Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Stase Keperawatan Dasar Profesi
Program Profesi Ners Angkatan XI
DISUSUN OLEH:
Agung Rizqy R (KHGD21044)
Asep Nurodin (KHGD21042)
Eli Jumaeli (KHGD21043)
Ervina Dwi Oktavia (KHGD21065)
Hasan Rizal (KHGD21091)
Muhtar Megi (KHGD21097)
Rizky Ramdhan Siregar (KHGD21008)
PENDAHULUAN
1
nyata. Dengan pelaksanaan ronde keperawatan yang berkesinambungan
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan perawat ruangan untuk berpikir
secara kritis dalam peningkatan keperawatan secara profesional. Dalam
pelaksanaan ronde juga akan terlihat kemampuan perawat dalam melaksanakan
kerjasama dengan tim kesehatan yang lain guna mengatasi masalah kesehatan
yang terjadi pada pasien.
Berdasarkan pertimbangan tersebut maka mahasiswa Praktek Profesi Ners
STIKes Karsa Husada Garut kelompok PKM Cikajang akan mengadakan kegiatan
ronde keperawatan di ruang Laboratorium STIKes Karsa Husada Garut kampus I.
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menyelesaikan masalah pasien melalui pendekatan
berpikir kritis.
2. Tujuan Khusus
Setelah akan dilaksanakan ronde keperawatan mahasiswa mampu :
1) Menumbuhkan cara berpikir kritis dan ilmiah.
2) Meningkatkan validasi data pasien.
3) Meningkatkan kemampuan untuk memodivikasi rencana
keperawatan.
4) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
sesuai dengan masalah pasien.
5) Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja.
1.3 Manfaat
1. Bagi Pasien
1) Membantu menyelesaikan masalah pasien sehingga mempercepat
masa penyembuhan.
2) Memberikan keperawatan secara profesional dan efektif kepada
pasien.
3) Memenuhi kebutuhan pasien.
2
2. Bagi Perawat
1) Meningkatkan kemampuan kogintif, efektif dan psikomotor
perawat.
2) Meningkatkan kerja sama tim.
3) Menciptakan komunitas keperawatann profesional
3. Bagi Rumah Sakit/Puskesmas
1) Meningkatkan mutu pelayanan di Rumah Sakit.
2) Menurunkan lama hari perawatan pasien.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
e. Menjelaskan rasional (alasan ilmiah) tindakan yang diambil
f. Menggali masalah-masalah klien yang belum terkaji
2. Perawat Konselor
a. Memberikan justifikasi
b. Memberikan reinforcement
c. Memvalidasi kebenaran dari masalah dan intervensi keperawatan
serta rasional tindakan
d. Mengarahkan dan koreksi
e. Mengintegrasikan konsep dan teori yang telah dipelajari
2.1.5 Alur Pelaksanaan Ronde Keperawatan
TAHAP PRA PP
RONDE
2
Persiapan Pasien :
Informed Concent
Hasil Pengkajian/
Validasi data
TAHAP RONDE DI
6 BED KLIEN Validasi data
7
Lanjutan diskusi di
5
Nurse Station
8 TAHAP PASCA
9 RONDE Simpulan dan
rekomendasi solusi
masalah
dan diskusi
Masalah teratasi
2.1.6 Evaluasi
1. Evaluasi Struktur :
a. Ronde keperawatan dilaksanakan di Ruang Laboratorium STIKes
Karsa Husada Garut kampus I, persyaratan administratif sudah
lengkap (Informed consent, alat, dan lainnya)
b. Peserta ronde keperawatan hadir ditempat pelaksanaan ronde
keperawatan
c. Persiapan dilakukan sebelumnya
2. Evaluasi Proses :
a. Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir
b. Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran
yang telah ditentukan
3. Evaluasi Hasil :
c. Klien puas dengan hasil kegiatan
d. Masalah klien dapat teratasi
e. Perawat dapat :
1) Menumbuhkan cara berfikir yang kritis
2) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berorientasi pada masalah pasien
3) Meningkatkan cara berfikir yang sistematis
6
4) Meningkatkan kemampuan validitas data pasien
5) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosa keperawatan
6) Meningkatkan kemampuan justifikasi
7) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja
8) Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan
keperawatan
2.2 Asuhan Keperawatan pada Nn. D dengan diagnosa medis diare
dengan masalah keperawatan utana
2.2.1 Konsep Penyakit
1. Pengertian
Diare atau gastroenteritis didefinisikan sebagai buang air besar (BAB)
encer lebih dari tiga kali sehari selama dua hari berturut-turut, yang dapat
terkait atau tidak terkait dengan kondisi patologis. Diare dapat
diakibatkan oleh penggunaan antibiotik dan dapat berlangsung selama
pengobatan dengan antibiotik tersebut. Diare juga dapat disebabkan oleh
gastroenteritis virus, keracunan makanan, sindrom malabsorpsi, yang
meliputi intoleran laktosa, malabsorpsi gluten, penyakit usus inflamatori
atau penyakit Crohn, kolitis ulseratif dan sindrom usus rengsa (Morris,
2014).
2. Etiologi
Etiologi menurut Ngastiyah (2014) antara lain:
a. Faktor Infeksi
1) Infeksi enternal: infeksi saluran pencernaan makanan yang
merupakan penyebab utama diare pada anak.Meliputi infeksi
eksternal sebagai berikut :
a) Infeksi bakteri: Vibrio’ E coli, Salmonella, Shigella,
Campylobacter, Yersinia, aeromonas, dan sebagainya.
b) nfeksi virus: Enterovirus (virus ECHO, Coxsacki,
Poliomyelitis) Adeno-virus, Rotavirus, astrovirus, dan lain-
lain.
7
c) Infeksi parasit: cacing (Ascaris, Trichuris, Oxcyuris,
Strongyloides) protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia
lamblia, Trichomonas hominis), jamur (Candida albicans).
2) Infeksi parenteral ialah infeksi di luar alat pencernaan makanan
seperti: otitits media akut (OMA), tonsillitis/tonsilofaringitis,
bronkopneumonia, ensefalitis, dan sebagainya. Keadaan ini
terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.
b. Faktor malabsorbsi
1) Malabsorbsi karbohidrat disakarida (intoleransi laktosa, maltose
dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa,dan
galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering
(intoleransi laktosa).
2) Malabsorbsi lemak
3) Malabsornsi protein
c. Faktor makanan, makanan basi,beracun, alergi, terhadap makanan.
d. Faktor psikologis, rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi
pada anak yang lebih besar).
3. Klasifikasi
Klasifikasi diare menurut (Octa,dkk 2014) ada dua yaitu berdasarkan
lamanya dan berdasarkan mekanisme patofisiologik.
a. Berdasarkan lama diare
1) Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari
2) Diare kronik, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari
dengan kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah
(failure to thrive) selama masa diare tersebut.
b. Berdasarkan mekanisme patofisiologik
1) Diare sekresi Diare tipe ini disebabkan karena meningkatnya
sekresi air dan elekrtolit dari usus, menurunnya absorbs. Ciri
khas pada diare ini adalah volume tinja yang banyak.
2) Diare osmotik Diare osmotic adalah diare yang disebabkan
karena meningkatnya tekanan osmotik intralumen dari usus halus
8
yang disebabkan oleh obatobat/zat kimia yang hiperosmotik
seperti (magnesium sulfat, Magnesium Hidroksida), mal absorbs
umum dan defek lama absorbi usus missal pada defisiensi
disakarida, malabsorbsi glukosa/galaktosa
4. Patofisiologi
Menurut Tanto dan Liwang (2006) dan Suraatmaja (2007), proses
terjadinya diare disebabkan oleh berbagai factor diantaranya
a. Faktor infeksi Proses ini dapat diawali adanya mikroorganisme
(kuman) yang masuk ke dalam saluran pencernaan yang kemudian
berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa usus yang dapat
menurunkan daerah permukaan usus. Selanjutnya terjadi perubahan
kapasitas usus yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi usus
dalam absorpsi cairan dan elektrolit. Atau juga dikatakan adanya
toksin bakteri akan menyebabkan transpor aktif dalam usus sehingga
sel mukosa mengalami iritasi yang kemudian sekresi cairan dan
elektrolit akan meningkat.
b. Faktor malabsorpsi Merupakan kegagalan dalam melakukan absorpsi
yang mengakibatkan tekanan osmotik meningkat sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang dapat
meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadilah diare.
c. Faktor makanan Faktor ini dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak
mampu diserap dengan baik. Sehingga terjadi peningkatan peristaltik
usus yang mengakibatkan penurunan kesempatan untukmenyerap
makan yang kemudian menyebabkan diare.
d. Faktor psikologis Faktor ini dapat mempengaruhi terjadinya
peningkatan peristaltik usus yang akhirnya mempengaruhi proses
penyerapan makanan yang dapat menyebabkan diare.
5. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala awal diare ditandai dengan anak menjadi cengeng,
gelisah, suhu meningkat, nafsu makan menurun, tinja cair (lendir dan
tidak menutup kemungkinan diikuti keluarnya darah, anus lecet,
9
dehidrasi (bila terjadi dehidrasi berat maka volume darah berkurang,
nadi cepat dan kecil, denyut jantung cepat, tekanan darah turun, keadaan
menurun diakhiri dengan syok), berat badan menurun, turgor kulit
menurun, mata dan ubun-ubun cekung, mulut dan kulit menjadi kering
(Octa dkk, 2014).
6. Pathway
10
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang intensif perlu dilakukan untuk
mengetahui adanya diare yang disertai kompikasi dan dehidrasi.
a. Menurut William (2005), pemeriksaan darah perlu dilakukan untuk
mengetahui Analisa Gas Darah (AGD) yang menunjukan asidosis
metabolic. Pemeriksaan feses juga dilakukan untuk mengetahui :
1) Lekosit polimorfonuklear, yang membedakan antara infeksi
bakteri dan infeksi virus.
2) Kultur feses positif terhadap organisme yang merugikan.
3) Enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) dapat
menegaskan keberatan rotavirus dalam feses.
4) Nilai pH feses dibawah 6 dan adanya substansi yang berkurang
dapat diketahui adanya malaborbsi karbohidrat.
b. Menurut Cahyono (2014), terdapat beberapa pemeriksaan
laboratorium untuk penyakit diare, diantaranya :
1) Pemeriksaan darah rutin, LED (laju endap darah), atau CPR (C-
reactive protein). memberikan informasi mengenai tanda infeksi
atau inflamasi.
2) Pemeriksaan fungsi ginjal dan elektrolit untuk menilai gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit.
3) Pemeriksaan kolonoskopi untuk mengetahui penyebab diare.
4) Pemeriksaan CT scan bagi pasien yang mengalami nyeri perut
hebat, untuk mengetahui adanya perforasi usus.
8. Penatalaksanaan dan terapi
Prinsip tatalaksana diare di Indonesia telah ditetapkan oleh Kementerian
Kesehatan yaitu Lima Langkah Tuntaskan Diare (Lintas Diare) yaitu:
rehidrasi menggunakan oralit osmolaritas rendah, pemberian Zinc
selama 10 hari berturutturut, teruskan pemberian ASI dan makanan,
antibiotik selektif, nasihat kepada orangtua/pengasuh (KEMENKES RI,
2011). Penatalaksanaan diare akut pada orang dewasa antara lain
meliputi:
11
a. Rehidrasi sebagai perioritas utama pengobatan, empat hal yang perlu
diperhatikan adalah:
1) Jenis cairan, pada diare akut yang ringan dapat diberikan oralit,
cairan Ringer Laktat, bila tidak tersedia dapat diberikan NaCl
isotonik ditambah satu ampul Na bikarbonat 7,5% 50 ml
2) Jumlah cairan, jumlah cairan yang diberikan idealnya sesuai
dengan cairan yang dikeluarkan
3) Jalan masuk, rute pemberian cairan pada oarang dewasa dapat
dipilih oral atau i.v
4) Jadwal pemberian cairan, rehidrasi diharapkan terpenuhi lengkap
pada akhir jam ke-3 setelah awal pemberian.
b. Terapi simptomatik, obat antidiare bersifat simptomatik dan
diberikan sangat hati-hati atas pertimbangan yang rasional. Beberapa
golongan antidiare: Antimotilitas dan sekresi usus, turunan opiat,
Difenoksilat, Loperamid, Kodein HCl, Antiemetik: Metoklopramid,
Domperidon.
c. Terapi definitif, edukasi yang jelas sangat penting dalam upaya
pencegahan, higienitas, sanitasi lingkungan (Mansjoer dkk, 2009)
12
BAB III
Sasaran : Nn. D
A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menyelesaikan masalah pasien yang belum teratasi.
2. Tujuan Khusus
a. Mengklasifikasi masalah yang belum teratasi.
b. Mendiskusikan penyelesaian masalah dengan perawat primer, tim
kesehatan lain.
c. Menemukan alasan ilmiah terhadap masalah pasien.
d. Merumuskan intervensi keperawatan yang tepat sesuai masalah pasien.
B. Sasaran
Pasien di Ruang Aster I (bertempat di laboratorium dengan pantom atau
mahasiswa)
13
C. Materi
1. Pemberian cairan lewat intravena
D. Metode
Diskusi
E. Media
1. Dokumen/Status pasien
2. Sarana diskusi : kertas,bullpen
3. Materi yang disampaikan secara lisan.
14
F. Kegiatan ronde Keperawatan
15
rencana tindakan yang telah
dilaksanakan serta menetapkan Ruang
prioritas yang perlu dilakukan. Perawatan
Validasi data: KATIM Memberikan
1. Mencocokan dan menjelaskan kembali respon dan
data yang telah disampaikan . menjawab
2. Diskusi antar anggota tim dan pasien pertanyaan
tentang masalah keperawatan tersebut.
3. Pemberian justifikasi oleh tim tentang
masalah pasien serta renca tindakan
yang akan dilakukan.
4. Menentukan tindakan keperawatan
pada masalah prioritas yang telah
ditetapkan.
10 menit Pasca 1. Evaluasi dan rekomendasi intervensi Karu,supervisor,
Nurse Station
ronde keperawatan perawat konselor, -
2. Penutup pembimbing.
16
G. Kriteria Evaluasi
1. Struktur
a. Ronde keperawatan dilaksanakan diruang laboratorium STIKes Karsa Husda
Garut Kampus I
b. Peserta ronde keperawatan hadir ditempat pelaksanaan ronde keperawatan
c. Persiapan dilakukan sebelumnya
2. Proses
a. Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir
b. Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran yang telah
ditentukan
3. Hasil
a. Pasien puas dengan hasil kegiatan
b. Masalah pasien dapat teratasi
c. Perawat dan mahasiswa dapat :
1. Menumbuhkan cara berpikir yang kritis dan sistematis
2. Meningkatkan kemampuan validitas data pasien
3. Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosa keperawatan, menumbuhkan
pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi pada masalah
pasien.
4. Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan
5. Meningkatkan kemampuan jastifikasi
6. Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja
H. Pengorganisasian
1. Ketua Tim : Hasan Rizal (KHGD21091)
2. Perawat Primer I : Asep Nurodin (KHGD21042)
3. Perawat Primer II : Muhtar Megi (KHGD21097)
4. Perawat Primer III : Eli Jumaeli (KHGD21043)
5. Perawat Asossiet I : Ervina Dwi Oktavia (KHGD21065)
6. Perawat Asossiet II : Agung Rizqy R (KHGD21044)
7. Perawat Asossiet III : Rizky Ramdhan Siregar (KHGD21008)
8. Dokumentasi :
9. Pembimbing/CI Klinik :
17
DAFTAR PUSTAKA
18
Lampiran
NAMA :………………………….
NIM :………………………….
TINGKAT/SEMESTER :………………………….
NILAI
NO VARIABEL YANG DI NILAI
0 1 2
A. Tahap Persiapan
SKORE
B. Tahap Pelaksanaan
SKORE
C. Tahap Evaluasi
D. Tahap Dokumentasi
Ket :
0 : Tidak Melakukan
Catatan