Jur Nalis Tik
Jur Nalis Tik
Aktivitas jurnalistik utama adalah meliput dan memberitakan sebuah peristiwa melalui
“rumus baku” berita 5W+1H
Who, siapa yang terlibat –pelaku, korban, saksi, dll.
What, apa yang terjadi –peristiwa, kejadian, acara.
When, kapan terjadinya –hari, tanggal, jam.
Where, di mana terjadinya –tempat kejadian, lokasi acara.
Why, mengapa terjadi –alasan, motivasi, penyebab, tujuan.
How, bagaimana proses kejadiannya–detail kejadian, suasana acara, rincian atau
kronologi peristiwa.
1. Who does what, siapa melalukan apa (Event)
2. Who says what, Siapa mengatakan apa (Opinion News)
3. What said by who, apa dikatakan siapa (Opinion News)
PROSES
PLANNING - HUNTING – WRITTING – EDITING – PUBLISHING
Ketika melakukan wawancara, ada tiga hal yang tidak boleh dilupakan oleh reporter:
1. Identitas dan atribut narasumber
2. Pendapat narasumber terhadap peristiwa
3. Kesan narasumber terhadap peristiwa
Beberapa persiapan yang dilakukan reporter agar wawancara berjalan lancar dan efektif,
antara lain:
1. Menguasai tema yang akan ditanyakan kepada narasumber. Jika pengetahuan
reporter tentang tema sedikit, maka akan timbul banyak kesulitan saat melakukan
wawancara.
2. Siapkan TOR (Term of Reference). Ini penting agar tidak ada permasalahan yang
luput ditanyakan kepada narasumber.
3. Membawa alat perekam. Selain berfungsi untuk memudahkan reporter menulis hasil
wawancara, alat perekam juga dapat berfungsi sebagai bukti jika sewaktu-waktu
narasumber mengelak dan protes terhadap berita yang ditulis.
4. Menghargai narasumber dan membuat janji. Membuat janji dengan narasumber itu
penting. Karena ada beberapa narasumber yang enggan melakukan wawancara
langsung tanpa membuat janji. Ingat, menjaga hubungan baik dengan narasumber
itu sangat penting untuk kemudian hari. Banyak narasumber yang kecewa dan
enggan bertemu repoter tertentu.
Mencerminkan Isi
Judul berita harus mencerminkan isi berita. Orang begitu membaca judul sudah
memperkirakan isi yang bakal dimaktub dalam berita itu.
Contoh judul berita di media cetak lokal di Serang:
Judul:
Promosi Jabatan di Pemkot Mandek
Intro berita:
Serang – Pertimbangan teknis promosi jabatan eselon II Pemkot Serang belum juga
diturunkan atau disetujui Pemprov Banten. Padahal usulan sejumlah promosi jabatan
sejumlah eselon telah disampaikan Pemkot sejak 13 Februari lalu.
Perhatikan antara judul dengan isi lead atau intro berita, tidak terjadi kesesuaian. Dalam
lead / intro berita lebih membahas soal belum ada surat persetujuan dari Pemprov Banten
terkait usulan penggantian jabatan eselon II dari Pemkot Serang. Boleh jadi, dalam usulan
terdapat pejabat yang dipromosikan dari eselon III ke eselon II. Penggantian jabatan eselon II
membutuhkan persetujuan dari Gubernur Banten. Dalam berita itu, proses administrasi
penggantian pejabat eselon II belum rampung karena menunggu surat persetujuan
Gubernur Banten atau dalam berita itu disebut Pemprov Banten. Sedangkan kesan yang
timbul dari judul berita itu suatu rangkaian atau sistem yang berkaitan dengan promosi
jabatan, bukan penggantian jabatan eselon II yang didalam terdapat promosi pejabat yang
lebih rendah naik ke lebih tinggi.
Perbaikan Judul:
Penggantian Jabatan di Pemkot Tertunda
Penggunaan Nama
Judul yang berisikan nama seseorang sebaiknya hanya digunakan pada tokoh yang dikenal
luas di kalangan masyarakat. Wartawan yakin pembaca mengenal nama itu dan tidak
menimbulkan bias pada nama lain. Ini sesuai dengan jargon berita bahwa nama besar
membuat berita.
Contoh:
SBY Curhat Lagi
Boediono Hadir Di Sidang Korupsi
Duta Besar AS Tiru Blusukan Jokowi
Nama yang tercantum dalam judul itu merupakan nama yang sangat dikenal masyarakat.
Warga Indonesia tahu, penyebutan SBY tidak akan menimbulkan kesan akronim nama dari
Kota Surabaya, tetapi akronim nama Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden RI. Nama
Boediono jelas akan merujuk Wakil Presiden RI dan nama Jokowi akan terarah pada
Gubernur DKI Jakarta. Ini akan berbeda jika nama Robert Blake tanpa jabatannya sebagai
Duta Besar Amerika Serikat (AS) yang meniru gaya blusukan Jokowi ketika berkunjung ke
beberapa perkampungan di Jakarta. Mungkin, pembaca akan bertanya siapa Robert Blake,
tetapi pembaca tentu akan segera paham jika disebutkan Duta Besar AS.
Judul Pertanyaan
Wartawan diingat untuk hati-hati menggunakan judul pertanyaan, karena tidak setiap berita
bisa menggunakan judul jenis ini. Namun judul pertanyaan efektif menggoda pembaca
ketika wartawan menulis peristiwa atau kasus krusial yang menyita perhatian masyarakat
semisal pengusutan korupsi. Kondisi tertentu mendorong wartawan menggunakan judul ini.
Misalnya, wartawan memproleh fakta-fakta yang valid tentang peristiwa atau kasus tertentu,
tetapi pejabat berwenang atau orang-orang yang terlibat di dalamnya tidak mau
memberikan konfirmasi. Selain itu, judul pertanyaan lebih sering digunakan pada laporan
investigasi.
Contoh:
Adakah Teroris di Musibah Malaysia Airlines?
Siapa Menggoyang Risma?
Mencari Muara Uang Century?
Apakah Pilot Malaysia Airlines Bunuh Diri?
Judul Kutipan
Hampir sama dengan judul pertanyaan, judul kutipan juga harus hati-hati digunakan. Ada
persyaratan dalam berita itu jika ingin menggunakan judul kutipan, antara lain isi dari
kutipan itu sangat kuat secara kemanusiaan atau akan memunculkan persepsi yang krusial.
Contoh:
“Anak Kelaparan, Saya Bunuh Aja Lah …. ”
SBY: “Kita Siap Berperang”
Membebaskan Kata
Apa yang dimaksudkan dengan membebaskan kata? Pembuatan judul berita tidak
sepenuhnya terikat pada aturan atau kaidah baku bahasa. “Tidak sepenuhnya” berarti
sebagian lagi memang terikat dengan aturan tersebut. Setidaknya, judul terdiri dari Subjek
dan Predikat. Tetapi penggunaan kata sering tidak menggunakan awal atau akhir, hanya kata
dasar. Atau susunan kalimat dibolak dan dibalik yang menurut ilmu bahasa sudah menyalahi
aturan.
Contoh:
Ruhut Beberkan Aset Anas
Simalakama Mega-Jokowi!
Pak Jokowi Jadi Presiden, Ya
Agar baik dan menarik, “teorinya” begini. Pembuatan judul berita harus memenuhi
ketentuan:
1. Diambil dari informasi di dekat bagian atas berita, bagian terpenting berita;
2. Dipilih kata-kata yang memenuhi ruangan yang tersedia (untuk media cetak);
3. Biasanya kata benda diikuti kata kerja, atau Subjek-Predikat, mubtada-khobar, seperti
“BATIC Mengadakah Pelatihan Jurnalistik”. SALAH: Pelatihan Jurnalistik BATIC, ini baru
mubtada’ doang, blom ada khobar-nya. Ada apa dengan pelatihan jurnalistik BATIC?
4. Hampir harus selalu ditulis dalam kalimat “kejadian sekarang” (present tense), hindari
sekuat mungkin kata “telah” atau “sudah”, juga “akan”,
5. Nama seseorang hanya digunakan jika dia tokoh;
6. Hanya menggunakan tanda kutip tunggal;
7. Umumnya menghindari penggunaan singkatan;
8. Jelas atau tidak samar,
9. Menggunakan kalimat aktif, e.q. Acara Dihadiri Presiden, ubah jadi: Presiden Hadiri
Acara;
10. Hindari kalimat tanya. Masak, pembaca mau tahu informasi terbaru, malah ditanya!
Kumaha.
Dasar-Dasar Jurnalistik — Pengertian, ruang lingkup, produk, termasuk kode etik
jurnalistik.
1. Teknik Reportase — Observasi, Wawancara, Riset Data
2. Teknik Menulis Berita — Pengertian, unsur, nilai, etika, komposisi naskah.
3. Teknik Menulis Artikel
4. Teknik Menulis Feature
5. Fotografi Jurnalistik
6. Bahasa Jurnalistik
7. Manajemen Redaksi
8. Jurnalistik Online
9. Jurnalistik Radio
10. Jurnalistik Televisi
11. Kode Etik Jurnalistik
12. Teknik Wawancara
Wuih, banyak ya? Itu tadi, materi pelatihan jurnalistik tergantung waktu yang disediakan.
Makin lama waktunya, kian banyak materi yang bisa disampaikan.
Jika pelatihan jurnalistiknya sehari, saran saya materinya sebagai berikut:
08.00-08.30 Pembukaan
09.00-10.00 Dasar-Dasar Jurnalistik
10.00-12.00 Teknik Menulis Berita
12.00-13.00 Ishoma
13.00-14.00 Teknik Wawancara
14.00-15.00 Bahasa Jurnalistik
15.00-16.00 Kode Etik Jurnalistik
Itu dia gambaran materi pelatihan jurnalistik. Wasalam. (www.romeltea.com).*