Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH TENTANG AMENOREA HIPOGONADOTROPIN

MATA KULIAH KEPERAWATAN MATERNITAS II

Disusun Oleh :

DIAS ZUNOVA ANGGRAINI

NIM.1910031

PRODI STUDI S-1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA

TA. 2021/2022
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................................................2
BAB 1 Pendahuluan
1.1. Latar
Belakang...................................................................................................................3
1.2. Rumusan
Masalah..............................................................................................................3
1.3. Tujuan…………………………………………………………………………………
…4
1.4. Manfaat
Penulisan………………………………………………………………………..4
1. Manfaat pada pribadi……………………………………………………....4
2. Manfaat bagi pembaca……………………………………………………..4
BAB II Pembahasan
2.1. Definisi
Amenorea……………………………………………………………………….5
2.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi
amenorrhea………………………………………….5
1. Faktor Internal…………………………………………………………………….5
2. Faktor Eksternal…………………………………………………………………..6
2.3 Klasifikasi Amenorrhea………………………………………………………………….7
2.4 Etiologi…………………………………………………………………………………..7
2.5 Manifestasi Klinis……………………………………………………………………….8
2.6 Patifisiologi……………………………………………………………………………..8
2.7 Komplikasi………………………………………………………………………………9
2.8 Pemeriksaan Penunjang…………………………………………………………………9
2.9 Terapi Penanganan Amenorea……………………………………………………….....10
BAB III Konsep Asuhan Keperawatan
3.1. Pengkajian…………………………………………………………………………….11
3.2. Pemeriksaan Fisik……………………………………………………………………..11
3.3. Diagnosa Keperawatan………………………………………………………………..11
3.4. Intervensi Keperawatan……………………………………………………………….12
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan……………………………………………………………………………13
4.2. Saran…………………………………………………………………………………..13
1. Bagi Penulis……………………………………………………………………...13
2. Bagi Mahasiswa…………………………………………………………………13
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………,14

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “SISTEM
REPRODUKSI PADA GANGGUAN MENSTRUASI (AMENORREA
GONADOTROPIN)”.

Adapun makalah “MATA KULIAH KEPERAWATAN MATERNITAS II” ini telah


kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga
dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan

banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam

pembuatan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan
baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada
dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin member saran
dan kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah keperawatan maternitas ini


dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap
pembaca.

Surabaya , 16 Maret 2021.


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG.


Wanita normal akan mengalami siklus Menstruasi normal secara periodik sehingga
perubahan siklus mentsruasi yang tidak normal akan menggangu seorang wanita
terutama pada kondisi dimana haid atau dating bulang dating lebih sering, tidak teratur,
terjadi dalam siklus yang lebih lama, lebih pendek dan pada kondisi tertentu wanita
bahkan tidak haid sama sekali. Pada beberapa kondisi, gangguan haid bahkan dapat
mengakibatkan nyeri pada bagian perut dengan durasi panjang dan juga pendek.
Gangguan ini akan dialami alami seluruh wanita selam ahidup terutama pada masa
Reproduksi, Remaja, Sisi Peralihan dan Klimakterium.
Menurut Bobak, (2004) masa remaja disebut pula sebagai masa penghubung atau
masa peralihan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa yang di tandai dengan
perkembangan dan perubahan fisik, mental, emosional, termasuk perubahan hormonal
yang berpengaruh pada proses terjadinya menarche (pertama kali mendapat Menstruasi).
Usia gadis remaja pada saat menarche bervariasi, yaitu antara 10 – 16 tahun, tetapi rata-
ratanya 12,5 tahun. Statistik menunjukkan bahwa usia menarche dipengaruhi oleh faktor
keturunan, keadaan gizi, dan kesehatan umum. Dikatakan menacrhe dini (menarche
prekoks) apabila menarche terjadi sebelum usia 10 tahun disertai dengan munculnya
tanda-tanda seks sekunder sebelum usia 8 tahun. Dalam hal ini hipofisis oleh sebab yang
belum diketahui memproduksi hormon gonadotropin sebelum waktunya (Wiknjosastro,
2012).
Saat umur wanita di atas umur 16 tahun belum mengalami menstruasi ataupun
pada wanita yang sudah mengalami menstruasi tetapi setelah itu tidak mengalami
menstruasi kembali, maka kemungkinan wanita tersebut mengalami Amenorrhea. Dalam
tulisan ini, penulis akan membahas mengenai apa yang dimaksud Amenorrhea, yang
merupakan salah satu gangguan siklus menstruasi. klasifikasinya, bagaimana gejala
klinisnya, apa penyebabnya, sampai kepada pengobatan.

1.2. RUMUSAN MASALAH.


Berdasarkan uraian yang ditunjukkan pada latar belakang maka makalah ini disusun
dengan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana konsep dasar Amenorrhea ?
2. Apa saja klasifikasi amenorrhea ?
3. Apa penyebab terjadinya amenorrhea pada wanita usia reproduksi ?
4. Apakah amenorrhea dapat menyebabkan kemandulan pada wanita ?
5. Bagaimana patofisiologi amenorrhea ?
6. Bagaimana penerapan pengobatan yang tepat terkait amenorrhea ?

1.3. TUJUAN.
1. Mahasiswa/i mampu menjelaskan konsep dasar amenorrhea.
2. Mahasiswa/i mampu menjelaskan tentang definisi, etiologi, klasifikasi, penyebab,
patofisiologi, dan penerapan pengobatan terkait Amenorrhea.
3. Mahasiswa/i dapat menambah wawasan baru mengenai salah satu gangguan siklus
menstruasi pada wanita dan dapat dijadikan referensi sebagai bahan bacaan tambahan.

1.4. Manfaat Penulisan.


1. Manfaat pada pribadi :
a. Dapat mengenal lebih dalam lagi apa itu amenorrhea dan bagaimana konsep
dasarnya.
b. Dapat melatih kemampuan dalam menulis karya tulis ilmiah yang sesuai
dengan kaedah yang berlaku.
2. Manfaat bagi pembaca :
a. Mengetahui konsep dasar amenorrhea.
b. Mengetahui apa saja penyebab terjadinya amenorrhea.
c. Mengetahui bagaimana penerapan pengobatan yang benar terhadap
penderita amenorrhea.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi Amenorea


Haid (Menstruasi) adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus,
disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium. Panjang siklus Menstruasi ialah
jarak antara tanggal mulainya Menstruasi yang lalu dan mulainya Menstruasi
berikutnya. Hari mulainya perdarahan dinamakan hari pertama siklus. Panjang
siklus Menstruasi yang normal atau dianggap sebagai siklusMenstruasi yang klasik
ialah 28 hari, tetapi variasinya cukup luas, bukan saja antara beberapa wanita tetapi
juga pada wanita yang sama. Juga pada kakak beradik bahkan saudara kembar,
SiklusMenstruasi tidak terlalu sama. Dari pengamatan Hartman yang dikutip
dari Wiknjosastro (2012), panjang siklus yang biasa dijumpai ialah 25 – 32
hari.Lama Menstruasi biasanya antara 3 – 5 hari, ada yang 1 – 2 hari diikuti darah
sedikit-sedikit kemudian, ada yang sampai 7 – 8 hari. Pada setiap wanita biasanya
lama Menstruasi itu tetap. Jumlah darah yang keluar rata-rata ± 16 cc. Pada wanita
yang lebih tua biasanya darah yang keluar lebih banyak. Jumlah darah Menstruasi
yang lebih dari 80 cc di anggap patologik (Wiknjosastro, 2012).
Amenorrhea adalah keadaan tidak adanya haid untuk sedikitnya 3 bulan
berturut-turut. Lazim diadakan pembagian antara amenorrhea primer
dan amenorrhea sekunder. Kita berbicara tentang amenorrhea primer apabila
seorang wanita berumur 18 tahun keatas tidak pernah mendapat haid, sedang pada
amenorrhea sekunder penderita pernah mendapat haid, tetapi kemudian tidak dapat
lagi (Wiknjosastro,2008).
Amenorrhea adalah tidak ada atau berhentinya menstruasi secara abnormal
yang diiringi penurunan berat badan akibat diet penurunan berat badan dan nafsu
makan tidak sehebat pada anoreksianervosa dan tidak disertai problem psikologik
(Kumala, 2005).

2.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi amenorrhea.


1. Faktor Internal
a. Organ Reproduksi
Faktor yang mempengaruhi amenorrhea adalah vagina tidak tumbuh
dan berkembang dengan baru, rahim yang tidak tumbuh, indung telur
yang tumbuh. Tidak jarang ditemukan kelainan lebih kompleks pada
rahim atau rahim tidak tumbuh dengan sempurna. Kelainan ini disebut
ogenesis genitalis bersifat permanen artinya wanita tersebut tidak akan
mendapatkan haid selama-lamanya (Pardede, 2002).
b. Hormonal
Alat reproduksi wanita merupakan alat akhir (endogen) yang dipengaruhi
oleh sistem hormonal yang komplek. Rangsangan yang datang dari luar
masuk dipusat panca indra diteruskan melalui Striaeterminalis menuju pusat
yang disebut “Puberitas Inhibitor” dengan hambatan tersebut tidak terjadi
rangsangan terhadap hypotalamus, yang akan memberikan rangsangan pada
“Hipofise Pars Posterior” sebagai “Mother of Glad” (Pusat kelenjar
-kelenjar). Rangsangan yang terus menerus datang di tangkap panca indra,
dengan makin selektif dapat lolos menuju hypotalamus dan selanjutnya terus
menuju hipofise anterior (depan) mengeluarkan hormon yang dapat
merangsang kelenjar untuk mengeluarkan hormon yang dapat merangsang
kelenjar untuk mengeluarkan hormon spesifiknya yaitu kelenjar tyroid
memproduksi hormon tiroksin, kelenjar indung telur memproduksi hormon
estrogen dan progesteron, sedangkan kelenjar adrenal menghasilkan hormon
adrenalin. Pengeluaran hormon spesifik sangat penting untuk tumbuh
kembang mental dan fisik (Pardede, 2002).
c. Penyakit.
Beberapa penyakit kronis yang menjadi penyebab terganggunya siklus
haid, Kanker payudara dan lain-lain. Kelainan ini menimbulkan berat
badan yang sangat rendah sehingga datangnya haid akan terganggu
(Suhaemi, 2006).
2. Faktor Eksternal
a. Status Gizi.
Kecukupan pangan yang esensial baik kualitas maupun kuantitas
sangat penting untuk siklus menstruasi. Setiap orang dalam siklus
hidupnya selalu membutuhkan dan mengkonsumsi berbagai bahan
makanan yang mengandung zat gizi. Zat gizi mempunyai nilai yang
sangat penting yaitu untuk memelihara proses tubuh dalam
pertumbuhan dan perkembangan (Soetjiningsih, 2004).
b. Gaya Hidup.
Gaya hidup terutama perilaku makan dengan porsi yang cukup dan
sesuai jadwal serta mengandung gizi seimbang ( 4 sehat 5 sempurna)
dapat menyebabkan kondisi tubuh terasa fit dan terhindar dari
kekurangan gizi sehingga siklus menstruasi berjalan normal
(Soetjiningsih, 2002).

2.3. Klasifikasi Amenorrhea.


Klasifikasi amenorrhea adalah sebagai berikut :
1. Amenorrhea primer.
Amenorrhea primer mengacu pada masalah ketika wanita muda
yang berusia lebih dari 16 tahun belum mengalami menstruasi tetapi
telah menunjukkan maturasi seksual, atau menstruasi mungkin tidak
terjadi sampai usia 14 tahun tanpa disertai adanya karakteristik seks
sekunder.
2. Amenorrhea sekunder.
Amenorrhea sekunder adalah tidak adanya haid selama 3 siklus atau
6 bulan setelah menstruasi normal pada masa remaja, biasanya
disebabkan oleh gangguan emosional minor yang berhubungan
dengan berada jauh dari rumah, masuk ke perguruan tinggi,
ketegangan akibat tugas-tugas. Penyebab kedua yang paling umum
adalah kehamilan, sehingga pemeriksaan kehamilan harus dilakukan.

2.4.Etiologi.

Penyebab Amenorrhea secara umum adalah :


1. Hymen Imperforata : Selaput darah tidak berlubang sehingga darah
menstruasi terhambat untuk keluar.
2. Menstruasi Anavulatori : Rangsangan hormone – hormone yang tidak
mencukupi untuk membentuk lapisan dinding rahim sehingga tidak terjadi
haid atau hanya sedikit.
a. Disfungsi Hipotalamus : kelainan organik, psikologis, penambahan
berat badan.
b. Disfungsi hipofise : tumor dan peradangan.
c. Disfungsi Ovarium : kelainan congenital, tumor.
d. Endometrium tidak bereaksi.
3. Penyakit lain : penyakit metabolik, penyakit kronik, kelainan gizi,
kelainan hepar dan ginjal.

2.5.Manifestasi Klinis.

a. Tanda dan gejala yang muncul diantaranya :

1. Tidak terjadi haid.

2. Produksi hormon estrogen dan progesteron menurun.

3. Nyeri kepala.

4. Badan lemah.

b. Tanda dan gejala tergantung dari penyebabnya :

1. Jika penyebabnya adalah kegagalan mengalami pubertas, maka tidak


akan ditemukan tanda – tanda pubertas seperti pembesaran payudara, pertumbuhan rambut
kemaluan dan rambut ketiak serta perubahan bentuk tubuh.

2. Jika penyebanya adalah kehamilan, akan ditemukan morning sickness


dan pembesaran perut.

3. Jika penyebabnya adalah kadar hormon tiroid yang tinggi maka


gejalanya adalah denyut jantung yang cepat, kecemasan, kulit yang hangat dan lembab.

4. Sindroma Cushing menyebabkan wajah bulat ( moon face ), perut


buncit, dan lengan serta tungkai yang lurus.

2.6. Patifisiologi.
Disfungsi hipofise terjadi gangguan pada hipofise anterior gangguan dapat

berupa tumor yang bersifat mendesak ataupun menghasilkan hormone yang membuat
menjadi terganggu. Kelainan kompartemen IV (lingkungan) gangguan pada pasien ini
disebabkan oleh gangguan mental yang secara tidak langsung menyebabkan terjadinya
pelepasan neurotransmitter seperti serotonin yang dapat menghambat pelepasan
gonadrotropin.Kelainan ovarium dapat menyebabkan amenorrhea primer maupun sekuder.

Amenorrhea primer mengalami kelainan perkembangan ovarium


(gonadal disgenesis ). Kegagalan ovarium premature dapat disebabkan kelainan genetic
dengan peningkatan kematian folikel, dapat juga merupakan proses autoimun dimana folikel
dihancurkan. Melakukan kegiatan yang berlebih dapat menimbulkan amenorrhea
dimana dibutuhkan kalori yang banyak sehingga cadangan kolesterol tubuh habis dan
bahan untuk pembentukan hormone steroid seksual (estrogen dan progesteron) tidak
tercukupi. Pada keadaaan tersebut juga terjadi pemecahan estrogen berlebih untuk mencukupi
kebutuhan bahan bakar dan terjadilah defisiensi estrogen dan progesteron yang
memicu terjadinya amenorrhea.Pada keadaan latihan berlebih banyak dihasilkan endorphin
yang merupakan derifat morfin.Endorphin menyebabkan penurunan GnRH sehingga estrogen
dan progesterone menurun.Pada keadaan tress berlebih cortikotropin
realizinghormone dilepaskan. Pada peningkatan CRH terjadi opoid yang dapat
menekan pembentukan GnRH.

2.7. Komplikasi.

Komplikasi yang paling ditakutkan adalah infertilitas. Komplikasi lainnya


adalah tidak percaya dirinya penderita sehingga dapat mengganggu kompartemen IV dan
terjadilah lingkaran setan terjadinya amenorrhea.Komplikasi lainnya muncul gejala-gejala
lain akibat hormone seperti osteoporosis.

2.8. Pemeriksaan Penunjang.

Pada amenorrhea primer, apabila didapatkan adanya perkembangan


seksual sekunder maka diperlukan pemeriksaan organ dalam reproduksi (indung telur, rahim,
perlekatan dalam rahim) melalui pemeriksaan :

1. USG. Histerosalpingografi.
2. Histeroskopi, dan.
3. Magnetic Resonance Imaging (MRI).
Apabila tidak didapatkan tanda-tanda perkembangan seksualitas sekunder maka
diperlukan pemeriksan kadar hormon FSH dan LH.
a. Setelah kemungkinan kehamilan disingkirkan pada amenorrhea sekunder, maka
dapat dilakukan pemeriksaan Thyroid Stimulating Hormone (TSH) karena kadar
hormon prolaktin dalam tubuh.
b. Selain itu, kadar hormon prolaktin dalam tubuh juga perlu diperiksa.
Apabila kadar hormon TSH dan prolaktin normal, maka Estrogen / Progesterone
Challenge Test adalah pilihan untuk melihat kerja hormon estrogen terhadap
lapisan endometrium alam rahim. Selanjutnya dapat dievaluasi dengan MRI.
2.9. Terapi Penanganan Amenorea.
Pengobatan yang dilakukan sesuai dengan penyebab dari amenorrhea
yang dialami, apabila penyebabnya adalah obesitas, maka diet dan olahraga
adalah terapinya. Belajar untuk mengatasi stress dan menurukan aktivitas fisik
yang berlebih juga dapat membantu. Terapi ameno rhea diklasifikasikan
berdasarkan penyebab saluran reproduksi atas dan bawah, penyebab indung
telur, dan penyebab susunan saraf pusat.
Amenorrea hipogonadotropik menggambarkan masalah pada aksis
hipotalamus- hipofisis pusat. Pada kasus yang jarang, lesi hipofisis atau
ketidakmampuan genetik dalam memproduksi FSH dan LH menjadi
penyebabnya. Lebih umum terjadi, hal ini disebabkan oleh supresi hipotalamus
sebagai akibat dai dua pengaruh utama : Stres (dirumah, sekolah atau tempat
kerja) atau rasio bentuk tubuh yang tidak tepat bagi wanita tersebut, terutama
selama periode pertumbuhan normal (Lobo,2007d). Amenorrea yang
berhubungan dengan olah raga dapat terjadi pada wanita yang melakukan
aktivitas fisik/atletik yang berat dan berhubungan dengan faktor : komposisi
tubuh (tinggi, bb,persentase lemak tubuh), jenis, intensitas dan frekwensi
olahraga, status nutrisi, dan adanya stresor emosional atau fisik (lobo).
Pengkajian terhadap amenorrea mulai dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik
menyeluruh. Langkah awal yang penting adalah memastikan bahwa waniita
tersebut tidak hamil.
Komponen spesifik dari proses pengkajian bergantung pada usia
wanita remaja, dewasa muda, atau perimenopause dan apakah ia pernah
menstruasi sebelumnya. Perawat dan wanita secara bersama-sama merencanakan
bagaimana mengurangi atau menghentikan pengobatan yang diketahui dapat
mempengaruhi menstruasi, memperbaiki berat badan yang hilang, mengatasi
stres psikologis secara lebih efektif dan mengeliminasi penyalahgunaan zat.
Latihan menarik napas panjang dan tehnik relaksasi merupakan usaha yang
sederhana namun efektif dalam mengurangi stres. Rujukan untuk terapi
biofeedback (terapi pengontrolan terhadap tubuh sendiri) atau pijat juga dapat
berguna. Pada beberapa kasus, rujukan untuk psikoterapi diperlukan.

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1. Pengkajian.
Anamnesis : Anamnesis yang akurat berhubungan dengan pertumbuhan
dan perkembangan sejakkanak-kanak, termasuk tinggi badan dan usia
saat pertama kali mengalami pertumbuhan payudara dan pertumbuhan
rambut emaluan. Dapatkan pula informasi anggota keluarga yang lain
(ibu dan saudara wanita) mengenai usia mereka pada saat menstruasi
pertama, informasi tentang banyaknya perdarahan, lama menstruasi dan
periode menstruasi terakhir, juga perlu untuk ditanyakan. Riwayat
penyakit kronis yang pernah diderita, trauma, operasi, dan pengobatan
juga penting untuk ditanyakan. Kebiasaan-kebiasaan dalam kehidupan
seksual, penggunaan narkoba, olahraga, diit, situasi dirumah dan sekolah
dan kelainan psikisnya juga penting untuk dianyakan.

3.2. Pemeriksaan Fisik


Pada pemeriksaan fisik yang pertama kali diperiksa adalah tanda-tanda
vital dan juga termasuk tinggi badan, berat badan dan perkebangan
seksual. Pemeriksaan yang lain adalah :
1. Keadaan payudara.
2. Keadaan rambut kemaluan dan genetalia eksternal.
3. Keadaan vagina.
4. Uterus : bila uterus membesar kehamilan bisa diperhitungkan.
5. Servik : periksa lubang vagina.
3.3. Diagnosa Keperawatan.
1. Cemas berhubungan dengan krisis situasi.
2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi yang
didapat. tentangpenyakitnya (amenorrhea).
3. Gangguan konsep diri : HDR yang dihubungkan dngan
ketidaknormalan. (amenorrhea primer).
4. Isolasi sosial yang dihubungkan dengan harga diri rendah.
5. Perubahan proses keluarga brhubungan dengan komuniksi yang tidak
efektif dalam keluarga.
6. Koping keluarga tidak efektif berhubungnan dengan komunikasi yang
tidak.
7. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan penyakitnya,
perubahan proses keluarga.
8. Berduka antisipasi dapat dihubungkan dengan infertilitas.

3.4. Intervensi Keperawatan.


1. Cemas berhubungan dengan krisis situasi
Kriteria hasil :
a. Cemas berkurang.
b. Tidak menunjukan perilaku agresif.

Intervensi :
1. Kaji tingkat kecemasan : ringan, sedang, berat,
panic.
2. Berikan kenyamanan dan ketentraman hati.
3. Beri dorongan pada pasien untuk
mengungkapkan pikiran dan perasaan untuk
mengeksternalisasikan kecemasan.
4. Anjurkan distraksi seperti nonton tv, dengarkan
radio, permainan untuk mengurangi kecemasan.
5. Singkirkan stimulasi yang berlebihan.

2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi yang


didapat tentang penyakitnya (amenorrhea).
Kriteria hasil : pasien mengetahui tentang penyakitnya.
Intervensi :
1. Mengkaji tingkat pengetahuan pasien tentang
penyakit yang dideritanya.
2. Memberikan pengajaran sesuai dengan tingkat
pemahaman pasien.
3. Memberikan informasi dari sumber-sumber
yang akurat dan dapat dipertanggung jawabkan.

3.Gangguan konsep diri : HDR yang dihubungkan dengan ketidak


normalan (amenorrhea primer).

Kriteria hasil : Mengungkapkan penerimaan diri secara verbal.

Intervensi
1. Tetapkan hubungan saling percaya perawat dan
pasien.
2. Cipakan batasan terhadap pengungkapan
negative.
3. Bantu untuk mengidentifikasi respon positif
terhadap orang lain.
4. Bantu penyusunan tujuan yang realitas untuk
mencapai harga diri rendah yang tinggi.
5. Berikan penghargaan dan pujian terhadap
pengembangan pasien dalam pencapaian tujuan.

4.Isolasi social yang dihubungkan dengan harga diri rendah.


Kriteria hasil :
1. Melaporkan adanya interaksi dengan teman dekat, tetangga,
atau masyarakat.
2. Memulai berhubungan dengan orang lain.

Intervensi
1. Bina hubungan saling percaya.
2. Bantu pasien untuk membedakan antara
persepsi dengan kenyataan.
3. Identifikasi dengan pasien faktor-faktor yang
berpengaruh pada perasaan isolasi social.
4. Dukung hubungan dengan orang lain yang
mempunyai ketertarikan dengan tujuan yang
sama.
5. ) Dukung pasien untuk mengubah lingkungan
seperti pergi jalan-jalan.

5.Perubahan proses keluarga berhubungan dengan komunikasi yang


tidak efektif dalam keluarga.
Kriteria hasil :
1. Memahami peran dalam peran keluarga.
2. Berfungsi untuk saling memberikan dukungan kepada setiap
anggota keluarga.

Intervensi
1. Bantu keluarga dalam mengidentifikasi
perilaku yang mungkin menghambat
pengobatan yang dianjurkan.
2. Bantu keluarga dalam mengidentifikasi
kekuatan personal.
3. Dukung keluarga untuk menyatakan perasaan
dan masalahnya secara verba.
4. Pertahankan ritual / rutinitas keluarga missal
makan bersama, membuat keputusan keluarga.
5. Berikan penguatan positif terhadap
penggunaan mekanisme koping yang efektif.

6.Koping keluarga tidak efektif berhubunga dengan komunikasi yang


tidak efektif dalam keluarga.
Kriteria hasil :
1. Anggota keluarga akan.
a. Menyadari kebutuhan unit keluarga/
b. Mulai menunjukan keterampilan interpersonal yang
efektif.
c. Menggunakan strategi penelesaian masalah yang lebih
fleksibel.
Intervensi
1. Tingkatkan hubungan saling percaya,
keterbukaan dalam keluarga.
2. Anjurkan pasien / keluarga untuk berfokus
pada aspek positif dari siuasi pasien,
3. Bantu keluarga dalam megambil keputusan
dan memecahkan masalah.
4. Beri dorongan dalam keluarga untuk
menyadari perubahan pada hubungan
interpersonal.
5. Gali dampak nilai yang berkonflik / gaya
koping dalam hubungan keluarga.

7.Koping individu tidak efektif berhubungan dengan penyakitnya,


perubahan proses keluarga.
Kriteria hasil :
a. Mengungkapkan perasaan – perasaan yang berhubungan
dengan emosional.
b. Mengidentifikasi pola koping personal.

Intervensi
1. Bina hubungan saling percaya.
2. Membantu pasien dalam mengidentifikasi
kekuatan personal.
3. Instruksikan individu untuk melakukan tekhnik
relaksasi.
4. Kaji status koping individu yang ada.

8.Berduka antisipasi dapat dihubungkan dengan infertilitas.


Kriteria hasil :
a. Mengekspresikan rasa berduka.
b. Membagi rasa berduka dengan orang – orang terdekat.

Intervensi
1. Siapkan individu dan keluarga untuk
menghadapi reaksi berduka.
2. Tingktkan proses berduka dengan masing –
masing respon.
3. Tetapkan hubungan saling percaya pasien /
perawat.
4. Dorong individu untuk berbagi rasa
keprihatinan, ketakutan.

BAB IV

PENUTUP
4.1. KESIMPULAN
Amenorrhea adalah istilah medis untuk tidak adanya periode menstruasi,
baik secara permanen atau sementara. Amenorrhea dapat diklasifikasikan sebagai
primer atau sekunder. Dalam amenorrhea primer, periode menstruasi tidak pernah
dimulai (berdasarkan umur 16), sedangkan amenorrhea sekunder didefinisikan
sebagai tidak adanya menstruasi selama tiga siklus berturut-turut atau jangka waktu
lebih dari enam bulan pada wanita yang sebelumnya menstruasi. Siklus menstruasi
dapat dipengaruhi oleh banyak faktor internal seperti perubahan sementara di tingkat
hormonal, stres, dan penyakit, serta faktor eksternal atau lingkungan.
Siklus menstruasi normal terjadi karena perubahan kadar hormon dibuat dan
dikeluarkan oleh indung telur. Ovarium merespon sinyal hormon dari kelenjar
pituitari yang terletak di dasar otak, yang, pada gilirannya, dikendalikan oleh hormon
yang diproduksi di hipotalamus otak. Pengobatannya dapat berupa
pemeriksaan USG, Histerosalpingografi, Histeroskopi, dan Magnetic Resonance
Imaging (MRI).

4.2. SARAN
4.2.1 Bagi Penulis.
Diharapkan makalah ini dapat dijadikan acuan atau pedoman dalam
memberikan informasi tentang kesehatan reproduksi pada remaja khususnya
tentang gangguan menstruasi yaitu Amenorrhea.
4.2.2 Bagi mahasiswa.
Diharapkan makalah ini dapat menjadi pedoman dan pertimbangan untuk
meningkatkan pengetahuan tentang konsep dasar amenorrhea dan bagaimana
cara penanganannya.

DAFTAR PUSTAKA
http://loungegadis.blogspot.com/2016/04/contoh-makalah-kesehatan-amenorrhea.html

Deitra Leonard Lowdermik,RNC, PhD, FAAN, Shannon E. Perry, RN, CNS, PhD, FAAN
dan Kitty Cashion, RN, BC, MSN (2013), Keperawatan Maternitas edisi 8, Elsevier
(Singapore) Pte Ltd.

Carpenito, Lynda Juall.2000.Buku Saku Diagnosa Keperawatan.Jakarta : EGC

Difa Danis. Kamus Kedokteran. Gitamedia Press.

Knight, Jhon. F. 1997. Wanita Ciptaan Ajaib Beberapa Gangguan Sistem Tubuh dan
Perawatannya. Bandung : Indonesia Pubershing House.

Wilkinson M.2006. Buku Saku Diagnosis.

Anda mungkin juga menyukai