Anda di halaman 1dari 98

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pasar modal adalah pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka

panjang yang bisa diperjual belikan, baik dalam bentuk utang maupun modal

sendiri (Darmadji, 2011:2). Melalui pasar modal, investor dapat melakukan

investigasi beberapa perusahaan melalui pembelian surat-surat berharga yang

diperdagangkan di pasar modal, sedangkan perusahaan pihak yang memerlukan

dana akan menggunakan dana tersebut untuk mengembangkan proyek-proyeknya

(Tandelilin, 2010:61). Perusahaan yang terdaftar di BEI terdiri dari beberapa

sektor, dimana salah satu sektor yang paling diminati investor adalah sektor

manufaktur.

Tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2016 mencapai

angka 5,02%, angka tersebut lebih tinggi dari tahun 2015 yang dikoreksi sebesar

4,88%. Tingkat pertumbuhan pada tahun 2016 juga merupakan realisasi lebih

tinggi dibandingkan 2014 sebesar 5,01%, meski masih lebih rendah dari tahun

2013 yang di posisi 5,56%. (Sumber dari BPS). Hal utama yang mempengaruhi

pertambahan tingkat pertumbuhan ekonomi adalah tingkat konsumsi rumah

tangga yang semakin tumbuh. Hal tersebutlah yang menjadikan perusahaan

manufaktur di Indonesia memiliki perkembangan yang cukup signifikan.

Perusahaan manufaktur merupakan perusahaan yang mengelola barang

mentah menjadi barang jadi untuk menambah nilai atas barang tersebut. Para

investor kini mulai melirik perusahaan manufaktur di Indonesia karena laju


2

pertumbuhan pada sektor ini melaju cukup pesat. Misalnya, PT Multi Bintang

Indonesia yang bergerak di sub sektor food and beverages memiliki Net Profit

Margin sebesar 18,43% pada tahun 2015 dan berkembang sangat pesat pada tahun

2016 yang mencapai 29,56%. Hal tersebut tentunya menjadi magnet yang sangat

kuat bagi para investor untuk berinvestasi di perusahaan tersebut. Tingkat

pertumbuhan beberapa perusahaan lainnya juga dilampirkan pada tabel 1, sebagai

berikut :

Tabel 1.1 Data Kinerja Keuangan beberapa Perusahaan Manufaktur di


Indonesia
3

Perusahaan didirikan karena memiliki tujuan yang jelas. Tujuan yang

pertama adalah untuk mencapai keuntungan maksimal. Tujuan yang kedua adalah

memakmurkan pemilik perusahaan atau pemilik saham. Sedangkan tujuan

perusahaan yang ketiga adalah memaksimalkan nilai perusahaan. Ketiga tujuan

perusahaan tersebut sebenarnya secara substansial tidak banyak berbeda. Nilai

perusahaan sangat berguna karena mampu menarik minat sumber-sumber dana

potensial yang ada. Nilai perusahaan juga menggambarkan peningkatan

kemakmuran para pemegang saham. Nilai perusahaan mampu menggambarkan

peningkatan kemakmuran bagi pemegang saham ketika harga saham perusahaan

tersebut meningkat. Ketika nilai perusahaan semakin optimal, maka kemakmuran

para pemegang saham akan meningkat (Wahyudi dan Pawestri, 2008). Tingginya

nilai perusahaan tentu akan membuat investor memiliki naluri lebih untuk

menginvestasikan dananya pada perusahaan tersebut. Oleh karena itu, memiliki

nilai perusahaan yang optimal tentu menjadi motivasi setiap perusahaan.

Fama dan French (1998) dalam Wibawa dan Wijaya (2010), berpendapat

bahwa optimalisasi nilai perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan fungsi

manajemen keuangan, dimana satu keputusan keuangan yang diambil akan

mempengaruhi keputusan keuangan lainnya dan berdampak pada nilai

perusahaan. Pada dasarnya tujuan manajemen keuangan adalah memaksimumkan

nilai perusahaan. Akan tetapi di balik tujuan tersebut terdapat konflik antara

pemegang saham dengan manajer, dan dengan penyedia dana sebagai kreditur.

Pemegang saham akan cenderung memaksimalkan nilai saham dan memaksa

manajer untuk bertindak sesuai dengan kepentingan mereka melalui pengawasan


4

yang mereka lakukan. Kreditur di sisi lain cenderung akan berusaha melindungi

dana yang sudah mereka investasikan dalam perusahaan dengan jaminan

pengawasan yang ketat pula. Manajer juga memiliki dorongan untuk mengejar

kepentingan pribadi mereka. Bahkan tidak menutup kemungkinan para manajer

melakukan investasi walaupun investasi tersebut tidak dapat memaksimalkan nilai

pemegang saham.

Perbedaan kepentingan tersebut menimbulkan konflik yang sering disebut

dengan konflik agensi. Ketimpangan informasi yang dimiliki manajer dan

pemegang saham membuat manajer dapat leluasa untuk melakukan manajemen

laba. Manajemen laba dilakuka oleh manajer didasarkan pada berbagai macam

motivasi. Misalnya saja adalah untuk motivasi mendapatkan bonus,dimana

dijelaskan oleh Gunarianto et al (2014), “Bonus contract for manajer may

influence the interest of management (agent) to maximize the reported earning as

long as it does not defy the generally accepted accounting principle”, yang berarti

bahwa kontrak bonus untuk manajer dapat mempengaruhi kepentingan

manajemen (agen) untuk memaksimalkan laba yang dilaporkan sepanjang tidak

sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, dengan demikian praktik

manajemen laba dengan motivasi untuk mendapatkan bonus sangat

diperhitungkan oleh seorang manajer. Selain itu motivasi manajemen melakukan

manajemen laba adalah untuk mengurangi kemungkinan perusahaan mengalami

pelanggaran kontrak utang, untuk memperoleh kemudahan fasilitas pemerintah,

untuk penghindaran pajak yang tinggi, untuk melindungi diri dari pemecatan, dan

untuk memengaruhi keputusan investor saat penawaran saham perdana.


5

Berbagai motivasi manajemen melakukan manajemen laba menjelaskan

bahwa manajemen dapat menaikkan laba (income increasing) atau menurunkan

laba (income decreasing) yang dilaporkan untuk tujuan tertentu. Dutta and Gigler

(2002) menyatakan bahwa manajemen laba dilakukan adalah sebagai usaha

manajer untuk berkomunikasi atau menyampaikan suatu sinyal tertentu kepada

pemegang saham. Namun, masih belum jelas tujuan dari manajemen laba untuk

memenuhi kepentingan pribadi manajemen ataukah untuk efisiensi perusahaan.

Hasil penelitian Jiraporn et al. (2008), Wardhani dan Hermuningsih

(2012), Susanto dan Christiawan (2016) menyatakan bahwa manajemen laba

memiliki pengaruh yang positif pada nilai perusahaan. Sebaliknya, Assih et al

(2005), Herawaty (2008), Anggraini (2011), Gill et al. (2013), dan Febriani

(2014) menemukan hasil bahwa manajemen laba memiliki pengaruh yang negatif

pada nilai perusahaan.

Kebijakan deviden merupakan hal yang mempengaruhi nilai perusahaan.

Kebijakan tersebut merupakan keputusan keuangan perusahaan apakah laba yang

diperoleh akan dibagikan ke pemegang saham atau ditahan sebagai laba ditahan.

Kebijakan deviden sering kali menimbulkan konflik antara manajemen

perusahaan dengan pihak pemegang saham. Hal ini terjadi karena manajer

perusahaan sering memiliki kepentingan yang berbeda dengan pihak pemegang

saham. Pihak manajemen perusahaan menganggap laba yang diperoleh

perusahaan sebaiknya digunakan untuk operasional perusahaan. Pihak pemegang

saham menganggap laba yang diperoleh perusahaan sebaiknya dibagikan kepada

pemegang saham sebagai deviden. Adanya masalah antara pihak manajemen dan
6

pemegang saham akan menyebabkan tidak tercapainya salah satu tujuan

perusahaan yaitu meningkatnya nilai perusahaan (Sukirni, 2012).

Penelitian yang dilakukan Sugiarto (2011) dan Fenandar (2012)

menyatakan bahwa kebijakan deviden berpengaruh positif signifikan terhadap

nilai perusahaan. Hasil penelitian berbeda didapat oleh Sukirni (2012), Nurhayati

(2013), yang menyatakan kebijakan deviden tidak berpengaruh positif dan

signifikan terhadap nilai perusahaan.

Faktor lain yang mempengaruhi nilai perusahaan adalah profitabilitas.

Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan memperoleh laba atau ukuran

efektivitas pengelolaan manajemen perusahaan (Wiagustini, 2010:76). Tingginya

profitabilitas menunjukkan efektivitas pengelolaan manajemen perusahaan.

Setelah memperoleh keuntungan, perusahaan harus membuat keputusan untuk

mempertahankan keuntungan atau membagikan labanya (Oladipupo, 2013).

Makaryanawati (2014) dalam penelitiannya mengungkapkan profitabilitas

berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

Penelitian mengenai nilai perusahaan telah dilakukan oleh beberapa

peneliti, diantaranya Mardiyati, Ahmad, dan Putri (2012) menunjukkan bahwa

variabel profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai

perusahaan, variabel kebijakan deviden secara parsial memiliki pengaruh yang

tidak signifikan terhadap nilai perusahaan sedangkan kebijakan hutang

berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan

berbagai hal yang telah diuraikan, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai : “Pengaruh Income Increasing, Income Decreasing,


7

Profitabilitas, dan Kebijakan Deviden Terhadap Nilai Perusahaan Manufaktur

yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”

1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat

diidentifikasikan berbagai masalah, diantaranya yaitu :

1. Terdapat konflik antara pemilik perusahaan dengan manajer, dan dengan

penyedia dana sebagai kreditur.

2. Pemegang saham mengharapkan pengembalian dalam bentuk dividen,

sedangkan perusahaan mengharapkan pertumbuhan secara terus menerus untuk

mempertahankan kelangsungan hidupnya.

3. Manajer mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan-keputusan yang

tepat di bidang keuangan.

4. Penelitian terdahulu menunjukkan hasil yang tidak konsisten terhadap faktor-

faktor yang menentukan nilai perusahaan.

Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan dalam penelitian ini

dirumuskan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Apakah ada pengaruh positif income increasing yang diproksikan dengan DA

(Discretionary Accruals) terhadap nilai perusahaan pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2016?

2. Apakah ada pengaruh pengaruh positif income decreasing yang diproksikan

dengan DA (Discretionary Accruals) terhadap nilai perusahaan pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-

2016?
8

3. Apakah ada pengaruh positif profitabilitas yang diproksikan dengan ROA

(Return On Asset) terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2016?

4. Apakah ada pengaruh positif kebijakan deviden yang diproksikan dengan DPR

(Deviden Payout Ratio) terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2016?

5. Apakah ada pengaruh positif secara simultan income increasing, income

decreasing, profitabilitas, dan kebijakan deviden terhadap nilai perusahaan

pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode

2012-2016?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh income increasing yang diproksikan dengan DA

(Discretionary Accruals) terhadap nilai perusahaan pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2016.

2. Untuk mengetahui pengaruh income decreasing yang diproksikan dengan DA

(Discretionary Accruals) terhadap nilai perusahaan pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2016.

3. Untuk mengetahui pengaruh profitabilitas yang diproksikan dengan ROA

(Return On Asset) terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2016.


9

4. Untuk mengetahui pengaruh kebijakan deviden yang diproksikan dengan DPR

(Deviden Payout Ratio) terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2016.

5. Untuk mengetahui pengaruh secara simultan income increasing, income

decreasing, profitabilitas, dan kebijakan deviden terhadap nilai perusahaan

pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode

2012-2016

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini adalah :

1. Bagi Perusahaan

Dapat memberikan kontribusi bagi pihak manajemen perusahaan dalam

mengambil keputusan tentang peningkatan kinerja perusahaan dan juga

keputusan kebijakan deviden dalam rangka memaksimalkan nilai perusahaan.

2. Bagi Investor

Diharapkan dapat memberi kontribusi bagi calon investor untuk menambah

kajian dan pengetahuan mengenai faktor-faktor yang berpengaruh dalam

keputusan berinvestasi.

3. Bagi Instansi

Sebagai bentuk tambahan referensi dalam karya ilmiah untuk dijadikan

perbandingan bagi peneliti yang akan dating dalam mengadakan penelitian di

lingkungan Universitas Widyagama Malang khususnya lingkungan fasilitas

Ekonomi Jurusan Akuntansi. Selain itu hasil dari penelitian ini juga akan turut

memperluas pengetahuan mengenai nilai perusahaan


10

4. Bagi Mahasiswa

Sebagai bahan referensi lebih lanjut dalam hal yang berkaitan dengan nilai

perusahaan. Selain itu juga menambah wawasan dan pengetahuan mengenai

hal tersebut, serta diperolehnya manfaat dari pengalaman penelitian


11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

2.1 Tinjauan Pustaka


2.1.1 Kajian Teori
2.1.1.1 Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan merupakan kondisi tertentu yang telah dicapai oleh suatu

perusahaan sebagai gambaran dari kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan

setelah melalui suatu proses kegiatan selama beberapa tahun, yaitu sejak

perusahaaan tersebut didirikan sampai dengan saat ini. Menurut Husnan (2013)

nilai perusahaan atau juga disebut dengan nilai pasar perusahaan merupakan harga

yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual.

Menurut Gitosudarmo & Basri (2000) pengertian nilai perusahaan adalah :

“Nilai perusahaan adalah nilai perusahaan saat ini dan nilai pada waktu

dan uang yang akan datang, oleh karenanya perlu pertimbangan nilai waktu dan

uang. Pertimbangan waktu dan uang dipergunakan untuk menilai pengeluaran

atau pemasukan yang akan diterima di waktu yang akan datang, sedangkan

evaluasi dan keputusan harus dilakukan sekarang (present value).”

Nilai perusahaan menggambarkan seberapa baik atau buruk manajemen

mengelola kekayaannya. Nilai perusahaan yang tinggi akan membuat pasar

percaya tidak hanya pada kinerja perusahaan saat ini namun juga pada prospek

perusahaan di masa depan. Menurut Christiawan dan Josua (2007) terdapat

beberapa konsep nilai yang menjelaskan nilai suatu perusahaan antara lain: 1).

Nilai nominal yaitu nilai yang tercantum secara formal dalam anggaran dasar

perseroan, disebutkan secara eksplisit dalam neraca perusahaan, dan juga ditulis
12

jelas dalam surat saham kolektif; 2). Nilai pasar, sering disebut kurs adalah harga

yang terjadi dari proses tawar menawar di pasar saham. Nilai ini hanya bisa

ditentukan jika saham perusahaan dijual dipasar saham; 3). Nilai intrinsik

merupakan nilai yang mengacu pada perkiraan nilai riil suatu perusahaan; 4).

Nilai buku adalah nilai perusahaan yang dihitung dengan dasar konsep akuntansi;

5). Nilai likuidasi adalah nilai jual seluruh aset perusahaan setelah dikurangi

semua kewajiban yang harus dipenuhi.

Nilai perusahaan sangat penting karena dengan nilai perusahaan yang

tinggi akan diikuti oleh tingginya kemakmuran pemegang saham. Kekayaan

pemegang saham dan perusahaan dipresentasikan oleh harga pasar dari saham

yang merupakan cerminan dari keputusan investasi, pendanaan, dan manajemen

aset. Manajemen dalam mengelola aktiva secara efisien sebagai upaya

meningkatkan kinerja keuangan maupun nilai perusahaan. Salah satu tugas

mendasar dari manajer meningkatkan atau memaksimalkan nilai perusahaan

(value of the firm). Nilai perusahaan menunjukkan nilai berbagai aset yang

dimiliki perusahaan, termasuk surat-surat berharga yang telah dikeluarkannya.

Nilai dari perusahaan bergantung tidak hanya pada kemampuan

menghasilkan arus kas, tetapi juga bergantung pada karakteristik operasional dan

keuangan dari perusahaan yang diambil alih. Beberapa variabel kuantitatif yang

sering digunakan untuk memperkirakan nilai perusahaan menurut Keown dan

John ( 2011:240) adalah sebagai berikut:


13

1. Nilai Buku

Nilai buku (book value) merupakan nilai dari aktiva yang ditunjukkan pada

laporan neraca perusahaan. Nilai ini menggambarkan biaya historis asset dari

pada nilai sekarang. Sebagai contoh, nilai buku saham preferen suatu

perusahaan adalah jumlah yang dibayarkan oleh investor yang awalnya

untuk membayar saham tersebut dan jumlah yang di terima oleh perusahaan

ketika saham diterbitkan.

2. Nilai Likuiditas

Nilai likuiditas adalah sejumlah uang yang dapat direalisasikan jika aset di jual

secara individual dan bukan sebagai bagian dari keseluruhan perusahaan.

Contohnya, jika operasional perusahaan dihentikan dan asetnya dibagi serta

dijual, maka harga jual tersebut merupakan nilai likuiditas aset.

3. Nilai harga pasar

Nilai harga pasar dari suatu aset adalah nilai yang teramati untuk aktiva yang

ada dipasaran. Nilai ini ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan

yang bekerja sama di pasaran, dimana pembeli dan penjual menegoisasikan

harga yang diterima untuk aktiva tersebut. Sebagai contoh, harga pasar untuk

saham biasa Ford Motor Company pada tanggal 5 November 2002 adalah

$8,90. Harga ini dicapai oleh sejumlah besar pembeli dan penjual yang bekerja

sama di New York Stock Exchange. Dalam hal ini suatu harga pasar ada untuk

semua aktiva. Akan tetapi, banyak aktiva yang belum memiliki harga pasar

yang jelas karena perdagangan jarang terjadi.


14

Nilai perusahaan pada penelitian ini didefinisikan sebagai nilai pasar,

karena nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran pemegang saham secara

maksimum apabila harga saham perusahaan meningkat. Semakin tinggi harga

saham, maka semakin tinggi kemakmuran pemegang saham. Pengukuran nilai

perusahaan sering kali dilakukan dengan menggunakan rasio-rasio penilaian atau

rasio pasar. Rasio penilaian merupakan ukuran kinerja yang paling menyeluruh

untuk suatu perusahaan karena mencerminkan pengaruh gabungan dari rasio hasil

pengembalian dan risiko. Menurut Weston dan Copeland (2008: 244) rasio

penilaian terdiri dari price earning ratio, price to book value, dan rasio Tobin’s Q.

Semakin besar nilai Tobin’s Q menunjukkan bahwa perusahaan memiliki

prospek pertumbuhan yang baik. Hal ini dapat terjadi karena semakin besar nilai

pasar asset perusahaan dibandingkan nilai buku asset perusahaan maka semakin

besar kerelaan investor untuk mengeluarkan pengorbanan yang lebih untuk

memiliki perusahaan tersebut.

2.1.1.2 Agency Theory

Konsep agency teory menurut Anthony dan Govindarajan (1995:64)

adalah hubungan atau kontak antara principal dan agent. Principal

mempekerjakan agent untuk melakukan tugas untuk kepentingan principal,

termasuk pendelegasian otorisasi pengambilan keputusan dari principal kepada

agent. Pada perusahaan yang modalnya terdiri atas saham, pemegang saham

bertindak sebagai principal, dan CEO (Chief Executive Officer ) sebagai agent

mereka. Perspektif hubungan keagenan merupakan dasar yang digunakan untuk

memahami hubungan antara manajer dan pemegang saham. Hubugan kegenan


15

terkadang menimbulkan masalah antara manajer dan pemegang saham. Konflik

yang terjadi karena manusia adalah makhluk ekonomi yang mempunyai sifat

dasar mementingkan kepentingan diri sendiri. Pemegang saham dan manajer

memiliki tujuan yang berbeda dan masing–masing menginginkan tujuan mereka

terpenuhi. Akibat yang terjadi adalah munculnya konflik kepentingan. Pemegang

saham menginginkan pengembalian yang lebih besar dan secepat–cepatnya atas

investasi yang mereka tanamkan, sedangkan manajer menginginkan

kepentingannya diakomodasi dengan pemberian kompensasi atau insentif yang

sebesar–besarnya atas kinerjanya dalam menjalankan perusahaan.

Kondisi perusahaan yang dilaporkan oleh manajer tidak sesuai atau tidak

mencerminkan keadaan perusahaan yang sesungguhnya. Hal ini disebabkan

perbedaan informasi yang dimiliki antara manajer dengan pemegang saham.

Sebagai pengelola, manajer lebih mengetahui keadaan yang ada dalam perusahaan

daripada pemegang saham. Keadaan tersebut dikenal sebagai asimetri informasi.

Asimetri informasi antara manajemen (agent) dengan pemilik (principal) dapat

memberikan kesempatan kepada manajer untuk melakukan manajemen laba.

Teori agensi menggunakan tiga asumsi sifat manusia yaitu: (1) manusia

pada umumya mementingkan diri sendiri (self interest), (2) manusia memiliki

daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan

(3) manusia selalu menghindari resiko (risk averse). Dari asumsi sifat dasar

manusia tersebut dapat dilihat bahwa konflik agensi yang sering terjadi antara

manajer dengan pemegang saham dipicu adanya sifat dasar tersebut. Manajer

dalam mengelola perusahaan cenderung mementingkan kepentingan pribadi


16

daripada kepentingan untuk meningkatkan nilai perusahaan. Dengan perilaku

opportunictis dari manajer, manajer bertindak untuk mencapai kepentingan

mereka sendiri, padahal sebagai manajer seharusnya memihak kepada

kepentingan pemegang saham karena mereka adalah pihak yang memberi kuasa

manajer untuk menjalankan perusahaan.

2.1.1.3 Signaling Theory

Menurut Brigham dan Houston (2011:79) isyarat atau signal adalah suatu

tindakan yang diambil perusahaan untuk memberi petunjuk bagi investor tentang

bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan. Sinyal ini berupa

informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk

merealisasikan keinginan pemilik. Informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan

merupakan hal yang penting, karena pengaruhnya terhadap keputusan investasi

pihak diluar perusahaan. Informasi tersebut penting bagi investor dan pelaku

bisnis karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan atau

gambaran, baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun masa yang akan datang

bagi kelangsungan hidup perusahaan dan bagaimana efeknya pada perusahaan.

Signalling theory menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan

untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal. Dorongan

perusahaan untuk memberikan informasi karena terdapat asimetri informasi antara

perusahaan dan pihak luar karena perusahaan mengetahui lebih banyak mengenai

perusahaan dan prospek yang akan datang daripada pihak luar (investor dan

kreditur). Kurangnya informasi bagi pihak luar mengenai perusahaan

menyebabkan mereka melindungi diri mereka dengan memberikan harga yang


17

rendah untuk perusahaan. Perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan

dengan mengurangi informasi asimetri. Salah satu cara untuk mengurangi

informasi asimetri adalah dengan memberikan sinyal pada pihak luar.

Signalling theory menyatakan pengeluaran investasi memberikan sinyal

positif tentang pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan datang, sehingga

meningkatkan harga saham sebagai indikator nilai perusahaan. Peningkatan

hutang juga dapat diartikan pihak luar tentang kemampuan perusahaan untuk

membayar kewajibannya di masa yang akan datang atau risiko bisnis yang rendah,

sehingga penambahan hutang akan memberikan sinyal positif. Ini karena

perusahaan yang meningkatkan hutang dapat dipandang sebagai perusahaan yang

yakin dengan prospek perusahaan di masa yang akan datang.

2.1.1.4 Manajemen Laba

Manajemen laba adalah prilaku dari manajer yang membuat laporan laba

rugi dan tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya pada periode berjalan

tanpa menimbulkan perubahan profitabilitas ekonomi secara jangka panjang.

Menurut Gunarianto et al (2015), perilaku manajemen laba didasari oleh

suatu hal yaitu, “Manipulative behavior by manager is caused by a conflict of

interest, but it's potential can be minimized through a monitoring mechanism

called Good Corporate Governance” yang berarti suatu perilaku manipulatif oleh

manajer disebabkan oleh konflik kepentingan, namun potensinya dapat

diminimalisir melalui mekanisme pemantauan yang disebut Good Corporate

Governance.
18

Dalam teori keagenan, hubungan agensi terjadi karena pemilik perusahaan

(principal) mendelegasikan wewenangnya kepada manajer (agent) untuk

mengambil keputusan yang berguna bagi kepentingan perusahaan. Terdapat

berbagai motivasi perusahaan, dalam hal ini manajer melakukan earnings

management, yaitu :

1. Other Contractual Motivations

Motivasi ini muncul ketika perusahaan melakukan perjanjian utang yang

berisikan perjanjian untuk melindungi sang pemberi pinjaman dari aksi

manajer yang tidak sesuai dengan kepentingan investor, seperti deviden yang

berlebihan, pinjaman tambahan, pemberian modal kerja atau laporan ekuitas

jatuh dibawah tingkat yang ditetapkan dan semua aktivitas yang dapat

mencairkan sekuritas sang pemberi pinjaman. Karena pelanggaran perjanjian

dapat mengakibatkan biaya tinggi, maka manajer perusahan akan berusaha

untuk menghindarinya dengan perjanjian yang telah disepakati.

2. Bonus Plans

Laba sering dijadikan indikator penilaian prestasi manajer perusahaan,

motivasi bonus merupakan dorongan bagi manajer perusahaan dalam

melaporkan laba yang diperolehnya untuk mendapatkan bonus yang dihitung

atas dasar laba tersebut, jika laba lebih rendah daripada laba yang ditetapkan

maka akan mendorong manajer untuk melakukan manajemen laba, dengan cara

meningkatkan tingkat laba yang harus dicapai dalam periode tertentu.


19

3. Political Motivations

Motivasi ini terjadi pada perusahaan-perusahaan besar dan industri strategis

yang cenderung menurunkan laba visibilitasnya, khususnya selama periode

kemakmuran tinggi. Tindakan ini diperoleh untuk mengurangi biaya politis dan

pengawasan dari pemerintah, memperoleh kemudahan dan fasilitas dari

pemerintah, misalnya subsidi, perlindungan dari pesaing luar negeri, untuk

meminimalkan tuntutan serikat buruh.

4. Taxation Motivations

Dalam hal ini manajer berusaha menurunkan laba untuk mengurangi beban

pajak yang harus dibayar. Karena laba berbanding lurus dengan beban pajak,

apabila laba semakin besar maka beban pajak yang harus ditanggung oleh

perusahaan semakin tinggi. Untuk menghindari hal tersebut maka perusahaan

akan melakukan manajemen laba agar laba yang dilaporkan kepada fiskal lebih

rendah sehingga akan mengurangi beban pajak yang akan ditanggunganya.

5. Change of CEO (Chief Executive Officer)

Motivasi ini terjadi ketika dalam kasus pergantian manajer biasanya diakhir

tahun tugasnya, manajer akan melaporkan laba yang tinggi, sehingga CEO

yang baru merasa sangat berat untuk mencapai tingkat laba tersebut atau ketika

pimpinan perusahaan yang mempunyai kinerja buruk sehingga mereka akan

melakukan manajemen laba untuk menunda pemecatan agar pimpinan tersebut

mempunyai cukup waktu untuk memperbaiki kinerjanya.


20

6. IPO (Initial Public Offerings)

Perusahaan yang baru saja menerbitkan saham perdana (IPO) belum bisa

memiliki harga pasar saham yang mapan. Cara untuk mempengaruhi pasar

adalah dengan memberikan informasi net income sehingga pasar memberikan

respon positif terhadap harga saham.

Menurut Suharli (2005) manajemen laba terbagi menjadi dua, yaitu :

1. Income Increasing

Jika laba masa kini relatif rendah dan diperkirakan laba masa depan tinggi,

manajer akan menggunakan pilihan prosedur akuntansi untuk meningkatkan

discretionary accruals masa kini.

2. Income decreasing

Jika laba masa kini relatif tinggi dan diperkirakan laba masa depan rendah,

manajer akan menggunakan pilihan prosedur akuntansi untuk menurunkan

discretionary accruals masa kini.

Praktik manajemen laba dapat dilihat melalui metode yang dikembangkan

oleh Dechow, Sloan, dan Swenney (1995). Discretionary accrual merupakan

perbedaan antara total accruals pada periode yang diuji yang distandarisasi

dengan penjualan pada periode yang diuji dan total accruals pada periode

sebelumnya yang distandarisasi dengan penjualan pada periode sebelumnya.

Secara sistematis, total accruals itu sendiri merupakan selisih antara laba

bersih operasi (net operating income) dengan aliran kas dari aktivitas operasi

(cash flow operating activities), dalam menghitung total accrual menggunakan

rumus sebagai berikut :


21

TAit = NIit - CFOit

Keterangan:

TAit = Total Akrual perusahaan i pada periode t

NIit = Laba Bersih perusahaan i pada periode ke t

CFOit = Aliran Kas dari Aktivitas Operasi perusahaan i pada periode ke t

Kemudian akan diukur nilai discretionary accruals dengan meode yang

dikembangkan oleh Dechow, Sloan, dan Swenney (1995) menggunakan

persamaan :

Keterangan :
DAit = (TAit/SALEit) – (TAid/SALEid)

DAit = discretionary accrual periode tes

TAit = total accruals periode tes

SALEit = penjualan periode tes

TAid = total accruals periode sebelumnya (periode tes-1)

SALEid = penjualan periode sebelumnya (periode tes-1)

Pengukuran terjadi atau tidaknya praktik manajemen laba dapat dilakukan

dengan melihat nilai dari Discretionary Accruals (DA). Nilai DA positif memiliki

arti bahwa praktik manajemen laba yang terjadi adalah dengan pola income

increasing. Sebaliknya, nilai DA negatif memiliki arti bahwa praktik manajemen

laba yang terjadi adalah dengan pola income decreasing. Namun, ketika nilai DA

yang diperoleh adalah sama dengan nol, maka dapat dikatakan praktik manajemen

laba tidak dilakukan.


22

2.1.1.5 Kinerja Keuangan

Menurut Mahsun (2009:25), kinerja keuangan sutau perusahaan dapat

diartikan sebagai prospek atau masa depan, pertumbuhan dan potensi

perkembangan yang baik bagi perusahaan. Untuk dapat mengukur kinerja

perusahaan, pengukurannya dapat dilakukan dengan rasio keuangan. Kinerja

perusahaan diukur melalui:

(1) Rasio Likuiditas dengan ukuran (a) Current Ratio untuk perusahaan

normal yang berkisar pada angka 2:1 atau 200%. Rasio yang rendah menunjukkan

resiko likuiditas yang tinggi. Rasio lancar yang tinggi menunjukkan adanya

kelebihan aktiva lancar yang akan mempunyai pengaruh yang tidak baik terhadap

profitabilitas perusahaan; (b) Quick Ratio, angka yang terlalu kecil menunjukkan

resiko likuiditas yang lebih tinggi. Rasio atau pedoman yang baik adalah 1:1 atau

100%; (c) Cash Ratio merupakan alat penting likuid, sehingga batasan angka

normal yang baik adalah >30%.

(2) Rasio Aktivitas; (a) Fixed Asset Turn Over menunjukkan ukuran

seberapa efektif pemanfaatan aktiva tetap dalam mendapatkan penghasilan. Rasio

atau pedoman yang baik adalah antara 150-300% atau 1,5 – 3 kali; (b) Total Asset

Turn Over menunjukkan seberapa efektif penggunaan total aktiva. Rasio yang

tinggi menunjukkan manajemen yang baik. Rasio atau pedoman yang baik adalah

lebih dari 0,5 kali.

(3) Rasio Solvabilitas; (a) Debt Ratio, berbeda dengan Current Ratio,

walaupun total aset semakin tinggi hal ini tidak akan berefek buruk terhadap

earning power, karena total aset tersebut di dalamnya termasuk aktiva tetap yang
23

sudah diinvestasikan dan produktif. Maka dari itu tidak ada ukuran angka normal

seperti pada Current Ratio, tetapi batasan angka normal yang dianggap baik

adalah <100% dan kinerja akan semakin baik bila rasio semakin kecil rasio

semakin kecil. (b) Debt To Equity Ratio, bagi perusahaan sebaiknya besarnya

hutang tidak boleh melebihi modal sendiri agar beban tetap tidak terlalu tinggi.

Kreditur tidak akan memberi pinajaman tambahan bila debt to equity ratio sudah

lebih besar dari 100% karena resikonya akan menjadi bertambah besar pula.

Dengan kata lain rasio pedoman adalah <100%.

(4) Rasio Profitabilitas; (a) Return on Asset yang tinggi menunjukkan

efisiensi manajemen aset yang berarti efisiensi manajemen. Rasio atau pedoman

yang baik adalah >5%; (b) Return on Equity yang tinggi menunjukkan semakihn

baik manajemen di dalam mengelola perusahaannya. Rasio atau pedoman yang

baik adalah antara 20-40%; (c) Profit Margin yang tinggi menandakan

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih yang tinggi pula pada

tingkat penjualan rasio atau pedoman yang baik adalah >5%; (d) Gross Profit

Margin yang tinggi menandakan kemampuan perusahaan menghasilkan laba kotor

yang tinggi pula pada tingkat penjualan tertentu. Rasio atau pedoman yang baik

adlah 20-40%.

Mulyadi (2009:428) kinerja keuangan merupakan kemampuan atau

prestasi, prospek pertumbuhan serta potensi perusahaan dalam menjalankan

usahanya yang secara finansial ditunjukkan dalam laporan keuangan. Penilaian

kinerja keuangan perusahaan diukur melalui pengevaluasian laporan keuangan

perusahaan, khususnya analisa laporan keuangan. Kinerja keuangan dapat dilihat


24

melalui segi kualitatif maupun kuantitatif yaitu: (1) segi kualitatif adalah suatu

kinerja perusahaan yang tidak dapat diukur seperti keunggulan produk di pasar,

pemanfaatan sumber daya manusia, kekompakan tim, kepatuhan perusahaan

terhadap peraturan masyarakat; dan (2) Segi kuantitatif adlah kinerja perusahaan

yang dapat diukur dengan menggunakan suatu analisis tertentu (dalam hal ini

analisis laporan keuangan) seperti kemampuan perusahaan dalam menghasilkan

laba. Tinggi rendahnya kinerja suatu perusahaan merupakan dasar pertimbangan

guna pemilihan tujuan investasi oleh para investor pada umumnya. Apabila

kinerja suatu perusahaan bai dapat diartikan perusahaan tersebut telah

menjalankan usahanya secara efektif dan efisien.

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam

hubungan dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Rasio

profitabilitas ini akan memberikan gambaran tentang tingkat efektifitas

pengelolaan perusahaan. Semakin tinggi profitabilitas berarti semakin baik,

karena kemakmuran pemilik perusahaan meningkat dengan semakin tingginya

profitabilitas.

Profitabilitas perusahaan adalah tingkat keuntungan bersih yang mampu

diraih oleh perusahaan pada saat menjalankan operasinya (Nurhayati, 2013).

Menurut Weston dan Copeland (1997) profitabilitas adalah sejauh mana

perusahaan menghasilkan laba dari penjualan dan investasi perusahaan. Brigham

dan Houston (2011) mendefinisikan profitabilitas adalah hasil akhir dari sejumlah

kebijakan dan keputusan manajemen perusahaaan.


25

Rasio profitabilitas yaitu mengukur keberhasilan manajemen sebagaimana

ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan oleh penjualan dan investasi (Weston dan

Brigham, 1991). Ada bermacam cara untuk mengukur profitabilitas, yaitu:

1. Profit Margin

Profit margin adalah margin keuntungan yang ditentukan atas harga penjualan.

Margin keuntungan menunjukkan besar kecilnya laba dibandingkan dengan

harga penjualan. Profit margin menunjukkan laba per rupiah penjualan.

2. Return on Asset (ROA)

Return on Asset (ROA) adalah perbandingan antara laba bersih dengan total

aktiva yang tertanam dalam perusahaan. ROA digunakan untuk mengukur

kemampuan perusahaan menghasilkan laba.

3. Return on Equity (ROE)

ROE menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba atas

penggunaan modal sendiri.

4. Rentabilitas Ekonomi

Rentabilitas Ekonomi merupakan perbandingan antara laba dengan total

kekayaan yang dimilikinya.


26

Dalam penelitian ini rasio yang digunakan adalah return on asset (ROA).

Semakin tinggi ROA maka semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan keuntungan dan akan membuat profitabilitas perusahaan tinggi.

Nilai ROA yang tinggi akan memberikan sinyal positif bagi investor bahwa

perusahaan menghasilkan dalam kondisi yang menguntungkan. Hal ini menjadi

daya tarik investor untuk memiliki saham perusahaan dan akan meningkatkan

harga saham sehingga nilai perusahaan pun meningkat.

2.1.1.6 Kebijakan Deviden

Dividen adalah proporsi pembagian laba yang diperoleh perusahaan yang

dibagikan kepada para pemegang saham perusahaan. Apabila perusahaan penerbit

saham mampu menghasilkan laba yang besar maka ada kemungkinan pemegang

sahamnya akan menikmati keuntungan dalam bentuk dividen yang besar pula.

Dividen diartikan sebagai pembagian laba kepada para pemegang saham

perusahaan sebanding dengan jumlah saham yang dipegang oleh masing-masing

pemilik.

Kebijakan dividen adalah merupakan keputusan yang berkaitan dengan

penggunaan laba yang menjadi hak para pemegang saham dan laba tersebut dapat

dibagi sebagai dividen atau laba yang ditahan untuk diinvestasikan kembali.

Kebijakan dividen optimal adalah kebijakan dividen yang menghasilkan

keseimbangan antara dividen saat ini, pertumbuhan di masa depan, dan

memaksimalkan harga saham perusahaan.

Dalam kebijakan dividen terdapat trade off dan merupakan pilihan yang

tidak mudah antara membagikan laba sebagai dividen atau diinvestasikan


27

kembali. Apabila perusahaan memilih membagikan laba sebagai dividen maka

tingkat pertumbuhan akan berkurang dan berdampak negatif terhadap saham.

Disisi lain, apabila perusahaan tidak membagikan dividen maka pasar akan

memberikan sinyal negatif kepada prospek perusahaan. Peningkatan dividen

memberikan sinyal perubahan yang menguntungkan pada harapan manajer dan

penurunan dividen menunjukkan pandangan pesimis prospek perusahaan dimasa

yang akan datang.

Keputusan dividen menyangkut keputusan tentang penggunaan laba yang

menjadi hak para pemegang saham. Dividen yang dibagikan dapat berupa dividen

tunai (cash dividend) atau dividen dalam bentuk saham (stock dividen). Dividen

tunai umumnya dibagikan secara reguler, baik triwulanan, semesteran atau

tahunan.

Kebijakan dividen dalam penelitian ini dikonfirmasi dalam bentuk

Dividend Payout Ratio (DPR). Dividend payout ratio adalah perbandingan

dividen yang diberikan ke pemegang saham dan laba bersih per saham.

Rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) menentukan jumlah

laba yang akan dibagi dalam bentuk dividen kas dan laba yang ditahan sebagai

sumber pendanaan. Dividen yang dibagikan perusahaan ditentukan oleh para

pemegang saham pada saat berlangsungnya RUPS (Rapat Umum Pemegang

Saham).
28

2.1.1.6.1 Teori Kebijakan Dividen

Beberapa teori mengenai kebijakan dividen diantaranya : teori dividen

irrelevan, teori bird in the hand, teori information content of dividend, dan teori

clientele effect.

1. Teori Dividen Irrelevan

Miller dan Modligiani mengemukakan teori bahwa kebijakan dividen tidak

mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan karena rasio pembayaran

dividen hanyalah rincian dan tidak mempengaruhi kesejahteraan pemegang

saham. Nilai suatu perusahaan hanya bergantung pada laba yang dihasilkan

oleh asetnya, bukan pada bagaimana laba itu dipecah antara dividen dan laba

ditahan.

2. Teori Bird in the Hand

Menurut teori bird in the hand, pemegang saham lebih menyukai dividen

tinggi dibandingkan dengan dividen yang akan dibagikan di masa yang akan

datang dan capital gains. Teori ini mengasumsikan bahwa dividen lebih pasti

daripada pendapatan modal.

3. Teori Information Content of Dividend

Menurut teori information content of dividend, investor akan melihat kenaikan

dividen sebagai sinyal positif atas prospek perusahaan di masa depan. Karena

pembayaran dividen ini dapat mengurangi ketidakpastian dan mengurangi

konflik keagenan antara manajer dan pemegang saham.


29

4. Clientele effect

Clientele effect adalah kecenderungan perusahaan untuk menarik jenis investor

yang menyukai kebijakan dividennya. Miller dan Modigliani menyatakan

bahwa suatu perusahaan menetapkan kebijakan pembagian dividen khusus,

yang selanjutnya menarik sekumpulan peminat atau clientele yang terdiri dari

para investor yang menyukai kebijakan dividen khusus tersebut.

2.1.1.6.2 Langkah-langkah Pembayaran Deviden

Langkah-langkah atau prosedur pembayaran dividen adalah pengumuman

emiten atas dividen yang akan dibayarkan kepada pemegang saham yang disebut

juga dengan pengumuman dividen. Adapun rincian tanggal-tanggal yang perlu

diperhatikan dalam pembayaran dividen adalah sebagai berikut:

1. Tanggal Pengunguman (declaration date)

Tanggal pengumuman merupakan tanggal yang mana secar resmi diumumkan

oleh emiten tentang bentuk dan besarnya serta jadwal pembayaran dividen

yang akan dilakukan. Pengumuman ini biasanya untuk pembagian dividen

reguler. Isi pengumuman tersebut menyampaikan hal-hal yang dianggap

penting yakni: tanggal pencatatan, tanggal pembayaran, besarnya dividen kas

per lembar.

2. Tanggal Pencatatan (date of record)

Pada tanggal ini perusahaan melakukan pencatatan nama-nama pemegang

saham. Para pemilik saham yang terdaftar pada daftar pemegang saham

tersebut diberikan hak, sedangkan pemegang saham yang tidak terdaftar pada

tanggal pencatatan tidak diberikan hak untuk memperoleh dividen.


30

3. Tanggal cum-devidend

Tanggal ini merupakan tanggal hari terakhir perdagangan saham yang masih

melekat hak untuk mendapatkan dividen baik dividen tunai maupun dividen

saham.

4. Tanggal ex-devidend

Tanggal perdagangan saham tersebut sudah tidak melekat lagi hal untuk

memperoleh dividen. Jadi jika investor membeli saham pada tanggal ini atau

sesudahnya, maka investor tersebut tidak dapat mendaftarkan namanya untuk

mendapatkan deviden.

5. Tanggal Pembayaran (payment date)

Tanggal ini merupakan saat pembayaran dividen oleh perusahaan kepada para

pemegang saham yang mempunyai hak atas dividen. Jadi pada tanggal

tersebut, para investor sudah dapat mengambil dividen sesuai dengan bentuk

dividen yang diumumkan oleh emiten.

2.1.2 Kajian Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu sebagai acuan untuk pembuatan skripsi yaitu :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Putu dan Made (2017) dengan objek penelitian

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-

2015. Sample yang dipilih dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive

sampling, dengan hasil yang diperoleh yaitu 123 perusahaan. Manajemen laba

dipilih sebagai variabel bebas dan nilai perusahaan sebagai variabel terikat.

Dengan menggunakan teknik analisis regresi linier sederhana, peneliti

menemukan bahwa variabel manajemen laba dengan pola income increasing


31

berpengaruh positif pada nilai perusahaan. Sedangkan manajemen laba dengan

pola income decreasing berpengaruh negatif pada nilai perusahaan.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Ngurah Dharma dan Putu Vivi (2016) dengan

objek penelitian perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

periode 2010-2013. Sample yang dipilih dalam penelitian ini menggunakan

purposive sampling, dengan hasil yang diperoleh yaitu 20 perusahaan.

Kebijakan Deviden, Likuiditas, Profitabilitas, dan Ukuran Perusahaan dipilih

sebagai variabel bebas dan Nilai Perusahaan sebagai variabel terikat. Dengan

menggunakan teknik analisis regresi linier sederhana, peneliti menemukan

bahwa kebijakan deviden, likuiditas, profitabilitas, dan ukuran perusahaan

secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Alfredo, Luh Gede, dan Gede (2012) dengan

objek penelitian perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

tahun 2006-2009. Sample yang dipilih dalam penelitian ini menggunakan

teknik purposive sampling, dengan kriteria yang dipilih yaitu semua

perusahaan manufaktur yang secara berturut-turut membagikan deviden selama

periode 2006-2009. Kinerja keuangan dipilih sebagai variabel bebas, nilai

perusahaan sebagai variabel terikat, dan kebijakan deviden sebagai variabel

pemoderasi. Dengan menggunakan teknik analisis berganda dan moderated

regression analysis, peneliti menemukan bahwa: 1) likuiditas berpengaruh

positif tidak signifikan terhadap nilai perusahaan, 2) kebijakan deviden tidak

mampu secara signifikan memoderasi pengaruh likuiditas terhadap nilai

perusahaan, 3) leverage berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap nilai


32

perusahaan, 4) kebijakan deviden tidak mampu secara signifikan memoderasi

pengaruh leverage terhadap nilai perusahaan, 5) profitabilitas berpengaruh

positif signifikan terhdap nilai perusahaan, 6) Kebijakan deviden tidak mampu

secara signifikan memoderasi pengaruh profitabilitas terhadap nilai

perusahaan.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Gunarianto (2016) dengan objek penelitian

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sample yang

dipilih dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, dengan

hasil yang diperoleh yaitu 34 perusahaan. Good Corporate Governance,

Motivated Behavior, Implementasi Sistem Informasi Akuntansi, dan Perilaku

Manajemen Laba dipilih sebagai variabel bebas dan nilai perusahaan sebagai

variabel terikat. Teknik yang digunakan yaitu teknik analisis regresi linier

berganda yang didahului dengan Method of Successive Interval untuk

memperluas skala ukuran. Dengan teknik tersebut, peneliti menemukan bahwa:

1) Empat variabel bebas yang diantaranya Good Corporate Governance,

Motivated Behavior, Implementasi Sistem Informasi Akuntansi, dan Perilaku

Manajemen Laba berpengaruh secara simultan, positif dan signifikan terhadap

nilai perusahaan manufaktur di Indonesia. Hal tersebut menerangkan selisih

nilai perusahaan sebesar 64,1%, 2) Semua variabel bebas yang diantaranya

Good Corporate Governance, Perilaku yang Termotivasi, Implementasi Sistem

Informasi Akuntansi, dan Perilaku Manajemen Laba berpengaruh secara

parsial, positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan manufaktur di

Indonesia, 3) Variabel yang berpengaruh paling dominan terhadap nilai


33

perusahaan adalah motivated behavior, 4) Good Corporate Governance,

Motivated Behavior, dan Implementasi Sistem Informasi Akuntansi adalah

variabel yang berpengaruih secara tidak langsung, tetapi berpengaruh positif

signifikan terhadap perilaku manajemen laba pada nilai perusahaan manufaktur

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Gunarianto, Marjani dan Endah (2016) dengan

objek penelitian perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia. Sample yang dipilih dalam penelitian ini menggunakan teknik

purposive sampling, dengan hasil yang diperoleh yaitu 34 perusahaan. Good

Corporate Governance, Motivated Behavior, dan Implementasi Sistem

Informasi Akuntansi dipilih sebagai variabel bebas dan Perilaku Manajemen

Laba sebagai variabel terikat. Teknik yang digunakan yaitu teknik analisis

regresi logistik berganda dan regresi linier berganda dengan Method of

Successive Interval. Dengan teknik tersebut, peneliti menemukan bahwa: 1)

Tiga variabel bebas yang diantaranya Good Corporate Governance, Motivated

Behavior, dan Implementasi Sistem Informasi Akuntansi berpengaruh secara

simultan, positif dan signifikan terhadap perilaku manajemen laba sebesar

71,6%, 2) Good Corporate Governance adalah variabel yang berpengaruih

paling dominan terhadap nilai perusahaan.

6. Penelitian yang dilakukan oleh Gani Ibrahim Fenandar dan Surya Raharja

(2012) dengan objek penelitian perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia tahun 2007-2010. Sample yang dipilih dalam penelitian ini

menggunakan teknik purposive sampling, dengan kriteria yang dipilih yaitu


34

semua perusahaan manufaktur yang secara berturut-turut membagikan deviden

selama periode 2007-2010. Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan, dan

Kebijakan Deviden dipilih sebagai variabel bebas, dan nilai perusahaan sebagai

variabel terikat. Dengan menggunakan teknik analisis regresi linier berganda,

peneliti menemukan bahwa: keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan

kebijakan dividen berpengaruh secara positif terhadap nilai perusahaan

7. Penelitian yang dilakukan oleh Umi Mardiyati, Gatot, dan Ria Putri (2012)

dengan objek penelitian perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia tahun 2005-2010. Sample yang dipilih dalam penelitian ini

menggunakan teknik purposive sampling, dengan hasil yang diperoleh yaitu 78

sample. Kebijakan Deviden, Kebijakan Hutang, dan Profitabilitas dipilih

sebagai variabel bebas, dan nilai perusahaan sebagai variabel terikat. Dengan

menggunakan teknik analisis regresi linier berganda, peneliti menemukan

bahwa: 1) Kebijakan Deviden secara parsial memiliki pengaruh yang tidak

signifikan terhadap nilai perusahaan manufaktur yang diproksikan dengan

PBV, 2) Kebijakan Hutang berpengaruh positif tapi tidak signifikan terhadap

nilai perusahaan, 3) Profitabilitas memiliki pengaruh yang positif signifikan

terhadap nilai perusahaan, 4) Nilai adjusted R Square sebelum menggunakan

variabel kontrol adalah sebesar 34,2% yang artinya variabel DPR, DER, dan

ROE mampu menjelaskan 34,2% nilai perusahaan.

8. Penelitian yang dilakukan oleh Melanie Sugiarto (2011) dengan objek

penelitian perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2003-2007.

Sample yang dipilih dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive


35

sampling, dengan hasil yang diperoleh yaitu 64 sample. Kepemilikan

Manajerial, Pepemilikan Institusional, dan Kebijakan Deviden dipilih sebagai

variabel bebas, dan nilai perusahaan sebagai variabel terikat. Dengan

menggunakan teknik analisis regresi linier berganda, peneliti menemukan

bahwa: 1) Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap nilai

perusahaan, namun tidak berpengaruh secara langsung terhadap nilai

perusahaan melalui kebijakan hutang sebagai variabel intervening, 2)

Kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan baik

secara langsung maupun tidak langsung melalui kebijakan hutang sebagai

variabel intervening, 3) kebijakan deviden berpengaruh positif terhadap nilai

perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung melalui kebijakan

hutang sebagai variabel intervening.

Tabel 2.1 Kajian Penelitian Terdahulu

No Peneliti dan Variabel Metode Temuan Perbandingan


Judul
1. I Putu Adi Manajemen Regresi 1.Manajemen laba dengan 1.Perbedaan
Surya Lesmana, Laba Linier pola income increasing variabel,
I Made sederhana berpengaruh positif yang
Sukartha pada nilai perusahaan awalnya
2. Manajemen laba dengan sebagai
Judul : pola decreasing pemoderasi,
Pengaruh berpengaruh negatif penelitian
Manajemen pada nilai perusahaan kali ini
Laba Pada nilai digunakan
Perusahaan sebagai
Manufaktur variabel
Yang Terdaftar bebas
Di Bursa Efek 2.Perbedaan
Indonesia tahun
Tahun 2012- pengamatan
2015 3.Jumlah
pengamatan
36

2. AA Ngurah Kebijakan Regresi 1. Kebijakan deviden 1.Tahun


Dharma Adi Deviden, Linier berpengaruh positif dan pengamatan
Putra, Putu Vivi Likuiditas, berganda signifikan terhadap nilai 2.Jumlah
Lestari Profitabilitas, perusahaan pengamatan
ukuran 2. Likuiditas berpengaruh
Judul : Perusahaan positif dan signifikan
Pengaruh terhadap nilai
kebijakan perusahaan
Deviden, 3. Profitabilitas
Likuiditas, berpengaruh positif dan
Profitabilitas, signifikan terhadap nilai
dan Ukuran perusahaan
perusahaan 4. Ukuran Perusahaan
terhadap Nilai berpengaruh positif dan
Perusahaan signifikan terhadap nilai
perusahaan
3. Alfredo Likuiditas, Regresi 1. Likuiditas berpengaruh 1.Tahun
Mahendra Dj, leverage, Linier positif tidak signifikan pengamatan
Luh Gede Sri profitabilitas berganda terhadap nilai 2.Jumlah
Artini, A.A perusahaan pengamatan
Gede Suarjaya 2. Kebijakan Deviden
tidak mampu secara
Judul : signifikan memoderasi
Pengaruh pengaruh likuiditas
Kinerja terhadap nilai
keuangan perusahaan
terhadap Nilai 3. Leverage berpengaruh
Perusahaan negatif tidak signifikan
Manufaktur Di terhadap nilai
Bursa efek perusahaan
Indonesia 4. Kebijakan Deviden
tidak mampu secara
signifikan memoderasi
pengaruh leverage
terhadap nilai
perusahaan
5. Profitabilitas
berpengaruh positif
signifikan terhadap nilai
perusahaan
6. Kebijakan Deviden
tidak mampu secara
signifikan memoderasi
pengaruh profitabilitas
terhadap nilai
perusahaan
37

4. Gunarianto Good Regresi 1. Empat variabel bebas 1.Tahun


Corporate Linier yang diantaranya Good pengamatan
Judul : The Governance, Berganda Corporate Governance, 2.Jumlah
Effect of Good Motivated Perilaku yang pengamatan
Corporate Behavior, Termotivasi,
Governance, Accounting Implementasi Sistem
Motivated Information Informasi Akuntansi,
Behavior, System dan Perilaku
Accounting Implementation Manajemen Laba
Information , And Real berpengaruh secara
System Earning simultan, positif dan
Implementation Management signifikan terhadap nilai
, And Real Behavior perusahaan manufaktur
Earning di Indonesia. Hal
Management tersebut menerangkan
Behavior On selisih nilai perusahaan
Company sebesar 64,1%
Performance 2. Semua variabel bebas
(Study of yang diantaranya Good
Manufacture Corporate Governance,
Companies that Perilaku yang
Go Public at Termotivasi,
Indonesia Stock Implementasi Sistem
Exchange) Informasi Akuntansi,
dan Perilaku
Manajemen Laba
berpengaruh secara
parsial, positif dan
signifikan terhadap nilai
perusahaan manufaktur
di Indonesia
3. Variabel yang
berpengaruh paling
dominan terhadap nilai
perusahaan adalah
motivated behavior
4. Good Corporate
Governance, Motivated
Behavior, dan
Implementasi Sistem
Informasi Akuntansi
adalah variabel yang
berpengaruih secara
tidak langsung, tetapi
berpengaruh positif
signifikan terhadap
38

perilaku manajemen
laba pada nilai
perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia.
5. Gunarianto, Good Regresi 1. Tiga variabel bebas 1. Tahun
Marjani dan Corporate logistik yang diantaranya Good pengamatan
Endah Governance, berganda Corporate Governance, 2. Jumlah
Motivated dan Motivated Behavior, pengamatan
Judul : Effect of Behavior, Regresi dan Implementasi
Good Implementation linier Sistem Informasi
Corporate of Accounting berganda Akuntansi berpengaruh
Governance, Information secara simultan, positif
Motivated System dan signifikan terhadap
Behavior, perilaku manajemen
Implementation laba sebesar 71,6%
of Accounting 2. Good Corporate
Information Governance adalah
System, on Real variabel yang
Behavior of berpengaruih paling
Earning dominan terhadap nilai
Management perusahaan
(Study of
Manufacture
Companies that
Go Public at
Indonesia Stock
Exchange)
6. Gany Ibrahim Keputusan Regresi Keputusan investasi, 1. Tahun
Fenandar dan Investasi, Linier keputusan pendanaan, pengamatan
Surya Raharja Keputusan Berganda dan kebijakan dividen 2. Jumlah
Pendanaan, dan berpengaruh secara pengamatan
Judul : Kebijakan positif terhadap nilai
Pengaruh Deviden perusahaan
Keputusan
Investasi,
Keputusan
pendanaan, dan
Kebijakan
Deviden
Terhadap Nilai
Perusahaan
7. Umi Mardiyati, Kebijakan Regresi 1. Kebijakan Deviden 1. Tahun
Gatot Nazir Deviden, Linier secara parsial memiliki pengamatan
Ahmad, dan Ria Kebijakan berganda pengaruh yang tidak 2. Jumlah
Putri Hutang, dan signifikan terhadap nilai pengamatan
39

Profitabilitas perusahaan manufaktur


Judul : yang diproksikan
Pengaruh dengan PBV
Kebijakan 2. Kebijakan Hutang
Deviden, berpengaruh positif tapi
Kebijakan tidak signifikan
Hutang, dan terhadap nilai
Profitabilitas perusahaan
dan Terhadap 3. Profitabilitas memiliki
Nilai pengaruh yang positif
Perusahaan signifikan terhadap nilai
Manufaktur perusahaan
Yang Terdaftar
di Bursa Efek
Indonesia (BEI)
Periode 2005-
2010
8. Melanie Kepemilikan Regresi 1. Kepemilikan manajerial 1. Tahun
Sugiarto Manajerial, Linier berpengaruh negatif pengamatan
Pepemilikan Berganda terhadap nilai 2.Jumlah
Judul: Pengaruh Institusional, perusahaan, namun pengamatan
Struktur dan Kebijakan tidak berpengaruh
Kepemilikan Deviden secara langsung
dan Kebijakan terhadap nilai
Deviden perusahaan melalui
Terhadap Nilai kebijakan hutang
Perusahaan sebagai variabel
Dengan intervening
Kebijakan 2. Kepemilikan
Hutang Sebagai institusional tidak
Intervening berpengaruh terhadap
nilai perusahaan baik
secara langsung maupun
tidak langsung melalui
kebijakan hutang
sebagai variabel
intervening
3. Kebijakan deviden
berpengaruh positif
terhadap nilai
perusahaan baik secara
langsung maupun tidak
langsung melalui
kebijakan hutang
sebagai variabel
intervening.
40

2.1.3 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat disajikan dalam bentuk

gambar sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

2.2 Hipotesis

Hipotesis penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Terdapat pengaruh positif income increasing yang diproksikan dengan DA

(Discreation Accruals) terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2016

2. Terdapat pengaruh positif income decreasing yang diproksikan dengan DA

(Discreation Accruals) terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2016


41

3. Terdapat pengaruh positif profitabilitas yang diproksikan dengan ROA (Return

On Asset) terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2016

4. Terdapat pengaruh positif kebijakan deviden yang diproksikan dengan DPR

(Devidend Payout Ratio) terhadap nilai perusahaan pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2016

5. Terdapat pengaruh positif secara simultan income increasing, income

decreasing, profitabilitas, dan kebijakan deviden terhadap nilai perusahaan

pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode

2012-2016
42

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian


Penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian ex post facto. Penelitian ex

post facto adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk meneliti peristiwa yang

telah terjadi dan kemudian merunut ke belakang untuk mengetahui faktor-faktor

yang dapat menimbulkan kejadian tersebut (Sugiyono, 1997).

Sesuai dengan tingkat eksplanasi (level of explanation), maka penelitian

ini dikategorikan sebagai penelitian asosiatif. Penelitian asosiatif merupakan

penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau

lebih (Sugiyono, 2009). Berdasar jenis datanya, penelitian ini dikategorikan

sebagai penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang datanya berbentuk angka-

angka.

3.2 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan manufaktur dengan kajian

mengenai manajemen laba, kinerja keuangan, dan kebijakan deviden atas nilai

perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012-2016.

Penelitian ini mencakup bidang keuangan yaitu dengan mengumpulkan laporan-

laporan keuangan, buku-buku yang berkaitan serta melalui studi pustaka, tulisan-

tulisan ilmiah dan catatan lain dari media cetak maupun elektronik.

3.3 Obyek Penelitian


43

Obyek merupakan apa yang hendak diselidiki di dalam kegiatan

penelitian. Obyek dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012-2016

3.4 Sumber dan Jenis Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.

Data sekunder adalah data yang tidak secara langsung diberikan kepada

pengumpul data. Sedangkan jenis data penelitian ini berupa data kuantitatif yang

diambil dari laporan tahunan perusahaan yang telah diaudit dan dipublikasikan.

Data diperoleh dari Bursa Efek Indonesia, www.idx.co.id.

3.5 Variabel Penelitian


3.5.1 Klasifikasi Variabel

Berdasarkan pokok masalah dan hipotesis yang diuji maka variabel yang

akan dianalisis dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel dependen (Y)

Variabel dependen (variabel terikat) adalah variabel yang dipengaruhi oleh

variabel independen. Dalam penelitian ini variabel dependennya adalah nilai

perusahaan. Rasio Tobin’s Q merupakan alat ukur dari nilai perusahaan yang

digunakan penelitian ini. Tobin’s Q merupakan rasio nilai pasar aset

perusahaan (diukur dengan nilai pasar dari saham yang beredar ditambah

dengan utang perusahaan) terhadap replacement cost aset perusahaan. Ketika

nilai Tobin’s Q berada di bawah 1, hal tersebut memiliki arti bahwa nilai pasar

perusahaan lebih kecil dari nilai ganti aset perusahaan. Pasar akan menilai

investasi dalam perusahaan belumlah menarik. Nilai Tobin’s Q berada di atas


44

1, maka nilai ganti aset perusahaan lebih kecil dari nilai pasar perusahaan dan

akan menciptakan investasi baru (Herawaty, 2008).

Tobin’s Q = (MVE+DEBT) / TA

Keterangan :

MVE = Market Value of Equity (jumlah saham beredar dikali harga saham)

DEBT = Total kewajiban perusahaan

TA = Total aset perusahaan

2. Variabel independen (X)

Variabel independen (variabel bebas) adalah variabel yang diduga berpengaruh

terhadap variabel dependen. Dalam penelitian ini variabel independennya

adalah sebagai berikut:

a. Income Increasing

Income Increasing dalam penelitian ini adalah Discretion Accruals (DA)

adalah pengurangan antara total accrual periode tes dibagi penjualan periode

tes dengan total accrual periode dasar dibagi penjualan periode dasar

DAit = (TAit/SALEit) – (TAid/SALEid)

b. Income decreasing

Income decreasing dalam penelitian ini adalah Discretion Accruals (DA)

adalah pengurangan antara total accrual periode tes dibagi penjualan periode

tes dengan total accrual periode dasar dibagi penjualan periode dasar
45

DAit = (TAit/SALEit) – (TAid/SALEid)

c. Profitabilitas

Rasio profitabilitas dalam penelitian ini adalah Return on Asset. Return on

Asset (ROA) adalah perbandingan antara laba bersih dengan total aktiva yang

tertanam dalam perusahaan.

ROA = x % 100

d. Kebijakan Deviden

Kebijakan dividen adalah keputusan tentang seberapa banyak laba saat ini yang

akan dibayarkan sebagai dividen daripada ditahan untuk diinvestasikan

kembali dalam perusahaan (Brigham dan Houston, 2011). Kebijakan dividen

dalam penelitian ini dikonfirmasi dalam bentuk Dividend Payout Ratio (DPR).

DPR = x 100%

3.5.2 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional pada penelitian adalah unsur penelitian yang terkait

dengan variabel yang terdapat dalam judul penelitian atau yang tercakup dalam
46

peradigma penelitian sesuai dengan hasil perumusan masalah. Teori ini

dipergunakan sebagai landasan atau alasan mengapa suatu yang bersangkutan

memang bisa memengaruhi variabel tak bebas. (Supranto, 2003:322 dalam Arum,

2012)

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel

Variabel Konsep Variabel Indikator Skala


Pengukuran
Nilai Nilai jual sebuah perusahaan sebagai suatu Tobin’s Q = Rasio
perusahaan bisnis, adanya kelebihan jual diatas likuidasi,
(MVE+DEBT)
(Y) adalah nilai dari organisasi manajemen yang
/ TA
menjalankan perusahaan itu. (Agus Sartono,
2001,48)
Income Jika laba masa kini relatif rendah dan DAit = Rasio
(TAit/SALEit)
Increasing diperkirakan laba masa depan tinggi, manajer

(X1) akan menggunakan pilihan prosedur (TAid/SALEid)
akuntansi untuk meningkatkan discretion
accruals masa kini (Suharli, 2005,p46)

Income Jika laba masa kini relatif tinggi dan DAit = Rasio
(TAit/SALEit)
Decreasing diperkirakan laba masa depan rendah,

(X2) manajer akan menggunakan pilihan prosedur (TAid/SALEid)
akuntansi untuk menurunkan discretion
accruals masa kini (Suharli, 2005,p46)
Profitabilitas Kemampuan perusahaan memperoleh laba ROA =(Laba Rasio
Setelah
(X3) dalam hubungan dengan penjualan, total
Pajak/Modal
aktiva maupun modal sendiri (Sartono, 1997) sendiri) x
100%
47

Kebijakan Kebijakan deviden berkaitan dengan DPR = Rasio


(Deviden Per
Deviden keputusan manajemen dalam memilih
Lembar
(X4) alternative pengakuan terhadap penghasilan Saham/Laba
Per Lembar
bersih sesudah pajak; dibagikan kepada
Saham) x
pemegang saham perusahaan dalam bentuk 100%
deviden dan diinvestasikan kembali ke
perusahaan sebagai laba ditahan (Wahyudi
dan Pawestri, 2006)
3.6 Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
3.6.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009). Populasi

penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar dalam Bursa Efek

Indonesia (BEI) periode 2012-2016.

3.6.2 Teknik Pengambilan Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang digunakan sebagai objek

penelitian. Dalam penelitian ini, sampel ditentukan dengan menggunakan metode

purposive sampling. Metode sampling tersebut membatasi pemilihan sampel

berdasarkan kriteria tertentu. Adapun kriteria perusahaan yang dijadikan sampel

dalam penelitian ini adalah :

1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI secara berturut-turut dari tahun

2012-2016.

2. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI yang mempublikasikan laporan

keuangan secara lengkap pada periode 2012-2016.


48

3. Perusahaan manufaktur yang membagikan dividen kas selama periode

penelitian periode penelitian ini selama tahun 2012-2016.

Proses seleksi sampel tersaji pada tabel 4 berikut :

Tabel 3.2 Proses Pemilihan Sampel

No Kriteria Jumlah

1 Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI secara 165


berturut-turut dari tahun 2012-2016

2 Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI yang (24)


tidak mempublikasikan laporan keuangan secara
lengkap pada periode 2012-2016

3 Perusahaan manufaktur yang tidak membagikan (130)


dividen kas selama periode penelitian periode
penelitian ini selama tahun 2012-2016
Jumlah Sampel 11

Sampel x Pengamatan (5 tahun) 55

Total Pengamatan 55

3.7 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik dokumentasi. Teknik ini dilakukan dengan mengumpulkan data antara lain

dari Bursa Efek Indonesia, jurnal-jurnal, artikel, tulisan-tulisan ilmiah dan catatan

lain dari media cetak maupun elektronik.

3.8 Rencana Analisis Data


49

3.8.1 Uji Asumsi Klasik


1. Uji Normalitas

Uji normalitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel independen dan variabel dependen keduanya memiliki distribusi

normal atau tidak. Uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov (uji

K-S). Distribusi data dinyatakan normal apabila nilai One Sample Kolmogrov-

Smienov Test > 0,05 (Ghozali,2016:154)

2. Uji Autokorelasi

Autokorelasi berarti terjadi korelasi antara anggota sampel yang diurutkan

berdasarkan waktu. Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu

model regresi linear ada korelasi antar kesalahan pengganggu (residual) pada

periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Penyimpangan ini

biasanya muncul pada observasi yang menggunakan data time series.

Konsekuensinya, varians sampel tidak dapat menggambarkan varians

populasinya. Model regresi tidak dapat untuk menaksir nilai variabel dependen

pada nilai variabel independen tertentu. Untuk menganalisis adanya

autokorelasi dipakai uji Durbin-Watson.

Statistik Durbin Watson dapat menghasilkan nilai antara 0-4. Selanjutnya hasil

Statistik Durbin Watson dibandingkan dengan nilaistatistik dengan nilai tabel

dL dan dU pada jumlah n pengamatan. Pengambilan keputusan tidak adanya

autokorelasi apabila nilai du < d < 4-du (Ghozali, 2016:107)

3. Uji Multikolinieritas
50

Uji ini dilakukan sebagai syarat digunakannya analisis regresi linier berganda,

yaitu untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antar variabel independen. Uji

multikolinieritas dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan Variance

Inflation Factor (VIF). Apabila nilai tolerance lebih dari 0,10 atau VIF kurang

dari 10, berarti tidak terjadi multikolinieritas (Ghozali, 2016:103)

4. Uji Heteroskedastisitas

Pengujian heteroskedastisitas dilakukan dalam sebuah model regresi dengan

tujuan bahwa apabila suatu regresi tersebut terjadi ketidaksamaan varians dari

residual dan pengamatan. Jika varian dari residual satu pengamatan ke

pengamatan lain tetap, maka disebut dengan homoskedastisitas dan jika

berbeda maka disebut heteroskedastisitas. Masalah heteroskedastisitas sering

terjadi pada data silang (crossection) daripada runtut waktu (time series).

Heteroskedastisitas timbul karena adanya pelanggaran terhadap asumsi klasik

dan karena adanya data yang outlier.

Pengujian dengan uji Glejser yaitu meregresi nilai absolut residual sebagai

variabel dependen terhadap masing-masing variabel independen. Mendeteksi

ada tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat nilai signifikansi

hasil regresi apabila lebih besar dari 0,05 maka tidak terjadi heteroskedastisitas

dan sebaliknya jika lebih kecil dari 0,05 maka terjadi heteroskedastisitas

(Ghozali, 2016:134).
51

3.8.2 Teknik Analisis Data

Model analisis statistik yang digunakan adalah model regresi linear

berganda. Model analisis ini dipilih karena penelitian ini dirancang untuk meneliti

faktor-faktor yang berpengaruh pada variabel independen terhadap variabel

dependen, dimana variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini lebih

dari satu. Model persamaan regresi linear berganda sebagai berikut:

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + e

Keterangan :

Y = Nilai perusahaan

α = Konstanta

β = Koefisien regresi dari masing-masing variabel independen

e = error term

X1 = Income Increasing diproksikan dengan DA

X2 = Income Decreasing diproksikan dengan DA

X3 = Profitabilitas diproksikan dengan ROA

X4 = Kebijakan dividen diproksikan dengan DPR

3.8.3 Uji Hipotesis


1. Uji t

Menurut Ghozali (2012: 98) uji beda atau t test digunakan untuk menghitung

apakah harga-harga yang diperoleh dari sampel tersebut benar-benar mewakili

harga parameternya, maka dilakukan uji hipotesis. Pengujian ini dilakukan

untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara parsial terhadap

variabel dependennya. Ada tidaknya pengaruh antara variabel independen

dengan dependen dapat diketahui dengan melihat nilai β dan juga nilai
52

signifikan. Hipotesis yang dirumuskan pada penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. 1 : β > 0, artinya terdapat pengaruh positif Income Increasing yang diproksikan

dengan DA (Discretion Accruals) terhadap nilai perusahaan pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2016.

1 : β ≤ 0, artinya terdapat pengaruh negatif Income Increasing yang

diproksikan dengan DA (Discretion Accruals) terhadap nilai perusahaan pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-

2016.

2. 2 : β > 0, artinya terdapat pengaruh positid Income Decreasing yang

diproksikan dengan DA (Discretion Accruals) terhadap nilai perusahaan pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-

2016.

2 : β ≤ 0, artinya terdapat pengaruh negatif Income Decreasing yang

diproksikan dengan DA (Discretion Accruals) terhadap nilai perusahaan pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-

2016.

3. 3 : β > 0, artinya terdapat pengaruh positif profitabilitas pendanaan yang

diproksikan dengan ROA (Return On Asset) terhadap nilai perusahaan pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-

2016.

3 : β ≤ 0, artinya terdapat pengaruh negatif profitabilitas pendanaan yang

diproksikan dengan ROA (Return On Asset) terhadap nilai perusahaan pada


53

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-

2016.

4. 4 : β > 0, artinya terdapat pengaruh positid kebijakan dividen yang diproksikan

dengan DPR (Dividend Payout Ratio) terhadap nilai perusahaan pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-

2016.

4 : β ≤ 0, artinya terdapat pengaruh negatif kebijakan dividen yang diproksikan

dengan DPR (Dividend Payout Ratio) terhadap nilai perusahaan pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-

2016.

2. Uji F

Menurut Ghozali (2012: 98) uji F-hitung dimaksudkan untuk menguji model

regresi atas pengaruh seluruh variabel independen secara simultan terhadap

variabel dependen. Prosedur uji F hitung adalah sebagai berikut :

1. Menentukan formulasi hipotesis

H0 : β1 = β2 = β3 = β4 = 0

Berarti tidak ada pengaruh X1, X2, X3, X4 terhadap Y

Ha : β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ β4 ≠ 0

Berarti ada pengaruh X1, X2, X3, X4 terhadap Y

2. Membuat keputusan uji F hitung

Uji F dapat dilakukan dengan melihat tingkat signifikansi F pada output hasil

regresi dengan level significant 5%. Jika nilai signifikansi lebih besar dari 5%

maka H0 diterima dan Ha ditolak, artinya secara simultan variabel-variabel


54

independen tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

Jika nilai signifikansi lebih kecil dari 5% maka Ha diterima dan H0 ditolak,

artinya secara simultan variabel-variabel independen mempunyai pengaruh

signifikan terhadap variabel dependen.

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


4.1.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan-perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2012-2016. Pengambilan sampel

perusahaan dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive sampling,

yaitu teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan atau kriteria tertentu.

Kriteria perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah:

1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI secara berturut-turut dari tahun

2012-2016.

2. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI yang mempublikasikan laporan

keuangan secara lengkap pada periode 2012-2016.

3. Perusahaan manufaktur yang membagikan dividen kas selama periode

penelitian periode penelitian ini selama tahun 2012-2016.


55

Berdasarkan kriteria tersebut maka terdapat 11 perusahaan manufaktur

yang terpilih dari daftar perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI yang

datanya sesuai dengan kebutuhan penelitian ini. Sehingga didapat hasil 55 sampel.

Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel

Income Increasing, Income Decreasing, Profitabilitas, dan Kebijakan Deviden.

Sedangkan Variabel dependennya adalah Nilai Perusahaan. Berikut adalah tabel

sampel perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini :

Tabel 4.1 Sampel Perusahaan

No Kode Emiten
1 AKRA PT AKR Corporindo Tbk
2 ASGR PT Astra Graphia Tbk
3 ASII PT Astra International Tbk
4 AUTO PT Astra Otoparts Tbk
5 BATA PT Sepatu Bata Tbk
6 MLBI PT Multi Bintang Indonesia Tbk
7 SMSM PT Selamat Sempurna Tbk
8 TOTO PT Surya Toto Indonesia Tbk
9 TURI PT Tunas Ridean Tbk
10 UNTR PT United Tractors Tbk
11 UNVR PT Unilever Indonesia Tbk

4.1.2 Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang

diliat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum, dan minimum. Hasil

analisis statistik deskriptif variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

Tabel 4.2 Statistik Deskriptif


56

Descriptive Statistics
Std.
N Minimum Maximum Mean Deviation
Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic
Income Increasing 55 ,14 9,83 2,1349 2,83911
Income Decreasing 55 ,28 13,53 2,6691 4,08881

Nilai Perusahaan 55 1,25 27,07 5,8113 4,73689


Profitabilitas 55 2,25 71,51 15,9271 14,58709
Kebijakan Deviden 55 ,68 145,92 48,7844 27,20518

Valid N (listwise) 55

Berdasarkan output SPSS diatas, maka diperoleh hasil sebagai berikut:

1. Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan ditunjukkan oleh proksi perhitungan Tobin’s Q. Dari

tabel 4.2 statistik deskriptif, besarnya nilai perusahaan pada 11 perusahaan sampel

mempunyai nilai minimum 1,25 yang memiliki arti bahwa ada perusahaan

manufaktur yang memiliki market value yang hanya dinilai 1,25 oleh pasar atau

dapat dikatakan memiliki nilai perusahaaan yang rendah. Nilai maksimum sebesar

27,07 yang berarti ada perusahaan manufaktur yang memiliki market value yang

dinilai sebesar 27,07 oleh pasar atau dapat dikatakan investasi pada perusahaan

tersebut menarik untuk dilakukan. Nilai rata-rata sebesar 5,8113 pada standar

deviasi 4,73689. Nilai rata-rata (mean) lebih besar dari standar deviasi yaitu

5,8113 > 4,73689 berarti bahwa sebaran nilai pada nilai perusahaan adalah baik.

Perusahaan dengan nilai perusahaan terendah terdapat pada PT Astra Otoparts

Tbk. pada tahun 2013 yaitu sebesar 1,25 sedangkan untuk nilai perusahaan

tertinggi terdapat pada PT Unilever Indonesia Tbk. pada tahun 2013 yaitu sebesar

27,07.
57

2. Income Increasing

Variabel Income Increasing mempunyai nilai minimum 0,14 memiliki arti

bahwa ada perusahaan manufaktur yang melakukan manajemen laba dengan

menurunkan labanya pada tingkat 0,14. Nilai maksimum sebesar 9,83 mempunyai

arti bahwa ada perusahaan manufaktur yang melakukan manajemen laba dengan

pola income decreasing pada tingkat 9,83. Nilai rata-rata sebesar 2,1349 dengan

standar deviasi 2,83911 mempunyai arti bahwa perusahaan manufaktur di Bursa

Efek Indonesia yang melakukan manajemen laba dengan pola income increasing

pada periode pengamatan rata-rata menaikkan labanya pada tingkat 2,83911.

Perusahaan dengan income increasing terendah terdapat pada PT Astra Otoparts

Tbk. pada tahun 2016 yaitu sebesar 0,14 sedangkan untuk nilai perusahaan

tertinggi terdapat pada PT Sepatu Bata Tbk. pada tahun 2015 yaitu sebesar 9,83.

3. Income Decreasing

Variabel Income Decreasing mempunyai nilai minimum 0,28 memiliki

arti bahwa ada perusahaan manufaktur yang melakukan manajemen laba dengan

menaikkan labanya pada tingkat 0,28. Nilai maksimum sebesar 13,53 mempunyai

arti bahwa ada perusahaan manufaktur yang melakukan manajemen laba dengan

pola income increasing pada tingkat 13,53. Nilai rata-rata sebesar 2,6691 dengan

standar deviasi 4,08881 mempunyai arti bahwa perusahaan manufaktur di Bursa

Efek Indonesia yang melakukan manajemen laba dengan pola income decreasing

pada periode pengamatan rata-rata menaikkan labanya pada tingkat 4,08881.


58

Perusahaan dengan income decreasing terendah terdapat pada PT Selamat

Sempurna Tbk. pada tahun 2016 yaitu sebesar 0,28 sedangkan untuk nilai

perusahaan tertinggi terdapat pada PT United Tractors Tbk. pada tahun 2013 yaitu

sebesar 13,53.

4. Profitabilitas

Profitabilitas ditunjukkan oleh proksi ROA. Dari tabel 4.2 statistik

deskriptif, besarnya profitabilitas pada 11 perusahaan sampel mempunyai nilai

minimum 2,25 dan nilai maksimum 71,51 dengan rata-rata 15,9271 pada standar

deviasi 14,58709. Nilai rata-rata (mean) lebih besar dari standar deviasi yaitu

15,9271 > 14,58709, berarti bahwa sebaran nilai profitabilitas adalah baik.

Perusahaan dengan profitabilitas terendah terdapat pada PT Astra Otoparts Tbk.

pada tahun 2015 yaitu sebesar 2,25 sedangkan untuk profitabilitas tertinggi

terdapat pada PT. Unilever Indonesia Tbk. pada tahun 2013 yaitu sebesar 71,51.

5. Kebijakan Deviden

Keputusan investasi ditunjukkan dengan proksi DPR. Dari tabel 4.2

statistik deskriptif, besarnya DPR pada 11 perusahaan sampel mempunyai nilai

minimum 0,68 dan nilai maksimum 145,92 dengan rata-rata 48,7844 pada standar

deviasi 27,20518. Nilai rata-rata (mean) lebih besar dari standar deviasi yaitu

48,7844 > 27,20518, berarti bahwa sebaran nilai keputusan investasi adalah baik.

Keputusan investasi terendah terdapat pada perusahaan PT. Multi Bintang

Indonesia Tbk. pada tahun 2014 yaitu sebesar 0,68, sedangkan untuk keputusan
59

investasi tertinggi terdapat pada PT Multi Bintang Indonesia Tbk. pada tahun

2015 yaitu sebesar 145,98.

4.1.3 Hasil Analisis Data


4.1.3.1 Hasil Uji Asumsi Klasik
Menurut Utama (2011:99), Uji Asumsi Klasik digunakan untuk menguji
apakah model yang dibuat sudah valid serta menunjukkan hubungan yang
signifikandan representatif. Penelitian ini menggunakan empat pengujian dalam
asumsi klasik yang diantaranya meliputi uji normalitas, uji autokorelasi, uji
multikolinieritas, dan uji heteroskedastisitas.
1 Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah data sebuah model regresi,

variabel independen atau variabel dependen atau keduanya terdistribusi normal

atau tidak. Uji normalitas data pada penelitian ini dilakukan dengan Uji

Kolmogorof-Smirnov. Distribusi data dinyatakan normal apabila nilai One Sample

Kolmogrov-Smienov Test > 0,05 (Ghozali,2016:154). Hasil pengujian diperoleh

sebagai berikut:

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas


60

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized
Residual
N 55
a,b
Normal Parameters Mean ,0000000
Std. Deviation 2,38219749
Most Extreme Absolute ,159
Differences Positive ,159
Negative -,092
Kolmogorov-Smirnov Z 1,179
Asymp. Sig. (2-tailed) ,124
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

Berdasarkan hasil uji normalitas terlihat nilai K-S sebesar 1,179 dengan nilai

signifikansi 0,124, nilai signifikansi diatas 0,05 yang menunjukkan nilai residual

terdistribusi secara normal atau memenuhi asumsi klasik normalitas. Dari hasil

tersebut dapat disimpulkan bahwa data dari variabel nilai perusahaan, income

increasing, income decreasing, profitabilitas, dan kebijakan dividen sudah

berdistribusi normal.

2. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi linear

ada korelasi antar kesalahan pengganggu (residual) pada periode t dengan

kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya) (Ghozali, 2009). Untuk menganalisis

adanya autokorelasi dipakai uji Durbin-Watson. Pengambilan keputusan tidak

adanya autokorelasi apabila nilai du < d < 4-du (Ghozali, 2016:107). Hasil uji

autokorelasi dapat dilihat pada tabel 8 ini:

Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi


61

Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of Durbin-
Model R R Square Square the Estimate Watson
1 ,910a ,828 ,814 ,47565 1,854
a. Predictors: (Constant), Kebijakan Deviden, Income Decreasing,
Profitabilitas, Income Increasing
b. Dependent Variable: Nilai Perusahaan

Dari hasil uji autokorelasi diatas diketahui bahwa nilai DW sebesar 1,854.

Nilai DW tersebut akan dibandingkan dengan nilai tabel Durbin-watson d

Statistic Significance point for dl and du at 0.05 level of significance, dengan

jumlah sampel 55 (n) dan jumlah variabel independen 4 (k=4).

Tabel 4.5 Tabel Durbin-watson d Statistic :

d dl du 4-dl 4-du
1,854 1,4136 1,724 2,5864 2,276

Nilai DW pada hasil uji autokorelasi sebesar 1,854 lebih besar dari batas atas (du)

1,724 dan kurang dari 4–1,724 (4 – du). Jika dilihat dari pengambilan keputusan

termasuk du < d < 4-du = 1,724 < 1,854 < 2,276. Berdasarkan hasil DW statistik

tersebut, maka model regresi yang diajukan tidak terdapat gejala autokorelasi

positif maupun negatif diantara variabel-variabel independennya, sehingga model

regresi layak digunakan.

3. Uji Multikolinieritas

Untuk mendeteksi ada tidaknya gejala multikolinieritas, maka dilakukan

analisis terhadap korelasi antara variabel independen, dimana dalam hal ini

digunakan analisis pada nilai tolerance dan VIF. Nilai tolerance yang lebih dari

0,1 berarti antar variabel independen tidak terjadi korelasi, sedangkan bila dilihat
62

menggunakan VIF maka jika nilai VIF lebih kecil dari 10 berarti antara variabel

independen tidak terjadi korelasi (Ghozali, 2016:103). Berikut tabel yang

menunjukkan nilai tolerance dan VIF :

Tabel 4.6 Hasil Uji Multikolineritas


Coefficientsa

Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
1 (Constant)
Income Increasing ,723 1,384
Income ,689 1,450
Decreasing
Profitabilitas ,779 1,284
Kebijakan ,767 1,303
Deviden
a. Dependent Variable: Nilai Perusahaan

Dari tabel 4.6 menujukkan bahwa nilai tolerance lebih dari 0,1 dan nilai VIF tidak

ada yang lebih besar dari 10. Berdasarkan hasil uji multikolineritas tersebut maka

persamaan model regresi yang diajukan tidak terdapat masalah multikolinieritas

dan layak untuk digunakan.

4. Uji Heteroskedastisitas

Gejala heteroskedastisitas akan muncul bila dalam sebuah model regresi

terjadi ketidaksamaan varians dari residual dan pengamatan. Model regresi yang

baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.


63

Pengujian dilakukan dengan uji Glejser yaitu meregresi nilai absolute

residual sebagai variabel dependen terhadap masing-masing variabel independen.

Residual adalah selisih antara nilai pengamatan dengan nilai prediksi dan absolute

adalah nilai mutlaknya. Mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dilakukan

dengan melihat nilai signifikansi hasil regresi apabila lebih besar dari 0,05 maka

tidak terjadi heteroskedastisitas dan sebaliknya jika lebih kecil dari 0,05 maka

terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2016:134). Berikut adalah hasil uji

heteroskedastisitas :

Tabel 4.7 Hasil Uji Heteroskedastisitas

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 1,202 ,557 2,160 ,036
Income Increasing -,113 ,086 -,187
-1,306 ,197
Income -,032 ,061 -,077-,524 ,603
Decreasing
Profitabilitas ,059 ,016 ,505 3,671 ,124
Kebijakan -,004 ,009 -,059 -,422 ,675
Deviden
a. Dependent Variable: RES_5
Berdasarkan uji Glejser yang telah dilakukan dari tabel 4.7 menunjukkan bahwa

tidak ada variabel dependen yang signifikan. Dari hasil tersebut dapat

disimpulkan bahwa persamaan model regresi tidak mengandung masalah

heteroskedastisitas dan layak digunakan untuk dianalisis selanjutnya.

4.1.3.2 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda


64

Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh

income increasing, income decreasing, profitabilitas, dan kebijakan dividen

terhadap nilai perusahaan. Analisis ini diolah dengan bantuan program SPSS.

Hasil analisis regresi linier berganda dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.8 Hasil Regresi Linier Berganda


Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) ,036 ,902 ,039 ,969
Income Increasing -,304 ,140 -,151 -2,180 ,034
Income -,055 ,099 -,039 -,550 ,585
Decreasing
Profitabilitas ,356 ,026 ,905 13,608 ,000
Kebijakan -,002 ,014 -,010 -,145 ,885
Deviden
a. Dependent Variable: Nilai Perusahaan

Hasil regresi linier berganda dapat dimasukkan dalam persamaan menjadi :

Y = 0,036 – 0,304X1 – 0,055X2 + 0,356X3 – 0,002X4 + e

Koefisien-koefisien persamaan regresi linear berganda di atas dapat diartikan

sebagai berikut:

1. Tanda-tanda koefisien regresi mencerminkan hubungan antar variabel

independen (income increasing, income decreasing, profitabilitas, dan

kebijakan deviden) dengan variabel dependen (nilai perusahaan) pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-

2016. Jika koefisien dari masing-masing variabel independen >0,05 berarti

terdapat hubungan yang positif atau searah antar variabel independen dengan
65

variabel dependen. Sedangkan Jika koefisien dari masing-masing variabel

independen ≤0,05 berarti tidak terdapat hubungan antara variabel independen

dengan variabel dependen. Semakin meningkat nilai variabel independen

(income increasing, income decreasing, profitabilitas, dan kebijakan deviden)

maka semakin meningkat pula nilai variabel dependen (nilai perusahaan) pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-

2016.

2. Nilai konstanta pada persamaan regresi sebesar 0,036 menunjukkan bahwa jika

variabel independen lainnya bernilai nol, maka variabel nilai perusahaan

mengalami peningkatan sebesar 0,036 satuan.

3. Koefisien regresi variabel income increasing (X1) sebesar -0,304 menunjukkan

bahwa jika variabel income increasing meningkat satu satuan maka variabel

nilai perusahaan akan mengalami penurunan sebesar 0,304 satuan dengan

ketentuan variabel lain konstan.

4. Koefisien regresi variabel income decreasing (X2) sebesar -0,055 menunjukkan

bahwa jika variabel income decreasing meningkat satu satuan maka variabel

nilai perusahaan akan mengalami penurunan sebesar 0,055 satuan dengan

ketentuan variabel lain konstan.

5. Koefisien regresi variabel profitabilitas (X3) sebesar 0,356 menunjukkan bahwa

jika variabel profitabilitas meningkat satu satuan maka variabel nilai

perusahaan akan mengalami peningkatan sebesar 0,356 satuan dengan

ketentuan variabel lain konstan.


66

6. Koefisien regresi variabel kebijakan deviden (X4) sebesar -0,002 menunjukkan

bahwa jika variabel kebijakan deviden meningkat satu satuan maka variabel

nilai perusahaan akan mengalami penurunan sebesar 0,002 satuan dengan

ketentuan variabel lain konstan.

4.1.3.3 Hasil Uji Hipotesis


1. Hasil Uji t

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini ada 4 (empat). Pengujian

terhadap hipotesis pertama, kedua, ketiga, dan keempat untuk mengetahui

pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen dengan

menggunakan uji parsial.

Koefisien regresi digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel income

increasing, income decreasing, profitabilitas, dan kebijakan deviden secara parsial

terhadap nilai perusahaan. Apabila nilai t-tabel ≤ t-hitung maka variabel

independen secara parsial berpengaruh positif terhadap variabel dependen.

Apabila nilai β > 0 maka variabel independen secara parsial berpengaruh positif

terhadap variabel dependen. Hasil dari perhitungan koefisien regresi

menggunakan program SPSS adalah sebagai berikut:

Tabel 4.9 Hasil Uji Parsial

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) ,036 ,902 ,039 ,969
67

Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients t Sig.
Income Increasing -,304 ,140 -,151 -2,180 ,034
Income -,055 ,099 -,039 -,550 ,585
Decreasing
Profitabilitas ,356 ,026 ,905 13,608 ,000
Kebijakan -,002 ,014 -,010 -,145 ,885
Deviden

Berdasarkan hasil Uji Parsial diatas, maka dapat dijelaskan sebagai berikut :

1) Pengujian Hipotesis 1 :

1 : β > 0, artinya terdapat pengaruh positif Income Increasing yang diproksikan

dengan DA (Discretion Accruals) terhadap nilai perusahaan pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2016.

1 : β ≤ 0, artinya terdapat pengaruh negatif Income Increasing yang

diproksikan dengan DA (Discretion Accruals) terhadap nilai perusahaan pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-

2016.

Koefisien regresi yang diperoleh sebesar -0,304 dengan probabilitas

tingkat signifikansi sebesar 0,034 lebih kecil dari tingkat signifikansi yang

diharapkan (0,05). Sehingga dari uji hipotesis 1 diperoleh bahwa koefisien

menunjukkan nilai -0,304 < 0. Jadi dapat disimpulkan bahwa Income

Increasing yang diproksikan dengan DA berpengaruh negatif dan signifikan

terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia

periode 2012-2016 dan Hipotesis 1 ditolak.

2) Pengujian Hipotesis 2 :
68

2 : β > 0, artinya terdapat pengaruh positif Income Decreasing yang

diproksikan dengan DA (Discretion Accruals) terhadap nilai perusahaan pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-

2016.

2 : β ≤ 0, artinya terdapat pengaruh negatif Income Decreasing yang

diproksikan dengan DA (Discretion Accruals) terhadap nilai perusahaan pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-

2016.

Koefisien regresi yang diperoleh sebesar -0,055 dengan probabilitas

tingkat signifikansi sebesar 0,585 lebih besar dari tingkat signifikansi yang

diharapkan (0,05). Sehingga dari uji hipotesis 2 diperoleh bahwa koefisien

menunjukkan nilai -0,055 < 0. Jadi dapat disimpulkan bahwa Income

Decreasing yang diproksikan dengan DA berpengaruh negatif tidak signifikan

terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia

periode 2012-2016 dan Hipotesis 2 ditolak.

3) Pengujian Hipotesis 3 :

3 : β > 0, artinya terdapat pengaruh positif profitabilitas pendanaan yang

diproksikan dengan ROA (Return On Asset) terhadap nilai perusahaan pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-

2016.

3 : β ≤ 0, artinya terdapat pengaruh negatif pengaruh profitabilitas pendanaan

yang diproksikan dengan ROA (Return On Asset) terhadap nilai perusahaan


69

pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode

2012-2016.

Koefisien regresi yang diperoleh sebesar 0,356 dengan probabilitas tingkat

signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari tingkat signifikansi yang diharapkan

(0,05). Sehingga dari uji hipotesis 3 diperoleh bahwa koefisien menunjukkan

nilai 0,356 > 0. Jadi dapat disimpulkan bahwa Profitabilitas yang diproksikan

dengan ROA berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan pada

perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2016 dan

Hipotesis 3 ditolak.

4) Pengujian Hipotesis 4 :

4 : β > 0, artinya terdapat pengaruh positif kebijakan dividen yang diproksikan

dengan DPR (Dividend Payout Ratio) terhadap nilai perusahaan pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-

2016.

4 : β ≤ 0, artinya terdapat pengaruh negatif kebijakan dividen yang diproksikan

dengan DPR (Dividend Payout Ratio) terhadap nilai perusahaan pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-

2016.

Koefisien regresi yang diperoleh sebesar -0,002 dengan probabilitas

tingkat signifikansi sebesar 0,885 lebih besar dari tingkat signifikansi yang

diharapkan (0,05). Sehingga dari uji hipotesis 4 diperoleh bahwa koefisien

menunjukkan nilai -0,002 < 0. Jadi dapat disimpulkan bahwa Kebijakan Deviden

yang diproksikan dengan DPR berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap nilai
70

perusahaan pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode 2012-

2016 dan Hipotesis 4 ditolak..

5) Pengujian Hipotesis 5

Untuk menganalisis besarnya pengaruh variabel independen yaitu income

increasing, income decreasing, profitabilitas, dan kebijakan dividen secara

simultan terhadap variabel dependen yaitu nilai perusahaan, digunakan uji F-

hitung. Apabila probabilitas tingkat signifikansi uji F-hitung lebih kecil dari

tingkat signifikansi tertentu yakni 5%, maka pengaruh variabel independen

yaitu income increasing, income decreasing, profitabilitas, dan kebijakan

dividen secara simultan terhadap variabel dependen yaitu nilai perusahaan

adalah signifikan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4.10 Hasil Uji Simultan (F-Hitung)


ANOVAb
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 1470,799 4 367,700 59,995 ,000a
Residual 306,443 50 6,129
Total 1777,241 54
a. Predictors: (Constant), Kebijakan Deviden, Income Decreasing, Profitabilitas,
Income Increasing
b. Dependent Variable: Nilai Perusahaan

Pada tabel 4.10 menunjukkan bahwa F-hitung sebesar 59,995 dan sihnifikansi

sebesar 0.000 yang berarti tingkat kesalahan lebih kecil dari tingkat signifikansi

yang diharapkan (0%<5%). Hal ini menunjukkan bahwa income increasing,

income decreasing, profitabilitas, dan kebijakan dividen secara simultan


71

berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur di

Bursa Efek Indonesia periode 2012-2016 dan hipotesis kelima diterima.

4.2 Pembahasan
4.2.1 Hasil Analisis Uji Hipotesis
1) Pengaruh Income Increasing (DA) Terhadap Nilai Perusahaan

Berdasarkan hasil uji parsial (t-hitung) pengaruh income increasing

terhadap nilai perusahaan diperoleh koefisien regresi -0,304 dengan probabilitas

tingkat signifikansi sebesar 0,034 lebih kecil dari tingkat signifikansi yang

diharapkan (0,05). Sehingga dari uji hipotesis 1 diperoleh bahwa koefisien

menunjukkan nilai -0,304 < 0. Jadi dapat disimpulkan bahwa Income Increasing

yang diproksikan dengan DA berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai

perusahaan pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode 2012-

2016, sehingga hipotesis pertama tidak terbukti.

Manajemen Laba merupakan suatu tindakan mengatur laba sesuai yang

dikehendaki pihak tertentu, atau terutama oleh manajemen perusahaan (Fahmi,

2012). Pengaturan laba ini bertujuan untuk memperlihatkan kepada pemegang

saham bahwa kinerja perusahaan yang terus membaik, yang nantinya akan

berpengaruh kepada harga saham, dan nilai perusahaan itu sendiri. Meskipun

demikian, karena manajemen laba merupakan tindakan untuk meningkatkan atau

menurunkan laba dengan cara memilih kebijakan akuntansi oleh manajemen yang

bersifat subjektif, maka manajemen laba, terutama dalam jangka panjang akan

menurunkan nilai perusahaan, seperti yang terlihat dalam penelitian ini.

Berdasarkan agency theory bahwa hubungan keagenan dapat

menimbulkan konflik kepentingan antara pemilik (investor) dengan manajer


72

(agen). Kontrak dibuat dengan harapan dapat meminimumkan konflik

kepentingan tersebut. Hasil penelitian ini menemukan bahwa tindakan manajemen

laba dengan pola income increasing yang dilakukan oleh manajer tidak akan

memberikan reaksi yang menguntungkan, yang nantinya akan berdampak pada

penurunan nilai perusahaan yang tercermin dalam harga saham perusahaan.

Sehingga ketika tujuan yang dimiliki antara pihak manajer dengan pemilik modal

berbeda maka konflik keagenan tidak akan dapat dihindarkan dalam perusahaan

tersebut. Pihak manajemen akan merugikan pemilik modal dengan berperilaku

tidak etis dan melakukan kecurangan akuntansi.

Pada penelitian ini dapat dikarenakan adanya peningkatan laba yang tinggi

pada jangka waktu yang singkat sejatinya akan menurunkan kualitas laba yang

dilaporkan. Rendahnya kualitas laba yang dilaporkan dapat terjadi karena konflik

keagenan yang terjadi dalam perusahaan. Adanya praktik income increasing

menyebabkan laba yang dilaporkan dalam laporan keuangan tidak menunjukkan

kinerja manajemen secara keseluruhan. Dengan demikian laba yang memiliki

kualitas yang rendah sangat merugikan bagi para investor dan bagi perusahaan,

sebab hal ini berhubungan dengan nilai perusahaan yang tercermin dalam harga

saham yang ditransaksikan.

Hasil Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Assih, dkk. (2005) dan Herawaty (2008), yang menumakan hasil bahwa

manajemen laba memiliki pengaruh yang negatif pada nilai perusahaan. Namun

tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Jiraporn et al. (2008) dan
73

Wardani dan Hermuningsih (2012) yang menyatakan bahwa manajemen laba

memiliki pengaruh positif pada nilai perusahaan.

2) Pengaruh Income Decreasing (DA) Terhadap Nilai Perusahaan

Berdasarkan hasil uji parsial (t-hitung) pengaruh income decreasing

terhadap nilai perusahaan diperoleh koefisien regresi -0,055 dengan probabilitas

tingkat signifikansi sebesar 0,585 lebih besar dari tingkat signifikansi yang

diharapkan (0,05). Sehingga dari uji hipotesis 2 diperoleh bahwa koefisien

menunjukkan nilai -0,055 < 0. Jadi dapat disimpulkan bahwa Income Decreasing

yang diproksikan dengan DA berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap nilai

perusahaan pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode 2012-

2016, sehingga hipotesis kedua tidak terbukti.

Manajemen laba adalah tindakan untuk mengelola laba yang terjadi

selama periode berjalan perusahaan dilakukan dari aktivitas keseharian

perusahaan. Manajemen laba dilakukan guna memenuhi laba yang telah

ditargetkan. Sehingga para manajer bersedia melakukan apa saja guna mencapai

target dari laba tersebut. Kinerja jangka pendek perusahaan akan terlihat baik dari

laporan laba rugi yang dihasilkan ketika melakukan manajemen laba, namun akan

menyebabkan aliran kas menurun suatu perusahaan di masa depan sehingga

dapat ,menyebabkan menurunnya nilai perusahaan.

Gill et al (2013) menyatakan bahwa ketika manajemen laba dilakukan

dengan tujuan memenuhi kepentingan pribadi manajer, maka pemegang saham

akan dirugikan oleh tindakan manajer tersebut. Perusahaan yang melakukan

manajemen laba dengan pola income decreasing akan berpengaruh negatif pada
74

nilai perusahaan. Hal ini disebabkan karena informasi penurunan laba

mengandung perilaku oportunistik yang dapat merugikan pemegang saham,

sehingga pasar akan merespon informasi tersebut sebagai bad news yang

menyebabkan menurunnya harga saham perusahaan yang berimbas pada

menurunnya nilai perusahaan. Menurunnya nilai perusahaan berarti kemakmuran

pemegang saham juga menurun.

Hasil Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Anggraini (2011) dan Gill et al. (2013), yang menumakan hasil bahwa manajemen

laba memiliki pengaruh yang negatif pada nilai perusahaan. Namun tidak sesuai

dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Jiraporn et al. (2008) dan Wardani

dan Hermuningsih (2012) yang menyatakan bahwa manajemen laba memiliki

pengaruh positif pada nilai perusahaan.

3) Pengaruh Profitabilitas (ROA) Terhadap Nilai Perusahaan

Berdasarkan hasil uji parsial (t-hitung) pengaruh profitabilitas terhadap

nilai perusahaan diperoleh koefisien regresi 0,356 dengan probabilitas tingkat

signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari tingkat signifikansi yang diharapkan

(0,05). Sehingga dari uji hipotesis 3 diperoleh bahwa koefisien menunjukkan nilai

0,356 > 0. Jadi dapat disimpulkan bahwa Profitabilitas yang diproksikan dengan

ROA berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan

manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2016, sehingga hipotesis ketiga

terbukti.

Profitabilitas merupakan indikator kinerja perusahaan yang dianggap oleh

investor sebagai faktor utama didalam mengukur tingkat pengembalian investasi.


75

Profitabilitas yang tinggi menunjukkan kinerja dan prospek perusahaan yang baik.

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa profitabilitasyang diproyeksikan dengan

(ROA) berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Adanya pengaruh

profitabilitas terhadap nilai perusahaan dapat dimungkinkan karena sentiment

positif para pelaku pasar (investor) untuk membeli saham yang dikarenakan

investor melihat terjadi kenaikan laba bersih perusahaan sepanjang tahun

pengamatan dengan jumlah yang wajar, sehingga investor memandang bahwa

kinerja perusahaan sangat baik.

Penelitian ini sesuai dengan konsep teori signaling yang menyatakan

bahwa ketika investor menerima informasi yang baik (good news) terhadap

kinerja suatu perusahaan, maka investor akan bereaksi yaitu membeli saham.

Semakin banyak investor yang tertarik, maka harga saham yang tercipta akan

meningkat, dan meningkatnya harga saham membuat nilai perusahaan akan

meningkat pula.

Profitabilitas yang tinggi akan memberikan sinyal positif bagi investor

bahwa perusahaan menghasilkan dalam kondisi yang menguntungkan. Hal ini

menjadi daya tarik investor untuk memiliki saham perusahaan. Permintaan saham

yang tinggi akan membuat para investor menghargai nilai saham lebih besar dari

pada nilai yang tercatat pada neraca perusahaan, sehingga price to book value

perusahaan tinggi dan nilai perusahaan pun tinggi. Dengan demikian maka

profitabilitas memiliki pengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Mardiyati, Ahmad, dan Putri (2012) dan penelitian Nurhayati (2013).


76

4) Pengaruh Kebijakan Deviden (DPR) Terhadap Nilai Perusahaan

Berdasarkan hasil uji parsial (t-hitung) pengaruh kebijakan deviden

terhadap nilai perusahaan diperoleh koefisien regresi sebesar -0,002 dengan

probabilitas tingkat signifikansi sebesar 0,885 lebih besar dari tingkat signifikansi

yang diharapkan (0,05). Sehingga dari uji hipotesis 4 diperoleh bahwa koefisien

menunjukkan nilai -0,002 < 0. Jadi dapat disimpulkan bahwa Kebijakan Deviden

yang diproksikan dengan DPR berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap nilai

perusahaan pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode 2012-

2016, sehingga hipotesis keempat tidak terbukti.

Meningkatnya nilai dividen tidak selalu diikuti dengan meningkatnya nilai

perusahaan. Karena nilai perusahaan ditentukan hanya oleh kemampuan

perusahaan menghasilkan laba dari aset-aset perusahaan atau kebijakan

investasinya. Perusahaan dapat membagikan dividen apabila pendapatan

perusahaan dapat menutupi kekurangan sumber dana eksternal. Kebanyakan

perusahaan membagikan devidennya setiap tahun dengan taraf yang konstan. Ini

terjadi karena beberapa perusahaan telah menetapkan seberapa banyak kebijakan

pembayaran dividennya.

Kebijakan deviden yang berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan

juga dapat terjadi karena sampel di dalam penelitian ini merupakan perusahaan

manufaktur yang semuanya membagikan deviden dalam tahun penelitian, dimana

sumber pembagian deviden bisa berasal dari laba ditahan, dan bukan sepenuhnya

dari kinerja perusahaan selama tahun tersebut, kondisi ini yang mengakibatkan

kebijakan deviden justru akan menurunkan nilai perusahaan. Apalagi pembagian


77

deviden di dalamnya terdapat konflik kepentingan antara manajemen dengan

pemegang saham dan yang memahami maksud dari pembagian deviden adalah

pihak manajemen.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Mardiyati, Ahmad, dan Putri (2012) dan penelitian Nurhayati (2013) namun tidak

sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wijaya dan Wibawa (2010)

dan Rakhimsyah dan Gunawan (2011). Hasil ini juga sesuai dengan teori yang

dikemukakan oleh Miller dan Modligiani yang menyatakan bahwa kebijakan

dividen tidak memengaruhi nilai perusahaan karena menurut mereka rasio

pembayaran dividen hanyalah rincian dan tidak memengaruhi kesejahteraan

pemegang saham.

5) Pengaruh Income Increasing, Income Decreasing, Profitabilitas, dan

Kebijakan Deviden Secara Simultan Terhadap Nilai Perusahaan

Berdasarkan hasil uji simultan menunjukkan bahwa nilai F-hitung sebesar

59,995 dengan signifikansi sebesar 0,000. Apabila dibandingkan dengan tingkat

signifikansi yang diharapkan yaitu 5% berarti signifikansi F-hitung lebih kecil

dari tingkat signifikan yang diharapkan (0%<5%). Dengan demikian income

increasing, income decreasing, profitabilitas, dan kebijakan dividen secara

simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, sehingga

hipotesis kelima terbukti.

Tingkat profitabilitas yang tinggi oleh suatu perusahaan akan berpengaruh

terhadap penerapan manajemen laba (income increasing dan income decreasing).

Semakin tinggi return on asset menunjukkan aset yang dimiliki perusahaan


78

digunakan digunakan semaksimal mungkin sehingga dapat memperoleh

keuntungan. Ketika laba yang dihasilkan perusahaan pada satu periode sangat

tinggi, maka akan terdapat kemungkinan terjadi tindakan penurunan laba pada

periode berikutnya. Hal tersebut didukung oleh bonus plan hypothesis yang

dipaparkan dalam teori akuntansi positif dimana ketika perusahaan memperoleh

laba yang semakin tinggi jauh diatas jumlah yang disyaratkan untuk memperoleh

bonus, maka manajer akan mengatur laba agar laba yang dilaporkan dapat

disajikan untuk laporan laba periode berikutnya

Selain itu, perusahaan tidak ingin minat investor dalam membeli saham

menjadi berkurang. Gordon (1964) menyatakan bahwa kepuasan pemegang

saham akan meningkat dengan adanya penghasilan perusahaan yang stabil

(Wibisana dan Ratnaningsih 2014:3). Guna menghindari kurangnya minat

investor terhadap saham perusahaan, maka perusahaan yang memiliki

profitabilitas tinggi cenderung akan melakukan manajemen laba dengan cara

melakukan pola income increasing atau income decreasing.

Adanya tindakan manajemen laba dengan pola income increasing ataupun

income decreasing yang diakibatkan oleh tingkat profitabilitas, hal ini

menimbulkan akan bertambahnya nilai perusahaan. Hal ini disebabkan karena

investor akan melihat bahwa kinerja perusahaan telah mencapai hasil memuaskan

yang ditandai dengan stabil atau mengkatnya laba secara wajar oleh perusahaan.

Tindakan manajemen laba yang menyebabkan stabilitas keuntungan

perusahaan juga akan mempengaruhi kebijakan deviden yang berlaku

diperusahaan tersebut, pasalnya dengan diperolehnya stabilitas keuntungan


79

perusahaan, maka perusahaan tersebut dapat menetapkan tingkat pembayaran

deviden dengan yakin dan mensinyalkan kualitas atas keuntungan mereka.

Pembayaran deviden dapat menunjukkan sinyal bahwa perusahaan memiliki

prospek yang baik. Jika perusahaan mengumumkan peningkatan deviden, maka

investor akan menganggap kondisi perusahaan saat ini dan akan datang relatif

baik dan sebaliknya. Pada sisi lain penambahan deviden memperkuat posisi

perusahaan untuk mencari tambahan dana dari pasar modal sehingga kinerja

perusahan dimonitor oleh tim oengawas pasar modal. Pengawas ini menyebabkan

manajer berusaha mempertahankan kualitas kinerja dan tindakan ini akan

menurunkan adanya konflik keagenan.

Sehingga tingkat profitabilitas, tindakan manajemen laba dengan pola

income increasing ataupun income decreasing, dan juga kebijakan deviden yang

dilakukan secara bersama-sama akan menyebabkan meningkatnya nilai

perusahaan. Hal ini bisa terjadi karena adanya informasi dari laporan keuangan

yang baik dan bisa dipertanggungjawabkan. Informasi dari laporan keuangan yang

baik tersebut akan menjadi daya tarik oleh para investor. Hal ini sesuai dengan

teori signaling yang menyatakan bahwa ketika investor menerima informasi yang

baik (good news) terhadap kinerja suatu perusahaan, maka investor akan bereaksi

yaitu membeli saham. Dengan ketertarikan investor untuk berinvestasi maka hal

ini membuat nilai perusahaan akan naik


80

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh income increasing,

income decreasing, profitabilitas, dan kebijakan deviden terhadap nilai

perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(BEI) tahun 2012-2016.

Berdasarkan data yang telah dikumpulkan dan pengujian yang telah

dilakukan terhadap 11 sampel perusahaan dengan menggunakan model regresi

linier berganda, maka dapat diambil kesimpulan bahwa :

1. Income increasing yang diproksikan dengan Discretionary Accruals (DA)

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2012-2016.

2. Income decreasing yang diproksikan dengan Discretionary Accruals (DA)

berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap nilai perusahaan manufaktur

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2012-2016.

3. Profitabilitas yang diproksikan dengan Return On Asset (ROA) berpengaruh

positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan manufaktur yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2012-2016.

4. Kebijakan deviden yang diproksikan dengan Deviden Payout Ratio (DPR)

berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap nilai perusahaan manufaktur

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2012-2016.


81

5. Secara simultan terdapat pengaruh positif dan signifikan income increasing,

income decreasing, profitabilitas, dan kebijakan deviden terhadap nilai

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada

periode 2012-2016.

5.2 Saran-saran

Berdasarkan kesimpulan pada penelitian ini, maka dapat disampaikan

beberapa saran sebagai berikut:

1. Penelitian ini hanya menggunakan empat variabel independen yaitu income

increasing, income decreasing, profitabilitas, dan kebijakan deviden untuk

menilai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Untuk itu,

peneliti yang akan datang dapat menambahkan variabel baru dan

menghubungkannya untuk mengetahui faktor-faktor lain yang dapat

mempengaruhi nilai perusahaan.

2. Penelitian ini hanya mengambil periode penelitian selama lima tahun yaitu

pada periode 2012-2016. Penelitian selanjutnya, diharapkan dapat menambah

tahun pengamatan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik untuk dijadikan

bahan pengambilan keputusan.

3. Penelitian ini hanya terbatas pada perusahaan manufaktur, sehingga kurang

mewakili seluruh sektor industri yang ada di Bursa Efek Indonesia. Peneliti

selanjutnya diharapkan bisa menambah sektor penelitian agar dapat

mendapatkan hasil yang lebih menyeluruh.

4. Penggunaan model untuk mendeteksi nilai perusahaan dalam penelitian ini

mungkin belum mampu mendeteksi nilai perusahaan dengan baik dan juga
82

merupakan model yang cukup rumit sehingga rentan mengalami kekeliruan

pengolahan data. Untuk itu, peneliti yang akan datang dapat menggunakan

model lain yang lebih sederhana dan akurat.


83

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Lila. 2011. Analisis Dampak Discretionary Accruals terhadap Nilai

Perusahaan yang Dimoderasi dengan Penerapan Good Corporate

Governance (GCG). Jurnal Aplikasi Bisnis, 1 (2), pp: 84-96.

Anthony dan Govindarajan. 2005. Management Control System, Edisi 11,

penerjemah: F.X. Kurniawan Tjakrawala, dan Krista. Penerbit Salemba

Empat, Buku 2, Jakarta

Assih, Prihat, Ambar Woro Hastuti, dan Parawiyati. 2005. Pengaruh Manajemen

Laba pada Nilai dan Kinerja Perusahaan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan

Indonesia, 2 (2), pp: 125-144.

Brigham, Eugene F. Dan Houston, Joel F. 2011. Dasar-dasar Manajemen

Keuangan Terjemahan . Edisi 10. Jakarta: Salemba Empat.

Christiawan, Yulius Jogi dan Josua Tarigan, 2007. “Kepemilikan Manajerial:

Kebijakan Hutang, Kinerja, dan Nilai Perusahaan”. Jurnal Akuntansi dan

Keuangan, Vol 9, No. 1. Fakultas Ekonomi . Universitas Kristen Petra, h:1-

8.

Darmadji, Tjiptono dan Hendy M. Fakhruddin. 2001. Pasar Modal Di

Indonesia: Pendekatan Tanya Jawab. Edisi Pertama. Jakarta : Salemba

Empat.

Dechow, Patricia M., Richard G. Sloan, and Amy P. Sweeney. 1995. Detecting

Earnings Management. The Accounting Review, 70 (2), pp: 193-225.

Dutta, S., dan Gigler, F. 2002. The Effect of Earnings Forecasts on Earning

Management. Journal of Accounting Research, 40 (3), pp: 193-225.


84

Fama, Eugene and French, Kenneth R. 1998. Taxes, Financing Decision, and

Firm Value. The Journal of Finance. Vol LII. 819-843.

Febriani, Devia. 2014. Pengaruh Manajemen Laba terhadap Nilai Perusahaan

dengan Mekanisme Corporate Governance sebagai Variabel Pemoderasi

pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Skripsi Sarjana

Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Lampung, Bandar Lampung.

Fenandar, Gany Ibrahim dan Surya Raharja. 2012. Pengaruh Keputusan Investasi,

Keputusan Pendanaan dan Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan.

Journal of Accounting.1 (2) h: 1-10. Universitas Diponegoro.

Gill, Amarjit, Nahum Biger, Harvinder S. Mand, and Neil Mathur. 2013. Earnings

Management, Firm Performance, and the Value of Indian Manufacturing

Firms. International Research Journal of Finance and Economics, 116, pp:

120-132.

Ghozali, Imam. (2016). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM

SPSS 23. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Gordon, M. J. (1964). Postulates, Principles, and Research In Accounting. The

Accounting Review, April, hal 251-263.

Gunarianto, A.T. Majani and P.S. Endah, 2014. The Analysis of Earning

Management and Earning response Coefficient: Empirical Evidence From

Manufacturing Companies Listed At Indonesian Stock Exchange.

International Journal of Business and Management Invention, 3-8.


85

Gunarianto, 2016, The Effect Of Good Corporate Governance, Motivated

Behavior, Accounting Information System Implementation, And Real

Earning Management Behavior On Company Performance (Study of

Manufacture Companies that Go Publicat Indonesia Stock Exchange).

Australian journal of Basic And Apllied Science, 10(15): 92-101.

Gunarianto., A.T. Marjani and P.S. Endah, 2015. Effect of Good Corporate

Governance, Motivated Behavior and Implementation of Accounting

Information System on Real Behavior of Earnings Management (Study at

Go Public Manufacturing Companies in Indonesian Stock Exchange).

Australian journal of Basic And Apllied Science, 9(33): 337-345.

Herawaty, Vinola. 2008. Peran Praktek Corporate Governance sebagai

Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management terhadap Nilai

Perusahaan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 10 (2), pp: 97-108.

Jiraporn, Pornsit, Gary A. Miller, Soon Suk Yoon, and Young S. Kim. Is Earnings

Management Opportunistic or Beneficial? An Agency Theory Perspective.

International Review of Financial Analysis, 17, pp: 622-634.

Keown, J. Arthur, John D. Martin, J. William Petty, David F. Scott,

JR.”Manajemen Keuangan,” Edisi Kesepuluh, Penerbit PT Indeks, tahun

2011.

Lesmana, I Putu Adi S. dan I Made S. (2017). Pengaruh Manajemen Laba Pada

Nilai Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun

2012-2015. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, Vol. 19. Mei (2017):

1060-1087.
86

Mahendra, Alfredo Dj, Luh Gede S. A., A.A.Gede Suarjaya (2012). Pengaruh

Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur

Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Manajemen, Strategi Bisnis, dan

Kewirausahaan, Vol. 6, No. 2 Agustus 2012

Mahsun, M. 2009. Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Edisi Pertama. Cetakan

Ketiga. BPFE. Yogyakarta.

Makaryanawati, 2002, Pengaruh Perataan Laba dan Kepemilikan Manajerial

Terhadap Nilai Perusahaan, Thesis. Yogyakarta: Program Pasca Sarjana ,

Universitas Gajah Mada

Mardiyati, Umi., Gatot Nazir Ahmad, dan Ria Putri. 2012. Pengaruh Kebijakan

Dividen, Kebijakan Hutang dan Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan

Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2005-

2010. Jurnal Riset Manajemen Sains Indonesia(JRMSI), 3 (1), h: 1-17.

Mulyadi. 2009. Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen: Sistem

Pelipatgandaan Kinerja Perusahaan. Aditya Media. Yogyakarta.

Nurhayati, Mafizatun. 2013. Profitabilitas, Likuiditas dan Ukuran Perusahaan

Pengaruhnya terhadap Kebijakan Dividen dan Nilai Perusahaan Sektor Non

Jasa. Jurnal Keuangan dan Bisnis. 5(2).

Oladipupo, A.O. and Okafor, C.A. 2013. Relatif Contribution Of Working Capital

Management To Corporate Profitability And Dividend Payout Ratio:

Evidence From Nigeria. International Journal Of Bussiness And Finance

Management Research. Pp:11-20.


87

Putra, AA Ngurah Dharma A. dan Putu Vivi L. (2016). Pengaruh Kebijakan

deviden, Likuiditas, Profitabilitas, dan Ukuran perusahaan terhadap Nilai

Perusahaan, E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 5, No. 7, 2016: 4044-4070

Sugiarto, Melanie. 2011. Pengaruh Struktur Kepemilikan dan Kebijakan Dividen

terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kebijakan.Hutang Sebagai Intervening.

Jurnal Akuntansi Kontemporer. 3 (1) h: 1-25

Suharli. (2005). Studi empiris terhadap dua faktor tang mempengaruhi return

saham pada industri food and beverages di Bursa Efek Indonesia. Jurnal

Akuntansi dan Keuangan, Vol. 7. No. 2, November 2005: 99-116.

Sukirni, Dwi. 2012. Kepemilikan Manajerial, kepemilikan Institusional,

Kebijakan Deviden dan Kebijakan Hutang Analisis terhadap Nilai

Perusahaan. Accounting Analysis Journal. Universitas Negeri Semarang.

Susanto, Sherly dan Christiawan, Yulius Jogi. 2016. Pengaruh Earnings

Management terhadap Firm Value. Business Accounting Review, 4(1), pp:

205-216.

Tandelilin, Eduardus. 2010. Portofolio dan Investasi Teori dan Aplikasi.

Edisi Pertama. Yogyakarta : Kanisius.

Wahyudi, Untung dan Pawestri, Hartini P. 2006. Implikasi Struktur Kepemilikan

terhadap Nilai Perusahaan: Dengan Keputusan Keuangan sebagai Variabel

Intervening: Simposium Nasional Akuntansi 9, pp: 1-25.

Wardani, Dewi Kusuma, dan Hermuningsih, Sri. 2012. Earnings Management and

Firm Value with Investment Opportunity Set (IOS) as Moderating Variable:

Comparative Study in Indonesia and Malaysia. The 13 th Malaysia-


88

Indonesia International Conference on Economic, Manajamen and

Accounting (MIICEMA) 2012.

Weston, J.F dan Copeland. 2008. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan Jilid

II.Jakarta: Erlangga.

Wiagustini, Ni Luh Putu, 2010. Dasar-dasar Manajemen Keuangan Denpasar.

Udayana University Press.


89

Lampiran 1. Daftar Sampel Perusahaan Manufaktur Periode 2012-2016

No Kode Emiten
1 AKRA PT AKR Corporindo Tbk
2 ASGR PT Astra Graphia Tbk
3 ASII PT Astra International Tbk
4 AUTO PT Astra Otoparts Tbk
5 BATA PT Sepatu Bata Tbk
6 MLBI PT Multi Bintang Indonesia Tbk
7 SMSM PT Selamat Sempurna Tbk
8 TOTO PT Surya Toto Indonesia Tbk
9 TURI PT Tunas Ridean Tbk
10 UNTR PT United Tractors Tbk
11 UNVR PT Unilever Indonesia Tbk
90

Lampiran 2. Data Nilai Perusahaan (Tobin’s Q) Pada Sampel Periode 2012-2016

Nilai Perusahaan
No Kode
2012 2013 2014 2015 2016
1 AKRA 1,71 1,53 1,49 2,34 2,02
2 ASGR 1,98 2,06 2,12 1,93 2,10
3 ASII 2,18 1,78 1,78 1,51 1,78
4 AUTO 13,48 2,15 2,11 1,25 1,37
5 BATA 2,03 2,61 2,41 2,16 1,99
6 MLBI 13,82 15,04 11,53 8,59 10,65
7 SMSM 3,09 3,51 4,56 3,74 3,35
8 TOTO 2,75 2,78 2,55 3,55 2,75
9 TURI 2,10 1,43 1,40 1,31 2,00
10 UNTR 2,10 1,86 1,71 1,66 1,90
11 UNVR 14,16 27,07 17,58 18,25 17,96
91

Lampiran 3. Data Income Increasing (Discretionary Accruals) Pada Sampel


Periode 2012-2016

Discretionary Accruals
No Kode
2012 2013 2014 2015 2016
1 AKRA 0,00 2,51 0,00 5,05 5,87
2 ASGR 2,30 0,00 9,44 0,00 7,04
3 ASII 0,54 0,00 3,01 0,00 5,19
4 AUTO 0,00 0,00 0,90 0,00 0,14
5 BATA 5,12 0,00 1,27 9,83 0,00
6 MLBI 3,33 5,24 0,00 0,00 7,50
7 SMSM 0,00 0,00 2,92 0,00 0,00
8 TOTO 4,36 0,00 4,24 2,67 0,00
9 TURI 2,86 0,00 0,00 0,00 3,48
10 UNTR 7,26 0,00 6,01 0,00 7,98
11 UNVR 4,22 0,00 0,78 0,87 0,49
92

Lampiran 4. Data Income Decreasing (Discretionary Accruals) Pada Sampel


Periode 2012-2016

Discretionary Accruals
No Kode
2012 2013 2014 2015 2016
1 AKRA 3,73 0,00 13,46 0,00 0,00
2 ASGR 0,00 10,90 0,00 4,55 0,00
3 ASII 0,00 6,80 0,00 9,35 0,00
4 AUTO 4,22 2,50 0,00 10,27 0,00
5 BATA 0,00 3,47 0,00 0,00 8,37
6 MLBI 0,00 0,00 3,68 11,71 0,00
7 SMSM 3,81 0,09 0,00 1,44 0,28
8 TOTO 0,00 7,94 0,00 0,00 8,63
9 TURI 0,00 4,21 0,96 1,10 0,00
10 UNTR 0,00 13,53 0,00 10,22 0,00
11 UNVR 0,00 1,58 0,00 0,00 0,00
93

Lampiran 5. Data Profitabilitas (Return On Asset) Pada Sampel Periode


2012-2016

Return On Asset
No Kode
2012 2013 2014 2015 2016
1 AKRA 5,25 4,21 5,34 6,96 6,61
2 ASGR 13,81 14,40 15,93 14,65 7,99
3 ASII 12,48 10,42 9,37 6,36 6,99
4 AUTO 12,79 8,38 6,65 2,25 2,35
5 BATA 12,08 6,52 9,13 16,29 3,66
6 MLBI 39,36 65,72 35,63 23,65 28,60
7 SMSM 18,63 19,88 24,09 20,78 6,25
8 TOTO 15,50 13,55 14,49 11,69 6,40
9 TURI 12,68 8,88 6,41 6,70 8,46
10 UNTR 11,44 8,37 8,03 4,52 7,98
11 UNVR 40,38 71,51 40,18 37,20 38,16
94

Lampiran 6. Kebijakan Deviden (Devidend Pay Out Ratio) Pada Sampel


Periode 2012-2016

Devidend Payout Ratio


No Kode
2012 2013 2014 2015 2016
1 AKRA 62,28 68,85 62,80 45,74 27,64
2 ASGR 59,88 40,01 39,91 47,31 26,65
3 ASII 45,03 45,03 45,59 49,54 14,69
4 AUTO 29,53 50,53 53,08 40,85 15,30
5 BATA 51,55 83,65 40,00 6,47 80,76
6 MLBI 32,36 100,00 0,68 145,92 29,48
7 SMSM 42,89 65,46 42,70 62,28 77,99
8 TOTO 41,99 41,88 28,66 43,42 3,30
9 TURI 30,55 39,99 30,86 38,33 13,20
10 UNTR 53,57 53,25 64,95 66,89 10,66
11 UNVR 99,96 99,93 44,67 99,88 44,77
95

Lampiran 7. Outout Hasil Pengujian Data Pada Sampel Periode 2012-2016

7.1 Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics
Std.
N Minimum Maximum Mean Deviation
Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic
Income Increasing 55 ,14 9,83 2,1349 2,83911
Income Decreasing 55 ,28 13,53 2,6691 4,08881

Nilai Perusahaan 55 1,25 27,07 5,8113 4,73689


Profitabilitas 55 2,25 71,51 15,9271 14,58709
Kebijakan Deviden 55 ,68 145,92 48,7844 27,20518

Valid N (listwise) 55

7.2 Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized
Residual
N 55
a,b
Normal Parameters Mean ,0000000
Std. Deviation 2,38219749
Most Extreme Absolute ,159
Differences Positive ,159
Negative -,092
Kolmogorov-Smirnov Z 1,179
Asymp. Sig. (2-tailed) ,124
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
96

7.3 Uji Autokorelasi

Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of Durbin-
Model R R Square Square the Estimate Watson
a
1 ,910 ,828 ,814 ,47565 1,854
a. Predictors: (Constant), Kebijakan Deviden, Income Decreasing,
Profitabilitas, Income Increasing
b. Dependent Variable: Nilai Perusahaan

Tabel Durbin-watson d Statistic :

d Dl du 4-dl 4-du
1,854 1,4136 1,724 2,5864 2,276

7.4 Uji Heteroskedastisitas

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 1,202 ,557 2,160 ,036
Income Increasing -,113 ,086 -,187 -1,306 ,197
Income -,032 ,061 -,077 -,524 ,603
Decreasing
Profitabilitas ,059 ,016 ,505 3,671 ,124
Kebijakan -,004 ,009 -,059 -,422 ,675
Deviden
a. Dependent Variable: RES_5
97

7.5 Regresi Linier Berganda

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) ,036 ,902 ,039 ,969
Income Increasing -,304 ,140 -,151 -2,180 ,034
Income -,055 ,099 -,039 -,550 ,585
Decreasing
Profitabilitas ,356 ,026 ,905 13,608 ,000
Kebijakan -,002 ,014 -,010 -,145 ,885
Deviden
a. Dependent Variable: Nilai Perusahaan

7.6 Uji t

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) ,036 ,902 ,039 ,969
Income Increasing -,304 ,140 -,151 -2,180 ,034
Income -,055 ,099 -,039 -,550 ,585
Decreasing
Profitabilitas ,356 ,026 ,905 13,608 ,000
Kebijakan -,002 ,014 -,010 -,145 ,885
Deviden
98

7.7 Uji F

ANOVAb
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 1470,799 4 367,700 59,995 ,000a
Residual 306,443 50 6,129
Total 1777,241 54
a. Predictors: (Constant), Kebijakan Deviden, Income Decreasing, Profitabilitas,
Income Increasing
b. Dependent Variable: Nilai Perusahaan

Anda mungkin juga menyukai