masyarakat
Oleh
Sri Adiningsih
FKM UNAIR
review
• Masalah di Indonesia yang dikatakan mslh capaian SDG yang tak
tercapai adalah Prevalensi balita kurang gizi dan angka kematian Ibu
Melahirkan Yang masih Tinggi
• Apakah masalah infeksi sudah bukan prioritas lagi ? Prevalensi
menurun HIV AIDS, Malaria persisten, TBC ?
• Sekarang Pandemi Covid19
Lembaga formal
dan non-formal
Penyebab dasar
• Imunisasi
• Promosi hidup sehat
Struktur ideologi, politik, ekonomi,
• Informasi BPJS
sosial dan sumberdaya
Nutrition dan infection
• Siklus infeksi dan malnutrisi menjadi • Gangguan Infeksi umumnya menimbulkan
penyebab kematian yg bisa dicegah anak mengalami gangguan status gizi, pola
pertumbuhan, resistensi pada penyakit
• Kontrol peny campak dan oral rehidrasi infeksi selanjutnya
menurunkan kematian ratusan ribu anak • Waktu yg diperlukan tubuh untuk
dan memperbaiki status gizi jutaan anak. mengembalikan zat gizi yg hilang saat sakit
pada masa penyembuhan lebih lama
• Malnutrisi dan infeksi saling interakasi dibanding lama sakitnya: 2-3 kali lebih lama
dan menyebabkan sering kambuh masing • Pertumbuhan normal dalam berat badan
dan tinggi badan menunjukkan resistensi
• Campak mempunyai case fatality rate 2 atau lama sakit yg pernah diderita
per 1000 Negara industry, tapi 50/ lebih • Child health survival menunjukkan adanya
per 1000 Negara berkembang terjadi 2 pilar yakni infeksi dan kecukupan gizi
karena defisiensi vitamin esensial VIT A • Defisiensi gizi adl satu factor yg menekan
resistensi infeski pd lansia dan
imnunocompromisised, spt social grup yg
termarginalkan ekonomi dinegara industri
Masalah Gizi Kurang
• Angka kekurangan gizi pada anak balita menurun dari 24,5 % (2005) menjadi 17,9 % (2010).
• Penurunan angka kekurangan gizi pada balita terus dilakukan agar Indonesia dapat mencapai
target MDG pada tahun 2015, yaitu sebesar 15,5 persen.
35
31.0 Kecenderungan Prevalensi Kurang Gizi pada Anak Balita
29.8
30 27.7
26.1
24.5
25 22.8 23.2 23.2
21.6 21.8
23.8
18.4
20 15.5
21.7
15.5
15
17.9
17.9
15.4
15.0
14.8
14.8
14.6
14.5
13.9
13.2
13.0
13.0
10
5 Target MDG
12.3
11.3
2015
8.1
8.9
8.4
8.6
8.7
5.4
4.9
9.7
7.2
0 6.8
1989 1992 1995 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2005 2007 2010 2011 2013 2015
Riskesdas 2013
Bagaaimana
Pengaruh edukasi ,
lingkungan
Informasi IPTEK–
sos –ek-Pol ?
Pelayanan bagi anak
(2) Continuum of Care Approach SMP/A & remaja
Pelayanan
bagi balita •Penjaringan
•Bln Imunisasi Anak
Pelayanan bagi Sekolah
bayi •Upaya Kes Sklh
Persalinan, nifas •PMT
& neonatal • Pemantauan
Pemeriksaan
Kehamilan pertumbuhan &
perkembangan
Pelayanan • ASI eksklusif• PMT
PUS & WUS • Imunisasi dasar
lengkap
• Inisiasi Menyusu Dini • Pemberian makan
• P4K • Penimbangan
• Buku KIA • Vit K 1 inj
• Imunisasi Hep B • Vit A
• ANC terpadu
• Kelas Ibu Hamil • Rumah Tunggu
• Konseling
• Fe & asam folat • Kemitraan Bidan Dukun
• Pelayanan KB
• PMT ibu hamil • KB pasca persalinan
• PKRT
• TT ibu hamil • PONED-PONEK
KONSEP UNICEF Kerangka Penyebab dan Pendekatan
stunting
Pencegahan stunting
Hasil
Sumber: UNICEF 1997; IFPRI, 2016; BAPPENAS 2018, disesuaikan dengan konteks Indonesia
KERANGKA PIKIR PENYEBAB MASALAH GIZI PADA 1.000 HPK
Jumlah
Pendu 2010 Jumlah 2030 Potensi kerugian ekonomi
duk: Penduduk:
296,4 Juta setiap tahunnya: 2-3% dari GDP
238,5
Juta
201,8 juta Jika PDB Indonesia
R Rp 13.000 Triliun
penduduk
usia
p Potensi Kerugian
produktif
Rp 260-390
Perkembangan Otak Perkembangan Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki (15-64 Triliun/tahun
Anak Stunting Otak Anak Sehat Rasio tahun)
ketergantungan: Rasio
50,5 ketergantungan:
46,9 The Worldbank, 2016
Sumber: Proyeksi Penduduk, 2010-2045
19
MENCEGAH KEJADIAN KASUS GIZI BURUK
https://www.kemkes.go.id/article/view/1901
3100001/status-gizi-indonesia-alami-
perbaikan.html
• Deteksi Dini kasus kurang gizi
• PENDAMPINGAN GIZI pd kelg
anak kurang gizi : deteksi asuhan
gizi dan faktor resiko sos-ek
keluarga dan lingkungan keluarga
• INTEGRASI POSYANDU DAN PAUD
• Integrasi SDM : tim Pemantauan
gizi terpadu
• 20 20
Manifestations
Kurang KLINIS PREVENTION :
of vitamin
Conjunctival xerosis & localized
deficiency
Vitamin A necrosis/keratomalacia involving less than
Normal 1/3 of the corneal surface (X3A
Subnormal
stores
PREVALENSI TURUN
Reduced serum level
Vitamin A status
Ephitelial metaplasia
Korelasi dg
faktor
- Sos ek Reduced survival
Anemia Xerophtalmia
- Peny infeksi Reduced growth
- Pola asuhanSeverely
Blindness
gizi deficient
Time
Program pencegahan Kurang Vitamin A
Tujuan Utama : Program
• MENURUNKAN PREVALENSI • Distribusi kapsul Vitamin A 2 kali setahun,
KEBUTAAN AKIBAT KURANG bulan vitamin A adalah februari dan
VITAMIN A agustus, bagi balita , kapsul tetes 200.000
IU, bumil 100.000 IU
• meningkatkan ketahanan tubuh • Program fortifikasi vitamin A pada minyak
terhadap infeksi- ISPA dan DIARE ( goring dll
sesuai peran vitamin A selain untuk
kesehatan mata , juga epitel • Diversifikasi pangan ( aneka ragam
mukosa usus dan saluran nafas ) konsumsi makan)
Sumber Vitamin A : protein hewani, beta
karoten pd sayur dan buah
• Program ASI eklusif
Program Anemia Gizi
• Pengertian : kadar hemoglobin dibawah standard yang terjadi akibat kekurangan
konsumsi zat besi
• DIAGNOSA WHO The combination of Hb, ferritin, sTfR and parameters of infection (CRP,
AGP) are the best indicators to measure iron status, but to ensure implementation and
accuracy of interventions, especially in developing countries,
• Kendala sarana dan SDM puskesmas, dilakukan rujukan Lab tiap kabupaten
2.Fortifikasi zat besi ( Pada kecap, coklat), Home fortification dg sprinkle ( Taburia)
3.Penyuluhan Gizi / KIE (Komunikasi.Informasi dan Edukasi )
mengenai menu seimbang, konsumsi bahan alami yang tinggi
kandungan besi
Penyerapan zat besi dipengaruhi oleh jenis sumber zat besi (asal hewani 7-
20%, asal nabati 1-3%)
4.Penunjang (seperti pemberantasan cacing, malaria)
24
• Termasuk rekomendasi
pemenuhan kebutuhan tubuh
sehari hari untuk gizi dan enersi,
• Public health bertugas berdasarkan usia, sex, ukuran
meyakinkan semua kelompok tubuh, level aktivitas, status
masyarakat mempunyai gizi cukup kesehatan dan lingkungan .
tidak berlebihan asupan kelompok • Juga perlu monitoring status gizi
pangan dasar, vitamin dan mineral kelompok masyarakat dan
yg esensial untuk pertumbuhan populasi >> golongan resiko
dan mempertahankan kesehatan, posyandu balita, bumil, lansia
aktifitas fisik.
Masalah kesehatan abad 21
MASALAH PADA
DIABETES
PARU
Penyebab kematian
terbanyak abad 21
JANTUNG KANKER
Penyakit overnutrition
• Terjadi di Negara maju sejak 1980, dapat juga terjadi kurang vitamin
dan mineral dn fortifikasi
• termasuk
1. Overweight/obesitas
2. Diabetes
3. penyakit kardiovaskuler
4. Kanker
Penyebab life style seperti pola makan dan aktifitas yang terjadi
karena factor kemajuan tehnologi dalam tehnik masak, transportasi,
dan komunikasi, yang tidak diikuti informasi dan edukasi gizi yang
kurang
Mendorong perubahan besar upaya kesehatan masyarakat pada
promosi dan pendidikan kesehatan non penyakit infeksi
Lifestyle related disease :
Metabolic syndrome = MetS
• Tahap 0: Pola hidup sehat
• Tahap 1: Pola hidup barat Pada tahap
• Tahap 2: Abdominal Obesitas (lingkar pinggang yang mana
laki2> 90 cm, wanita >80cm ) upaya
• Tahap 3: the MetS= bila ada 3 dari 5 sindrom Met’S pencegahan
yg tepat ?
(abdominal obesitas, glukosa darah >100 mg/dl,
Trigliserida >150mg/dl,
Tekanan darah >130/85 mmHg, Kolesterol HDL
laki2<40 mg/dl, wanita <50mg/dl)
• Tahap 4: Penyakit (PJK, Diabet-diabet, Stroke dll)
Pola makan Program cek up kesehatan
tiap tahun setelah usia 30 th
Kelebihan konsumsi fast food ( tinggi
Adakah dana BPJS untuk cek up kesehatan
protein, tinggi lemak, rendah serat),
soft drink menimbulkan masalah
kesehatan
• Kolesterol tinggi ( total Kolesterol,
tipe LDL yg tinggi dan tipe HDL yg Target data laboratorium normal
rendah) • Total cholesterol < 200 mg/100 ml
• LDL-cholesterol < 130 mg/100 ml
• Gula darah tinggi • HDL-cholesterol >35-40 mg/100 ml
• Asam urat tinggi • Triglycerides < 150 mg/100 ml
Lauk Lauk
sehat sehat
susu
Denis Gingras
&
Richard
Belivuau
GAYA HIDUP SEHAT
UNTUK CEGAH KANKER dgn cerdik
• Bagaimana ante natal care terhadap kualitas janin dan bayi yang
dilahirkan
APAKAH KARENA
PENYEBAB LANGSUNG KUNJUNGAN ANTE
NATAL CARE YG
kematian ibu melahirkan (medik) RENDAH
Hormon Prolaktin
: produksi ASI
See you
Next time
Deklarasi Alma Ata
Oleh
Sri Adiningsih
FKM UNAIR
Kesehatan untuk semua
WHO dalam Health For All menyerukan untuk kembali ke Deklarasi Alma-Ata
Internasional tentang primary health care
Berlangsung conferensi kesehatan masyarakat diKota Alma Ata (Kazahtan) 6–12
Konferensi dengan tegas menegaskan kembali bahwa kesehatan, yang merupakan keadaan
kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang lengkap, dan bukan hanya tidak adanya
penyakit atau kelemahan, adalah hak asasi manusia yang fundamental dan bahwa pencapaian
tingkat kesehatan tertinggi adalah tujuan sosial paling penting di seluruh dunia yang realisasinya
membutuhkan tindakan dari banyak sektor sosial dan ekonomi selain sektor kesehatan.
Ketidaksetaraan yang parah dalam status kesehatan masyarakat, terutama antara negara
maju dan negara berkembang serta di dalam negara, secara politik, sosial, dan ekonomi tidak
dapat diterima dan, oleh karena itu, menjadi perhatian bersama di semua negara.
Declaration Alma Ata
Masyarakat memiliki hak dan kewajiban untuk berpartisipasi secara individu dan kolektif
dalam perencanaan dan pelaksanaan pelayanan kesehatan `
Primairy health care (Pelayanan kesehatan primer) adalah pelayanan kesehatan esensial
berdasarkan metode dan teknologi yang praktis, berwawasan ilmiah, dan dapat diterima secara
sosial yang dapat diakses secara universal baik oleh individu dan keluarga dalam suatu komunitas
melalui partisipasi penuh mereka dan dengan biaya yang dapat dipertahankan oleh komunitas dan
negara di setiap tahap. perkembangan mereka dalam semangat kemandirian dan penentuan nasib
sendiri. Ini merupakan bagian integral dari sistem kesehatan negara, yang merupakan fungsi utama
dan fokus utama, dan dari keseluruhan pembangunan sosial dan ekonomi masyarakat. Ini adalah
kontak tingkat pertama individu, keluarga, dan komunitas dengan sistem kesehatan nasional yang
membawa perawatan kesehatan sedekat mungkin ke tempat orang tinggal dan bekerja, dan
merupakan elemen pertama dari proses perawatan kesehatan yang berkelanjutan
Tingkat kesehatan yang dapat diterima untuk semua orang di dunia pada tahun 2000
dapat dicapai melalui penggunaan sumber daya dunia secara lebih penuh dan lebih baik,
yang sebagian besar sekarang masih dihabiskan untuk persenjataan dan konflik militer.
Kebijakan kemandirian, perdamaian, détente, dan pelucutan senjata yang sejati dapat dan
harus melepaskan sumber daya tambahan yang dapat dikhususkan untuk tujuan damai dan
khususnya untuk percepatan pembangunan sosial dan ekonomi di mana perawatan kesehatan
primer, sebagai bagian penting, harus disediakan. diberikan bagian yang tepat
Health right and human right
Oleh
Sasaran: Semua program kerjasama pembangunan, kebijakan dan bantuan teknis harus
dapat memajukan perwujudan hak asasi manusia sebagaimana diatur dalam Deklarasi
Universal Hak Asasi Manusia dan instrumen hak asasi manusia internasional lainnya.
Proses: Standar dan prinsip hak asasi manusia memandu semua kerja sama pembangunan
dan pemrograman di semua sektor dan fase proses pemrograman
Hak untuk
Sehat
What capacities are needed for those affected, and those with a
duty, to take action? (capacity analysis)
PROTOKOL KESEHATAN
Jangan berkerumun : Penurunan GDP global setiap satu
Posyandu tidak buka persen berakibat pada kenaikan
jumlah anak stunting 0.7 juta di
• Monitoring gizi balita tidak berjalan
seluruh dunia
• Imunisasi
• PMT
Sumber:
Wasting estimate: UNICEF Headquarter
Stunting estimate: SUN Factsheet, June 2002 Nutrition Programme | UNICEF for every child
Penapisan dan Penanganan Kasus Gizi Buruk
pada masa Covid-19
Ibu dan keluarga dilibatkan untuk waspada tanda-tanda
gizi buruk
Penapisan
• Nakes kunjungan rumah anak-anak yang berisiko
• Penapisan di Fasyankes
Perawatan
• dengan komplikasi mendapatkan rawat inap
• tanpa komplikasi dengan rawat jalan
• Usia dibawah 6 bulan: rawat inap
Ketersediaan logistic
Upaya Kebersihan Personal dan Rumah Peningkatan Imunitas Diri dan Mengendalikan
• beberapa prinsip yang perlu diikuti untuk membantu mencegah Komorbid
persebaran virus pernapasan, yaitu menjaga kebersihan
diri/personal dan rumah dengan cara: • Dalam melawan penyakit COVID-19, menjaga
sistem imunitas diri merupakan hal yang penting,
• a. Mencuci tangan lebih sering dengan sabun dan air setidaknya terutama untuk mengendalikan penyakit penyerta
20 detik atau menggunakan hand sanitizer, serta mandi atau (komorbid). Terdapat beberapa hal yang dapat
mencuci muka jika memungkinkan, sesampainya rumah atau di meningkatan imunitas diri pada orang yang
tempat bekerja, setelah membersihkan kotoran hidung, batuk terpapar COVID19, yaitu sebagai berikut:
atau bersin dan ketika makan atau mengantarkan makanan.
• b. Hindari menyentuh mata, hidung, dan mulut dengan tangan • a. Konsumsi gizi seimbang
yang belum dicuci • b. Aktifitas fisik/senam ringan
• c. Jangan berjabat tangan • c. Istirahat cukup
• d. Hindari interaksi fisik dekat dengan orang yang memiliki gejala • d. Suplemen vitamin
sakit e. Tutupi mulut saat batuk dan bersin dengan lengan atas
dan ketiak atau dengan tisu lalu langsung buang tisu ke tempat • e. Tidak merokok
sampah dan segera cuci tangan
• f. Mengendalikan komorbid (misal diabetes
• f. Segera mengganti baju/mandi sesampainya di rumah setelah mellitus, hipertensi, kanker
berpergian
• g. Bersihkan dan berikan desinfektan secara berkala pada benda-
benda yang sering disentuh dan pada permukaan rumah dan
perabot (meja, kursi, dan lainlain), gagang pintu, dan lain-lai
Pencegahan Level Masyarakat
Pembatasan Interaksi Fisik (Physical 9. Untuk sementara waktu, anak sebaiknya
bermain sendiri di rumah.
contact/physical distancing) 10. Untuk sementara waktu, dapat melaksanakan
ibadah di rumah
1. Tidak berdekatan atau berkumpul di keramaian atau tempat-
tempat umum,jika terpaksa berada di tempat umum Menerapkan Etika Batuk dan Bersin
gunakanlah masker.
• 1. Jika terpaksa harus bepergian, saat batuk dan
2. Tidak menyelenggarakan kegiatan/pertemuan yang bersin gunakan tisu lalu langsung buang tisu ke
melibatkan banyak peserta (mass gathering). tempat sampah dan segera cuci tangan
3. Hindari melakukan perjalanan baik ke luar kota atau luar • 2. Jika tidak ada tisu, saat batuk dan bersin
negeri tutupi dengan lengan atas dan ketiak
4. Hindari berpergian ke tempat-tempat wisata.
5. Mengurangi berkunjung ke rumah kerabat/teman/saudara
dan mengurangi menerima kunjungan/tamu.
Karantina Kesehatan
• Sesuai dengan Undang-undang No. 6 tahun 2018
6. Mengurangi frekuensi belanja dan pergi berbelanja. Saat tentang Kekarantinaan Kesehatan, untuk
benar-benar butuh, usahakan bukan pada jam ramai. mengurangi penyebaran suatu wabah perlu
dilakukan Karantina Kesehatan, termasuk
7. Menerapkan Work From Home (WFH) Karantina Rumah, Pembatasan Sosial, Karantina
8. Jaga jarak dengan orang lain minimal 1 meter (saat Rumah Sakit, dan Karantina Wilayah (selengkapnya
pada BAB 6).
mengantri, duduk di bus/kereta).
Pembatasan sosial dalam hal ini adalah jaga jarak fisik
(physical distancing), dengan cara:
Jaga Jarak Fisik dan Pembatasan
Sosial (Physical and Social 1. Dilarang berdekatan atau kontak fisik dengan orang
Distancing) mengatur jarak terdekat sekitar 1-2 meter, tidak bersalaman,
tidak berpelukan dan berciuman.
• Pembatasan sosial adalah pembatasan kegiatan
tertentu penduduk dalam suatu wilayah. 2. Hindari penggunaan transportasi publik (seperti kereta,
Pembatasan sosial ini dilakukan oleh semua orang
di wilayah yang diduga terinfeksi penyakit. bus, dan angkot) yang tidak perlu, sebisa mungkin hindari
Pembatasan sosial berskala besar bertujuan untuk jam sibuk ketika berpergian.
mencegah meluasnya penyebaran penyakit di
wilayah tertentu. 3. Bekerja dari rumah, jika memungkinkan dan kantor
• Pembatasan sosial berskala besar paling sedikit memberlakukan ini.
meliputi: meliburkan sekolah dan tempat kerja;
pembatasan kegiatan keagamaan; dan/atau 4. Dilarang berkumpul massal di kerumunan dan fasilitas
pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas umum.
umum.
5. Hindari berkumpul teman dan keluarga, termasuk
• Selain itu, pembatasan social juga dilakukan
dengan meminta masyarakat untuk mengurangi berkunjung/bersilaturahmi tatap muka dan menunda
interaksi sosialnya dengan tetap tinggal di dalam kegiatan bersama. Hubungi mereka dengan telepon,
rumah maupun pembatasan interaksi sosialnya internet, dan media sosial.
dengan tetap tinggal di dalam rumah maupun
pembatasan penggunaan transportasi publik. 6. Gunakan telepon atau layanan online untuk menghubungi
dokter atau fasilitas lainnya.
7. Jika anda sakit, Dilarang mengunjungi orang tua/lanjut
usia. Jika anda tinggal satu rumah dengan mereka, maka
hindari interaksi langsung dengan mereka.
• Semua orang harus mengikuti Baca referensi
ketentuan ini. • -asymtomatic covid19
• Kami menghimbau untuk mengikuti • klaster keluarga
petunjuk ini dengan ketat dan
membatasi tatap muka dengan teman
dan keluarga, khususnya jika Anda:
1. Berusia 60 tahun keatas
2. Memilik penyakit komorbid (penyakit
penyerta) seperti diabetes melitus,
hipertensi, kanker,asma dan Penyakit
Paru Obstruksi Kronik (PPOK) dll
3. Ibu hamil
Dukungan dalam
• Apa yang harus Anda lakukan jika harus ke rumah
Karantina Kesehatan sakit atau dokter dalam periode ini?
• Kami menyarankan semua orang untuk mengakses
• Bagaimana saya mendapatkan dukungan makanan layanan medis secara jarak jauh, melalui telepon di
dan obat jika melakukan pembatasan sosial maupun nomor 119, 117, dan online.
karantina wilayah? Minta bantuan keluarga, teman, • Bicara dengan dokter atau tenaga kesehatan anda
dan tetangga untuk membantu atau gunakan untuk memastikan keberlanjutan perawatan yang
layanan online, dengan tetap menjaga prinsip anda butuhkan dan mempertimbangkan jika
pembatasan sosial. jadwalnya dapat ditunda.
• Jika tidak memungkinkan, maka layanan publik
(RT/RW), bisnis, badan amal, relawan, dan
masyarakat umum telah bersiap untuk membantu • Apa saran untuk pengunjung/tamu? Anda perlu
orang yang perlu tinggal di rumah. RT/RW juga menghubungi orang yang biasanya berkunjung
dapat mengkoordinasi ke BPBD setempat untuk seperti teman, keluarga, perawat dan
mendapatkan bantuan. Penting untuk dapat memberitahukan bahwa anda sedang melakukan
menghubungi dan minta tolong orang lain untuk pembatasan sosial dan mereka sebaiknya tidak
mengatur pengiriman makanan, obat dan datang dalam waktu ini, kecuali untuk orang yang
kebutuhan lainnya, serta ikut memperhatikan memberikan perawatan penting (seperti membantu
kondisi fisik dan mental anda mencuci, pakai baju dan siapkan makanan) dengan
tetap menjaga prinsip pembatasan sosial
Bagaimana cara menjaga kondisi mental?
• Pembatasan sosial dapat membuat bosan dan
frustasi. Anda bisa merasakan dampak pada perasaan Apa yang bisa anda lakukan untuk tetap
seperti murung, kurang bersemangat, cemas, terhubung dengan teman dan keluarga?
Beberapa langkah mudah yang dapat membantu, untuk • Cari dukungan dari teman, keluarga, dan
dapat tetap aktif secara fisik dan mental seperti: jaringan sosial lainnya. Usahakan untuk tetap
• 1. Tetap melakukan aktivitas fisik dan melihat kontak dengan orang di sekitar anda melalui
beberapa ide olahraga di rumah (yoga, senam untuk telepon dan platform media sosial. Beri tahu
sendiri, dan sebagainya). mereka anda ingin tetap terhubung secara
rutin, untuk membantu anda menyampaikan
• 2. Lakukan hal yang anda nikmati, seperti membaca, apa yang anda rasakan. Ingatlah, bahwa tidak
masak, melakukan hobi di dalam rumah, ada masalah untuk berbagi pikiran dengan
mendengarkan radio atau menonton TV mereka dan melakukan hal ini bisa
memberikan dukungan bagi mereka juga
• 3. Makan makanan sehat, seimbang, minum air
cukup, olahraga teratur, dan menghindari rokok.
• 4. Buka jendela rumah untuk udara segar, dan
usahakan dapat sinar matahari cukup, atau pergi ke
taman
• 5. Berkomunikasi dengan keluarga melalui telepon
atau platform media sosial.
• Anda juga bisa berjalan keluar rumah jika bisa
mempertahankan jarak 1-2 meter dari yang lain
Diskusi dalam covid19
masalah diagnose, intervensi masa pandemic
• Konsep epidemiologi
• Konsep perilaku kesehatan
• Konsep manajemen system
• Konsep ekologi
• Bagaimana gizi
TBC
(Tuberkulosis)
https:/tbindonesia.or.id/?
oleh
Sri Adiningsih
FKM UNAIR
Sejarah
• Sejak tahun 1993, WHO menyatakan bahwa TB merupakan kedaruratan global bagi
kemanusiaan. Walaupun strategi DOTS telah terbukti sangat efektif untuk
pengendalian TB, tetapi beban penyakit TB di masyarakat masih sangat tinggi.
• Dengan berbagai kemajuan yang dicapai sejak tahun 2003, diperkirakan masih
terdapat sekitar 9,5 juta kasus baru TB, dan sekitar 0,5 juta orang meninggal akibat
TB di seluruh dunia (WHO, 2009).
Selain itu, pengendalian TB mendapat tantangan baru seperti
A. Ko-infeksi TB/HIV,
B. TB yang resisten obat dan
C. Tantangan lainnya dengan tingkat kompleksitas yang makin tinggi.
Dokumen Strategi Nasional Pengendalian TB di Indonesia 2011-2014 ini disusun
dengan konsultasi yang intensif dengan para pemangku kepentingan di tingkat
nasional dan provinsi serta mengacu pada: (1) kebijakan pembangunan nasional 2010-
2014; (2) dokumen strategi dan rencana global dan regional; dan (3) evaluasi
perkembangan program TB di Indonesia
prevalensi
• Situasi TB di Dunia dan Indonesia Tuberkulosis (TB) sampai dengan saat ini
masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di dunia
walaupun upaya penanggulangan TB telah dilaksanakan di banyak negara
sejak tahun 1995.
• Menurut laporan WHO tahun 2017, ditingkat global diperkirakan
10.900.000 kasus TB baru dengan 3,2 juta kasus diantaranya adalah
perempuan, dan 1.400.000 juta kematian karena TB.
• Dari kasus TB tersebut ditemukan 1.170.000 (12%) HIV positif dengan
kematian 390.000 orang.
• TB Resistan Obat (TB-RO) dengan kematian 190.000 orang. Dari 9,6 juta
kasus TB baru, diperkirakan 1 juta kasus TB Anak (di bawah usia 15 tahun)
dan 140.000 kematian/tahun
Presiden Jokowi dlm Ratas
• Indonesia merupakan negara rangking ke 3 dunia mengenai kasus
tuberculosis setelah India dan China
• TBC merupakan salah satu dari 10 penyakit menular tg menyebabkan
kematian terbanyak didunia. Lebih besar daripada HIV AIDS
Kasus TBC 2017 2018
meninggal 116.000 98.000
• TBC perlu diwaspadai karena 75%pasien tbc adalah kelompok
produktif usia 15-55 tahun
• pemerintah memiliki target untuk pengurangan kasus TBC pada tahun
2030 bebas tuberkulosis
https:// setkab.go.id/3 arahan-presiden-soal
percepatan-pengurangan tuberculosis/
3 Langkah arahan presiden Jokowi menuju Indonesia bebas tbc th 2030 adalah
• 1. Pelacakan agresif menemukan tuberkulosa . Data dari 845 ribu penduduk penderita TBC baru 542 ribu
ternotifikasi jadi yg belum lapor 33%....jadi harus hai sebarannya
• 2. Layanan Diagnostik dan pengobatan TBC hrs tetap berlangsung dilaksanakan diobati sampe sembuh,
mulai stok obat hrs selalu tersedia.kl butuh perpres atau permenkes segra diterbitkan. Sehingga prinsip
TOSS betul2 dpt dilaksanakan
• 3. upaya pencegahan,prevensi dan promosi hrs berlangsung lintas sector termasuk dari sisi infra struktur.
Terutama untuk tempat tinggal, atau rumah lembab, kurang cahaya matahari dan ventilasi. Terutama ini
tempat2 yg padat ini perlu, kepadatan rumah.
• Ini sangat berpengaruh terhadap penularan antar individu, jadi bukan hanya tugas Kemenkes dan Kemensos
tp juga kemen PUPR harus dilibatkan dlm pengurangan TBC
• Kemungkinan untuk mencari pasien TBC bersamaan dg COVID19 , kendaraaan saama . Kita bias
menyelesaikan 2 hal penting bagi kesehatan rakyat kit. Kalau itu bias kita bias mempercepat
Definisi
• TBC (Tuberkulosis) yang juga dikenal dengan TB adalah penyakit
infeksi yang menular biasanya menyerang paru-paru akibat
kuman Mycobacterium tuberculosis.
• Terdapat beberapa spesies Mycobacterium, antara lain:
M.tuberculosis, M.africanum, M. bovis, M. Leprae dsb.
• Yang juga dikenal sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA).
• Kelompok bakteri Mycobacterium selain Mycobacterium tuberculosis
yang bisa menimbulkan gangguan pada saluran nafas dikenal sebagai
MOTT (Mycobacterium Other Than Tuberculosis) yang terkadang bisa
mengganggu penegakan diagnosis dan pengobatan TB
INFEKS
Gejala TBC
• berupa batuk yang berlangsung lama
(lebih dari 3 minggu), biasanya • Kuman TBC tidak hanya menyerang
berdahak, dan terkadang paru-paru, tetapi juga bisa
mengeluarkan darah. menyerang tulang, usus, atau
juga beberapa gejala lain, seperti: kelenjar.
• Demam • Penyakit ini ditularkan dari
percikan ludah yang keluar
• Lemas penderita TBC, ketika berbicara,
• Berat badan turun batuk, atau bersin.
• Tidak nafsu makan • Penyakit ini lebih rentan terkena
• Nyeri dada pada seseorang yang kekebalan
tubuhnya rendah, misalnya
• Berkeringat di malam hari penderita HIV.
sifat kuman Mycobacterium tuberculosis
• Berbentuk batang dengan panjang 1-10 mikron dan lebar 0,2 - 0,8 mikron. Rumah tidak sehat
- Ventilasi kurang,
• Bersifat tahan asam dalam pewarnaan dengan metode Ziehl Neelsen, jendela tak
berbentuk batang berwarna merah dalam pemeriksaan dibawah mikroskop.
dibuka
• Memerlukan media khusus untuk biakan, antara lain Lowenstein Jensen, - Wastafel
Ogawa. - Padat penduduk
• Tahan terhadap suhu rendah sehingga dapat bertahan hidup dalam jangka
waktu lama pada suhu antara 4°C sampai minus 70°C.
• Kuman sangat peka terhadap panas, sinar matahari dan sinar ultra violet.
Paparan langsung terhadap sinar ultra violet, sebagian besar kuman akan
mati dalam waktu beberapa menit.
• Dalam dahak pada suhu antara 30-37°C akan mati dalam waktu lebih kurang
1 minggu. Kuman dapat bersifat dorman. Masalah displin
minum obat:
Terjadi banyak
kasus kuman
resisten pada
pengobatan
Bagaimana mencegah penularan :
etika batuk
• Pakai Masker pada org sakit
Cara penularan batuk,
• Buang dahak tidak
sembarangan
• Sumber penularan adalah pasien TB,
Terutama pasien yang mengandung kuman TB dalam dahaknya (open case).
• Kapan : Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara
dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei / percik renik).
• Bgm mekanisme : Infeksi akan terjadi apabila seseorang menghirup udara
yang mengandung percikan dahak yang infeksius.
• Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak yang
mengandung kuman sebanyak 0-3500 kuman M.tuberculosis.
• Sedangkan kalau bersin dapat mengeluarkan sebanyak 4500– 1.000.000
kuman M.tuberculosis
Perjalanan Alamiah TB Pada Manusia --- focus pencegahan
A. Paparan B. Infeksi
Peluang peningkatan paparan terkait dengan: Reaksi daya tahan tubuh terjadi setelah 6–14 minggu
setelah infeksi.
• Jumlah kasus menular di masyarakat.
Lesi umumnya sembuh total namun kuman dapat
• Peluang kontak dengan kasus menular.
tetap hidup dalam lesi tersebut (dormant) dan suatu
• Sumber penularan : saat dapat aktif kembali tergantung dari daya tahun
tubuh manusia.
Tingkat daya tular dahak , Intensitas batuk
Penyebaran : aliran darah atau getah bening dapat
Kedekatan kontak, Lamanya waktu kontak terjadi sebelum penyembuhan lesi
D. Meninggal dunia
Faktor resiko kematian karena TB: C. Sakit TB
• Terlambat diagnosis. Faktor Risiko menjadi sakit TB :
• Pengobatan tidak adekuat. • Konsentrasi / jumlah kuman yang terhirup
• kondisi keseh. awal yang buruk atau penyakit • Lamanya waktu sejak terinfeksi
penyerta. • Usia seseorang yang terinfeksi
• Pada pasien TB tanpa pengobatan, 50% meninggal • Tingkat daya tahan tubuh seseorang.
dan risiko ini meningkat pada pasien dengan HIV Seseorang dengan daya tahan tubuh yang rendah
positif. a.l infeksi HIV/AIDS dan malnutrisi (gizi buruk) akan
Juga ODHA, 25% kematian disebabkan oleh TB memudahkan berkembangnya TB aktif (sakit TB)
Faktor utama penyebab terjadinya resistensi kuman
adalah penatalaksanaan pasien TB yg tidak adekuat
B. Pasien:
A Pemberi jasa/petugas kesehatan : 1) Tidak mematuhi anjuran dokter/
1) Diagnosis tidak tepat, petugas kesehatan
2) Pengobatan tidak menggunakan 2) Tidak teratur menelan paduan OAT,
paduan yang tepat, 3) Menghentikan pengobatan secara
3) Dosis, jenis, jumlah obat dan jangka sepihak sebelum waktunya.
waktu pengobatan tidak adekuat, 4) Gangguan penyerapan obat
4) Penyuluhan kepada pasien yang tidak
adequat.
B. Program Pengendalian TB
1) Persediaan OAT yang kurang
2) Kualitas OAT yang disediakan rendah
(Pharmaco-vigilance)
Pengobatan Tuberkulosis
• TBC dapat dideteksi melalui pemeriksaan dahak. Beberapa tes lain yang dapat dilakukan
untuk mendeteksi penyakit menular ini adalah foto Rontgen dada, tes darah, atau tes
kulit (Mantoux).
• TBC dapat disembuhkan jika penderitanya patuh mengonsumsi obat sesuai dengan resep
dokter. Untuk mengatasi penyakit ini, penderita perlu minum beberapa jenis obat untuk
waktu yang cukup lama (minimal 6 bulan). Obat itu umumnya berupa:
• Isoniazid
• Rifampicin
• Pyrazinamide
• Ethambutol
• Pengobatan penyakit TBC membutuhkan waktu yang cukup lama dan biaya yang tidak
sedikit. Oleh karena itu, memiliki asuransi kesehatan bisa menjadi pertimbangan,
sehingga Anda tidak perlu dipusingkan dengan tanggungan biaya saat berobat nanti.
Pencegahan Tuberkulosis
• TBC dapat dicegah dengan pemberian vaksin, yang disarankan
dilakukan imunisasi BCG sebelum bayi berusia 2 bulan.
Selain itu, pencegahan juga dapat dilakukan dengan cara:
• Mengenakan masker saat berada di tempat ramai.
• Tutupi mulut saat bersin, batuk, dan tertawa.
• Tidak membuang dahak atau meludah sembarangan.
Penanggulangan Tuberkulosis
• adalah segala upaya kesehatan yang mengutamakan aspek promotif
dan preventif, tanpa mengabaikan aspek kuratif dan rehabilitatif yang
ditujukan untuk melindungi kesehatan masyarakat, menurunkan
angka kesakitan, kecacatan atau kematian, memutuskan penularan,
Penyebab utama yang mempengaruhi meningkatnya beban TB :
a. Belum optimalnya pelaksanaan program TB selama
ini karena masih kurangnya komitmen pelaksana d. Belum memadainya tatalaksana TB sesuai
dengan standar baik dalam penemuan
pelayanan, pengambil kebijakan, dan pendana untuk kasus/diagnosis, paduan obat, pemantauan
operasional, bahan serta sarana prasarana. pengobatan, pencatatan dan pelaporan.
b. Belum memadainya tata laksana TB terutama di • Besarnya masalah kesehatan lain yang bisa
fasyankes yang belum menerapkan layanan TB sesuai berpengaruh terhadap risiko terjadinya TB
secara signifikan seperti HIV, gizi buruk, diabetes
dengan standar pedoman nasional dan ISTC seperti mellitus, merokok, serta keadaan lain yang
penemuan kasus/diagnosis yang tidak baku, paduan menyebabkan penurunan daya tahan tubuh.
obat yang tidak baku, tidak dilakukan pemantauan
pengobatan, tidak dilakukan pencatatan dan e. Meningkatnya jumlah kasus TB Resistant Obat
pelaporan yang baku. (TB-RO) yang akan meningkatkan pembiayaan
c. Masih kurangnya keterlibatan lintas program dan program TB.
lintas sektor dalam penanggulangan TB baik kegiatan
maupun pendanaan. f. Faktor sosial : angka pengangguran, rendahnya
tingkat pendidikan dan pendapatan per kapita,
Belum semua masyarakat dapat mengakses layanan TB kondisi sanitasi, papan, sandang dan pangan
khususnya di Daerah Terpencil, Perbatasan dan yang tidak memadai yang berakibat pada
Kepulauan (DTPK), serta daerah risiko tinggi seperti tingginya risiko masyarakat terjangkit TB
daerah kumuh di perkotaan, pelabuhan, industri, lokasi
permukiman padat seperti pondok pesantren, asrama,
barak dan lapas/rutan.
Organisasi Program Pengendalian TB Nasional
• Saat ini, pelaksanaan upaya pengendalian TB di
Indonesia secara administratif berada di bawah
dua Direktorat Jenderal Kementerian Kesehatan, • Dengan demikian kerja sama
1. Dirjen Bina Upaya Kesehatan,
antar Ditjen dan koordinasi
yang efektif oleh subdit TB
2. P2PL (Subdit Tuberkulosis yang bernaung di
bawah Ditjen P2PL).
sangat diperlukan dalam
menerapkan program
• Pembinaan Puskesmas berada di bawah Ditjen pengendalian TB yang
Bina Upaya Kesehatan dan merupakan tulang
punggung layanan TB dengan arahan dari subdit terpadu.
Tuberkulosis,
• sedangkan pembinaan rumah sakit berada di
bawah Ditjen Bina Upaya Kesehatan.
• Pelayanan TB juga di praktik swasta, rutan/lapas,
militer dan perusahaan, yang seperti halnya
rumah sakit, tidak berada di dalam koordinasi
Subdit Tuberkulosis.
Layanan kes di level kab/kota
Pada saat ini Indonesia memiliki disetiap
• Merupakan tulang punggung dalam program kab/kota total
pengendalian TB. • 1.649 PRM (puskesmas Rujukan Miroskopis),
• DOTS =Directly Observed Treatment • 4.140 PS (puskesmas satelit)dan
• MDR = Multi Drugs Resistance (kekebalan ganda • 1.632 PPM (puskesmas Pelaksana Mandiri).
terhadap obat)
• Selain Puskesmas, terdapat pula fasilitas
• MR = Mono Resistant pelayanan rumah sakit, rutan/lapas, balai
• MTPTRO = Manajemen Terpadu Pengendalian TB pengobatan dan fasilitas lainnya yang telah
Resistan obat Tenaga yang telah dilatih strategi DOTS
• PMDT = Programmatic Management Drug berjumlah
Resistant TB • 5.735 dokter Puskesmas,
• PPM = Puskesmas Pelaksana Mandiri • 7.019 petugas TB dan
• PR = Poli Resistant • 4.065 petugas laboratorium.
• PRM = Puskesmas Rujukan Mikroskopis
GERAKAN BERSAMA MENUJU ELIMINASI TBC 2030
Presiden Jokowi : Temukan TBC Obati, sampai Sembuh
TOSS
TBC
HIV AID’S
Oleh
Sri Adiningsih
FKM UNAIR
• Human immunodeficiency virus (HIV) is an infection that attacks the body’s immune
system, specifically the white blood cells called CD4 cells. HIV destroys these CD4 cells,
weakening a person’s immunity against infections such as tuberculosis and some cancers.
• WHO recommends that every person who may be at risk of HIV should access testing.
People diagnosed with HIV should be offered and linked to antiretroviral treatment as
soon as possible following diagnosis. If taken consistently, this treatment also prevents
HIV transmission to others.
• If the person’s CD4 cell count falls below 200, their immunity is severely compromised,
leaving them more susceptible to infections. Someone with a CD4 count below 200 is
described as having AIDS (acquired immunodeficiency syndrome).
• HIV can be diagnosed using simple and affordable rapid diagnostic tests, as well as self-
tests. It is important that HIV testing services follow the 5Cs: consent, confidentiality,
counselling, correct results and connection with treatment and other services.
Perjalanan penyakit
• HIV menyerang sel sistem kekebalan tubuh. Secara khusus, menginfeksi
dan menggunakan sel CD4 sebagai 'pabrik' untuk mereproduksi dan
menghancurkan sel-sel CD4 yang sedang berproses.
• Semakin hancur sel CD4, akan semakin lemah sistim kekebalan
tubuhnya.
• Jika sistem kekebalan tubuh semakin melemah, risiko mengembangkan
infeksi dan penyakit menjadi lebih besar.
• Seiring berjalannya waktu, dan tanpa pengobatan, jumlah sel CD4 dapat
menjadi begitu sangat rendah dan dapat menyebabkan seseorang
mengembangkan AIDS.
Siklus hidup HIV KETERANGAN GAMBAR
Arief Hargono
Departemen Epidemiologi
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Airlangga
Transisi demografi
Transisi epidemiologi
Transisi gizi
ISSUE Transisi perilaku
KESEHATAN Paradigma kesehatan
Climate change dan global warming
MDGs SDGs
Asuransi Kesehatan
Pemberdayaan masyarakat untuk hidup sehat
STRATEGI Meningkatkan akses pelayanan kesehatan
PEMBANGUNAN Sistem surveilans, monitoring dan informasi
KESEHATAN kesehatan
Pembiayaan kesehatan
Suatu proses dimana koordinasi dan mekanisme yang
komprehensif dikembangkan berdasarkan alokasi sumber daya
yang efektif dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu
Perencanaan pelayanan kesehatan proses yang
mempertimbangkan kebutuhan kesehatan pada suatu batasan
geografis atau populasi dan menentukan cara pencapaiannya
DEFINISI melalui sumber daya yang tersedia dan alokasi sumber daya
PERENCANAAN berikutnya secara efektif dan efisien
Pertanyaan dasar:
o Apa yang harus dilakukan
o Bagaimana melakukan
o Kapan melakukannya
o Siapa yang melakukan
Problem Solving Cycle
Analisis
Situasi
PROBLEM Evaluasi
Identifikasi
Masalah
SOLVING CYCLE
(PSC):
ASSESSMENT
Masalah kesehatan
Manajemen dan sistem Pengawasan
&
Prioritas
Kebutuhan masyarakat pengendalian Masalah
Peraturan, kebijakan serta
norma yang berlaku
PLANNING
Identifikasi tujuan dan
indikator
Prioritas masalah
Pemantauan Tujuan
IMPLEMENTATION
Proses, entitas dan aktor
Alokasi waktu
EVALUATION
Masalah sistem dan Pelaksanaan
&
Alternatif
alternatif solusi Penggerakan Solusi
Rencana
Operasional
Problem Solving Cycle
Analisis
Situasi
Identifikasi
Evaluasi
Masalah
PERAN Pengawasan
Prioritas
INFORMASI &
pengendalian Masalah
DALAM
PROBLEM
INFORMASI
SOLVING CYCLE Pemantauan Tujuan
(PSC)
Pelaksanaan
Alternatif
&
Penggerakan Solusi
Rencana
Operasional
Epi = pada / tentang
Demos = penduduk
Logos = ilmu
DEFINISI
Ilmu yang mempelajari, menganalisis, serta
Epidemiologi berusaha memecahkan berbagai masalah
kesehatan pada suatu kelompok populasi
tertentu
Usia, jenis kelamin, ras,
genetik, status imunisasi,
HOST agama, pekerjaan, status
menikah
SEGITIGA
EPIDEMIOLOGI
untuk
ANALISIS
SITUASI
AGENT ENVIRONMENT
http://www.open.edu/openlearn/ocw/mod/oucontent/view.php?id=3743&printable=1
Perilaku manusia:
pengetahuan, sikap dan
HOST tindakan terhadap upaya
pencegahan
Teori segitiga
epidemiologi
pada
demam
berdarah
AGENT ENVIRONMENT
Teori segitiga
epidemiologi
pada
tuberkulosis
AGENT ENVIRONMENT
http://tmhome.com/benefits/stress-heart-disease-factors-prevention/
INFORMASI EPIDEMIOLOGI menjelaskan
pola penyakit, masalah kesehatan dan
kecenderungannya berdasarkan:
Var. orang karakter orang yang terkena
masalah kesehatan. Mis: umur, sex, golongan,
INFORMASI pendidikan, pekerjaan, sos ek, dll
EPIDEMIOLOGI Var. tempat karakter tempat dimana
masalah kesehatan terjadi. Mis: tempat, kec,
kab, prop, pantai, desa, kota, dll
Var. waktu karakter waktu ketika masalah
kesehatan terjadi. Mis: bulan, tahun, musim, dll
KELUARAN SURVEILANS EPIDEMIOLOGI:
Distribusi kasus campak menurut usia
100%
13%
18% 17%
80% 13%
12%
21%
Proporsi Kasus Campak
60%
32%
34%
31%
40%
31%
27%
20% 18%
< 1 th 1 - 4 th 5 - 9 th 10 - 14 th > 15 th
Reporting
Data Information
Feedback
Action Decision
IDENTIFIKASI FAKTOR RISIKO MASALAH
KESEHATAN BERDASARKAN KONSEP SEGITIGA
EPIDEMIOLOGI (HOST, AGENT, ENVIRONMENT)
DAN WEB OF CAUSATION
PENDEKATAN PENGELOMPOKAN INFORMASI EPIDEMIOLOGI
EPIDEMIOLOGI MENURUT ORANG, TEMPAT DAN WAKTU
UNTUK PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUMPULAN
PERENCANAAN DATA MENGGUNAKAN 9 PERTANYAAN
EPIDEMIOLOGI
DAN EVALUASI SALAH SATU SUMBER INFORMASI UNTUK
PERENCANAAN DAN EVALUASI PROGRAM
KESEHATAN ADALAH SURVEILANS KESEHATAN
MASYARAKAT
Marjorie Loyd, A Practical Guide to Care Planning in
Health and Social Care, 2010
Richard K. Thomas, Health Services Planning, 2003
Thomas C Timmreck, Planning, Program Development
Pustaka and Evaluation, 1995
WHO, Local Environmental Health Planning, 2002
William A. Reinke, Health Planning for Effective
Management, 1988
Problem Solving Cycle
Analisis
Situasi
Identifikasi
Evaluasi
Masalah
PROBLEM Assessment
(PSC)
dan Evaluation Planning
KERANGKA
KERJA Pemantauan Tujuan
Implementasi
PERENCANAAN
Pelaksanaan
Alternatif
&
Penggerakan
Solusi
Rencana
Operasional
PRECEDE/PROCEED
BY:
J AYA N T I D I A N E K A S A R I , S . K M . , M . K E S .
D E P T. P K I P F K M U A
PRECEDE = PENDAHULU PROCEED = Proses yang sedang
berlangsung dan hasilnya
P = Predisposing
R = Reinforcing P = Policy
E = Enabling R = Regulatory
C = Constructs in O = Organizational
E = Educational Environmental C = Constructs in
D = Diagnosis E = Educational and
E = Evaluation E = Environmental
D = Development
Precede:
Menjamin sebuah program yang akan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan
individu/masyarakat
Proceed:
• Menjamin program yang akan dijalankan:
• Tersedia sumber dayanya
• Mudah diakses/dicapai
• Dapat diterima secara politik dan peraturan yang ada
• Dapat dievaluasi oleh policy makers, consumers dan administrators
Behavior
Health Quality of Life
Vital indicators:
Environment Disability
Social indicators:
Discomfort
Ketidakhadiran
Fertility
Behavioral indicators: Prestasi/pencapaian
Fitness
Penyesuaian Estetika
Environmental Morbidity
Pola konsumsi Crowding
indicators: Mortality
Upaya penanganan Diskriminasi
Ekonomi Phsycological risk
Upaya preventif Kebahagiaan
Fisik factor
Self care Permusuhan
Utilization Pelayanan Illigitimacy
Sosial Dimensions:
Kinerja
Distribution
Dimensions: Kerusuhan
Dimensions: Duration
Frequency Harga diri
Keterjangkauan Functional level
Keteguhan/kegigihan Pengangguran
Keadilan Incidence
Ketepatan Kesejahteraan
Akses Intensity
Kualitas Prevalence
Jarak
Predisposing
factors:
• Knowledge
• Attitudes
• Beliefs
• Values
Health education • Perception
Component of
health Promotion Reinforcing
program factors:
Attitudes and
behavior of Behavior (Action) of
health Individuals, Groups
personnel and or Communities
other, peers,
parents,
employers, etc
Policy
Regulation
Enabling
organization
factors:
• Availability
of resources
• Accessibility Environmental factors
• Referrals
• Rules and
Laws
• Skills
Administrative Diagnosis:
• Memperkirakan atau menilai resources/sumber daya yang
dibutuhkan program
• Menilai resources yang ada didalam organisasi atau
masyarakat
• Mengidentifikasi factor penghambat dalam
mengimplementasikan program
Policy Diagnosis:
• Menilai dukungan politik
• Dukungan regulasi/peraturan
• Dukungan system didalam organisasi
• Hambatan yang ada dalam pelaksanaan program
• Dukungan yang memudahkan pelaksanaan program
FASE 1: DIAGNOSIS SOSIAL
• Definisi
• Menilai kualitas hidup berkaitan dengan penilaian kebutuhan sosial / tinjauan social
• Proses menentukan persepsi orang terhadap kebutuhan atau kualitas hidup mereka sendiri, dan
aspirasi mereka untuk kepentingan bersama, melalui partisipasi yang luas dan penerapan
beberapa kegiatan pengumpulan-informasi yang dirancang untuk memperluas pemahaman
masyarakat.
• Community participation merupakan konsep dasar dalam social
diagnosis dan telah menjadi prinsip dasar dalam upaya promosi
kesehatan dan pengembangan masyarakat.
• Multiple information gathering, berarti bahwa diagnosis social
dilakukan dengan mengumpulkan beberapa indicator dan data yang
berasal dari berbagai sumber
• Expand understanding, berarti adanya perhatian dari lintas bidang:
social, ekonomi, budaya dan lingkungan
• Hubungan antara “Health” dan “Social Problems”
• A Reciprocal Relationship
Social Policy
Social service Interventions
Social Conditions
HEALTH
Quality of Life
Health Policy
Health Interventions
• “Quality of Life”
Subjective Assessment:
• Menggunakan infromasi yang didapat dari masyarakat/populasi
• Keuntungan: sudut pandang masalah/situasi dari masyarakat
• Cara: survey
Identifikasi
• Beberapa strategi untuk mengidentifikasi masalah social:
Studi literature
Key informant interviews
Community forums
Nominal Group Process
The Delphi Method
The Continum Approch
Data public
Focus Group Discusion (FGD)
Untuk melakukan diagnosis sosial yang efektif:
seseorang harus menerapkan prinsip partisipasi dan
memastikan keterlibatan aktif dari orang-orang yang akan
terpengaruh oleh program yang sedang direncanakan
INDIKATOR DIAGNOSIS SOSIAL
• Kesejahteraan
• Kemiskinan
• Angka melek huruf
• Tingkat pengangguran
• Tingkat kriminalitas
• Tingkat pendidikan
• Pendapatan/pekerjaan
• Saluran komunikasi
• Budaya (yang dianut dan masih diterapkan)
FASE 2: DIAGNOSIS EPIDEMIOLOGI
• Tujuan Dx Epidemiologi:
1. Mengidentifikasi masalah kesehatan yang penting untuk dipecahkan
secara obyektif
2. Faktor perilaku dan lingkungan apa yang mempengaruhi terjadinya
masalah kesehatan tersebut
MENILAI PENTINGNYA MASALAH
KESEHATAN
• Membantu untuk membangun kepentingan relatif dari berbagai masalah kesehatan pada
populasi target secara keseluruhan dan dalam subkelompok populasi
• Memberikan dasar untuk menetapkan prioritas program di antara berbagai masalah kesehatan
dan subkelompok
• Membantu dalam alokasi tanggung jawab di antara para profesional yang berkolaborasi, lembaga
dan departemen
• Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor risiko yang diketahui untuk masalah
kesehatan prioritas
TWO APPROACHES IN
EPIDEMIOLOGICAL DIAGNOSIS
• Reductionist Approach
- Bekerja dari masalah sosial yang luas menuju penilaian komponen-komponen kesehatan yang
berkontribusi secara kausal terhadap masalah itu
- Pendekatan reduksionis dapat digunakan dalam penilaian epidemiologi ketika masalah sosial
telah diidentifikasi, tetapi penyebab masalah belum jelas digambarkan
• Expansionist Approach
- Dimulai dari masalah kesehatan tertentu dan bekerja pada konteks sosial yang lebih besar di
mana masalah itu terjadi
Diagnosis
social:
Keadaan Pendekatan
perumahan reduksi:
jelek • Gizi buruk
• Penyakit infeksi
• Diare Health Problem:
Prioritas masalah
kesehatan dengan
variable sosial
Pendekatan
ekspansi:
Diare terjadi karena
sasaran dengan
karakteristik social Health Objective:
yang bagaimana? Who?
• Kelompok usia What?
• Pendidikan How much?
• Penghasilan By when?
• Lokasi
FASE 3: DIAGNOSIS PERILAKU DAN
LINGKUNGAN
• Dalam PRECEDE: masalah perilaku adalah perilaku yang diyakini
menyebabkan masalah kesehatan pada orang yang akan dijadikan
sasaran intervensi pendidikan
• Tugas utama dalam diagnosis perilaku adalah menegakkan hubungan
kausal antara perilaku dan kesehatan
• Behavioral Diagnosis (behavioral assessment)
adalah analisis sistemik dari hubungan perilaku dengan tujuan atau
masalah yang diidentifikasi dalam diagnosis epidemiologis atau sosial
5 STEPS IN BEHAVIORAL DIAGNOSIS
• Step 1:
Memisahkan masalah kesehatan yang disebabkan karena factor perilaku dan yang non perilaku
• Step 2:
Mengembangkan inventarisasi perilaku:
2a. perilaku preventif:
• mengidentifikasi perilaku yang terkait dengan mempromosikan kesehatan, mencegah masalah
kesehatan, atau mengendalikan sekuel masalah kesehatan
2b. perilaku pengobatan:
• identifikasi dan daftar secara berurutan tindakan atau prosedur perawatan untuk tujuan atau
masalah kesehatan
• Step 3
- Menilai atau memberi peringkat perilaku dalam hal penting
- Perilaku harus dianggap PENTING, bila:
Data yang tersedia jelas menghubungkan perilaku dengan masalah
kesehatan (clearly linked to the health problem)
Perilaku tersebut sering terjadi (occurs frequently)
Secara teori dan literature review, perilaku tersebut sangat
berhubungan dnegan masalah kesehatan
• Step 4:
- Menilai atau memberi peringkat perilaku dalam hal
perubahan
- Kemungkinan perilaku dapat BERUBAH, bila:
Masih dalam tahap perkembangan
Tidak terikat terhadap pola budaya/gaya hidup
Berhasil dirubah oleh program sebelumnya
• Selanjutnya susun tabel berikut
• adalah analisis paralel faktor dalam lingkungan sosial dan fisik, yang
dapat dikaitkan secara kausal dengan perilaku yang diidentifikasi
dalam diagnosis perilaku, atau langsung ke hasil yang diinginkan
• Penyebab non perilaku adalah berbagai factor perorangan dan
lingkungan yang dapat menimbulkan masalah kesehatan tapi tidak
dikendalikan oleh perilaku populasi sasaran
FASE 4: EDUCATIONAL &
ORGANIZATIONAL DIAGNOSIS
Diagnosis Pendidikan (educational diagnosis)
• Digunakan untuk mengawali proses perubahan perilaku dengan memperhatikan factor-factor
penyebabnya.
• Menyeleksi factor-factor perilaku yang dapat dimodifikasi untuk perubahan perilaku
• Perilaku kesehatan dapat dilihat sebagai fungsi dari pengaruh bersama (collective influence)
ketiga factor perilaku.
• Perilaku merupakan fenomena multidimensi
• Perencanaan perubahan perilaku harus memperhatikan ketiga factor tersebut, untuk selanjutnya
dapat dilihat factor mana yang lebih “responsive” bagi pendidikan kesehatan
FASE 4: EDUCATIONAL &
ORGANIZATIONAL DIAGNOSIS
• Determinan perilaku yang bisa mempengaruhi status kesehatan seseorang atau masyarakat
dapat dilihat dari:
1. Faktor predisposisi (predisposing factor)
• Faktor anteseden terhadap perilaku yang memberikan alasan atau motivasi untuk berperilaku
• Mencakup dimensi kognitif dan afektif untuk mengetahui, merasakan, percaya, menghargai dan
memiliki rasa percaya diri atau rasa (sense) atau keampuhan (efficacy)
• Seperti, pengetahuan, sikap, persepsi, kepercayaan, nilai, norma yang diyakini seseorang
FASE 4: EDUCATIONAL &
ORGANIZATIONAL DIAGNOSIS
2. Faktor pemungkin (enabling factor)
• Yaitu factor lingkungan yang memfasilitasi perilaku seseorang
• Faktor antesenden terhadap perilaku yang memungkinkan adanya motivasi atau inspirasi untuk
direalisasikan, meliputi: keterampilan, sumber daya
o Ketersediaan sumber/layanan kesehatan
o Aksesibilitas terhadap sumber/layanan kesehatan
o Prioritas masyarakat / pemerintah,
o Undang-undang
o Keterampilan terkait kesehatan
FASE 4: EDUCATIONAL &
ORGANIZATIONAL DIAGNOSIS
3. Faktor penguat (reinforcing factor)
• Faktor subsequent untuk berperilaku yang memberikan keuntungan, insentif atau hukuman yang
terus berlanjut untuk sebuah perilaku dan berkontribusi terhadap ketekunan atau
kepunahannya.
• Mencakup dukungan sosial, pengaruh teman sebaya, saran dan umpan balik oleh penyedia
layanan kesehatan, konsekuensi fisik: keluarga, teman sebaya, guru, pengusaha , Petugas
kesehatan, tokoh masyarakat, pengambil keputusan yang dapat mendorong orang untuk
berperilaku
TIGA LANGKAH DASAR DIAGNOSIS
PENDIDIKAN
• Tahap proses menyeleksi faktor dan mengatur program:
a. Identifikasi dan menetapkan faktor-faktor menjadi 3 kategori
Mengidentifikasi penyebab-penyebab perilaku dan dipilah-pilah sesuai dengan 3 kategori yang ada: predisposing,
enabling, reinforcing factors.
Metode:
1) Formal
Literatur, Checklist dan kuesioner,
2) Informal
Brainstorming, Normal group process (NGP),
b. Menetapkan prioritas antara kategori
Menetapkan faktor mana yang menjadi obyek intervensi, dan seberapa penting dari ke-3 faktor yang ada.
c. Menetapkan prioritas dalam kategori
PERTIMBANGAN:
• Important: dapat diperkirakan dengan menilai prevalensi, penting, kedekatan dan kebutuhan
menurut logika, pengalaman, data dan teori
• Immediacy: seberapa penting
• Necessity: mungkin prevalensi rendah, tapi masih harus dimunculkan perubahan lingkungan
dan perilaku yang terjadi
• Changeability: dapat diperoleh dari melihat hasil dari program sebelumnya, literatur dan
menurut teori pada tahap adopsi dan difusi inovasi mudah untuk diubah/tidak.
Pada diagnosis kebijakan dilakukan identifikasi terhadap dukungan dan hambatan politis,
peraturan dan organisasional yang memfasilitasi program dan pengembangan lingkungan yang
dapat mendukung kegiatan masyarakat yang kondusif bagi kesehatan
• Tahapan
Step 1. Penilaian kebijakan, regulasi dan organisasi
Meliputi:
a) Issue of loyality
b) Consistency
c) Flexibility
d) Administrative of professional direction
MUJI SULISTYOWATI
Departemen PKIP FKM UNAIR
KERANGKA PRECEDE/ PROCEED
LAWRENCE GREEN
PRECEDE (Predisposing, Reinforcing and Enabling Constructs in Educational Diagnosis and Evaluation)
Health
Behavior
Education Reinforcing
Factors and Lifestyle
Quality
Health
Policy and
Regulation of Life
Organization Enabling
Factors Environment
Phase 8 Phase 9
Phase 6 Phase 7
Implementation Impact Outcome
Process Evaluation
Evaluation Evaluation
• A Reciprocal Relationship
Social policy/
Social service interventions
Health Policy
Health Interventions
DIAGNOSIS
EPIDEMIOLOGI
Tujuan Dx Epidemiologi
• Mengidentifikasi masalah kesehatan yang
penting untuk dipecahkan, secara obyektif
• faktor perilaku dan lingkungan yang
mempengaruhi terjadinya masalah kesehatan
tersebut
ASSESSING THE IMPORTANCE OF HEALTH
PROBLEMS
• It helps to establish the relative importance of
various health problems in the target population
as a whole and in population subgroups
• It provides a basis for setting program priorities
among the various health problems and
subgroups
• It aids in the allocation of responsibilities among
collaborating professionals, agencies and
departments
• The purpose is to identify the known risk factors
for the priority health problems
Two Approaches in
Epidemiological Diagnosis :
REDUCTIONIST APPROACH
– Works from a broad social problem toward an
assessment of the health components that contribute
causally to that problem
– The reductionist approach can be used in
epidemiological assessment when the social problem
has been identified, but the causes of the problem
have not been clearly delineated.
EXPANSIONIST APPROACH
– Starts from a specified health problem and works to
the larger social context within which that particular
problem occur
Langkah dalam melakukan diagnosis Epidemiologi
directly
Behavior Health
Health care environmental
DIAGNOSIS PERILAKU &
LINGKUNGAN
• Dalam PRECEDE : masalah perilaku adalah
perilaku yang diyakini menyebabkan masalah
kesehatan pada individu yang akan menjadi
sasaran intervensi program promosi kesehatan
• Tugas utama dalam diagnosis perilaku adalah
menegakkan hubungan kausal antara perilaku
dan kesehatan
• Behavioral Diagnosis (Behavioral Assessment)
is a systematic analysis of the behavioral links to the
goals or problems that were identified in the
epidemiological or social diagnoses.
5 Steps in Behavioral Diagnosis
1. Step 1 :
• Separating Behavioral and non-behavioral causes of the
health problem
2. Step 2 :
• Developing an inventory of Behaviors
2a. Preventive behaviors :
– identify the behaviors associated with promoting health,
preventing the health problem, or controlling the
sequelae of the health problem
2b. Treatment behaviors :
– identify and list sequentially the actions or treatment
procedures for the health goal or problem
3. Step 3:
• Rating Behaviors in Terms of Importance
• Perilaku harus dianggap PENTING, bila :
– Data yang tersedia jelas menghubungkan perilaku
dengan masalah kesehatan (clearly linked to the
health problem)
– Perilaku tersebut sering terjadi (occurs frequently)
– Secara teori dan literature review, perilaku
tersebut sangat berhubungan dengan masalah
kesehatan
4. Step 4 :
• Rating Behaviors in Terms of Changeability
• Kemungkinan perilaku dapat BERUBAH, bila :
– Masih dalam tahap perkembangan
– Tidak terikat terhadap pola budaya/ gaya
hidup
– Berhasil dirubah oleh program sebelumnya
• Selanjutnya disusun tabel :
Penting Tidak/ Kurang
Penting
Dapat Prioritas tinggi Prioritas rendah
Berubah untuk fokus kecuali untuk
program memperlihatkan
(1) perubahan demi
maksud politik
(3)
4. Writing
a. “LEARNING OBJECTIVES” for predisposing factors
b. “ORGANIZATIONAL OBJECTIVE” for enabling and
reinforcing x
ADMINISTRATIF & POLICY DIAGNOSIS
• An analysis of the policies, resources, and
circumstances prevailing in the organizational
situation that could facilitate or hinder the
development of the health promotion
program.
Tahapan
1. Assesment of resources needed
1. to assess the resources required by the
proposed educational methods and strategies
2. including : TIME, PERSONNEL, BUDGET
• Regulation :
– refers to the act of implementing policies and
enforcing rules or laws
• Organization :
– refers to the act of marshalling and coordinating the
resources necessary to implement a program
Tahapan
muji-s@fkm.unair.ac.id
mujisulistyowati@gmail.com
D e f
• RISIKO adalah bahaya, akibat atau konsekuensi yang dapat
terjadi akibat sebuah proses yang sedang berlangsung atau
kejadian yang akan datang
• Biasa dikenal dalam pengelolaan perusahaan, bisnis, asuransi →
manajemen risiko
i n i s i
• Berkembang dalam penanganan bencana dan kesehatan
masyarakat
• Komunikasi risiko pada dasarnya merupakan bagian dari
rangkaian proses meminimalkan risiko, yang terdiri dari tiga
komponen, yaitu Persepsi risiko, manajemen risiko dan
komunikasi risiko
PERSEPSI MANAJEMEN KOMUNIKASI
RISIKO RISIKO RISIKO
proses penentuan
proses penyusunan dan pertukaran informasi
penerapan kebijakan dan opini secara timbal
faktor-faktor dan dengan
tingkat risiko balik dalam
mempertimbangkan pelaksanaan
berdasarkan data- data masukan dari bebagai
ilmiah manajemen risiko
pihak untuk melindungi
masyarakat dari risiko
KOMUNIKASI RISIKO
• proses pertukaran informasi secara
terus- menerus, baik langsung dan
tidak langsung dengan pemberitaan
yang benar dan bertanggung jawab
yang terbuka dan interaktif atau
berulang di antara individu, kelompok
atau lembaga
TUJUAN KOMUNIKASI RISIKO
• Membantu masyarakat atau komunitas yang terkena atau akan terkena
dampak, memahami bahaya yang mungkin terjadi
• Meningkatkan peran serta masyarakat dengan mensiapsiagakan masyarakat
• Sebagai landasan umum pengambilan keputusan dan penetapan kegiatan
kesiapsiagaan
• Prosedur penyelenggaraan kegiatan komunikasi risiko
• Upaya menggalang kemitraan dalam menghadapi KLB/Wabah
• Mengembangkan pesan-pesan KLB/Wabah
Inti komunikasi risiko adalah penyebaran
informasi
• Secara langsung • Melalui media
SASARAN KOMRIS
PRIMER SEKUNDER TERSIER
individu, kelompok atau
individu, kelompok atau
organisasi yang
individu, kelompok atau mempengaruhi perubahan
organisasi yang memiliki
masyarakat yang kewenangan untuk membuat
perilaku sasaran primer:kader,
diharapkan akan kebijakan dan keputusan dalam
tokoh masyarakat, tokoh
berubah perilakunya. : pelaksanaan penanggulangan
agama, petugas kesehatan,
yang termasuk dalam sasaran
semua anggota petugas pemerintah,
tersier adalah para pejabat
masyarakat yang organisasi profesi, organisasi
eksekutif, legislatif, penyandang
berisiko tertular kepemudaan, organisasi
dana, pimpinan media massa
keagamaan, LSM
STRATEGI KOMUNIKASI RISIKO
PERENCA
NAAN
PENDAPAT
& SIKAP KEPERCA
MASYARA YAAN
KAT
PEMBERI
TRANSPA
TAHUAN
RANSI
PERTAMA
TUGAS KELOMPOK
• Bagaimana komunikasi risiko terkait pencegahan penularan COVID-19 di
daerah Saudara? Diskusikan
• Apa yang sebaiknya dilakukan oleh pejabat berwenang di daerah Saudara
dalam melakukan komunikasi risiko terkait pencegahan penularan COVID-
19? Jelaskan
• Jawaban di upload di AULA (hebat.elearning) paling lambat Rabu tgl 22 Sept
2021 pkl 09.00 WIB
• Upload tugas kelompok hanya dilakukan oleh Ketua Kelompok.
Social Ecological Models
● nyoman.fkmua@gmail.com
Fall 2006
Socio-ecological
model of health
behavior
Fall 2006
The socio-ecological
● The socio-ecological approach emphasizes
that health promotion should focus not only on
intrapersonal behavioral factors but also on
the multiple-level factors that influence the
specific behavior in question.
🡺
Ecological
Model
Fall 2006
Individual
Interpersonal
Institutions
Community
Fall 2006
Why the ecological framework?
● Health & health problems are complex
Fall 2006
By focusing on factors beyond the
individual, we are…
● Less likely to ‘blame the victim’
Fall 2006
By focusing on factors beyond the
individual, we are…
● Better able to see where action is needed
Upstream action
vs.
Downstream approaches
Fall 2006
Ecological Framework helps us with…
● Problem analysis
● Intervention design
● Intervention evaluation
Fall 2006
Problem analysis
Public Health Problem Determinants
🡺🡺🡺🡺
Population
Community
Organizational
Interpersonal
Individual
Fall 2006
Individual
Interpersonal
Institutions
Community
Fall 2006
Fall 2006
Fall 2006
https://www.cdc.gov/violenceprevention/publichealthissue/social-ecol
ogicalmodel.html
Fall 2006
Intervention Design
Fall 2006
Intervention Design
● Interventions, at their best are…
– Intended to Identify & shape solutions
🡺 Identifikasi dan tentukan solusi
● Specifying goals, objectives, activities
🡺 Tentukan tujuan umum, khusus dan aktivitas
– Theory-based
– Designed by multi-disciplinary teams
– Targeted at multiple levels
– Able to maintain a broad (ecological) scope
Fall 2006
Individual
Interpersonal
Institutions
Community
Fall 2006
Gugus Tugas : ada 141 cluster di Jatim (Kompas.
15-07-2020)
Fall 2006
Individual Level Interventions
What type of
individual level
What types of strategies intervention would
might we use at this be useful in
level? youth tobacco
prevention?
Fall 2006
Interpersonal Level Interventions
● Target of change 🡺 Social influences
– E.g., family, work group, friendship networks…
Fall 2006
Interpersonal Level Interventions
What type of
interpersonal level
What types of strategies intervention would
might we use at this be useful in youth
level? tobacco
prevention?
Fall 2006
Organizational Level Interventions
● Target of change 🡺 Organization/Institution
– E.g., worksites, schools, agencies, churches…
Fall 2006
Organizational Level Interventions
What type of
organizational
What types of strategies
level intervention
might we use at this
would be useful
level?
in youth tobacco
prevention?
Fall 2006
Community Level Interventions
● Target of change 🡺 Social environment
Fall 2006
Community Level Interventions
What type of
community
What types of strategies level
might we use at this intervention
level? would be useful
in youth
tobacco
prevention?
Fall 2006
Population Level Interventions
● Target of change 🡺 Local, state, & national
laws & policies
Fall 2006
Population Level Interventions
What type of
population level
What types of strategies intervention would
might we use at this be useful in youth
level? tobacco
prevention?
Fall 2006
What types of health issues or health
behaviors lend themselves to using
the social-ecological model?
Fall 2006
Strategies
● At the individual level, only behavior change
communication is used.
Fall 2006
Strategies
(https://courses.lumenlearning.com/suny-buffalo-environmentalhealth/
chapter/core-principles-of-the-ecological-model/
Fall 2006
So…
● The ecological framework emphasizes:
– Relationships among behaviors, socio-political
structures & health
Fall 2006
● Behavior change communication, social
change communication, social mobilization,
and advocacy are the strategies often used
as behavior modification techniques.
Fall 2006
PENDEKATAN
SISTEM
Ratna Dwi Wulandari
PENDEKATAN SISTEM
SDM:
a. Pengetahuan
b. Ketrampilan
Proses pelayanan
Peralatan: (medis dan non
a. Kelengkapan alat medis): Rendahnya
b. Kecanggihan alat - Reliability tingkat hunian
- Assurance kelas VIP DI RS
Metode: “X” th 2003
- Tangible
a. Sistem pembagian tugas (43%)
b. SOP (medis dan non - Empathy
medis) - Responsiveness
Anggaran:
a. Kecukupan dana
operasional
b. Kemudahan penggunaan
dana
Perencanaan & Evaluasi Program Kesehatan:
Analisis Situasi
Nuzulul Kusuma Putri, S.KM., M.Kes.
Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Airlangga
nuzululkusuma@fkm.unair.ac.id
Informasi yang dibutuhkan
• Pekerjaan
• Kemiskinan dan pendapatan
• Lingkungan tempat tinggal dan bekerja
• Social cohesion
• Destabilizing factors - resesi ekonomi, pandemi, konflik daerah, dll.
• Sumber daya
• Dll.
Untuk membuat alur pikir yang sistematis tentang
kondisi ini Anda dapat menggunakan alur berpikir
pada setiap pendekatan yang Anda gunakan
Apa program Kesehatan yang sudah ada saat
ini?
• Apa saja program Kesehatan yang sudah ada?
• Bagaimana efektivitas program tersebut?
• Apa saja kendala pelaksanaan program yang sudah ada?
Bagaimana masyarakat memandang
kebutuhan kesehatannya?
Untuk mengetahui bagaimana masyarakat memandang kebutuhannya,
beberapa cara dapat dilakukan:
• Berinteraksi dengan tokoh masyarakat
• Pandangan para ahli
• Survei Pada Permenkes No. 44 Tahun 2016, dijelaskan tentang SURVEI MAWAS
Dalam menyusun instrument pengambilan data ini gunakan kerangka berpikir yang
disediakan oleh setiap pendekatan
CONTOH
Masalah yang akan dianalisis
• Rendahnya cakupan ASI eksklusif di Kab….(hanya ….% dari target
80%) pada tahun …
Beberapa pertanyaan yang penting untuk terjawab:
1. Apa karakteristik kunci dari masyarakat?
2. Bagaimana status Kesehatan masyarakat?
3. Apa local factors yang mempengaruhi Kesehatan masyarakat dan apa
akibat yang muncul (baik maupun buruk)?
4. Apa program Kesehatan yang sudah ada saat ini?
5. Bagaimana masyarakat memandang kebutuhan kesehatannya?
6. Bagaimana dukungan pemerintah terhadap masalah Kesehatan tersebut?
Variabel Tujuan Cara pengumpulan data Indikator pengukuran
INDIVIDUAL
- Skill
INTERPERSONAL
- Dukungan keluarga Mengetahui dukungan Survei kepada orang 13 skala yang digunakan
yang diberikan oleh orang tua/mertua dari ibu dalam Family Support
tua/mertua dari ibu dalam Scale (Uddin & Bhuiyan,
memberikan ASI eksklusif 2019)
- Dukungan rekan kerja
Variabel Tujuan Cara pengumpulan data Indikator pengukuran
ORGANIZATIONAL
- Dukungan organisasi Mengetahui dukungan FGD dengan tokoh agama Mengetahui dukungan
agama dalam program ASI yang selama ini telah yang sudah diberikan
eksklusif diberikan dan potensi Mengetahui potensi
dukungan oleh kelompok dukungan di masa depan
keagamaan terhadap
kesuksesan program
PUBLIC POLICY
Kuesioner pengetahuan
Indikator Pengukuran Pertanyaan
Pengertian ASI eksklusif Mana pertanyaan yang benar tentang ASI eksklusif?
a. Bayi usia kurang dari 6 bulan boleh diberikan air
Menurut pustaka: saat ia nampak haus
“ASI eksklusif sumber asupan nutrisi bagi bayi baru b. Bayi usia kurang dari 6 bulan boleh diberikan
lahir, yang mana sifat ASI (Air Susu Ibu) bersifat makanan cair
eksklusif sebab pemberiannya berlaku pada bayi c. Bayi kurang dari 6 bulan hanya boleh diberi ASI
berusia 0 bulan sampai 6 bulan.” saja
Manfaat Menurut ibu mana yang merupakan manfaat ASI
eksklusif: (berikan tanda centang)
Menurut pustaka: - Mencegah terserang penyakit pada anak
- Mencegah terserang penyakit pada anak - Membantu perkembangan otak pada anak
- Membantu perkembangan otak pada anak - Mencegah kanker payudara
- Mencegah kanker payudara
Kuesioner yang diadaptasi dari instrument
Selain contoh tersebut, masih banyak contoh lain
dalam menyusun instrument pengumpulan data
GUNAKAN VARIABEL DAN INDIKATOR PENGUKURAN YANG TEPAT
NGT
DEFINISI NGT
Nominal Group Technique adalah
suatu metode yang dilaksanakan
melalui suatu forum pertemuan para
pelaksana program, dengan tujuan :
1. Identifikasi masalah dan penentuan
prioritas masalah
Atau
2. Pemilihan alternatif pemecahan
masalah dan penentuan prioritasnya
Kapan metode NGT
digunakan ?
NO. TOTAL
SKOR RANGKING
MASALAH SKOR
1 3.1 3 5
3 2. 3.4 24 2
5 2. 2.5 20 3
8 4. 5. 5. 100 1
11 4. 3 12 4
Tahap – 5 Discussion of Vote
• Diskusikan lagi urutan prioritas masalah yang
dihasilkan dari tahap 4, untuk mendapatkan
komentar dan masukan guna mencapai
kesepakatan bersama.
• Apabila masih ada yang kurang puas, maka tahap
4 bisa diulang kembali. Apabila urutan prioritas
sudah disepakati, maka proses NGT selesai dan
hasil kesepakatan tersebut menjadi keputusan
final.
Tahap – 6 Silent Rerank and Rate
of Priorities
Membutuhkan biaya
yang cukup tinggi
dan waktu yang
relatif lama
Thankyou
Metaplan dan walking seminar
Oleh
Sri Adiningsih
FKM Universitas Airlangga
metaplan
• Pengertian : kegiatan diskusi untuk menggali ide atau
pendapat masyarakat tentang suatu masalah atau
solusi masalah secara individu dan membangun
komitmen pendapat atas hasil individu tersebut
sebagai keputusan kelompok secara bertahap
• Terdapat 1 orang fasilitator ( fasilitasi jalannya FGD), 1
orang co fasilitator, 2 orang notulis ( data sekunder dan
menyusun laporan), 1 orang dokumentasi , dan
bertanggung jawab keseluruhan materi untuk walking
seminar.
• Peserta diskusi dapat terdiri 8-12 orang
Tehnik metaplan
• Setiap orang peserta dalam kelompok berhak menulis
ide/pendapat .
• Ide yang keluar dari otak merupakan suatu pemikiran, ditulis
satu ide satu kartu kertas yang berbentuk segi empat.
• Dalam diskusi terjadi curah pendapat (brain storming) adalah
penting, karena setiap ide bebas disampaikan tanpa diadili
kebenaran atau kesalahan.
• Kemudian semua kartu dikumpulkan ke fasilitator dan
ditempel pada papan tulis yang dialasi oleh kertas coklat.
• Saat itu ide mulai diproses sehingga menghasilkan temuan
metaplan . Caranya Kartu disusun sesuai kategori
ide/pendapat yang sama dan hasilnya menunjukkan suatu
temuan baru yang tidak disadari merupakan hasil kelompok
bukan ide satu orang.
Kertas metaplan
Ko FASILITATOR
Notulis
FASILITATOR
Pendamping anak
Keunggulan :
• Mampu menggali pendapat individu. Hak individu sama dalam
mengemukakan pendapat tanpa takut karena memakai media
tulisan tanpa nama.
• Mampu membangun kesepakatan tanpa bentrok kepentingan.
• Peserta tidak homogen
• Merupakan media pembelajaran dewasa
• Perbandingan keunggulan metaplan dibanding dengan fokus grup
diskusi (FGD) adalah : fasilitator dalam FGD harus mampu
mendengarkan suara kecil atau yang pelan yang biasanya
disuarakan oleh seorang yang merasa ragu atau direndahkan
kedudukan atau kemampuannya dibanding peserta lain. Sedangkan
metaplan semua pendapat dapat ditangkap oleh fasilitator melalui
media tulis tanpa memberikan identitats penulis.
• Dapat dipakai untuk menggali solusi permasalahan bukan hanya
bidang kesehatan.
• Dapat dipakai untuk kelompok usia mulai 8 tahun
FASILITATOR
• Moto : fasilitator bukan penceramah, tetapi hanya
sebagai pemandu agar tujuan suatu pertemuan dapat
diarahkan sesuai goal.
• Fasilitator adalah seorang yang mampu mengajak
semua peserta diskusi dapat mengeluarkan pendapat
dan membentuk komitmen masyarakat untuk suatu
masalah dan upaya memecahkan masalah secara
partisipatif.
• Fasilitator harus mampu mendengar, menyampaikan
kembali suara yang didengar kemasyarakat tanpa
memasukkan pengaruh keilmuan dan kekuatan yang
dimiliki untuk suatu pendapat yang dilontarkan oleh
peserta diskusi. Kemampuan ini diperlukan untuk
menyusun bottom-up planning
Prosedur pelaksanaan metaplan
1. Persiapan kelompok : pembagian kerja, penjabaran konsep menjadi
pertanyaan diskusi
2. Pengenalan problema kepada peserta metaplan. Bisa dengan ICE BREAKING
3. Menggali pendapat peserta. Pendapat peserta secara bebas ditulis pada
kertas bentuk segi empat (meta) sesuai dengan tujuan metaplan. Tujuan
metaplan dapat hanya untuk kebenaran masalah, menggali akar masalah atau
mencari solusi masalah dari pendapat peserta. Dalam curah pendapat (brain
storming) adalah penting dimana setiap ide bebas disampaikan tanpa diadili
kebenaran atau kesalahan.
• Kemudian semua kartu dikumpulkan dan ditempel pada papan tulis yang
dialasi dengan kertas coklat.
4. Pengelompokan pendapat. Saat itu ide mulai diproses. Kartu disusun sesuai
kategori dan hasilnya menunjukkan temuan baru yang tidak disadari oleh satu
orang. Diskusikan setiap jawaban untuk membangun komitmen antar peserta.
Apabila terdapat suatu jawaban yang berbeda atau berlawanan kembalikan
solusinya kepada peserta, apakah jawaban tersebut masuk salah satu kategori
atau masuk kategori baru atau dibuang dari jawaban
5. Mengatur alur pikir dalam tahapan metaplan Diskusikan setiap langkah untuk
membangun komitmen antar peserta.
apa yang dilakukan seorang fasilitator ?
• Perkenalan : untuk menghilangkan kesan formal maka
dilakukan permainan dalam pengenalan
masing-masing peserta.
• Buat perjanjian aturan main dalam diskusi. Misal gak
boleh nyalakan Hp, atau berbicara dengan keras ,
ngrumpi dll sesuai yang diinginkan semua peserta.
• Melontarkan pertanyaan dan minta peserta menjawab
tanpa diskusi dengan peserta disebelahnya. Jangan
berikan ceramah menyangkut penjelasan dari kunci
jawaban. Lakukan penjelasan untuk menulis apa yang
dirasakan, dilihat atau pengalaman mereka.
• Minta jawaban peserta ditulis pada kertas yang
dibagikan. Ingat satu jawaban satu kertas. Hal ini
karena setiap satu jawaban mempunyai nilai, sehingga
jangan diperbolehkan menulis dua jawaban pada satu
kertas. Seperti tulisan yang menyatakan kata.... dan,
atau...
apa yang dilakukan seorang fasilitator ?
• Atur semua jawaban yang sama dalam satu alur
pada lembar kertas, papan, atau dinding , kaca
jendela yang diperbolehkan.
• Minta peserta membaca alur jawaban.
• Tanyakan komitmen peserta tentang semua
jawaban apakah semua peserta setuju atau
sependapat. Apabila ada yang tidak setuju maka
kembalikan solusinya kepada peserta, apakah
jawaban tersebut masuk salah satu kategori atau
masuk kategori baru atau dibuang dari jawaban.
• Setelah selesai ucapkan kata penutup kepada
peserta.
• Kumpulkan semua data dalam alur metaplan
untuk disajikan dalam walking seminar di kelas.
Walking seminar
• Tentukan judul
• Susun daftar pertanyaan diskusi (what, why, how),
bukan pertanyaan yg jawabnya hanya yes/no
• Sesuaikan dgn Judul konsep pendekatan yg
ditugaskan agar semua data dapat dipakai untuk
tugas penyusunan program intervensi yang lengkap
• Pelaksanaan metaplan : siapa target peserta,
berapa orang, kapan dilaksanakan, siapa
penanggung jawab data, penyusun laporan,
• Laporan terdiri : latarbelakang, tujuan, hasil ( dari
metaplan), pembahasan ( diskusi saat walking
seminar dari judul sejenis atao pendekatan sejenis
serta terhadap macam teori /program yang telah
berjalan, kesimpulan dan saran
Looks youtube Metaplan
PENENTUAN PRIORITAS MASALAH
DENGAN METODE CARL
2. Penentuan Prioritas Masalah Dengan
Metode CARL
DEFINISI CARL
A. Persiapan
C. DATA
D. PROSES DINAMIKA KELOMPOK
Langkah inti pelaksanaan CARL
1. Pemberian skor pada masing-masing
masalah dan perhitungan hasilnya
Lanjut …..
Lanjutan …..
Skor Hasil
No. Masalah Ranking
C A R L CxAxRxL
| |
V
È
!
È
È
%
! "
$
È $
$
&
' (
$
"
)!
Y(
È
!
È |
!
$
È #
"
(
È |
È #
È !
È !
*+,
A *
A -
A .
A /
A +
°
Kriteria Besar Kegawatan Perhatian Nilai Rangking
masalah masyarakat Komposit
(b)
Masalah (a) (c) (axbxc)
Gizi 3 3 2 18 III
Diare 4 4 3 48 I
TBC 2 4 1 8 IV
Influenza 4 1 1 4 VI
AIDS 1 5 1 5 V
DHF 1 5 4 20 II
#
È
,
A
A /,
A .,
A -,
A *,
È
,
A
A
A
A
È
È 0
È
Penentuan Prioritas
Masalah dengan
Metode HANLON
b. Peserta
Jumlah peserta : 7 - 10 orang
c. Data
Data yang harus disediakan dalam pelaksanaan HANLON antara
lain :
1. Hasil analisis situasi
2. Informasi sumber daya yang dimiliki
3. Dokumen kebijakan yang berlaku
Rata-rata
Masalah A : 3 + 2 + 4 + 3 + 2 + 4 =18 = 3,00
6 6
Masalah B : 2 + 2 + 3 + 2 + 2 + 3 =14 = 2,33
6 6
Masalah C : 3 + 4 + 5 + 3 + 3 + 5 =23 = 3,83
6 6
Catatan : angka rata-rata yang diperoleh akan dipergunakan
untuk menghitung NPD (Nilai Prioritas Dasar) pada rumus
atau formula akhir.
LANGKAH 4 : Penentuan PEARL
faktor
Masalah P E A R L PxExAxRxL
AC mati 1 1 1 1 1 1
Kran macet 1 1 1 1 1 1
Listrik mati 1 0 1 0 1 0
LANGKAH 5 : Memasukkan nilai yang diperoleh
pada rumus atau formula NPD dan NPT
MENYUSUN - FGD
ALTERNATIF - NGT - PRIORITAS ALTERNATIF
- BRAINSTR PENYELESAIAN
PENYELESAIAN - DISKO
MASALAH
MODUL-5
- FGD
MENENTUKAN - NGT
- BERDASAR PRIORITAS
ALTERNATIF
TUJUAN - BRAINSTR
- TERUKUR & SPESIFIK
- DISKO
(SMART)
MODUL-5
MERENCANAKAN
- INDIKATOR KEBERHASILAN PROGRAM
KEGIATAN EVALUASI
Penentuan prioritas masalah
Penting
LEMBAR FLIPCHART
Misal :
Nama anggota Unit/Bagian Masalah yang dikemukakan
Ahmad Bina Program Perilaku PHBS masyarakat rendah (A)
Rina Umum Mutu pelayanan BP rendah (B)
Anto Upakes Perhatian keluarga pada bumil rendah (C)
Sinta … … (D)
Willy … … (E)
2. Klarifikasi Masalah
Hasil Skoring
Masalah Urgency Seriousness Growth Total
A 3 3 3 9
B 3 3 4 10
C 0 0 0 0
D 1 1 1 3
E 3 3 2 8
4. Penyusunan Prioritas Masalah
TULIS FREKWENSI
BUAT URUTAN MASALAH JUMLAHKAN HASIL FREKWENSI MUNCULNYA TIAP MASALAH
(PRIORITAS) SESUAI JUMLAH YG MUNCUL BERDASARKAN SETELAH DIBANDINGKAN
TOTAL ANGKA YG DIPEROLEH ASPEK URGENCY + BERDASARKAN ASPEK
TIAP-TIAP MASALAH DARI YANG SERIOUSNESS + GROWTH URGENCY, SERIOUSNESS
TERBESAR HINGGA YG UTK TIAP-TIAP MASALAH & GROWTH PADA LANGKAH
TERKECIL SEBELUMNYA