Nim: 20051103006
Mata Kuliah: PKN
1945-1948
UU No. 1 Tahun 1945 tentang Kedudukan Komite Nasional Daerah.
Secara umum Indonesia memiliki dua jenis daerah berotonomi yaitu daerah otonom biasa
dan daerah otonom khusus yang disebut dengan daerah istimewa.
1957-1965
Undang-Undang No. 1 Tahun 1957 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah.
Secara umum Indonesia memiliki dua jenis daerah berotonomi yaitu daerah otonom biasa
yang disebut daerah swatantra dan daerah otonom khusus yang disebut dengan daerah
istimewa.
1965-1974
Secara umum Indonesia dibagi menjadi satu macam Daerah Otonom sebagai pelaksanaan
asas desentralisasidan Wilayah Administratif sebagai pelaksanaan asas dekonsentrasi.
1997-2004
Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah.
Tiga jenis daerah otonom adalah Daerah Provinsi, Daerah Kabupaten, dan Daerah Kota.
Ketiga jenis daerah tersebut berkedudukan setara dalam artian tidak ada hirarki daerah
otonom.
2004-2014
Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
Pemerintah daerah adalah suatu penyelenggara urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan
juga DPRD yang juga menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prnsip otonomi
seluas-luasnya yang dalam system dan juga prinsip NKRI sebagaimana dimaksud dalam UUD
NRI tahun 1945.
Kalau UU No.22 Tahun 1999 menganut paham, bahwa desentralisasi itu adalah penyerahan
wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada Daerah Otonom dalam kerangka Negara
Kesatuan Republik Indonesia, maka konsepsi itu tampaknya tidak jauh berbeda dengan undang-
undang yang baru, yakni penyerahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada daerah
Otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
UU No.32 Tahun 2004 menyebutkan bahwa : Otonomi Daerah adalah hak, wewenang dan
kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Jika dalam UU No.22 Tahun 1999 Kewenangan Daerah mencakup kewenangan dalam
seluruh bidang pemerintahan, kecuali kewenangan dalam bidang politik luar negeri, pertahanan
keamananan,peradilan, moneter dan fiskal, agama, serta kewenangan bidang lain, maka dalam
undang-undang No.32 Tahun 2004 kewenangan Daerah sudah ditentukan sedemikian rupa.
Dalam hubungan ini UU No.32 Tahun 2004 menentukan 16 urusan wajib untuk urusan propinsi
dan 16 urusan wajib pula untuk Kabupaten/Kota. Selain urusan wajib baik Propinsi maupun
Kabupaten/Kota disertai dengan urusan yang bersifat pilihan meliputi urusan pemerintahan yang
secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan
kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan.
Kewenangan sebagaimana diatur dalam UU No.32 Tahun 2004, menurut penulis
memperlihatkan perbedaan yang signifikan dengan pola UU No.22 tahun 1999 yang dituangkan
dalam PP No.25 Tahun 2000.
Berbeda halnya dengan undang-undang No. 32 Tahun 2004, dimana undang-undang ini
menganut paham pembagian urusan.
Mencermati pola pembagian urusan yang dituangkan dalam UU No.32 Tahun 2004 memang
tidak harus ditanggapi secara skeptis, tetapi konsep otonomi daerah yang akan dikembangkan
tampaknya berjiwa sentralistik.