Anda di halaman 1dari 32

ADRENOKORTIKOTROPIN (ACTH)

dan
KORTIKOSTEROID
YUNITA IMANDA , M.BIOMED,APT
ADRENOKORTIKOTROPIN (ACTH)
• Terdiri dari 39 asam amino
• Sekresi ACTH diatur oleh mekanisme umpan
balik negatif hormone korteks adrenal
(terutama kortisol) dalam darah dan oleh
corticotrophin releasing hormone (CRH) yang
diproduksi di hipotalamus
• Sekresi ACTH juga dipengaruhi oleh berbagai
rangsang saraf yang sampai pada medians
eminens hipotalamus melalui serabut aferen
dan menyebabkan keluarnya CRH.
• Kadar kortisol darah dalam keadaan basal
mengalami alun (variasi) diurnal
Farmakokinetika AcTH
• ACTH tidak efektif bila diberikan per-oral
karena akan dirusak oleh enzim proteolitik
dalam saluran cerna.
• Pada pemberian IM, ACTH diabsorbsi dengan
baik
• Besarnya efek ACTH pada korteks adrenal
tergantung dari cara pemberiannya.
Mekanisme kerja AcTH
Indikasi Adrenokortikotropin (ACTH)

• Digunakan untuk membedakan antara


insufisiensi adrenal primer dan sekunder
• Pada insufisiensi sekunder gangguan terletak
di kelenjar hipófisis sehingga pemberian ACTH
akan menyebabkan peninggian kadar kortisol
darah
• ACTH masih digunakan antara lain untuk
mengatasi: neuritis optika, miastenia gravis,
dan sklerosis multipe
Efek Samping AcTH : peningkatan sekresi hormon
korteks adrenal, reaksi hipersensitivitas( ringan
sampai syok )

Sediaan
Kortikotropin USP, larutan steril untuk pemakaian IM atau IV.
Kortikotropin repositoria, merupakan larutan ACTH murni dalam
gelatin
Injeksi IM atau SK, dengan dosis 40 unit, diberikan sekali sehari.
Kortikotropin seng hidroksida USP, suspensi untuk pemberian IM,
dengan dosis 40 unit, diberikan sekali sehari.
Kosintropin, péptida sintetik yang dapat diberikan IM atau IV, dosis
0,25 mg ekivalen dengan 25 unit.
ADRENOKORTIKOSTEROID
DAN
ANALOG SINTETIKNYA
SEKRESI HORMON AcTH

Korteks adrenal Glomelurosa

Kortisol Aldosteron
& Kortikosteron

Regulasi
Homeostatis
tekanan darah
tubuh
Mekanisme kerja Kortikosteroid
 Kortikosteroid bekerja dengan memengaruhi
kecepatan sintesis protein.
 Molekul hormone memasuki sel melewati membrane
plasma secara difusi pasif bereaksi dengan reseptor
protein yang spesifik dalam sitoplasma sel dan
membentuk kompleks reseptor-steroid. Kompleks ini
mengalami perubahan konformasi, lalu bergerak
menuju nucleus dan berikatan dengan kromatin.
 Ikatan ini menstimulasi transkripsi RNA dan sintesis
protein spesifik. Induksi sintesis protein ini akan
menghasilkan efek fisiologik steroid.
• Pada beberapa jaringan, misalnya hepar,
hormone steroid merangsang transkripsi dan
sintesis protein spesifik.
• Pada jaringan lain, misalnya sel limfoid dan
fibroblast hormone steroid merangsang
sintesis protein yang sifatnya menghambat
atau toksik terhadap sel-sel limfoid, hal ini
menimbulkan efek katabolik.
Efek Farmakodinamik Kortisol
• Berpengaruh pada metabolisme karbohidrat,
protein, dan lemak, dan memperngaruhi
fungsi sistem kardiovaskuler, ginjal, otot lurik,
sistem saraf, dan organ lain.
• Bersifat homeostatis
• Fenomena dose dependent
• Efek farmakologi kortisol dibagi dalam 2
kelompok yaitu efek glukokortikoid dan efek
mineralokortikoid
Efek glukokortikoid
• Efek antiinflamasi
• Daya imunosupresif dan antialergi
• Peningkatan glukoneogenesis dan efek
katabolisme
• Pengubahan bagian lemak (moon face) dan
(‘buffalo hump”)
Efek mineralkortikoid

• Terdiri dari retensi air dan natrium, sedangkan


kalium ditingkatkan ekskresinya.
Farmakokinetika Kortisol

• Kortisol dan analog sintetisnya diabsorbsi baik scr


per oral
• Untuk mencapai kadar tinggi dengan cepat dalam
cairan tubuh, ester kortisol dan derivat sintetiknya
diberikan secara IV.
• Untuk mendapatkan efek yang lama kortisol dan
esternya diberikan secara IM.
• Perubahan struktur kimia sangat memengaruhi
kecepatan ADME
• Glukokortikoid dapat diabsorpsi melalui kulit,
mukosa konjungtiva dan ruang synovial.
– Penggunaan jangka panjang atau pada daerah kulit
yang luas dapat menyebabkan efek sistemik, antara lain
supresi korteks adrenal.
• Absorbsinya secara rectal sangat berbeda-beda
– umumnya senyawa dinatriumfosfat paling baik
penyerapannya, maka banyak digunakan sebagai
klisma pada colitis dan radang rectum (proctitis).
– betametason dipropionat dengan kerja local sangat kuat
dan efek sistemis agak ringan.
• Biotransformasi steroid terjadi di dalam dan di luar
hati. Dalam bentuk metabolit senyawa inaktif atau
berpotensi rendah
• Diekskresi dalam urin, sedangkan di feses dan
empedu hampir tidak ada
Indikasi glukokortikoid
A. Terapi substitusi
– Digunakan pada insufisiensi adrenal, seperti pada penyakit
Addison yang bercirikan rasa letih, kurang tenaga dan otot lemah
akibat kekurangan kortisol.
– Dalam hal ini, diberikan hidrokortison karena efek mineralnya
paling kuat.
B. Terapi non spesifik
– Berdasarkan khasiat antiradang, daya imunosupresif, daya
menghilangkan rasa tidak enak (malaise) serta memberikan
perasaan nyaman dan segar pada pasien (sense of well being).
– Untuk ini biasanya digunakan predniso(lo)n, triamsinolon,
deksametason, dan betametason dengan kerja mineralokortikoid
yang dapat diabaikan. Terapi nonspesifikdisamping secara oral
yang diminum dalam satu dosis pagi hari mengikuti ritme
circadian dan parenteral juga banyak digunakan secara lokal.
Penggunaan terapi Glukokortikoid secara per oral :
a. Asma hebat yang akut atau kronis, misalnya pada status
asthmaticus, kerjanya lebih lambat daripada β2-mimetika.
Inhalasi (spray, aerosol) merupakan terapi baku (standar) pada
asma kronis, umumnya bersama suatu β2-mimetikum.
b. Radang usus akut (colitis ulcerosa, penyakit Crohn)
c.Penyakit auto-imun, dimana sistem imun terganggu dan
menyerang jaringan tubuh sendiri. Kortikoid menekan reaksi
imun dan meredakan gejala penyakit, misalnya pada rematik ,
MS (multiple sclerosis), SLE (systemic lupus erythematosus),
scleroderma, anemia hemolitis, colitis dan penyakit Crohn.
d. Sesudah transplantasi organ, bersama siklosporin
dan azatioprin untuk mencegah penolakannya oleh
sistem imun tubuh.
e. Kanker, bersama onkolitika dan setelah radiasi X-
ray, untuk mencegah pembengkakan dan udema
(khususnya deksametason).
Penggunaan Glukokortikoid dalam
Terapi
Peradangan mata (conjungtivitis, keratitis, blepharitis).
Obat yang digunakan untuk terapi singkat adalah hidrokortison,
prednisolon, deksametason, betametason dan fluormetolon.
Obat-obat ini memiliki aktivitas relatif lemah dan tidak atau
sedikit diserap ke dalam darah.
Risiko dan efek sampingnya (katarak dan glaucoma) maka
tidak boleh digunakan pada gangguan mata lain (gatal-gatal,
mata merah).
Peradangan telinga (otitis media dan otitis externa kronis)
adakalanya terkombinasi dengan antibiotika.
Peradangan mukosa hidung (rhinitis), pilek, dan polip
untuk menghambat atau mencegah pertumbuhannya,
digunakan dalam bentuk spray hidung.
Pengembangan dan udema bronchi pada asma.
Dalam bentuk aerosol-berdosis dengan
beklometason, budesonida, dan flutikason
disemprotkan ke dalam tenggorok dan berefek local di
bronchi.
Rektal pada wasir yang meradang.
hidrokortison atau triamsinolon dikombinasi dengan
anestetik local umumnya lidokain.
Sebagai lavemen/klisma mengandung betametason
atau prednisolon, digunakan pada radang usus besar
(colitis ulcerosa).
Peradangan sendi (bursitis dan synovitis), secara
intra-artikuler (diantara sendi-sendi) disuntikkan
hidrokortison atau triamsinolon guna mencapai efek
lokal.
Dermal (eksim, dermatitis, psoriasis (penyakit sisik)
dan prurigo (bintil-bintil gatal )
Aktivitasnya tergantung pada kekuatan obat, kadar
obat, daya penetrasike kulit, basis salep, cara
penggunaan dan adanyazat tambahan
Efek Samping Glukokortikoid
Dapat timbul bila Dosis >50 mg sehari atau dosis
setaraf dengan derivate sintetisnya
Efek ini menyerupai gejala dari suatu gangguan yang
disebabkan oleh produksi kortisol faal berlebihan
(sindroma Cushing)
Kaki-tangan gemuk (bagian atas), terjadi penumpukan
lemak di bahu dan tengkuk.
Kulit menjadi tipis, lebih mudah terluka, dan timbul
garis kebiru-biruan (striae).
3 kelompok efek samping berdasarkan khasiat faali
pokoknya :
 Efek glukokortikoid
 Efek mineralokortikoid
 Efek umum.
Efek samping
Glukokortikoid Mineralkortikoid

• Imunosupresi
• Hipokalemia
• Myopati steroid
• Osteoporosis • Udema dan berat badan
• Menghambat meningkat karena
pertumbuhan retensi garam dan air
• Atrofia kulit (striae)
• hipertensi dan gagal
• Diabetogen jantung
• Sindroma cushing
• antimitosis
Efek umum adalah:
1) Efek sentral (atas SSP) berupa gelisah, rasa takut, sukar
tidur, depresi, dan
psikosis. Gejala euphoria dengan ketergantungan fisik dapat
pula terjadi.
2) Efek androgen, seperti acne, hirsutisme, dan gangguan haid.
3) Katarak (bular mata) dan naiknya tekanan intraokuler
(glaucoma), juga bila
digunakan sebagai tetes mata. Risiko glaucoma meningkat.
4) Bertambahnya sel-sel darah: eritrositosis dan granulositosis.
5) Bertambahnya nafsu makan dan berat badan.
6) Reaksi hipersensitivitas.
Interaksi glukokortikoid
NSAID’s : efek ulcerogen dapat diperkuat
Zat-zat inductor enzim, seperti fenobarbital, fenitoin,
karbamazepin, dan rifampisin dapat menurunkan
efek glukokortikoida.
Estrogen justru memperkuat daya kerjanya.
Anti-koagulansia efeknya dapat diperkuat
menyebabkan risiko akan perdarahan meningkat.
Sediaan kortikosteroid
 Sediaan kortikosteroid dapat diberikan oral,
parenteral (IV, IM, intrasinovial dan intralesi) dan
topikal pada kulit atau mata (salep, Krim, losio) atau
aerosol melalui jalan nafas.
 Pada semua cara pemberian topikal kortikosteroid
dapat diabsorbsi dalam jumlah cukup untuk
menimbulkan efek sistemik dan menyebabkan
penekanan adrenokortikosteroid.
TERIMA KASIH
&
SELAMAT BELAJAR

Anda mungkin juga menyukai