Disusun oleh
Kelompok 4 Perikanan B
Muhammad Thariq Aziz Fitriandes 230110210081
Guntur Satrio Wibisono 230110210090
Kayla Zahira Saffanah 230110210092
Friyona Dewi Fortuna 230110210093
Ai Dewi Huzaimah 230110210121
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat-Nya penulisan makalah Aschelminthes (Rotifera dan Gastrotrica) ini
berhasil disusun dan diselesaikan tepat waktu oleh Kelompok 4 sebagai penulis.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Avertebrata Air.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik saran serta masukan dari
berbagai pihak. Akhir kata, dengan adanya makalah ini kami berharap dapat
memberikan manfaat bagi banyak pihak.
1
ABSTRAK
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………..……………………... i
ABSTRAK……………………………………....……………………….. ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………….. iii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………….. 1
1.1 Latar Belakang…………………………….....………………………. 1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………. 2
1.3 Tujuan………………………………………………………………... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………...……………………………….. 3
2.1 Rotifera……………………………………………….......................... 3
2.1.1 Pengertian Rotifera……………………………….………….. 3
2.1.2 Habitat Rotifera………………………………..…………….. 4
2.1.3 Morfologi dan Anatomi Rotifera…..………………………… 4
2.1.4 Fisiologi Rotifera……………….……………………………. 6
2.1.4.1 Sistem Pencernaan……………...……………………. 6
2.1.4.2 Sistem Ekskresi………...…………………………….. 7
2.1.4.3 Sistem Saraf………………………………………….. 7
2.1.4.4 Sistem Reproduksi…………..……………………….. 7
2.1.5 Klasifikasi Rotifera……………..……………………………. 8
2.1.6 Peranan Rotifera…………………..…………………………. 9
2.2 Gastroricha……………...……………………………………………. 9
2.2.1 Pengertian Gastrotricha……………………………………… 9
2.2.2 Habitat Gastrotricha………….……………………………… 9
2.2.3 Morfologi dan Anatomi Gastrotricha……………………….. 11
2.2.4 Fisiologi Gastrotricha…………………….………………….. 12
2.2.4.1 Sistem Pencernaan...…………………………………. 12
2.2.4.2 Sistem Ekskresi……………………...……………….. 12
2.2.4.3 Sistem Saraf…………………….……………………. 13
2.2.4.4 Sistem Reproduksi……………..…………………….. 13
2.2.5 Klasifikasi Gastrotricha………….…………………………… 15
2.2.6 Peranan Gastrotricha…………………...…………………….. 16
KESIMPULAN…………………………………………………………… 17
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………...…… 19
3
BAB I
PENDAHULUAN
1
lebih dalam menganai hal-hal yang berkaitan dengan organisme Rotifera dan
Gastrotrica.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini
1. Mengetahui definisi Rorifera dan Gastrotricha
2. Mengetahui habitat Rotifera dan Gastrotricha
3. Mengetahui morfologi dan anatomi dari Rotifera dan Gastrotricha?
4. Mengetahui fisiologi dari Rotifera dan Gastrotricha?
5. Mengetahui klasifikasi dari Rotifera dan Gastrotricha?
6. Mengetahui peranan yang diberikan oleh Rotifera dan Gastrotricha?
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Rotifera
Rotifera pertama kali dijelaskan oleh John Harris pada tahun 1696, dan
bentuk lain yang dijelaskan oleh Anton van Leeuwenhoek pada tahun 1703.
Penggunaan nama rotifer, yang kemudian menjadi sebuah filum, berawal dari
deskripsi yang dilakukan oleh Baker tahun 1764 yang menyebut organisme ini
sebagai “whell-animal” atau hewan pembawa roda. Dalam Bahasa Latin, roda
adalah rota sedangkan pembawa adalah ferre atau fero (Ricci, 1983; Wallace et al,
27 2006), hal ini disebabkan karena Gerakan silia pada trochal disk tampak seperti
roda yang berputar, Rotifera juga biasa disebut hewan yang berputar. Karakteristik
utama rotifera adalah tripoblastik (memiliki 3 lapis sel tubuh), bilateral,
dan blastocoelomates tidak tersegmentasi.
Saat ini, terdapat lebih dari 2.200 spesies rotifera yang telah teridentifikasi,
Beberapa rotifera berenang bebas dan benar-benar planktonik, bergerak lain dengan
inchworming sepanjang substrat, dan beberapa sessile. Rotifera termasuk
metazoan yang paling kecil, berukuran 40-2500 mikron. Rotifera biasanya
transparan, namun beberapa memiliki warna cerah seperti merah, coklat, hijau, dan
lain- lain karena disebabkan oleh warna saluran pencernaan. Rotifera juga
Merupakan endoparasite pada insang crustacea, telur siput, cacing tanah, dan dalam
ganggang.
Rotifera memakan hewan yang lebih kecil, ganggang dan partikulat organik,
meskipun beberapa spesies bersifat parasit. Rotifera mendapatkan makanan dengan
cara menyaring makanan atau secara aktif berburu dan menangkap mangsa,
teergantung pada spesies mereka. Rotifera berumur pendek, umur total dicatat 6
hingga 45 hari.
3
Karena kebanyakan rotifera memiliki sifat planktonik, rotifera dewasa
maupun telurnya berfungsi sebagai mangsa bagi hewan-hewan besar, seperti
burung, serangga, larva serangga, kumbang,, kutu air, copepoda, nematoda,
tanaman karnivora, jamur, dan rotifera lainnya.
Meskipun sebagian besar rotifera menghuni air tawar, beberapa genus juga
memiliki anggota yang terdapat di perairan asin. Secara umum, rotifera tidak
beragam atau melimpah di lingkungan laut, tetapi mereka hidup di perairan muara,
serta di interstisial, kolam pasang surut, dan habitat laut dekat pantai. Perairan asin
pedalaman, disebut athalassohaline, juga merupakan habitat bagi rotifera.
4
tersusun seperti jala sintial. Memiliki protonephridia (struktur berbentuk cangkir
yang ditemukan pada beberapa organisme, salah satunya rotifera dan termasuk sel
yang primitif), tetapi tidak ada sirkulasi khusus atau struktur pertukaran gas. Tubuh
Rotifera dibedakan menjadi 3 bagian yaitu kepala, batang,dan kaki.
Bagian kepala terdapat organ untuk berputar atau korona yang disebut cilia
anular dan memiliki nama asli rotatoria. Korona atau mahkota pada rotifer
merupakan organ tempat tumbuhnya benang-benang silia yang pergerakannya
terlihat seperti putaran roda. Aktifitas pergerakan silia ini menjadi asal mula
penamaan rotifer sebagai organisme rotatoria atau pembawa roda. Bagian depan
korona dapat ditarik masuk dan dapat memutar sesuai Gerakan air untuk mengambil
partikel makanan kecil (terutama alga dan detritus). Partikel makanan masuk ke
mulut dan menuju mastax untuk digiling. Mastax memuat elemen seperti rahang
yang disebut ‘trophi’. Organ sensori pada rotifer adalah mata serebral yang berisi
sel pigmen merah serta antenna yang terletak pada bagian anterior pada sisi dorsal
rotifer. Antena pada rotifer terdapat pada bagian lateral maupun pada bagian dorsal.
Antena pada bagian lateral seringkali sulit ditemukan, karena biasanya telah
terlebih dulu terkontraksi dan masuk kedalam lorika. Sedangkan antena pada bagian
dorsal dapat ditemukan pada daerah dekat dengan korona, yang ditandai dengan
adanya tonjolan dengan bagian ujungnya memiliki serabut sensor.
Bagian badan merupakan bagian utama dari tubuh rotifer yang berbentuk
bulat memanjang dan transparan (Linderman & Kleinow, 2000). Bagian ini
dilindungi oleh suatu sistem intugmen yang tersusun atas lapisan-lapisan, yang
disebut dengan lorika (Bander & Kleinow, 1988). Yu & Cui (1997), menjelaskan
bahwa lapisan intugmen ini terdiri atas lapisan tipis (47 nm) pada bagian internal
dan lapisan agak tebal (205 nm) pada bagian eksternal. Pada beberapa bagian
tertentu lapisan intugmen terdapat beberapa buah pori berdiameter sekitar 71 nm
yang berfungsi sebagai tempat ekskresi metabolisme rotifer. Intugmen ini, selain
memiliki fungsi sebagai rangka pembentuk tubuh rotifer, juga berfungsi sebagai
lapisan lunak yang membungkus organ dan cairan internal rotifer (Bander &
Kleinow, 1988; Mills, 2006).
5
Bagian Kaki berupa struktur yang dapat ditarik masuk dengan bentuk
melingkar tanpa ruas-ruas akhir pada 1 atau 4 jari. Pada spesies sessile dan
merangkak, mengandung kelenjar perekat untuk melampirkan hewan ke substratum
tersebut. Dalam spesies yang berenang bebas jumlah kaki secara keseluruhan
berkurang ukurannya, dan bahkan mungkin tidak ada.
6
yang tidak dapat dicerna lagi akan dikeluarkan melalui kloaka dalam bentuk
kotoran menuju anus.
Sistem ekskresi pada rotifera yaitu dengan cara difusi pada seluruh
permukaan tubuh yang bersatu pada kloaka dengan membuang kelebihan air
pada tubuhnya. Pada rotifera terdapat sepasang protonephridium dengan
flame bulb. Protonephridia bersatu pada bladder atau kantung kemih yang
dialirkan pada ventral kloaka. Untuk mengosongkan isi bladder, bladder
dapat berkontraksi hingga 6 kali dalam 1 menit melalui kloaka, kloaka juga
berfungsi sebagai tempat hasil produksi dari pencernaan dan sistem
reproduksi.
Jumlah saraf pada setiap spesies rotifera bervariasi dan system saraf
yang sederhana. Terdapat organ yang Bernama retrocerebral di dekat otak
yang terdiri dari dua kelenjar pada sisi kantung medial. Rotifera memiliki satu
atau dua sampai lima pasang mata yang sederhana serta hanya dengan sel
fotoreseptor tunggal. Rotifera juga memiliki silia korona yang sensitive
terhadap sentuhan serta terdapat lubang sensorik yang dibatasi oleh silia pada
unjung kepala.
7
yang kemudian akan menjadi individu baru. Apabila tidak terjadi fertilisasi
akan menjadi jantan yang bersifat haploid.
Reproduksi secara biseksual diawali dengan pergerakan secara acak
untuk mendapatkan betina kemudian melakukan gerakan melingkar di sekitar
individu betina. Lalu menempelkan kelaminnya untuk mentransfer sperma
pada bagian pseudokulum, setelah sperma dilepaskan kedunya berpisah.
Kelas : Aschelmintes
Ordo : Eurotaria
Family : Barchionidae
Genus : Brachonicus
Spesies : Bracionus sp
1. Kelas Bdelloidea
- Jumlah spesies kurang dari 350
- Dapat hidup di daerah yang kering, mereka akan mengalami
anhydrobiosis, dimana mereka akan mengecilkan sel dan jaringan dalam
tubuhnya serta memasukan kepala dan ekor kedalam tubuhnya demi
mengurangi keluarnya air.
- Bereproduksi secara aseksual dengan parthenogentik dimana semua
spesies mereka adalah betina dan hanya menghasilkan 10-50 telur saja
- Menggunakan cilia yang terdapat pada corona untuk pergerakan dan
mengarahkan makanan ke dalam mulut.
2. Kelas Monogonata
- Jumlah spesies 1500, terbanyak disbanding kelas lain
8
- Hidup sebagai parasite pada bryophyte (alga hijau)
- Bereproduksi secara aseksual (parthenogenetik) dan seksual
- Ukuran betina lebih besar ketimbang jantan.
3. Kelas Seisonidea
- Kelas yang tergolong primitive
- Hidup di laut dan juga dii ingsang crustaceans
- Berproduksi secara aseksual hanya menghasilkan 10-50 telur saja.
Rotifera sering di gunakan sebagai pakan awal larva ikan laut, udang dan
kepiting. Rotifera dinilai memiliki keuntungan dibanding zooplankton lainnya.
TESHIMA et al. (1980) telah mencoba serangkaian penelitian untuk menggantikan
rotifer dengan pakan buatan atau plankton lainnya sebagai pakan awal larva ikan
laut, tetapi peran rotifer belum dapat digantikan dengan pakan lainnya
2.2 Gastroricha
Gastrotricha berasal dari bahasa Yunani, yaitu terdiri dari kata gaster dan
thrix, dengan gaster yang memiliki arti perut sedangkan thrix memiliki arti rambut.
Maka, dapat diartikan gastrotricha adalah hewan yang memiliki rambut di
sekeliling bagian luar tubuhnya sehingga gastrotricha pun sering disebut hairyback.
9
Gastrotricha memiliki ciri ciri seperti cacing pada “Aschelminthes” atau
“Pseudomonas”, yaitu memilki tubuh, usus, dan rongga urama tubuh walupun
hampir tidak terbentuk secara sempurna (Hyman 1951). Maka dari itu, sebelumnya
gastrotricha diklasifikasikan sebagai olongan dari filum aschelminthes kuno atau
nelmathelmintes. Namun sekarang gastrotricha dianggap sebagai sebuah filum
tersendiri dengan memiliki dua ordo, yaitu ordo Chaetonotidae dan ordo
Marcodasydae.
Jangka waktu hidup gastrotricha sangat lah singkat. Rentang hidup mereka
hanya dalam urutan hari hingga minggu saja. Gastrotricha adalah salah satu dari
beberapa metazoan terkecil, dengan memiliki ukuran tubuh mulai dari 60 μm
hingga 3,5 mm. Gastrotricha merupakan bagian meiofauna. Meiofauna adalah
organisme hewan yang ukurannya lebih besar dari mikrofauna dan lebih kecil dari
makrofauna.
10
kedua ordo yang dimiliki oleh gastrotricha, yaitu ordo Chaetonotida dan ordo
Marcodasyda. Suwignyo (2005), menjelaskan jenis dari ordo Chaetonotidae biasa
ditemukan di danau, kolam dan sungai, sedangkan jenis dari ordo Macrodasydae
terdapat di air laut dan payau. Gastrotricha juga dapat ditemukan dalam rongga
interstisial sediment atau merayap pada ganggang, tanaman air atau detritus.
11
Schematic illustration of a typical chaetonotidan gastrotrich showing: (A) Tampilan punggung; (B)
Tampilan perut; (C) posterior end of a hermaphrodite, showing sexual organs; and (D) egg, after
deposition,( AT) adhesive tubes, (AN) anus, (BR) brain, (E ) egg,( F) furca, (G) gut,( M)mouth,
(PH)pharynx, (PN)protonephridium, (SC) sensory cilia, (SS)sperm sac, (X) X-organ. Modified
from Remane[82], Voigt[103], and Kisielewska
12
beberapa silia di namakan sel api. Protonefridia bekerja menggunakan prinsip
tekanan negative. Pada saat silia yang terdapat dalam tubulus tertutup
bergetar bagian tersebut akan timbul tekanan negatif menyebabkan cairan
tersedot kedalam ujung tubulus yang buntu, dengan melintasi membran pada
ujung tubulus. Hal ini juga merupakan cara untuk menyaring cairan yang
melewati membran tubulus proses yang disebut ultrafiltrasi. Akhirnya dalam
saluran protonefridia akan berbentuk “urin” yang mempunyai konsentrasi
osmotik lebih rendah dari pada cairan tubuh
13
mengalami degenerasi pada alat reproduksi jantan, sehingga semua
individunya cenderung betina sehingga terkadang kadang bersifat
parthenogenesis dengan melalui fase hermaprodit (Stachowitsch, 1992).
Masa hidup gastrotricha antara 8-12 hari dan bertelur dalam sehari
setelah mereka menetas, selama itu gastrotricha dapat menghasilkan telur
sampai 5 butir. Gastrotricha muda mempunyai bentuk seperti yang dewasa
dan bertelur pada umur 3 atau 4 hari, dan 1-3 hari kemudian menetas (Subekti
et al 2016).
14
2.2.5 Klasifikasi Gastrotricha
Kingdom : Animalia
Superphylum : Playtzoas
1. Ordo Macrodasyidae
Kingdom : Animalia
Superphylum : Platizoas
Ordo : Macrodasyidae
2. Ordo Chaetonidae
Ordo ini memiliki ciri-ciri yaitu tabung perekat hanya terletak di ekor,
sebagian mempunyai kutikula yang tebal atau kail atau sisik, kebanyakan
spesies merupakan betina, partenogenetik, kebanyakan di air tawar seperti
di danau, kolam dan sungai. Contoh spesies dari ordo ini adalah Chaetonotus
africanus dan Chaetonotus sp.
Kingdom : Animalia
Subkingdom : Eumatozoa
15
Superphylum : Platyzoas
Ordo : Chaetonotidae
16
KESIMPULAN
17
melalui pori-pori, Gastroricha bereproduksi secara hermafrodit, Sistem saraf
Gastroricha terdiri atas Otak yaitu sepasang ganglia, tali saraf lateral yang
memanjang ke bagian ujung posterior, dan indra utama pada gastroricha terletak
pada bulu dan silia pada tubuhnya yang berfungsi sebagai mekanoreseptor.
Gastroricha berperan dalam rantai makanan sebagai bahan makanan bagi benthic
pemakan invertebrata, selain itu, Gastroricha juga berperan sebagai decomposer.
18
DAFTAR PUSTAKA
Balsamo, M., Jong, Y. d., d'Hondt, J.-L., Kisielewski, J., Todaro, M. A., Tongiorgi,
P., . . . Grilli, P. (2015). Fauna Europaea: Gastrotricha. Biodiversity Data
Journal 3: e5800, 5.
Brema, J. A. (2018, Juni 3). Filum Gastrotricha. Retrieved from Web Unair.ac.id:
http://julio-alexander-brema-fpk17.web.unair.ac.id/artikel_detail-222355-
Avertebrata%20air-FILUM%20GASTROTRICHA.html
Gaffar, S. (2020). Avertebrata Air. Tarakan: NOAA.
Gray, J. (1971). The effects of pollution on sand meiofauna communities. Thalass.
Jugosl., 7, 79–86.
Hochberg, R. (1999). Spatiotemporal size-class distribution of Turbanella mustela
(Gastrotricha: Macrodasyida) on a. Pacific Sci., 53, 50–60.
Kånneby, T. &. (2015). Phylum Gastrotricha. Thorp and Covich’s Freshwater
Invertebrates, 217.
Kriska, G. (2013). Hairybacks – Gastrotricha, Waterbears – Tardigrada. Freshwater
Invertebrates in Central Europe, 44.
Lumenta, C. (2017). Avertebrata Air. Avertevrata Air UNSRAT PRESS, 123-134.
Masnur, M., Arifin, A. N., & Agil, E. S. (2018). GEJALA SERANGAN HAMA
filum ASCHELMINTHES, MOLLUSCA dan CHORDATA pada
TANAMAN BUDIDAYA PERTANIAN. Pelindungan Tanaman, 8-9.
R.L. Wallace, H. S. (2014). Thorp and Covich's Freshwater Invertebrates (Fourth
Edition). Cambridge, Massuachusetts: Academic Press.
Redjeki, S. (1999). BUDIDAYA ROTIFERA (Brachionus plicatilis). Oseana,
Volume XXIV, Nomor 2,1999 : 27-43, 27.
Stachowitsch, M. (1992). The Invertebrates An Illustrated Glossary. New York
USA: Willey-Liss.
Strayer, D. L., Hummon, W. D., & Hochberg, r. (2001). Animals: Phylum
Gastrotricha. In J. H, & T. P. Covich, Ecology and Classification on North
American Freshwater Invertebrates (pp. 163-165). Cambridge;
Massachusetts: Academic Press.
Subekti, S. K. (2016). Buku Ajar Avertebrata Air Edisi Revisi 2. Surabaya: Global
Persada Press.
19
Suwignyo, S., & dkk. (2005). Avertebrata Air Jilid 1. Jakarta: Penebar Swadaya.
Todaro, M. A.-C.-B.-D.-O. (2019). An Introduction to the Study of Gastrotricha,
with a Taxonomic Key to Families and Genera of the Group. Diversity,
11(7), 117.
Wright, J. (2014). "Gastrotricha" (On-line). Retrieved from Animal Diversity Web:
https://animaldiversity.org/accounts/Gastrotricha/
Wullur, S. (2017). Rotifer Dalam Perspektif Marikultur. Manado: LPPM UNSRAT
PRESS.
20
PEMBAGIAN MATERI
21