FIstum - Prak 10 Absisi Daun-1
FIstum - Prak 10 Absisi Daun-1
PRAKTIKUM X
ABSISI DAUN
Oleh
Savira Eka Yuli Agustina
17030204049
Pendidikan Biologi Unggulan 2017
B. Tujuan Percobaan
1. Mengetahui pengaruh AIA terhadap proses absisi pada daun.
C. Hipotesis
Ha : Terdapat pengaruh pemberian AIA terhadap proses absisi pada daun.
H0 : Tidak terdapat pengaruh pemberian AIA terhadap proses absisi pada daun.
D. Kajian Pustaka
Hormon berasal dari kata Hormaein yang berarti menggiatkan, memacu, atau
merangsang. Hormon merupakan senyawa kimia berupa protein yang diproduksi untuk
mengontrol dan mengatur aktivitas sel atau organ tertentu (Sumbono, 2019). Hormon
pertumbuhan tanaman adalah substansi yang dihasilkan tanaman dalam konsentrasi
sangat kecil dan ditrasnpir ke bagian lain dari tanaman, kemudian memberikan respons
(Advinda, 2018).
Pada dasarnya terdapat lima macam kelompok hormon pertumbuhan yaitu auksin,
giberelin, stiokinin, asam absisat, dan etilen. Pertumbuhan tanaman tidak hanya
dipengaruhi oleh salah satu hormon tetapi merupakan hasil kerjasama antara kelima
kelompok hormon tersebut (Advinda, 2018).
Hormon tumbuhan dihasilkan dalam konsentrasi yang sangat kecil, tetapi hormon
dalam jumlah yang sangat sedikit saja bisa berdampak sangat besar terhadap
pertumbuhan dan perkembangan organ tumbuhan. Suatu hormon dapat bekerja dengan
mengubah ekspresi gen, mempengaruhi aktivitas enzim yang ada, atau dengan
mengubah ciri dan sifat-sifat membran (Campbell, 2003)
Hormon juga mempengaruhi absisi pada daun. Absisi berasal dari ab yang berarti
jauh dan scindere yang berarti memotong. Proses absisi mengacu pada gugurnya satu
atau lebih bagian organ tanaman. Absisi terjadi pada organ tumbuhan yang tidak lagi
dibutuhkan untuk membantu bertahan hidup secara efektif dan meningkatkan
produktivitas (Salisbury, 1995). Daun akan terpisah dari batang jika sel-sel pada daerah
absisi mengalami perubahan kimi dan fisik. Proses absisi dikontrol oleh konsentrasi
IAA dalam sel-sel sekitar pada daerah absisi.
Absisi merupakan suatu proses fisiologi yang normal atau suatu kejadian khusus pada
tumbuhan. Hormon yang merangsang absisi daun adalah absisin yang merupakan
molekul terpenoid dengan atom karbon asimetris. Hormon tersebut memacu terjadinya
dormansi pada tumbuhan (biji maupun kuncup). Absisin berperan menghambat sintesis
protein, melalui aktivitas enzim ribonuklease, sintesis protein akan terhambat sehingga
akan mengalami absisi. proses absisi adalah suatu proses terjadinya pemisahan bagian
atau organ tanaman dari bagian tanaman secara alami, seperti kondisi panas, dingin,
serta kekeringan akan mempengaruhi proses absisi.
Hubungan antara absisi dan auksin menurut Addicot (1955) dan Weaver (1972)
adalah absisi akan terjadi apabila jumlah auksin yang terdapat didaerah bagian
proksimal jumlahnya sama atau lebih dari jumlah auksin didaerah bagian distal. Akan
tetapi, apabila jumlah auksin yang berada di daerah bagian distal lebih besar dari daerah
proksimal maka tidak akan terjadi absisi. Dengan kata lain proses absisi ini akan
terhambat.
Mekanisme terjadinya absisi yaitu, pertama, reduksi jumlah klorofil pada daun akibat
paparan sinar matahari yang berakibat kuningnya daun. Kedua, mekanisme kimiawi
yang berasal dari beberapa oksigen reaktif akibat dari tekanan biotik dan abiotik.
Produksi hidrosil radikal ini menyebabkan gangguan homeostasis pada metabolisme
seluler dan perusakan dinding sel (Sakamoto, 2008). Ketiga, pengaruh hormon, yaitu
adanya pengaruh auksin dan etilen yang berpengaruh terhadap regulasi sinyal absisi.
Saat tumbuhan terkonsentrasi pada hormon etilen, gen mengekspresikan selulosa dan
poligalakturonase yang berfungsi mendegradasi dinding sel. Enzim yang mengaktifkan
etilen ini ditemukan berada dalam area promoter (Sakamoto, 2008).
Auksin berasal dari bahasa Yunani auxein yang artinya meningkatkan dan pertama
kali digunakan oleh Frits Went, seorang mahasiswa di Belanda pada tahun 1926 yang
menemukan bahwa suatu senyawa yang belum dapat dicirikan mungkin menyebabkan
pembengkokan koleoptil ke arah cahaya. Senyawa yang ditemukan Went didapapati
cukup banyak di ujung koleoptil (Salisbury dan ross, 1995)
Absisi diatur oleh perubahan keseimbangan etilen dan auksin. Daun yang tua
menghasilkan semakin sedikit auksin yang menyebbakan sel lapisan absisi lebih
sensitif terhadap etilen. Pada saat pengaruh etilen terhadap lapisan absisi kuat maka sel
tersebut memproduksi enzim yang mencerna selulosa dan komponen dinding sel
lainnya. Apabila konsentrasi auksin meningkat maka produksi etilen pun akan
meningkat pula. Absisi daun dimediasi oleh etilen. Sejumlah ahli botani menganggap
etilen sebagai pembawa pesan utama kematian atau hiatus keetahanan mudiman yang
menandai setiap musim tumbuh. Sejumlah inhibitor atau penghambat yang tidak
semuanya merupakan hormon primer, juga mungkin berperan dalam menjaga
keberlangsungan dormansi dan menghambat pertumbuhan. Kerja inhibitor merupakan
komplemen untuk pengaruh etilen. Salah satu inhibitor yang dianggap sebagai hormon
sejati adalah asam absisat. Asam absisat juga telah ditunjukkan berperan dalam absisi
daun dan hal tersebut yang menyebabkan hormon tersebut diberi nama demikian
(Schaum, 2005).
E. Variabel Penelitian
Variabel kontrol : Jenis tanaman, kondisi tanaman, konsentrasi AIA, lama
(waktu) pengamatan, peletakan tanaman
Variabel manipulasi : Perbedaan letak lamina, pemberian lanolin, pemberian
lanolin + AIA,
Variabel respon : Waktu absisi daun
I.
6Dti5AIo4Bhy3P2:S1C.
k-cw
absidteru7)Hlpngm
Rancangan Percobaan
Langkah Kerja
1. Ambil dua buah pot tanaman Coleus sp. kemudian lakukan kegiatan sebagai
berikut :
-
-
Pot 1 : Potong satu pasang lamina yang terletak paling bawah
Pot 2 : Potong satu pasang lamina yang terletak tepat di atas lamina yang paling
bawah
2. Olesi bekas potongan tersebut, yang satu dengan lanolin, sedang yang lain dengan 1
ppm AIA dalam lanolin.
3. Beri tanda agar tidak tertukar
4. Amati tiap hari dan catat waktu gugurnya tangkai-tangkai daun tersebut
5. Adakah perbedaan waktu gugurnya daun pada percobaan saudara. Jelaskan
pendapat saudara disertai dengan teori yang mendukung
3.5
3
Waktu teramati
2.5 Lanolin
Lanolin + AIA
2
1.5
0.5
0
Pot A (Lamina paling bawah) Pot B (Lamina kedua dari bawah)
Perlakuan Lamina
M. Kesimpulan
Terdapat pengaruh AIA terhadap proses absisi daun. Absisi daun pada daun yang
diberi lanolin + AIA lebih lambat. Makin bawah letak daun, makin cepat proses absisi
daunnya.
N. Daftar Pustaka
Abidin, Z. 1985. Dasar-dasar Pengetahuan tentang Zat Pengatur Tumbuh. Angkasa.
Bandung.
Advinda, Linda. 2018. DASAR – DASAR FISIOLOGI TUMBUHAN. Sleman:
Deepublish
Campbell, N.A., Reece, J.B., & Mitchell, L.G. (2003). Biologi. Jilid 2. Edisi Kelima.
Alih Bahasa: Wasmen. Jakarta: Penerbit Erlangga.
G Barnett. 1986. Lanolin and deivatives, cosmetics & toiletries. 101, 21-44
Salisbury, Frank B., dan Ross C.W. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2 Edisi Keempat
alih bahasa Lukman dan Sumaryono. Bandung: ITB