Anda di halaman 1dari 126

Keperawatan Maternitas 2

- Askep klien dengan komplikasi dalam


kehamilan

Oleh
Putu Dian Prima Kusuma Dewi, S.ST., M.Kes

Disampaikan pada perkuliahan Keperawatan Maternitas 2 semesterV S1Keperawatan Angkatan 2016


Kemampuan Yang diharapkan

1. Mampu menjelaskan askep dengan


komplikasi dalam kehamilan
Sub Topik Kemampuan 2
1) Askep pada hiperemesis gravidarum
2) Askep pada komplikasi hemoragik awal
kehamilan
3) Askep pada komplikasi hemoragik akhir
kehamilan
4) Askep pada Hipertensi kehamilan
Komplikasi Obstetrik
pada periode Pre natal
• aborsi spontan,
kehamilan ektopik,
penyakit trofoblas • dilatasi serviks
gestational, plasenta yang tidak
previa dan solutio nyeri tanpa
plasenta kontraksi pada
Perdarahan trimester
dalam Serviks kedua
inkompeten
kehamilan

Kehamilan Persalinan
lewat waktu premature
• Fibronektin janin
• Infeksi bakteri
• berlangsung 42
minggu atau
lebih
Komplikasi Persalinan dan Kelahiran

Komplikasi yang berhubungan dengan


Komplikasi yang berhubungan status ibu janin
dengan kemajuan persalinan
 Malpresentasi
 gestasi multipel
 Fase laten memanjang (prolong laten  infeksi maternal (korioamnionitis)
fase)
 rupture membrane pra persalinan pada
 fase aktif memanjang (prolong aktif kehamilan term
fae)
 henti fase aktif  rupture uterus
 penurunan lambat dan terhenti  inversio uterus
 persalinan cepat  prolaps tali pusat
 Intoleransi janin terhadap persalinan
 distosia bahu
 hemoragik pada awal pasca partum
 embolisme cairan amnion
(Walsh., 2003).
Komplikasi periode Pasca Partum

Perdarahan pasca partum Inkontinensia urine, feces, flatus


lanjutan

• kehilangan darah sebanyak


 trauma pada otot pelvis
lebih dari 500ml, 24 jam
dan sfingter anal , cedera
pertama setelah persalinan
pada saraf sacral dan
• Penyebab: sisa plasenta,
pudendal  inkontinensia
endometritis puerpuralis, urin maupun fekal
perdarahan fungsional dan (Walsh., 2003).
perdarahan karena luka.
ASKEP PADA IBU HAMIL DENGAN HIPEREMESIS
GRAVIDARUM

 Diagnosis hiperemesis gravidarum biasanya tidak


sukar. Harus ditentukan adanya kehamilan muda
dan muntah yang terus menerus, sehingga
mempengaruhi keadaan umum

 Hiperemesis gravidarum adalah keadaan dimana penderita mual


dan muntah berlebihan, lebih dari 10 kali dalam 24 jam atau setiap
saat, sehingga menggganggu kesehatan dan pekerjaan sehari – hari
(Arief. B., 2009).
Hiperemesis gravidarum
 adalah mual dan muntah yang berlebihan yang
dapat mengganggu aktivitas sehari – hari yang
tidak terkendali selama masa hamil yang
menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan
elektrolit atau defisiensi nutrisi dan kehilangan
berat badan.
Etiologi
 Faktor predisposisi yaitu
1. primigravida,
2. mola hidatidosa dan
3. kehamilan ganda.
 Faktor organik yaitu alergi, masuknya vili khorialis
dalam sirkulasi, perubahan metabolik akibat hamil dan
resistensi ibu yang menurun.
 Faktor psikologik memegang peranan penting pada
penyakit ini, rumah tangga yang retak, kehilangan
pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan
Gejala dan Tanda
1. Tingkatan I.
Subyektif
Muntah terus menerus yang mempengaruhi
keadaan umum penderita, ibu merasa
lemah, nafsu makan tidak ada, dan merasa
nyeri pada epigastrium.
Obyektif
Nadi meningkat sekitar 100 per menit, berat
badan menurun, tekanan darah sistolik
menurun, turgor kulit menurun, lidah
mengering dan mata cekung.
2. Tingkatan II
Subyektif
Penderita tampak lebih lemah dan apatis,
turgor kulit lebih mengurang, lidah
mengering dan nampak kotor, Aseton dapat
tercium dalam hawa pernapasan, karena
mempunyai aroma yang khas dan dapat
pula ditemukan dalam kencing.
Obyektif
nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang
naik dan mata sedikit ikteris. Berat badan
turun dan mata menjadi cekung, tensi turun,
hemokonsentrasi, oliguria dan
konstipasi.
3. Tingkatan III.
Subyektif
Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti,
Obyektif
Kesadaran menurun dari somnolen sampai
koma, nadi kecil dan cepat; suhu meningkat dan
tensi menurun.

Komplikasi fatal terjadi pada susunan saraf


yang dikenal sebagai ensefalopati Wernickc

Keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan


zat makanan, termasuk vitamin B kompleks.
Timbulnya ikterus menunjukkan adanya payah
hati.
Pencegahan
 Menganjurkan mengubah makan sehari-hari
dengan makanan dalam jumlah kecil, tetapi
lebih sering.
 Waktu bangun pagi jangan segera turun dari
tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk makan
roti kering atau biskuit dengan air jahe hangat.
 Hindari makanan yang berminyak dan berbau
lemak sebaiknya dihindarkan. Makanan dan
minuman seyogyanya disajikan dalam keadaan
panas atau sangat dingin
Obat-obatan
Tetapi perlu di ingat untuk tidak memberikan obat
yang teratogen. Sedativa yang sering diberikan
adalah phenobarbital. Vitamin yang dianjurkan
adalah vitamin B6. Anti histaminika juga
dianjurkan, seperiti dramamin, avomin. Pada
keadaan lebih berat diberikan antiemetik seperti
disiklomin hidrokhlonae atau khlorpromasin.
Penanganan hiperemesis gravidarum yang berat
perlu dikelola di rumah sakit (bed rest dan tirah
baring)
Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi
cerah dan peredaran udara yang baik

Terapi psikologik
Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat
disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan

Cairan parenteral
Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan
protein dengan glukose 5% dalam cairan garam fisiologik
sebanyak 2-3 liter sehari
ASKEP IBU HAMIL DGN HIPEREMESIS
GRAVIDARUM
 Pengkajian Fokus
a. Aktifitas istirahat; tekanan darah sistol menurun, denyut nadi
meningkat (>100 kali per menit)
b. Integritas ego; konflik interpersonal keluarga, kesulitan ekonomi,
perubahan persepsi tentang kondisinya, kehamilan tak
direncanakan.
c. Eliminasi; perubahan pada konsistensi, defekasi, peningkatan
frekuensi berkemih Urinalis ;peningkatan konsistensi urine.
d. Makanan/cairan; mual dan muntah yang berlebihan (4-8 minggu),
nyeri epigastrium, pengurangan berat badan (5-10 kg),
membrane mukosa mulut iritasi dan merah, Hb dan Ht
rendah, nafas berbau aseton, turgor kulit berkurang,
mata cekung dan lidah kering.
e. Pernafasan; frekuensi pernapasan meningkat.
f. Keamanan; suhu kadang naik, badan lemah, ikterus, dan dapat jatuh
dalam koma
g. Seksualitas; penghentian menstruasi, bila keadaan ibu
membahayakan maka dilakukan abortus terapeutik.
h. Interaksi sosial; perubahan status kesehatan/stressor kehamilan,
perubahan peran, respon anggota keluarga yang dapat
bervariasi terhadap hospotalisasi dan sakit, system
pendukung yang kurang.
i. Pembelajaran dan penyuluhan; segala yang dimakan dan diminum
di muntahkan, apalagi kalau berlangsung lama, berat badan
turun lebih dari 1/10 dari berat badan normal, turgor kulit,
lidah kering, adanya aseton dalam urine.
Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nausea dan
vomitus yang menetap.
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil :
 1) Klien akan mengkonsumsi asupan oral diet yang mengandung zat gizi yang
adequat.
 2) Klien tidak mengalami nausea dan vomitus.
 3) Klien akan menoleransi diit yang telah di programkan.
 4) Klien akan mengalami peningkatan berat badan yang sesuai selama hamil.
Intervensi :
 1) Catat intake dan output.
Rasional: menentukan hidrasi cairan dan pengeluaran melalui muntah.
 2) Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering
Rasional: dapat mencukupi asupan nutrisi yang dibutuhkan tubuh.
 3) Anjurkan untuk menghindari makanan yang berlemak
Rasional : dapat merangsang mual dan muntah.
 4) Anjurkan untuk makan makanan selingan seperti biskuit, roti dan teh (panas)
hangat sebelum bagun tidur pada siang hari dan sebelum tidur.
Rasional: makanan selingan dapat mengurangi atau menghindari rangsang
mual muntah yang berlebih
 5) Catat intake, jika intake oral tidak dapat diberikan dalam periode tertentu.
Rasional: untuk mempertahankan keseimbangan nutrisi.
 6) Inspeksi adanya iritasi atau Iesi pada mulut.
Rasional: untuk mengetahui integritas mukosa mulut.
 7) Kaji kebersihan oral dan personal hygiene serta penggunaan cairan pembersih
mulut sesering mungkin.
Rasional: untuk mempertahankan integritas mukosa mulut.
 8) Pantau kadar Hemoglobin dan Hemotokrit
Rasional: mengidenfifikasi adanya anemi dan potensial penurunan kapasitas
pembawa oksigen ibu. Klien dengan kadar Hb < 12 gr/dl atau kadar Ht
<37% dipertimbangkan anemia pada trimester I.
 9) Test urine terhadap aseton, albumin dan glukosa.
Rasional: menetapkan data dasar ; dilakukan secara rutin untuk mendeteksi
situasi potensial resiko tinggi seperti ketidakadekuatan asupan karbohidrat,
Diabetik kcloasedosis dan Hipertensi (Doenges, 2001:57).
b. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan akibat
vomitus dan asupan cairan yang tidak adequat.
Tujuan : kebutuhan cairan terpenuhi
 Kriteria hasil :
1) Keseimbangan cairan dan elektrolit akan kembali ke kondisi normal, yang
terbukti dengan turgor kulit normal, membran mukosa lembab, berat
badan stabil, tanda-tanda vital dalam batas normal; elektrolit, serum,
hemoglobin, hematokrit, dan berat jenis urin akan berada dalam batas
normal.
2) Klien tidak akan muntah lagi
3) Klien akan mengkonsumsi asupan dalam jumlah yang adequat.
 Intervensi:
1). Tentukan frekuensi atau beratnya mual/muntah.
Rasional : Memberikan data berkenaan dengan semua kondisi.
Peningkatan kadar hormon Korionik gonadotropin (HCG),
perubahan metabolisme karbohidrat dan penurunan motilitas gastrik
memperberat mual/muntah pada kehamilan.
2). Tinjau ulang riwayat kemungkinah masalah medis lain (misalnya
Ulkus peptikum, gastritis.
Rasional: Membantu dalam mengenyampingkan penyebab lain untuk
mengatasi masalah khusus dalam mengidentifikasi intervensi.
3) Kaji suhu badan dan turgor kulit, membran mukosa, TD,
input/output dan berat jenis urine. Timbang BB klien setiap
hari.
 Rasional: Sebagai indikator dalam membantu mengevaluasi tingkat
atau kebutuhan hidrasi.
4) Anjurkan peningkatan asupan minuman berkarbonat, makan sesering
mungkin dengan jumlah sedikit. Makanan tinggi karbonat
seperti : roti kering sebelum bangun dari tidur.
 Rasional: Membantu dalam meminimalkan mual/muntah dengan
menurunkan keasaman lambung. (Doenges, 2001:61)
c. Ketakutan berhubungan dengan efek hiperemesis pada kesejahteraan
janin.
 Tujuan : ketakutan klien teratasi
 Kriteria hasil : klien memverbalisasi perasaan dan kekhawatirannya
tentang
kesejahteraan janin.
Intervensi:
1) Memperlihatkan sikap menerima rasa takut klien
 Rasional: Sikap yang menerima takut klien akan memungkinkan
komunikasi terbuka tentang sumber ketakutan.
2) Mendorong untuk mengungkapakn perasaan dan kekhawatirannya.
 Rasional: Pengetahuan tentang risiko potensial pada janin dapat
membantunya menghilangkan rasa takut.
3) Memberi informasi yang berhubungan dengan risiko potensial yang
dapat terjadi pada janinnya.
 Rasional : Strategi koping yang efektif dibutuhkan untuk memampukan
klien mengatasi penyakit yang dideritanya dan efek-efek penyakit
tersebut (Bobak,2004: 273).
 d. Gangguan rasa nyaman : nyeri (perih) berhubungan dengan muntah
yang berlebihan, peningkatan asam lambung.
 Tujuan : nyeri hilang/berkurang.
 Kriteria hasil :
 1) Klien mengungkapkan secara verbal.
 2) Nyeri hilang atau berkurang
 3) pasien dapat beristirahat dengan tenang
 Intervensi:
 1) kaji skala nyeri, karakteristik, kualitas, frekuensi dan lokasi nyeri.
 Rasional : menentukan perubahan dalam tingkat nyeri dan mengevaluasi
nilai skala nyeri. Mengidentifikasi sumber sumber multiple dan jenis
nyeri.
 2) Anjurkan penggunaan tekhnik relaksasi dan distraksi
 Rasional: menggunakan strategi ini sejalan dengan pemberian analgesic
untuk mengurangi atau mengalihkan respon terhadap nyeri.
 2) Anjurkan penggunaan tekhnik relaksasi dan distraksi
 Rasional: menggunakan strategi ini sejalan dengan pemberian analgesic
untuk mengurangi atau mengalihkan respon terhadap nyeri.
 3) Yakinkan pada klien bahwa perawat mengetahui nyeri yang
dirasakannya dan akan berusaha membantu untuk mengurangi nyeri
tersebut.
 Rasional: ketakutan bahwa nyari akan tidak dapat diterima seperti
peningkatan ketegangan dan ansietas yang nyata dan menurunkan
toleransi nyeri.
 4) Berikan kembali skala pengkajian nyeri
 Rasional: memungkinkan pengkajian terhadap keefektifan analgesic dan
mengidentifikasi kebutuhan terhadap tindak lanjut bila tidak efektif.
5) Catat keparahan nyeri pasien dengan bagan.
 Rasional: membantu dalam menunjukkan kebutuhan
analgesic tambahan atau pendekatan alternative terhadap
penatalaksanaan nyeri.
6) Kolaborasi pemberian analgesik sesuai indikasi.
 Rasional: analgesic lebih efektif bila diberikan pada awal
siklus nyeri. (Smeltzer. 2001)
e. Kurang pengetahuan tentang penyakit dan pengobatan berhubungan dengan
keterbatasan informasi.
 Tujuan: klien mengerti tentang perubahan fisiologis dan pskologis yang
normal dan tanda-tanda bahaya kehamilan.
 Kriteria hasil:
 1) Klien menjelaskan perubahan fisiologis dan pskologis normal berkaitan
dengan kehamilan trimester pertama..
 2) Klien menunjukkan perilaku perawatan diri sendiri yang meningkatkan
kesehatan.
 3) Mengidentifikasi tanda-tanda bahaya kehamilan.
Intervensi:
 1) Jelaskan tentang Hiperemesis Grvidarum dan kaji pengetahuan pasien.
 Rasional: untuk mengetahui seberapa dalam pengetahuan pasien tentang
penyakitnya dan tentang penatalaksanaannya di rumah.
 2) Berikan pendidikan kesehatan tentang hiperemesis gravidarum
 Rasional: untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang hiperemesis
gravidarum.
 3) Buat hubungan perawat-klien yang mendukung dan terus menerus.
 Rasional: peran penyuluh atau konselor dapat memberikan bimbingan
antisipasi dan meningkatkan tanggunmg jawab individu terhadap kesehatan.
 4) Evaluasi pengetahuan dan keyakinan budaya saat ini berkenaan dengan
 perubahan fisiologis/psikologis yang normal pada kehamilan, serta
keyakinan tentang aktivitas, perawatan diri dan sebagainya.
 Rasional: memberikan informasi untuk membantu mengidentifikasi
kebutuhan-kebutuhan dan membuat rencana keperawatan.
 5) Klarifikasi kesalahpahaman.
 Rasional: ketakutan biasanya timbul dari kesalahan informasi dan dapat
mengganggu pembelajaran selanjutnya.
 6) Tentukan derajad motivasi untuk belajar.
 Rasional: klien dapat mengalami kesulitan dalam belajar kecuali kebutuhan
untuk belajar tersebut jelas.
 7) Pertahankan sikap terbuka terhadap keyakinan klien/pasangan.
 Rasional: penerimaan penting untuk mengembangkan dan
mempertahankan hubungan.
 8) Jawab pertanyaan tentang perawatan dan pemberian makan bayi.
 Rasional: memberikan informasi yang dapat bermanfaat untuk
membuat pilihan.
 9) Identifikasi tanda bahaya kehamilan, seperti perdarahan, kram,
nyeri abdomen akut, sakit punggung, edema, gangguan penglihatan,
sakit kepala dan tekanan pelvis.
 Rasional: membantu klien membedakan yang normal dan abnormal
sehngga membantunya dalam mencari perawatan kesehatan pada
waktu yang tepat. (Doenges,2001:67)
 f. Resiko perubahan integritas kulit berhubungan dengan
penurunan darah dan nutrisi kejaringan-jaringan sekunder akibat
dehidrasi
 Tujuan : Tidak terjadi ganguan integritas kulit.
 Kriteria hasil : mengidentifikasi dan menunjukkan perilaku untuk
mempertahankan kulit halus, kenyal, utuh.
 Intervensi :
 1) Observasi kemerahan, pucat, ekskoriasi.
 Rasional: area ini meningkat risikonya untuk kerusakan dan
memerlukan pengobatan lebih intensif.
 2) Dorong mandi tiap 2 hari 1x, pengganti mandi tiap hari.
 Rasional:sering mandi membuat kekeringan kulit.
 3) Gunakan krim kulit dua kali sehari dan setelah mandi.
 Rasional: melicinkan kulit dan mengurangi gatal.
 4) Diskusikan pentingnya perubahan posisi sering, perlu
untuk mempertahankan aktivitas.
 Rasional: meningkatkan sirkulasidan perfusi kulit dengan
mencegah tekanan lama pada jaringan.
 5) Tekankan pentingnya masukan nutrisi/cairan adequat.
 Rasional: perbaikan nutrisi dan hidrasi akan memperbaiki
kondisi kulit (Doenges,1999:433-434).
 g. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakadekuatan sumber energi
sekunder.
 Tujuan : Pasien dapat beraktivitas secara mandiri.
 Kriteria hasil :
 1) Pasien dapat memperlihatkan kemajuan khususnya tingkat yang lebih tinggi.
 2) Pasien mengidentifikasi faktor-faktor yang menurunkan toleransi aktivitas.
 Intervensi :
 1) Tingkatkan tirah baring/duduk. Berikan lingkungan yang tenang; batasi
pengunjung sesuai keperluan.
 Rasional: meningkatkan istirahat dan ketenangan.
 2) Ubah posisi dengan sering. Berikan perawatan kulit yang baik.
 Rasional: meningkatkan fungsi pernapasan dan meminimalkan tekanan pada
area tertentu untuk menurunkan risiko kekurangan jaringan.
 3) Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi, bantu melakukan latihan rentang gerak
sendi pasif/aktif.
 Rasional: tirah baring lama dapat menurunkan kemampuan. Ini dapat terjadi
karena keterbatasan aktivitas yang mengganggu periode istirahat.
 4) Dorong penggunaan tekhnik manajemen stress. Contoh
relaksasi progresif,visualisasi, bimbingan imajinasi.
 Rasional: meningkatkan relaksasi dan penghematan energy,
memusatkan kembali perhatian dan dapat meningkatkan koping.
 5) Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi: sedatif, agen
antiansietas, contoh diazepam (valium); lorazepam(ativan).
 Rasional: membantu dalam manajemen kebutuhan tidur.
(Doenges, 1999:536-537).
Hemoragik pada awal Kehamilan

 Perdarahan pervaginam seringkali terjadi


pada kehamilan. Lebih dari 20% wanita
hamil yang berhasil melahirkan pernah
mengalami perdarahan pervaginam selama
masa antenatal.
 Dua diagnosis banding penting dari
perdarahan pada kehamilan awal adalah
abortus dan kehamilan ektopik.
Hemoragik pada Kehamilan Muda
Abortus  Penghentian kehamilan sebelum janin mencapai minggu ke 20-22
minggu, berat janin 200 gram.
Diagnosa keperawatan pada kehamilan muda :
1. Abortus imminens (perdarahan bercak hingga sedang, servik
tertutup/belum ada bukaan, uterus sesuai dgn umur kehamilan,
gejala/tanda ; kram perut bawah, uterus lunak)
2. Abortus komplit (servik terbuka/ ada bukaan, uterus lbh kecil
umur kehamilan, gejala/tanda ; sedikit/tanpa nyeri perut bawah, riwayat
ekspulsi hasil konsepsi)
3. Abostus insipiens (perdarahan sedang/masif, serviks terbuka, uterus
sesuai UK, gejala/tanda ; kram/nyeri perut bawah, blm terjadi ekspulsi
hasil konsepsi)
4. Abortus inkomplit (gejala/tanda ; kram/nyeri perut bawah, blm
terjadi ekspulsi hasil konsepsi)
5. Abortus molla (serviks terbuka, uterus lunak dan lebih besar dari
UK. Gejala/tanda ; mual,muntah, keram perut bawah, sindrom mirip pre
eklampsia, tidak ada janin, keluar jaringan seprti anggur)
Kehamilan Ektopik
 Kehamilan ektopik adalah proses pembuahan dan implantasi yang
terjadi diluar endometrium kavum uteri.
 Ketika kehamilan ektopik ruptur, pasien akan mengalami syok
hipovolemik dan mungkin meninggal tanpa sempat dilakukan
intervensi. Kebanyakan pasien dengan kehamilan ektopik telah
dideteksi sebelum mengalami ruptur.
 Sebagian besar perempuan yang berumur rata-rata 30 tahun beresiko
mengalami kehamilan ektopik dengan frekuensi kehamilan ektopik
berulang 0-14.6%.
Faktor yang berhubungan dengan
penyebab kehamilan ektopik terganggu:
1. Faktor mekanis
Hal-hal yang mengakibatkan terhambatnya perjalanan ovum
yang dibuahi ke dalam kavum uteri.
a) infeksi pasca abortus/ infeksi pasca nifas
b) Kelainan pertumbuhan tuba
c) Tumor yang merubah bentuk tuba
d) Penggunaan IUD
2. Faktor Fungsional
 Migrasi eksternal ovum terutama pada kasus perkembangan
duktus mulleri yang abnormal
 Refluks menstruasi
 Berubahnya motilitas tuba karena perubahan kadar hormon
estrogen dan progesteron
3. Peningkatan daya penerimaan mukosa tuba terhadap ovum
yang dibuahi.
4. Hal lain seperti; riwayat KET dan riwayat abortus induksi
sebelumnya.
Tanda KET
 Nyeri abdomen bawah atau pelvic, disertai amenorrhea atau spotting
atau perdarahan vaginal.
 Menstruasi abnormal.
 Abdomen dan pelvis yang lunak.
 Perubahan pada uterus yang dapat terdorong ke satu sisi oleh massa
kehamilan, atau tergeser akibat perdarahan. Dapat ditemukan sel desidua
pada endometrium uterus.
 Penurunan tekanan darah dan takikardi bila terjadi hipovolemi.
 Kolaps dan kelelahan
 pucat
 Nyeri bahu dan leher (iritasi diafragma)
 Nyeri pada palpasi, perut pasien biasanya tegang dan agak gembung.
 Gangguan kencing
Gejala KET
 Nyeri: Nyeri panggul atau perut hampir terjadi hampir
100% kasus kehamilan ektopik. Nyeri dapat bersifat unilateral atau
bilateral , terlokalisasi atau tersebar.
 Perdarahan: Dengan matinya telur desidua mengalami degenerasi
dan nekrose dan dikeluarkan dengan perdarahan. Perdarahan ini pada
umumnya sedikit, perdarahan yang banyak dari vagina harus
mengarahkan pikiran kita ke abortus biasa.Perdarahan abnormal
uterin, biasanya membentuk bercak. Biasanya terjadi pada 75% kasus
 Amenorhea: Hampir sebagian besar wanita dengan kehamilan
ektopik yang memiliki berkas perdarahan pada saat mereka
mendapatkan menstruasi, dan mereka tidak menyadari bahwa mereka
hamil
ASKEP HEMORAGIK PADA AWAL
KEHAMILAN (kasus abortus)
 Pengkajian S dan O
1. Penilaian kondisi umum terlebih dahulu sebelum
anamnesis dan pemeriksaan fisik, data dasar dan
keluhan , menilai tipe perdarahan yang dialami.
2. Pemeriksaan abdomen
3. Kaji tingkat nyeri
4. Pemeriksaan Vagina dengan inspekulo bukan VT
 Diagnosa
 Defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan pervagina
dibuktikan dengan gejala : pengeluaran cairan pervaginal, tanda :
tidak seimbangnya intake dan output cairan
 Gangguan aktivitas berhubungan dengan kelemahan penurunan
sirkulasi dibuktikan dengan gejala : keletihan, kelemahan,
kehilangan produktivitas, malaise, intoleransi terhadap latihan rendah,
tanda : kelemahan otot dan penurunan sirkulasi, ataksia
 Gangguan rasa nyaman, nyeri berhubungan dengan kerusakan
jaringan intrauterine dibuktikan dengan kontraksi uterus, gejala :
perdarahan yang cukup hebat, nyeri (sedang/berat), tanda : wajah
meringis, tampak sangat berhati – hati
 Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
abortus dibuktikan dengan gejala yaitu masalah financial, yang
berhubungan dengan kondisi bingung terhadap keadaan, merasa cemas, tanda :
peka rangsangan (sensitif)
 Berduka berhubungan dengan kehilangan dibutikan dengan gejala
merasa sedih, tidak menerima kehilangan, merasa tidak ada harapan, merasa
tidak berguna, fobia, Tanda : menangis, tidak mampu berkonsentrasi dan pola
tidur berubah, marah, panik.
 Resiko tinggi syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan pervagina
ditandai dengan gejala : merasa lemah, tanda : nadi lemah, tekanan darah
menurun, turgor kulit menurun, volume urine menurun, dan hemtokrit
meningkat
 Resiko tinggi infeksi behubungan dengan perdarahan, kondisi vulva yang
lembab dibutikan dengan gejala : terjadinya dishart keluar, adanya warna
yang lebih gelap disertai bau, kurang kebersihan genitalia, Tanda : terjadinya
infeksi, vulva lembab
 Intervensi
 Diagnosa 1 : Defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan pervagina
dibuktikan dengan gejala : pengeluaran cairan pervaginal, tanda : tidak seimbangnya
intake dan output cairan
 Tujuan : Dalam 1x24 jam tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intakedan
output baik jumlah maupun kualitas.
 Kriteria hasil atau evaluasi : Tidak ada perdarahan, intake dan output dalam rentan normal
 Intervensi 1:
Kaji kondisi status hemodinamika
 Rasional : pengeluaran cairan pervaginal sebagai akibat abortus memiliki karekteristik
 Intervensi 2 :
 Ukur pengeluaran harian
 Rasional : Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian ditambah dengan
jumlahcairan yang hilang
 Intervensi 3 :
 Berikan sejumlah cairan pengganti harian
 Rasional : Tranfusi mungkin diperlukan pada kondisi perdarahan massif
 Evaluasi status hemodinamika
 Rasional : Penilaian dapat dilakukan secara harianmelalui pemeriksaan fisik
ASKEP HEMORAGIK PADA AWAL
KEHAMILAN (Kehamilan Ektopik)
Pengkajian data subyektif dan obyektif :
 Anamnesa :
 menanyakan identitas secara lengkap
 riwayat menstruasi meliputi hari pertama haid terakhir (HPHT),
riwayat terlambat haid, gejala dan tanda kehamilan muda, dapat ada
atau tidak ada perdarahan per vagina, terdapat amenorea.
 keluhan adanya nyeri mendadak di sertai rasa nyeri bahu dan seluruh
abdomen, terutama abdomen bagian kanan/kiri bawah, berat atau
ringannya nyeri tergantung pada banyaknya darah yang terkumpul
dalam peritoneum, lamanya menstruasi, masalah yang dialami selama
menstruasi, riwayat kesehatan, riwayat kehamilan, riwayat persalinan,
riwayat nifas, dan riwayat biopsikososial spiritual
Pemeriksaan fisik

 Inspeksi : mulut terlihat pucat, payudara adanya


hiperpigmentasi, hipervaskularisasi dan simetris, abdomen
terdapat pembesaran, ektremitas terba dingin.
 Palpasi : Abdomen yaitu uterus teraba lembek, TFU lebih
kecil daripada UK, nyeri tekan, perut teraba tegang, messa
pada adnexa. Genetalia pada pemeriksaan dalam atau VT atau
pemeriksaan inspekulo teraba nyeri goyang porsio, kavum
douglas menonjol.
 Perkusi : refkesk patella +/+
Pemeriksaan fisik
 Pemeriksaan fisik secara umum yaitu asien tampak anemis dan sakit,
didapatkan rahim yang juga membesar, adanya tumor di daerah
adneksa, kesadaran bervariasi dari baik sampai koma tidak sadar,
daerah ujung (ekstremitas) dingin, adanya tanda-tanda syok
hipovolemik, yaitu hipotensi, pucat, adanya tanda-tanda abdomen
akut, yaitu perut tegang bagian bawah, nyeri tekan dan nyeri lepas
dinding abdomen, pemeriksa nadi meningkat, tekanan darah
menurun sampai syok, pemeriksaan abdomen: perut kembung,
terdapat cairan bebas darah, nyeri saat perabaan.
 Pemeriksaan khusus: nyeri goyang pada pemeriksaan serviks, kavum
douglas menonjol dan nyeri, mungkin tersa tumor di samping uterus,
pada hematokel tumor dan uterus sulit dibedakan. Pemeriksaan
ginekologis: seviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeri pada uteris kanan
dan kiri
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium
 Hematokrit,
 Tes kehamilan
Pemeriksaan ultrosonografi (USG)
Diagnosa
 Defisit volume cairan yang berhubungan dengan ruptur pada lokasi
implantasi sebagai efek tindakan pembedahan ditandai dengan gejala :
pengeluaran cairan pervaginal, tanda : tidak seimbangnya intake dan
output cairan
 Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan
komponen seluler yang di perlukan untuk pengiriman nutrient ke sel.
 Gangguan rasa nyaman,nyeri yang berhubungan dengan ruptur tuba
falopi, pendarahan intraperitonial dibuktikan dengan kontraksi
uterus, gejala : perdarahan yang cukup hebat, nyeri (sedang/berat),
tanda : wajah meringis, tampak sangat berhati – hati
 Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang tentang
pengobatan dan dampak pada kehamilan berikutnya dibuktikan
dengan gejala yaitu masalah financial, yang berhubungan dengan
kondisi bingung terhadap keadaan, merasa cemas, tanda : peka
rangsangan (sensitif)
 Berduka berhubungan dengan kehilangan kehamilan dan efek pada
kehamilan berikutnya dibutikan dengan gejala merasa sedih, tidak
menerima kehilangan, merasa tidak ada harapan, merasa tidak berguna,
fobia, Tanda : menangis, tidak mampu berkonsentrasi dan pola tidur
berubah, marah, panik.
ASKEP DGN HEMORAGIK PADA
KEHAMILAN LANJUT
 Perdarahan antepartum adalah perdarahan pervaginam
semasa kehamilan di mana umur kehamilan telah melebihi 28
minggu atau berat janin lebih dari 1000 gram (Manuaba,
2010).
 Menurut Wiknjosastro (2007), perdarahan antepartum adalah
perdarahan pervaginam yang timbul pada masa kehamilan
kedua pada kira-kira 3% dari semua kehamilan.
 Jadi dapat disimpulkan perdarahan antepartum adalah
perdarahan yang terjadi pada akhir usia kehamilan
Etiologi
 1. Bersumber dari Kelainan placenta
Placenta previa dan solusio palcenta
 2. Tidak bersumber dari kelainan plasenta, biasanya tidak
begitu berbahaya, misalnya kelainan serviks dan vagina
(erosion, polip, varises yang pecah).
Plasenta previa
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat
abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau
seluruh pembukaan jalan lahir (osteum uteri internal).
Plasenta previa diklasifikasikan menjadi 3 :
 1) Plasenta previa totalis : seluruhnya ostium internus ditutupi
plasenta.
 2) Plasenta previa lateralis : hanya sebagian dari ostium tertutup oleh
plasenta.
 3) Plasenta previa marginalis : hanya pada pinggir ostium terdapat
jaringan plasenta.
 Plasenta previa dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain :
1) Endometrium yang kurang baik
2) Chorion leave yang peresisten
3) Korpus luteum yang berreaksi lambat
PLASENTA PREVIA
Solusi plasenta
 Solusi plasenta adalah suatu keadaan dimana plasenta yang
letaknya normal terlepas dari perlekatannya sebelum janin
lahir. Biasanya dihitung kehamilan 28 minggu.
SOLUSIO PLASENTA
Klasifikasi Solutio Placenta
 Solusi plasenta dapat diklasifikasikan menjadi 3 berdasarkan tingkat gejala klin
1) Solusi plasenta ringan
 a) Tanpa rasa sakit
 b) Pendarahan kurang 500cc
 c) Plasenta lepas kurang dari 1/5 bagian
 d) Fibrinogen diatas 250 mg %
2) Solusi plasenta sedang
 a) Bagian janin masih teraba
 b) Perdarahan antara 500 – 1000 cc
 c) Plasenta lepas kurang dari 1/3 bagian
3) Solusi plasenta berat
 a) Abdomen nyeri-palpasi janin sukar
 b) Janin telah meninggal
 c) Plasenta lepas diatas 2/3 bagian
 d) Terjadi gangguan pembekuan darah
Patofisiologi
 Placenta Previa
Seluruh plasenta biasanya terletak pada segmen atau uterus.
Kadang-kadang bagian atau seluruh organ dapat melekat pada
segmen bawah uterus, dimana hal ini dapat diketahui sebagai
plasenta previa. Karena segmen bawah agak merentang selama
kehamilan lanjut dan persalinan, dalam usaha mencapai dilatasi
serviks dan kelahiran anak, pemisahan plasenta dari dinding
usus sampai tingkat tertentu tidak dapat dihindarkan sehingga
terjadi pendarahan.
Patofisiologi
 Solusio placenta
Perdarahan dapat terjadi pada pembuluh darah plasenta atau uterus
yang membentuk hematom pada desisua, sehingga plasenta terdesak
akhirnya terlepas. Apabila perdarahan sedikit, hematom yang kecil
itu hanya akan mendesak jaringan plasenta, peredaran darah antara
uterus dan plasenta belum terganggu dan tanda serta gejalanya pun
tidak jelas. Kejadiannya baru diketahui setelah plasenta lahir yang
pada pemeriksaan didapatkan cekungan pada permukaan
maternalnya dengan bekuan darah lama yang warnanya kehitam-
hitaman. Biasanya perdarahan akan berlangsung terus menerus
karena otot uterus yang telah meregang oleh kehamilan itu tidak
mempu untuk lebih berkontraksi menghentikan pendarahannya.
Akibatnya, hematom retroplasenter akan bertambah besar, sehingga
sebagian dan akhirnya seluruh plasenta terlepas dari dinding uterus.
Tanda dan Gejala
Plasenta previa
 a. Perdarahan terjadi tanpa rasa sakit pada trimester III
 b. Sering terjadi pada malam hari saat pembentukan S.B.R
 c. Perdarahan dapat terjadi sedikit atau banyak sehingga
menimbulkan gejala
 d. Perdarahan berwarna merah segar
 e. Letak janin abnormal
Solusi plasenta
 a. Perdarahan disertai rasa sakit
 b. Jalan asfiksia ringan sampai kematian intrauterin
 c. Gejala kardiovaskuler ringan sampai berat
 d. Abdomen menjadi tegang
 e. Perdarahan berwarna kehitaman
 f. Sakit perut terus menerus
 g. Perdarahan yang disertai nyeri.
 h. Anemi dan syok.
 i. Rahim keras seperti papan dan nyeri pinggang.
 j. Palpasi sukar karena rahim keras.
 k. Fundus uteri makin lama makin naik.
 l. Bunyi jantung biasanya tidak ada.
Komplikasi
 Placenta Previa
 a. Prolaps tali pusat
 b. Prolaps plasenta
 c. Plasenta melekat sehingga harus dikeluarkan manual
dan kalau perlu dibersihkan dengan kerokan
 d. Robekan-robekan jalan lahir
 e. Perdarahan post partum
 f. Infeksi karena perdarahan yang banyak
 g. Bayi prematuritas atau kelahiran mati
Solusio Palcenta
 a.Komplikasi LangsungPerdarahan
 1) Infeksi
 2) Emboli dan obstetrik syok
 b. Komplikasi tidak langsung
 1) Couvelair uterus kontraksi tak baik, menyebabkan
pendarahan post partum.
 2) Adanya hipo fibrinogenemia dengan perdarahan post
jartum.
 3) Nekrosis korteks renalis, menyebabkan anuria dan
uremia.
Pemeriksaan Penunjang
 Placenta Previa
 a. Tiap-tiap perdarahan triwulan ketiga yang lebih dari show
(perdarahan inisial harus dikirim ke rumah sakit tanpa
melakukan suatu manipulasi apapun baik rectal apalagi
vaginal).
 b. Apabila ada penilaian yang baik, perdarahan sedikit janin masih
hidup, belum inpartus. Kehamilan belum cukup 37 minggu atau
berat badan janin di bawah 2500 gr. Kehamilan dapat ditunda
dengan istirahat. Berikan obat-obatan spasmolitika,
progestin atau progesterone observasi teliti.
 c. Sambil mengawasi periksa golongan darah, dan siapkan donor
transfusi darah. Kehamilan dipertahankan setua mungkin
supaya janin terhindar dari premature.
 d. Harus diingat bahwa bila dijumpai ibu hamil yang disangka dengan
plasenta previa, kirim segera ke rumah sakit dimana fasilitas operasi
dan tranfuse darah.
 e. Bila ada anemi berikan tranfuse darah dan obat-obatan.
Solusio Placenta
a. Tindakan konsrvatif
Prinsip : tunggu sampai paerdarahan berhenti dan partus
berlangsung spontan. Perdarahan akan berhenti sendiri jika
tekanan intra uterin bertambah lama, bertambah tinggi
sehingga menekan pembuluh darah arteri yang robek.
Sambil menunggu atau mengawasi berikan :
 1) Morphin suntikan subkutan.
 2) Stimulasi dengan kardiotonika seperti coramine,
cardizol, dan pentazol.
 3) Tranfuse darah.
b. Terapi Aktif
Prinsip : melakukan tindakan dengan maksud anak segera
diahirkan dan perdarahan segera berhenti.
Urutan-urutan tindakan pada solusio
plasenta :
 1) Amniotomi ( pemecahan ketuban ) dan pemberian
oksitosin dan dan diawasi serta dipimpin sampai partus
spontan.
 2) Accouchement force : pelebaran dan peregangan
serviks diikuti dengan pemasangan cunam villet gauss
atau versi Braxtonhicks.
 3) Bila pembukaan lengkap atau hampir lengkap, kepala
sudah turun sampai hodge III-IV :
 a) Janin hidup : lakukan ekstraksi vakum atau
forceps
 b) Janin meninggal : lakukan embriotomi
4) Seksio cesarea biasanya dilakukan pada keadaan :
 a) Solusio plasenta dengan anak hidup, pembukaan kecil.
 b) Solusio plasenta dengan toksemia berat, perdarahan agak
banyak, pembukaan masih kecil.
 c) Solusio plasenta dengan panggul sempit.
 d) Solusio plasenta dengan letak lintang.
5) Histerektomi dapat dikerjakan pada keadaan :
 a) Bila terjadi afibrinogenemia atau hipofibrino-genemia kalau
persediaan darah atau fibrinogen tidak ada atau tidak cukup.
 b) Couvelair uterus dengan kontraksi uterus yang tidak baik.
6) Ligasi arteri hipogastrika bila perdarahan tidak terkontrol
tetapi fungsi reproduksi ingin dipertahankan.
7) Pada hipofibrinogenemia berikan :
 a) Darah segar beberapa botol
 b) Plasma darah
 c) Fibrinogen
ASKEP PADA HEMORAGIK AKHIR KEHAMILAN ATAU
KEHAMILAN LANJUT
 Pengkajian
1. Identitas Umum
 Riwayat kesehatan, yang meliputi:
a. Riwayat kesehatan dahulu:
 1) Adanya kemungkinan klien pernah mengalami riwayat diperlukan uterus seperti
seksio sasaria curettage yang berulang-ulang.
 2) Kemungkinan klien mengalami penyakit hipertensi DM, Hemofilia serta mengalami
penyakit menular seperti hepatitis.
 3) Kemungkinan pernah mengalami abortus
b. Riwayat kesehatan sekarang
 1) Biasanya terjadi perdarahan tanpa alasan
 2) Perdarahan tanpa rasa nyeri
 3) Perdarahan biasanya terjadi sejak triwulan ketiga atau sejak kehamilan 20 minggu.
 c. Riwayat kesehatan keluarga
 1) Kemungkinan keluarga pernah mengalami kesulitan kehamilan lainnya.
 2) Kemungkinan ada keluarga yang menderita seperti ini.
 3) Kemungkinan keluarga pernah mengalami kehamilan ganda.
 4) Kemungkinan keluarga menderita penyakit hipertensi DM, Hemofilia dan penyakit
menular.
d. Riwayat obstetri

 Riwayat Haid:
 Minarche : 12 th
 Siklus : 28 hari
 Lamanya : ± 7 hari
 Baunya : amis
 Keluhan pada haid : tidak ada keluhan nyeri haid
e. Riwayat kehamilan dan persalinan:
 Multigravida, kemungkinan abortus, kemungkinan pernah
melakukan curettage
f. Riwayat nifas
 Lochea Rubra, bagaimana baunya; amis, banyaknya 2 kali ganti duk
besar, tentang laktasi, colostrum ada
3. Pemeriksaan tanda-tanda vital
a. Suhu tubuh, suhu akan meningkat jika terjadi infeksi
b. Tekanan darah, akan menurun jika ditemui adanya tanda
syok
c. Pernapasan, nafas stabil jika kebutuhan akan oksigen
terpenuhi
d. Nadi, nadi melemah jika ditemui tanda-tanda shok
Pemeriksaan fisik

a. Kepala, seperti warna, keadaan dan kebersihan


b. Muka, biasanya terdapat cloasmagrafidarum, muka kelihatan
pucat.
c. Mata biasanya konjugtiva anemis
d. Thorak, biasanya bunyi nafas vesikuler, jenis pernapasan
thoracoabdominal
5. Pemeriksaan fisik
 e. Abdomen:
 1) Inspeksi : terdapat strie gravidarum
 2) Palpasi
 Leopoid I : Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri
masih rendah.
 Leopoid II : Sering dijumpai kesalahan letak
 Leopoid III : Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak
kepala biasanya kepala masih goyang atau terapung (floating) atau
mengolak diatas pintu atas panggul.
 Leopoid IV : Kepala janin belum masuk pintu atas panggul
 3) Perkusi : Reflek lutut +/+
 4) Auskultasi : bunyi jantung janin bisa cepat lambat. Normal
120.160
 f. Genetalia biasanya pada vagina keluar dasar berwarna merah muda
 g. Ekstremitas, Kemungkinan udema atau varies. Kemungkinan akral
dingin.
5. Pemeriksaan penunjang
 Data laboraturium, memungkinkan Hb rendah. Hb yang
normal (12-14gr%) leukosit meningkat (Normal 5.000-
10.000 mm3).
Trombosit menurun (normal 250 ribu – 500 ribu).
6. Data sosial ekonomi

 Plaesnta previa dapat terjadi pada semua tingkat ekonomi


namun pada umumnya terjadi pada golongan menengah
kebawah , hal ini juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan
yang dimilikinya.
Diagnosa Keperawatan
 Resiko perdarahan berulang berhubungan dengan efek penanaman
plasenta pada segmen bawah rahim ( Susan Martin Tucker,dkk
1988:523)
 Gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan
ketidak mampuan merawat diri. Sekunder keharusan bedrest
(Linda Jual Carpenito edisio :326)
 Resiko rawat janin : fital distress berhubungan dengan tidak ada
kuatnya perfusi darah ke plasenta (Lynda Jual Carpenito,2000:
1127) post seksio.
 Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan trauma
jaringan dan spasme otot perut (Susan Martin Tucker,dkk 1988 :
624).
Intervensi Keperawatan
 1. Resiko perdarahan berulang berhubungan dengan efek
penanaman plasenta pada segmen bawah rahim
 Tujuan: klien tidak mengalami perdarahan berulang
4. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma
jaringan dan spasme otot perut
 Tujuan : rasa nyaman terpenuhi
EVALUASI
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan :
 1. Klien tidak mengalami perdarahan berulang
 2. Pemenuhan kebutuhan klien sehari-hari terpenuhi
 3. Gawat janin tidak terjadi
 4. Rasa nyaman terpenuhi
ASKEP pada Hipertensi kehamilan
Hipertensi dalam kehamilan adalah suatu kondisi dalam kehamilan
dimana tekanan darah sistol diatas 140 mmHg dan diastol diatas 90
mmHg atau adanya peningkatan tekanan sistolik sebesar 30 mmHg atau
lebih atau peningkatan diastolik sebesar 15 mmHg atau lebih diatas nilai
dasar yang mana diukur dalam dua keadaan, minimal dalam jangka
waktu 6 jam (Reeder dkk, 2011).

 Hipertensi dalam kehamilan ialah tekanan darah sistolik dan diastolik


≥140/90 mmHg pengukuran tekanan darah sekurang-kurangnya
dilakukan 2 kali selang 4 jam. Kenaikan tekanan darah sistolik ≥ 30
mmHg dan kenaikan tekanan darah diastolik ≥ 15 mmHg sebagai
parameter hipertensi sudah tidak dipakai lagi (Prawirohardjo, 2013).
Klasifikasi hipertensi dalam kehamilan :
 a. Hipertensi kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum usia
kehamilan 20 minggu atau hipertensi yang pertama kali didiagnosis
setelah umur kehamilan 20 minggu dan hipertensi menetap sampai
12 minggu pasca persalinan.
 b. Preeklampsi adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu
kehamilan disertai dengan proteinuria.
 c. Eklampsi adalah preeklamsi yang disertai dengan kejang-kejang
sampai dengan koma.
 d. Hipertensi kronik dengan superimposed preeklamsi adalah
hipertensi kronik di sertai tanda-tanda preeklamsi atau hipertensi
kronik disertai proteinuria.
 e. Hipertensi gestasional (transient hypertensi) adalah hipertensi
yang timbul pada kehamilan tanpa disertai proteinuria dan
hipertensi menghilang setelah 3 bulan pascapersalin atau
kehamilan dengan preeklamsi tetapi tanpa proteinuria
(Prawirohardjo, 2013).
Pembagian PE
 1. PE ringan ( tekanan darah 140/90 mmHG, ada edema pada
kaki, jari tangan dan wajah, kenaikan BB > 1 kg per minggu,
protein urine +1atau +2 secara kualitatif, kuantitatif > 0,3
gr/liter)
 2. PE Berat (( tekanan darah 160/100 mmHG, ada edema paru
dan sianosis, kenaikan BB > 1 kg per minggu, protein urine
+1atau +2 secara kualitatif, kuantitatif >= 5gr/liter, oliguria
(urin < 500 cc/24 jam), gangguan visus, neyri epigastrium, nyeri
kepala, gangguan kesadaran)
ETIOLOGI
 Prawirohardjo (2013), menjelaskan penyebab hipertensi dalam
kehamilan
 belum diketahui secara jelas. Namun ada beberapa faktor risiko yang
 menyebabkan terjadinya hipertensi dan dikelompokkan dalam faktor
risiko.
 Beberapa faktor risiko sebagai berikut :
 a. Primigravida, primipaternitas
 b. Hiperplasentosis, misalnya : mola hidatidosa, kehamilan
multipel,diabetes melitus, hidrops fetalis, bayi besar.
 c. Umur
 d. riwayat keluarga pernah pre eklampsia/ eklampsia
 e. penyakit- penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil
 f. obesitas
ASKEP HIPERTENSI PADA KEHAMILAN
 A. Anamnesa
 Pengkajian pada pasien dengan kasus hipertensi dalam kehamilan
 meliputi :
 1) Identitas umum ibu, seperti:nama, tempat tanggal lahir/umur,
 pendidikan, suku bangsa, pekerjaan, agama, dan alamat rumah
 2) Data Riwayat Kesehatan
 a) Riwayat kesehatan sekarang :
 Biasanya ibu akan mengalami: sakit kepala di daerah frontal,
 terasa sakit di ulu hati/ nyeri epigastrium, bisa terjadi gangguan
 visus, mual dan muntah, tidak nafsu makan, bisa terjadi
 gangguan serebral, bisa terjadi edema pada wajah dan
 ekstermitas, tengkuk terasa berat, dan terjadi kenaikan berat
 badan 1 kg/ minggu.
 b) Riwayat kesehatan Dahulu:
 Biasanya akan ditemukan riwayat: kemungkinan ibu
menderita
 penyakit hipertensi pada kehamilan sebelumnya,
kemungkinan
 ibu mempunyai riwayat preeklampsia dan eklampsia pada
kehamilan terdahulu, biasanya mudah terjadi pada ibu dengan
 obesitas, ibu mungkin pernah menderita gagal ginjal kronis.
 c) Riwayat Kesehatan Keluarga
 Kemungkinan mempunyai riwayat kehamilan dengan
 hipertensi dalam keluarga.
 3) Riwayat Perkawinan
 Biasanya terjadi pada wanita yang menikah di bawah usia 20
tahun
 atau di atas 35 tahun.
 4) Riwayat Obstetri
 Biasanya hipertensi dalam kehamilan paling sering terjadi
pada ibu
 hamil primigravida, kehamilan ganda, hidramnion, dan
 molahidatidosa dan semakin semakin tuanya usia kehamilan
 (Prawirohardjo, 2013).
b. Pemeriksaan fisik

 Keadaan umum : Biasanya ibu hamil dengan hipertensi akan


 mengalami kelemahan.
 TD : Pada ibu hamil dengan hipertensi akan ditemukan
 tekanan darah darah sistol diatas 140 mmHg dan
 diastol diatas 90 mmHg.
 Nadi : Biasanya pada ibu hamil dengan hipertensi akan
 ditemukan denyut nadi yang meningkat, bahkan
 pada ibu yang mengalami eklampsia akan
 ditemukan nadi yang semakin cepat.
 Nafas : Biasanya pada ibu hamil dengan hipertensi akan
 ditemuksn nafas pendek, dan pada ibu yang
 mengalami eklampsia akan terdengar bunyi nafas
 yang berisik dan ngorok.
 Suhu : Ibu hamil yang mengalami hipertensi dalam
 kehamilan biasanya tidak ada gangguan pada suhunya, tetapi
jika ibu hamil tersebut mengalami
 eklampsia maka akan terjadi peningkatan suhu.
 BB : Biasanya akan terjadi peningkatan berat badan
 lebih dari 0,5 kg/minggu, dan pada ibu hamil yang
 mengalami preeklampsia akan terjadi peningkatan
 BB lebih dari 1 kg/minggu atau sebanyak 3 kg
 dalam 1 bulan
 Kepala : Biasanya ibu hamil akan ditemukan kepala yang
 berketombe dan kurang bersih dan pada ibu hamil
 dengan hipertensi akan mengalami sakit kepala.
 Wajah : Biasanya pada ibu hamil yang mengalami
 preklampsia/eklampsia wajah tampak edema.
 Mata : Biasanya ibu hamil dengan hipertensi akan ditemukan
konjungtivasub anemis, dan bisa juga ditemukan edema pada
palvebra. Pada ibu hamil yang mengalami preeklampsia atau
eklampsia biasanya akan terjadi gangguan penglihat yaitu
penglihatan kabur.
 Hidung : Biasanya pada ibu hamil tidak ditemukangangguan
 Bibir : Biasanya akan ditemukan mukosa bibir lembab
 Mulut : Biasanya terjadi pembengkakan vaskuler pada gusi,
menyebabkan kondisi gusi menjadi hiperemik dan lunak, sehingga
gusi bisa mengalami pembengkakan dan perdarahan
 Leher : Biasanya akan ditemukan pembesaran pada kelenjer tiroid
 Thorax :
 1) Paru-paru : Biasanya akan terjadi peningkatan respirasi,
edema paru dan napas pendek
 2) jantung : Pada ibu hamil biasanya akan terjadi palpitasi
jantung, pada ibu yang mengalami hipertensi dalam
kehamilan,khususnya pada ibu yang mengalami preeklampsia
beratakan terjadi dekompensasi jantung.
 Payudara : Biasanya akan ditemukan payudara membesar,
lebih padat dan lebih keras, puting menonjol dan areola
menghitam dan membesar dari 3 cm menjadi 5 cm sampai 6
cm, permukaan pembuluh darah menjadi lebih terlihat.
 Abdomen :Pada ibu hamil akan ditemukan umbilikus
menonjol keluar, danmembentuk suatu area berwarna gelap
di dinding abdomen, serta akan ditemukan linea alba dan
linea nigra. Pada ibu hamil dengan hipertensibiasanya akan
ditemukan nyeri pada daerah epigastrum, dan akan terjadi
anoreksia, mual dan muntah
 Pemeriksaan janin : Biasanya ibu hamil dengan hipertensi bisa
terjadi bunyi jantung janin yang tidak teratur dan gerakan
janin yang melemah (Mitayani, 2011).
 Ekstermitas : Pada ibu yang mengalami hipertensi dalam
kehamilan bisa ditemukan edema pada kaki dan tangan juga
pada jari-jari.
 Sistem persarafan : Biasanya ibu hamil dengan hipertensi bisa
ditemukan hiper refleksia, klonus pada kaki
 Genitourinaria : Biasanya ibu hamil dengan hipertensi akan
didapatkan oliguria dan proteinuria, yaitu pada ibu hamil
dengan preeklampsia (Reeder, 2011;Mitayani, 2011).
 Pemeriksaan Penunjang
 Mitayani (2011), mengatakan beberapa pemeriksaan
penunjang hipertensi dalam kehamilan yang dapat dilakukan
adalah :
 1. Pemeriksaan laboratorium
 a) Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah
 1) Penurunan hemoglobin (nilai rujukan atau kadar normal
untuk wanita hamil adalah 12-14 gr%)
 2) Hematokrit meningkat (nilai rujukan 37-43 vol%)
 3) Trombosit menurun (nilai rujukan 150-450 ribu/mm3
b) Urinalisis
Untuk menentukan apakah ibu hamil dengan hipertensi tersebut mengalami
proteinuria atau tidak. Biasanya pada ibu hipertensi ringan tidak ditemukan protein
dalam urin.
c) Pemeriksaan fungsi hati
 1) Bilirubin meningkat (N=< 1 mg/ dl)
 2) LDH (Laktat dehidrogenase) meningkat
 3) Aspartat aminomtransferase (AST) > 60 ul.
 4) Serum glutamat pirufat transaminase (SGPT) meningkat (N:15-45 u/ml).
 5) Serum glutamat oxaloacetic trasaminase (SGOT) meningkat (N: < 31 u/l).
 6) Total protein serum normal (N: 6,7-8,7 g/dl).
d) Tes kimia darah
 Asam urat meningkat (N: 2,4-2,7 mg/ dl).
 2. Radiologi
 a) Ultrasonografi : bisa ditemukan retardasi pertumbuhan
janin intrauterus, pernapasan intrauterus lambat, aktivitas
janin lambat, dan volume cairan ketuban sedikit
 b) Kardiotografi Diketahui denyut jantung janin lemah
 3. Data sosial ekonomi
 Hipertensi pada ibu hamil biasanya lebih banyak terjadi pada
wanita dengan golongan ekonomi rendah, karena mereka
kurang mengonsumsi makanan yang mengandung protein dan
juga melakukan perawatan antenatal yang teratur.
 4. Data Psikologis
 Biasanya ibu yang mengalami hipertensi dalam kehamilan
berada dalam kondisi yang labil dan mudah marah, ibu merasa
khawatir akan keadaan dirinya dan keadaan janin dalam
kandungannya, dia takut anaknya nanti lahir cacat ataupun
meninggal dunia, sehingga ia takut untuk melahirkan
(Prawihardjo, 2013).
Kemungkinan Diagnosis Keperawatan
 Purwaningsih dan Fatmawati (2010); Reeder dkk (2011), menyebutkan
 beberapa kemungkinan diagnosa yang terjadi pada ibu hamil dengan
 hipertensi diantaranya adalah:
 1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hipoventilasi
 2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan kurang
 suplai oksigen ke jaringan
 3. Nyeri berhubungan dengan agen cedera biologis
 4. Resiko cedera dengan faktor resiko internal ( disfungsi integrasi
 sensori)
 5. Intoleran aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
 suplai dan kebutuhan oksigen
 6. Ansietas berhubungan dengan ancaman pada status terkini
 7. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
1 Ketidakefektifan pola NOC: Setelah NIC:
nafas berhubungan dilakukan a. monitor vital
dengan sindrom tindakan keperawatan, sign
hipoventilasi diharapkan partisipan Tindakan keperawatan:
Defenisi : menunjukkan 1) Memonitor tekanan
Inspirasi dan / atau keefektifan darah, nadi, suhu, dan
ekspirasi yang tidak dalam bernafas dan status pernafasan,
memberi ventilasi dengan 2) Memonitor denyut
adekuat. indikator : jantung
a. Satus Pernafasan 3) Memonitor suara
Kriteria hasil: paruparu
1) frekunsi pernapasan 4) Memonitor warna
normal kulit
2) irama pernafasan 5) Meniai CRT
normal
3) tidak ada dispnea
pada saat istirahat
4) tidak ada suara
mendengkur
Batasan b. monitor
Karakteristik: pernafasan
a) Dispnea Tindakan keperawatan:
b) Fase ekspirasi 1) Memonitor tingkat,
memanjang irama, kedalaman, dan
c) Penggunaan otot kesulitan bernafas
bantu pernapasan 2) Memonitor gerakan
d) Penurunan dada
kapasitas vital 3) Monitor bunyi
e) Penurunan tekanan pernafasan
ekspirasi 4) Auskultasi bunyi paru
f) Penurunan tekanan 5) Memonitor pola
inspirasi nafas
g) Penurunan 6) Monitor suara nafas
ventilasi semenit tambahan
h) Pola napas c. Pengaturan posisi
abnormal 1) Poposisikanpasien
i) takipnea untuk
mengurangi dispnea,
misalnya posisi semi
fowler
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
Ketidakefektifan NOC: Setelah dilakukan NIC:
perfusi jaringan tindakan keperawatan, a. Oxygen therapy
perifer berhubungan diharapkan partisipan (terapi
dengan kurang suplai menunjukkan oksigen)
oksigen ke jaringan. keefektifan 1) Monitor kemampuan
Defenisi : penurunan perfusi jaringan perifer pasien dalam
sirkulasi darah ke dengan indikator : mentoleransi kebutuhan
perifer yang dapat oksigen saat makan
mengganggu 2) Monitor perubahan
Kesehatan warna
kulit pasien
3) Monitor posisi pasien
untuk membantu
masuknya oksigen
4) Memonitor
penggunaan
oksigen saat pasien
beraktivitas
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
Batasan a. Perfusi jaringan b. Peripheral
Karakteristik: perifer sensationManagement
Edema Kriteria hasil : (menajemen sensasi
Nyeri ekstermitas 1) Pengisian kapiler jari perifer)
Penurunan nadi normal 1) Memonitor perbedaan
perifer 2) Pengisian kapiler jari terhadap rasa
Perubahan kakinormal tajam,tumpul,panas atau
karakteristik kulit 3) Kekuatan denyut nadi dingin
(misalnya warna, karotisnormal 2) Monitor adanya mati
elastisitas, rambut, 4) Edema perifer rasa,rasa geli.
kelembapan, kuku, 3) Diskusikan tentang
sensasi, dan suhu). adanya kehilangan
Perubahan tekanan sensasi atau perubahan
darah sensasi
Waktu pengisian 4) Minta keluarga untuk
kapiler > 3 detik memantau perubahan
Warna tidak kembali warna kulit setap hari
ke tungkai 1 menit
setelah tungkai
diturunkan.
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC

3 Nyeri akut NOC : Setelah dilakukan NIC :


berhubungan dengan tindakan keperawatan, Manajemen nyeri :
agen cedera biologis diharapkan partisipan 1) Lakukan pengkajian
Defenisi : pengalaman mampu menangani nyeri secara
sensori dan emosional masalah nyeri dengan komprehensif yang
yang tidak indikator : meliputi lokasi,
menyenangkan yang Kontrol nyeri karakteristik, durasi,
muncul akibat 1) mengenali kapan nyeri frekwensi, kualitas,
kerusakan jaringan yang aktual atau terjadi ntensitas dan faktor
potensial atau 2) menggunakan tindakan pencetus
digambarkan dalam pencegahan 2) Observasi adanya
hal kerusakan 3) mengenali gejala yang petubjuk non verbal
sedemikian rupa terkait dengan nyeri mengenai
(International 4) melaporan nyeri ketidaknyamanan
Association for the terkontrol 3) Gunakan strategi
Study of Pain ); komunikasi terapeutik
awitan yang tiba-tiba untuk mengetahui
atau lambat dari pengalaman nyeri
intensitas ringan 4) Kaji pengetahuan pasien
hingga berat dengan megenai nyeri
akhir yang dapat
diantisipasi atau
diprediksi dan
berlangsung kurang
dari 6 bulan.
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
3 Batasan kepuasan klien 5) Tentukan akibat dari
Karakteristik: manajemen nyeri pengalaman nyeri
a) Bukti nyeri dengan 1) nyeri terkontrol terhadap kualitas hidup
menggunakan 2) mengambil tindakan seperti tidur, nafsu
standar daftar untuk mengurangi makan, perasaan, dll
periksa nyeri untuk nyeri 6) Gali bersama faktor
pasien yang tidak 3) mengambil tindakan yang dapat menurunkan
dapat untuk memberikan atau memperberat nyeri
mengungkapkannya kenyamanan 7) Berikan informasi
b) Ekspresi wajah 4) informasi disediakan mengenai nyeri
nyeri (mis: mata untuk mengurangi 8) Ajarkan prisip-prinsip
kurang bercahaya, nyeri manajemen nyeri
tampak kacau, tanda-tanda vital 9) Ajarkan teknik
gerakan mata 1) tingkat nonfarmakologi seperti
berpencar atau pernapasannormal teknik relaksasi, terapi
tetap pada satu 2) tekanan darah musik
fokus, meringis) sistoliknormal
c) Hambatan 3) tekanan darah
kemampuan diastoliknormal
meneruskan 4) tekanan nadi normal
aktivitas
sebelumnya
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
3 d) Laporan tentang
perilaku/ nyeri
perubahan aktivitas
(mis: anggota
keluarga,
pemberian asuhan)
e) Perubahan pola
tidur
f) Keluhan tentang
intesitas dan
karakteristik nyeri
menggunakan
standar skala nyeri
(mis: skala Wong
Baker FACES dan
skala penilaian
numerik)
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
4 Resiko cedera dengan NOC :Setelah dilakukan NIC :
faktor resiko internal ( tindakan keperawatan, a.Manajemen
disfungsi integrasi diharapkan resiko cedera lingkungan
sensori) teratasi dengan indikator : 1) Ciptakan lingkungan
Defenisi : rentan Kejadian jatuh yang
mengalami cedera Kriteria hasil : aman bagi pasien
fisik akibat kondisi 1) Tidak ada jatuh 2) Lindungi pasien
lingkungan yang saat sendiri dengan
berinteraksi dengan 2) Tidak ada Jatuh pegangan pada sisi/
sumber-sumber saat berjalan bantalan pada sisi
adaptif dan sumber 3) Tidak ada Jatuh ruangan yang sesuai
defenisi individu, saat 3) Letakkan benda yang
yang dapat sering digunakan dalam
mengganggu jangkauan pasien
kesehatan. 4) Anjurkan keluarga
atau
orang terdekat tinggal
dengan pasien
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
4 b. Perawatan
kehamilan resiko
tinggi
1) Kaji kondisi medis
aktual yang
berhubungan dengan
kondisi kehamilan
(misalnya diabetes,
hipertensi, dll)
2) Kaji riwayat
kehamilan
dan kelahiran yang
berhubungan dengan
faktor resiko
kehamilan(misalny
premature
preeklampsia,
dll)
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC

4 3) Kenali faktor resiko


sosio demografi yang
berhubungan dengan
kondisi
kehamilan(misalnya
usia kehamilan,
kemiskinan, ketiadaan
pemeriksaan
kehamilan,
dll)
4) Kaji pengetahuan
klien
dalam mengidentifikasi
faktor resiko
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
5 Intoleran aktifitas NOC: Setelah dilakukan NIC:
berhubungan dengan tindakan keperawatan, a. terapi aktifitas
ketidakseimbangan diharapkan partisipan Aktivitas keperawatan :
antara suplai dan menunjukkan toleransi 1) Bantu klien
kebutuhan oksigen dalam beraktivitas dengan menngidentifikasi
Defenisi: indikator : aktivitas yang mampu
ketidakcukupan energi a. toleransi terhadap dilakukan
psikologis atau aktifitas 2) Bantu klien untuk
fisiologis untuk Kriteria hasil : memilih aktivitas yang
mempertahankan atau 1) Saturasi oksigen sesuai dengan
menyelesaikan dengan kemampuan fisik,
aktivitas keidupan beraktivitasnormal psikologi, dan sosial
sehari hari yang harus 2) frekuensi nadi ketika 3) Bantu untuk
atau yang ingin beraktivitasnormal mengidentifikasi dan
dilakukan 3) frekuensi pernapasan mendapatkan sumber
bila beraktivitasnormal yang diperlukan untuk
4) Warna kulitnormal aktivitas yang
5) Tekanan darah ketika diinginkan
beraktifitasnormal
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
5 Batasan b. tingkat kelelahan 4) Bantu untuk
Karakteristik: Kriteia hasil: mengidentifikasi
a) Dispnea setelah 1) kelelahan sedang aktivitas yang disukai
beraktifitas 2) Gangguan 5) Bantu pasien atau
b) Keletihan konsentrasimenurun keluarga untuk
c) Ketidaknyamana tidak ada mengidentifikasi
n setelah 3) Tingkat stres sedang 4) kekurangan dalam
beraktifitas Sakit kepala tidak ada beraktivitas
d) Respon frekwensi 5) Kualitas tidur sedang 6) Bantu pasien untuk
jantung abnormal terhadap aktivitas 6) Kegiatan sehari-hari mengembangkan
e) Respon tekanan normal motivasi diri dan
darah abnormal 7) Kualitas istirahat penguatan
terhadap aktivitas normal 7) Monitor respon fisik,
c. tanda – tanda vital emosi, sosial, dan
Kriteria hasil: spiritual.
1) Tingkat
pernapasannormal
2) Irama
pernapasannormal
3) Tekanan nadinormal
4) Kedalaman
inspirasinormal
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
6 Ansietas berhubungan NOC : Setelah dilakukan NIC :
dengan ancaman pada tindakan keperawatan, a.Pengurangan
status terkini diharapkan partisipan kecemasan
Definisi :Perasaan menunjukkan tidak ada 1) gunakan pendekatan
tidak nyaman atau rasa ansietas dengan yang menenangkan
kekhawatiran yang indikator : 2) nyatakan dengan jelas
samar disertai respon Tingkat kecemasan harapan terhadap
autonom (sumber Kriteria hasil : prilaku pasien
sering kai tidak 1) Perasaan gelisah 3) berikan informsi
spesifik) perasaan sedang faktual
takut yang disebabkan 2) Tidak ada rasa cemas terkait diagnosis,
oleh antisipasi yang disampaikan perawatan dan
terhadap bahaya. 3) Tidak ada peningkatan prognosis
tekanan darah 4) berikan aktivitas yang
4) Tidak ada peningkatan lain untuk mengurangi
frekuensi nadi Tidak tekanan
ada gangguan pada
pola tidur
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
6 Perasaan ini Kontrol kecemasan diri terapi relaksasi:
merupakan isyarat Kriteria hasil : 1) gambarkan
kewaspadaan yang 1) Dapat mengurangi rasionalisasi
memperingatkan penyebab kecemasan dan manfaat relaksasi
bahaya yang akan 2) Dapat mencari serta jenis relaksasi
terjadi dan informasi untuk yang tersedia (misalnya
memampukan mengurangi kecemasan musik, meditasi dan
individu melakukan 3) Dapat menggunakan bernafas dalam)
tindakan untuk strategi koping yang efektif 2) berikan deskripsi
menghadapi ancaman 4) Menggunakan teknik terkait
relaksasi mengurangi intervensi yang dipilih
kecemasan 3) ciptakan lingkungan
5) Mengendalikan respon yang nyaman
kecemasan
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
6 4) dorong klien untuk
mengambil posisi yang
nyaman
5) dapatkan prilaku
yang
menunjukkan terjadinya
relaksasi
6) dorong pengulangan
teknik praktek tertentu
secara berkala
7) evaluasi dan
dokumentasi respon
terhadap teknik
relaksasi
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
7 Defisiensi NOC :Setelah dilakukan NIC :
pengetahuan tindakan keperawatan, 1) Pendidikan
berhubungan dengan diharapkan partisipan Kesehatan
kurang informasi menunjukkan peningkatan Tindakan keperawatan:
Defenisi : ketiadaan pengetahuan dengan 1) Identitafikasi faktor
atau defisiensi indikator : internal maupun
informasi kogniti yang eksternal yang dapat
berkaitan dengan meningkatkan atau
topik tertentu mengurangi motivasi
Batasan untuk perilaku sehat
karakteristik : 2) Identifikasi (pribadi,
a) Ketidakakuratan ruang dan uang) yang
melakukan tes diperlukan untuk
b) Ketidakakuratan melaksanakan program
melakukan kesehatan
perintah 3) Prioritaskan
c) Kurang kebutuhan
pengetahuan pasien
d) Prilaku tidak
tepat
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
7 Defisiensi 1) Pengetahuan 2) Fasilitasi
pengetahuan keselamatan diri pembelajaran
berhubungan dengan Kriteria hasil: Tindakan keperawatan:
kurang informasi 1) Menggambarkan untuk 1) Mulai instruksi hanya
Defenisi : ketiadaan mengurangi risiko setelah pasien
atau defisiensi cedera menunjukkan kesiapan
informasi kogniti yang 2) Menggambarkan untuk belajar
berkaitan dengan perilaku yang berisiko 2) Sediakan lingkungan
topik tertentu tinggi yang kondusif untuk
Batasan 2) Status nutrisi belajar
karakteristik : Kriteria hasil: 3) Atur informasi dalam
a) Ketidakakuratan 1) Status nutrisi urutan yang logis
melakukan tes 2) Asupan gizi 4) Sediakan lisan
b) Ketidakakuratan 3) Asupan makanan petunjuk
melakukan 4) Asupan cairan atau pengingat, yang
perintah 5) Energi sesuai
c) Kurang 6) Berat badan
pengetahuan
d) Prilaku tidak
tepat
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
7 3) pengurangan
kecemasan
Tindakan
keperawatan:
1) Gunakan
pendekatan
yang tenang dan
meyakinkan
2) Berusaha untuk
memahami perspektif
pasien dari situasi
stress
3) Anjurkan pasien
dalam
menggunakan teknik
relaksasi
4) Tentukan pasien
dalam
pengambilan
keputusan
 Sumber: Diagnosis dan Perencanaan Keperawatan NANDA
Internasional (2015-2017); Nursing Outcomes Classification
(2013), Nursing Interventions Classification (2013).
4. DiagnosisKeperawatan
 Implementasi adalah suatu proses pelakasanaan terapi keperawatan
keluarga yang berbentuk intervensi mandiri atau kolaborasi melalui
pemanfaatan sumber-sumber yang dimiliki keluarga. Implementasi
diprioritaskan sesuai dengan kemampuan keluarga dan sumber yang
dimiliki oleh keluarga (Sudiharto, 2007).
 Implementasi keperawatan keluarga adalah suatu proses aktualisasi
rencana intervensi yang memanfaatkan berbagai sumber di dalam
keluarga dan memandirikan keluarga dalam bidang kesehatan. Keluarga
di didik untuk dapat menilai potensi yang di miliki mereka dan
mengembangkannya melalui implementasi yang bersifat memampukan
keluarga untuk mengenal masalah kesehatannya, mengambil keputusan
berkaitan dengan persoalan kesehatan yang dihadapi, merawat dan
membina anggota keluarga sesuai kondisi kesehatannya, memodifikasi
lingkungan yang sehat bagi setiap anggota keluarga, serta memanfaatkan
sarana pelayanan kesehatan terdekat (Sudiharto, 2007).
 Sedangkan menurut (Padila, 2012) tindakan perawatan terhadap
keluarga mencakup dapat berupa :
 a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenal
masalah dan kebutuhan kesehatan, dengan cara :
1) Memberikan informasi : penyuluhan atau konseling
2) Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan
3) Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah
 b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang
tepat dengan cara :
1) Mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan
2) Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga
3) Mendiskusikan tentang konsekuensi setiap tindakan.
 c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang
sakit :
1) Mendemontrasikan cara perawatan
2) Menggunakan alat dan fasilitas yang ada dirumah
3) Mengawasi keluarga melakukan tindakan perawatan.
 d. Membantu keluarga menemukan cara bagaimana membuat lingkungan
dengan cara :
1) Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga
2) Melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin.
 e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada
dengan cara :
1) Memperkenalkan fasilitas kesehatan yang ada dalam lingkungan keluarga
2) Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.
5. Evaluasi Keperawatan

 Evaluasi keperawatan adalah suatu proses menilai diagnosis keperawatan


 keluarga yang teratasi, teratasi sebagian, atau timbul masalah baru.
 Melalui kegiatan evaluasi, perawat dapat menilai pencapaian tujuan yang
 di harapkan dan tujuan yang telah di capai oleh keluarga. Bila tercapai
 sebagian atau timbul masalah keperawatan baru, kita perlu melakukan
 pengkajian lebih lanjut, memodifikasi rencana, atau mengganti dengan
 rencana yang lebih sesuai dengan kemampuan keluarga (Sudiharto,
2007).
 Evaluasi keperawatan keluarga adalah proses untuk menilai keberhasilan
 keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatannya sehingga memiliki
 produktivitas yang tinggi dalam mengembangkan setiap anggota keluarga
 (Sudiharto, 2007).
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai