BAB I
PENDAHULUAN
panjang yang bisa diperjual belikan, baik dalam bentuk utang maupun modal
sektor, dimana salah satu sektor yang paling diminati investor adalah sektor
manufaktur.
angka 5,02%, angka tersebut lebih tinggi dari tahun 2015 yang dikoreksi sebesar
4,88%. Tingkat pertumbuhan pada tahun 2016 juga merupakan realisasi lebih
tinggi dibandingkan 2014 sebesar 5,01%, meski masih lebih rendah dari tahun
2013 yang di posisi 5,56%. (Sumber dari BPS). Hal utama yang mempengaruhi
mentah menjadi barang jadi untuk menambah nilai atas barang tersebut. Para
pertumbuhan pada sektor ini melaju cukup pesat. Misalnya, PT Multi Bintang
Indonesia yang bergerak di sub sektor food and beverages memiliki Net Profit
Margin sebesar 18,43% pada tahun 2015 dan berkembang sangat pesat pada tahun
2016 yang mencapai 29,56%. Hal tersebut tentunya menjadi magnet yang sangat
berikut :
pertama adalah untuk mencapai keuntungan maksimal. Tujuan yang kedua adalah
para pemegang saham akan meningkat (Wahyudi dan Pawestri, 2008). Tingginya
nilai perusahaan tentu akan membuat investor memiliki naluri lebih untuk
Fama dan French (1998) dalam Wibawa dan Wijaya (2010), berpendapat
nilai perusahaan. Akan tetapi di balik tujuan tersebut terdapat konflik antara
pemegang saham dengan manajer, dan dengan penyedia dana sebagai kreditur.
yang mereka lakukan. Kreditur di sisi lain cenderung akan berusaha melindungi
pengawasan yang ketat pula. Manajer juga memiliki dorongan untuk mengejar
pemegang saham.
laba. Manajemen laba dilakuka oleh manajer didasarkan pada berbagai macam
long as it does not defy the generally accepted accounting principle”, yang berarti
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, dengan demikian praktik
untuk penghindaran pajak yang tinggi, untuk melindungi diri dari pemecatan, dan
laba (income decreasing) yang dilaporkan untuk tujuan tertentu. Dutta and Gigler
pemegang saham. Namun, masih belum jelas tujuan dari manajemen laba untuk
(2005), Herawaty (2008), Anggraini (2011), Gill et al. (2013), dan Febriani
(2014) menemukan hasil bahwa manajemen laba memiliki pengaruh yang negatif
diperoleh akan dibagikan ke pemegang saham atau ditahan sebagai laba ditahan.
perusahaan dengan pihak pemegang saham. Hal ini terjadi karena manajer
pemegang saham sebagai deviden. Adanya masalah antara pihak manajemen dan
6
nilai perusahaan. Hasil penelitian berbeda didapat oleh Sukirni (2012), Nurhayati
berbagai hal yang telah diuraikan, maka peneliti tertarik untuk melakukan
2016?
8
4. Apakah ada pengaruh positif kebijakan deviden yang diproksikan dengan DPR
2012-2016?
2012-2016
1. Bagi Perusahaan
2. Bagi Investor
keputusan berinvestasi.
3. Bagi Instansi
Ekonomi Jurusan Akuntansi. Selain itu hasil dari penelitian ini juga akan turut
4. Bagi Mahasiswa
Sebagai bahan referensi lebih lanjut dalam hal yang berkaitan dengan nilai
BAB II
Nilai perusahaan merupakan kondisi tertentu yang telah dicapai oleh suatu
setelah melalui suatu proses kegiatan selama beberapa tahun, yaitu sejak
perusahaaan tersebut didirikan sampai dengan saat ini. Menurut Husnan (2013)
nilai perusahaan atau juga disebut dengan nilai pasar perusahaan merupakan harga
yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual.
“Nilai perusahaan adalah nilai perusahaan saat ini dan nilai pada waktu
dan uang yang akan datang, oleh karenanya perlu pertimbangan nilai waktu dan
atau pemasukan yang akan diterima di waktu yang akan datang, sedangkan
percaya tidak hanya pada kinerja perusahaan saat ini namun juga pada prospek
beberapa konsep nilai yang menjelaskan nilai suatu perusahaan antara lain: 1).
Nilai nominal yaitu nilai yang tercantum secara formal dalam anggaran dasar
perseroan, disebutkan secara eksplisit dalam neraca perusahaan, dan juga ditulis
12
jelas dalam surat saham kolektif; 2). Nilai pasar, sering disebut kurs adalah harga
yang terjadi dari proses tawar menawar di pasar saham. Nilai ini hanya bisa
ditentukan jika saham perusahaan dijual dipasar saham; 3). Nilai intrinsik
merupakan nilai yang mengacu pada perkiraan nilai riil suatu perusahaan; 4).
Nilai buku adalah nilai perusahaan yang dihitung dengan dasar konsep akuntansi;
5). Nilai likuidasi adalah nilai jual seluruh aset perusahaan setelah dikurangi
pemegang saham dan perusahaan dipresentasikan oleh harga pasar dari saham
(value of the firm). Nilai perusahaan menunjukkan nilai berbagai aset yang
menghasilkan arus kas, tetapi juga bergantung pada karakteristik operasional dan
keuangan dari perusahaan yang diambil alih. Beberapa variabel kuantitatif yang
1. Nilai Buku
Nilai buku (book value) merupakan nilai dari aktiva yang ditunjukkan pada
laporan neraca perusahaan. Nilai ini menggambarkan biaya historis asset dari
pada nilai sekarang. Sebagai contoh, nilai buku saham preferen suatu
untuk membayar saham tersebut dan jumlah yang di terima oleh perusahaan
2. Nilai Likuiditas
Nilai likuiditas adalah sejumlah uang yang dapat direalisasikan jika aset di jual
Nilai harga pasar dari suatu aset adalah nilai yang teramati untuk aktiva yang
ada dipasaran. Nilai ini ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan
harga yang diterima untuk aktiva tersebut. Sebagai contoh, harga pasar untuk
saham biasa Ford Motor Company pada tanggal 5 November 2002 adalah
$8,90. Harga ini dicapai oleh sejumlah besar pembeli dan penjual yang bekerja
sama di New York Stock Exchange. Dalam hal ini suatu harga pasar ada untuk
semua aktiva. Akan tetapi, banyak aktiva yang belum memiliki harga pasar
rasio pasar. Rasio penilaian merupakan ukuran kinerja yang paling menyeluruh
untuk suatu perusahaan karena mencerminkan pengaruh gabungan dari rasio hasil
pengembalian dan risiko. Menurut Weston dan Copeland (2008: 244) rasio
penilaian terdiri dari price earning ratio, price to book value, dan rasio Tobin’s Q.
prospek pertumbuhan yang baik. Hal ini dapat terjadi karena semakin besar nilai
pasar asset perusahaan dibandingkan nilai buku asset perusahaan maka semakin
agent. Pada perusahaan yang modalnya terdiri atas saham, pemegang saham
bertindak sebagai principal, dan CEO (Chief Executive Officer ) sebagai agent
yang terjadi karena manusia adalah makhluk ekonomi yang mempunyai sifat
Kondisi perusahaan yang dilaporkan oleh manajer tidak sesuai atau tidak
Sebagai pengelola, manajer lebih mengetahui keadaan yang ada dalam perusahaan
Teori agensi menggunakan tiga asumsi sifat manusia yaitu: (1) manusia
pada umumya mementingkan diri sendiri (self interest), (2) manusia memiliki
daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan
(3) manusia selalu menghindari resiko (risk averse). Dari asumsi sifat dasar
manusia tersebut dapat dilihat bahwa konflik agensi yang sering terjadi antara
manajer dengan pemegang saham dipicu adanya sifat dasar tersebut. Manajer
kepentingan pemegang saham karena mereka adalah pihak yang memberi kuasa
Menurut Brigham dan Houston (2011:79) isyarat atau signal adalah suatu
tindakan yang diambil perusahaan untuk memberi petunjuk bagi investor tentang
pihak diluar perusahaan. Informasi tersebut penting bagi investor dan pelaku
gambaran, baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun masa yang akan datang
perusahaan dan pihak luar karena perusahaan mengetahui lebih banyak mengenai
perusahaan dan prospek yang akan datang daripada pihak luar (investor dan
hutang juga dapat diartikan pihak luar tentang kemampuan perusahaan untuk
membayar kewajibannya di masa yang akan datang atau risiko bisnis yang rendah,
Manajemen laba adalah prilaku dari manajer yang membuat laporan laba
rugi dan tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya pada periode berjalan
called Good Corporate Governance” yang berarti suatu perilaku manipulatif oleh
Governance.
18
management, yaitu :
manajer yang tidak sesuai dengan kepentingan investor, seperti deviden yang
jatuh dibawah tingkat yang ditetapkan dan semua aktivitas yang dapat
2. Bonus Plans
atas dasar laba tersebut, jika laba lebih rendah daripada laba yang ditetapkan
maka akan mendorong manajer untuk melakukan manajemen laba, dengan cara
3. Political Motivations
kemakmuran tinggi. Tindakan ini diperoleh untuk mengurangi biaya politis dan
4. Taxation Motivations
Dalam hal ini manajer berusaha menurunkan laba untuk mengurangi beban
pajak yang harus dibayar. Karena laba berbanding lurus dengan beban pajak,
apabila laba semakin besar maka beban pajak yang harus ditanggung oleh
akan melakukan manajemen laba agar laba yang dilaporkan kepada fiskal lebih
Motivasi ini terjadi ketika dalam kasus pergantian manajer biasanya diakhir
tahun tugasnya, manajer akan melaporkan laba yang tinggi, sehingga CEO
yang baru merasa sangat berat untuk mencapai tingkat laba tersebut atau ketika
Perusahaan yang baru saja menerbitkan saham perdana (IPO) belum bisa
memiliki harga pasar saham yang mapan. Cara untuk mempengaruhi pasar
1. Income Increasing
Jika laba masa kini relatif rendah dan diperkirakan laba masa depan tinggi,
2. Income decreasing
Jika laba masa kini relatif tinggi dan diperkirakan laba masa depan rendah,
perbedaan antara total accruals pada periode yang diuji yang distandarisasi
dengan penjualan pada periode yang diuji dan total accruals pada periode
Secara sistematis, total accruals itu sendiri merupakan selisih antara laba
bersih operasi (net operating income) dengan aliran kas dari aktivitas operasi
Keterangan:
persamaan :
Keterangan :
DAit = (TAit/SALEit) – (TAid/SALEid)
dengan melihat nilai dari Discretionary Accruals (DA). Nilai DA positif memiliki
arti bahwa praktik manajemen laba yang terjadi adalah dengan pola income
laba yang terjadi adalah dengan pola income decreasing. Namun, ketika nilai DA
yang diperoleh adalah sama dengan nol, maka dapat dikatakan praktik manajemen
(1) Rasio Likuiditas dengan ukuran (a) Current Ratio untuk perusahaan
normal yang berkisar pada angka 2:1 atau 200%. Rasio yang rendah menunjukkan
resiko likuiditas yang tinggi. Rasio lancar yang tinggi menunjukkan adanya
kelebihan aktiva lancar yang akan mempunyai pengaruh yang tidak baik terhadap
profitabilitas perusahaan; (b) Quick Ratio, angka yang terlalu kecil menunjukkan
resiko likuiditas yang lebih tinggi. Rasio atau pedoman yang baik adalah 1:1 atau
100%; (c) Cash Ratio merupakan alat penting likuid, sehingga batasan angka
(2) Rasio Aktivitas; (a) Fixed Asset Turn Over menunjukkan ukuran
atau pedoman yang baik adalah antara 150-300% atau 1,5 – 3 kali; (b) Total Asset
Turn Over menunjukkan seberapa efektif penggunaan total aktiva. Rasio yang
tinggi menunjukkan manajemen yang baik. Rasio atau pedoman yang baik adalah
(3) Rasio Solvabilitas; (a) Debt Ratio, berbeda dengan Current Ratio,
walaupun total aset semakin tinggi hal ini tidak akan berefek buruk terhadap
earning power, karena total aset tersebut di dalamnya termasuk aktiva tetap yang
23
sudah diinvestasikan dan produktif. Maka dari itu tidak ada ukuran angka normal
seperti pada Current Ratio, tetapi batasan angka normal yang dianggap baik
adalah <100% dan kinerja akan semakin baik bila rasio semakin kecil rasio
semakin kecil. (b) Debt To Equity Ratio, bagi perusahaan sebaiknya besarnya
hutang tidak boleh melebihi modal sendiri agar beban tetap tidak terlalu tinggi.
Kreditur tidak akan memberi pinajaman tambahan bila debt to equity ratio sudah
lebih besar dari 100% karena resikonya akan menjadi bertambah besar pula.
efisiensi manajemen aset yang berarti efisiensi manajemen. Rasio atau pedoman
yang baik adalah >5%; (b) Return on Equity yang tinggi menunjukkan semakihn
baik adalah antara 20-40%; (c) Profit Margin yang tinggi menandakan
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih yang tinggi pula pada
tingkat penjualan rasio atau pedoman yang baik adalah >5%; (d) Gross Profit
yang tinggi pula pada tingkat penjualan tertentu. Rasio atau pedoman yang baik
adlah 20-40%.
melalui segi kualitatif maupun kuantitatif yaitu: (1) segi kualitatif adalah suatu
kinerja perusahaan yang tidak dapat diukur seperti keunggulan produk di pasar,
terhadap peraturan masyarakat; dan (2) Segi kuantitatif adlah kinerja perusahaan
yang dapat diukur dengan menggunakan suatu analisis tertentu (dalam hal ini
guna pemilihan tujuan investasi oleh para investor pada umumnya. Apabila
profitabilitas.
dan Houston (2011) mendefinisikan profitabilitas adalah hasil akhir dari sejumlah
ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan oleh penjualan dan investasi (Weston dan
1. Profit Margin
Profit margin adalah margin keuntungan yang ditentukan atas harga penjualan.
Return on Asset (ROA) adalah perbandingan antara laba bersih dengan total
4. Rentabilitas Ekonomi
Dalam penelitian ini rasio yang digunakan adalah return on asset (ROA).
Nilai ROA yang tinggi akan memberikan sinyal positif bagi investor bahwa
daya tarik investor untuk memiliki saham perusahaan dan akan meningkatkan
saham mampu menghasilkan laba yang besar maka ada kemungkinan pemegang
sahamnya akan menikmati keuntungan dalam bentuk dividen yang besar pula.
pemilik.
penggunaan laba yang menjadi hak para pemegang saham dan laba tersebut dapat
dibagi sebagai dividen atau laba yang ditahan untuk diinvestasikan kembali.
Dalam kebijakan dividen terdapat trade off dan merupakan pilihan yang
Disisi lain, apabila perusahaan tidak membagikan dividen maka pasar akan
menjadi hak para pemegang saham. Dividen yang dibagikan dapat berupa dividen
tunai (cash dividend) atau dividen dalam bentuk saham (stock dividen). Dividen
tahunan.
dividen yang diberikan ke pemegang saham dan laba bersih per saham.
laba yang akan dibagi dalam bentuk dividen kas dan laba yang ditahan sebagai
Saham).
28
irrelevan, teori bird in the hand, teori information content of dividend, dan teori
clientele effect.
saham. Nilai suatu perusahaan hanya bergantung pada laba yang dihasilkan
oleh asetnya, bukan pada bagaimana laba itu dipecah antara dividen dan laba
ditahan.
Menurut teori bird in the hand, pemegang saham lebih menyukai dividen
tinggi dibandingkan dengan dividen yang akan dibagikan di masa yang akan
datang dan capital gains. Teori ini mengasumsikan bahwa dividen lebih pasti
dividen sebagai sinyal positif atas prospek perusahaan di masa depan. Karena
4. Clientele effect
yang selanjutnya menarik sekumpulan peminat atau clientele yang terdiri dari
emiten atas dividen yang akan dibayarkan kepada pemegang saham yang disebut
oleh emiten tentang bentuk dan besarnya serta jadwal pembayaran dividen
per lembar.
saham. Para pemilik saham yang terdaftar pada daftar pemegang saham
tersebut diberikan hak, sedangkan pemegang saham yang tidak terdaftar pada
3. Tanggal cum-devidend
Tanggal ini merupakan tanggal hari terakhir perdagangan saham yang masih
melekat hak untuk mendapatkan dividen baik dividen tunai maupun dividen
saham.
4. Tanggal ex-devidend
Tanggal perdagangan saham tersebut sudah tidak melekat lagi hal untuk
memperoleh dividen. Jadi jika investor membeli saham pada tanggal ini atau
mendapatkan deviden.
Tanggal ini merupakan saat pembayaran dividen oleh perusahaan kepada para
pemegang saham yang mempunyai hak atas dividen. Jadi pada tanggal
tersebut, para investor sudah dapat mengambil dividen sesuai dengan bentuk
1. Penelitian yang dilakukan oleh Putu dan Made (2017) dengan objek penelitian
2015. Sample yang dipilih dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive
sampling, dengan hasil yang diperoleh yaitu 123 perusahaan. Manajemen laba
dipilih sebagai variabel bebas dan nilai perusahaan sebagai variabel terikat.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Ngurah Dharma dan Putu Vivi (2016) dengan
sebagai variabel bebas dan Nilai Perusahaan sebagai variabel terikat. Dengan
3. Penelitian yang dilakukan oleh Alfredo, Luh Gede, dan Gede (2012) dengan
perusahaan.
Manajemen Laba dipilih sebagai variabel bebas dan nilai perusahaan sebagai
variabel terikat. Teknik yang digunakan yaitu teknik analisis regresi linier
5. Penelitian yang dilakukan oleh Gunarianto, Marjani dan Endah (2016) dengan
Laba sebagai variabel terikat. Teknik yang digunakan yaitu teknik analisis
6. Penelitian yang dilakukan oleh Gani Ibrahim Fenandar dan Surya Raharja
Efek Indonesia tahun 2007-2010. Sample yang dipilih dalam penelitian ini
Kebijakan Deviden dipilih sebagai variabel bebas, dan nilai perusahaan sebagai
7. Penelitian yang dilakukan oleh Umi Mardiyati, Gatot, dan Ria Putri (2012)
sebagai variabel bebas, dan nilai perusahaan sebagai variabel terikat. Dengan
variabel kontrol adalah sebesar 34,2% yang artinya variabel DPR, DER, dan
perilaku manajemen
laba pada nilai
perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia.
5. Gunarianto, Good Regresi 1. Tiga variabel bebas 1. Tahun
Marjani dan Corporate logistik yang diantaranya Good pengamatan
Endah Governance, berganda Corporate Governance, 2. Jumlah
Motivated dan Motivated Behavior, pengamatan
Judul : Effect of Behavior, Regresi dan Implementasi
Good Implementation linier Sistem Informasi
Corporate of Accounting berganda Akuntansi berpengaruh
Governance, Information secara simultan, positif
Motivated System dan signifikan terhadap
Behavior, perilaku manajemen
Implementation laba sebesar 71,6%
of Accounting 2. Good Corporate
Information Governance adalah
System, on Real variabel yang
Behavior of berpengaruih paling
Earning dominan terhadap nilai
Management perusahaan
(Study of
Manufacture
Companies that
Go Public at
Indonesia Stock
Exchange)
6. Gany Ibrahim Keputusan Regresi Keputusan investasi, 1. Tahun
Fenandar dan Investasi, Linier keputusan pendanaan, pengamatan
Surya Raharja Keputusan Berganda dan kebijakan dividen 2. Jumlah
Pendanaan, dan berpengaruh secara pengamatan
Judul : Kebijakan positif terhadap nilai
Pengaruh Deviden perusahaan
Keputusan
Investasi,
Keputusan
pendanaan, dan
Kebijakan
Deviden
Terhadap Nilai
Perusahaan
7. Umi Mardiyati, Kebijakan Regresi 1. Kebijakan Deviden 1. Tahun
Gatot Nazir Deviden, Linier secara parsial memiliki pengamatan
Ahmad, dan Ria Kebijakan berganda pengaruh yang tidak 2. Jumlah
Putri Hutang, dan signifikan terhadap nilai pengamatan
39
2.2 Hipotesis
berikut :
2012-2016
42
BAB III
METODE PENELITIAN
post facto adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk meneliti peristiwa yang
penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau
angka.
mengenai manajemen laba, kinerja keuangan, dan kebijakan deviden atas nilai
laporan keuangan, buku-buku yang berkaitan serta melalui studi pustaka, tulisan-
tulisan ilmiah dan catatan lain dari media cetak maupun elektronik.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Data sekunder adalah data yang tidak secara langsung diberikan kepada
pengumpul data. Sedangkan jenis data penelitian ini berupa data kuantitatif yang
diambil dari laporan tahunan perusahaan yang telah diaudit dan dipublikasikan.
Berdasarkan pokok masalah dan hipotesis yang diuji maka variabel yang
perusahaan. Rasio Tobin’s Q merupakan alat ukur dari nilai perusahaan yang
perusahaan (diukur dengan nilai pasar dari saham yang beredar ditambah
nilai Tobin’s Q berada di bawah 1, hal tersebut memiliki arti bahwa nilai pasar
perusahaan lebih kecil dari nilai ganti aset perusahaan. Pasar akan menilai
1, maka nilai ganti aset perusahaan lebih kecil dari nilai pasar perusahaan dan
Tobin’s Q = (MVE+DEBT) / TA
Keterangan :
MVE = Market Value of Equity (jumlah saham beredar dikali harga saham)
a. Income Increasing
adalah pengurangan antara total accrual periode tes dibagi penjualan periode
tes dengan total accrual periode dasar dibagi penjualan periode dasar
b. Income decreasing
adalah pengurangan antara total accrual periode tes dibagi penjualan periode
tes dengan total accrual periode dasar dibagi penjualan periode dasar
45
c. Profitabilitas
Asset (ROA) adalah perbandingan antara laba bersih dengan total aktiva yang
ROA = x % 100
d. Kebijakan Deviden
Kebijakan dividen adalah keputusan tentang seberapa banyak laba saat ini yang
dalam penelitian ini dikonfirmasi dalam bentuk Dividend Payout Ratio (DPR).
DPR = x 100%
dengan variabel yang terdapat dalam judul penelitian atau yang tercakup dalam
46
memang bisa memengaruhi variabel tak bebas. (Supranto, 2003:322 dalam Arum,
2012)
Income Jika laba masa kini relatif tinggi dan DAit = Rasio
(TAit/SALEit)
Decreasing diperkirakan laba masa depan rendah,
–
(X2) manajer akan menggunakan pilihan prosedur (TAid/SALEid)
akuntansi untuk menurunkan discretion
accruals masa kini (Suharli, 2005,p46)
Profitabilitas Kemampuan perusahaan memperoleh laba ROA =(Laba Rasio
Setelah
(X3) dalam hubungan dengan penjualan, total
Pajak/Modal
aktiva maupun modal sendiri (Sartono, 1997) sendiri) x
100%
47
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar dalam Bursa Efek
2012-2016.
No Kriteria Jumlah
Total Pengamatan 55
teknik dokumentasi. Teknik ini dilakukan dengan mengumpulkan data antara lain
dari Bursa Efek Indonesia, jurnal-jurnal, artikel, tulisan-tulisan ilmiah dan catatan
Uji normalitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
K-S). Distribusi data dinyatakan normal apabila nilai One Sample Kolmogrov-
2. Uji Autokorelasi
model regresi linear ada korelasi antar kesalahan pengganggu (residual) pada
populasinya. Model regresi tidak dapat untuk menaksir nilai variabel dependen
Statistik Durbin Watson dapat menghasilkan nilai antara 0-4. Selanjutnya hasil
3. Uji Multikolinieritas
50
Uji ini dilakukan sebagai syarat digunakannya analisis regresi linier berganda,
yaitu untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antar variabel independen. Uji
Inflation Factor (VIF). Apabila nilai tolerance lebih dari 0,10 atau VIF kurang
4. Uji Heteroskedastisitas
tujuan bahwa apabila suatu regresi tersebut terjadi ketidaksamaan varians dari
terjadi pada data silang (crossection) daripada runtut waktu (time series).
Pengujian dengan uji Glejser yaitu meregresi nilai absolut residual sebagai
hasil regresi apabila lebih besar dari 0,05 maka tidak terjadi heteroskedastisitas
dan sebaliknya jika lebih kecil dari 0,05 maka terjadi heteroskedastisitas
(Ghozali, 2016:134).
51
berganda. Model analisis ini dipilih karena penelitian ini dirancang untuk meneliti
dependen, dimana variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini lebih
Keterangan :
Y = Nilai perusahaan
α = Konstanta
e = error term
Menurut Ghozali (2012: 98) uji beda atau t test digunakan untuk menghitung
dengan dependen dapat diketahui dengan melihat nilai β dan juga nilai
52
berikut :
2016.
2016.
2016.
2016.
2016.
2016.
2016.
2. Uji F
Menurut Ghozali (2012: 98) uji F-hitung dimaksudkan untuk menguji model
H0 : β1 = β2 = β3 = β4 = 0
Ha : β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ β4 ≠ 0
Uji F dapat dilakukan dengan melihat tingkat signifikansi F pada output hasil
regresi dengan level significant 5%. Jika nilai signifikansi lebih besar dari 5%
Jika nilai signifikansi lebih kecil dari 5% maka Ha diterima dan H0 ditolak,
BAB IV
PEMBAHASAN
2012-2016.
yang terpilih dari daftar perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI yang
datanya sesuai dengan kebutuhan penelitian ini. Sehingga didapat hasil 55 sampel.
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel
No Kode Emiten
1 AKRA PT AKR Corporindo Tbk
2 ASGR PT Astra Graphia Tbk
3 ASII PT Astra International Tbk
4 AUTO PT Astra Otoparts Tbk
5 BATA PT Sepatu Bata Tbk
6 MLBI PT Multi Bintang Indonesia Tbk
7 SMSM PT Selamat Sempurna Tbk
8 TOTO PT Surya Toto Indonesia Tbk
9 TURI PT Tunas Ridean Tbk
10 UNTR PT United Tractors Tbk
11 UNVR PT Unilever Indonesia Tbk
diliat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum, dan minimum. Hasil
Descriptive Statistics
Std.
N Minimum Maximum Mean Deviation
Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic
Income Increasing 55 ,14 9,83 2,1349 2,83911
Income Decreasing 55 ,28 13,53 2,6691 4,08881
Valid N (listwise) 55
1. Nilai Perusahaan
tabel 4.2 statistik deskriptif, besarnya nilai perusahaan pada 11 perusahaan sampel
mempunyai nilai minimum 1,25 yang memiliki arti bahwa ada perusahaan
manufaktur yang memiliki market value yang hanya dinilai 1,25 oleh pasar atau
dapat dikatakan memiliki nilai perusahaaan yang rendah. Nilai maksimum sebesar
27,07 yang berarti ada perusahaan manufaktur yang memiliki market value yang
dinilai sebesar 27,07 oleh pasar atau dapat dikatakan investasi pada perusahaan
tersebut menarik untuk dilakukan. Nilai rata-rata sebesar 5,8113 pada standar
deviasi 4,73689. Nilai rata-rata (mean) lebih besar dari standar deviasi yaitu
5,8113 > 4,73689 berarti bahwa sebaran nilai pada nilai perusahaan adalah baik.
Tbk. pada tahun 2013 yaitu sebesar 1,25 sedangkan untuk nilai perusahaan
tertinggi terdapat pada PT Unilever Indonesia Tbk. pada tahun 2013 yaitu sebesar
27,07.
57
2. Income Increasing
menurunkan labanya pada tingkat 0,14. Nilai maksimum sebesar 9,83 mempunyai
arti bahwa ada perusahaan manufaktur yang melakukan manajemen laba dengan
pola income decreasing pada tingkat 9,83. Nilai rata-rata sebesar 2,1349 dengan
Efek Indonesia yang melakukan manajemen laba dengan pola income increasing
Tbk. pada tahun 2016 yaitu sebesar 0,14 sedangkan untuk nilai perusahaan
tertinggi terdapat pada PT Sepatu Bata Tbk. pada tahun 2015 yaitu sebesar 9,83.
3. Income Decreasing
arti bahwa ada perusahaan manufaktur yang melakukan manajemen laba dengan
menaikkan labanya pada tingkat 0,28. Nilai maksimum sebesar 13,53 mempunyai
arti bahwa ada perusahaan manufaktur yang melakukan manajemen laba dengan
pola income increasing pada tingkat 13,53. Nilai rata-rata sebesar 2,6691 dengan
Efek Indonesia yang melakukan manajemen laba dengan pola income decreasing
Sempurna Tbk. pada tahun 2016 yaitu sebesar 0,28 sedangkan untuk nilai
perusahaan tertinggi terdapat pada PT United Tractors Tbk. pada tahun 2013 yaitu
sebesar 13,53.
4. Profitabilitas
minimum 2,25 dan nilai maksimum 71,51 dengan rata-rata 15,9271 pada standar
deviasi 14,58709. Nilai rata-rata (mean) lebih besar dari standar deviasi yaitu
15,9271 > 14,58709, berarti bahwa sebaran nilai profitabilitas adalah baik.
pada tahun 2015 yaitu sebesar 2,25 sedangkan untuk profitabilitas tertinggi
terdapat pada PT. Unilever Indonesia Tbk. pada tahun 2013 yaitu sebesar 71,51.
5. Kebijakan Deviden
minimum 0,68 dan nilai maksimum 145,92 dengan rata-rata 48,7844 pada standar
deviasi 27,20518. Nilai rata-rata (mean) lebih besar dari standar deviasi yaitu
48,7844 > 27,20518, berarti bahwa sebaran nilai keputusan investasi adalah baik.
Indonesia Tbk. pada tahun 2014 yaitu sebesar 0,68, sedangkan untuk keputusan
59
investasi tertinggi terdapat pada PT Multi Bintang Indonesia Tbk. pada tahun
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah data sebuah model regresi,
atau tidak. Uji normalitas data pada penelitian ini dilakukan dengan Uji
sebagai berikut:
Berdasarkan hasil uji normalitas terlihat nilai K-S sebesar 1,179 dengan nilai
signifikansi 0,124, nilai signifikansi diatas 0,05 yang menunjukkan nilai residual
terdistribusi secara normal atau memenuhi asumsi klasik normalitas. Dari hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa data dari variabel nilai perusahaan, income
berdistribusi normal.
2. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi linear
adanya autokorelasi apabila nilai du < d < 4-du (Ghozali, 2016:107). Hasil uji
Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of Durbin-
Model R R Square Square the Estimate Watson
1 ,910a ,828 ,814 ,47565 1,854
a. Predictors: (Constant), Kebijakan Deviden, Income Decreasing,
Profitabilitas, Income Increasing
b. Dependent Variable: Nilai Perusahaan
Dari hasil uji autokorelasi diatas diketahui bahwa nilai DW sebesar 1,854.
d dl du 4-dl 4-du
1,854 1,4136 1,724 2,5864 2,276
Nilai DW pada hasil uji autokorelasi sebesar 1,854 lebih besar dari batas atas (du)
1,724 dan kurang dari 4–1,724 (4 – du). Jika dilihat dari pengambilan keputusan
termasuk du < d < 4-du = 1,724 < 1,854 < 2,276. Berdasarkan hasil DW statistik
tersebut, maka model regresi yang diajukan tidak terdapat gejala autokorelasi
3. Uji Multikolinieritas
analisis terhadap korelasi antara variabel independen, dimana dalam hal ini
digunakan analisis pada nilai tolerance dan VIF. Nilai tolerance yang lebih dari
0,1 berarti antar variabel independen tidak terjadi korelasi, sedangkan bila dilihat
62
menggunakan VIF maka jika nilai VIF lebih kecil dari 10 berarti antara variabel
Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
1 (Constant)
Income Increasing ,723 1,384
Income ,689 1,450
Decreasing
Profitabilitas ,779 1,284
Kebijakan ,767 1,303
Deviden
a. Dependent Variable: Nilai Perusahaan
Dari tabel 4.6 menujukkan bahwa nilai tolerance lebih dari 0,1 dan nilai VIF tidak
ada yang lebih besar dari 10. Berdasarkan hasil uji multikolineritas tersebut maka
4. Uji Heteroskedastisitas
terjadi ketidaksamaan varians dari residual dan pengamatan. Model regresi yang
Residual adalah selisih antara nilai pengamatan dengan nilai prediksi dan absolute
dengan melihat nilai signifikansi hasil regresi apabila lebih besar dari 0,05 maka
tidak terjadi heteroskedastisitas dan sebaliknya jika lebih kecil dari 0,05 maka
heteroskedastisitas :
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 1,202 ,557 2,160 ,036
Income Increasing -,113 ,086 -,187
-1,306 ,197
Income -,032 ,061 -,077-,524 ,603
Decreasing
Profitabilitas ,059 ,016 ,505 3,671 ,124
Kebijakan -,004 ,009 -,059 -,422 ,675
Deviden
a. Dependent Variable: RES_5
Berdasarkan uji Glejser yang telah dilakukan dari tabel 4.7 menunjukkan bahwa
tidak ada variabel dependen yang signifikan. Dari hasil tersebut dapat
terhadap nilai perusahaan. Analisis ini diolah dengan bantuan program SPSS.
Hasil analisis regresi linier berganda dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
sebagai berikut:
terdapat hubungan yang positif atau searah antar variabel independen dengan
65
maka semakin meningkat pula nilai variabel dependen (nilai perusahaan) pada
2016.
2. Nilai konstanta pada persamaan regresi sebesar 0,036 menunjukkan bahwa jika
bahwa jika variabel income increasing meningkat satu satuan maka variabel
bahwa jika variabel income decreasing meningkat satu satuan maka variabel
bahwa jika variabel kebijakan deviden meningkat satu satuan maka variabel
Apabila nilai β > 0 maka variabel independen secara parsial berpengaruh positif
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) ,036 ,902 ,039 ,969
67
Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients t Sig.
Income Increasing -,304 ,140 -,151 -2,180 ,034
Income -,055 ,099 -,039 -,550 ,585
Decreasing
Profitabilitas ,356 ,026 ,905 13,608 ,000
Kebijakan -,002 ,014 -,010 -,145 ,885
Deviden
Berdasarkan hasil Uji Parsial diatas, maka dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Pengujian Hipotesis 1 :
2016.
tingkat signifikansi sebesar 0,034 lebih kecil dari tingkat signifikansi yang
2) Pengujian Hipotesis 2 :
68
2016.
2016.
tingkat signifikansi sebesar 0,585 lebih besar dari tingkat signifikansi yang
3) Pengujian Hipotesis 3 :
2016.
2012-2016.
signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari tingkat signifikansi yang diharapkan
nilai 0,356 > 0. Jadi dapat disimpulkan bahwa Profitabilitas yang diproksikan
Hipotesis 3 ditolak.
4) Pengujian Hipotesis 4 :
2016.
2016.
tingkat signifikansi sebesar 0,885 lebih besar dari tingkat signifikansi yang
menunjukkan nilai -0,002 < 0. Jadi dapat disimpulkan bahwa Kebijakan Deviden
yang diproksikan dengan DPR berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap nilai
70
5) Pengujian Hipotesis 5
hitung. Apabila probabilitas tingkat signifikansi uji F-hitung lebih kecil dari
adalah signifikan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Pada tabel 4.10 menunjukkan bahwa F-hitung sebesar 59,995 dan sihnifikansi
sebesar 0.000 yang berarti tingkat kesalahan lebih kecil dari tingkat signifikansi
4.2 Pembahasan
4.2.1 Hasil Analisis Uji Hipotesis
1) Pengaruh Income Increasing (DA) Terhadap Nilai Perusahaan
tingkat signifikansi sebesar 0,034 lebih kecil dari tingkat signifikansi yang
menunjukkan nilai -0,304 < 0. Jadi dapat disimpulkan bahwa Income Increasing
saham bahwa kinerja perusahaan yang terus membaik, yang nantinya akan
berpengaruh kepada harga saham, dan nilai perusahaan itu sendiri. Meskipun
menurunkan laba dengan cara memilih kebijakan akuntansi oleh manajemen yang
bersifat subjektif, maka manajemen laba, terutama dalam jangka panjang akan
laba dengan pola income increasing yang dilakukan oleh manajer tidak akan
Sehingga ketika tujuan yang dimiliki antara pihak manajer dengan pemilik modal
berbeda maka konflik keagenan tidak akan dapat dihindarkan dalam perusahaan
Pada penelitian ini dapat dikarenakan adanya peningkatan laba yang tinggi
pada jangka waktu yang singkat sejatinya akan menurunkan kualitas laba yang
dilaporkan. Rendahnya kualitas laba yang dilaporkan dapat terjadi karena konflik
kualitas yang rendah sangat merugikan bagi para investor dan bagi perusahaan,
sebab hal ini berhubungan dengan nilai perusahaan yang tercermin dalam harga
Hasil Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Assih, dkk. (2005) dan Herawaty (2008), yang menumakan hasil bahwa
manajemen laba memiliki pengaruh yang negatif pada nilai perusahaan. Namun
tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Jiraporn et al. (2008) dan
73
tingkat signifikansi sebesar 0,585 lebih besar dari tingkat signifikansi yang
menunjukkan nilai -0,055 < 0. Jadi dapat disimpulkan bahwa Income Decreasing
ditargetkan. Sehingga para manajer bersedia melakukan apa saja guna mencapai
target dari laba tersebut. Kinerja jangka pendek perusahaan akan terlihat baik dari
laporan laba rugi yang dihasilkan ketika melakukan manajemen laba, namun akan
manajemen laba dengan pola income decreasing akan berpengaruh negatif pada
74
sehingga pasar akan merespon informasi tersebut sebagai bad news yang
Hasil Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Anggraini (2011) dan Gill et al. (2013), yang menumakan hasil bahwa manajemen
laba memiliki pengaruh yang negatif pada nilai perusahaan. Namun tidak sesuai
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Jiraporn et al. (2008) dan Wardani
signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari tingkat signifikansi yang diharapkan
(0,05). Sehingga dari uji hipotesis 3 diperoleh bahwa koefisien menunjukkan nilai
0,356 > 0. Jadi dapat disimpulkan bahwa Profitabilitas yang diproksikan dengan
terbukti.
Profitabilitas yang tinggi menunjukkan kinerja dan prospek perusahaan yang baik.
positif para pelaku pasar (investor) untuk membeli saham yang dikarenakan
bahwa ketika investor menerima informasi yang baik (good news) terhadap
kinerja suatu perusahaan, maka investor akan bereaksi yaitu membeli saham.
Semakin banyak investor yang tertarik, maka harga saham yang tercipta akan
meningkat pula.
menjadi daya tarik investor untuk memiliki saham perusahaan. Permintaan saham
yang tinggi akan membuat para investor menghargai nilai saham lebih besar dari
pada nilai yang tercatat pada neraca perusahaan, sehingga price to book value
perusahaan tinggi dan nilai perusahaan pun tinggi. Dengan demikian maka
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
probabilitas tingkat signifikansi sebesar 0,885 lebih besar dari tingkat signifikansi
yang diharapkan (0,05). Sehingga dari uji hipotesis 4 diperoleh bahwa koefisien
menunjukkan nilai -0,002 < 0. Jadi dapat disimpulkan bahwa Kebijakan Deviden
yang diproksikan dengan DPR berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap nilai
perusahaan membagikan devidennya setiap tahun dengan taraf yang konstan. Ini
pembayaran dividennya.
juga dapat terjadi karena sampel di dalam penelitian ini merupakan perusahaan
sumber pembagian deviden bisa berasal dari laba ditahan, dan bukan sepenuhnya
dari kinerja perusahaan selama tahun tersebut, kondisi ini yang mengakibatkan
pemegang saham dan yang memahami maksud dari pembagian deviden adalah
pihak manajemen.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Mardiyati, Ahmad, dan Putri (2012) dan penelitian Nurhayati (2013) namun tidak
sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wijaya dan Wibawa (2010)
dan Rakhimsyah dan Gunawan (2011). Hasil ini juga sesuai dengan teori yang
pemegang saham.
keuntungan. Ketika laba yang dihasilkan perusahaan pada satu periode sangat
tinggi, maka akan terdapat kemungkinan terjadi tindakan penurunan laba pada
periode berikutnya. Hal tersebut didukung oleh bonus plan hypothesis yang
laba yang semakin tinggi jauh diatas jumlah yang disyaratkan untuk memperoleh
bonus, maka manajer akan mengatur laba agar laba yang dilaporkan dapat
Selain itu, perusahaan tidak ingin minat investor dalam membeli saham
investor akan melihat bahwa kinerja perusahaan telah mencapai hasil memuaskan
yang ditandai dengan stabil atau mengkatnya laba secara wajar oleh perusahaan.
investor akan menganggap kondisi perusahaan saat ini dan akan datang relatif
baik dan sebaliknya. Pada sisi lain penambahan deviden memperkuat posisi
perusahaan untuk mencari tambahan dana dari pasar modal sehingga kinerja
perusahan dimonitor oleh tim oengawas pasar modal. Pengawas ini menyebabkan
income increasing ataupun income decreasing, dan juga kebijakan deviden yang
perusahaan. Hal ini bisa terjadi karena adanya informasi dari laporan keuangan
yang baik dan bisa dipertanggungjawabkan. Informasi dari laporan keuangan yang
baik tersebut akan menjadi daya tarik oleh para investor. Hal ini sesuai dengan
teori signaling yang menyatakan bahwa ketika investor menerima informasi yang
baik (good news) terhadap kinerja suatu perusahaan, maka investor akan bereaksi
yaitu membeli saham. Dengan ketertarikan investor untuk berinvestasi maka hal
BAB V
5.1 Kesimpulan
periode 2012-2016.
5.2 Saran-saran
2. Penelitian ini hanya mengambil periode penelitian selama lima tahun yaitu
tahun pengamatan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik untuk dijadikan
mewakili seluruh sektor industri yang ada di Bursa Efek Indonesia. Peneliti
mungkin belum mampu mendeteksi nilai perusahaan dengan baik dan juga
82
pengolahan data. Untuk itu, peneliti yang akan datang dapat menggunakan
DAFTAR PUSTAKA
Assih, Prihat, Ambar Woro Hastuti, dan Parawiyati. 2005. Pengaruh Manajemen
Laba pada Nilai dan Kinerja Perusahaan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan
8.
Empat.
Dechow, Patricia M., Richard G. Sloan, and Amy P. Sweeney. 1995. Detecting
Dutta, S., dan Gigler, F. 2002. The Effect of Earnings Forecasts on Earning
Fama, Eugene and French, Kenneth R. 1998. Taxes, Financing Decision, and
Fenandar, Gany Ibrahim dan Surya Raharja. 2012. Pengaruh Keputusan Investasi,
Gill, Amarjit, Nahum Biger, Harvinder S. Mand, and Neil Mathur. 2013. Earnings
120-132.
Gunarianto, A.T. Majani and P.S. Endah, 2014. The Analysis of Earning
Gunarianto., A.T. Marjani and P.S. Endah, 2015. Effect of Good Corporate
Jiraporn, Pornsit, Gary A. Miller, Soon Suk Yoon, and Young S. Kim. Is Earnings
2011.
Lesmana, I Putu Adi S. dan I Made S. (2017). Pengaruh Manajemen Laba Pada
1060-1087.
86
Mahendra, Alfredo Dj, Luh Gede S. A., A.A.Gede Suarjaya (2012). Pengaruh
Mardiyati, Umi., Gatot Nazir Ahmad, dan Ria Putri. 2012. Pengaruh Kebijakan
Oladipupo, A.O. and Okafor, C.A. 2013. Relatif Contribution Of Working Capital
Suharli. (2005). Studi empiris terhadap dua faktor tang mempengaruhi return
saham pada industri food and beverages di Bursa Efek Indonesia. Jurnal
205-216.
Wardani, Dewi Kusuma, dan Hermuningsih, Sri. 2012. Earnings Management and
II.Jakarta: Erlangga.
No Kode Emiten
1 AKRA PT AKR Corporindo Tbk
2 ASGR PT Astra Graphia Tbk
3 ASII PT Astra International Tbk
4 AUTO PT Astra Otoparts Tbk
5 BATA PT Sepatu Bata Tbk
6 MLBI PT Multi Bintang Indonesia Tbk
7 SMSM PT Selamat Sempurna Tbk
8 TOTO PT Surya Toto Indonesia Tbk
9 TURI PT Tunas Ridean Tbk
10 UNTR PT United Tractors Tbk
11 UNVR PT Unilever Indonesia Tbk
90
Nilai Perusahaan
No Kode
2012 2013 2014 2015 2016
1 AKRA 1,71 1,53 1,49 2,34 2,02
2 ASGR 1,98 2,06 2,12 1,93 2,10
3 ASII 2,18 1,78 1,78 1,51 1,78
4 AUTO 13,48 2,15 2,11 1,25 1,37
5 BATA 2,03 2,61 2,41 2,16 1,99
6 MLBI 13,82 15,04 11,53 8,59 10,65
7 SMSM 3,09 3,51 4,56 3,74 3,35
8 TOTO 2,75 2,78 2,55 3,55 2,75
9 TURI 2,10 1,43 1,40 1,31 2,00
10 UNTR 2,10 1,86 1,71 1,66 1,90
11 UNVR 14,16 27,07 17,58 18,25 17,96
91
Discretionary Accruals
No Kode
2012 2013 2014 2015 2016
1 AKRA 0,00 2,51 0,00 5,05 5,87
2 ASGR 2,30 0,00 9,44 0,00 7,04
3 ASII 0,54 0,00 3,01 0,00 5,19
4 AUTO 0,00 0,00 0,90 0,00 0,14
5 BATA 5,12 0,00 1,27 9,83 0,00
6 MLBI 3,33 5,24 0,00 0,00 7,50
7 SMSM 0,00 0,00 2,92 0,00 0,00
8 TOTO 4,36 0,00 4,24 2,67 0,00
9 TURI 2,86 0,00 0,00 0,00 3,48
10 UNTR 7,26 0,00 6,01 0,00 7,98
11 UNVR 4,22 0,00 0,78 0,87 0,49
92
Discretionary Accruals
No Kode
2012 2013 2014 2015 2016
1 AKRA 3,73 0,00 13,46 0,00 0,00
2 ASGR 0,00 10,90 0,00 4,55 0,00
3 ASII 0,00 6,80 0,00 9,35 0,00
4 AUTO 4,22 2,50 0,00 10,27 0,00
5 BATA 0,00 3,47 0,00 0,00 8,37
6 MLBI 0,00 0,00 3,68 11,71 0,00
7 SMSM 3,81 0,09 0,00 1,44 0,28
8 TOTO 0,00 7,94 0,00 0,00 8,63
9 TURI 0,00 4,21 0,96 1,10 0,00
10 UNTR 0,00 13,53 0,00 10,22 0,00
11 UNVR 0,00 1,58 0,00 0,00 0,00
93
Return On Asset
No Kode
2012 2013 2014 2015 2016
1 AKRA 5,25 4,21 5,34 6,96 6,61
2 ASGR 13,81 14,40 15,93 14,65 7,99
3 ASII 12,48 10,42 9,37 6,36 6,99
4 AUTO 12,79 8,38 6,65 2,25 2,35
5 BATA 12,08 6,52 9,13 16,29 3,66
6 MLBI 39,36 65,72 35,63 23,65 28,60
7 SMSM 18,63 19,88 24,09 20,78 6,25
8 TOTO 15,50 13,55 14,49 11,69 6,40
9 TURI 12,68 8,88 6,41 6,70 8,46
10 UNTR 11,44 8,37 8,03 4,52 7,98
11 UNVR 40,38 71,51 40,18 37,20 38,16
94
Descriptive Statistics
Std.
N Minimum Maximum Mean Deviation
Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic
Income Increasing 55 ,14 9,83 2,1349 2,83911
Income Decreasing 55 ,28 13,53 2,6691 4,08881
Valid N (listwise) 55
Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of Durbin-
Model R R Square Square the Estimate Watson
a
1 ,910 ,828 ,814 ,47565 1,854
a. Predictors: (Constant), Kebijakan Deviden, Income Decreasing,
Profitabilitas, Income Increasing
b. Dependent Variable: Nilai Perusahaan
d Dl du 4-dl 4-du
1,854 1,4136 1,724 2,5864 2,276
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 1,202 ,557 2,160 ,036
Income Increasing -,113 ,086 -,187 -1,306 ,197
Income -,032 ,061 -,077 -,524 ,603
Decreasing
Profitabilitas ,059 ,016 ,505 3,671 ,124
Kebijakan -,004 ,009 -,059 -,422 ,675
Deviden
a. Dependent Variable: RES_5
97
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) ,036 ,902 ,039 ,969
Income Increasing -,304 ,140 -,151 -2,180 ,034
Income -,055 ,099 -,039 -,550 ,585
Decreasing
Profitabilitas ,356 ,026 ,905 13,608 ,000
Kebijakan -,002 ,014 -,010 -,145 ,885
Deviden
a. Dependent Variable: Nilai Perusahaan
7.6 Uji t
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) ,036 ,902 ,039 ,969
Income Increasing -,304 ,140 -,151 -2,180 ,034
Income -,055 ,099 -,039 -,550 ,585
Decreasing
Profitabilitas ,356 ,026 ,905 13,608 ,000
Kebijakan -,002 ,014 -,010 -,145 ,885
Deviden
98
7.7 Uji F
ANOVAb
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 1470,799 4 367,700 59,995 ,000a
Residual 306,443 50 6,129
Total 1777,241 54
a. Predictors: (Constant), Kebijakan Deviden, Income Decreasing, Profitabilitas,
Income Increasing
b. Dependent Variable: Nilai Perusahaan