Pada setiap skenario digunakan beberapa variabel yang dijadikan pembanding dengan mengubah nilainya menjadi menaik atau menurun. Pada skenario I digunakan nilai variabel yang sesuai dengan data sekunder atau disebut data acuan. Tiga variabel tersebut diantaranya produktivitas Ubi Cilembu, tingkat penyusutan Ubi Cilembu di gudang dan waktu penundaan (delay) pembelian. Peningkatan nilai produktivitas Ubi Cilembu dilakukan karena hal ini mungkin untuk diubah berdasarkan hasil penelitian Badan Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Departemen Pertanian bahwa tingkat produktivitas Ubi Cilembu dapat ditingkatkan dari 9 Ton/Ha menjadi 10,12 Ton/Ha. Peningkatan produktivitas Ubi Cilembu dilakukan dengan asumsi bahwa semakin tinggi tingkat produktivitas komoditas pertanian maka hasil produksi akan semakin meningkat pada luasan areal tertentu. Dengan meningkatnya jumlah produksi di lahan maka meningkat pula pasokan untuk persediaan yang akan menjaga agar permintaan dapat terpenuhi. Untuk tingkat penyusutan di gudang dilakukan penurunan dari nilai semula yang terjadi di lapangan sebesar 25%-30% menjadi 10%, hal ini dapat dilakukan karena beberapa hal diantaranya perlakuan pasca panen Ubi Cilembu yang dapat diperbaiki dan pemotongan bagian-bagian yang jelek dapat dikurangi sehingga rendemen ubi menjadi meningkat. Meningkatnya rendemen ubi menyebabkan persediaan di gudang tidak banyak berkurang. Persediaan di gudang juga dapat ditingkatkan dengan mengurangi waktu penundaan (delay) pembelian sehingga dapat merespon peningkatan permintaan dari konsumen. Rancangan skenario dilakukan dengan mengubah satu nilai variabel atau dengan mengubah beberapa nilai variabel sekaligus sehingga diperoleh beberapa alternatif skenario yang dapat dilakukan. Untuk skenario II mencobakan mengubah nilai variabel produktivitas Ubi Cilembu sampai dengan 10,12 Ton/Ha. Skenario III dilakukan dengan menurunkan nilai tingkat penyusutan ubi di gudang dari 30% menjadi 10%. Skenario IV mencobakan mengurangi waktu pembelian Ubi Cilembu dari bandar ubi lain dari nilai awal 7 hari menjadi 2 hari, hal ini dilakukan agar ketersediaan ubi di gudang CV. Simadu Tulen dapat terjaga. Skenario V mencobakan gabungan dari skenario II dan skenario III yaitu dengan mengkombinasikan kebijakan rekonstruksi teknologi pasca panen dengan kebijakan rekonstruksi gudang. Skenario VI adalah penggabungan antara skenario II dan skenario IV yaitu kebijakan rekonstruksi teknologi pasca panen dengan kebijakan untuk menambah waktu penyulingan. Skenario VII adalah penggabungan skenario III dan skenario IV. Rancangan skenario pelaksanaan simulasi dapat terlihat pada Tabel 5.1: Tabel 5.1 Rancangan Skenario Pelaksanaan Simulasi Produktivitas Tingkat Penyusutan Skenario Delay Pembelian Ubi Cilembu Ubi Cilembu I Acuan Acuan Acuan II 10,12 Ton/Ha Acuan Acuan III Acuan 10 % Acuan IV Acuan Acuan 2 hari V 10,12 Ton/Ha 10 % Acuan VI 10,12 Ton/Ha Acuan 2 hari VII Acuan 10 % 2 hari
Deskripsi masing-masing skenario yang mungkin terjadi di masa depan adalah
sebagai berikut : 5.1.1 Skenario I (eksisting) Simulasi eksisting dilakukan berdasarkan nilai parameter yang sebenarnya dilakukan perusahaan CV. Skenario ini diterapkan dengan maksud untuk melihat kondisi yang akan terjadi apabila kebijakan dilakukan mengikuti kecenderungan yang ada. Pada Gambar 5.1 dapat dilihat hasil dari penerapan skenario I (eksisting) terhadap produksi ubi, persediaan ubi , permintaan ubi, pembelian ubi dan penjualan ubi yang dilakukan CV. Simadu Tulen setiap bulan.
Gambar 5.1 Hasil Penerapan Skenario I (Eksisting)
Dari hasil skenario eksisting pada Gambar 5.1 dapat terlihat adanya perbedaan yang signifikant antara ubi produksi CV. Simadu Tulen dengan jumlah permintaan terhadap Ubi Cilembu. Produksi ubi CV. Simadu Tulen mengalami peningkatan sejak bulan Februari sampai dengan akhir tahun yang menunjukkan bahwa tren produksi ubi akan terus meningkat untuk beberapa bulan ke depan.permintaan ubi mengalammi peningkatan sejak awal tahun dan cenderung meningkat selama kurun waktu setahun, tetapi mengalami sedikit penurunan pada pertenganhan tahunsekitar bulan Mei dan Juni. Hal ini terjadi karena sedikitnya jumlah ubi yang ada di pasaran. Jika dilihat dari gambar 5.1, penjualan ubi pada bulan Juli sampai dengan September mulai meningkat tajam, hal ini karena pada bulan-bulan tersebut merupakan masa panen raya sehingga CV. Simadu Tulen memiliki banyak persediaan dan harga cenderung rendah sehingga perusahaan memiliki kebijakan untuk segera menjual persediaan ubi yang ada karena dikhawatirkan terjadi penumpukan. Persediaan ubi CV. Simadu Tulen pada skenario eksisting ini mengalami peningkatan yang besar dibandingkan dengan pembelian ubi yang dilakukan untuk merespon peningkatan jumlah permintaan yang terlihat meningkat tidak terlalu tajam.