Anda di halaman 1dari 25

Halaman 1

ASET JURNAL (AKUNTANSI RISET), 12 (2), 2020, 357-371 357 | Jurnal ASET (Akuntansi
Riset) Vol.12 | No.2 | 2020
Kontribusi Pengelolaan Dana Desa untuk Menciptakan Lebih Banyak Masyarakat
Sejahtera: Studi Empiris di Jawa Tengah
Amir Mahmud 1, Nurdian Susilowati 1, Wulan Suci Rachmadani 1, Sari Lestari 1,
Tusyanah Tusyanah 1
Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang 1
Gedung L1 Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang, Semarang

Abstrak. Tujuan penelitian ini adalah pertama untuk menjelaskan kesiapan desa dalam
mengelola dana desa. Kedua, menghasilkan pemetaan prioritas penggunaan dana desa. Ketiga,
menganalisis implementasi
pengelolaan keuangan dana desa. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif studi
kasus. Data utama Sumber penelitian ini adalah kepala desa, sekretaris desa, bendahara desa, dan
masyarakat. Penelitian dilakukan di beberapa kabupaten di Jawa Tengah antara lain Pati,
Banyumas, Magelang, Klaten, Semarang, dan Tegal dengan 12 desa. Hasilnya menunjukkan
bahwa desa sudah siap untuk mengelola dana desa yang bersumber dari nasional anggaran. Dana
desa digunakan untuk pembangunan fisik dan non fisik. Pembangunan fisik terdiri dari
pembangunan drainase, pembangunan jalan, pembangunan irigasi, dan pusat
kesehatan. Perkembangan non fisik terdiri dari peningkatan kapasitas aparat desa, badan usaha
milik desa, peningkatan kapasitas pemuda dan manajemen pusat pengajaran
Alquran. Pelaksanaan penggunaan dana desa sudah pasti prosedur dan dapat
dipertanggungjawabkan sehingga transparansi dan akuntabilitas dapat terwujud dengan
baik. Kegiatan bisnis Badan Usaha Milik Desa yang bersumber dari dana desa terbukti mampu
menggerakkan perekonomian masyarakat masyarakat desa maju .

Kata kunci : Pemetaan Prioritas; Pengelolaan Keuangan Dana Desa; Badan Usaha Milik Desa

Penulis yang sesuai.  amirmahmud@mail.unnes.ac.id , nurdiansusilowati@mail.unnes.ac.id


Bagaimana mengutip artikel ini. Mahmud, A., Susilowati, N., Rachmadani, WS, Lestari, S., &
Tusyanah, T. (2020). Itu Kontribusi Pengelolaan Dana Desa untuk Mewujudkan Masyarakat
Lebih Sejahtera: Studi Empiris di Pusat Jawa. Jurnal ASET (Akuntansi Riset). Program Studi
Akuntansi.  Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan
Indonesia , 12 (2), 357–371 . Diambil dari
https://ejournal.upi.edu/index.php/aset/article/view/28995

Sejarah artikel. Diterima: 
Oktober 2020, Revisi : Desember 2020, Diterbitkan : Desember 2020 ISSN Online: 2541-
0342 . Cetak ISSN: 2086-2563 . DOI: https://doi.org/10.17509/jaset.v12i2.28995 Hak Cipta ©
2020. Jurnal ASET (Akuntansi Riset) Program Studi Akuntansi FPEB UPI

PENGANTAR
Undang-Undang Nasional Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (UU Desa) dan nya peraturan
pelaksana telah mengamanatkan pemerintah desa agar lebih mandiri mengelola pemerintahan
dan berbagai alam sumber daya yang dimiliki, termasuk pengelolaannya keuangan dan aset
desa. Berdasarkan UU Desa dan diperjelas dalam Peraturan Desa Menteri Keuangan Nomor 93 /
PMK.07 / 2015 tentang Tata Cara Alokasi, Distribusi, Penggunaan, Pemantauan, dan
Evaluasi Dana Desa, pemerintah pusat akan mengalokasikan dana desa, melalui tertentu
mekanisme transfer ke kabupaten / kota. Pasal 4 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93 /
PMK.07 / 2015 menyebutkan bahwa perincian dana desa untuk masing-masing
kabupaten / kota berdasarkan alokasi dihitung dengan memperhatikan jumlah penduduk,
kemiskinan tingkat, wilayah dan masalah geografis masing-masing kabupaten / kota
dihitung dengan bobot 25% untuk penduduk desa, 35% untuk tingkat kemiskinan desa, 10%
untuk luas wilayah, dan 30% untuk masalah geografis desa di setiap kabupaten / kota. Isu utama
yang pernah menjadi a polemik adalah tentang otoritas Kementerian Dalam Negeri dan
Kementerian Pembangunan Desa dan Daerah Terpencil meskipun sudah dikeluarkan Peraturan
Presiden nomor 11 dan 12 tahun 2015. Kementerian Dalam Negeri melalui Direktorat Jenderal
Pembangunan Pemerintahan Desa, berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 11 Tahun 2015,
mempunyai tugas mengatur perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pembangunan
pemerintah desa (terkait dengan aparat pemerintah desa). Sementara itu, Kementerian Desa dan
Daerah Terpencil

Halaman 2
AMIR MAHMUD, NURDIAN SUSILOWATI, WULAN SUCI RACHMADANI, SARI LESTARI,
TUSYANAH TUSYANAH / Kontribusi Pengelolaan Dana Desa untuk Mewujudkan Masyarakat
Lebih Sejahtera: An Empiris Belajar di Jawa Tengah 358 | Jurnal ASET (Akuntansi Riset)
Vol.12 | No.2 | 2020
Pembangunan memiliki tugas-tugas yang berkaitan dengan pengembangan dan pemberdayaan
wilayah desa masyarakat desa (Batara, 2017; Desa, 2014). Berdasarkan data Direktorat Jenderal
Perbendaharaan, tahun 2019 pagu Dana Desa Provinsi Jawa Tengah sebesar Rp
7.889.431.604.000 triliun, dengan transfer dari rekening kas umum negara ke daerah rekening
bendahara umum sebesar 99,91% (Rp 7.882.401.592.997). Sedangkan transfer dari jenderal
daerah rekening kas ke rekening kas desa berjumlah untuk98,49%(Rp7.763.402.444.005). 
Jumlah desa serapannya adalah 52,64% (Rp 4.086.386.449.387). Artinya pemerintah desa
belum telah digunakan secara optimal. Beberapa kabupaten yang memiliki belum mampu
menyerap desa secara optimal dananya adalah Banyumas (49,92% dengan total dana desa
sebesar Rp360.743.521.000), Semarang (51,95% dengan total dana desa Rp 181.931.854.000),
Klaten (53,69% dengan total dana desa Rp 374.660.994.000), Pati (54,49% dengan total dana
desa Rp 417.038.558.000), Magelang (53,16% dengan total dana desa Rp 383.071.777.000),
dan Tegal (46,75% dengan total dana desa Rp 339.456.672.000). Dana desa yang tidak yang
terserap harus dikembalikan ke keadaan Perbendaharaan. Penyerapan dana yang rendah adalah
indikator bahwa pemerintah desa belum sudah maksimal dalam performa. Ini berarti bahwa
banyak kegiatan yang belum terwujud. Padahal dana desa bisa digunakan untuk
kesejahteraan maksimal masyarakat dan pembangunan desa mandiri. Pengelolaan dana desa
diharapkan bias berjalan efektif, yang ditunjukkan dengan lebih banyak pemerataan
pembangunan di berbagai desa. Salah satu masalah yang dihadapi desa orang kebanyakan
menyertakan ketepatan waktu penyaluran dana desa, ketepatan waktu penyampaian laporan
pertanggungjawaban, itu pajak yang belum disetorkan ke kas, dan penggunaan dana desa untuk
swasta satu. Untuk kendala dalam mengelola keuangan dana desa yang selama ini diringkas
dalam 25 kasus di 12 desa (the periode Juni 2017 hingga Oktober 2018), Laporan Pemeriksaan
Dana Desa menyatakan bahwa beberapa penyimpangan dalam pengelolaan dana desa termasuk
penyalahgunaan kewenangan dilakukan oleh kepala desa, penggelapan dana, laporan
akuntabilitas fiktif, kualitas dan kuantitas pekerjaan fisik, dan kelalaian bendahara desa (Meutia
& Liliana, 2018; Pratiwi, 2020). Pembangunan yang lebih baik diharapkan mampu
meningkatkan taraf hidup pedesaan komunitas dan mampu mengurangi yang ada tingkat
kemiskinan. Sedangkan kualitas sumber daya manusia dijelaskan sebagai hambatan
pembangunan desa (van Helden & Uddin, 2016). Hasil penelitian mereka menjelaskan
implementasi kebijakan dan melihat faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan dana desa. Itu
proses pembangunan di desa memiliki dilanjutkan sesuai peraturan, tetapi di fase distribusi, ada
penundaan dari tanggal yang telah ditentukan. Selain itu, ada beberapa kendala dalam
pelaksanaan pembangunan desa disebabkan oleh keterlambatan dalam persiapan
pedoman teknis dan kualitas rendah sumber daya manusia. Beberapa peneliti telah
menemukan bahwa perencanaan dan pelaksanaan dana desa kegiatan menunjukkan bahwa
manajemen telah telah akuntabel dan transparan (Anthopoulou dkk., 2017; Galani-Moutafi,
2013; Walker, 2014). Meskipun demikian, financial kebijakan akuntansi, proses penganggaran,
dan analisis keuangan desa, berdasarkan temuan (Triani & Handayani, 2018) menunjukkan
perlakuan akuntansi transaksi yang terjadi di desa. Itu Peraturan Menteri Keuangan 07/2016 juga
menekankan hal ini, yang menjelaskan dan menjelaskan alokasi kesenangan desa di lebih
detail. Penggunaan dana desa adalah diprioritaskan untuk pembangunan dan masyarakat
Pemberdayaan. Ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh (Carter et al., 2013) yang
membahas tentang pengaruh penerapan kebijakan dana desa atas keuangan desa manajemen
dalam meningkatkan efektivitas program pembangunan desa. Pertunjukan ini

Halaman 3
ASET JURNAL (AKUNTANSI RISET), 12 (2), 2020, 357-371 359 | Jurnal ASET (Akuntansi
Riset) Vol.12 | No.2 | 2020
bahwa pelaksanaan dana desa kebijakan berpengaruh secara signifikan dan positif
pengelolaan keuangan desa dan efektivitas pembangunan desa program. Ada delapan sampel
desa yang ada siap melaksanakan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang anggaran desa.
Namun, mereka belum sepenuhnya siap karena beberapa kendala dalam implementasi
aturan. Faktor utamanya adalah waktu yang terbatas di dalam persiapan dari administrasi dan
pemahaman tentang isi Undang Undang sebagai dasar peraturan. Faktor lainnya adalah
kekurangan dukungan sumber daya manusia (N Susilowati et al., 2018). Dana Desa dilakukan
oleh Pemerintahan Thailand sudah dimulai sejak 2004 (Boonperm et al., 2009, 2013). Itu proses
penyaluran dana desa ke dalam masyarakat pedesaan miskin dilakukan melalui keuangan mikro
sehingga dana bias didistribusikan dengan baik ke masyarakat. Itu dana desa yang dibebankan
oleh pemerintah Thailand sangat cocok untuk tradisional petani dengan jangka waktu kredit yang
relatif singkat agar arus kas menjadi lebih cepat. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh (Menkhoff & Rungruxsirivorn, 2011) siapa menjelaskan bahwa dana desa di
Thailand adalah didistribusikan menggunakan skema kredit mikro. Itu nilai pinjaman yang
dikelola oleh dana desa komite di Thailand telah cukup stabil sejak 2006 bahkan tanpa suntikan
dana dari pemerintahan baru. Namun, dana desa melebihi biaya yang dikeluarkan jadi bahwa
mereka melebihi titik impas itu telah diterima, dan sebagian besar dana desa memiliki sifat sosial
karena sangat tidak mungkin bahwa keuangan mikro mengambil risiko dan berinovasi. Penelitian
telah menunjukkan bahwa implementasinya Desa Balesari pada prinsipnya telah dilakukan
berdasarkan regulasi. Namun, tidak semua pekerjaan dilakukan dengan tertib tata
krama. Implementasinya belum sepenuhnya mendukung prinsip-prinsip keuangan desa
pengelolaan. Pemerintah Desa melakukannya belum memiliki prosedur operasi standar terkait
dengan pelaksanaan dana desa. Ini merupakan syarat untuk mendukung pelaksanaan dana desa
program. Administrasi Dana Desa di Desa Balesari memiliki fasilitas pendukung; saya t adalah
Aplikasi Sistem Keuangan Desa ( Siskeudes ) (Setyawan et al., 2018). Perbedaan dengan
penelitian sebelumnya adalah focus penggunaan dana desa di pengembangan badan usaha milik
desa. Ini sesuai dengan prioritas penggunaan dana desa dan pembangunan berkelanjutan tujuan
dalam bentuk Milik Desa Perusahaan. Itu bisa meningkatkan kesejahteraan dan kemerdekaan
desa. Studi kami berkontribusi pada literatur tentang milik negara-perusahaan sebagai
perusahaan Negara yang memiliki pengendalian signifikan dan a kekayaan mayoritas atau
minoritas dari ibukota negara. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan analisis sistematis
pemahaman aparat desa tentang pengelolaan keuangan dana desa, Khususnya
pembangunan Desa Milik Perusahaan. Badan Usaha Milik Desa merupakan pilar
perekonomian desa dan masyarakat sejahtera. Ada intervensi dari pemerintah desa karena
Modal Badan Usaha Milik Desa dating membentuk pemerintahan desa. Selain itu, kami
penelitian memberikan kontribusi untuk memperkuat kemampuan Badan Usaha Milik Desa
sumber daya yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satunya melalui jalur
umum peningkatan layanan, ekonomi pedesaan pertumbuhan, dan ekuitas. Berdasarkan latar
belakang diatas maka penelitian ini dilakukan pertama untuk menjelaskan kesiapan desa di
mengelola dana desa. Kedua, untuk menghasilkan pemetaan prioritas untuk penggunaan dana
desa. Ketiga, menganalisis penerapan manajemen keuangan dana desa.
TINJAUAN LITERATUR
Pengelolaan Dana Desa
Prioritas penggunaan dana desa adalah pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat
desa. Prioritas penggunaan Dana desa diharapkan bisa maksimal manfaat bagi masyarakat desa
berupa meningkatkan kualitas hidup, meningkat kesejahteraan dan pengentasan kemiskinan serta

Halaman 4
AMIR MAHMUD, NURDIAN SUSILOWATI, WULAN SUCI RACHMADANI, SARI LESTARI,
TUSYANAH TUSYANAH / Kontribusi Pengelolaan Dana Desa untuk Mewujudkan Masyarakat
Lebih Sejahtera: An Empiris Belajar di Jawa Tengah 360 | Jurnal ASET (Akuntansi Riset)
Vol.12 | No.2 | 2020 meningkatkan pelayanan publik di tingkat desa.
Sesuai dengan amanat UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, desa diberi kewenangan untuk
mengatur urusan pemerintahan mereka (desentralisasi). Salah satunya adalah mengelola dana
desa keuangan. Mengacu pada pengelolaan dana desa Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
20 Tahun 2018 tentang Desa manajemen keuangan. Prinsip dari pengelolaan dana desa adalah
transparansi, akuntabilitas, partisipasi, dan disiplin anggaran. Pengelolaan dana desa itu saja
Kegiatan bahwa Termasuk perencanaan, implementasi, administrasi, pelaporan dan akuntabilitas.
Perencanaan adalah kegiatan mengidentifikasi desa pendapatan dan pengeluaran pemerintah
adalah masuk dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa ( APBDes ). Implementasi adalah
kegiatan menggunakan anggaran desa melalui rekening kas desa di bank. Rekening kas desa
ditandatangani oleh kepala desa dan bendahara. Keuangan
administrasi dilakukan oleh bendahara. Administrasi keuangan dilakukan oleh mencatat setiap
pendapatan dan biaya di buku kas umum. Hari ini, rekaman kegiatan dilakukan dengan
menggunakan desa aplikasi sistem keuangan (Siskeudes). Pelaporan adalah kegiatan
menjelaskan kegunaan anggaran desa. Laporannya adalah desa pelaksanaan dan kegiatan
anggaran laporan realisasi. Keuangan desa akuntabilitas memberikan realisasi anggaran desa
melalui camat di akhir setiap tahun fiskal. Kepala desa melakukan pelaporan dan kegiatan
akuntabilitas. Sejak tahun-tahun awal kemerdekaan Indonesia,
Tata Kelola Sektor Publik
Tata kelola sektor publik muncul karena pemisahan antara kepemilikan dan manajemen
(Simonet, 2011; Subramaniam et al., 2013). Tata kelola yang baik berkaitan dengan struktur,
kebijakan, proses, dan perilaku yang mengarah pada pencapaian organisasi tujuan. Sejak
kemerdekaan Indonesia, BUMN punya strategi sendiri peran dalam pembangunan
ekonomi. Sekarang, badan usaha milik desa sedang berkembang di bawah mandat hukum
desa. Ini pemisahan memberikan kewenangan kepada Desa-Direktur Badan Usaha Milik untuk
mengurus menjalankan bisnis seperti mengelola dana dan pengambilan keputusan atas nama
pemilik. Pemisahan ini didasarkan pada prinsip- teori agensi, dalam hal ini, Desa-Jumlah direksi
Badan Usaha Milik cenderung meningkat keuntungan pribadi daripada tujuan manajemen.
Kepala sekolah adalah kepala perangkat desa dan agennya adalah Badan Usaha Milik Desa
Direktur. Selain memiliki keuangan yang baik kinerja, Badan Usaha Milik Desa juga diharapkan
memiliki tata kelola yang baik. Definisi dan prinsip Desa- Tata kelola Badan Usaha Milik yang
saat ini masih bertahan dan bias ditampung dan diadaptasi oleh berbagai peraturan yang ada. Ada
empat yang penting unsur Badan Usaha Milik Desa pemerintahan. Pertama, fairness yang artinya
kepastian perlindungan hak semua pemegang penipuan dan penyimpangan lainnya serta adanya
pemahaman yang jelas tentang hubungan kontrak antara Desa- Penyedia sumber daya Badan
Usaha Milik dan pelanggan. Kedua, transparansi yang artinya keterbukaan informasi tentang
Kinerja Badan Usaha Milik Desa, baik tepat waktu maupun akurat. Ini terkait dengan kualitas
informasi akuntansi yang dihasilkan. Hal ini sejalan dengan (Astami et al., 2010), yaitu tingkat
struktur kepemilikan pemerintah hubungan antara badan usaha milik negara dan kinerja
mereka. Ketiga, akuntabilitas yang berarti penciptaan yang efektif sistem pemantauan
berdasarkan distribusi otoritas, peran, hak dan tanggung jawab perangkat desa, Milik Desa
Direktur perusahaan, dan auditor. Keempat, tanggung jawab yang berarti Desa- Akuntabilitas
Badan Usaha Milik kepada aparat desa dan lingkungan dimana Badan Usaha Milik Desa
didirikan. Tata kelola yang baik dan perencanaan yang baik memiliki pengaruh pada integritas
dan kinerja

Halaman 5
ASET JURNAL (AKUNTANSI RISET), 12 (2), 2020, 357-371 361 | Jurnal ASET (Akuntansi
Riset) Vol.12 | No.2 | 2020 pemerintah (Said et al., 2016). 
Ini laporannya tata pemerintahan yang baik terdiri dari tiga pokok prinsipnya adalah
keterbukaan, integritas, dan akuntabilitas. Pemerintahan desa adalah seperangkat peraturan yang
mengatur hubungan antara perangkat desa, kreditur, masyarakat, dan pemerintah (Vel & Bedner,
2015). Penelitian lain menemukan bahwa proses pembangunan di desa telah dilanjutkan sesuai
peraturan, tetapi di fase distribusi, ada penundaan dari tanggal yang ditentukan. Selain itu,
hambatan di pelaksanaan pembangunan desa karena keterlambatan dalam penyusunan teknis
pedoman dan kualitas manusia yang rendah sumber daya (van Helden & Uddin, 2016). Itu
implementasi kebijakan dana desa efek nyata dan positif bagi desa manajemen keuangan dan
efektivitas program pembangunan desa. Diharapkan agar pengelolaan dana desa dapat berjalan
efektif, seperti yang ditunjukkan oleh hasil lebih banyak pemerataan pembangunan di berbagai
desa (Carter et al., 2013). Perencanaan dan pelaksanaan alokasi dana desa kegiatan menunjukkan
bahwa manajemen akuntabel dan transparan (Anthopoulou et al., 2017).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu studi kasus. Studi kasus digunakan
karena memang demikian dianggap lebih fleksibel dalam mendukung peneliti untuk menemukan
faktor penting yang muncul dari konteks kehidupan nyata dan tidak bias dimanipulasi secara
langsung. Penelitian studi kasus dilakukan di desa-desa di Jawa Tengah
Propinsi. Penelitian tersebut akan dibagi menjadi masing-masing karesidenan di beberapa
kabupaten di Tengah Jawa; mereka adalah Pati, Banyumas, Magelang, Klaten, Semarang,
dan Tegal dengan 12 desa. Ada Karangbanjar, Rembang, Balapulang, Rakit, Boyolali,
Ponggok, Jatijajar, Kenteng, Mungkid, Borobudur, Golan Tepus, dan Sayung. Distrik ini
dulu dipilih menjadi objek penelitian karena itu menerima banyak dana desa, tetapi itu
penyerapan pemanfaatan rendah saat dibandingkan dengan kabupaten lainnya. Dana desa
dicairkan oleh pemerintah pusat dalam semua desa di Provinsi Jawa Tengah tahun 2019 sebesar
Rp 146.000.000.000 sampai dengan Rp 441.000.000.000. Penelitian dilakukan dari bulan April
hingga Juli 2019. Penelitian dilanjutkan dari Februari hingga Maret 2020 untuk mendapatkan a
penggunaan dana desa secara komprehensif. Itu data dikumpulkan terlebih dahulu secara
mendalam wawancara menggunakan pedoman wawancara. Itu wawancara dilakukan
dengan desa kepala, sekretaris, bendahara, dan masyarakat. Kedua, dilakukan observasi
untuk mendapatkan beberapa gambaran nyata tentang implementasinya pengelolaan dana
desa. Datanya juga diambil dari studi literatur, pemerintah peraturan tentang dana desa
dan desa keuangan, serta jurnal ilmiah terkait untuk masalah yang diteliti. Panduan
wawancara dikembangkan berdasarkan empat indikator; sana adalah prioritas
penggunaan dana desa, pelaksanaan keuangan dana desa pengelolaan, penyerapan
pemanfaatan desa dana, dan pertanggungjawaban penggunaan desa dana. Prioritas
penggunaan dana desa wawancara terdiri dari jenis prioritas penggunaan dana desa (fisik dan
non fisik pengembangan). Implementasi desa mendanai wawancara manajemen keuangan terdiri
dari mekanisme desa penerima dana dan menggunakan dana desa (perencanaan,
pengorganisasian, penggerak, pengendalian). Itu penyerapan penggunaan dana desa adalah
jumlah dan pihak yang terkait dengan mekanisme penyerapan dana desa. Itu
pertanggungjawaban penggunaan dana desa wawancara adalah sistem pemantauan yang
efektif berdasarkan pembagian kewenangan, peran, hak dan tanggung jawab pemangku
kepentingan (pengguna eksternal). Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ini
adalah pidato dan tindakan. Karena itu, yang utama Instrumen penelitian ini adalah
peneliti sendiri melalui beberapa wawancara itu diharapkan bisa menganalisa lebih dalam
data kualitatif diperoleh. Sumber data dari penelitian ini adalah kepala desa, sekretaris,
bendahara, dan masyarakat lokal di Jawa Tengah diperoleh dengan menggunakan purposive
contoh. Purposive sampling adalah suatu teknik untuk pengambilan sampel sumber data dengan
pasti

Halaman 6
AMIR MAHMUD, NURDIAN SUSILOWATI, WULAN SUCI RACHMADANI, SARI LESTARI,
TUSYANAH TUSYANAH / Kontribusi Pengelolaan Dana Desa untuk Mewujudkan Masyarakat
Lebih Sejahtera: An Empiris Belajar di Jawa Tengah 362 | Jurnal ASET (Akuntansi Riset)
Vol.12 | No.2 | 2020
pertimbangan (menurut penelitian tujuan). Analisis data yang digunakan dalam Penelitian ini
menggunakan Miles dan Huberman teknik analisis data kualitatif. Ada
tiga jalur analisis data kualitatif, yaitu reduksi data, model data (data display), dan kesimpulan
atau verifikasi.
HASIL DAN DISKUSI
Kesiapan desa dalam mengelola Dana desa dapat dilihat dari kapasitas sumber daya manusia di
lingkungan desa termasuk pendidikan terbaru, pengalaman, lokakarya, dan pelatihan yang telah
hadir, serta wawasan tentang desa pejabat yang terkait dengan dana desa pengelolaan. Bu Andina
mengatakan bahwa desanya sudah memenuhi syarat untuk manajemen sumber daya manusia.
“… Desa Rakit punya manusia yang kompeten sumber daya yang dapat dikelola dengan baik
dana desa. " Begitu pula dengan Bupati (Pak Amin) juga dinyatakan. “… Bendahara desa
memiliki gelar sarjana akuntansi, sehingga dia bisa mengatur uang tepat." Berdasarkan
wawancara, terakhir kepala desa pendidikan adalah sekolah menengah atas hingga sarjana
program. Ada kualifikasi akademis perangkat desa di enam kecamatan.
Gambar 1. Kualifikasi Akademik

Sumber: Riset 2019


Sumber daya manusia yang berkualitas rendah dijelaskan menjadi penghalang ke desa
pengembangan menurut hasil (Setyawan dkk., 2018; van Helden & Uddin, 2016). Di sisi lain,
aparat desa sudah mengerti apa yang seharusnya disiapkan dalam pencairan dan penyaluran dana
desa. Dalam mempersiapkan pencairan dana desa, beberapa hal yang perlu diperhatikan
disiapkan proposal dan rencana anggaran untuk satu tahun. Proposal berisi rincian hasil rapat
pengurus, terdiri dari Rencana Kerja Pemerintah Desa dan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Desa. Untuk tahap pertama realisasi, penyerahan pencairan dana desa biasanya
dilengkapi dengan laporan realisasi dari anggaran tahun sebelumnya, anggaran desa, dan yang
terpenting Desa saat ini Rencana Kerja Pemerintah. Proses dari pencairan dana desa dimulai dari
transfer kas daerah ke dana desa melibatkan kepala desa, bendahara, sekretaris, dan orang-orang
dari kecamatan as perwakilan distrik, serta tim pelaksana kegiatan. Para kepala suku, bendahara,
dan sekretaris adalah desa perwakilan sebagai pihak yang mengirimkan harus mendapat
persetujuan dari pejabat kecamatan. Jika persetujuan telah diperoleh, itu akan lanjutkan ke
Komunitas Desa Kantor Pemberdayaan. Pak Suyud mengatakan ada tiga tahapan pencairan
dana desa. “… Pencairan tahap I adalah 20% dana, selain surat permintaan, itu
APBDes tahun berjalan juga terlampir, kemudian RKKD (Kegiatan Desa

Halaman 7
ASET JURNAL (AKUNTANSI RISET), 12 (2), 2020, 357-371 363 | Jurnal ASET (Akuntansi
Riset) Vol.12 | No.2 | 2020
Rencana kerja). The RKKD dibuat 100%. Untuk Tahap I 20%, Tahap II 40%, lalu tahap III
adalah 40%. " Begitu pula dengan Camat, Bu Rubiah juga dinyatakan. “… Dana Desa dari pusat
pemerintah memiliki 3 fase, masing-masing 20%, 40%, 40%. Tahap pertama di bulan Maret,
tahap kedua tahap di bulan April, sedangkan tahap ketiga belum Belum dicairkan, karena
kondisinya harus menyerap 75% dana. " Selanjutnya dalam pembagian desa dana, ada
mekanisme atau prosedurnya menyalurkan dana dari APBD ke detail kegiatan. Rancangan dana
desa kegiatan disiapkan sebelum mengirimkan dana. Usulan Rencana Anggaran Desa kepada
Kantor Perencanaan Pembangunan Desa dimaksudkan untuk mencairkan dana. Setelah itu, file
Dana desa diterima dalam beberapa tahap. Ini adalah sejalan dengan penelitian oleh (Vel &
Bedner, 2015) bahwa desentralisasi memiliki peran utama membuat perencanaan yang baik
untuk anggaran desa. Masyarakat atau komunitas desa harus mengontrol dan mengelola
pelaksanaan anggaran desa. Setelah dana mencapai desa, itu dia kemudian dibagikan ke setiap
kegiatan untuk kegiatan tersebut tim implementasi (tim fisik) oleh mempertimbangkan usulan
kegiatan yang diajukan oleh tim teknis sebelumnya. Aktivitas Tim Pelaksana berperan dalam
membantu pelaksanaan kegiatan atau Kepala Kegiatan pengadaan barang dan jasa. Penyaluran
dana desa adalah dilakukan triwulanan (setiap tiga bulan), tetapi waktu tepatnya tidak
pasti. Biasanya sudah selesai sekitar bulan Maret, Agustus, dan November. Pencairan dana bias
menurun setelah laporan pertanggungjawaban di periode terakhir sudah berakhir. Hasil dari
penelitian ini adalah sejalan dengan (Gödecke & Waibel, 2011) siapa menemukan bahwa proses
pengembangan di Desa sudah berjalan sesuai peraturan yang berlaku, tetapi dalam
pendistribusian fase, telah terjadi penundaan dari tanggal yang ditentukan. Juga, implementasi
pembangunan desa disebabkan keterlambatan penyusunan juknis dan kualitas sumber daya
manusia yang rendah. Prioritas penggunaan Dana Desa adalah berdasarkan beberapa prinsip,
misalnya keadilan, yang berarti mengutamakan hak atau kepentingan semua penduduk desa
tanpa apapun diskriminasi. Yang kedua adalah memprioritaskan kepentingan desa yang lebih
mendesak, lebih dibutuhkan, dan terkait langsung untuk kepentingan sebagian besar
orang. Ketiga, Tipologi desa mempertimbangkan keadaan dan realitas geografis, sosiologis,
antropologis, ekonomi, dan karakteristik ekologi desa, sebagai serta perubahan atau
perkembangan di desa kemajuan. Prioritas penggunaan dana desa untuk desa kegiatan
pembangunan yang disampaikan oleh Ibu Ragil (bendahara). “… Untuk perkembangannya
masih sama tahun terakhir, seperti pembangunan jalan, pembuatan slide, dan memperbaiki taman
kanak-kanak. ” Begitu pula dengan Bupati (Pak Amin) juga dinyatakan. “… Dana desa
digunakan untuk pembangunan jalan dan juga pemberdayaan. Fokusnya ada
memberdayakan kader PKK . Prioritas penggunaan dana desa untuk desa kegiatan pembangunan
seperti yang dikatakan oleh kecamatan kepala (Nyonya Rubiah). “… Tahun 2019 ini kami akan
mencairkannya untuk tahap I untuk kegiatan rabat beton di RW IV , lalu rabat beton di RW III ,
kemudian drainase masuk RW III , kemudian dekorasi piring di RW IV . Ini adalah
pengembangan pertama, untuk tahap kedua, file konstruksi hanya satu aktivitas, ada rehabilitasi
jembatan di RW I. ” Berdasarkan wawancara, prioritas dalam penggunaan dana desa
dimaksudkan untuk mendorong para manajer untuk memprioritaskan prinsip mengutamakan
kepentingan bersama yang lebih banyak mendesak, lebih penting dan berhubungan langsung
dengan kepentingan mayoritas desa komunitas. Berdasarkan hasil wawancara dilakukan, dana
desa dibelanjakan untuk membiayai baik fisik maupun non fisik pengembangan. Perkembangan
fisik muncul berupa fasilitas dan infrastruktur (Desa, 2014). Non fisik pembangunan adalah
pembangunan yang bertujuan meningkatkan taraf dan kesejahteraan masyarakat masyarakat
secara umum, baik perbaikan

Halaman 8
AMIR MAHMUD, NURDIAN SUSILOWATI, WULAN SUCI RACHMADANI, SARI LESTARI,
TUSYANAH TUSYANAH / Kontribusi Pengelolaan Dana Desa untuk Mewujudkan Masyarakat
Lebih Sejahtera: An Empiris Belajar di Jawa Tengah 364 | Jurnal ASET (Akuntansi Riset)
Vol.12 | No.2 | 2020
dan kesejahteraan masyarakat di bidang pendidikan, kesehatan, dan aspek lainnya. Itu
hasil yang terkait dengan penelitian oleh (Setyawan et al., 2018) bersumber dari dana desa
anggaran nasional / negara untuk desa ditransfer melalui kecamatan dulu ke desa pembangunan,
pengembangan masyarakat dan Pemberdayaan. Dalam mengelola dana, masing-masing desa
memiliki mempertimbangkan beberapa prioritas pada kedua fisik dan pembangunan non
fisik. Fisik pembangunan diwujudkan dalam konstruksi dari balai desa, pusat kesehatan, jalan,
jembatan, drainase, irigasi, penahan lapangan tembok, sumur, lembaga pendidikan, dan
sebagainya di. Sedangkan pembangunan non fisik dalam bentuk pemberdayaan dan pelatihan
seperti peningkatan kapasitas desa pejabat, meningkatkan kapasitas penyelenggara Badan Usaha
Milik Desa ( BUMDes ), dan Mikro, Kecil, dan Menengah Badan Usaha ( UMKM ) masyarakat,
personel pusat kesehatan, peningkatan kapasitas kelompok pemuda dan Pemberdayaan Unit
Desa Kader ( KPUD ) dan Pengajaran Alquran Pusat ( TPQ ). Juga, dananya digunakan untuk
meningkatkan kapasitas kelembagaan desa, mulai dari RT / RW (lingkungan asosiasi) dan
sebagainya. Umumnya, file program atau kegiatan dalam pemberdayaan aspek non-fisik, tetapi
ini tidak selalu kasus. Kegiatannya juga bisa dalam bentuk program fisik yang mendukung non-
fisik satu, untuk contoh, pengadaan / penunjang peralatan untuk latihan. Hal tersebut sejalan
dengan penelitian (Nurdian Susilowati et al., 2019) perangkat desa tersebut melakukan
pengembangan kapasitas BUMDes manajer dan direktur untuk menambah pengetahuan dan
keterampilan mengelola BUMDes . Bu Anna mengatakan bahwa dana desa sudah digunakan
untuk pembangunan pemberdayaan. “… Untuk pemberdayaan ada peningkatan kapasitas
aparatur desa, kemudian peningkatan kapasitas BUMDes administrator, maka peningkatan
kapasitas kelembagaan desa mulai dari RT, RW dan sebagainya. Selanjutnya ada peningkatan
kapasitas organisasi pemuda dan kader pemberdayaan ( KPUD ). ” Prioritas penggunaan dana
desa di Karangbanjar dijelaskan oleh Bu Anggita. “… Dana desa digunakan untuk pembangunan
bangunan balai desa, jalan, dan desa Penahan dinding selama di bidang pemberdayaan, pada
tahun 2018 prioritas diberikan kepada melatih dan memberdayakan BUMDesa . ” Untuk
peningkatan kapasitas desa pejabat, beberapa desa focus pelatihan terkomputerisasi. Komputer
adalah alat penting bagi perangkat desa untuk melakukan tugasnya bekerja sebagai bagian dari
pemerintahan desa. Ini dilakukan dengan mempertimbangkan karya yang akan dikerjakan lebih
efektif dan efisien daripada melakukannya secara manual dengan membuat catatan di buku tebal.
Komputer menyediakan manajemen data solusi dengan cepat dan akurat dan menghasilkan
laporan / informasi waktu yang dibutuhkan oleh pengguna informasi. Jadi, terkomputerisasi
Pelatihan diharapkan dapat mendukung desa yang baik pemerintahan. Prioritas belanja dana desa
adalah mengikuti Peraturan Menteri Desa, Daerah Terpencil, dan Transmigrasi tahun 2016.
Berikut hasil pemetaan dari prioritas dana desa di Jawa Tengah (Tabel 1)
Tabel 1. Pemetaan Prioritas Dana Desa di Jawa Tengah
No Pembangunan fisik Pembangunan non fisik
1 Pembangunan balai desa bangunan Meningkatkan kapasitas aparatur desa
2 Pengembangan pusat kesehatan Meningkatkan kapasitas pengelolaan Milik
Desa Badan Usaha Milik Daerah ( BUMDes ),
dan Mikro Kecil dan Usaha Menengah
( UMKM )

3 Konstruksi dan perbaikan drainase Pengembangan kapasitas kelompok pemuda


4 Pembuatan dan perbaikan irigasi Perbaikan dari Desa Satuan Kader
Pemberdayaan

5 Perbaikan dinding penahan lapangan Pengembangan Kapasitas untuk Manajemen


dan pengembangan Pusat Pengajaran Alquran

Sumber: Hasil Riset 2019

Halaman 9
ASET JURNAL (AKUNTANSI RISET), 12 (2), 2020, 357-371 365 | Jurnal ASET (Akuntansi
Riset) Vol.12 | No.2 | 2020
Anggaran Desa ( APBDes ) dilaksanakan di bawah Musyawarah Desa ( Musrenbangdes ). Ini
karena dasarnya untuk penyusunan APBD desa tersebut RPJMDes dan RKPDes , sedangkan
RPJMDes dan RKPDes disusun berdasarkan Musrenbangdes (Pembangunan Desa Musyawarah
Perencanaan). Musrenbangdes (Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa)
diimplementasikan untuk melibatkan semua elemen masyarakat, dimulai dari kepala desa dan
aparat, serta masyarakat desa yang meliputi kepala dusun, pemuda, dan warga lainnya. Ini
sejalan dengan penelitian oleh (Meutia & Liliana, 2018) desa itu pejabat harus
menyelenggarakan musrenbangdes di persiapan anggaran. Pelaksanaan dana desa manajemen
sering menghadapi kerumitan kendala, salah satunya adalah penggunaan dana desa tidak tepat
sasaran dan tidak mengikuti kebutuhan rakyat. Juga, sangat Laporan Akuntabilitas yang rumit
atau LPJ tetap menjadi masalah utama yang dihadapi oleh sebagian besar desa dalam
melaksanakan dana desa yang baik pengelolaan. Batasan ini terkait dengan mencari bukti
transaksi, khususnya untuk kegiatan yang tidak ada catatan transaksi tertulis / cetak. Masalah
yang terkait dengan ketidakakuratan di file penggunaan dana desa terjadi karena adanya
keadaan. Misalnya dana desa baru saja ditransfer di akhir Desember, sementara beberapa
kegiatan dan perkembangan tidak bisa direalisasikan. Oleh karena itu, jika kita ingin mengelola
desa didanai oleh kegiatan tertulis di desa anggaran, jelas kita tidak bisa. Untuk mengatasi
masalah ini, pengelola dana desa menyediakan solusi alternatif dengan menganggarkannya di
tahun berikutnya. Namun, beberapa desa pernah melakukannya mencoba menyentuh semua
aspek kegiatan dan pembangunan dengan menyesuaikan pagu anggaran, Tapi kalau ini sering
dilakukan, perkembangannya kemajuan tidak akan optimal seperti yang diharapkan. Program
yang diatur dalam APBD desa adalah terkandung dalam belanja desa. Di Desa Karangbanjar,
misalnya pengeluaran dikelompokkan menjadi lima aspek utama, yaitu pembangunan desa, desa
pemerintahan, pemberdayaan masyarakat, pengembangan masyarakat, dan dana talangan
bencana. Dalam laporan pertanggungjawaban 2018, semua aktivitas dapat dilakukan dan
direalisasikan, kecuali dalam sektor bencana. Hal ini dikarenakan pada tahun 2018 no bencana
terjadi, sehingga dana dialihkan ke bidang lain. Hal ini sejalan dengan (Fitriyani et al., 2018),
akuntabilitas dan transparansi dapat menjamin akses untuk didapatkan semua orang informasi
organisasi pemerintah seperti kinerja desa. Keterlibatan masyarakat dalam implementasi dana
desa bias terlihat pada saat penyusunan tingkat desa rapat. Masyarakat lokal dapat berpartisipasi
mengusulkan kegiatan sosial yang seharusnya diprioritaskan. Disamping itu bentuk nyata lainnya
adalah partisipasi masyarakat secara fisik pembangunan seperti pengabdian masyarakat
pembangunan jalan raya. Peran lain yang bisa jadi yang diambil adalah
pengawasan. Pengawasan dilakukan oleh masyarakat dilakukan melalui Perwakilan Desa
( BPD ). Dengan demikian, BPD berfungsi sebagai lembaga itu menampung protes masyarakat
dan proposal. Contoh sederhananya adalah saat jalan konstruksi seharusnya 10 meter tetapi itu
baru terealisasi hanya 8 meter, masyarakat boleh mengeluh tentang masalah ini ke BPD , maka
BPD memberitahu pemerintah desa. Juga pemasangan laporan anggaran desa di setiap sudut
desa menjadi tempat untuk pengawasan komunitas. Keseluruhan masyarakat bisa mengeluh
tentang segala hal dan pengamatan jika mereka menemukan penyimpangan di pelaksanaan
pembangunan desa. Pengendalian internal dilakukan oleh desa koki mengkritik anggaran desa
dan kegiatan yang akan dilakukan. Desa Kepala desa dan sekretaris desa bersama-sama meninjau

Halaman 10
AMIR MAHMUD, NURDIAN SUSILOWATI, WULAN SUCI RACHMADANI, SARI LESTARI,
TUSYANAH TUSYANAH / Kontribusi Pengelolaan Dana Desa untuk Mewujudkan Masyarakat
Lebih Sejahtera: An Empiris Belajar di Jawa Tengah 366 | Jurnal ASET (Akuntansi Riset)
Vol.12 | No.2 | 2020
proposal diajukan ke desa. Ini Kegiatannya meliputi pengendalian internal sehingga Dana desa
bisa disalurkan sesuai rencana pembangunan jangka menengah desa dan rencana anggaran
desa. Pengendalian internal yang dilakukan oleh kepala desa terkait dengan pembagian tugas
yang jelas untuk setiap perangkat desa. Hal ini dilakukan agar tidak ada pekerjaan yang tumpang
tindih mempermudah proses supervisi (Nurdian Susilowati dkk., 2020). Selain, (Purnamawati &
Adnyani, 2019) menjelaskan dimensi spiritual tersebut mampu meningkatkan akuntabilitas dan
transparansi desa dana karena mereka berpegang teguh pada hukum karma phala melalui prinsip
Moksartham Jagadhita Ya Caiti Dharma. Sebagai contoh dalam pengembangan, ada a bagian
khusus kesejahteraan rakyat; ini Seksi Kesejahteraan ( Kasi Kesra ) bertanggung jawab.
Pengendalian internal juga dilakukan di sector keuangan. Dana kas desa adalah pernah dipegang
oleh kepala desa, dan semuanya langsung dipegang oleh bendahara untuk dikelola. Baik
pertemuan berkala maupun incidental juga cara lain untuk melakukan pengendalian internal oleh
kepala desa. Penyerapan dana di masing-masing desa adalah berbeda secara nominal, berkisar
dari enam ratus jutaan sampai satu milyar rupiah. Desa pengeluaran dana menggunakan model
40-40-20, artinya pada fase pertama, biasanya begitu menghabiskan sebanyak 40% dari total
yang diusulkan dana, 40% di tahap kedua, dan 20% di ketiga. Namun, model ini tidak diterapkan
di semua desa; beberapa menggunakan model 20-40-40. Selanjutnya pengelolaan dana desa tidak
berhenti pada tahap implementasi tetapi juga mencapai fase akuntabilitas. Itu proses laporan
dimulai dengan pengumpulan bukti transaksi dan dicatat di a buku kas umum. Selanjutnya,
dibuat laporan pertanggungjawaban, yang kemudian diserahkan ke tingkat kecamatan untuk
dijadikan direvisi jika masih terdapat inkonsistensi (Kislat & Menkhoff, 2016; N Susilowati
dkk., 2018). Laporan tersebut berupa lembar laporan atau mengikat, berisi rincian kegiatan itu
telah selesai, bukti transaksi, dan dokumentasi kegiatan. Itu pelaksanaan pertanggungjawaban
penggunaan dana desa dilakukan pada akhir tahun dengan pelaporan maksimum di akhir tahun
pada bulan Januari berikutnya. Akuntabilitas dana tersebut dilaporkan kepada tiga pihak, yaitu
kecamatan, kantor desa terkait seperti BPD , dan tingkat kabupaten (sekretaris daerah) jika ada
supervisi. Bukti dari pertanggungjawaban berisi lembar transaksi, buku kas umum, dokumentasi
kegiatan, dan hasil diskusi. Juga, pemerintah desa membuat baliho berisi kwitansi dan
pemanfaatan desa dana. Baliho dipasang di depan kantor desa dan lokasi strategis lainnya di
desa, sehingga keuangan akuntabilitas dan transparansi bias terealisasi dengan baik. Hasil ini
konsisten dengan studi (Walker, 2014) yang menyatakan bahwa perencanaan dan pelaksanaan
desa kegiatan alokasi dana menunjukkan bahwa manajemen akuntabel dan transparan. Ada
model pengelolaan dana desa berdasarkan penelitian (Gambar 2).
Gambar 2. Model pengelolaan dana desa berdasarkan penelitian

Halaman 11
ASET JURNAL (AKUNTANSI RISET), 12 (2), 2020, 357-371 367 | Jurnal ASET (Akuntansi
Riset) Vol.12 | No.2 | 2020
Badan Usaha Milik Desa ( BUMDes ) adalah a badan usaha yang seluruh atau sebagian besar nya
modal dimiliki oleh desa melalui langsung partisipasi dari aset desa yang ada dipisahkan untuk
mengelola aset, layanan, dan bisnis lain untuk kesejahteraan maksimal masyarakat desa (Grossi
et al., 2019). Pendirian Badan Usaha Milik Desa bertujuan untuk meningkatkan perekonomian
desa, mengoptimalkan aset desa agar bermanfaat kesejahteraan rakyat; meningkatkan komunitas
upaya dalam mengelola potensi ekonomi Desa; mengembangkan kerjasama bisnis rencana antar
desa dan / atau dengan pihak ketiga; menciptakan peluang pasar dan jaringan yang mendukung
kebutuhan layanan umum warga negara; pekerjaan terbuka; meningkatkan komunitas
kesejahteraan melalui peningkatan pelayanan publik, pertumbuhan dan distribusi yang adil dari
ekonomi desa; dan meningkatkan pendapatan masyarakat desa dan desa pendapatan asli (Feriady
& Susilowati, 2019). Modal usaha milik desa bias berasal dari masyarakat dan desa. Itu
pemerintah desa menyediakan milik desa modal usaha dari dana desa (Nurdian Susilowati dkk.,
2019). Desa- manajemen perusahaan yang dimiliki harus disetujui oleh pemerintah desa
sehingga bagi hasil badan usaha milik desa pendapatan ditentukan secara adil. Desa-Badan
Usaha Milik dapat berbentuk a korporasi sebagai aliansi modal, dibentuk berdasarkan pada
kesepakatan, dan menjalankan bisnis kegiatan dengan modal yang sebagian besar dimiliki
perusahaan milik desa, di bawah hukum
dan peraturan tentang korporasi; dan Lembaga Keuangan Mikro dengan kontribusi usaha milik
desa 60 (enam puluh) persen, menurut peraturan perundang-undangan mengenai lembaga
keuangan mikro (Menkhoff & Rungruxsirivorn, 2011). Ada berbagai macam jenis milik desa
perusahaan di Jawa Tengah. Diantaranya adalah bergerak dalam penyediaan kebutuhan dasar,
seperti Asung Daya di Desa Jatijajar, Kecamatan Bergas Kec. Sumber Arto di Desa Kenteng
Kecamatan Bandungan. Juga, ada bentuknya dari korporasi yang mengelola atraksi di Desa
Serang, Kecamatan Karangreja. Ada juga perusahaan yang berbentuk Maju Jaya koperasi simpan
pinjam di Losari Desa, Kecamatan Rembang. Badan usaha milik desa telah berhasil mengelola
aktivitas bisnisnya. Setiap tahun dapat berkontribusi pada pendapatan asli desa yang tinggi
kepada pemerintah desa. Komunitas anggota sebagai manajer juga sangat antusias dalam
mengembangkan kelangsungan bisnis. Berbagai inovasi telah dilakukan oleh perusahaan milik
desa sehingga mereka bias bersaing dengan minimarket swasta. Melalui kreativitas manajemen,
jenis-jenisnya produk yang dijual pun semakin variatif. Oleh karena itu, konsumen dapat
menikmati dengan kualitas yang tinggi produk. Penelitian ini sejalan dengan (Carter et al.,
2013; Suryadarma & Yamauchi, 2013) menyatakan bahwa pelaksanaan dana desa kebijakan
memiliki efek nyata dan positif pada pengelolaan keuangan desa dan efektivitas pembangunan
desa program. Diharapkan bahwa manajemen Desa Program Desa Pengembangan Perencanaan
Pertimbangan Akuntabilitas Laporan oleh bendahara bupati
Halaman 12
AMIR MAHMUD, NURDIAN SUSILOWATI, WULAN SUCI RACHMADANI, SARI LESTARI,
TUSYANAH TUSYANAH / Kontribusi Pengelolaan Dana Desa untuk Mewujudkan Masyarakat
Lebih Sejahtera: An Empiris Belajar di Jawa Tengah 368 | Jurnal ASET (Akuntansi Riset)
Vol.12 | No.2 | 2020
dana desa dapat berjalan efektif, seperti ditunjukkan dengan hasil yang lebih merata
pembangunan di berbagai desa. Itu optimasi dari Desa potensi (pembentukan BUMDes dan
pemberdayaan masyarakat) mampu meningkatkan desa pendapatan dan kesejahteraan
masyarakat (Yuniarta & Purnamawati, 2020). Desa berikut-badan usaha milik sendiri
( BUMDes ) sedang berkembang cepat di Jawa Tengah (Tabel 2).
Tabel 2. Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) di Jawa Tengah
No. BUMDes Jenis BUMDes
1 BUMDes Tirta Mandiri Ponggok Pariwisata
2 BUMDes Asung Daya Pusat perbelanjaan
3 BUMDes Sumber Arto Minimarket, Pengumpulan sampah
4 BUMDes Silatri Indah Toserva Toko kelontong
5 BUMDes Barokah Pare Toko kelontong
6 BUMDes Dananjaya Kooperatif
7 BUMDes Andong Jinawi Restoran
8 BUMDes Serang Mandiri Sejahtera Pariwisata
9 BUMDes Bangun Karya Bangunrejo Pengelolaan Air Pedesaan
10 BUMDes Pembuatan Batako Pengumpulan sampah
11 BUMDes Tirto Manunggal Pengelolaan Air Pedesaan
12 BUMDes Mitra Sejahtera Toko kelontong
13 BUMDes Maju Berkah Wangandowo Toko pertanian
14 BUMDes Reban Pengumpulan sampah
15 BUMDes Ngrembaka Mulya POM bensin
16 BUMDes Desa'Smart Pusat perbelanjaan
17 BUMDes Sumber Damai Restoran
18 BUMDes Citra Gemilang Restoran
19 BUMDes Sehat Tlogowungu Pusat layanan kesehatan
20 BUMDes Karya Mandiri Toko pakaian
21 BUMDes Agen Brilink Bumdes Sidomakmur Pusat perbelanjaan
Pingit
22 BUMDes Berkah Abadi Toko kelontong
23 BUMDes Ngudi Rahayu Supermarket

Sumber: Riset 2019

KESIMPULAN
Kapasitas SDM desa mendukung pelaksanaan dana desa pengelolaan. Kualifikasi akademik
aparat desa adalah sarjana. Mereka selalu mengikuti workshop dan training siapa diatur
berdasarkan distrik. Dana desa dibelanjakan untuk membiayai baik fisik maupun non fisik
pembangunan dan pemberdayaan desa komunitas. Perkembangan fisik adalah pembangunan
yang tampaknya memiliki infrastruktur dan infrastruktur. Pembangunan non fisik adalah
pembangunan yang bertujuan untuk meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat secara
umum, seperti peningkatan dan kesejahteraan masyarakat di bidang pendidikan, kesehatan, dan
lain-lain. Sedangkan masyarakat prioritas pemberdayaan digunakan untuk meningkatkan
keterampilan komunitas, sehingga mereka bias produktif dan meningkatkan kualitas local produk
kebijaksanaan di desa. Itu pelaksanaan penggunaan dana desa mengikuti prosedur dan dapat
dibenarkan begitu

Halaman 13
ASET JURNAL (AKUNTANSI RISET), 12 (2), 2020, 357-371 369 | Jurnal ASET (Akuntansi
Riset) Vol.12 | No.2 | 2020
tujuan transparansi dan akuntabilitas direalisasikan. Kegiatan Usaha Milik Desa Usaha yang
berasal dari dana desa terbukti mampu menggerakkan perekonomian masyarakat desa ke
depan. Jadi, begitulah adanya mengusulkan yang pertama, dana desa model manajemen harus
dipersiapkan menjamin perencanaan yang lebih cermat, efektif dan implementasi yang efisien,
dan dapat diandalkan pengawasan. Kedua, sosialisasi dan pelatihan untuk aparat desa sangat kuat
dibutuhkan untuk mewujudkan desa yang lebih akuntabel pengelolaan dana. Penelitian ini
berimplikasi pada penerapan dari pemerintah desentralisasi. Penerapan desentralisasi
pemerintahan desa, terutama dalam pengelolaan keuangan dana desa, pemerintah desa bekerja
sama dengan tokoh masyarakat, desa pemuda, pemuka agama, dan investor. Tokoh masyarakat,
pemuda desa, dan pemimpin agama berperan dalam pelaksanaan perencanaan anggaran desa
melalui musrenbangdes agar kegiatan itu menguntungkan masyarakat disepakati. Selanjutnya,
investor berperan memberikan kredit bisnis untuk kerjasama di membangun kelestarian Milik
Desa Perusahaan. Selanjutnya pemantauan terhadap pelaksanaan kegiatan desa dilakukan keluar
oleh semua anggota masyarakat desa. Pengembangan dan penguatan Badan Usaha Milik Desa
dilakukan bersama antara pemerintah desa dan Komunitas. Jadi, bisa diminimalisir konflik
kepentingan antar perangkat desa dan komunitas. Begitu juga dengan Milik Desa Perusahaan
dimonitor dan diawasi oleh kedua. Bukti didasarkan pada 12 desa di Central Java dan mungkin
tidak mencerminkan praktik sebenarnya atau persepsi orang lain. Makalah ini focus tentang
pemetaan prioritas dana desa dan pengembangan Badan Usaha Milik Desa dan belum
menganalisis aspec lain seperti kinerja dan bisnis yang berkelanjutan. Studi ini memberikan
rekomendasi untuk peneliti masa depan untuk memeriksa kinerja Badan Usaha Milik Desa dan
berdampak pada pembangunan dan kesejahteraan masyarakat pedesaan.

REFERENSI
Anthopoulou, T., Kaberis, N., & Petrou, M.(2017). Aspek dan pengalaman krisis di pedesaan
Yunani. Narasi pedesaan ketahanan. Jurnal Studi Pedesaan , 52 ,1–11.
https://doi.org/10.1016/j.jrurstud.2017.030,006
Astami, EW, Menara, G., Rusmin, R., & Neilson, J. (2010). Efek dari privatisasi atas kinerja
negara-badan usaha milik sendiri di Indonesia. Asia Review Akuntansi , 18 (1), 5–19.
https://doi.org/10.1108/13217341011045971
Batara, E. (2017). Apakah pegawai pemerintah mengadopsilokal e-government
transformasi? harapan . 11 (4), 612–638. https://doi.org/10.1108/TG-09-2017-0056
Boonperm, J., Haughton, J., & Khandker, S.R. (2013). Apakah Dana Desa itu penting di
Thailand? Mengevaluasi dampak pada pendapatan dan pengeluaran. Jurnal Asia Ekonomi , 25 ,
3–16. https://doi.org/10.1016/j.asieco.2013.01.001
Carter, AJ, Burritt, RL, & Pisaniello, JD.(2013). Peran ganda untuk akuntan di menopang
pedesaan komunitas.Jurnal Penelitian Akuntansi , 26 (2),130 153. https://doi.org/10.1108/ARJ-
12-2012-0093
Desa, P. (2014). www.bphn.go.id .
Feriady, M., & Susilowati, N. (2019). Inisiasi Pembentukan Bumdes Bersama untuk
Meningkatkan Perekonomian Desa di Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang.
Jurnal Abdimas , 23 (2), 112–116.

Halaman 14
AMIR MAHMUD, NURDIAN SUSILOWATI, WULAN SUCI RACHMADANI, SARI LESTARI,
TUSYANAH TUSYANAH / Kontribusi Pengelolaan Dana Desa untuk Mewujudkan Masyarakat
Lebih Sejahtera: An Empiris Belajar di Jawa Tengah 370 | Jurnal ASET (Akuntansi Riset)
Vol.12 | No.2 | 2020
Fitriyani, LY, Marita, M., Widyastuti, W., & Nurahman, RW (2018).Penentu Dana Desa
Alokasi. Jurnal Akuntansi Multiparadigma ,9 (3), 526–539.
https://doi.org/10.18202/jamal.2018.04.9031
Galani-Moutafi, V. (2013). Ruang pedesaan (kembali) diproduksi - Latihan, pertunjukan dan
visi: Studi kasus dari sebuah Pulau Aegean. Jurnal Studi Pedesaan , 32 , 103–113.
https://doi.org/10.1016/j.jrurstud.2013.040,007
Gödecke, T., & Waibel, H. (2011). Pedesaan-transformasi perkotaan dan desa ekonomi di
ekonomi pasar berkembang selama krisis ekonomi: Empiris bukti dari Thailand. Cambridge
Jurnal Kawasan, Ekonomi dan Masyarakat ,4 (2), 205–219. https://doi.org/10.1093/cjres/rsr008
Grossi, G., Sargiacomo, M., & Skoog, M.(2019). Akuntansi, kinerja sistem manajemen dan
akuntabilitas perubahan dalam masyarakat padat pengetahuan organisasi Sebuah tinjauan
literatur dan penelitian agenda .32 (3). https://doi.org/10.1108/AAAJ-02-2019-3869
Kislat, C., & Menkhoff, L. (2016). Desa program pinjaman dana: Siapa yang mendapatkannya,
simpan itu dan kehilangannya? Kerentanan terhadap Kemiskinan: Teori, Pengukuran dan
Penentu, dengan Studi Kasus dari Thailand dan Vietnam ,283–304
https://doi.org/10.1057/9780230306622_11
Menkhoff, L., & Rungruxsirivorn, O. (2011). Apakah dana desa meningkatkan akses ke
keuangan? Bukti dari Thailand. Dunia Pengembangan,39 (1), 110–122.
https://doi.org/10.1016/j.worlddev.2010.09.002
Meutia, I., & Liliana, L. (2018). Itu Pengelolaan Keuangan Dana Desa. Jurnal Dinamika
Akuntansi , 9 (1), 63–81. https://doi.org/10.15294/jda.v9i1.12009
Pratiwi, DN (2020). Analisis Desa Persepsi Pejabat Desa Sistem Keuangan (Siskeudes). Jurnal
ASET (Akuntansi Riset) , 12 (1), 165–175. https://doi.org/10.17509/jaset.v12i1.23067
Purnamawati, IGA, & Adnyani, NKKS. (2019). Peran Komitmen, Kompetensi, Dan Spiritualitas
Dalam Pengelolaan Dana Desa. Jurnal Akuntansi Multiparadigma ,10 (2), 227–240.
https://doi.org/10.18202/jamal.2019.08.10013
Said, J., Alam, MM, & Khalid, MA (2016). Hubungan antara yang baik tata kelola dan sistem
integritas: Studi empiris pada sektor public Malaysia. Humanomics , 32 (2), 151–171.
https://doi.org/10.1108/H-02-2016-0008
Setyawan, S., Priyono, N., & Iswanaji, C. (2018). Model Pengembangan E- Sistem
Penganggaran dan E-Reporting pada Pengelolaan Dana Desa Keuangan. Jurnal Dinamika
Akuntansi , 9 (1),92–99. https://doi.org/10.15294/jda.v9i1.12000
Simonet, D. (2011). Publik Baru Teori Manajemen dan Reformasi Sistem Perawatan Kesehatan
Eropa: An Perspektif Komparatif Internasional. Jurnal Publik Internasional Administrasi ,
34 (12), 815–826. https://doi.org/10.1080/01900692.2011.603401
Subramaniam, N., Stewart, J., Ng, C., & Shulman, A. (2013). Pemahaman tata kelola perusahaan
di Australia sektor publik: Pendekatan modal sosial. Akuntansi, Auditing dan Akuntabilitas
Jurnal ,26 (6),946–977. https://doi.org/10.1108/AAAJ-Jan-2012-00929
Suryadarma, D., & Yamauchi, C. (2013). Dana publik dan penargetan hilang kinerja: Bukti dari
anti- program pengentasan kemiskinan di Indonesia. Jurnal Ekonomi Pembangunan , 103 (1),
62–76. https://doi.org/10.1016/j.jdeveco.2013.010,007

Halaman 15
ASET JURNAL (AKUNTANSI RISET), 12 (2), 2020, 357-371 371 | Jurnal ASET (Akuntansi
Riset) Vol.12 | No.2 | 2020
Susilowati, N, Herdiani, A., & Widhiastuti, R.(2018). Partisipasi Masyarakat Desa Model
Pengelolaan Dana Desa untuk Eksterior Akuntabilitas. KnE Ilmu Sosial , 3 (10), 1024.
https://doi.org/10.18502/kss.v3i10.3190
Susilowati, Nurdian, Anisykurlillah, I., & Lianingsih, S. (2019). Peningkatan Kapabilitas
Pengurus Unit Usaha E-Warung BUMDes Sumber Arto Melalui Pemahaman Pembukuan
Sederhana . 294–298.
Susilowati, Nurdian, Mahmud, A.,Widhiastuti, R., & Rahmaningtyas, W.(2020). Tata Kelola
Desa yang Baik: Model Pengendalian Internal Dana Desa Pengelolaan. Ilmu Sosial KnE ,2020 ,
137–148. https://doi.org/10.18502/kss.v4i6.6594
Triani, NNA, & Handayani, S. (2018). Praktik Pengelolaan Keuangan Dana Desa. Jurnal
Akuntansi Multiparadigma , 9 (1),136–155. https://doi.org/10.18202/jamal.2018.04.9009
van Helden, J., & Uddin, S. (2016). Publik akuntansi manajemen sektor di ekonomi berkembang:
Sebuah tinjauan literatur. Perspektif Kritis tentang Akuntansi , 41 (2015), 34–62.
https://doi.org/10.1016/j.cpa.2016.01.001
Vel, JAC, & Bedner, AW (2015). Desentralisasi dan pemerintahan desa di Indonesia: Kembali
ke nagari dan UU Desa 2014. Jurnal Hukum Pluralisme dan Hukum Tidak Resmi , 47 (3),
493–507. https://doi.org/10.1080/07329113.2015.1109379
Walker, SP (2014). Akuntansi dan pedesaan rehabilitasi di New Deal America. Akuntansi,
Organisasi dan Masyarakat , 39 (3),208–235. https://doi.org/10.1016/j.aos.2014.01.007
Yuniarta, GA, & Purnamawati, IGA (2020). Apakah Potensi Desa Dan Kepemimpinan
Transformasional Mampu Meningkatkan Pendapatan? Jurnal Akuntansi
Multiparadigma , 11 (1), 77–88. https://doi.org/10.21776/ub.jamal.2020.11.1.05

Anda mungkin juga menyukai