Anda di halaman 1dari 4

Bagi yang tidak presentasi bisa menjawab pertanyaan dalam bahan bacaan yang berjudul

“Politics, Society and Identity” menggunakan tulisan tangan pada kertas folio. Sedangkan bagi
mahasiswa yang presentasi cukup mengupload ppt presentasi dengan menggunakan format
yang memungkinkan untuk diupload. Tugas dikumpulkan maksimal Rabu, 3 November pukul
12.20
Pertanyaan bacaan:
 

1. Why has social connectedness become ‘thinner’? Keterhubungan sosial menjadi

semakin tipis karena adanya perkembangan seperti munculnya 'pasca-industrialisme' dan

memudarnya signifikansi kelas sosial dimana munculnya apa yang disebut 'masyarakat

informasi', dan pertumbuhan individualisme

2. Has class conflict in modern society been resolved or merely suppressed? Konflik kelas

masyarakat modern hanya ditekan karena sebagaimana yang dicirikan masyarakat ialah

konflik yang tidak dapat didamaikan, kaum liberal


cenderung menekankan bahwa harmoni ada di antara
kepentingan dan kelompok yang bersaing karena itu
sudah terbentuk oleh kekuatan kebutuhan secara
alami.
3. Has the network society substituted ‘virtual’ communities for real communities, and with what

consequences? Komunitas jaringan telah menggantikan komunitas virtual untuk komunitas

nyata karena terjadi revolusi komunikasi yang melahirkan era informasi dan era industri

dimana dalam revolusi tersebut melahirkan konsekuensi antara lain masyarakat telah diubah

menjadi 'masyarakat informasi' dan ekonomi telah menjadi 'ekonomi pengetahuan', bahkan

ekonomi yang 'tanpa bobot'. Selain itu, munculnya media baru telah membantu mengubah

ruang lingkup dan sifat keterhubungan sosial. Munculnya media baru tersebut telah membantu

mengubah ruang lingkup dan sifat keterhubungan sosial. Sejauh ruang lingkup keterhubungan

sosial yang bersangkutan, media baru telah memberikan dorongan besar untuk proses

globalisasi. Sementara era industri menciptakan mekanisme baru untuk berkomunikasi di tingkat
nasional, bukan di tingkat lokal (melalui surat kabar nasional, sistem telepon, layanan radio dan

televisi, dan sebagainya). Konsekuensi selanjutnya adalah pertumbuhan 'kultus informasi', di mana

akumulasi data dan informasi menjadi tujuan itu sendiri, merusak kemampuan orang untuk

membedakan antara informasi, di satu sisi, dan pengetahuan, pengalaman, dan kebijaksanaan, di sisi

lain ( Roszak, 1994)

4. Is individualism the enemy of social solidarity and cohesion? Betul, individualisme telah sangat

melemahkan komunitas dan rasa memiliki sosial kita. Misalnya, sosiologi akademis sebagian besar

muncul pada abad kesembilan belas sebagai upaya untuk mengeksplorasi implikasi sosial (biasanya

negatif) dari penyebaran industrialisasi dan urbanisasi, yang keduanya telah mendorong peningkatan

individualisme dan persaingan.

Seperti yang dikemukakan oleh ahli teori komunitarian, seperti Michael Sandel (1982) dan Alisdair

MacIntyre (1981), dengan demikian berpendapat bahwa, dalam memahami individu secara logis

sebelum dan 'di luar' komunitas, individualisme liberal telah melegitimasi keegoisan dan keserakahan,

dan merendahkan pentingnya kebaikan publik.

5. Does consumerism liberate people or enslave them? Konsumerisme membebaskan seseorang

dan mendorong orang untuk berpikir dan bertindak lebih dalam hal individu, berfokus pada kepuasan

pribadi, bahkan melihat konsumsi sebagai bentuk ekspresi diri.

6.  What are the main factors explaining the growth of identity politics?
Faktor utama tumbuhnya identitas politik adalah etnis dan agama karena ketika etnis dan agama
menjadi faktor yang dipertaruhkan, terdapat semacam keperluan untuk mempertahankan atau
membela identitas yang dimiliki suatu kelompok

7. Is identity politics a liberating or oppressive force? Identitas politik merupakan kekuatan yang

menindas karena identitas politik berorientasi terhadap teori sosial atau politik, daripada kumpulan

ide yang koheren dengan karakter politik yang mapan. Ia berusaha untuk menantang dan

menggulingkan penindasan dengan membentuk kembali identitas kelompok melalui proses penegasan

diri politik-budaya. Ini mencerminkan dua keyakinan inti. Pertama, marginalisasi kelompok
beroperasi melalui stereotip dan nilai-nilai yang dikembangkan oleh kelompok dominan yang

menyusun bagaimana kelompok terpinggirkan melihat diri mereka sendiri dan dilihat oleh orang lain.

Ini biasanya menanamkan rasa rendah diri, bahkan rasa malu. Keyakinan kedua adalah bahwa

subordinasi dapat ditantang dengan membentuk kembali identitas untuk memberi kelompok yang

bersangkutan rasa bangga dan harga diri (misalnya, 'hitam itu cantik' atau 'kebanggaan gay'). Dalam

upaya untuk mendapatkan kembali rasa identitas yang 'murni' atau 'otentik', politik identitas

mengungkapkan perlawanan terhadap marginalisasi dan kerugian, dan berfungsi sebagai sumber

pembebasan. Sehingga inilah yang memberi politik identitas karakter khasnya yang agresif dan

mengilhaminya dengan kekuatan psiko-emosional.

8. To what extent has the recognition of ethnic and gender divisions produced meaningful
political change?

Pengakuan etnis dan gender cukup memberikan dampak perubahan politik yang berarti

seperti contoh pemisahan yang ketat antara kulit putih dan non-kulit putih antara pemilihan Partai

Nasionalis pada tahun 1948 dan pembentukan demokrasi non-rasial di bawah kepemimpinan Kongres

Nasional Afrika (ANC) pada tahun 1994. Hal tersebut memberikan dampak perubahan politik dimana

dari adanya pengakuan etnis antara kulit putih dan non kulit putih dapat mempengaruhi pemilihan

pada Partai Nasionalis dan pembentukan demokrasi non-rasial. Hal ini muncul karena sebagai akibat

dari diskriminasi rasial dan ketidakmanfaatan pada umumnya. Sedangkan pengakuan gender berawal

dari paham radikal feminisme dimana perempuan harus menikmati hak hukum dan politik yang sama

dengan laki-laki, dengan penekanan khusus ditempatkan pada hak pilih perempuan dengan alasan

bahwa jika perempuan dapat memilih, semua bentuk diskriminasi atau prasangka seksual lainnya akan

segera hilang. Seperti contohnya posisi 'pro-wanita', yang sangat kuat di Prancis dan Amerika Serikat.

Posisi ini mengagungkan nilai-nilai positif dari kesuburan dan keibuan, dan menolak gagasan bahwa

perempuan harus mencoba menjadi 'lebih seperti laki-laki'. Sebaliknya, mereka harus mengenali dan

merangkul persaudaraan mereka, ikatan yang menghubungkan mereka dengan semua wanita lain.

Oleh karena itu, posisi pro-perempuan menerima bahwa sikap dan nilai perempuan berbeda dari laki-
laki, tetapi menyiratkan bahwa, dalam beberapa hal, perempuan lebih unggul, memiliki kualitas

kreativitas, kepekaan dan kepedulian yang tidak dapat sepenuhnya dihargai atau dikembangkan oleh

laki-laki.

9. Do modern societies need to be protected from cultural diversity? Masyarakat perlu

adanya perlindungan dari budaya multicultural karena identitas individu tertanam secara budaya,

dalam arti bahwa sebagian besar orang memperoleh pemahaman mereka tentang dunia dan kerangka

keyakinan moral mereka dari budaya di mana mereka hidup dan berkembang. Oleh karena itu,

budaya-budaya yang khas layak untuk dilindungi atau diperkuat, terutama ketika mereka termasuk

dalam kelompok minoritas atau rentan. Selain itu, semakin banyak negara yang menerima sebagai

fakta yang tidak dapat diubah bahwa populasi mereka memiliki karakter multi-etnis, multireligius atau

multikultural.

Anda mungkin juga menyukai