Anda di halaman 1dari 16

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam


mengumpulkan data penelitiannya (Arikuonto, 2010 : 203). Pendekatan kuantitatif
dipilih sebagai pendekatan penelitian. Penelitian dengan menggunakan
pendekatan kuantitatif memungkinkan variabel diukur dengan instrumen-
instrumen penelitian sehingga data yang terdiri dari angka-angka dapat dianalisis
berdasarkan prosedur-prosedur stastistik (Creswell, 2016 : 5). Selaras dengan itu,
Sukmadinata (2012 : 53) mengungkapkan bahwa maksimalisasi objektivitas
desain penelitian ini dilakukan dengan menggunakan angka-angka pengolahan
statistik, struktur, dan percobaan terkontrol. Sugiyono (2017 : 7) mengatakan
metode penelitian kuantitatif sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada
filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,
teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random,
pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat
kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan. Metode ini sebagai metode ilmiah atau scientific karena telah
memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit/empiris, obyektif, terukur, rasional
dan sistematis.

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasional. Craswell


(2012:338) menjelaskan korelasional adalah prosedur dalam penelitian kuantitatif
di mana penelitian mengukur tingkat asosiasi (atau hubungan) antara dua atau
lebih variabel dengan menggunakan prosedur statistik analisis korelasional. Jenis
korelasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah Eksplanatorik/
Eksplanatif, dimana penelitian ini mengacu pada sejauh mana dua variabel atau
lebih itu berkovariasi, artinya perubahan yang terjadi pada salah satu variabel itu
terefleksi dalam perubahan pada variabel lainnya (Creswell, 2015:669). Penelitian
Eksplanatif ini juga dilakukan untuk mengkaji hubungan antarvariabel yang
dihipotesiskan, artinya menggambarkan hubungan antara dua variabel atau lebih
untuk mengetahui apakah suatu variabel berasosiasi atau tidak dengan variabel
lainnya, atau apakah suatu variabel disebabkan atau dipengaruhi atau tidak oleh
variabel lainnya (Framanik, 2019:75).

B. Lokasi, Populasi, sampel penelitian


1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di MAN 5 Ciamis yang beralamat di Jl. Sukajadi no.4
desa maparah kec.panjalu kab. Ciamis. Pada tahun ajaran 2021/2022. Subjek
dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas X, Xi, XII. Alasan pemilihan lokasi
penelitian adalah karena MAN 5 Ciamis merupakan tempat penulis melaksanakan
Program Pengenalan Lapangan Persekolahan II Bimbingan dan Konseling (PPLP
II-BK) yang memungkinkan untuk melaksanakan studi pendahuluan. Sebelum
penulis menyimpulkan peserta didik di MAN 5 Ciamis, penulis menemukan
berbagai gejala yang mengindikasikan adanya pelanggaran moral yang terjadi di
MAN 5 Ciamis.

2. Populasi

Populasi penelitian merupakan seluruh subjek penelitian. Populasi


merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang memunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2017: 80). Adapun partisipan
pada penelitian ini yaitu seluruh siswa di MAN 5 Ciamis tahun ajaran 2021/2022
yang diuraikan sebagai berikut :
Jumlah Populasi

Siswa MAN 5 Ciamis Tahun Ajaran 2021/2022

No. Kelas Jumlah

1. X 80

2. XI 81

3. XII 81

Jumlah 242

3. Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2017 : 81). Menurut Sukmadinata (2012),
pengambilan sampel merupakan proses pemilihan dan penentuan jenis sampel dan
perhitungan besarnya sampel yang akan menjadi subjek atau objek penelitian.
Sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili),
agar dapat menggambarkan populasi.

Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel (Sugiyono, 2017 :


81). Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Probability
sampling. Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang
memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih
menjadi anggota partisipan. Simple random sampling dipilih sebagai teknik yang
akan digunakan. Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota
sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada
dalam populasi itu (Sugiyono, 2017 : 82). Cara ini dilakukan karena anggota
populasi homogen. Dengan pengacakan (randomized), sampel sampel yang paling
representatif akan memungkinkan peneliti untuk melakukan generalisasi terhadap
suatu populasi (Creswell, 2016 : 211).
Menentukan jumlah sampel dari populasi berdasarkan rumus yang
dikembangkan oleh Isaac dan Michael, untuk tingkat kesalahan 1%. Rumus untuk
menghitung ukuran sampel dan populasi yang diketahui jumlahnya adalah sebagai
berikut :

s = Jumlah sample

N = Jumlah populasi

λ2 = Chi Kuadrat, dengan dk = 1, taraf kesalahan 1%, 5% dan 10%

d = 0,05

P = Q = 0,5

Maka setelah dilakukan perhitungan peneliti dapat mengambil jumlah


sampel dari populasi 242 siswa minimal sebanyak 182 siswa. Pengambilan
sampel pada penelitian ini menggunakan probability sampling dengan teknik
random sampling. Dilihat dari gambar berikut :

Populasi Sampel yang


Homogen/Relatif Diambil Secara Representatif
homogen
Random

Jumlah Populasi

Siswa MAN 5 Ciamis Tahun Ajaran 2021/2022


No. Kelas Jumlah

1. X 60

2. XI 62

3. XII 60

Jumlah 182

C. Definisi Operasional Variabel


Berikut definisi operasional variabel pada penelitian yang berjudul
“Hubungan Kecerdasan spiritual dengan penalaran moral pada siswa
MAN 5 Ciamis”.
1. Kecerdasan Spiritual

Danah Zohar & Marshall (Jinan, 2020) menjelaskan kecerdasan


spiritual (SQ) , yaitu suatu kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan
persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan
hidup kita dalam konteks yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai
bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan
dengan yang lain. Michael Levin (Jinan, 2020) yang menjelaskan bahwa
kecerdasan spiritual adalah sebuah perspektif atau cara berpikir seseorang
menuju kepada hakikat terdalam kehidupan manusia atau suatu penghambaan
diri pada Tuhan. Kecerdasan spiritual menurut Iskandar (2012: 65) merupakan
kemampuan individu terhadap mengelola nilai-nilai, norma-norma dan
kualitas kehidupan dengan memanfaatkan kekuatan pikiran bawah sadar atau
suara hati. Roberts P. Emmons (Susanti, 2016) menjelaskan bahwa kecerdasan
spiritual adalah kecerdasan jiwa yang dapat membantu seseorang membangun
dirinya secara utuh.

Berdasarkan beberapa pendapat maka diapat ditarik kesimpulan bahwa


kecerdasan spiritual adalah kemampuan cara berpikir seseorang dalam
mengelola nilai-nilai, norma-norma dengan memanfaatkan pikiran bawah
sadar dan suara hati untuk mengahadapi atau memecahkan persoalan-
persoalan yang terjadi agar mencapai kualitas hidupnya secara utuh.

Adapun yang menjadi aspek dalam kecerdasan spiritual dalam


penelitan ini adalah sebagai berikut :

a. Kemampuan bersikap fleksibel yaitu mampu menyesuaikan diri secara


spontandan aktif untuk mencapai hasil yang baik, memiliki pandangan
yang pragmatis(sesuai kegunaan), dan efisien tentang realitas. Unsur-
usur bersikap fleksibelyaitu mampu menempatkan diri dan dapat
menerima pendapat orang lain secaraterbuka.
b. kesadaran diri yang tinggi, yaitu adanya kesadaran yang tinggi dan
mendalamsehingga bisa menyadari berbagai situasi yang datang dan
menanggapinya.Unsur-unsur kesadaran diri yang tinggi yaitu
kemampuan autocritism danmengetahui tujuan dan visi hidup.
c. Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan yaitu
tetap tegardalam menghadapi musibah serta mengambil hikmah dari
setiap masalah itu.Unsur-unsur kemampuan untuk menghadapi dan
memanfaatkan penderitaanyaitu tidak ada penyesalan, tetap tersenyum
dan bersikap tenang dan berdoa.
d. Kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit yaitu
seseorang yangtidak ingin menambah masalah serta kebencian terhadap
sesama sehinggamereka berusaha untuk menahan amarah. Unsur-unsur
kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit yaitu ikhlas
dan pemaaf.
e. Keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu yaitu selalu
berfikir sebelum bertindak agar tidak terjadi hal yang tidak diharapkan.
Unsur-unsur keengganan untuk menyebabkan kerugian tidak menunda
pekerjaan dan berpikir sebelum bertindak.
f. Kualitas hidup yaitu memiliki pemahaman tentang tujuan hidup dan
memiliki kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai. Unsur-
unsur kualitas hidupyaitu, prinsip dan pegangan hidup dan berpijak
pada kebenaran.
g. Berpandangan Holistik yaitu melihat bahwa diri sendiri dan orang lain
salingterkait dan bisa melihat keterkaitan antara berbagai hal. Dapat
memandang kehidupan yang lebih besar sehingga mampu menghadapi
dan memanfaatkan, melampaui kesengsaraan dan rasa sehat, serta
memandangnya sebagai suatu visi dan mencari makna dibaliknya.
Unsur-unsur berpandangan holistik yaitu kemampuan berfikir logis dan
berlaku sesuai norma sosial.
h. Kecenderungan bertanya yaitu kecenderungan nyata untuk bertanya
mengapa atau bagaimana jika untuk mencari jawaban-jawaban yang
mendasar unsur-unsur kecenderungan bertanya yaitu kemampuan
berimajinasi dan keingintahuan yang tinggi.
2. Penalaran Moral

Penalaran moral merupakan suatu bentuk penilaian mendasar


mengenai baik buruknya suatu hal yang menyangkut berbagai aturan, hak,
serta kewajiban yang mengikat pada setiap individu. Tinggi rendahnya
penalaran moral ditentukan oleh skor individu pada skala penalaran moral.
Skala penalaran moral disusun untuk mengungkap penalaran moral subjek
tentang tindakan apa yang sebaiknya dilakukan jika subjek berada pada situasi
seperti yang diperankan dalam cerita. Tahap-tahap perkembangan yang
digunakan dalam pengukuran penalaran moral berdasarkan teori Kohlberg
(1995), yaitu:
a. Tingkat Pra-Konvensional
1. Tahap orientasi hukuman dan kepatuhan
2. Tahap orientasi relativis instrumental
b. Tingkat Konvensional
1. Tahap orientasi kesepakatan antara pribadi
2. Tahap orientasi hukum dan ketertiban
c. Tingkat Pasca-Konvensional
1. Tahap orientasi kontrak sosial legalitis
2. Tahap orientasi prinsip etika universal.
D. Pengembangan instrument penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh


peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan
hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga
lebih mudah diolah (Arikunto, 2010 : 203). Jenis instrumen yang digunakan
untuk mengukur kecerdasan spiritual dan penalaran moral siswa MAN 5
Ciamis adalah kuesioner. Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2017 : 142). Jawaban pada
kuisioner telah tersedia dan responden menjawab dengan menelaah
pernyataan-pernyataan dan memilih salah satu alternatif jawaban yang telah
disediakan.

Skala digunakan untuk mengukur/menganalisis item dalam instrumen


(Creswell, 2016 : 215). Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah
skala Likert. Menurut Sugiyono (2017 : 93) skala Likert digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat dan persepsi individu atau sekelompok orang
tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial telah ditetapkan
secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel
penelitian. Item-item Instrumen dirancang berdasarkan indikator pada aspek
kecerdasan spiritual dan penalaran moral yang dikembangkan oleh Zohar &
Marshal dan akan dibuat dalam bentuk Cheklist. Adapun rancangan instrumen
tersebut adalah sebagai berikut.

Kisi-Kisi Instrumen
Kecerdasan Spiritual

Aspek Indikator Butir Item

Mampu beradaptasi 1,2


Fleksibel

Kesadaran Diri Memahami diri 3,4

Menghadapi dan 5,6


memanfaatkan Tegar
penderitaan

Menghadapi dan 7,8


Melapaui Rasa Sabar
Sakit

Enggan 9,10
Memanfaatkan
menyebabkan
waktu
Kerugian

Kualitas Hidup Memiliki prinsip 11,12

Berpandangan 13,14
Berpikir luas
Holistik

Kecenderungan 15,16
Memiliki inisiatif
bertanya

b. Penalaran moral
Skala penalaran moral dalam penelitian ini dikembangakan langsung dari
instrumen penelitian milik Prof. Dr. C. Asri Budiningsih (2008). Pengembangan
instrumen, diantaranya : penggantian nama tokoh cerita, nama kota dalam cerita,
dan kegiatan tokoh dalam cerita. Skala penalaran moral ini diambil dari pedoman
wawancara berupa dilema moral yang disusun oleh Kohlberg (Duska dan Whelan,
1984) dalam bentuk cerita-cerita pendek yang mengandung persoalan-persoalan
moral untuk dipecahkan. Tujuan skala ini untuk mengungkap penalaran moral
subjek tentang tindakan apa yang sebaiknya dilakukan jika subjek berada pada
situasi seperti yang diperankan dalam cerita.

Kisi-Kisi Instrumen

Penalaran Moral

Aspek Indikator Deskriptor Butir Item

Orientasi hukuman Kepatuhan


terhadap suatu
aturan hanya untuk
1
menghindari
hukuman dari
otoritas.
Prakonvensional Orientasi Suatu perbuatan
instrumental dinilai benar
apabila berfungsi
sebagai alat untuk 2
memenuhi
kebutuhan atau
kepuasan diri
Orientasi anak Suatu perbuatan
manis dinilai baik apabila
menyenangkan dan
3
dapat membantu
serta disetujui oleh
orang lain.
Orientasi otoritas Perilaku yang
Konvensional dinilai baik jika
melakukan
kewajiban,
memelihara 4
ketertiban sosial,
dan
Menghormati
otoritas
Pascakonvensional Orientasi kontrak Perbuatan dinilai 5
sosial baik apabila sesuai
dengan undang-
undang yang
berlaku.
Orientasi prinsip Kebenaran
etika universal ditentukan oleh
kata hati, sesuai
6
prinsip universal
yang bersifat
abstrak.

E. Pedoman Skoring

Menurut Sugiyono (2017 : 93) jawaban dari setiap item instrumen yang
menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif (favorable)
sampai sangat negatif (unfavorable). Pada Instrumen Kecerdasan spiritual, skala
Likert yang disedia kan terdiri dari empat alternatif jawaban, yaitu sangat setuju
(SS), setuju (S), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS).

Pola Skor Alternatif Jawaban Instrumen


Kecerdasan spiritual

Alternatif Pernyataan
Jawaban Favorable

Sangat Setuju (SS) 4

Setuju (S) 3

Tidak Setuju (TS) 2

Sangat Tidak Setuju 1


(STS)

Setelah skoring dilakukan, data skor dikelompokan ke dalam tiga kategori tinggi,
sedanag dan rendah. Penafsiran kategori tinggi, sedang dan rendah untuk skor
kecerdasan spiritual secara umum akan dijelaskan.

2. Penalaran Moral
Prosedur skoring adalah sebagai berikut :

1. Setiap pertanyaan pada skala penalaran moral diberlakukan sebagai satu butir
item.

2. Tiap butir item akan diberi skor antara 1 hingga 6 berdasarkan ke-6 tahapan
perkembangan penalaran moral Kohlberg (1995). Jawaban diberi Skor 1: apabila
siswa memilih jawaban yang mengandung unsur kepatuhan atau menghindari
hukuman. Jawaban diberi Skor 2: apabila siswa memilih jawaban yang
mengandung unsur instrumental dalam memenuhi kebutuhan diri. Jawaban diberi
Skor 3: apabila siswa memilih jawaban yang mengandung unsur anak manis atau
menyenangkan bagi orang lain. Jawaban diberi Skor 4: apabila siswa memilih
jawaban yang mengandung unsur otoritas atau menunaikan kewajiban. Jawaban
diberi Skor 5: apabila siswa memilih jawaban yang mengandung unsur kontrol
sosial atau sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. Jawaban diberi Skor
6: apabila siswa memilih jawaban yang mengandung unsur prinsip etika universal
atau sesuai kata hati. Skor yang terdapat dalam satu item akan diakumulasikan,
sehingga didapati skor terbanyak yang dapat diinterpretasikan dengan tahapan
penalaran moral yang dimiliki oleh siswa.

F. Uji Validitas dan Reliabilitas


1. Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan


kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2010 : 211). Uji validitas alat pengumpulan
data dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan dalam
penelitian dapat mengukur apa yang akan diukur (Sugiyono , 2017:125). Validitas
atau kesahihan menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur mampu mengukur apa
yang ingin diukur (a valid measure if it successfully measure the phenomenon).
Jenis validitas menjadi tiga bagian yaitu content, criterion dan construct
(Sugiyono, 2017 : 125-129).

Pengujian validitas butir item menggunakan rumus korelasi product


moment sebagai berikut (Arikunto, 2002:146) :
n Σ XY −( Σ X ) ( ΣY )
rxy = 2 2 2 2
√ {n Σ X −( Σ X ) }{n Σ Y − ( Σ Y ) }
Keterangan:

rxy : koefisien korelasi antara skor item dan skor total

x : jumlah skor butir

y : jumlah skor total

x2 : jumlah kuadrat butir

x2 : jumlah kuadrat total

n : jumlah responden

Semakin tinggi nilai validitas soal menunjukkan semakin valid instrument


tersebut digunakan dilapangan. Signifikansi diperoleh dengan menggunakan
rumus sebagai berikut :

n−2
t=r
√ 1−r 2

Keterangan :
t = harga thitung untuk tingkat signifikansi
r = koefisien korelasi
n = banyaknya subjek

Setelah diperoleh nilai thitung, langkah selanjutnya adalah membandingkan dengan


ttabel untuk mengetahui tingkat signifikansinya dengan ketentuan thitung > ttabel.

2. Reliabilitas

Reliabilitas instrumen menunjukkan sejauh mana instrumen yang digunakan dapat


dipercaya atau derajat keajegan (konsistensi) skor yang diperoleh oleh subjek
penelitan dengan instrumen yang sama dalam kondisi yang berbeda. Suatu
instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat data karena instrumen
tersebut sudah baik (Arikunto, 2010: 221). Instrumen yang reliable akan
menghasilkan data yang dipercaya, karena berapa kali pun data diambil hasilnya
akan tetap sama.

Metode yang digunakan dalam uji reliabilitas adalah metode Cronbach’s


Alpha, untuk mengetahui tingkat reliabilitas instrumen dalam penelitian dengan
taraf signifikansi 1% diolah dengan metode statistika memanfaatkan program
computer SPSS for windows versi 22.0.

Pengujian reliabilitas instrumen dengan menggunakan rumus Alpha


Cronbach karena instrumen penelitian ini berbentuk angket. Rumus Alpha sebagai
berikut :

Dimana

G. Analisi Data

Analisis data dilakukan setelah seluruh data terkumpul dan bertujuan untuk
memperoleh gambaran mengenai kecenderungan tingkat kecerdasan spiritual dan
penalaran moral berdasarkan aspek dan indikator.
Kegiatan menganalisis data ini terdiri tiga tahap (Arikunto, 2010 : 278) :

1) Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan ini dilakukan beberapa kegiatan antara lain :

a. Mengecek nama dan kelengkapan identitas responden,


b. Memeriksa isi instrumen pengisian data,
c. Mengecek isian data.
2) Tahap Tabulasi

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah mengelompokkan data ke


dalam frekuensi untuk mempermudah dalam menganalisa. Tabulasi dalam
penelitian ini meliputi:

a. Coding yaitu pembahasan kode untuk setiap data yang telah diedit.
b. Scoring, yaitu pemberian skor terhadap jawaban responden untuk
memperoleh data kuantitatif yang diperlukan. Pada penelitian ini digunakan
skala Likert yang sudah dimodifikasi untuk menentukan skor. Pada
Instrumen Kecerdasan Spiritual, skala likert yang disediakan terdiri dari
empat alternatif jawaban, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju
(TS) dan sangat tidak setuju (STS). Empat pilihan jawaban pada instrumen
kemampuan resolusi konflik memiliki arti dan nilai sebagai berikut.
Pola Skor Alternatif Jawaban Instrumen
Kecerdasan Spiritual

Alternatif Pernyataan
Jawaban Favorable (+)

Sangat Setuju (SS) 4

Setuju (S) 3

Tidak Setuju (TS) 2

Sangat Tidak Setuju (STS) 1


3) Tahap Penerapan Data

Dalam menganalisis data penelitian ini digunakan metode deskriptif kuantitatif.


Untuk menjawab perumusan masalah mengenai seberapa tinggi tingkat
kecerdasan spiritual sesuai dengan indikator yang telah disampaikan pada kisi-
kisi. Hingga data yang diperoleh akan diolah dan menjadi landasan dalam
pembuatan rancangan Program bimbingan konseling untuk meningkatkan
penalaran moral siswa. Gambaran umum kecerdasan spiritual yang akan dijadikan
landasan dalam pembuatan Program, terlebih dahulu dilakukan pengelompokan
data menjadi tiga kategori yaitu tinggi, sedang, rendah. Langkah-langkah yang
dilakukan ialah sebagai berikut:

a) Menghitung skor total masing-masing responden.


b) Menghitung rata-rata (μ)
c) Menentukan simpangan baku (S)

Mengelompokan data berdasarkan pengkategorian menurut dikelompokan


menjadi tiga kategori, yaitu kategori tinggi, sedang dan rendah (Azwar, 2015).

Anda mungkin juga menyukai