Korupsi dan Upaya Pemberantasannya dalam Pandangan Islam
Oleh : Azka Ashla Ursila 200341617252
Korupsi bukan lagi menjadi masalah baru bagi suatu negara. Semakin hari korupsi di Indonesia semakin marak dan merajalela, banyak pejabat tertangkap karena melakukan tindakan korupsi. Tidak hanya pejabat tinggi negara saja yang melakukan tindak korupsi, namun sekelas perangkat desa pun melakukannya. Upaya-upaya pemberantasan korupsi ditingkatkan, namun tindakan korupsi masih saja terjadi. Sepertinya koruptor tidak merasa kapok melakukan tindak korupsi, hal ini cukup memprihatinkan karena banyak dari mereka merasa biasa-biasa saja terjerat kasus korupsi bahkan bisa tersenyum saat diwawancarai media. Hal ini menunjukkan bahwa para koruptor tidak merasa kapok dan tidak merasa bersalah atas perbuatannya. Kondisi yang demikian ini sangat memalukan, seharusnya pejabat negara adalah contoh teladan bagi masyarakat Indonesia. Tetapi pada kenyataannya, mereka para pejabat yang korup tidak menunjukkan keteladanan tersebut dan sungguh tidak bertanggung jawab atas amanah yang telah diberikan kepadanya. Korupsi di Indonesia saat ini sudah demikian parah karena telah menyebar luas ke seluruh lapisan masyarakat tidak hanya pejabat tinggi negara saja. Sehingga bisa dikatakan bahwa tindakan korupsi di Indonesia sudah menjadi bagian dari kebudayaan buruk masyarakat. Karena itulah demi masa depan bangsa Indonesia, maka tindakan korupsi harus diberantas sampai ke akar- akarnya. Istilah korupsi banyak didefinisikan dalam berbagai sudut pandang ilmu pengetahuan bahkan dalam perspektif Islam. Secara umum korupsi dapat diartikan sebagai penggunaan kekuasaan demi kepentingan pribadi seseorang. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), korupsi berarti perbuatan buruk seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok dan bentuk- bentuk lainnya yang dalam hal ini dikaitkan dengan perilaku jahat atau kecurangan dalam hal keuangan. Yakni berbuat curang ketika mengelola uang milik bersama. Oleh karena itulah menurut (Hasibuan, 2012) korupsi diartikan sebagai tindak pemanfaatan dana publik yang seharusnya untuk kepentingan umum namun dipakai secara tidak sah untuk kepentingan pribadi. Dalam pandangan Islam tidak ada istilah korupsi, akan tetapi banyak istilah-istilah pelanggaran hukum dalam pandangan Islam yang dapat digolongkan sebagai tindak korupsi. Seperti, suap (risywah), penggelapan (ghulul), pencurian dan juga kecurangan (kyianah). Korupsi yang terjadi di Indonesia merupakan masalah besar yang sampai saat ini belum dapat diselesaikan dengan tuntas. Segala upaya untuk memberantas korupsi sudah dilakukan, namun tidak ada hasilnya dan justru korupsi semakin meningkat. Dengan fakta ini menunjukkan bahwa kasus korupsi sudah berkembang luas di negeri kita, dan hal ini juga menunjukkan bahwa betapa buruknya bangsa Indonesia di mata dunia akibat tindak korupsi yang dilakukan oleh para pejabat negara. Mereka berfoya-foya menggunakan uang rakyat demi untuk kepentingan pribadinya ditengah-tengah masyarakat Indonesia yang menderita. Dan agama Islam datang untuk membebaskan dan memerangi sistem ketidakadilan ini. Karena sejatinya agama dalam bentuk apapun selalu muncul sebagai kebutuhan umat manusia. Oleh karena itu peranan agama sangat menentukan dalam setiap kehidupan, sehingga tanpa agama manusia tidak akan hidup dengan sempurna. Peranan agama menjadi sangat penting dalam kehidupan manusia karena agama berkaitan langsung dengan kebudayaan dalam masyarakat. Sehingga agama dan masyarakat saling memiliki hubungan erat dan saling mempengaruhi. Oleh karena itulah sudah seharusnya agama menjadi pedoman dalam setiap aspek kehidupan manusia termasuk penyelesaian pelanggaran- pelanggaran norma seperti tindakan korupsi ini. Islam memandang bahwa korupsi memiliki bentuk dan tingkatan yang beragam. Sehingga hukuman bagi para koruptor disesuaikan dengan kejahatan yang dilakukan seperti denda dan potong tangan. Adapun bentuk hukuman lain bagi koruptor adalah mulai yang paling ringan yakni dipenjara, kemudian memecatnya dari jabatan, penyitaan harta untuk negara, hingga hukuman mati. Hukuman ini disesuaikan dengan besar kecilnya jumlah uang ataupun barang yang dikorupsi dan seberapa besar dampaknya bagi masyarakat. Adapun faktor yang melatarbelakangi tindak korupsi ini diantaranya adalah faktor dari diri individu itu sendiri (internal) dan faktor lingkungan yang mempengaruhi (eksternal). Faktor internal meliputi sikap tamak dan serakah, terlalu mencintai harta, sikap konsumtif dan hedonis, kurangnya pemahaman agama yang dimiliki dan hilangnya nilai kejujuran dalam diri orang tersebut. Sedangkan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi tindak korupsi meliputi faktor budaya, adanya kesempatan untuk melakukan tindak korupsi, faktor kebiasaan yang tidak lagi perlu dipermasalahkan, dan juga kurang kuatnya penegakkan hukum bagi pelaku koruptor di Indonesia ini. Melihat semakin meningkatkan tindak korupsi yang terjadi di Indonesia, maka upaya-upaya untuk memberantas korupsi juga harus lebih dimaksimalkan. Sebenarnya dalam hal yang mendasar upaya-upaya pemberantasan korupsi bisa berjalan maksimal apabila tiap-tiap individu dalam masyarakat itu sadar akan dampak tindakan tersebut bagi dirinya pribadi dan lingkungan sekitarnya. Jadi, tanpa adanya kesadaran dalam diri individu segala apapun bentuk upaya yang dilakukan untuk memberantas korupsi tetap saja tidak akan berjalan dengan maksimal dan tidak akan pernah bisa menyelesaikan persoalan korupsi ini. Adapun upaya yang dapat kita lakukan dalam menumbuhkan budaya anti korupsi diantaranya adalah pembentukan perilaku jujur seperti tidak melakukan contek-mencontek, plagiasi dan lainnya, serta selalu berusaha memegang teguh amanah yang telah diberikan. Dengan proses pembiasaan dan juga keteladanan yang diperoleh oleh setiap individu, maka secara tidak langsung hal ini akan membuat seseorang sadar dan tidak ingin melakukan tindak korupsi, serta pastinya seseorang tersebut juga akan berusaha menjauhkan dirinya dari hal-hal yang dapat menyeretnya pada tindak korupsi. Dengan demikian, maka bisa disimpulkan bahwa tindakan korupsi adalah tindakan yang mengakibatkan dampak negatif pada diri pelaku atau koruptor, pihak-pihak lain dan kehidupan manusia secara umum. Salah satu efek negatif yang paling berbahaya dalam jangka panjang adalah rusaknya generasi muda. Karena korupsi telah menjadi kebiasaan, maka generasi muda akan menganggap bahwa korupsi sebagai hal yang biasa bahkan bagian dari budaya mereka. Jika generasi muda suatu bangsa seperti ini maka masa depan bangsa tersebut akan suram. Karena masa depan suatu bangsa ditentukan oleh para generasi mudanya. Selain itu, korupsi juga akan berdampak negatif terhadap kehidupan masyarakat, sistem politik negara, perekonomian negara dan berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara lainnya.