Anda di halaman 1dari 5

Nama: Citra R V Piri

Nim: 20051103006
Mata Kuliah: PKN

1. Sejarah Perkembangan Pemerintahan Daerah

 1945-1948
UU No. 1 Tahun 1945 tentang Kedudukan Komite Nasional Daerah.

belum terdapat sebuah undang-undang yang mengatur Pemerintahan Daerah secara


khusus. Otonomi bagi daerah baru dirintis dengan keluarnya UU No. 1 Tahun 1945
tentang Kedudukan Komite Nasional Daerah. UU No. 1 Tahun 1945 menyebutkan
setidaknya ada tiga jenis daerah yang memiliki otonomi yaitu: Karesidenan, Kota otonom
dan Kabupaten serta lainlain daerah yang dianggap perlu.
 1948-1957
Undang-Undang Pokok No. 22 Tahun 1948 tentang Pemerintahan Daerah.

Secara umum Indonesia memiliki dua jenis daerah berotonomi yaitu daerah otonom biasa
dan daerah otonom khusus yang disebut dengan daerah istimewa.
 1957-1965
Undang-Undang No. 1 Tahun 1957 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah.

Secara umum Indonesia memiliki dua jenis daerah berotonomi yaitu daerah otonom biasa
yang disebut daerah swatantra dan daerah otonom khusus yang disebut dengan daerah
istimewa.
 1965-1974

Undang-Undang No. 18 Tahun 1965 tentang Pokok pokok Pemerintahan Daerah.

Tingkat otonomi: Provinsi, Kabupaten, Kecamatan.


 1974-1999
Undang-Undang No. 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan di Daerah.

Secara umum Indonesia dibagi menjadi satu macam Daerah Otonom sebagai pelaksanaan
asas desentralisasidan Wilayah Administratif sebagai pelaksanaan asas dekonsentrasi.
 1997-2004
Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah.

Tiga jenis daerah otonom adalah Daerah Provinsi, Daerah Kabupaten, dan Daerah Kota.
Ketiga jenis daerah tersebut berkedudukan setara dalam artian tidak ada hirarki daerah
otonom.
 2004-2014
Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

UU ini tidak menyatakan penyerahan dan pelimpahan kewenangan, namun urusan.


Kekuasaan penyelenggaraan pemerintahan dalam bentuk kewenangan yang dulunya
diserahkan oleh pemerintah pusat kepada daerah, namun dalam UU ini, kekuasaan
penyelenggaraan pemerintahan berada pada pemerintahan pusat
2. Pengaturan Tentang Pemerintahan Daerah
 Sebelum kemerdekaan RI
a. Decentralisatie wet tahun 1903
b. BestuurS.H.ervorming tahun 1922
 Setelah kemerdekaan RI
a. Di dalam UUD 1945, diatur didalam Bab VI dengan judul “Pemerintah Daerah” Pasal
18
b. Di dalam UUD RIS 1949, diatur didalam Pasal 42-67
c. Di dalam UUD Semetara 1950, diatur dalam pasal 131 dan 132
UNDANG-UNDANG

1. UU Nomor 1 Tahun 1945 kedudukan Komite Nasional Indonesia Daerah.


2. UU No. 22 Tahun 1948 Penetapan Aturan-Aturan Pokok Mengenai Pemerintahan Sendiri
Didaerah-Daerah.
3. UU Nomor 44 tahun 1950 Negara Indonesia Timur
4. UU Nomor 1 tahun 1957 tentang pokok-pokok Pemerintahan Daerah
5. Penetapan Presiden No 6 tahun 1959 tentang Pemerintahan daerah
6. Penetapan Presiden No 5 tahun 1960
7. UU No. 18 tahun 1965 tentang pokok-pokok pemerintahan di daerah
8. UU No. 5 tahun 1979 tentang pemerintahan desa
9. UU No. 22 tahun 1999 tentang pemerintah Daerah beserta peraturan pelaksananya yang
ditetapkan pada tahun 1999 dan tahun 2000
10. UU No. 25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan
daerah beserta peraturan pelaksananya
11. UU No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah beserta peraturan-peraturan
pelaksananya
12. UU No 23 tahun 2014 jo UU No 9 Tahun 2015 tentang Pemerintahan Daerah
Perbandingan UU Otonomi daerah (UU no. 22 Tahun 1999 dan UU no. 32 Tahun 2004)

UU No. 22 tahun 1999

Pemerintahan daerah merupakan suatu penyelenggara pemerintahan daerah otonom oleh


pemerintah daerah dan juga DPRD menurut asas desentralisasinya.

UU No. 32 tahun 2004

Pemerintah daerah adalah suatu penyelenggara urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan
juga DPRD yang juga menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prnsip otonomi
seluas-luasnya yang dalam system dan juga prinsip NKRI sebagaimana dimaksud dalam UUD
NRI tahun 1945.

Kalau UU No.22 Tahun 1999 menganut paham, bahwa desentralisasi itu adalah penyerahan
wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada Daerah Otonom dalam kerangka Negara
Kesatuan Republik Indonesia, maka konsepsi itu tampaknya tidak jauh berbeda dengan undang-
undang yang baru, yakni penyerahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada daerah
Otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

UU No.32 Tahun 2004 menyebutkan bahwa : Otonomi Daerah adalah hak, wewenang dan
kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Jika dalam UU No.22 Tahun 1999 Kewenangan Daerah mencakup kewenangan dalam
seluruh bidang pemerintahan, kecuali kewenangan dalam bidang politik luar negeri, pertahanan
keamananan,peradilan, moneter dan fiskal, agama, serta kewenangan bidang lain, maka dalam
undang-undang No.32 Tahun 2004 kewenangan Daerah sudah ditentukan sedemikian rupa.
Dalam hubungan ini UU No.32 Tahun 2004 menentukan 16 urusan wajib untuk urusan propinsi
dan 16 urusan wajib pula untuk Kabupaten/Kota. Selain urusan wajib baik Propinsi maupun
Kabupaten/Kota disertai dengan urusan yang bersifat pilihan meliputi urusan pemerintahan yang
secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan
kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan.
Kewenangan sebagaimana diatur dalam UU No.32 Tahun 2004, menurut penulis
memperlihatkan perbedaan yang signifikan dengan pola UU No.22 tahun 1999 yang dituangkan
dalam PP No.25 Tahun 2000.

Berbeda halnya dengan undang-undang No. 32 Tahun 2004, dimana undang-undang ini
menganut paham pembagian urusan.

Mencermati pola pembagian urusan yang dituangkan dalam UU No.32 Tahun 2004 memang
tidak harus ditanggapi secara skeptis, tetapi konsep otonomi daerah yang akan dikembangkan
tampaknya berjiwa sentralistik.

Anda mungkin juga menyukai