنٌ لَ ُه ْم َوهَّللا ُ َسمِي ٌع َعلِي ٌم‬
َ َّ‫ص ِّل َعلَي ِْه ْم إِن‬ َ ‫ُخ ْذ مِنْ أَمْ َوال ِِه ْم‬
ِ ‫صدَ َق ًة ُت َط ِّه ُر ُه ْم َو ُت َز ِّك‬
َ ‫يه ْم ِب َها َو‬

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan
Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui”.  QS.  At-Taubat (9:103)

2. Firman Allah SWT dalam surat adz-Dzariyat ayat 19 :

ْ َ
ِ ‫َوفِي أمْ َوال ِِه ْم َح ٌّق لِلسَّائ ِِل َوال َمحْ ر‬
)١٩( ‫ُوم‬

“Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta
dan orang miskin yang tidak mendapat bagian”.  QS.  Adz-Dzariyat (51:  19)

3. Firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 267-268 :

ْ‫ ِه إِال أَن‬9‫ ُت ْم ِبآ ِخذِي‬9‫ون َولَ ْس‬9 َ ‫وا ْال َخ ِب‬99‫ض َوال َت َي َّم ُم‬
َ 9ُ‫ ُه ُت ْن ِفق‬9‫يث ِم ْن‬ ِ ْ‫ أَ ْخ َرجْ َنا لَ ُك ْم م َِن األر‬9‫ت َما َك َس ْب ُت ْم َو ِم َّما‬
ِ ‫ِين آ َم ُنوا أَ ْن ِفقُوا مِنْ َط ِّي َبا‬
َ ‫َيا أَ ُّي َها الَّذ‬
‫ ٌع‬9‫اس‬ ‫هَّللا‬
ِ ‫ال َو ُ َو‬9‫ض‬ ْ ً ُ ‫هَّللا‬ ْ ُ ْ ْ ْ َ ‫هَّللا‬ َ
ْ ‫ ُه َو َف‬9‫ة ِمن‬9 ‫ء َو ُ َي ِع ُدك ْم َم ْغف َِر‬9ِ ‫)الشيْطانُ َي ِع ُدك ُم ال َفق َر َو َيأ ُم ُرك ْم ِبال َفحْ َشا‬٢٦٧( ‫ُت ْغ ِمضُوا فِي ِه َواعْ لمُوا أنَّ َ غَ نِيٌّ َحمِي ٌد‬
ُ َّ َ
)٢٦٨( ‫َعلِي ٌم‬

“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari
hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan
dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu
kamu nafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau
mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan
ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji. Setan menjanjikan
(menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat
kejahatan (kikir); sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripada-
Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui”.
QS. Al-Baqarah (2: 267-268).

4. Firman Allah SWT dalam surat al-Hasyr ayat 8 :

ً 9َ‫ون ُدول‬9
‫ة َبي َْن‬9 َ 9‫يل َكيْ ال َي ُك‬
ِ ‫ ِب‬9‫الس‬َّ ‫ْن‬ 9ِ ‫اك‬9‫ا َمى َو ْال َم َس‬99‫رْ َبى َو ْال َي َت‬99ُ‫ذِي ْالق‬9ِ‫ول َول‬
ِ ‫ِين َواب‬ َ 9ُ‫ ِل ْالق‬9ْ‫ولِ ِه مِنْ أَه‬9‫َما أَ َفا َء هَّللا ُ َعلَى َر ُس‬
ِ 9‫رى َفلِلَّ ِه َولِلرَّ ُس‬9
)٧( ‫ب‬ ْ ‫هَّللا‬ ‫هَّللا‬ ُ َّ ْ ْ ُ ُ ُ ُ ُ ْ
ِ ‫ء ِمنك ْم َو َما آ َتاك ُم الرَّ سُو ُل َفخذوهُ َو َما َن َهاك ْم َعن ُه َفان َتهُوا َواتقوا َ إِنَّ َ َشدِي ُد ال ِع َقا‬9ِ ‫األغ ِن َيا‬ ْ

“Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul–Nya
(dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota Maka adalah untuk
Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan
orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di
antara orang-orang Kaya saja di antara kamu. apa yang diberikan Rasul
kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka
tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Amat
keras hukumannya”.  QS.  Al-Hasyr (59:  7)

k. Firman Allah SWT dalam surat an-Nur ayat 56 :

َ ‫الز َكا َة َوأَطِ يعُوا الرَّ سُو َل لَ َعلَّ ُك ْم ُترْ َحم‬


)٥٦( ‫ُون‬ َّ ‫َوأَقِيمُوا الصَّال َة َوآ ُتوا‬

“Dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat, dan taatlah kepada rasul,


supaya kamu diberi rahmat”.  QS.  An-Nur (24:  56)

l. Firman Allah SWT dalam surat al-Ma’arij ayat 19-23 :

َ ‫ِين ُه ْم َعلَى‬
‫الت ِِه ْم‬9 ‫ص‬ َ ‫)الَّذ‬٢٢( ‫ين‬ َ ‫)إِال ْالم‬٢١( ‫ ُر َم ُنوعًا‬9‫) َوإِ َذا َم َّس ُه ْال َخ ْي‬٢٠( ‫)إِ َذا َم َّس ُه ال َّشرُّ َج ُزوعًا‬١٩( ‫ان ُخلِقَ َهلُوعًا‬
َ ِّ‫ل‬9 ‫ُص‬ َ ‫إِنَّ اإل ْن َس‬
ْ ُ َ َّ
)٢٥( ‫ُوم‬ ِ ‫)لِلسَّائ ِِل َوال َمحْ ر‬٢٤( ‫ِين فِي أمْ َوال ِِه ْم َح ٌّق َمعْ لو ٌم‬
َ ‫) َوالذ‬٢٣( ‫ُون‬ َ ‫دَ ا ِئم‬

“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia


ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan
ia  amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, yang mereka
itu tetap mengerjakan shalatnya, dan orang-orang yang dalam hartanya
tersedia bagian tertentu,bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang
tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta)”.  QS.  Al-Ma’arij
(70:  19-25)

m.  Firman Allah SWT dalam surat at-Taubah ayat 34-35:

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebagian besar dari orang-


orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta
orang dengan jalan yang batil dan mereka menghalang-halangi (manusia)
dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan
tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada
mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih, pada hari
dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahannam, lalu dibakar dengannya
dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada
mereka: “Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri,
maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu”.  QS.  At-
Taubah (9:34-35)

1. Sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan al-Imam ath-Thabrani,


sebagai berikut:[1]
َّ‫ أَالَ َوإِن‬.‫اؤُ ُه ْم‬9‫ َن ُع أَ ْغ ِن َي‬9‫ص‬ْ ‫ا َ َي‬9‫ َر ْوا إِالَّ ِبم‬9‫صدَ َق ًة ُت ْغنِى فُ َق َرا َء ُه ْم َولَنْ ُت ْو َجدَ ْالفُ َق َرا ُء جاَعُـ ْـوا أَ ْو َع‬
َ ‫ْن‬9َ ‫ء ْالمُسْ لِ ِمي‬9ِ ‫ض َعلَى أَ ْغ ِن َيا‬
َ ‫هللا ِا َف َت َر‬
َ َّ‫إِن‬
ً َ ً َ ِّ َ ً ً
‫(هللاَ َسيُحاسِ ُب ُه ْم حِسابا ش ِديْدا أ ْو ي َُعذ ُب ُه ْم َعذابا ألِيْما )رواه الطبراني‬
َ َ َ

“Sesungguhnya Allah SWT telah mewajibkan zakat kepada orang-orang


muslim yang kaya, yang dengan zakat tersebut diharapkan dapat
menanggulangi (mencukupi) kebutuhan orang-orang fakir miskin.Apabila ada
orang-orang miskin yang menderita kelaparan atau tidak memiliki pakaian,
maka hal itu semata-mata karena ulah orang-orang kaya yang tidak mau
membayar zakat. Ingatlah sesungguhnya Allah SWT akan menghisab dan
menyiksa mereka dengan siksaan yang pedih”.

1. Pendapat sahabat Abdullah ibnu Abbas, Abdullah ibn Umar, Mujahid,


Atho’, Ikrimah Sa’id ibnu Jbir, Muhammad ibn Ka’ab, al-Hasan,
Qotadah, al-Qasim, Salim, Atho’ al-Khurasani, ar-Rabi’ ibn Anas dan
para pakar tafsir yang lainnya, bahwa yang dimaksud
dengan al-‘afwu dalam surat al-Baqarah ayat 219 adalah al-
fadlu atau harta benda yang melebihi kebutuhan primer.
[2] Berdasarkan penafsiran para pakar tafsir di atas dapat
disimpulkan, bahwa harta benda yang wajib dizakati adalah harta
benda yang melebihi kebutuhan primer.
2. Pendapat Abdullah ibn Mas’ud, Abdullah ibn Abbas, ath-Thariq dan al-
Baqir, bahwa seseorang yang memiliki harta benda yang telah mencapai satu
nisab, seketika itu wajib membayarkan zakatnya sebesar 2 1/2 0/.[3]

3. Pendapat Dr. Mohammad Yusuf al-Qardlawi, bahwa pengertian al-


amwal yang disebutkan di dalam ayat-ayat al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi
Muhammad SAW adalah; segala sesuatu yang disenangi manusia untuk
dimiliki dan dipelihara, seperti unta, sapi, domba, tanah, pohon kurma, emas
dan perah. Hanya saja, pada umumnya orang-orang desa mengartikan harta
benda dengan binatang ternak, sedangkan orang kota mengartikannya
dengan emas dan perak. Pengertian ini sejalan dengan pengertian Ibnu Atsir
yang mengatakan, bahwa emas dan perak yang dimiliki oleh seseorang.
Akan tetapi pengertian tersebut berkembang meliputi segala sesuatu yang
dimiliki dan dipelihara oleh seseorang.[4]

  4.  Pendapat para pakar hukum Islam (fuqaha’). Mereka berbeda pendapat
tentang definisi “harta benda” menurut tinjauan syari’at Islam. Menurut para
ulama madzhab Hanafi, pengertian “harta benda” adalah segala sesuatu
yang dapat diperoleh, dikuasai dan dimanfaatkan menurut cara yang biasa.
Sementara itu para ulama madzhab Syafi’I, Maliki dan Hambali memberikan
definisi bahwa, “harta benda” adalah segala sesuatu yang mengandung nilai
manfaat (nilai komersial). Sehubungan dengan pendapat para ulama
madzhab Syafi’I, Maliki dan Hambali di atas, maka para pakar hukum positif
(ahli perundang-undangan) memasukkan segala sesuatu yang mengandung
nilai manfaat (nilai komersial) seperti hak cipta, hak paten dan sebagainya
ke dalam pengertian “harta benda”. Dengan demikian, pengertian (harta
benda) menurut para pakar hukum positif lebih luas dibanding pengertian
“harta benda” menurut para pakar hukum Islam. Sungguh pun demikian,
menurut hemat kami (Dr. Mohammad Yusuf al-Qardlawi) definisi “harta
benda” yang dirumuskan oleh para ulama madzhab Hanafi lebih sesuai
dengan definisi yang dirumuskan oleh para pakar Bahasa dan lebih
memungkinkan untuk diaplikasikan pada nash-nash al-Qur’an dan hadits
tenang zakat. Karena harta benda yang kongkretlah yang dapat diambil,
dibagi-bagikan dan diserahkan kepada para mustahiq atau disimpan di Baitul
Mal. Sementara itu, hak-hak yang mengandung nilai komersial seperti hak
cipta dan hak paten tidak dapat diperlakukan seperti itu.[5]

Radha’ah adalah salah satu sebab terjadinya mahram atau hubungan maham karena
radha’ah atau mahram sepersusuan

Anda mungkin juga menyukai