Anda di halaman 1dari 437

Current issue kesehatan

masyarakat
Oleh
Sri Adiningsih
FKM UNAIR
review
• Masalah di Indonesia yang dikatakan mslh capaian SDG yang tak
tercapai adalah Prevalensi balita kurang gizi dan angka kematian Ibu
Melahirkan Yang masih Tinggi
• Apakah masalah infeksi sudah bukan prioritas lagi ? Prevalensi
menurun HIV AIDS, Malaria persisten, TBC ?
• Sekarang Pandemi Covid19

• Bagaimana mencapai MDG dn Nawacita


Pola Penyebab Gizi
Manifestasi Kurang gizi dan
kematian
Kurang
( sumber unicef 1990)

Penyebab langsung Tidak cukup asupan Penyakit


makan

Ketidak cukupan Ketidak cukupan Ketidak cukupan


Penyebab tidak pangan di RT perawatan maternal pelayanan
langsung dan anak kesehatan
lingkungan sehat

Lembaga formal
dan non-formal

Penyebab dasar
• Imunisasi
• Promosi hidup sehat
Struktur ideologi, politik, ekonomi,
• Informasi BPJS
sosial dan sumberdaya
Nutrition dan infection
• Siklus infeksi dan malnutrisi menjadi • Gangguan Infeksi umumnya menimbulkan
penyebab kematian yg bisa dicegah anak mengalami gangguan status gizi, pola
pertumbuhan, resistensi pada penyakit
• Kontrol peny campak dan oral rehidrasi infeksi selanjutnya
menurunkan kematian ratusan ribu anak • Waktu yg diperlukan tubuh untuk
dan memperbaiki status gizi jutaan anak. mengembalikan zat gizi yg hilang saat sakit
pada masa penyembuhan lebih lama
• Malnutrisi dan infeksi saling interakasi dibanding lama sakitnya: 2-3 kali lebih lama
dan menyebabkan sering kambuh masing • Pertumbuhan normal dalam berat badan
dan tinggi badan menunjukkan resistensi
• Campak mempunyai case fatality rate 2 atau lama sakit yg pernah diderita
per 1000 Negara industry, tapi 50/ lebih • Child health survival menunjukkan adanya
per 1000 Negara berkembang terjadi 2 pilar yakni infeksi dan kecukupan gizi
karena defisiensi vitamin esensial VIT A • Defisiensi gizi adl satu factor yg menekan
resistensi infeski pd lansia dan
imnunocompromisised, spt social grup yg
termarginalkan ekonomi dinegara industri
Masalah Gizi Kurang
• Angka kekurangan gizi pada anak balita menurun dari 24,5 % (2005) menjadi 17,9 % (2010).
• Penurunan angka kekurangan gizi pada balita terus dilakukan agar Indonesia dapat mencapai
target MDG pada tahun 2015, yaitu sebesar 15,5 persen.

35
31.0 Kecenderungan Prevalensi Kurang Gizi pada Anak Balita
29.8
30 27.7
26.1
24.5
25 22.8 23.2 23.2
21.6 21.8
23.8

18.4
20 15.5
21.7

15.5
15
17.9
17.9
15.4

15.0
14.8

14.8
14.6

14.5
13.9

13.2

13.0

13.0
10

5 Target MDG
12.3

11.3

2015
8.1

8.9

8.4

8.6

8.7

5.4

4.9
9.7
7.2

0 6.8
1989 1992 1995 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2005 2007 2010 2011 2013 2015

Gizi Kurang Gizi Buruk Kekurangan Gizi Target

Sumber: Susenas 1989-2005 dan Riskesdas 2007 dan 2010


13
Masalah Kurang Gizi (gizi kurang dan stunting)
pada Balita masih menjadi masalah SERIUS
Disparitas cukup lebar pada angka stunting per
provinsi; 5/33 provinsi angka stunting < 32%

Target RPJMN untuk menurunkan angka


gizi kurang dan stunting belum tercapai

25% balita stunted mengindikasikan adanya


permasalahan pada gizi ibu sebelum dan saat kehamilan
“GEMUK” PERLU MENJADI PERHATIAN SERIUS
Gizi Lebih balita telah mengalami Kenaikan angka Gizi Lebih (BMI> 25) pada
penurunan walau angka tersebut masih Wanita Dewasa
mengkhawatirkan (RISKESDAS)

Kenaikan PTM pada Kelompok Dewasa


2010 2013
Hipertensi (%) 7.6 9.5
Diabetes (%) 1.1 2.1
Stroke (per 1000 pop) 8.3 12.1

Riskesdas 2013
Bagaaimana
Pengaruh edukasi ,
lingkungan
Informasi IPTEK–
sos –ek-Pol ?
Pelayanan bagi anak
(2) Continuum of Care Approach SMP/A & remaja

Perlukah • Kespro remaja


intervensi lintas (1) • Konseling:
Gizi HIV/AIDS,
Sektor INTERVENSI GIZI Pelayanan NAPZA dll
• Fe
bagi anak SD

Pelayanan
bagi balita •Penjaringan
•Bln Imunisasi Anak
Pelayanan bagi Sekolah
bayi •Upaya Kes Sklh
Persalinan, nifas •PMT
& neonatal • Pemantauan
Pemeriksaan
Kehamilan pertumbuhan &
perkembangan
Pelayanan • ASI eksklusif• PMT
PUS & WUS • Imunisasi dasar
lengkap
• Inisiasi Menyusu Dini • Pemberian makan
• P4K • Penimbangan
• Buku KIA • Vit K 1 inj
• Imunisasi Hep B • Vit A
• ANC terpadu
• Kelas Ibu Hamil • Rumah Tunggu
• Konseling
• Fe & asam folat • Kemitraan Bidan Dukun
• Pelayanan KB
• PMT ibu hamil • KB pasca persalinan
• PKRT
• TT ibu hamil • PONED-PONEK
KONSEP UNICEF Kerangka Penyebab dan Pendekatan
stunting
Pencegahan stunting

Hasil

Status kesehatan Penyebab


GIZI Asupan gizi
langsung
KURANG
KRONIK Ketahanan pangan Lingkungan sosial Lingkungan Lingkungan Penyebab
(ketersediaan, (norma, makanan kesehatan permukiman tidak
keterjangkauan, dan bayi dan anak, (akses, pelayanan (air, sanitasi, langsung
akses pangan higiene, preventif dan kondisi
bergizi) pendidikan, tempat kuratif) bangunan)
kerja)

Pendapatan dan kesenjangan ekonomi, perdagangan, urbanisasi, globalisasi, sistem


Proses
pangan, perlindungan sosial, sistem kesehatan, pembangunan pertanian, dan
pemberdayaan perempuan.

Komitmen politis dan kebijakan pelaksanaan aksi;


Prasyarat
kebutuhan dan tekanan untuk implementasi, tata
pendukung
kelola keterlibatan antar lembaga pemerintah dan
non-pemerintah, kapasitas untuk implementasi.

Sumber: UNICEF 1997; IFPRI, 2016; BAPPENAS 2018, disesuaikan dengan konteks Indonesia
KERANGKA PIKIR PENYEBAB MASALAH GIZI PADA 1.000 HPK

Penanganan masalah gizi merupakan upaya lintas sektor untuk


mengatasi penyebab langsung, tidak langsung, dan akar masalah
melalui upaya intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif
51
Dampak Stunting
Dampak Pertumbuhan
Dampak Kesehatan Dampak Ekonomi
Penduduk

Jumlah
Pendu 2010 Jumlah 2030 Potensi kerugian ekonomi
duk: Penduduk:
296,4 Juta setiap tahunnya: 2-3% dari GDP
238,5
Juta
201,8 juta Jika PDB Indonesia
R Rp 13.000 Triliun
penduduk
usia
p Potensi Kerugian
produktif
Rp 260-390
Perkembangan Otak Perkembangan Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki (15-64 Triliun/tahun
Anak Stunting Otak Anak Sehat Rasio tahun)
ketergantungan: Rasio
50,5 ketergantungan:
46,9 The Worldbank, 2016
Sumber: Proyeksi Penduduk, 2010-2045

Gagal tumbuh (berat lahir rendah,


Stunting pada Balita:
kecil, pendek, kurus) • 15 tahun mendatang menjadi generasi penduduk
usia produktif
Potensi keuntungan
Hambatan perkembangan kognitif
• Menurunkan produktivitas SDM ekonomi dari investasi
dan motorik • Bonus Demografi tidak termanfaatkan dengan baik penurunan stunting di Indonesia:
Gangguan metabolik pada saat dewasa
Perbaikan kualitas SDM: 48 kali lipat
 risiko penyakit tidak menular
(diabetes, obesitas, stroke, penyakit • investasi pendidikan dan kesehatan
jantung) Hoddinott, et al, 2013
pada anak  pencegahan stunting International Food Policy Research
Sumber:
• Kakietek, Jakub, Julia Dayton Eberwein, Dylan Walters, and Meera Institute
Shekar. 2017. Unleashing Gains in Economic Productivity with • peningkatan kesehatan perempuan
Investments in Nutrition. Washington, DC: World Bank Group
• www.GlobalNutritionSeries.org
Program stunting
Pengertian malnutrisi
(sumber : queensland health standard in hospital)
• Malnutrisi
• UNDER NUTRITION
BERDASAR UKURAN TUBUH/ANTROPOMETRI
OVERNUTRITION 1. WASTING (KURUS)  BB/TB
2. STUNTING (PENDEK DAN SANGAT
PENDEK TB/U
3. GIZI BAIK, GIZI KURANG, GIZI BURUK, KWASHIORKOR
GIZI LEBIH, OBESITAS  BB/U

BERDASARKAN KLINIS KATEGORI GIZI BURUK


1. MARASMUS
2. KWASHIORKOR
3. MARASMUS – KWASIORKOR
KONSEP PENGUKURAN STATUS GIZI
PENENTUAN STATUS GIZI

LANGSUNG TIDAK LANGSUNG

1. ANTROPOMETRI (BB, TB, Masa lemak dll) 1.SURVEI KONSUMSI (Produksi/ketersediaan


2. DIETETIk ( Asupan zat gizi tiap hari, pangan, Ketahanan pangan saat kemarau,
kecukupan zat gizi/kg BB, variasi makan) tunggu panen ,kelompok usia, strata sos ek)
3. KLINIS(marasmus, kwashiorkor, sulit makan 2.STATISTIK VITAL (AKB, AKI, tkt pendidik)
Xerothalmia, perdarahan gusi dll) 3.FAKTOR EKOLOGI (curah hujan,
4. BIOKIMIA ( albumin, serum vit A, Hb macam dataran/gunung kapur, desa/kota,
5. BIOFISIK ( tes kekuatan otot, tes penglihatan terpencil
4.lain2
Kartu KMS Diskusikan BUKU KIA
(CATATAN LENGKAP TUMBUH KEMBANG BAYI SEJAK
Status gizi balita LAHIR SD BALITA

Klasifikasi status gizi orang dewasa = BMI


(IMT) Pd Asia Dewasa (IOTF, WHO 2000)

• KMS untuk monev status gizi balita BB/U (Gizi baik,


Gizi Kurang, Gizi Lebih dan Obesitas), TB/U (stunting),
• WHO ,UNICEF: > 200 juta anak di negara
Penyakit undernutrition berkembang mengalami malnutrisi akibat >
50% 12 juta balita mati
• Terjadi 25 jenis deficiensi
• Balita malnutrisi beresiko kehilangan
sebagai hasil kekurangan salah kapasitas fisik dan mental, mudah sakit dan
satu zat gizi esensial, protein, komplikasi bila sakit.
vitamin, lemak dan mineral. • Sebagian terjadi karena rendahnya ASI
• Manusia lebih banyak terancam exclusive, kurang suplai makanan, ketidak
multiple defisiensi dibanding tahuan. Kegagalan sistem kesehatan
masyarakat dalam fortifikasi atau
hanya kurang satu jenis zat gizi. menyediakan suplemen pada kelompok
• Gejala sublinis dan klinis tak beresiko
spesifik • Penyebab utama : politik (Chaos/represion)
dengan masalah kemiskinan dan segala
akibat
Kurang Gizi : KEP
• Merupakan resultante kekurangan
konsumsi kalori dgn kebutuhan tubuh.
• Penyebab tersering pd bayi, balita, anak
karena infeksi dan/kurang makan,
masalah utama kesehatan masyarakat di • GIZI BURUK ( MEDIS)
negara berkembang karena kemiskinan,
kegagalan food suplai. Dinegara maju • Marasmus →malnutrisi energi protein
dijumpai pada kelompok miskin, sakit (biasanya terjadi di negara berpenghasilan
kronis, ketidak tahuan diet yang baik rendah, tetapi bisa juga di negara
makmur)
• Terjadi juga kurang vitamin dan mineral
• Kwashiorkor →bentuk kedua malnutrisi
• Terdapat gangguan pertumbuhan `` energi protein yang lebih banyak dijumpai
di pedesaan, gemuk air
Treatment (Penanganan gizi buruk)
Pengobatan awal (terutama: untuk Rehabilitasi (terutama: untuk
mengatasi keadaan yang mengancam jiwa) memulihkan keadaan gizi) :
a. praktek masak menu balita
a. Pengobatan/pencegahan terhadap
hipoglikemia, hipotermia, dehidrasi, dan b. praktek mengasuh bayi dan balit
pemulihan ketidakseimbangan elektrolit
b. Pencegahan ( jika ada) ancaman atau Puskesmas
perkembangan renjatan septik Tenaga Gizi D3, ( D1, S1 gizi)
c. Pengobatan infeksi
Progr TFC ( total Feeding centre) rawat
d. Pemberian makanan inap balita gizi buruk didampingi ibu
e. Pengidentifikasi dan pengobatan masalah balita
lain seperti kekurangan vitamin,
anemia berat, dan payah jantung

19
MENCEGAH KEJADIAN KASUS GIZI BURUK
https://www.kemkes.go.id/article/view/1901
3100001/status-gizi-indonesia-alami-
perbaikan.html
• Deteksi Dini kasus kurang gizi
• PENDAMPINGAN GIZI pd kelg
anak kurang gizi : deteksi asuhan
gizi dan faktor resiko sos-ek
keluarga dan lingkungan keluarga
• INTEGRASI POSYANDU DAN PAUD
• Integrasi SDM : tim Pemantauan
gizi terpadu

• 20 20
Manifestations
Kurang KLINIS PREVENTION :
of vitamin
Conjunctival xerosis & localized
deficiency
Vitamin A necrosis/keratomalacia involving less than
Normal 1/3 of the corneal surface (X3A
Subnormal
stores

PREVALENSI TURUN
Reduced serum level
Vitamin A status

Ephitelial metaplasia
Korelasi dg
faktor
- Sos ek Reduced survival
Anemia Xerophtalmia
- Peny infeksi Reduced growth
- Pola asuhanSeverely
Blindness
gizi deficient
Time
Program pencegahan Kurang Vitamin A
Tujuan Utama : Program
• MENURUNKAN PREVALENSI • Distribusi kapsul Vitamin A 2 kali setahun,
KEBUTAAN AKIBAT KURANG bulan vitamin A adalah februari dan
VITAMIN A agustus, bagi balita , kapsul tetes 200.000
IU, bumil 100.000 IU
• meningkatkan ketahanan tubuh • Program fortifikasi vitamin A pada minyak
terhadap infeksi- ISPA dan DIARE ( goring dll
sesuai peran vitamin A selain untuk
kesehatan mata , juga epitel • Diversifikasi pangan ( aneka ragam
mukosa usus dan saluran nafas ) konsumsi makan)
Sumber Vitamin A : protein hewani, beta
karoten pd sayur dan buah
• Program ASI eklusif
Program Anemia Gizi
• Pengertian : kadar hemoglobin dibawah standard yang terjadi akibat kekurangan
konsumsi zat besi
• DIAGNOSA WHO The combination of Hb, ferritin, sTfR and parameters of infection (CRP,
AGP) are the best indicators to measure iron status, but to ensure implementation and
accuracy of interventions, especially in developing countries,
• Kendala sarana dan SDM puskesmas, dilakukan rujukan Lab tiap kabupaten

Siapa yang rawan :


bumil, pekerja,
balita, remaja
PENANGGULANGAN ANEMIA Fe
1. Suplementasi tablet /sirup Besi
(setiap tablet besi mengandung 200mg fero sulfat setara
dengan 60 mg elemental iron & 0,25 mg asam Folat.
Penyerapan zat besi dipengaruhi oleh : derajat anemia (makin anemia
makin besar penyerapan) , dosis ( makin kecil lebih besar penyerapan),
antagonis ( fitat pada teh, kacang kedele, sayur), reduktor ( vitamin C)

2.Fortifikasi zat besi ( Pada kecap, coklat), Home fortification dg sprinkle ( Taburia)
3.Penyuluhan Gizi / KIE (Komunikasi.Informasi dan Edukasi )
mengenai menu seimbang, konsumsi bahan alami yang tinggi
kandungan besi
Penyerapan zat besi dipengaruhi oleh jenis sumber zat besi (asal hewani 7-
20%, asal nabati 1-3%)
4.Penunjang (seperti pemberantasan cacing, malaria)
24
• Termasuk rekomendasi
pemenuhan kebutuhan tubuh
sehari hari untuk gizi dan enersi,
• Public health bertugas berdasarkan usia, sex, ukuran
meyakinkan semua kelompok tubuh, level aktivitas, status
masyarakat mempunyai gizi cukup kesehatan dan lingkungan .
tidak berlebihan asupan kelompok • Juga perlu monitoring status gizi
pangan dasar, vitamin dan mineral kelompok masyarakat dan
yg esensial untuk pertumbuhan populasi >> golongan resiko
dan mempertahankan kesehatan, posyandu balita, bumil, lansia
aktifitas fisik.
Masalah kesehatan abad 21

MASALAH PADA
DIABETES
PARU
Penyebab kematian
terbanyak abad 21

JANTUNG KANKER
Penyakit overnutrition
• Terjadi di Negara maju sejak 1980, dapat juga terjadi kurang vitamin
dan mineral dn fortifikasi
• termasuk
1. Overweight/obesitas
2. Diabetes
3. penyakit kardiovaskuler
4. Kanker
Penyebab life style seperti pola makan dan aktifitas yang terjadi
karena factor kemajuan tehnologi dalam tehnik masak, transportasi,
dan komunikasi, yang tidak diikuti informasi dan edukasi gizi yang
kurang
Mendorong perubahan besar upaya kesehatan masyarakat pada
promosi dan pendidikan kesehatan non penyakit infeksi
Lifestyle related disease :
Metabolic syndrome = MetS
• Tahap 0: Pola hidup sehat
• Tahap 1: Pola hidup barat Pada tahap
• Tahap 2: Abdominal Obesitas (lingkar pinggang yang mana
laki2> 90 cm, wanita >80cm ) upaya
• Tahap 3: the MetS= bila ada 3 dari 5 sindrom Met’S pencegahan
yg tepat ?
(abdominal obesitas, glukosa darah >100 mg/dl,
Trigliserida >150mg/dl,
Tekanan darah >130/85 mmHg, Kolesterol HDL
laki2<40 mg/dl, wanita <50mg/dl)
• Tahap 4: Penyakit (PJK, Diabet-diabet, Stroke dll)
Pola makan Program cek up kesehatan
tiap tahun setelah usia 30 th
Kelebihan konsumsi fast food ( tinggi
Adakah dana BPJS untuk cek up kesehatan
protein, tinggi lemak, rendah serat),
soft drink menimbulkan masalah
kesehatan
• Kolesterol tinggi ( total Kolesterol,
tipe LDL yg tinggi dan tipe HDL yg Target data laboratorium normal
rendah) • Total cholesterol < 200 mg/100 ml
• LDL-cholesterol < 130 mg/100 ml
• Gula darah tinggi • HDL-cholesterol >35-40 mg/100 ml
• Asam urat tinggi • Triglycerides < 150 mg/100 ml

• Tekanan darah tinggi 30


MASALAH GIZI LEBIH
 Asupan energi >>> energi yang digunakan
Diskusikan mana
 Obesitas jika kelebihan asupan energi berjalan dalam yang lebih tepat
jangka waktu cukup lama
• pencegahan
 Kaitannya dengan proses modernisasi/ akulturasi dan obesitas atao
meningkatnya kemakmuran bagi sekelompok masyarakat • pencegahan
 Obesitas di negara2 maju sudah sampai taraf epidemi gizi lebih
 Obesitas ditemukan pada orang dewasa dan anak2
 Masalah obesitas merupakan New World Syndrome atau
Sindroma Dunia Baru (Gracey, 1995)
 Menimbulkan beban sosial-ekonomi serta kesehatan
masyarakat yang sangat besar di negara-negara
berkembang
Dampak GIZI LEBIH

 Obesitas meningkatkan resiko kematian untuk semua penyebab


kematian. Misalnya jika BB >40% dari rata-rata populasi  resiko
kematian 2x lebih besar
 Penyakit-penyakit yang mengancam: Diabetes, Jantung, Kandung
kemih, kanker gastrointestinal dan kanker yang sensitif terhadap
perubahaan hormon. Juga punya resiko lebih besar untuk menderita
back pain, arthritis, infertilitas dan fungsi psikososial yang menurun
 Pada anak-anak  gangguan metabolisme glukosa, resistensi insulin,
diabetes, hipertensi, dll.
 Ada kecenderungan anak obes untuk tetap obes pada masa dewasa
DAMPAK obesitas TERHADAP NILAI EKONOMI

 Direct cost: biaya bagi individu dan petugas yang


berkaitan dengan upaya penyembuhan obesitas
 Opportunity cost: biaya akibat kehilangan kesempatan
sosial dan personal sebagai akibat dari obesitas seperti
kematian dini, penyakit dll
 Indirect cost: biaya kehilangan penghasilan karena tidak
dapat melakukan pekerjaan sehari-hari sebagaimana
orang yang tidak obes
Upaya untuk penanggulangan obesitas
• Terjadi akibat ekses asupan kalori dinegara maju akibat
sedentary life, over consume fat and sugar.
• Dinegara berkembang tejadi bersamaan tradisional
food high portion KH, or epigenetic drift bayi BBLR dari
bumil yg kurang gizi
• Pencegahan obesitas lebih penting berhubung dampak
kematian pada usia muda dan dampak akibat sakit
menurunkan produktivitas ekonomi Bagaimana dengan GERMAS
• Solusi :
• Upaya multi sector ; pemerintah promosi hidup sehat 1.Kontrol porsi dan jenis zat gizi
dengan gizi seimbang, penurunan jenis makanan setiap hari
memerlukan kerjasama dunia bisnis produk makan,
sedangkan peningkatan aktifitas fisik memerlukan 2. Aktif setiap hari atokah OR 3x
kerjasama dengan bidang transportasi publik, control seminggu
produk pangan dan informasi
Pencegahan : Keseimbangan kalori
Bagaimana mencegah
obesitas pada balita,
juga bagaimana pada
remaja…
dapatkah konsep
keseimbangan kalori in dan out

Kontrol Berat Badan


Konsep makan sehat :Jenis, porsi, frekuensi
Tiap daur hidup
berbeda
Isi piringku
ORANG DEWASA ANAK

Lauk Lauk
sehat sehat

susu
Denis Gingras
&
Richard
Belivuau
GAYA HIDUP SEHAT
UNTUK CEGAH KANKER dgn cerdik

SADARI – Ca mamma Ca Paru Imunitas Ca Colon imunitas Ca tiroid


PAP SMEAR-Ca cervix
Deteksi Gejala kanker (WASPADA)
YANG PERLU DIPERHATIKAN
bila terdapat salah
W aktu buang air besar atau kecil, adakah gangguan atau satu gejala tersebut
perubahan di atas,
A lat pencernaan terganggu atau susah menelan segera periksakan
diri ke dokter.
S uara serak atau --.batuk yang tidak sembuh-sembuh,
Diagnosa
P ayudara atau di tempat lain ada benjolan,
A ndeng-andeng (tahi lalat) yang berubah sifat, makin TERAPI KANKER
besar dan gatal Tgt Stadium, Ukuran, Penyebab
• OPERASI
D arah atau lendir yang tidak normal keluar dari tubuh, • RADIASI
• CHEMO TX
A danya luka yang tidak sembuh-sembuh. • HORMON TX
Komunitas survivor ca SURVIVOR
Relawan Terapi Paliatif
SDG MDG
• Bagaimana maslah kematian bumil yang tinggi ?
• Apakah karena kurang antusias atau tidak ada manfaat control ante
natal care

• Bagaimana ante natal care terhadap kualitas janin dan bayi yang
dilahirkan
APAKAH KARENA
PENYEBAB LANGSUNG KUNJUNGAN ANTE
NATAL CARE YG
kematian ibu melahirkan (medik) RENDAH

Saat persalinan/pasca Penyakit dasar saat hamil


persalinan
• Anemia
• PERDARAHAN
• INFEKSI
• Hipertensi
• KERACUNAN KEHAMILAN • Panggul sempit
(EKLAMPSIA)
• Partus lama

PERAWATAN SAAT HAMIL


- Deteksi kadar Hemoglobin
Perlu - Deteksi tekanan darah > 140/90
Deteksi kegawat daruratan persalinan - Deteksi kaki edema
PROBLEM penyebab non medik pada AKI yg masih tinggi
EMPAT TERLAMBAT EMPAT TERLALU
1. Muda (< 16 tahun),
1. Ibu dan keluarga tidak kenal
komplikasi serius 2. Tua (> 35 tahun) ,
2. Ibu dan keluarga terlambat 3. Sering melahirkan,
mencari layanan kesehatan 4. Dekat jarak kehamilan
3. Ibu terlambat meminta
pertolongan persalinan
4. Ibu tidak mendapat perawatan
di fasilitas kesehatan SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT
( nikah dini, tak ikut KB, peran
mertua/ orang tua dll
GENDER
KURANG INFORMASI
tanda-tanda kelahiran Dan tanda kegawat
daruratan , puskesmas poned
PENTINGKAH • PARADIKMA SEHAT
KESEHATAN IBU DAN
ANAK
• Kesehatan dan Gizi
sebelum, selama ibu hamil
A mother's health and diet just dan laktasi mempunyai
before conception and during the
first few days of fetal development efek siknifikan terhadap
could have an impact on a child's kesehatan jangka panjang
health in the long run, researchers bagi bayi dan ibu
say

1000 hari awal kehidupan (HPK)


adalah sangat penting untuk kesehatan dikemudian
hari
Potensial efek gizi pada janin dan • FOETAL PROGRAMING
balita sangat besar dibanding usia • Penyakit yg terjadi pada usia
kehidupan lain dewasa ter program sejak janin
karena ibu yang kurang gizi
"Early dietary changes or early
nutritional changes in the mom can • besitas
effect epigenetic modifications," she • DM
said. "These are persistent in offspring • Ca payudara
and can be passed down across
generations." • Hipertensi

Bayi dengan gizi baik dalam sejak


kandungan mempunyai kemungkinan
mulai awal kehidupan dalam kondisi
sehat fisik dan mental.
Pengertian ASI Eklusif
• Setiap bayi berhak mendapatkan Air Susu Ibu Eksklusif sejak
dilahirkan selama 6 bulan kecuali atas indikasi medis (UU kesehatan)

Shakira shows 1st baby photo, with father Pique


Read more at: http://indiatoday.intoday.in/story/shakira-shows-1st-baby-photo-with-
father-pique/1/248946.html
Kapan ASI diberikan sejak lahir
Program IMD

Hormon Prolaktin
: produksi ASI

ASI kluar dalam waktu 1 jam


Hormon Oksitosin : setelah melahirkan
keluar ASI Kecuali operasi mk waktu ASI
`
lebih lambat
Dimulai dari
Rangsangan gigitan
bayi
di puting susu
Komposisi ASI dan Susu formula
ASI Susu
formula
Enersi (kcal) 67 66
Total solid (g) 12,4 12,7
Protein (g) 1,2 3,3
Rasio kasein/whey 1 : 1,5 4,7 : 1
Laktose (g) 7,0 4,8
Lemak (g) 3,8 3,7
Vitamin A (ug) 53 34
Karoten (ug) 27 38
Vitamin D (ug) 0,01 0,06
Vitamin C (mg) 4,30 1,80
• Kandungan gizi ASI sesuai dengan • Program ASI eklusif
fisiologi dan anatomi bayi yang • Bagi pekerja atau ibu yang bekerja
belum sempurna sehingga tetap dgn ASI eklusif dgn diperah
terpenuhi kebutuhan untuk (ASP) ditempat kerja dan disimpan
tumbuh kembang sampai usia 6 dan dijaga suhu ASP dan diberikan
bln. pada bayinya
• Set usia 6 Bln harus ditambah
maka. Pendamping ASI secara
bertahap mulai sari buah, bubur • Terdapat peraturan mentri
halus, nasi tim lembek, kasar sd kesehatan untuk penyedian pojok
makanan org dewasa laktasi pada tempat umum
• Tulisan manfaat ASI pd label susu
bayi
Concept Better nutrition, better health
except malaria disease because
nutrition improve make bacteria • Can build defence mechanisme
inside in the liver growth well agains infection by a bacteria,
(synergism ) viral,

See you
Next time
Deklarasi Alma Ata
Oleh
Sri Adiningsih
FKM UNAIR
Kesehatan untuk semua

WHO dalam Health For All menyerukan untuk kembali ke Deklarasi Alma-Ata
Internasional tentang primary health care
Berlangsung conferensi kesehatan masyarakat diKota Alma Ata (Kazahtan) 6–12

September 1978 yang bermula hanya diikuti oleh Negara berkembang


Deklarasi Alma-Ata tahun 1978 muncul sebagai tonggak utama abad ke-20 di bidang
kesehatan masyarakat, dan itu mengidentifikasi primairy health care sebagai kunci
pencapaian tujuan Kesehatan untuk Semua.
Berikut adalah kutipan dari Deklarasi tersebut

Konferensi dengan tegas menegaskan kembali bahwa kesehatan, yang merupakan keadaan
kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang lengkap, dan bukan hanya tidak adanya
penyakit atau kelemahan, adalah hak asasi manusia yang fundamental dan bahwa pencapaian
tingkat kesehatan tertinggi adalah tujuan sosial paling penting di seluruh dunia yang realisasinya
membutuhkan tindakan dari banyak sektor sosial dan ekonomi selain sektor kesehatan.

Ketidaksetaraan yang parah dalam status kesehatan masyarakat, terutama antara negara
maju dan negara berkembang serta di dalam negara, secara politik, sosial, dan ekonomi tidak
dapat diterima dan, oleh karena itu, menjadi perhatian bersama di semua negara.
Declaration Alma Ata
Masyarakat memiliki hak dan kewajiban untuk berpartisipasi secara individu dan kolektif
dalam perencanaan dan pelaksanaan pelayanan kesehatan `

Primairy health care (Pelayanan kesehatan primer) adalah pelayanan kesehatan esensial
berdasarkan metode dan teknologi yang praktis, berwawasan ilmiah, dan dapat diterima secara
sosial yang dapat diakses secara universal baik oleh individu dan keluarga dalam suatu komunitas
melalui partisipasi penuh mereka dan dengan biaya yang dapat dipertahankan oleh komunitas dan
negara di setiap tahap. perkembangan mereka dalam semangat kemandirian dan penentuan nasib
sendiri. Ini merupakan bagian integral dari sistem kesehatan negara, yang merupakan fungsi utama
dan fokus utama, dan dari keseluruhan pembangunan sosial dan ekonomi masyarakat. Ini adalah
kontak tingkat pertama individu, keluarga, dan komunitas dengan sistem kesehatan nasional yang
membawa perawatan kesehatan sedekat mungkin ke tempat orang tinggal dan bekerja, dan
merupakan elemen pertama dari proses perawatan kesehatan yang berkelanjutan
Tingkat kesehatan yang dapat diterima untuk semua orang di dunia pada tahun 2000
dapat dicapai melalui penggunaan sumber daya dunia secara lebih penuh dan lebih baik,
yang sebagian besar sekarang masih dihabiskan untuk persenjataan dan konflik militer.
Kebijakan kemandirian, perdamaian, détente, dan pelucutan senjata yang sejati dapat dan
harus melepaskan sumber daya tambahan yang dapat dikhususkan untuk tujuan damai dan
khususnya untuk percepatan pembangunan sosial dan ekonomi di mana perawatan kesehatan
primer, sebagai bagian penting, harus disediakan. diberikan bagian yang tepat
Health right and human right
Oleh

Sri Adiningsih (FKM UNAIR)


Universal Declaration of Human Rights (1948)
International Convention on the Elimination of All Forms of Racial Discrimination (1965)
International Covenant on Economic, Social and Cultural Rights (1966)
The reduction of the stillbirth-rate and of infant mortality and for the healthy development of the child;
The improvement of all aspects of environmental and industrial hygiene;
The prevention, treatment and control of epidemic, endemic, occupational and other diseases;
The creation of conditions which would assure to all medical service and medical attention in the event of
sickness
Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination Against Women
Convention on the Rights of the Child
right to health
• The right to health is the economic, social, and cultural right to a
universal minimum standard of health to which all individuals are
entitled. The concept of a right to health has been enumerated in
international agreements which include the Universal Declaration of
Human Rights, International Covenant on Economic, Social and
Cultural Rights, and the Convention on the Rights of Persons with
Disabilities. There is debate on the interpretation and application of
the right to health due to considerations such as how health is
defined, what minimum entitlements are encompassed in a right to
health, and which institutions are responsible for ensuring a right to
health.
Pemahaman Umum PBB tentang Pendekatan Berbasis
Hak Asasi Manusia (HRBA)

Sasaran: Semua program kerjasama pembangunan, kebijakan dan bantuan teknis harus
dapat memajukan perwujudan hak asasi manusia sebagaimana diatur dalam Deklarasi
Universal Hak Asasi Manusia dan instrumen hak asasi manusia internasional lainnya.

Proses: Standar dan prinsip hak asasi manusia memandu semua kerja sama pembangunan
dan pemrograman di semua sektor dan fase proses pemrograman

Hasil: Kerja sama pembangunan berkontribusi pada pengembangan kapasitas


'pengemban tugas' untuk memenuhi kewajiban mereka dan / atau 'pemegang
hak' untuk mengklaim hak mereka.
Goal:
hak untuk sehat berlaku untuk pelayanan
kesehatan yang sesuai dan tepat waktu dan
penyebab langsung masalah kesehatan

Hak untuk
Sehat

Penyebab tidak Pelayanan


langsung Kesehatan
 Ketersediaan
 Ketercapaian
 Penerimaan
 Kualitas
Process:
berkaitan dengan partisipasi, kesetaraan dan non diskriminasi, dan
akuntabilitas yang diintegrasikan dalam setiap tahap proses
penyusunan program kesehatan: asesmen dan analysis,
penentuan prioritas, penyusunan design dan program,
implementasi, dan pemantauan dan evaluasi

 Partisipasi dan inklusi: setiap orang berhak aktif, bebas


dan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang
secara langsung berkaitan dengan dirinya.
 Kesetaraan dan non diskriminasi harus diacu dalam
hukum, kebijakan dan praktek
 Akuntabilitas: Negara harus transparan mengenai
proses pengambilan keputusan dan upaya-upaya
Outcome:
kapasitas yang dimaksud adalah keterampilan,
kemampuan, sumber-sumber, tanggung jawab,
kewenangan dan motivasi
 Duty bearers (pengemban tugas-pemerintah):
kapasitas untuk menghargai, melindungi, dan memenuhi
hak-hak asasi manusia (to respect, to protect, to fullfill )

 Rights-holders (pemegang hak- masyarakat) :


HRBA memberikan perhatian pada cara-cara untuk
memberdayakan perorangan dan masyarakat,
khususnya kelompok termarginalisasi, supaya tahu dan
dapat “mengklaim” hak-haknya. Untuk dapat secara
efektif mengklaim hak-haknya, rights-holders harus
dapat mengakses informasi, mengorganisasi dan
berpartisipasi, advokasi pada perubahan kebijakan.
4 main questions in developing situation analysis:
 What is happening, where and who is more affected? (assessment)

 Why are these problems occuring? (causal analysis)

 Who has the obligation to do something about it? (role analysis)

 What capacities are needed for those affected, and those with a
duty, to take action? (capacity analysis)

BAGAIMANA PENDAPAT SDR


 JAM KESMAS,
 JAM PERSAL,
 JKN
MDG dan SDG
Oleh
Sri Adiningsih
Apa itu MDGs?

Millennium Development Goals (MDGs) atau Tujuan


Pembangunan Milenium adalah sebuah paradigma
pembangunan yang berpihak pada pemenuhan hak-hak
dasar manusia dan akan menjadi landasan pembangunan
di abad milenium

Merupakan kesepakatan 189 negara anggota PBB di New


York pada September 2000 dalam KTT tentang Milenium
yang dicanangkan tercapai th 2015
8 Tujuan MDGs:
MDG-1: Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan
INDONESIA MDG-2: Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua
Sisa
masalah MDG-3: Mendorong kesetaraan gender dan
MDGs pemberdayaan perempuan
Masalah MDG-4: Menurunkan Angka Kematian Anak
gizi dan
kematian MDG-5: Meningkatkan kesehatan ibu
ibu
melahirkan MDG-6: Memerangi HIV/AIDS, Malaria, dan penyakit
masih menular lainnya
tinggi
MDG-7: Memastikan kelestarian lingkungan hidup

MDG-8: Membangun kemitraan global untuk


pembangunan
8/23/2016 Prof Soekirman - Kuliah Tamu FKM UNAIR 16
8/23/2016 Prof Soekirman - Kuliah Tamu FKM UNAIR 17
8/23/2016 Prof Soekirman - Kuliah Tamu FKM UNAIR 18
8/23/2016 Prof Soekirman - Kuliah Tamu FKM UNAIR 19
8/23/2016 Prof Soekirman - Kuliah Tamu FKM UNAIR 20
8/23/2016 Prof Soekirman - Kuliah Tamu FKM UNAIR 21
8/23/2016 Prof Soekirman - Kuliah Tamu FKM UNAIR 22
8/23/2016 Prof Soekirman - Kuliah Tamu FKM UNAIR 23
8/23/2016 Prof Soekirman - Kuliah Tamu FKM UNAIR 24
8/23/2016 Prof Soekirman - Kuliah Tamu FKM UNAIR 25
Nawacita
NILAI-NILAI
Pro Rakyat
• Pembangunan Kesehatan selalu mendahulukan kepentingan rakyat dan harus menghasilkan yang
terbaik untuk rakyat. Diperolehnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi setiap orang
adalah salah satu hak asasi manusia tanpa membedakan suku, golongan, agama dan status sosial
ekonomi.
Inklusif
• Semua program pembangunan kesehatan harus melibatkan semua pihak,, seluruh komponen
masyarakat harus berpartisipasi aktif, yang meliputi lintas sektor, organisasi profesi, organisasi
masyarakat pengusaha, masyarakat madani dan masyarakat akar rumput.
Responsif
• Program harus sesuai dengan kebutuhan dan keinginan rakyat, serta tanggap dalam mengatasi
permasalahan di daerah, situasi kondisi setempat, sosial budaya dan kondisi geografis. Faktor ini
menjadi dasar mengatasi permasalahan kesehatan yang berbeda-beda, diperlukan penanganan
yang berbeda pula.
Efektif
• Program kesehatan harus mencapai hasil yang signifikan sesuai target yang telah ditetapkan dan
bersifat efisien.
Bersih
• Penyelenggaraan pembangunan kesehatan harus bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN),
transparan, dan akuntabel.
Semangat INDONESIA
Covid 19
Oleh
Sri Adiningsih
FKM UNAIR
coronavirus disebabkan virus yang
menyerang hidung, rongga hidung
atau rongga tenggorokan
Gejala (report china)
• Panas (99%)
• Batuk (59%)
• Nafas pendek (31%)
• Badan payah (70%)
• Tubuh sakit (35%)
• Nafsu makan turun
(40%)
• Keluar dahak 27%
Virus menyebabkan pneumonia, gagal nafas, septic shock, dan • Hilangnya indra bau
kematian. dan rasa Kepala sakit
Komplikasi Covid19 disebabkan cytokine release syndrome atau • Mual
a cytokine storm. Suatu infeksi terjadi karena banyaknya • Diare
inflammatory protein (sitokin) yang menyerang sistem imun
melalui aliran darah. Sitokin membunuh dan merusak organ
tubuh,
Orang Tanpa Gejala (OTG)
Covid19 sangat menular
Siapa ?
(melalui droplet infection, Bisa saya. Kamu keluarga kita, teman kita,,,
Dimana dia ?
airborne infection ) Bisa dimana mana
Kenapa OTG berbahaya ?
Dia bawa virus
Bagaimana kecepatan menularnya?
Tampak sehat
• Relatif tinggi . Bagaimana cara menghindarinya ?
• Penyebaran 1 orang sakit menyebarnya 2-2,5 keorang Anggap kita semua orang adalah OTG termasuk diri kita
lain , tapi ada yang 4,7 - 6,6 orang lain dibanding dg org Cara menghindari ?
sakit flu menyebarnya 1.1 dan 2.3 ke orang lain
Diam dirumah
• Vaksin belum ditemukan
Bosan dirumah ?
Banyak yg sudah kena isolasi mandiri, masuk RS,
Upaya menurunkan sebaran penyakit sebagai dasar SOP kangen sama keluarga
masa Pandemic Covid19 << protocol kemkes
Rajin bersukur
1. Pake masker baik sakit atau tidak Terpaksa kluar rumah ?
2. Cuci tangan sbelum masuk rumah, dan sering cuci Pakai masker selalu
tangan dengan sabun dan air mengalir
Jaga jarak,
3. Mandi segera masuk rumah, ganti baju dan cuci Sering cuci tangan ,
4. Batasi kontak dg orang lain, lebih baik stay at home Sampe rumah alas kaki taruh diluar rumah
5. Bersihkan dan desinfektan semua handle pintu Jangan sentuh apa2 dulu, langsung mandi gsmti baju
Data tgl 9 Juli 2020
Pandemi Covid 19
Pasien Dalam Pengawasan (PDP)
• 1. Orang dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
yaitu demam (≥38oC) atau riwayat demam; disertai salah
satu gejala/tanda penyakit pernapasan seperti: batuk/sesak
nafas/sakit tenggorokan/pilek/pneumonia ringan hingga
berat DAN pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala
memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di negara/wilayah
yang melaporkan transmisi lokal;
• 2. Orang dengan demam (≥38oC) atau riwayat demam atau
ISPA DAN pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala
memiliki riwayat kontak dengan kasus konfirmasi atau
probabel COVID-19; Orang Dalam Pemantauan (ODP)
• 3. Orang dengan ISPA berat/pneumonia berat*** yang 1. Orang yang mengalami demam (≥380C) atau riwayat
membutuhkan perawatan di rumah sakit DAN tidak ada demam; atau gejala gangguan sistem pernapasan seperti
penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang
meyakinkan. pilek/sakit tenggorokan/batuk DAN pada 14 hari terakhir
sebelum timbul gejala memiliki riwayat perjalanan atau tinggal
Konfirmasi Pasien yang terinfeksi COVID-19 POSITIP dengan di negara/wilayah yang melaporkan transmisi lokal;
hasil pemeriksaan tes positif melalui pemeriksaan PCR. 2. Orang yang mengalami gejala gangguan sistem pernapasan
seperti pilek/sakit tenggorokan/batuk DAN pada 14 hari
terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat kontak dengan
kasus konfirmasi atau probabel COVID-19.
Terjadi perubahan dalam definisi operasional
13 septemberr 2020

20 juli 2020 terjadi perubahan definisi


• OTG adalah kontak erat
• PDP dan ODP adalah suspect
• PDP yang mengalami ARDS dan meninggal adalah
Probable
Wasting dan Stunting diprediksi meningkat
akibat Covid-19

Tanpa tindakan yang cukup dan


tepat waktu, jumlah anak wasting
diprediksi akan meningkat sebanyak
15% (7 juta anak) di seluruh dunia
pada setahun pertama pandemic
 Dampak ekonomi Covid-19
 Akses terhadap makanan
 Gangguan layanan kesehatan

PROTOKOL KESEHATAN
Jangan berkerumun : Penurunan GDP global setiap satu
Posyandu tidak buka persen berakibat pada kenaikan
jumlah anak stunting 0.7 juta di
• Monitoring gizi balita tidak berjalan
seluruh dunia
• Imunisasi
• PMT
Sumber:
Wasting estimate: UNICEF Headquarter
Stunting estimate: SUN Factsheet, June 2002 Nutrition Programme | UNICEF for every child
Penapisan dan Penanganan Kasus Gizi Buruk
pada masa Covid-19
Ibu dan keluarga dilibatkan untuk waspada tanda-tanda
gizi buruk

Penapisan
• Nakes kunjungan rumah anak-anak yang berisiko
• Penapisan di Fasyankes

Perawatan
• dengan komplikasi mendapatkan rawat inap
• tanpa komplikasi dengan rawat jalan
• Usia dibawah 6 bulan: rawat inap

Ketersediaan logistic

Konseling pada ibu/pengasuh dan keluarga


Nutrition Programme | UNICEF for every child
Bgm kondisi anak ( prevalensi rendah tp
terdampak bila org dws sakit )
• Dalam mencegah terjadinya KRISIS GIZI ANAK BALITA, DETEKSI DINI
seperti pemantauan pertumbuhan rutin di POSYANDU dan di
FASILITAS KESEHATAN memiliki peran krusial.
• Dilain pihak PROTOKOL KESEHATAN menganjurkan untuk tetap di
rumah dan menjaga jarak fisik (physical distancing selama pandemi
covid-19. Otomatis kegiatan utama untuk MEMANTAU
PERTUMBUHAN BALITA TERHENTI pelaksanaannya DI POSYANDU.
• BILA TIDAK CEPAT DIDETEKSI melalui pengukuran berat badan,
panjang badan, hingga lingkar kepala, anak-anak balita bisa
menderita malnutrisi kronis hingga menjadi stunting.
c. Pasien Dalam Pengawasan (PDP)

Definisi Operasional • 1. Orang dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)


yaitu demam (≥38oC) atau riwayat demam; disertai
salah satu gejala/tanda penyakit pernapasan seperti:
a. Orang Tanpa Gejala (OTG) batuk/sesak nafas/sakit tenggorokan/pilek/pneumonia
1. Orang yang tidak bergejala dan memiliki risiko tertular dari ringan hingga berat DAN pada 14 hari terakhir sebelum
orang positif COVID19 timbul gejala memiliki riwayat perjalanan atau tinggal
2. Orang tanpa gejala merupakan kontak erat dengan kasus di negara/wilayah yang melaporkan transmisi lokal;
positif COVID-19
• 2. Orang dengan demam (≥38oC) atau riwayat demam
atau ISPA DAN pada 14 hari terakhir sebelum timbul
b. Orang Dalam Pemantauan (ODP) gejala memiliki riwayat kontak dengan kasus konfirmasi
1. Orang yang mengalami demam (≥380C) atau riwayat atau probabel COVID-19;
demam; atau gejala gangguan sistem pernapasan seperti
pilek/sakit tenggorokan/batuk DAN pada 14 hari terakhir • 3. Orang dengan ISPA berat/pneumonia berat*** yang
sebelum timbul gejala memiliki riwayat perjalanan atau
tinggal di negara/wilayah yang melaporkan transmisi lokal; membutuhkan perawatan di rumah sakit DAN tidak ada
2. Orang yang mengalami gejala gangguan sistem penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang
pernapasan seperti pilek/sakit tenggorokan/batuk DAN pada meyakinkan.
14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat
kontak dengan kasus konfirmasi atau probabel COVID-19. d. Konfirmasi Pasien yang terinfeksi COVID-19 dengan
hasil pemeriksaan tes positif melalui pemeriksaan PCR.
e. Komorbiditas Penyakit penyerta (komorbid) yang
menggambarkan kondisi bahwa ada penyakit lain yang
dialami selain dari penyakit utamanya (misal, penyakit
diabetes, hipertensi, kanker).
Pencegahan level individu Bagaimana Klaster

Upaya Kebersihan Personal dan Rumah Peningkatan Imunitas Diri dan Mengendalikan
• beberapa prinsip yang perlu diikuti untuk membantu mencegah Komorbid
persebaran virus pernapasan, yaitu menjaga kebersihan
diri/personal dan rumah dengan cara: • Dalam melawan penyakit COVID-19, menjaga
sistem imunitas diri merupakan hal yang penting,
• a. Mencuci tangan lebih sering dengan sabun dan air setidaknya terutama untuk mengendalikan penyakit penyerta
20 detik atau menggunakan hand sanitizer, serta mandi atau (komorbid). Terdapat beberapa hal yang dapat
mencuci muka jika memungkinkan, sesampainya rumah atau di meningkatan imunitas diri pada orang yang
tempat bekerja, setelah membersihkan kotoran hidung, batuk terpapar COVID19, yaitu sebagai berikut:
atau bersin dan ketika makan atau mengantarkan makanan.
• b. Hindari menyentuh mata, hidung, dan mulut dengan tangan • a. Konsumsi gizi seimbang
yang belum dicuci • b. Aktifitas fisik/senam ringan
• c. Jangan berjabat tangan • c. Istirahat cukup
• d. Hindari interaksi fisik dekat dengan orang yang memiliki gejala • d. Suplemen vitamin
sakit e. Tutupi mulut saat batuk dan bersin dengan lengan atas
dan ketiak atau dengan tisu lalu langsung buang tisu ke tempat • e. Tidak merokok
sampah dan segera cuci tangan
• f. Mengendalikan komorbid (misal diabetes
• f. Segera mengganti baju/mandi sesampainya di rumah setelah mellitus, hipertensi, kanker
berpergian
• g. Bersihkan dan berikan desinfektan secara berkala pada benda-
benda yang sering disentuh dan pada permukaan rumah dan
perabot (meja, kursi, dan lainlain), gagang pintu, dan lain-lai
Pencegahan Level Masyarakat
Pembatasan Interaksi Fisik (Physical 9. Untuk sementara waktu, anak sebaiknya
bermain sendiri di rumah.
contact/physical distancing) 10. Untuk sementara waktu, dapat melaksanakan
ibadah di rumah
1. Tidak berdekatan atau berkumpul di keramaian atau tempat-
tempat umum,jika terpaksa berada di tempat umum Menerapkan Etika Batuk dan Bersin
gunakanlah masker.
• 1. Jika terpaksa harus bepergian, saat batuk dan
2. Tidak menyelenggarakan kegiatan/pertemuan yang bersin gunakan tisu lalu langsung buang tisu ke
melibatkan banyak peserta (mass gathering). tempat sampah dan segera cuci tangan
3. Hindari melakukan perjalanan baik ke luar kota atau luar • 2. Jika tidak ada tisu, saat batuk dan bersin
negeri tutupi dengan lengan atas dan ketiak
4. Hindari berpergian ke tempat-tempat wisata.
5. Mengurangi berkunjung ke rumah kerabat/teman/saudara
dan mengurangi menerima kunjungan/tamu.
Karantina Kesehatan
• Sesuai dengan Undang-undang No. 6 tahun 2018
6. Mengurangi frekuensi belanja dan pergi berbelanja. Saat tentang Kekarantinaan Kesehatan, untuk
benar-benar butuh, usahakan bukan pada jam ramai. mengurangi penyebaran suatu wabah perlu
dilakukan Karantina Kesehatan, termasuk
7. Menerapkan Work From Home (WFH) Karantina Rumah, Pembatasan Sosial, Karantina
8. Jaga jarak dengan orang lain minimal 1 meter (saat Rumah Sakit, dan Karantina Wilayah (selengkapnya
pada BAB 6).
mengantri, duduk di bus/kereta).
Pembatasan sosial dalam hal ini adalah jaga jarak fisik
(physical distancing), dengan cara:
Jaga Jarak Fisik dan Pembatasan
Sosial (Physical and Social 1. Dilarang berdekatan atau kontak fisik dengan orang
Distancing) mengatur jarak terdekat sekitar 1-2 meter, tidak bersalaman,
tidak berpelukan dan berciuman.
• Pembatasan sosial adalah pembatasan kegiatan
tertentu penduduk dalam suatu wilayah. 2. Hindari penggunaan transportasi publik (seperti kereta,
Pembatasan sosial ini dilakukan oleh semua orang
di wilayah yang diduga terinfeksi penyakit. bus, dan angkot) yang tidak perlu, sebisa mungkin hindari
Pembatasan sosial berskala besar bertujuan untuk jam sibuk ketika berpergian.
mencegah meluasnya penyebaran penyakit di
wilayah tertentu. 3. Bekerja dari rumah, jika memungkinkan dan kantor
• Pembatasan sosial berskala besar paling sedikit memberlakukan ini.
meliputi: meliburkan sekolah dan tempat kerja;
pembatasan kegiatan keagamaan; dan/atau 4. Dilarang berkumpul massal di kerumunan dan fasilitas
pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas umum.
umum.
5. Hindari berkumpul teman dan keluarga, termasuk
• Selain itu, pembatasan social juga dilakukan
dengan meminta masyarakat untuk mengurangi berkunjung/bersilaturahmi tatap muka dan menunda
interaksi sosialnya dengan tetap tinggal di dalam kegiatan bersama. Hubungi mereka dengan telepon,
rumah maupun pembatasan interaksi sosialnya internet, dan media sosial.
dengan tetap tinggal di dalam rumah maupun
pembatasan penggunaan transportasi publik. 6. Gunakan telepon atau layanan online untuk menghubungi
dokter atau fasilitas lainnya.
7. Jika anda sakit, Dilarang mengunjungi orang tua/lanjut
usia. Jika anda tinggal satu rumah dengan mereka, maka
hindari interaksi langsung dengan mereka.
• Semua orang harus mengikuti Baca referensi
ketentuan ini. • -asymtomatic covid19
• Kami menghimbau untuk mengikuti • klaster keluarga
petunjuk ini dengan ketat dan
membatasi tatap muka dengan teman
dan keluarga, khususnya jika Anda:
1. Berusia 60 tahun keatas
2. Memilik penyakit komorbid (penyakit
penyerta) seperti diabetes melitus,
hipertensi, kanker,asma dan Penyakit
Paru Obstruksi Kronik (PPOK) dll
3. Ibu hamil
Dukungan dalam
• Apa yang harus Anda lakukan jika harus ke rumah
Karantina Kesehatan sakit atau dokter dalam periode ini?
• Kami menyarankan semua orang untuk mengakses
• Bagaimana saya mendapatkan dukungan makanan layanan medis secara jarak jauh, melalui telepon di
dan obat jika melakukan pembatasan sosial maupun nomor 119, 117, dan online.
karantina wilayah? Minta bantuan keluarga, teman, • Bicara dengan dokter atau tenaga kesehatan anda
dan tetangga untuk membantu atau gunakan untuk memastikan keberlanjutan perawatan yang
layanan online, dengan tetap menjaga prinsip anda butuhkan dan mempertimbangkan jika
pembatasan sosial. jadwalnya dapat ditunda.
• Jika tidak memungkinkan, maka layanan publik
(RT/RW), bisnis, badan amal, relawan, dan
masyarakat umum telah bersiap untuk membantu • Apa saran untuk pengunjung/tamu? Anda perlu
orang yang perlu tinggal di rumah. RT/RW juga menghubungi orang yang biasanya berkunjung
dapat mengkoordinasi ke BPBD setempat untuk seperti teman, keluarga, perawat dan
mendapatkan bantuan. Penting untuk dapat memberitahukan bahwa anda sedang melakukan
menghubungi dan minta tolong orang lain untuk pembatasan sosial dan mereka sebaiknya tidak
mengatur pengiriman makanan, obat dan datang dalam waktu ini, kecuali untuk orang yang
kebutuhan lainnya, serta ikut memperhatikan memberikan perawatan penting (seperti membantu
kondisi fisik dan mental anda mencuci, pakai baju dan siapkan makanan) dengan
tetap menjaga prinsip pembatasan sosial
Bagaimana cara menjaga kondisi mental?
• Pembatasan sosial dapat membuat bosan dan
frustasi. Anda bisa merasakan dampak pada perasaan Apa yang bisa anda lakukan untuk tetap
seperti murung, kurang bersemangat, cemas, terhubung dengan teman dan keluarga?
Beberapa langkah mudah yang dapat membantu, untuk • Cari dukungan dari teman, keluarga, dan
dapat tetap aktif secara fisik dan mental seperti: jaringan sosial lainnya. Usahakan untuk tetap
• 1. Tetap melakukan aktivitas fisik dan melihat kontak dengan orang di sekitar anda melalui
beberapa ide olahraga di rumah (yoga, senam untuk telepon dan platform media sosial. Beri tahu
sendiri, dan sebagainya). mereka anda ingin tetap terhubung secara
rutin, untuk membantu anda menyampaikan
• 2. Lakukan hal yang anda nikmati, seperti membaca, apa yang anda rasakan. Ingatlah, bahwa tidak
masak, melakukan hobi di dalam rumah, ada masalah untuk berbagi pikiran dengan
mendengarkan radio atau menonton TV mereka dan melakukan hal ini bisa
memberikan dukungan bagi mereka juga
• 3. Makan makanan sehat, seimbang, minum air
cukup, olahraga teratur, dan menghindari rokok.
• 4. Buka jendela rumah untuk udara segar, dan
usahakan dapat sinar matahari cukup, atau pergi ke
taman
• 5. Berkomunikasi dengan keluarga melalui telepon
atau platform media sosial.
• Anda juga bisa berjalan keluar rumah jika bisa
mempertahankan jarak 1-2 meter dari yang lain
Diskusi dalam covid19
masalah diagnose, intervensi masa pandemic

• Konsep epidemiologi
• Konsep perilaku kesehatan
• Konsep manajemen system
• Konsep ekologi
• Bagaimana gizi
TBC
(Tuberkulosis)
https:/tbindonesia.or.id/?
oleh
Sri Adiningsih
FKM UNAIR
Sejarah
• Sejak tahun 1993, WHO menyatakan bahwa TB merupakan kedaruratan global bagi
kemanusiaan. Walaupun strategi DOTS telah terbukti sangat efektif untuk
pengendalian TB, tetapi beban penyakit TB di masyarakat masih sangat tinggi.
• Dengan berbagai kemajuan yang dicapai sejak tahun 2003, diperkirakan masih
terdapat sekitar 9,5 juta kasus baru TB, dan sekitar 0,5 juta orang meninggal akibat
TB di seluruh dunia (WHO, 2009).
Selain itu, pengendalian TB mendapat tantangan baru seperti
A. Ko-infeksi TB/HIV,
B. TB yang resisten obat dan
C. Tantangan lainnya dengan tingkat kompleksitas yang makin tinggi.
Dokumen Strategi Nasional Pengendalian TB di Indonesia 2011-2014 ini disusun
dengan konsultasi yang intensif dengan para pemangku kepentingan di tingkat
nasional dan provinsi serta mengacu pada: (1) kebijakan pembangunan nasional 2010-
2014; (2) dokumen strategi dan rencana global dan regional; dan (3) evaluasi
perkembangan program TB di Indonesia
prevalensi
• Situasi TB di Dunia dan Indonesia Tuberkulosis (TB) sampai dengan saat ini
masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di dunia
walaupun upaya penanggulangan TB telah dilaksanakan di banyak negara
sejak tahun 1995.
• Menurut laporan WHO tahun 2017, ditingkat global diperkirakan
10.900.000 kasus TB baru dengan 3,2 juta kasus diantaranya adalah
perempuan, dan 1.400.000 juta kematian karena TB.
• Dari kasus TB tersebut ditemukan 1.170.000 (12%) HIV positif dengan
kematian 390.000 orang.
• TB Resistan Obat (TB-RO) dengan kematian 190.000 orang. Dari 9,6 juta
kasus TB baru, diperkirakan 1 juta kasus TB Anak (di bawah usia 15 tahun)
dan 140.000 kematian/tahun
Presiden Jokowi dlm Ratas
• Indonesia merupakan negara rangking ke 3 dunia mengenai kasus
tuberculosis setelah India dan China
• TBC merupakan salah satu dari 10 penyakit menular tg menyebabkan
kematian terbanyak didunia. Lebih besar daripada HIV AIDS
Kasus TBC 2017 2018
meninggal 116.000 98.000
• TBC perlu diwaspadai karena 75%pasien tbc adalah kelompok
produktif usia 15-55 tahun
• pemerintah memiliki target untuk pengurangan kasus TBC pada tahun
2030 bebas tuberkulosis
https:// setkab.go.id/3 arahan-presiden-soal
percepatan-pengurangan tuberculosis/
3 Langkah arahan presiden Jokowi menuju Indonesia bebas tbc th 2030 adalah
• 1. Pelacakan agresif menemukan tuberkulosa . Data dari 845 ribu penduduk penderita TBC baru 542 ribu
ternotifikasi jadi yg belum lapor 33%....jadi harus hai sebarannya

• 2. Layanan Diagnostik dan pengobatan TBC hrs tetap berlangsung dilaksanakan diobati sampe sembuh,
mulai stok obat hrs selalu tersedia.kl butuh perpres atau permenkes segra diterbitkan. Sehingga prinsip
TOSS betul2 dpt dilaksanakan

• 3. upaya pencegahan,prevensi dan promosi hrs berlangsung lintas sector termasuk dari sisi infra struktur.
Terutama untuk tempat tinggal, atau rumah lembab, kurang cahaya matahari dan ventilasi. Terutama ini
tempat2 yg padat ini perlu, kepadatan rumah.

• Ini sangat berpengaruh terhadap penularan antar individu, jadi bukan hanya tugas Kemenkes dan Kemensos
tp juga kemen PUPR harus dilibatkan dlm pengurangan TBC
• Kemungkinan untuk mencari pasien TBC bersamaan dg COVID19 , kendaraaan saama . Kita bias
menyelesaikan 2 hal penting bagi kesehatan rakyat kit. Kalau itu bias kita bias mempercepat
Definisi
• TBC (Tuberkulosis) yang juga dikenal dengan TB adalah penyakit
infeksi yang menular biasanya menyerang paru-paru akibat
kuman Mycobacterium tuberculosis.
• Terdapat beberapa spesies Mycobacterium, antara lain:
M.tuberculosis, M.africanum, M. bovis, M. Leprae dsb.
• Yang juga dikenal sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA).
• Kelompok bakteri Mycobacterium selain Mycobacterium tuberculosis
yang bisa menimbulkan gangguan pada saluran nafas dikenal sebagai
MOTT (Mycobacterium Other Than Tuberculosis) yang terkadang bisa
mengganggu penegakan diagnosis dan pengobatan TB
INFEKS

Gejala TBC
• berupa batuk yang berlangsung lama
(lebih dari 3 minggu), biasanya • Kuman TBC tidak hanya menyerang
berdahak, dan terkadang paru-paru, tetapi juga bisa
mengeluarkan darah. menyerang tulang, usus, atau
juga beberapa gejala lain, seperti: kelenjar.
• Demam • Penyakit ini ditularkan dari
percikan ludah yang keluar
• Lemas penderita TBC, ketika berbicara,
• Berat badan turun batuk, atau bersin.
• Tidak nafsu makan • Penyakit ini lebih rentan terkena
• Nyeri dada pada seseorang yang kekebalan
tubuhnya rendah, misalnya
• Berkeringat di malam hari penderita HIV.
sifat kuman Mycobacterium tuberculosis
• Berbentuk batang dengan panjang 1-10 mikron dan lebar 0,2 - 0,8 mikron. Rumah tidak sehat
- Ventilasi kurang,
• Bersifat tahan asam dalam pewarnaan dengan metode Ziehl Neelsen, jendela tak
berbentuk batang berwarna merah dalam pemeriksaan dibawah mikroskop.
dibuka
• Memerlukan media khusus untuk biakan, antara lain Lowenstein Jensen, - Wastafel
Ogawa. - Padat penduduk
• Tahan terhadap suhu rendah sehingga dapat bertahan hidup dalam jangka
waktu lama pada suhu antara 4°C sampai minus 70°C.
• Kuman sangat peka terhadap panas, sinar matahari dan sinar ultra violet.
Paparan langsung terhadap sinar ultra violet, sebagian besar kuman akan
mati dalam waktu beberapa menit.
• Dalam dahak pada suhu antara 30-37°C akan mati dalam waktu lebih kurang
1 minggu. Kuman dapat bersifat dorman. Masalah displin
minum obat:
Terjadi banyak
kasus kuman
resisten pada
pengobatan
Bagaimana mencegah penularan :
etika batuk
• Pakai Masker pada org sakit
Cara penularan batuk,
• Buang dahak tidak
sembarangan
• Sumber penularan adalah pasien TB,
Terutama pasien yang mengandung kuman TB dalam dahaknya (open case).
• Kapan : Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara
dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei / percik renik).
• Bgm mekanisme : Infeksi akan terjadi apabila seseorang menghirup udara
yang mengandung percikan dahak yang infeksius.
• Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak yang
mengandung kuman sebanyak 0-3500 kuman M.tuberculosis.
• Sedangkan kalau bersin dapat mengeluarkan sebanyak 4500– 1.000.000
kuman M.tuberculosis
Perjalanan Alamiah TB Pada Manusia --- focus pencegahan
A. Paparan B. Infeksi
Peluang peningkatan paparan terkait dengan: Reaksi daya tahan tubuh terjadi setelah 6–14 minggu
setelah infeksi.
• Jumlah kasus menular di masyarakat.
Lesi umumnya sembuh total namun kuman dapat
• Peluang kontak dengan kasus menular.
tetap hidup dalam lesi tersebut (dormant) dan suatu
• Sumber penularan : saat dapat aktif kembali tergantung dari daya tahun
tubuh manusia.
Tingkat daya tular dahak , Intensitas batuk
Penyebaran : aliran darah atau getah bening dapat
Kedekatan kontak, Lamanya waktu kontak terjadi sebelum penyembuhan lesi

D. Meninggal dunia
Faktor resiko kematian karena TB: C. Sakit TB
• Terlambat diagnosis. Faktor Risiko menjadi sakit TB :
• Pengobatan tidak adekuat. • Konsentrasi / jumlah kuman yang terhirup
• kondisi keseh. awal yang buruk atau penyakit • Lamanya waktu sejak terinfeksi
penyerta. • Usia seseorang yang terinfeksi
• Pada pasien TB tanpa pengobatan, 50% meninggal • Tingkat daya tahan tubuh seseorang.
dan risiko ini meningkat pada pasien dengan HIV Seseorang dengan daya tahan tubuh yang rendah
positif. a.l infeksi HIV/AIDS dan malnutrisi (gizi buruk) akan
Juga ODHA, 25% kematian disebabkan oleh TB memudahkan berkembangnya TB aktif (sakit TB)
Faktor utama penyebab terjadinya resistensi kuman
adalah penatalaksanaan pasien TB yg tidak adekuat
B. Pasien:
A Pemberi jasa/petugas kesehatan : 1) Tidak mematuhi anjuran dokter/
1) Diagnosis tidak tepat, petugas kesehatan
2) Pengobatan tidak menggunakan 2) Tidak teratur menelan paduan OAT,
paduan yang tepat, 3) Menghentikan pengobatan secara
3) Dosis, jenis, jumlah obat dan jangka sepihak sebelum waktunya.
waktu pengobatan tidak adekuat, 4) Gangguan penyerapan obat
4) Penyuluhan kepada pasien yang tidak
adequat.
B. Program Pengendalian TB
1) Persediaan OAT yang kurang
2) Kualitas OAT yang disediakan rendah
(Pharmaco-vigilance)
Pengobatan Tuberkulosis
• TBC dapat dideteksi melalui pemeriksaan dahak. Beberapa tes lain yang dapat dilakukan
untuk mendeteksi penyakit menular ini adalah foto Rontgen dada, tes darah, atau tes
kulit (Mantoux).
• TBC dapat disembuhkan jika penderitanya patuh mengonsumsi obat sesuai dengan resep
dokter. Untuk mengatasi penyakit ini, penderita perlu minum beberapa jenis obat untuk
waktu yang cukup lama (minimal 6 bulan). Obat itu umumnya berupa:
• Isoniazid
• Rifampicin
• Pyrazinamide
• Ethambutol
• Pengobatan penyakit TBC membutuhkan waktu yang cukup lama dan biaya yang tidak
sedikit. Oleh karena itu, memiliki asuransi kesehatan bisa menjadi pertimbangan,
sehingga Anda tidak perlu dipusingkan dengan tanggungan biaya saat berobat nanti.
Pencegahan Tuberkulosis
• TBC dapat dicegah dengan pemberian vaksin, yang disarankan
dilakukan imunisasi BCG sebelum bayi berusia 2 bulan.
Selain itu, pencegahan juga dapat dilakukan dengan cara:
• Mengenakan masker saat berada di tempat ramai.
• Tutupi mulut saat bersin, batuk, dan tertawa.
• Tidak membuang dahak atau meludah sembarangan.
Penanggulangan Tuberkulosis
• adalah segala upaya kesehatan yang mengutamakan aspek promotif
dan preventif, tanpa mengabaikan aspek kuratif dan rehabilitatif yang
ditujukan untuk melindungi kesehatan masyarakat, menurunkan
angka kesakitan, kecacatan atau kematian, memutuskan penularan,
Penyebab utama yang mempengaruhi meningkatnya beban TB :
a. Belum optimalnya pelaksanaan program TB selama
ini karena masih kurangnya komitmen pelaksana d. Belum memadainya tatalaksana TB sesuai
dengan standar baik dalam penemuan
pelayanan, pengambil kebijakan, dan pendana untuk kasus/diagnosis, paduan obat, pemantauan
operasional, bahan serta sarana prasarana. pengobatan, pencatatan dan pelaporan.
b. Belum memadainya tata laksana TB terutama di • Besarnya masalah kesehatan lain yang bisa
fasyankes yang belum menerapkan layanan TB sesuai berpengaruh terhadap risiko terjadinya TB
secara signifikan seperti HIV, gizi buruk, diabetes
dengan standar pedoman nasional dan ISTC seperti mellitus, merokok, serta keadaan lain yang
penemuan kasus/diagnosis yang tidak baku, paduan menyebabkan penurunan daya tahan tubuh.
obat yang tidak baku, tidak dilakukan pemantauan
pengobatan, tidak dilakukan pencatatan dan e. Meningkatnya jumlah kasus TB Resistant Obat
pelaporan yang baku. (TB-RO) yang akan meningkatkan pembiayaan
c. Masih kurangnya keterlibatan lintas program dan program TB.
lintas sektor dalam penanggulangan TB baik kegiatan
maupun pendanaan. f. Faktor sosial : angka pengangguran, rendahnya
tingkat pendidikan dan pendapatan per kapita,
Belum semua masyarakat dapat mengakses layanan TB kondisi sanitasi, papan, sandang dan pangan
khususnya di Daerah Terpencil, Perbatasan dan yang tidak memadai yang berakibat pada
Kepulauan (DTPK), serta daerah risiko tinggi seperti tingginya risiko masyarakat terjangkit TB
daerah kumuh di perkotaan, pelabuhan, industri, lokasi
permukiman padat seperti pondok pesantren, asrama,
barak dan lapas/rutan.
Organisasi Program Pengendalian TB Nasional
• Saat ini, pelaksanaan upaya pengendalian TB di
Indonesia secara administratif berada di bawah
dua Direktorat Jenderal Kementerian Kesehatan, • Dengan demikian kerja sama
1. Dirjen Bina Upaya Kesehatan,
antar Ditjen dan koordinasi
yang efektif oleh subdit TB
2. P2PL (Subdit Tuberkulosis yang bernaung di
bawah Ditjen P2PL).
sangat diperlukan dalam
menerapkan program
• Pembinaan Puskesmas berada di bawah Ditjen pengendalian TB yang
Bina Upaya Kesehatan dan merupakan tulang
punggung layanan TB dengan arahan dari subdit terpadu.
Tuberkulosis,
• sedangkan pembinaan rumah sakit berada di
bawah Ditjen Bina Upaya Kesehatan.
• Pelayanan TB juga di praktik swasta, rutan/lapas,
militer dan perusahaan, yang seperti halnya
rumah sakit, tidak berada di dalam koordinasi
Subdit Tuberkulosis.
Layanan kes di level kab/kota
Pada saat ini Indonesia memiliki disetiap
• Merupakan tulang punggung dalam program kab/kota total
pengendalian TB. • 1.649 PRM (puskesmas Rujukan Miroskopis),
• DOTS =Directly Observed Treatment • 4.140 PS (puskesmas satelit)dan
• MDR = Multi Drugs Resistance (kekebalan ganda • 1.632 PPM (puskesmas Pelaksana Mandiri).
terhadap obat)
• Selain Puskesmas, terdapat pula fasilitas
• MR = Mono Resistant pelayanan rumah sakit, rutan/lapas, balai
• MTPTRO = Manajemen Terpadu Pengendalian TB pengobatan dan fasilitas lainnya yang telah
Resistan obat Tenaga yang telah dilatih strategi DOTS
• PMDT = Programmatic Management Drug berjumlah
Resistant TB • 5.735 dokter Puskesmas,
• PPM = Puskesmas Pelaksana Mandiri • 7.019 petugas TB dan
• PR = Poli Resistant • 4.065 petugas laboratorium.
• PRM = Puskesmas Rujukan Mikroskopis
 GERAKAN BERSAMA MENUJU ELIMINASI TBC 2030
Presiden Jokowi : Temukan TBC Obati, sampai Sembuh

TOSS
TBC
HIV AID’S
Oleh
Sri Adiningsih
FKM UNAIR
• Human immunodeficiency virus (HIV) is an infection that attacks the body’s immune
system, specifically the white blood cells called CD4 cells. HIV destroys these CD4 cells,
weakening a person’s immunity against infections such as tuberculosis and some cancers.
• WHO recommends that every person who may be at risk of HIV should access testing.
People diagnosed with HIV should be offered and linked to antiretroviral treatment as
soon as possible following diagnosis. If taken consistently, this treatment also prevents
HIV transmission to others.
• If the person’s CD4 cell count falls below 200, their immunity is severely compromised,
leaving them more susceptible to infections. Someone with a CD4 count below 200 is
described as having AIDS (acquired immunodeficiency syndrome).
• HIV can be diagnosed using simple and affordable rapid diagnostic tests, as well as self-
tests. It is important that HIV testing services follow the 5Cs: consent, confidentiality,
counselling, correct results and connection with treatment and other services.
Perjalanan penyakit
• HIV menyerang sel sistem kekebalan tubuh. Secara khusus, menginfeksi
dan menggunakan sel CD4 sebagai 'pabrik' untuk mereproduksi dan
menghancurkan sel-sel CD4 yang sedang berproses.
• Semakin hancur sel CD4, akan semakin lemah sistim kekebalan
tubuhnya.
• Jika sistem kekebalan tubuh semakin melemah, risiko mengembangkan
infeksi dan penyakit menjadi lebih besar.
• Seiring berjalannya waktu, dan tanpa pengobatan, jumlah sel CD4 dapat
menjadi begitu sangat rendah dan dapat menyebabkan seseorang
mengembangkan AIDS.
Siklus hidup HIV KETERANGAN GAMBAR

1. HIV di dalam aliran darah.


2 & 3. Virus mencantelkan diri dan memasuki sel CD4-T
4. Virus melepaskan informasi keturunannya ke dalam sel.
5. Melalui sebuah proses yang unik informasi tersebut
menjadi bagian dari sel CD4-T
6. Sel CD4-T ini sudah terinfeksi HIV selama-lamanya
7. Virusnya mulai mengkopikan diri
8. Akhirnya sel-sel ini meledak. Ribuan virus baru dilepas
ke dalam aliran darah. Virus baru ini akan
menginfeksikan sel CD4-T.
• Respon tubuh
• Untuk melawan HIV, tubuh Anda akan memproduksi antibodi. Namun,
antibodi tidak dapat bersaing dengan jumlah virus yang direproduksi.

Sistim kekebalan tubuh


• Sistem kekebalan tubuh adalah sistem pertahanan alami tubuh yang akan
melindungi tubuh terhadap infeksi dan penyakit. Sistim ini terdiri dari
banyak sel yang berbeda yang bekerja sama untuk menemukan dan
menghancurkan virus, bakteri dan kuman lain yang menyebabkan infeksi
dan penyakit.
• Sel darah putih (atau disebut CD4 T-sel) adalah sel-sel sistem kekebalan
tubuh yang penting yang membantu mengkoordinasikan sistem kekebalan
tubuh
• Melakukan perawatan pengasuhan gizi akan membantu tubuh Anda
melawan virus secara efektif.
CARA PENULARAN
• HIV/AIDS hanya bisa menular lewat kontak cairan tubuh seperti darah, cairan vagina, cairan
mani dan ASI.
• Penularannya juga bisa lewat penggunaan jarum suntik yang tidak steril (Pengguna Narkoba
Suntik), tindik tubuh dan tato yang dilakukan dengan jarum bekas, hubungan seks tidak
aman juga pemberian ASI
• Tentang pemberian ASI dari ibu ke anak. Tanpa pengobatan yang efektif, HIV dapat
ditularkan dari ibu HIV positif kepada anaknya selama kehamilan, persalinan, atau dalam
masa menyusui. Di Australi sebagai pengobatan HIV sudah tersedia dan ibu dengan HIV
dapat melahirkan secara caesar sehingga sangat jarang mereka menularkan HIV kepada bayi
mereka. Jika ibu memiliki HIV, dan sedang hamil atau berencana untuk memiliki bayi, penting
untuk berbicara dengan dokter ahlinya sesegera mungkin. Disarankan bahwa ibu dengan HIV
tidak menyusui. Bicaralah dengan dokter tentang cara-cara lain menyusui bayi.

• Transfusi Darah atau Produk Darah


• Darah yang disumbangkan dan semua produk darah diperiksa apakah terdapat HIV, dan
orang-orang yang positif HIV tidak bisa mendonorkan darah.
• ARV (obat untuk ODHA) adalah bahan kimia yang bisa menyebabkan kerusakan hati.
WHO The strategic directions are:
• Information for focused action
baca referensi (know your epidemic and
response)
•HIV continues to be a major global public health issue,
having claimed almost 33 million lives so far. • Interventions for impact
•However, with increasing access to effective HIV (covering the range of services
needed)
prevention, diagnosis, treatment and care, including for
opportunistic condition, enabling people living with HIV to • Delivering for equity (covering
lead long and healthy lives. the populations in need of
services)
•There were an estimated 38.0 million people living with
HIV at the end of 2019. • Financing for sustainability
•As a result of concerted international efforts to respond to (covering the costs of services)
HIV, coverage of services has been steadily increasing. • Innovation for acceleration
• In 2019, 68% of adults and 53% of children living with HIV (looking towards the future).
globally were receiving lifelong antiretroviral therapy
(ART).
•A great majority (85%) of pregnant and breastfeeding
women living with HIV also received ART, which not only
protects their health, but also ensures prevention of HIV
transmission to their newborns.
PENDEKATAN EPIDEMIOLOGI DALAM
PERENCANAAN KESEHATAN

Arief Hargono
Departemen Epidemiologi
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Airlangga
Transisi demografi
Transisi epidemiologi
Transisi gizi
ISSUE Transisi perilaku
KESEHATAN Paradigma kesehatan
Climate change dan global warming
MDGs  SDGs
Asuransi Kesehatan
 Pemberdayaan masyarakat untuk hidup sehat
STRATEGI  Meningkatkan akses pelayanan kesehatan
PEMBANGUNAN  Sistem surveilans, monitoring dan informasi
KESEHATAN kesehatan
 Pembiayaan kesehatan
 Suatu proses dimana koordinasi dan mekanisme yang
komprehensif dikembangkan berdasarkan alokasi sumber daya
yang efektif dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu
 Perencanaan pelayanan kesehatan  proses yang
mempertimbangkan kebutuhan kesehatan pada suatu batasan
geografis atau populasi dan menentukan cara pencapaiannya
DEFINISI melalui sumber daya yang tersedia dan alokasi sumber daya
PERENCANAAN berikutnya secara efektif dan efisien
 Pertanyaan dasar:
o Apa yang harus dilakukan
o Bagaimana melakukan
o Kapan melakukannya
o Siapa yang melakukan
Problem Solving Cycle
Analisis
Situasi

PROBLEM Evaluasi
Identifikasi
Masalah
SOLVING CYCLE
(PSC):
ASSESSMENT
Masalah kesehatan
Manajemen dan sistem Pengawasan
&
Prioritas
Kebutuhan masyarakat pengendalian Masalah
Peraturan, kebijakan serta
norma yang berlaku
PLANNING
Identifikasi tujuan dan
indikator
Prioritas masalah
Pemantauan Tujuan
IMPLEMENTATION
Proses, entitas dan aktor
Alokasi waktu
EVALUATION
Masalah sistem dan Pelaksanaan
&
Alternatif
alternatif solusi Penggerakan Solusi

Rencana
Operasional
Problem Solving Cycle
Analisis
Situasi

Identifikasi
Evaluasi
Masalah

PERAN Pengawasan
Prioritas
INFORMASI &
pengendalian Masalah

DALAM
PROBLEM
INFORMASI
SOLVING CYCLE Pemantauan Tujuan

(PSC)
Pelaksanaan
Alternatif
&
Penggerakan Solusi

Rencana
Operasional
 Epi = pada / tentang
 Demos = penduduk
 Logos = ilmu
DEFINISI
 Ilmu yang mempelajari, menganalisis, serta
Epidemiologi berusaha memecahkan berbagai masalah
kesehatan pada suatu kelompok populasi
tertentu
Usia, jenis kelamin, ras,
genetik, status imunisasi,
HOST agama, pekerjaan, status
menikah
SEGITIGA
EPIDEMIOLOGI
untuk
ANALISIS
SITUASI
AGENT ENVIRONMENT

Biologi, kimia, fisika, Suhu, kelembaban,


nutrisi ketinggian, kepadatan
penduduk, cuaca
SEGITIGA
EPIDEMIOLOGI

http://www.open.edu/openlearn/ocw/mod/oucontent/view.php?id=3743&printable=1
Perilaku manusia:
pengetahuan, sikap dan
HOST tindakan terhadap upaya
pencegahan
Teori segitiga
epidemiologi
pada
demam
berdarah
AGENT ENVIRONMENT

Virus dengue, nyamuk Genangan air, sanitasi,


Aedes aegypti musim
Perilaku, sistem kekebalan
HOST tubuh, status gizi

Teori segitiga
epidemiologi
pada
tuberkulosis
AGENT ENVIRONMENT

Mycobacterium tuberculosis Kepadatan penduduk, ventilasi


udara dan sanitasi yang kurang baik
Teori Web of
Causation pada
penyakit
jantung

http://tmhome.com/benefits/stress-heart-disease-factors-prevention/
INFORMASI EPIDEMIOLOGI  menjelaskan
pola penyakit, masalah kesehatan dan
kecenderungannya berdasarkan:
 Var. orang  karakter orang yang terkena
masalah kesehatan. Mis: umur, sex, golongan,
INFORMASI pendidikan, pekerjaan, sos ek, dll
EPIDEMIOLOGI  Var. tempat  karakter tempat dimana
masalah kesehatan terjadi. Mis: tempat, kec,
kab, prop, pantai, desa, kota, dll
 Var. waktu  karakter waktu ketika masalah
kesehatan terjadi. Mis: bulan, tahun, musim, dll
KELUARAN SURVEILANS EPIDEMIOLOGI:
Distribusi kasus campak menurut usia
100%
13%
18% 17%

80% 13%
12%
21%
Proporsi Kasus Campak

60%
32%
34%

31%
40%

31%
27%
20% 18%

12% 11% 10%


0%
2009 2010 2011
Tahun

< 1 th 1 - 4 th 5 - 9 th 10 - 14 th > 15 th

Sumber: Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur


SURVEILANS EPIDEMIOLOGI UNTUK MAPPING:
Distribusi Balita Rentan dan Kasus Campak Per Kabupaten 2006

= 500 balita rentan Δ = KLB Campak


= 300 balita rentan
= 200 balita rentan = 50 kasus Campak
TREN KASUS DBD DENGAN CURAH HUJAN DI
JAWA TIMUR (2006 – 2011)

Sumber: Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur


 Mempelajari sekelompok masyarakat yang
mengalami masalah kesehatan
 Menunjuk pada banyaknya masalah kesehatan
yang ditemukan pada sekelompok manusia
yang dinyatakan dengan angka frekuensi
(mutlak, proporsi, rasio, rate)
PRINSIP
 Menunjukkan pada banyaknya masalah
Epidemiologi kesehatan yang dirinci menurut orang, tempat
dan waktu
 Merupakan rangkaian kegiatan tertentu yang
dilakukan untuk mengkaji masalah kesehatan
sehingga diperoleh kejelasan dari masalah
tersebut
 Ilmu yang mempelajari distribusi, frekuensi dan hal-hal
yang mempengaruhi masalah kesehatan dalam
populasi.
Epidemiologi  Tujuan epidemiologi adalah mendapatkan,
menginterpretasikan dan menggunakan informasi-
dalam informasi kesehatan untuk meningkatkan derajat
kesehatan dan mengurangi penyakit
Analisis (Vaughan dan Morrow, 1989)
Masalah  Epidemiologi berkaitan langsung dengan penataan
(manajemen) pelayanan kesehatan  bertindak
Kesehatan sebagai dasar untuk penentuan keputusan/kebijakan
 Merupakan suatu pendekatan yang sistematis
terhadap analisis situasi dan perencanaan, dengan
menggunakan perangkat epidemiologi
A. Identifikasi masalah
 P1: Apa masalah kesehatan yang terjadi?
 Masalah: penyakit, kematian, gizi, mutu
manajemen (kinerja dan sistem)
9 Pertanyaan
B. Besaran dan distribusi masalah
Epidemiologi  P2: Berapa banyak kasus yang terjadi?
(1):  P3: Kapan muncul?
 P4: Di mana terjadi?
 P5: Siapa yang terkena?
 Angka prevalen dan insiden
C. Analisis
 P6: Mengapa permasalahan ini muncul? Apa saja faktor
utama yang terlibat?
 Identifikasi faktor risiko dan akan masalah: Fishbone,
9 Pertanyaan diagram sebab akibat
Epidemiologi D. Tindakan/intervensi yang telah dilakukan
 P7: Tindakan apa yang dilaksanakan untuk mengatasi
(2): masalah?
 P8: Hasil apa yang telah diperoleh? Kesulitan yang
dialami?
 P9: Apa lagi yang harus dilakukan?
 Pengertian masalah: kesenjangan antara
kenyataan dan harapan
 Bagaimana mengukur:
A.  Kesenjangan antara capaian kinerja dengan
IDENTIFIKASI target dan indikator
 Kesenjangan antara aktifitas di lapangan
MASALAH dengan SOP
 Kesenjangan capaian kinerja dengan
periode sebelumnya
 Jenis masalah:
P1. 1. Penyakit
Apa masalah 2. Kematian
kesehatan 3. Kinerja ( cakupan)
yang terjadi? 4. Sistem
 Keberadaan suatu penyakit sebagai suatu
masalah epidemiologi:
 Frekuensi (insiden & prevalens)
Masalah  Trend (kecenderungan)  3-5 periode
Penyakit waktu
 Severity: berat ringannya penyakit  CFR
 Posisi (ranking)
 Preventability
 Besarnya angka kematian secara umum (misal
Masalah CDR, AKB, AKI) maupun angka kematian yang
Kematian berhubungan dengan penyakit (misal CFR)
 Keadaan kinerja suatu program berdasar nilai
indikator kinerja, misal:
Masalah  Kinerja imunisasi mis. Desa UCI
Kinerja  Kinerja penatalaksanaan penyakit TB 
mis. error rate, CDR
 Menggunakan pendekatan sistem:
1. INPUT
Masalah 2. PROSES
Sistem 3. INPUT
 Berdasarkan epidemiologi dan manajemen:
 Prevalensi penyakit atau besarnya masalah
 Berat ringannya akibat yang ditimbulkan oleh masalah
tersebut (severity)
 Kenaikan atau meningkatnya prevalensi  tren
Prioritas  Keinginan masyarakat untuk menyelesaikan masalah
tersebut (degree of unmeet need).
Masalah (1)  Keuntungan sosial yang diperoleh bila masalah tersebut
diatasi (social benefit).
 Teknologi yang tersedia dalam mengatasi masalah
(technical feasibility).
 Sumber daya yang tersedia untuk mengatasi masalah
 KUANTITATIF
 Metode Delbecq  besarnya masalah, kegawatan, biaya,
kemudahan
 Metode Hanlon (Kuantitatif)  PEARL (Propriety, Economic
Feasibility, Acceptability, Resource Availability, Legality)
 Metode CARL  Capability, Accessibility, Readiness, Leverage
Prioritas 

Pareto
NGT
Masalah (2)
 KUALITATIF
 Metode Hanlon (Kualitatif)  Matching
 Metode Delphi
 Metode Diskusi atau Brainstorming Technique
 Metode Brainwriting
B.  Untuk menjawab besaran dan disribusi
BESARAN & masalah kesehatan penyakit, kematian
maupun kinerja diperlukan analisis (statistika)
DISTRIBUSI deskriptif
MASALAH
 to describe = menggambarkan
 statistika yang membahas cara-cara meringkas,
menyajikan dan mendeskripsikan suatu data dengan
tujuan agar mudah dimengerti dan lebih mempunyai
makna
Statistika
 menguraikan suatu kumpulan data menurut apa
deskriptif adanya, yaitu yang dapat diamati dari bentuk
distribusinya menurut variabel atau ciri tertentu
 mencakup penghitungan nilai-nilai tendensi tengah
(sentral), penyebaran (dispersi), kemencengan dan
kelancipan kurva, serta penyajian data
 Beberapa ukuran untuk menggambarkan
karakteristik kelompok:
 Range: perbedaan nilai terendah dan tertinggi
 Mean: jumlah nilai individu suatu kelompok
dibagi jumlah nilai di kelompok yang sama 
P2. rerata
 Modus: nilai yang paling sering muncul
Seberapa  Median: nilai tengah pada rentang pengukuran
banyak? (1) ( susunan nilai diatur dari yang terendah ke
yang tertinggi)
 Rasio
 Proporsi
 Rate
 Rasio: menggambarkan hubungan dua angka
pada dua karakteristik yang berbeda
x/y  numerator tidak termasuk dalam
P2. denominator
Seberapa  Proporsi: pengukuran frekuensi yang
banyak? (2) memunculkan nilai pecahan dengan nilai total
x/x+y  numerator termasuk dalam
denominator
 Rate: bentuk proporsi khusus, di dalamnya terkandung spesifikasi
dari waktu
number of event in specified period

P2. population at risk of these event in a specified period

Seberapa  Untuk menggambarkan masalah penyakit Berdasar riwayat


alamiah penyakit ukuran yang biasa digunakan adalah:
banyak? (3)  insidens  kasus penyakit yang baru saja memasuki fase
klinis (kasus baru)
 prevalens  proporsi individu-individu yang berpenyakit dari
suatu populasi pada suatu titik waktu atau periode waktu (
kasus baru + kasus lama)
 Insidens:
1. Insidens kumulatif / Insidens Risk
2. Laju insidens (Incidence Rate,
P2. Incidence Density)
Seberapa
banyak? (4)  Prevalens:
1. Periode prevalens
2. Prevalens titik
P3.  Menjelaskan waktu masalah kesehatan terjadi
Kapan  Diukur dengan satuan waktu: menit, jam, hari
minggu, bulan, tahun sesuai kebutuhan; untuk
masalah penyakit sesuai masa inkubasi penyakit
tersebut
muncul?
SURVEILANS EPIDEMIOLOGI UNTUK
DESKRIPSI RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT
P4.  Menggambarkan distribusi suatu masalah
Di mana kesehatan berdasarkan hal-hal khusus yang
ada/tidak pada suatu daerah: geografis,
permasalahan keadaan penduduk dan pelayanan kesehatan
muncul?
 Menggambarkan masalah kesehatan menurut
ciri-ciri orang yang terkena penyakit, misalnya:
1.umur
P5. 2.Jenis kelamin
Siapa yang 3.Golongan etnis
terkena? 4.Status perkawinan
5.pekerjaan
P6.
Mengapa Metode:
permasalahan ini
muncul? Apa Fishbone
saja faktor Diagram sebab akibat
utama yang
terlibat?
 Mengapa tindakan tersebut dianggap penting dan
perlu untuk dilakukan
P7.  Apa tujuan penanggulangan
Tindakan  Dimana dilakukan
 Kapan dan berapa lama
apa yang
 Siapa yang melakukan
dilaksanakan  Bagaimana dilakukan
untuk  Berapa biaya yang dibutuhkan
mengatasi
masalah? Alternatif pemecahan masalah
INGAT  TAHAP PENCEGAHAN PENYAKIT !!
P8: Hasil apa yang telah
diperoleh?
P8 dan Kesulitan yang dialami?
P9 P9: Apa lagi yang harus
dilakukan?
 “Informasi apa yang kita butuhkan?”
 Data mortalitas & mortalitas  register
 Laporan rutin
Sumber Data
 Surveilans
Untuk
 Studi observasional pada masyarakat: survei
Perencanaan
 Wawancara mendalam dengan anggota
masyarakat dan organisasi masyarakat
 Data pelayanan kesehatan dan rumah sakit
 “Surveillance is the ongoing systematic collection,
analysis, and interpretation of outcome-specific data for
use in the planning, implementation, and evaluation of
public health practice” (Thacker, 2000)
 Kegiatan yang dilakukan secara sistematis dan terus
SURVEILANS menerus terhadap penyakit dan masalah-masalah
EPIDEMIOLOGI kesehatan serta kondisi yang memperbesar risikonya
melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan
penyebaran informasi epidemiologi kepada
penyelenggara program kesehatan agar dapat
melakukan tindakan penanggulangan secara efektif
dan efisien
Health Care System Public Health Authority

Reporting
Data Information

Prinsip Dasar Analysis &


Evaluation
Surveilans Interpretation

Feedback
Action Decision
 IDENTIFIKASI FAKTOR RISIKO MASALAH
KESEHATAN BERDASARKAN KONSEP SEGITIGA
EPIDEMIOLOGI (HOST, AGENT, ENVIRONMENT)
DAN WEB OF CAUSATION
PENDEKATAN  PENGELOMPOKAN INFORMASI EPIDEMIOLOGI
EPIDEMIOLOGI MENURUT ORANG, TEMPAT DAN WAKTU
UNTUK  PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUMPULAN
PERENCANAAN DATA MENGGUNAKAN 9 PERTANYAAN
EPIDEMIOLOGI
DAN EVALUASI  SALAH SATU SUMBER INFORMASI UNTUK
PERENCANAAN DAN EVALUASI PROGRAM
KESEHATAN ADALAH SURVEILANS KESEHATAN
MASYARAKAT
 Marjorie Loyd, A Practical Guide to Care Planning in
Health and Social Care, 2010
 Richard K. Thomas, Health Services Planning, 2003
 Thomas C Timmreck, Planning, Program Development
Pustaka and Evaluation, 1995
 WHO, Local Environmental Health Planning, 2002
 William A. Reinke, Health Planning for Effective
Management, 1988
Problem Solving Cycle
Analisis
Situasi

Identifikasi
Evaluasi
Masalah

PROBLEM Assessment

SOLVING CYCLE Pengawasan


&
pengendalian
Prioritas
Masalah

(PSC)
dan Evaluation Planning

KERANGKA
KERJA Pemantauan Tujuan

Implementasi
PERENCANAAN
Pelaksanaan
Alternatif
&
Penggerakan
Solusi

Rencana
Operasional
PRECEDE/PROCEED
BY:
J AYA N T I D I A N E K A S A R I , S . K M . , M . K E S .
D E P T. P K I P F K M U A
PRECEDE = PENDAHULU PROCEED = Proses yang sedang
berlangsung dan hasilnya
P = Predisposing
R = Reinforcing P = Policy
E = Enabling R = Regulatory
C = Constructs in O = Organizational
E = Educational Environmental C = Constructs in
D = Diagnosis E = Educational and
E = Evaluation E = Environmental
D = Development

Precede:
Menjamin sebuah program yang akan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan
individu/masyarakat

Proceed:
• Menjamin program yang akan dijalankan:
• Tersedia sumber dayanya
• Mudah diakses/dicapai
• Dapat diterima secara politik dan peraturan yang ada
• Dapat dievaluasi oleh policy makers, consumers dan administrators
Behavior
Health Quality of Life
Vital indicators:
Environment Disability
Social indicators:
Discomfort
Ketidakhadiran
Fertility
Behavioral indicators: Prestasi/pencapaian
Fitness
Penyesuaian Estetika
Environmental Morbidity
Pola konsumsi Crowding
indicators: Mortality
Upaya penanganan Diskriminasi
Ekonomi Phsycological risk
Upaya preventif Kebahagiaan
Fisik factor
Self care Permusuhan
Utilization Pelayanan Illigitimacy
Sosial Dimensions:
Kinerja
Distribution
Dimensions: Kerusuhan
Dimensions: Duration
Frequency Harga diri
Keterjangkauan Functional level
Keteguhan/kegigihan Pengangguran
Keadilan Incidence
Ketepatan Kesejahteraan
Akses Intensity
Kualitas Prevalence
Jarak
Predisposing
factors:
• Knowledge
• Attitudes
• Beliefs
• Values
Health education • Perception
Component of
health Promotion Reinforcing
program factors:
Attitudes and
behavior of Behavior (Action) of
health Individuals, Groups
personnel and or Communities
other, peers,
parents,
employers, etc
Policy
Regulation
Enabling
organization
factors:
• Availability
of resources
• Accessibility Environmental factors
• Referrals
• Rules and
Laws
• Skills
Administrative Diagnosis:
• Memperkirakan atau menilai resources/sumber daya yang
dibutuhkan program
• Menilai resources yang ada didalam organisasi atau
masyarakat
• Mengidentifikasi factor penghambat dalam
mengimplementasikan program

Policy Diagnosis:
• Menilai dukungan politik
• Dukungan regulasi/peraturan
• Dukungan system didalam organisasi
• Hambatan yang ada dalam pelaksanaan program
• Dukungan yang memudahkan pelaksanaan program
FASE 1: DIAGNOSIS SOSIAL

• Definisi
• Menilai kualitas hidup berkaitan dengan penilaian kebutuhan sosial / tinjauan social
• Proses menentukan persepsi orang terhadap kebutuhan atau kualitas hidup mereka sendiri, dan
aspirasi mereka untuk kepentingan bersama, melalui partisipasi yang luas dan penerapan
beberapa kegiatan pengumpulan-informasi yang dirancang untuk memperluas pemahaman
masyarakat.
• Community participation merupakan konsep dasar dalam social
diagnosis dan telah menjadi prinsip dasar dalam upaya promosi
kesehatan dan pengembangan masyarakat.
• Multiple information gathering, berarti bahwa diagnosis social
dilakukan dengan mengumpulkan beberapa indicator dan data yang
berasal dari berbagai sumber
• Expand understanding, berarti adanya perhatian dari lintas bidang:
social, ekonomi, budaya dan lingkungan
• Hubungan antara “Health” dan “Social Problems”

• A Reciprocal Relationship
Social Policy
Social service Interventions

Social Conditions
HEALTH
Quality of Life

Health Policy
Health Interventions
• “Quality of Life”

• Dapatkah “Quality of Life” diukur?


• Pendekatan yang dipakai:
 Objective Assessment/ Social Indicators:
 Unemployment rates, air quality, housing etc

 Subjective Assessment:
• Menggunakan infromasi yang didapat dari masyarakat/populasi
• Keuntungan: sudut pandang masalah/situasi dari masyarakat
• Cara: survey
Identifikasi
• Beberapa strategi untuk mengidentifikasi masalah social:
 Studi literature
 Key informant interviews
 Community forums
 Nominal Group Process
 The Delphi Method
 The Continum Approch
 Data public
 Focus Group Discusion (FGD)
Untuk melakukan diagnosis sosial yang efektif:
seseorang harus menerapkan prinsip partisipasi dan
memastikan keterlibatan aktif dari orang-orang yang akan
terpengaruh oleh program yang sedang direncanakan
INDIKATOR DIAGNOSIS SOSIAL
• Kesejahteraan
• Kemiskinan
• Angka melek huruf
• Tingkat pengangguran
• Tingkat kriminalitas
• Tingkat pendidikan
• Pendapatan/pekerjaan
• Saluran komunikasi
• Budaya (yang dianut dan masih diterapkan)
FASE 2: DIAGNOSIS EPIDEMIOLOGI

• Tujuan Dx Epidemiologi:
1. Mengidentifikasi masalah kesehatan yang penting untuk dipecahkan
secara obyektif
2. Faktor perilaku dan lingkungan apa yang mempengaruhi terjadinya
masalah kesehatan tersebut
MENILAI PENTINGNYA MASALAH
KESEHATAN
• Membantu untuk membangun kepentingan relatif dari berbagai masalah kesehatan pada
populasi target secara keseluruhan dan dalam subkelompok populasi
• Memberikan dasar untuk menetapkan prioritas program di antara berbagai masalah kesehatan
dan subkelompok
• Membantu dalam alokasi tanggung jawab di antara para profesional yang berkolaborasi, lembaga
dan departemen
• Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor risiko yang diketahui untuk masalah
kesehatan prioritas
TWO APPROACHES IN
EPIDEMIOLOGICAL DIAGNOSIS
• Reductionist Approach
- Bekerja dari masalah sosial yang luas menuju penilaian komponen-komponen kesehatan yang
berkontribusi secara kausal terhadap masalah itu
- Pendekatan reduksionis dapat digunakan dalam penilaian epidemiologi ketika masalah sosial
telah diidentifikasi, tetapi penyebab masalah belum jelas digambarkan

• Expansionist Approach
- Dimulai dari masalah kesehatan tertentu dan bekerja pada konteks sosial yang lebih besar di
mana masalah itu terjadi
Diagnosis
social:
Keadaan Pendekatan
perumahan reduksi:
jelek • Gizi buruk
• Penyakit infeksi
• Diare Health Problem:
Prioritas masalah
kesehatan dengan
variable sosial
Pendekatan
ekspansi:
Diare terjadi karena
sasaran dengan
karakteristik social Health Objective:
yang bagaimana? Who?
• Kelompok usia What?
• Pendidikan How much?
• Penghasilan By when?
• Lokasi
FASE 3: DIAGNOSIS PERILAKU DAN
LINGKUNGAN
• Dalam PRECEDE: masalah perilaku adalah perilaku yang diyakini
menyebabkan masalah kesehatan pada orang yang akan dijadikan
sasaran intervensi pendidikan
• Tugas utama dalam diagnosis perilaku adalah menegakkan hubungan
kausal antara perilaku dan kesehatan
• Behavioral Diagnosis (behavioral assessment)
adalah analisis sistemik dari hubungan perilaku dengan tujuan atau
masalah yang diidentifikasi dalam diagnosis epidemiologis atau sosial
5 STEPS IN BEHAVIORAL DIAGNOSIS
• Step 1:
Memisahkan masalah kesehatan yang disebabkan karena factor perilaku dan yang non perilaku
• Step 2:
Mengembangkan inventarisasi perilaku:
2a. perilaku preventif:
• mengidentifikasi perilaku yang terkait dengan mempromosikan kesehatan, mencegah masalah
kesehatan, atau mengendalikan sekuel masalah kesehatan
2b. perilaku pengobatan:
• identifikasi dan daftar secara berurutan tindakan atau prosedur perawatan untuk tujuan atau
masalah kesehatan
• Step 3
- Menilai atau memberi peringkat perilaku dalam hal penting
- Perilaku harus dianggap PENTING, bila:
Data yang tersedia jelas menghubungkan perilaku dengan masalah
kesehatan (clearly linked to the health problem)
Perilaku tersebut sering terjadi (occurs frequently)
Secara teori dan literature review, perilaku tersebut sangat
berhubungan dnegan masalah kesehatan
• Step 4:
- Menilai atau memberi peringkat perilaku dalam hal
perubahan
- Kemungkinan perilaku dapat BERUBAH, bila:
Masih dalam tahap perkembangan
Tidak terikat terhadap pola budaya/gaya hidup
Berhasil dirubah oleh program sebelumnya
• Selanjutnya susun tabel berikut

Penting Tidak/kurang penting


Dapat berubah Prioritas tinggi untuk fous Prioritas rendah kecuali
program (1) untuk memperlihatkan
perubahan demi maksud
politik (3)
Tidak/kurang dapat Prioritas untuk program Tidak ada program (4)
berubah inovatif evaluasi sangat
penting (2)
• Step 5
- Menentukan target/ tujuan perilaku
- Menyatakan tujuan perilaku:
Who
What
How much
when
ENVIRONMENT DIAGNOSIS

• adalah analisis paralel faktor dalam lingkungan sosial dan fisik, yang
dapat dikaitkan secara kausal dengan perilaku yang diidentifikasi
dalam diagnosis perilaku, atau langsung ke hasil yang diinginkan
• Penyebab non perilaku adalah berbagai factor perorangan dan
lingkungan yang dapat menimbulkan masalah kesehatan tapi tidak
dikendalikan oleh perilaku populasi sasaran
FASE 4: EDUCATIONAL &
ORGANIZATIONAL DIAGNOSIS
Diagnosis Pendidikan (educational diagnosis)
• Digunakan untuk mengawali proses perubahan perilaku dengan memperhatikan factor-factor
penyebabnya.
• Menyeleksi factor-factor perilaku yang dapat dimodifikasi untuk perubahan perilaku
• Perilaku kesehatan dapat dilihat sebagai fungsi dari pengaruh bersama (collective influence)
ketiga factor perilaku.
• Perilaku merupakan fenomena multidimensi
• Perencanaan perubahan perilaku harus memperhatikan ketiga factor tersebut, untuk selanjutnya
dapat dilihat factor mana yang lebih “responsive” bagi pendidikan kesehatan
FASE 4: EDUCATIONAL &
ORGANIZATIONAL DIAGNOSIS
• Determinan perilaku yang bisa mempengaruhi status kesehatan seseorang atau masyarakat
dapat dilihat dari:
1. Faktor predisposisi (predisposing factor)
• Faktor anteseden terhadap perilaku yang memberikan alasan atau motivasi untuk berperilaku
• Mencakup dimensi kognitif dan afektif untuk mengetahui, merasakan, percaya, menghargai dan
memiliki rasa percaya diri atau rasa (sense) atau keampuhan (efficacy)
• Seperti, pengetahuan, sikap, persepsi, kepercayaan, nilai, norma yang diyakini seseorang
FASE 4: EDUCATIONAL &
ORGANIZATIONAL DIAGNOSIS
2. Faktor pemungkin (enabling factor)
• Yaitu factor lingkungan yang memfasilitasi perilaku seseorang
• Faktor antesenden terhadap perilaku yang memungkinkan adanya motivasi atau inspirasi untuk
direalisasikan, meliputi: keterampilan, sumber daya
o Ketersediaan sumber/layanan kesehatan
o Aksesibilitas terhadap sumber/layanan kesehatan
o Prioritas masyarakat / pemerintah,
o Undang-undang
o Keterampilan terkait kesehatan
FASE 4: EDUCATIONAL &
ORGANIZATIONAL DIAGNOSIS
3. Faktor penguat (reinforcing factor)
• Faktor subsequent untuk berperilaku yang memberikan keuntungan, insentif atau hukuman yang
terus berlanjut untuk sebuah perilaku dan berkontribusi terhadap ketekunan atau
kepunahannya.
• Mencakup dukungan sosial, pengaruh teman sebaya, saran dan umpan balik oleh penyedia
layanan kesehatan, konsekuensi fisik: keluarga, teman sebaya, guru, pengusaha , Petugas
kesehatan, tokoh masyarakat, pengambil keputusan yang dapat mendorong orang untuk
berperilaku
TIGA LANGKAH DASAR DIAGNOSIS
PENDIDIKAN
• Tahap proses menyeleksi faktor dan mengatur program:
a. Identifikasi dan menetapkan faktor-faktor menjadi 3 kategori
Mengidentifikasi penyebab-penyebab perilaku dan dipilah-pilah sesuai dengan 3 kategori yang ada: predisposing,
enabling, reinforcing factors.
Metode:
1) Formal
Literatur, Checklist dan kuesioner,
2) Informal
Brainstorming, Normal group process (NGP),
b. Menetapkan prioritas antara kategori
Menetapkan faktor mana yang menjadi obyek intervensi, dan seberapa penting dari ke-3 faktor yang ada.
c. Menetapkan prioritas dalam kategori
PERTIMBANGAN:
• Important: dapat diperkirakan dengan menilai prevalensi, penting, kedekatan dan kebutuhan
menurut logika, pengalaman, data dan teori
• Immediacy: seberapa penting
• Necessity: mungkin prevalensi rendah, tapi masih harus dimunculkan perubahan lingkungan
dan perilaku yang terjadi
• Changeability: dapat diperoleh dari melihat hasil dari program sebelumnya, literatur dan
menurut teori pada tahap adopsi dan difusi inovasi mudah untuk diubah/tidak.

Menulis dan menetapkan tujuan pembelajaran dan tujuan


organisasi yang akan dicapai melalui upaya pengembangan
organisasi dan sumber daya
FASE 5: ADMINISTRATIVE AND
POLICY DIAGNOSIS
Pada fase ini dilakukan analisis kebijakan, sumber daya
dan peraturan yang berlaku yang dapat memfasilitasi
atau menghambat pengembangan program promosi
kesehatan
FASE 5: ADMINISTRATIVE AND
POLICY DIAGNOSIS
Administrative diagnosis
1. Penilaian sumber daya yang dibutuhkan
Menilai atau memperkirakan sumber daya yang dibutuhkan program
berdasarkan metode dan strategi pendidikan yang diusulkan.
2. Penilaian terhadap ketersediaan sumber daya yang ada di organisasi dan
masyarakat.
3. Mengidentifikasi factor penghambat dalam implementasi program.
Tahap diagnosa administrasi, antara lain:
1) Menilai kebutuhan sumber daya
a) Time
b) Personnel
c) Budget
2) Menilai ketersediaan sumber daya
a) Personnel
b) Budgetary contraints (keterbatasan budget)
3) Menilai penghambat implementasi
a) Staff commitment and attitude
b) Goal conflict
c) Rate of change
d) Familiarity
e) Complexity
f) Space
g) Community barriers
FASE 5: ADMINISTRATIVE AND
POLICY DIAGNOSIS
Policy Diagnosis
• Policy: Mengacu pada seperangkat tujuan dan peraturan yang memandu kegiatan organisasi atau
administrasi
• Regulation: Mengacu pada tindakan implementasi kebijakan dan penegakan peraturan atau
undang-undang
• Organization: Mengacu pada tindakan memimpin dan mengkoordinasikan sumber daya yang
diperlukan untuk mengimplementasikan suatu program
Policy diagnosis
1) Menilai dukungan politik
2) Dukungan regulasi atau peraturan
3) Dukungan sistem didalam organisasi
4) Hambatan yang ada dalam pelaksanaan program
5) Dukungan yang memudahkan pelaksanaan program

 Pada diagnosis kebijakan dilakukan identifikasi terhadap dukungan dan hambatan politis,
peraturan dan organisasional yang memfasilitasi program dan pengembangan lingkungan yang
dapat mendukung kegiatan masyarakat yang kondusif bagi kesehatan
• Tahapan
Step 1. Penilaian kebijakan, regulasi dan organisasi
Meliputi:
a) Issue of loyality
b) Consistency
c) Flexibility
d) Administrative of professional direction

Step 2. Penilaian kekuatan politik


Meliputi:
a) Level of analysis
b) The zero-sum game
c) System approach
d) Exchange theory
e) Power equalization approach
f) Power educative approach
g) Conflict approach
h) Advocacy and education and community development
BEBERAPA HAL YANG DAPAT DILAKUKAN DALAM
PERMASALAHAN SUMBER DAYA (TIME, PERSONEL,
BUDGET)
1. Mengidentifikasi dan mencari komitmen paruh waktu dari personil dari departemen lain di dalam
organisasi
2. Melatih personil di dalam departemen Anda, untuk melakukan tugas di luar lingkup tanggung jawab
mereka yang biasa dilakukan
3. Mengeksplorasi potensi untuk merekrut relawan dari masyarakat
4. Menggali potensi kooperatif dengan agensi atau organisasi di masyarakat
5. Mengembangkan grand proposal untuk memperoleh pendanaan, pendanaan sebagian atau dana
yang sesuai lembaga pemerintah, yayasan atau donator
6. Mengajukan permohonan langsung ke publik untuk donasi
7. Harga layanan pada tingkat biaya pemulihan, biaya akan dikenakan pada beberapa atau semua
pengguna layanan
8. If none of them, lakukan pembenaran untuk mengejar perubahan kebijakan dalam organisasi
PRECEDE

MUJI SULISTYOWATI
Departemen PKIP FKM UNAIR
KERANGKA PRECEDE/ PROCEED
LAWRENCE GREEN
PRECEDE (Predisposing, Reinforcing and Enabling Constructs in Educational Diagnosis and Evaluation)

Phase 5 Phase 4 Phase 3 Phase 2 Phase 1


Administrative Educational and Behavioral and Epidemiological Social
and Policy Organizational Environment Diagnosis Diagnosis
Diagnosis Diagnosis Diagnosis
Predisposing
HEALTH Factors
PROMOTION

Health
Behavior
Education Reinforcing
Factors and Lifestyle

Quality
Health
Policy and
Regulation of Life
Organization Enabling
Factors Environment

Phase 8 Phase 9
Phase 6 Phase 7
Implementation Impact Outcome
Process Evaluation
Evaluation Evaluation

PROCEED (Policy, Regulation, Organization, Construct in Education, Environment Development)


DIAGNOSIS SOSIAL
Definisi

• Assessing Quality of Life Concerns


Social Needs Assessment/ Social reconnaissance
• The process of determining people’s perceptions
of their own needs or quality of life, and their
aspirations for the common good, through broad
participation and the application of multiple
information-gathering activities designed to
expand understanding of the community.
• Community participation merupakan konsep
dasar dalam social diagnosis, dan telah
menjadi prinsip dasar dalam upaya promosi
kesehatan dan pengembangan masyarakat
• multiple information-gathering, berarti bahwa
diagnosis sosial dilakukan dengan
mengumpulkan beberapa indikator dan data
yang berasal dari berbagai sumber
• expand understanding, berarti adanya
perhatian dari lintas bidang :sosial, ekonomi,
budaya dan lingkungan
“Quality of Life”

• Dapatkah “Quality of Life” diukur ?


• Pendekatan yang dipakai :
– Objective assessment/ Social Indicators :
• Unemployment rates; air quality; housing, etc
– Subjective assessments :
• Menggunakan informasi yang didapat dari masyarakat/
populasi
• Keuntungan : sudut pandang masalah/ situasi dari
masyarakat
• Cara : survey.
Identifikasi
• Beberapa strategi untuk mengidentifikasi
masalah sosial :
– Studi literature
– Key informant interviews
– Community forums
– Nominal Group Process
– The Delphi Method
– The Continuum Approach
– Data Publik
– Focus Group discusion (FGD)
• To conduct an effective social diagnosis : one
must apply the principle of participation and
ensure the active involvement of the people
who will be affected by the program being
planned.
Indikator Dx Sosial
• Kesejahteraan
• Kemiskinan
• Angka Melek Huruf
• Tingkat Pengangguran
• Tingkat kriminalitas
• Tingkat pendidikan
• Pendapatan/ pekerjaan
• Saluran komunikasi
• Budaya (yang dianut dan masih diterapkan)`dll
Hubungan antara “Health” dan
“Social Problems” :

• A Reciprocal Relationship
Social policy/
Social service interventions

Health Social Conditions


Quality of Life

Health Policy
Health Interventions
DIAGNOSIS
EPIDEMIOLOGI
Tujuan Dx Epidemiologi
• Mengidentifikasi masalah kesehatan yang
penting untuk dipecahkan, secara obyektif
• faktor perilaku dan lingkungan yang
mempengaruhi terjadinya masalah kesehatan
tersebut
ASSESSING THE IMPORTANCE OF HEALTH
PROBLEMS
• It helps to establish the relative importance of
various health problems in the target population
as a whole and in population subgroups
• It provides a basis for setting program priorities
among the various health problems and
subgroups
• It aids in the allocation of responsibilities among
collaborating professionals, agencies and
departments
• The purpose is to identify the known risk factors
for the priority health problems
Two Approaches in
Epidemiological Diagnosis :
 REDUCTIONIST APPROACH
– Works from a broad social problem toward an
assessment of the health components that contribute
causally to that problem
– The reductionist approach can be used in
epidemiological assessment when the social problem
has been identified, but the causes of the problem
have not been clearly delineated.
 EXPANSIONIST APPROACH
– Starts from a specified health problem and works to
the larger social context within which that particular
problem occur
Langkah dalam melakukan diagnosis Epidemiologi

DIAGNOSIS DIAGNOSIS EPIDEMIOLOGI


SOSIAL :
Pendekatan
Keadaan
Reduksi :
perumahan
• gizi buruk
jelek
• penyakit infeksi
• diare

Pendekatan Health Problem


Ekspansi:
Prioritas
Diare, terjadi pada
sasaran dengan masalah
karakteristik sosial kesehatan
yang bagaimana ? dengan variabel
sosial
• Kelompok usia
• Pendidikan
• Penghasilan
• lokasi HEALTH
OBJECTIVES:
Who ?
What ?
How much ?
By when ?
go to.. Behavioral &
Environmental diagnosis

Three ways that behavior can influence health :


1. through physical and social environmental
causes
2. through health care (environmental) causes
3. directly
Tiga Cara Perilaku Mempengaruhi
Kesehatan

Physical & social environment

directly
Behavior Health
Health care environmental
DIAGNOSIS PERILAKU &
LINGKUNGAN
• Dalam PRECEDE : masalah perilaku adalah
perilaku yang diyakini menyebabkan masalah
kesehatan pada individu yang akan menjadi
sasaran intervensi program promosi kesehatan
• Tugas utama dalam diagnosis perilaku adalah
menegakkan hubungan kausal antara perilaku
dan kesehatan
• Behavioral Diagnosis (Behavioral Assessment)
is a systematic analysis of the behavioral links to the
goals or problems that were identified in the
epidemiological or social diagnoses.
5 Steps in Behavioral Diagnosis
1. Step 1 :
• Separating Behavioral and non-behavioral causes of the
health problem

2. Step 2 :
• Developing an inventory of Behaviors
2a. Preventive behaviors :
– identify the behaviors associated with promoting health,
preventing the health problem, or controlling the
sequelae of the health problem
2b. Treatment behaviors :
– identify and list sequentially the actions or treatment
procedures for the health goal or problem
3. Step 3:
• Rating Behaviors in Terms of Importance
• Perilaku harus dianggap PENTING, bila :
– Data yang tersedia jelas menghubungkan perilaku
dengan masalah kesehatan (clearly linked to the
health problem)
– Perilaku tersebut sering terjadi (occurs frequently)
– Secara teori dan literature review, perilaku
tersebut sangat berhubungan dengan masalah
kesehatan
4. Step 4 :
• Rating Behaviors in Terms of Changeability
• Kemungkinan perilaku dapat BERUBAH, bila :
– Masih dalam tahap perkembangan
– Tidak terikat terhadap pola budaya/ gaya
hidup
– Berhasil dirubah oleh program sebelumnya
• Selanjutnya disusun tabel :
Penting Tidak/ Kurang
Penting
Dapat Prioritas tinggi Prioritas rendah
Berubah untuk fokus kecuali untuk
program memperlihatkan
(1) perubahan demi
maksud politik
(3)

Tidak/ Prioritas untuk Tidak ada program


kurang program inovatif (4)
dapat evaluasi sangat
Berubah penting
(2)
5. Step 5 :
• Menentukan Target/ Tujuan Perilaku
• Merumuskan TUJUAN PERILAKU (Behavioral
Objectives):
– WHO
– WHAT
– HOW MUCH
– WHEN
• Environmental Diagnosis
– is a parallel analysis of factors in the social and
physical environment, that could be causally
linked to the behavior that was identified in the
behavioral diagnosis, or directly to the outcomes
of interest.
• PENYEBAB NON-PERILAKU adalah berbagai
faktor perorangan dan lingkungan yang dapat
menimbulkan masalah kesehatan tapi tidak
dikendalikan oleh perilaku populasi sasaran
• Tahapan sama dengan Behavioral diagnosis
EDUCATIONAL & ORGANIZATIONAL
DIAGNOSIS
DIAGNOSIS PENDIDIKAN (educational diagnosis)
• Digunakan untuk mengawali proses perubahan
perilaku
• Menyeleksi faktor-faktor perilaku yang dapat
dimodifikasi untuk perubahan perilaku
• Perilaku kesehatan dapat dilihat sebagai fungsi
dari pengaruh bersama (collective influence)
ketiga faktor perilaku (perilaku merupakan
fenomena multidimensi)
• Perencanaan perubahan perilaku harus
memperhatikan ketiga faktor tersebut, untuk
selanjutnya dapat dilihat faktor mana yang lebih
“responsive” bagi promosi kesehatan
PREDISPOSING FACTORS

• Factors antecedent to behavior that provide


the rationale or motivation for the behavior.
• They include the cognitive and affective
dimensions of knowing, feeling, believing,
valuing and having self-confidence or sense or
efficacy.
ENABLING FACTORS :
• Factors antecedent to behavior that allow a
motivation or aspiration to be realized,
include : skills, resources,
– Availability of health resources.
– Accessibility of health resources
– Community/government priority, laws
– Health related skills
REINFORCING FACTORS

• Factors subsequent to behavior that provide


the continuing reward, incentive or
punishment for a behavior and contribute to
its persistence or extinction, thus include
social support, peer influences, advice and
feedback by health-care providers, physical
consequences : Family, Peers, Teachers,
Employers, Health providers, community
leaders, Decision makers
THREE BASIC STEPS ON EDUCATIONAL
DIAGNOSIS :
1. Identifying and sorting factors into the three categories
with informal or formal methods
2. Setting priorities among categories
3. Establishing priorities within the categories based on :
1. importance : can be estimated by judging prevalence,
immediacy, and necessity according to logic, experience, data
and theory
2. changeability : can be gained from looking at the results of
previous programs; literature; and according to a theory on
stages in adoption and diffusion of innovations

4. Writing
a. “LEARNING OBJECTIVES”  for predisposing factors
b. “ORGANIZATIONAL OBJECTIVE”  for enabling and
reinforcing x
ADMINISTRATIF & POLICY DIAGNOSIS
• An analysis of the policies, resources, and
circumstances prevailing in the organizational
situation that could facilitate or hinder the
development of the health promotion
program.
Tahapan
1. Assesment of resources needed
1. to assess the resources required by the
proposed educational methods and strategies
2. including : TIME, PERSONNEL, BUDGET

2. Assesment of available resources


- including : TIME, PERSONNEL, BUDGET

3. Assessment of barriers to implementation


• Policy :
– refers to the set of objectives and rules guiding the
activities of an organization or an administration

• Regulation :
– refers to the act of implementing policies and
enforcing rules or laws

• Organization :
– refers to the act of marshalling and coordinating the
resources necessary to implement a program
Tahapan

• Step 1. Assessment of policies, regulations,


and organization

• Step 2. Assessment of political forces


Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam
permasalahan sumber daya (time, personnel, budget) :
1. Identify and seek part-time commitments from personnel from
other department within organizations
2. Retrain personnel within your depart. to take on tasks outside
their usual scope of responsibility
3. Explore the potential for recruitment of volunteers from the
community
4. Explore the potential for cooperative with agency or organization
in community
5. Develop a grant proposal for funding, partial funding or matched
funding by a government agency, foundation or donor
6. Appeal directly to public for donations
7. Price the service at a cost-recovery level of fees to be charged
some or all users of the services
8. If none of them, justify to pursue policy changes in organization
Pustaka :
• Green & Kreuter, 1991, Health Promotion Planning :
An Educational and Environmental Approach, 2nd
Ed., Mayfield Publishing Company, page: 44-82
KOMUNIKASI RISIKO

muji-s@fkm.unair.ac.id
mujisulistyowati@gmail.com
D e f
• RISIKO adalah bahaya, akibat atau konsekuensi yang dapat
terjadi akibat sebuah proses yang sedang berlangsung atau
kejadian yang akan datang
• Biasa dikenal dalam pengelolaan perusahaan, bisnis, asuransi →
manajemen risiko

i n i s i
• Berkembang dalam penanganan bencana dan kesehatan
masyarakat
• Komunikasi risiko pada dasarnya merupakan bagian dari
rangkaian proses meminimalkan risiko, yang terdiri dari tiga
komponen, yaitu Persepsi risiko, manajemen risiko dan
komunikasi risiko
PERSEPSI MANAJEMEN KOMUNIKASI
RISIKO RISIKO RISIKO
proses penentuan
proses penyusunan dan pertukaran informasi
penerapan kebijakan dan opini secara timbal
faktor-faktor dan dengan
tingkat risiko balik dalam
mempertimbangkan pelaksanaan
berdasarkan data- data masukan dari bebagai
ilmiah manajemen risiko
pihak untuk melindungi
masyarakat dari risiko
KOMUNIKASI RISIKO
• proses pertukaran informasi secara
terus- menerus, baik langsung dan
tidak langsung dengan pemberitaan
yang benar dan bertanggung jawab
yang terbuka dan interaktif atau
berulang di antara individu, kelompok
atau lembaga
TUJUAN KOMUNIKASI RISIKO
• Membantu masyarakat atau komunitas yang terkena atau akan terkena
dampak, memahami bahaya yang mungkin terjadi
• Meningkatkan peran serta masyarakat dengan mensiapsiagakan masyarakat
• Sebagai landasan umum pengambilan keputusan dan penetapan kegiatan
kesiapsiagaan
• Prosedur penyelenggaraan kegiatan komunikasi risiko
• Upaya menggalang kemitraan dalam menghadapi KLB/Wabah
• Mengembangkan pesan-pesan KLB/Wabah
Inti komunikasi risiko adalah penyebaran
informasi
• Secara langsung • Melalui media
SASARAN KOMRIS
PRIMER SEKUNDER TERSIER
individu, kelompok atau
individu, kelompok atau
organisasi yang
individu, kelompok atau mempengaruhi perubahan
organisasi yang memiliki
masyarakat yang kewenangan untuk membuat
perilaku sasaran primer:kader,
diharapkan akan kebijakan dan keputusan dalam
tokoh masyarakat, tokoh
berubah perilakunya. : pelaksanaan penanggulangan
agama, petugas kesehatan,
yang termasuk dalam sasaran
semua anggota petugas pemerintah,
tersier adalah para pejabat
masyarakat yang organisasi profesi, organisasi
eksekutif, legislatif, penyandang
berisiko tertular kepemudaan, organisasi
dana, pimpinan media massa
keagamaan, LSM
STRATEGI KOMUNIKASI RISIKO
PERENCA
NAAN

PENDAPAT
& SIKAP KEPERCA
MASYARA YAAN
KAT

PEMBERI
TRANSPA
TAHUAN
RANSI
PERTAMA
TUGAS KELOMPOK
• Bagaimana komunikasi risiko terkait pencegahan penularan COVID-19 di
daerah Saudara? Diskusikan
• Apa yang sebaiknya dilakukan oleh pejabat berwenang di daerah Saudara
dalam melakukan komunikasi risiko terkait pencegahan penularan COVID-
19? Jelaskan
• Jawaban di upload di AULA (hebat.elearning) paling lambat Rabu tgl 22 Sept
2021 pkl 09.00 WIB
• Upload tugas kelompok hanya dilakukan oleh Ketua Kelompok.
Social Ecological Models
● nyoman.fkmua@gmail.com

Fall 2006
Socio-ecological
model of health
behavior
Fall 2006
The socio-ecological
● The socio-ecological approach emphasizes
that health promotion should focus not only on
intrapersonal behavioral factors but also on
the multiple-level factors that influence the
specific behavior in question.

● The socio-ecological model thus focuses on


the interrelationships between individuals and
the social, physical and policy environment
[18].
Fall 2006
How can we begin to
understand all of the
factors that influence
health?

🡺
Ecological
Model
Fall 2006
Individual

Interpersonal

Institutions

Community

Fall 2006 Population/Policy


What is an Ecological Perspective?

A framework that enables us to consider the


influence of
individual and environmental
factors on health & health-related behaviors

Fall 2006
Why the ecological framework?
● Health & health problems are complex

● Health problems are influenced by multiple


variables

● These variables interact with each other

● Multiple levels are relevant for understanding


& changing:
– Human behavior
– Complex environments

Fall 2006
By focusing on factors beyond the
individual, we are…
● Less likely to ‘blame the victim’

● More likely to address the underlying


determinants of health & health behavior

Fall 2006
By focusing on factors beyond the
individual, we are…
● Better able to see where action is needed

Upstream action
vs.
Downstream approaches

What do we mean by up/down stream


approaches?

Fall 2006
Ecological Framework helps us with…

● Problem analysis

● Intervention design

● Intervention evaluation

Fall 2006
Problem analysis
Public Health Problem Determinants

🡺🡺🡺🡺

Population
Community
Organizational
Interpersonal
Individual
Fall 2006
Individual

Interpersonal

Institutions

Community

Fall 2006 Population/Policy


Fall 2006
Fall 2006
Fall 2006
https://www.healthyteennetwork.org/wp-content/uploads/2015/0
6/TipSheet_IncreasingOurImpactUsingSocial-EcologicalApproa
ch.pdfTipSheet_IncreasingOurImpactUsingSocial-EcologicalAp
proach.pdf

Fall 2006
Fall 2006
Fall 2006
https://www.cdc.gov/violenceprevention/publichealthissue/social-ecol
ogicalmodel.html

Fall 2006
Intervention Design

● Prevent or ameliorate existing problems


(Mencegah atau memperbaiki problem yang
ada)

Fall 2006
Intervention Design
● Interventions, at their best are…
– Intended to Identify & shape solutions
🡺 Identifikasi dan tentukan solusi
● Specifying goals, objectives, activities
🡺 Tentukan tujuan umum, khusus dan aktivitas
– Theory-based
– Designed by multi-disciplinary teams
– Targeted at multiple levels
– Able to maintain a broad (ecological) scope

Fall 2006
Individual

Interpersonal

Institutions

Community

Fall 2006 Population/Policy


Youth Smoking Determinants
🡺🡺🡺🡺
Population/Policy
Lack of law enforcement for selling to minors
Community
Positive attitudes toward smoking
Organizational
Easy availability of cigarettes at stores
Interpersonal
Popular kids smoke/parents smoke
Individual
Lack skills/self-efficacy to ‘just say no’
Fall 2006
Individual Level Interventions
● Target of change 🡺 Individual Person

● Focus on characteristics of the individual


– E.g., knowledge, attitudes, skills, beliefs…

Fall 2006
Gugus Tugas : ada 141 cluster di Jatim (Kompas.
15-07-2020)

● Banyak Orang Tanpa Gejala

Fall 2006
Individual Level Interventions

What type of
individual level
What types of strategies intervention would
might we use at this be useful in
level? youth tobacco
prevention?

Fall 2006
Interpersonal Level Interventions
● Target of change 🡺 Social influences
– E.g., family, work group, friendship networks…

● Focus on nature of social relationships


– E.g., social norms, access to diverse & supportive
networks/influences

Fall 2006
Interpersonal Level Interventions

What type of
interpersonal level
What types of strategies intervention would
might we use at this be useful in youth
level? tobacco
prevention?

Fall 2006
Organizational Level Interventions
● Target of change 🡺 Organization/Institution
– E.g., worksites, schools, agencies, churches…

● Focus on organizational culture


– E.g., norms, rules & regulations, incentives &
benefits, structures

Fall 2006
Organizational Level Interventions

What type of
organizational
What types of strategies
level intervention
might we use at this
would be useful
level?
in youth tobacco
prevention?

Fall 2006
Community Level Interventions
● Target of change 🡺 Social environment

● Focus on community norms, values,


attitudes, & power structures

Fall 2006
Community Level Interventions

What type of
community
What types of strategies level
might we use at this intervention
level? would be useful
in youth
tobacco
prevention?

Fall 2006
Population Level Interventions
● Target of change 🡺 Local, state, & national
laws & policies

● Focus on government regulations & other


regulatory processes, procedures, or laws to
protect health

Fall 2006
Population Level Interventions

What type of
population level
What types of strategies intervention would
might we use at this be useful in youth
level? tobacco
prevention?

Fall 2006
What types of health issues or health
behaviors lend themselves to using
the social-ecological model?

Are there any issues that don’t?

Fall 2006
Strategies
● At the individual level, only behavior change
communication is used.

● At the interpersonal level.


Behavior change communication and social
change communication are both used

Fall 2006
Strategies
(https://courses.lumenlearning.com/suny-buffalo-environmentalhealth/
chapter/core-principles-of-the-ecological-model/

● At the community level, social change


communication is utilized.

● At the organizational level, Social


mobilization is used

● At the policy/enabling environment level


Advocacy is utilized
Mansour Faqih (2007; 1) advokasi adalah usaha sistematis dan
terorganisir untuk mempengaruhi dan mendesakkan terjadinya
perubahan dalam kebijakan publik secara bertahap-maju
(incremental)
Fall 2006
Challenges to ecological interventions
● A lot of work – involving several sectors of society

● Difficult to evaluate change at environmental level

● Challenge to translate interest in change into social norms


and public policy
– Powerful norms are hard to change
– Budget cuts – so difficult to undertake wide-range interventions
– Difficult to get certain health issues on public policy agenda

● Still, it’s being done!


E.g., nutrition guidelines, tobacco, fitness, elder transportation

Fall 2006
So…
● The ecological framework emphasizes:
– Relationships among behaviors, socio-political
structures & health

– Applying this framework allows us to:


● Determine & describe public health problems
● Move beyond solely focusing on (& blaming) the
‘individual’
● Assess multi-level determinants of health & how to
address them
● Design, implement, & evaluate interventions

Fall 2006
● Behavior change communication, social
change communication, social mobilization,
and advocacy are the strategies often used
as behavior modification techniques.

Fall 2006
PENDEKATAN
SISTEM
Ratna Dwi Wulandari
PENDEKATAN SISTEM

INPUT PROSES OUTPUT OUTCOME IMPACT

ALAT ORGANISASI TUJUAN ORGANISASI

PENYEBAB MASALAH MASALAH


Contoh:
INPUT PROSES OUTPUT

SDM:
a. Pengetahuan
b. Ketrampilan
Proses pelayanan
Peralatan: (medis dan non
a. Kelengkapan alat medis): Rendahnya
b. Kecanggihan alat - Reliability tingkat hunian
- Assurance kelas VIP DI RS
Metode: “X” th 2003
- Tangible
a. Sistem pembagian tugas (43%)
b. SOP (medis dan non - Empathy
medis) - Responsiveness

Anggaran:
a. Kecukupan dana
operasional
b. Kemudahan penggunaan
dana
Perencanaan & Evaluasi Program Kesehatan:
Analisis Situasi
Nuzulul Kusuma Putri, S.KM., M.Kes.
Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Airlangga
nuzululkusuma@fkm.unair.ac.id
Informasi yang dibutuhkan

Kondisi Masyarakat Kondisi Organisasi Kondisi Stakeholder

Community Health Need Organizational Assesment Stakeholder analysis


Assesment

1. Masalah Kesehatan yang 1. Kinerja organisasi 1. Siapa saja yang menjadi


dihadapi (kebutuhan) 2. Kapasitas organisasi stakeholder
2. Kemampuan dan potensi 3. Motivasi organisasi 2. Kekuatan yang dimiliki oleh
masyarakat untuk mengatasi 4. Lingkungan yang stakeholder pada program
masalah kesehatan mempengaruhi organisasi 3. Interest yang ditunjukkan
oleh stakeholder pada
program
Community health need assessment
Beberapa pertanyaan yang penting untuk terjawab:
1. Apa karakteristik kunci dari masyarakat?
2. Bagaimana status Kesehatan masyarakat?
3. Apa local factors yang mempengaruhi Kesehatan masyarakat dan apa akibat
yang muncul (baik maupun buruk)?
4. Apa program Kesehatan yang sudah ada saat ini?
5. Bagaimana masyarakat memandang kebutuhan kesehatannya?
6. Bagaimana dukungan pemerintah terhadap masalah Kesehatan tersebut?
Apa karakteristik kunci dari masyarakat?
1. Geografi: Seberapa luas cakupan masyarakat yang akan dianalisis?
2. Jumlah penduduk
3. Distribusi umur
4. Distribusi gender
5. Etnis dan agama
6. Tren populasi
7. Bahasa dan literasi
Bagaimana status Kesehatan masyarakat?
• Apa saja ukuran-ukuran Kesehatan yang dapat digunakan untuk
menggambarkan status Kesehatan masyarakat
• Misalnya:
• Mortality & morbidity rate
• AKI dan AKB
• Angka harapan hidup
• Indeks Pembangunan Kesehatan Masyrakat (IPKM)
• Dll.
Pada Permenkes No. 44 Tahun 2016, data kinerja dan
status kesehatan masyarakat diperoleh dari Sistem
Informasi Puskesmas
Apa local factors yang mempengaruhi Kesehatan masyarakat dan apa
akibat yang muncul (baik maupun buruk)?

• Pekerjaan
• Kemiskinan dan pendapatan
• Lingkungan tempat tinggal dan bekerja
• Social cohesion
• Destabilizing factors - resesi ekonomi, pandemi, konflik daerah, dll.
• Sumber daya
• Dll.
Untuk membuat alur pikir yang sistematis tentang
kondisi ini Anda dapat menggunakan alur berpikir
pada setiap pendekatan yang Anda gunakan
Apa program Kesehatan yang sudah ada saat
ini?
• Apa saja program Kesehatan yang sudah ada?
• Bagaimana efektivitas program tersebut?
• Apa saja kendala pelaksanaan program yang sudah ada?
Bagaimana masyarakat memandang
kebutuhan kesehatannya?
Untuk mengetahui bagaimana masyarakat memandang kebutuhannya,
beberapa cara dapat dilakukan:
• Berinteraksi dengan tokoh masyarakat
• Pandangan para ahli
• Survei Pada Permenkes No. 44 Tahun 2016, dijelaskan tentang SURVEI MAWAS

• Dll. DIRI/COMMUNITY SELF SURVEY (SMD/CSS) 🡪 Instrumen


SMD/CSS disusun Puskesmas sesuai masalah yang dihadapi dan masalah yang akan
ditanggulangi Puskesmas

Dalam menyusun instrument pengambilan data ini gunakan kerangka berpikir yang
disediakan oleh setiap pendekatan
CONTOH
Masalah yang akan dianalisis
• Rendahnya cakupan ASI eksklusif di Kab….(hanya ….% dari target
80%) pada tahun …
Beberapa pertanyaan yang penting untuk terjawab:
1. Apa karakteristik kunci dari masyarakat?
2. Bagaimana status Kesehatan masyarakat?
3. Apa local factors yang mempengaruhi Kesehatan masyarakat dan apa
akibat yang muncul (baik maupun buruk)?
4. Apa program Kesehatan yang sudah ada saat ini?
5. Bagaimana masyarakat memandang kebutuhan kesehatannya?
6. Bagaimana dukungan pemerintah terhadap masalah Kesehatan tersebut?
Variabel Tujuan Cara pengumpulan data Indikator pengukuran

INDIVIDUAL

- Knowledge Mengetahui pengetahuan Survei kepada ibu yang Pengertian


ibu tentang ASI ekslusif memiliki bayi kurang dari Manfaat
6 bulan Cara pemberian
- Attitude

- Skill

INTERPERSONAL

- Dukungan keluarga Mengetahui dukungan Survei kepada orang 13 skala yang digunakan
yang diberikan oleh orang tua/mertua dari ibu dalam Family Support
tua/mertua dari ibu dalam Scale (Uddin & Bhuiyan,
memberikan ASI eksklusif 2019)
- Dukungan rekan kerja
Variabel Tujuan Cara pengumpulan data Indikator pengukuran

ORGANIZATIONAL

- Pelaksanaan IMD Mengetahui bagaimana Data sekunder tentang Jumlah persalinan


pelaksanaan IMD yang IMD Jumlah IMD yang sudah
dilakukan oleh fasilitas dilakukan
Kesehatan yang melayani
persalinan
COMMUNITY

- Dukungan organisasi Mengetahui dukungan FGD dengan tokoh agama Mengetahui dukungan
agama dalam program ASI yang selama ini telah yang sudah diberikan
eksklusif diberikan dan potensi Mengetahui potensi
dukungan oleh kelompok dukungan di masa depan
keagamaan terhadap
kesuksesan program
PUBLIC POLICY
Kuesioner pengetahuan
Indikator Pengukuran Pertanyaan
Pengertian ASI eksklusif Mana pertanyaan yang benar tentang ASI eksklusif?
a. Bayi usia kurang dari 6 bulan boleh diberikan air
Menurut pustaka: saat ia nampak haus
“ASI eksklusif sumber asupan nutrisi bagi bayi baru b. Bayi usia kurang dari 6 bulan boleh diberikan
lahir, yang mana sifat ASI (Air Susu Ibu) bersifat makanan cair
eksklusif sebab pemberiannya berlaku pada bayi c. Bayi kurang dari 6 bulan hanya boleh diberi ASI
berusia 0 bulan sampai 6 bulan.” saja
Manfaat Menurut ibu mana yang merupakan manfaat ASI
eksklusif: (berikan tanda centang)
Menurut pustaka: - Mencegah terserang penyakit pada anak
- Mencegah terserang penyakit pada anak - Membantu perkembangan otak pada anak
- Membantu perkembangan otak pada anak - Mencegah kanker payudara
- Mencegah kanker payudara
Kuesioner yang diadaptasi dari instrument
Selain contoh tersebut, masih banyak contoh lain
dalam menyusun instrument pengumpulan data
GUNAKAN VARIABEL DAN INDIKATOR PENGUKURAN YANG TEPAT
NGT
DEFINISI NGT
Nominal Group Technique adalah
suatu metode yang dilaksanakan
melalui suatu forum pertemuan para
pelaksana program, dengan tujuan :
1. Identifikasi masalah dan penentuan
prioritas masalah
Atau
2. Pemilihan alternatif pemecahan
masalah dan penentuan prioritasnya
Kapan metode NGT
digunakan ?

apabila tidak tersedia data


kuantitatif yang cukup, sehingga
perlu dilakukan forum pertemuan
dengan para pelaksana program
dan kelompok atau tim yang
bertanggung jawab dalam proses
perencanaan, untuk melakukan
pembahasan mendalam.
LANGKAH-LANGKAH NGT
• Persiapan :
– Persiapan gugus tugas : pimpinan & notulen
(yang bertugas sebagai pencatat, petugas skrt
– Persiapan ruangan
– Persiapan sarana dan prasarana
• Penentuan peserta
• Penyiapan data (bahan NGT)
• Tahapan inti pelaksanaan NGT
Penjelasan Pimpinan NGT
• Bahwa peserta bergabung dalam kelompok NGT
karena kemampuan mereka untuk menganalisis
dan menyelesaikan suatu masalah
• Pimpinan NGT perlu menjelaskan peranan para
peserta, bahwa dalam pertemuan tersebut mereka
memiliki fungsi dan status yang sama,
• Menekankan pentingnya tugas kelompok
• Menekankan pentingnya sumbangan pikiran tiap
peserta
• Penjelasan tahapan inti pelaksanaan NGT
Tahapan Inti Pelaksanaan NGT
1. Menuliskan masalah atau pemecahan masalahnya,
sesuai dengan tujuan forum, tanpa diskusi atau tanya
jawab (Silent Generation of ideas in writing)
2. Membuat daftar (list) hasil dari aktifitas no. 1 pada
lembar flipchart (Round-Robin Listing of Ideas on
Flipchart)
3. Mendiskusikan hasil dari aktifitas no. 2 (Serial
Discussion of Ideas)
4. Membuat daftar dan pra penentuan prioritas (Silent
Listing and Ranking of Priorities / Preliminary Vote)
5. Mendiskusikan hasil aktifitas no. 4 (Discussion of
Vote)
6. Penentuan prioritas atas dasar hasil aktifitas no. 5
Tahap 1 - Silent Generation of
Ideas in Writing
• Bagikan lembar kertas atau kartu ukuran 10 x 15
pada setiap peserta (masing-masing 5 lembar).
• Tuliskan masalah atau pemecahan masalah,
sebanyak-banyaknya pada kertas yang dibagikan
tersebut dalam waktu 10 menit
• Tuliskan masalah atau pemecahan masalah dalam
kalimat yang singkat (pendek) dan jelas
• Bekerjalah sendiri dengan tenang dan bebas tanpa
saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya
Tahap 2 - Recorded Round Robin
Procedure
1. Setiap peserta membacakan ide no. 1 yang sudah di tulis.
2. Petugas mencatat ide di flipchart
3. Bagi peserta yang mendapat kesempatan menyampaikan
ide, tetapi ide yang disampaikan sudah disampaikan oleh
peserta sebelumnya, maka katakan PAS, kemudian
dilanjutkan dengan peserta berikutnya.
4. Hindarkan terjadinya diskusi atau interupsi dari ide yang
ditulis.
5. Anda dipersilahkan untuk mengacungkan tangan apabila
ada duplikasi ide.
6. Lakukan proses ini (1-3) hingga semua ide tercatat di
flipchart
Tahap - 3 Serial Discussion of
Ideas
• Merupakan kesempatan bagi Anda dan
peserta lain untuk mendiskusikan ide-ide
yang telah ditulis pada flipchart atau papan
tulis atau white board
• Proses ini dilakukan untuk klarifikasi atau
penjelasan ide, bukan untuk adu
argumentasi
• Ada kemungkinan terjadi pengurangan ide
Tahap 4 - Voting Priority
1. Tulis semua ide pada tahap – 3
2. Setiap peserta memilih + 5 ide yang paling
penting, untuk ditulis di kartu
3. Buat tabel tally, buat rangking untuk tiap-tiap ide
4. Daftar atau list masalah hasil tabel tally
berdasarkan No. urut masalahnya. Daftar
masalah inilah yang akan diprioritaskan oleh
masing-masing peserta
Lanjutan Tahap – 4………….

• Lakukan ranking dari ide yang dipilih pada


kegiatan di atas menurut urutan prioritas,
dengan tahapan sebagai berikut :
– Tahap 1 : Ide yang paling penting diberi nilai
tertinggi 5 dan ide yang paling tidak penting diberi
nilai terendah 1.
– Tahap 2 : Sisa ide yang masih ada 3 buah, pilih
yang terpenting dan beri nilai 4, kemudian yang
paling tidak penting beri nilai 2.
– Tahap 3 : Sisa ide masih 1 buah. Beri ide tersebut
nilai 3
Lanjutan Tahap – 4 ………

Setelah Anda selesai melakukan


skoring, serahkan kepada
pemimpin NGT untuk dilakukan
skoring secara keseluruhan
Contoh Rekapitulasi Ranking &
Skoring Keseluruhan

NO. TOTAL
SKOR RANGKING
MASALAH SKOR
1 3.1 3 5
3 2. 3.4 24 2
5 2. 2.5 20 3
8 4. 5. 5. 100 1
11 4. 3 12 4
Tahap – 5 Discussion of Vote
• Diskusikan lagi urutan prioritas masalah yang
dihasilkan dari tahap 4, untuk mendapatkan
komentar dan masukan guna mencapai
kesepakatan bersama.
• Apabila masih ada yang kurang puas, maka tahap
4 bisa diulang kembali. Apabila urutan prioritas
sudah disepakati, maka proses NGT selesai dan
hasil kesepakatan tersebut menjadi keputusan
final.
Tahap – 6 Silent Rerank and Rate
of Priorities

• Langkah ini merupakan langkah cadangan


yang dipergunakan apabila hasil tahap 4
masih belum ada kesepakatan.
• Menetapkan urutan prioritas pada langkah
ini adalah final.
Kelebihan NGT

• Mendapatkan banyak ide baru


• Ide yang didapat benar-benar merupakan
kenyataan yang ada di lapangan
Kekurangan NGT

Membutuhkan biaya
yang cukup tinggi
dan waktu yang
relatif lama
Thankyou
Metaplan dan walking seminar
Oleh
Sri Adiningsih
FKM Universitas Airlangga
metaplan
• Pengertian : kegiatan diskusi untuk menggali ide atau
pendapat masyarakat tentang suatu masalah atau
solusi masalah secara individu dan membangun
komitmen pendapat atas hasil individu tersebut
sebagai keputusan kelompok secara bertahap
• Terdapat 1 orang fasilitator ( fasilitasi jalannya FGD), 1
orang co fasilitator, 2 orang notulis ( data sekunder dan
menyusun laporan), 1 orang dokumentasi , dan
bertanggung jawab keseluruhan materi untuk walking
seminar.
• Peserta diskusi dapat terdiri 8-12 orang
Tehnik metaplan
• Setiap orang peserta dalam kelompok berhak menulis
ide/pendapat .
• Ide yang keluar dari otak merupakan suatu pemikiran, ditulis
satu ide satu kartu kertas yang berbentuk segi empat.
• Dalam diskusi terjadi curah pendapat (brain storming) adalah
penting, karena setiap ide bebas disampaikan tanpa diadili
kebenaran atau kesalahan.
• Kemudian semua kartu dikumpulkan ke fasilitator dan
ditempel pada papan tulis yang dialasi oleh kertas coklat.
• Saat itu ide mulai diproses sehingga menghasilkan temuan
metaplan . Caranya Kartu disusun sesuai kategori
ide/pendapat yang sama dan hasilnya menunjukkan suatu
temuan baru yang tidak disadari merupakan hasil kelompok
bukan ide satu orang.
Kertas metaplan

Kertas metaplan berisi tulisan/ide peserta


Satu ide satu kertas
(indicator Tak ada kata penghubung “DAN, ATAU”
Seluruh kertas tulisan dikumpul dipasang dalan kelompok
Tiap kelompok berisi SATU IDE dan pesetujuan peserta
Youtube/5IKMs2ucwng
metaplan

Ko FASILITATOR

PESERTA minimal 8 org maximal 12 org

Notulis

FASILITATOR

Papan/tembok untuk lekat metaplan

Pendamping anak
Keunggulan :
• Mampu menggali pendapat individu. Hak individu sama dalam
mengemukakan pendapat tanpa takut karena memakai media
tulisan tanpa nama.
• Mampu membangun kesepakatan tanpa bentrok kepentingan.
• Peserta tidak homogen
• Merupakan media pembelajaran dewasa
• Perbandingan keunggulan metaplan dibanding dengan fokus grup
diskusi (FGD) adalah : fasilitator dalam FGD harus mampu
mendengarkan suara kecil atau yang pelan yang biasanya
disuarakan oleh seorang yang merasa ragu atau direndahkan
kedudukan atau kemampuannya dibanding peserta lain. Sedangkan
metaplan semua pendapat dapat ditangkap oleh fasilitator melalui
media tulis tanpa memberikan identitats penulis.
• Dapat dipakai untuk menggali solusi permasalahan bukan hanya
bidang kesehatan.
• Dapat dipakai untuk kelompok usia mulai 8 tahun
FASILITATOR
• Moto : fasilitator bukan penceramah, tetapi hanya
sebagai pemandu agar tujuan suatu pertemuan dapat
diarahkan sesuai goal.
• Fasilitator adalah seorang yang mampu mengajak
semua peserta diskusi dapat mengeluarkan pendapat
dan membentuk komitmen masyarakat untuk suatu
masalah dan upaya memecahkan masalah secara
partisipatif.
• Fasilitator harus mampu mendengar, menyampaikan
kembali suara yang didengar kemasyarakat tanpa
memasukkan pengaruh keilmuan dan kekuatan yang
dimiliki untuk suatu pendapat yang dilontarkan oleh
peserta diskusi. Kemampuan ini diperlukan untuk
menyusun bottom-up planning
Prosedur pelaksanaan metaplan
1. Persiapan kelompok : pembagian kerja, penjabaran konsep menjadi
pertanyaan diskusi
2. Pengenalan problema kepada peserta metaplan. Bisa dengan ICE BREAKING
3. Menggali pendapat peserta. Pendapat peserta secara bebas ditulis pada
kertas bentuk segi empat (meta) sesuai dengan tujuan metaplan. Tujuan
metaplan dapat hanya untuk kebenaran masalah, menggali akar masalah atau
mencari solusi masalah dari pendapat peserta. Dalam curah pendapat (brain
storming) adalah penting dimana setiap ide bebas disampaikan tanpa diadili
kebenaran atau kesalahan.
• Kemudian semua kartu dikumpulkan dan ditempel pada papan tulis yang
dialasi dengan kertas coklat.

4. Pengelompokan pendapat. Saat itu ide mulai diproses. Kartu disusun sesuai
kategori dan hasilnya menunjukkan temuan baru yang tidak disadari oleh satu
orang. Diskusikan setiap jawaban untuk membangun komitmen antar peserta.
Apabila terdapat suatu jawaban yang berbeda atau berlawanan kembalikan
solusinya kepada peserta, apakah jawaban tersebut masuk salah satu kategori
atau masuk kategori baru atau dibuang dari jawaban
5. Mengatur alur pikir dalam tahapan metaplan Diskusikan setiap langkah untuk
membangun komitmen antar peserta.
apa yang dilakukan seorang fasilitator ?
• Perkenalan : untuk menghilangkan kesan formal maka
dilakukan permainan dalam pengenalan
masing-masing peserta.
• Buat perjanjian aturan main dalam diskusi. Misal gak
boleh nyalakan Hp, atau berbicara dengan keras ,
ngrumpi dll sesuai yang diinginkan semua peserta.
• Melontarkan pertanyaan dan minta peserta menjawab
tanpa diskusi dengan peserta disebelahnya. Jangan
berikan ceramah menyangkut penjelasan dari kunci
jawaban. Lakukan penjelasan untuk menulis apa yang
dirasakan, dilihat atau pengalaman mereka.
• Minta jawaban peserta ditulis pada kertas yang
dibagikan. Ingat satu jawaban satu kertas. Hal ini
karena setiap satu jawaban mempunyai nilai, sehingga
jangan diperbolehkan menulis dua jawaban pada satu
kertas. Seperti tulisan yang menyatakan kata.... dan,
atau...
apa yang dilakukan seorang fasilitator ?
• Atur semua jawaban yang sama dalam satu alur
pada lembar kertas, papan, atau dinding , kaca
jendela yang diperbolehkan.
• Minta peserta membaca alur jawaban.
• Tanyakan komitmen peserta tentang semua
jawaban apakah semua peserta setuju atau
sependapat. Apabila ada yang tidak setuju maka
kembalikan solusinya kepada peserta, apakah
jawaban tersebut masuk salah satu kategori atau
masuk kategori baru atau dibuang dari jawaban.
• Setelah selesai ucapkan kata penutup kepada
peserta.
• Kumpulkan semua data dalam alur metaplan
untuk disajikan dalam walking seminar di kelas.
Walking seminar

Mading hasil METAPLAN


Walking Seminar
• Seminar yang berlangsung dengan diskusi secara aktif
setelah semua peserta dalam kelompok membaca
materi bahasan yang tersaji di dinding ruang seminar
(walking). Sekilas seperti mading tetapi merupakan
laporan hasil kegiatan metaplan mahasiswa.
• Seminar ini merupakan kelanjutan dari tugas
metaplan sebagai bentuk sajian laporan untuk diskusi
kelompok dikelas. Peserta duduk bersama dalam
kelompok.
• Sesuai dengan tata cara seminar, maka diskusi juga
dipandu oleh seorang moderator, tetapi beda dengan
seminar klasik karena materi sajian materi juga baru
dibaca saat pelaksanaan tersebut.
• Kegiatan in diakhiri dengan testimoni proses metaplan
sampai tahap walking seminar
Diskusi walking seminar
• Setelah berjalan dgn anggota kelompok untuk membaca
madding semua hasil metaplan dari kelompok lain, maka
diskusikan agar dapat menjadi lesson learn tentang
pertanyaan dalam metaplan dan hasil metaplan tsb,lkk,
• Masalah macam ide /pendapat apakah berasal dari peserta
bila jawaban metaplan berbeda dari teori/pengalaman
maka perlu ditanyakan bagaimana proses mendapat
jawaban tsb dan apa sudah dikonfirmasi alasan mengapa
ide tersebut tercetus dari peserta
• Bagaimana solusi yg diusulkan peserta apakah sesuai
dengan program /solusi yang didapat dari teori atau
kebijakan pemerintah, atau tidak sesuai dan apakah perlu
digali pengalaman atau menjadi usulan baru
Keuntungan dari walking seminar
• Latihan soft skill dalam hal melaksanakan
seminar yakni kejujuran, kesopanan,
ketajaman membaca masalah kesehatan
masyarakat.
• Terjadi diskusi interaktif dalam kelompok
yang dapat berlangsung dalam satu periode
waktu. Jumlah kelompok penyaji dapat 8-10
kelompok
• Dosen dapat memonitor kejadian metaplan.
melalui sesi testimoni fasilitator yang
merupakan tahap penutup walking seminar.
Perkuliahan daring
• Metaplan dilaksanakan secara daring (Zoom)
Jawaban diketik kolom Chat dan dicopy fasilitator di
jamboard. Penggolongan jawaban dg warna sama (
dikasih info berapa peserta yg menjawab sama).
Rekaman Hasil metaplan diupload di youtube lengkap
sesuai urutan pelaksanaan
• Tim pelaksana sama terdiri dari fasilitator dan
kofasilitator (selalu tampak ) penulis atau host akan
tampak diawal video. Peserta minimal 8 orang,
maximal 12 orang. Peserta diundang oleh
masing-masing petugas tampak aktif di youtube saat
diskusi
• Walking seminar menjadi watching seminar dari hasil
metaplan yang upload di youtube . Setiap kelompok
memberikan respon dalam diskusi tentang hasil
metaplan kelompok lainnya dipandu moderator
seminar
Tugas metaplan :
contoh topic diskusi
Masalah kurang Gizi pada balita
• Menggali faktor penyebab tingginya gizi
buruk dari sudut pandang masyarakat,
• Menggali upaya yang telah dilakukan oleh
masyarakat dalam upaya menurunkan Gizi
Buruk, dari pendapat masyarakat
• Menggali macam upaya yang telah
dilakukan oleh pemerintah dalam upaya
menurunkan Gizi buruk baik dari pendapat
masyarakat
Persiapan metaplan

• Tentukan judul
• Susun daftar pertanyaan diskusi (what, why, how),
bukan pertanyaan yg jawabnya hanya yes/no
• Sesuaikan dgn Judul konsep pendekatan yg
ditugaskan agar semua data dapat dipakai untuk
tugas penyusunan program intervensi yang lengkap
• Pelaksanaan metaplan : siapa target peserta,
berapa orang, kapan dilaksanakan, siapa
penanggung jawab data, penyusun laporan,
• Laporan terdiri : latarbelakang, tujuan, hasil ( dari
metaplan), pembahasan ( diskusi saat walking
seminar dari judul sejenis atao pendekatan sejenis
serta terhadap macam teori /program yang telah
berjalan, kesimpulan dan saran
Looks youtube Metaplan
PENENTUAN PRIORITAS MASALAH
DENGAN METODE CARL
2. Penentuan Prioritas Masalah Dengan
Metode CARL

DEFINISI CARL

Merupakan suatu cara untuk menentukan prioritas


masalah jika data yang tersedia adalah data
kualitatif. Dilakukan dengan menentukan skor atas
kriteria tertentu, yaitu Capability, Accessability,
Readiness dan Leverage (CARL), semakin besar skor
maka semakin besar masalahnya, sehingga semakin
tinggi letaknya pada urutan prioritas
Kapan metode CARL digunakan ?

Metode CARL digunakan apabila pelaksana program


masih mempunyai keterbatasan (belum siap) dalam
menyelesaikan masalah. Penggunaan metode ini
menekankan pada kemampuan pelaksana program.
LANGKAH-LANGKAH CARL

A. Persiapan

1. PERSIAPAN GUGUS TUGAS


Susunan petugas :
1. Pimpinan CARL
2. Petugas Pencatat pada Filpchart
3. Petugas skoring dan ranking

2. PERSIAPAN RUANG PERTEMUAN


3. PERSIAPAN SARANA ATAU PERALATAN
B. PESERTA CARL
Tentukan siapa saja orang yang akan diundang
atau dilibatkan dalam pertemuan untuk
melaksanakan CARL

Jumlah peserta : 4 – 7 orang

C. DATA
D. PROSES DINAMIKA KELOMPOK
Langkah inti pelaksanaan CARL
1. Pemberian skor pada masing-masing
masalah dan perhitungan hasilnya

a. Tulis atau daftarlah masalah yang didapat


dari kegiatan analisis situasi.
b. Tentukan skor atau nilai yang akan
diberikan pada tiap masalah berdasarkan
kesepakatan bersama

Lanjut …..
Lanjutan …..

Misal : Telah disepakati bersama skor atau nilai


yang diberikan adalah 1-5, dengan ketentuan
sebagai berikut :
Nilai 1 = sangat tidak menjadi masalah
Nilai 2 = tidak menjadi masalah
Nilai 3 = cukup menjadi masalah
Nilai 4 = sangat menjadi masalah
Nilai 5 = sangat menjadi masalah (mutlak)

c. Berikan skor atau nilai untuk setiap alternatif


masalah berdasarkan kriteria CARL (Capability
atau kemampuan, Accessability atau Kemudahan,
Readiness atau kesiapan, Leverage atau Daya
Ungkit)
Contoh Tampilan :

Skor Hasil
No. Masalah Ranking
C A R L CxAxRxL

1 Mutu pelayanan rendah 4 5 4 5 400 1

2 Perilaku PHBS rendah 3 3 3 3 81 3

3 Perhatian keluarga pada bumil rendah 4 4 3 3 144 2


2. Menentukan prioritas berdasarkan hasil
rangking
Urutkan masalah menurut prioritasnya,
berdasarkan hasil yang telah diperoleh pada
langkah 2.

Misal : Dari contoh tampilan pada langkah 2, maka


prioritas masalahnya adalah sebagai berikut :
1. Rendahnya mutu pelayanan BP
2. Perhatian keluarga pada bumil rendah
3. Perilaku PHBS rendah
V    
 

|  |  


          

       
 

 



V 
   
  
    

—     
   


    

 
 
 
  
  

    
     


 
  
     
›

È   
     
  




!
  


È 
   
    
     

      
    
     
 
     
 

   




r Prevalensi masalah (besarnya masalah)


r Kegawatan (emergency)
r Expanding scope
r Perhatian masyarakat
r Kelayakan administrasi (administrative feasibility)
r Political will
|
 
         


  


 
V 


 
!       
  

     V!
V 

    "  
|!      #  
# " 
    $

! " 

È 
       
%    
   
  



 
  

    
 
   
   
  


      
 





! "   
   
      
  

 $
 

È  $
 
   

  

     $  &  
 
   
       ' (



 $
   
  

  "         
 
   
      



)!   

 
  
Y(   

È 
   
       

     
 
! 
  

È |
    
    

 
  

     
 
        
 
 
  
! 
$

È #  


  
 
 "
  
( 



È |
 
 
  
 


    


Kriteria Besar Kegawatan Perhatian Nilai Rangking


masalah masyarakat Komposit
(b)
Masalah (a) (c) (axbxc)
Gizi
Diare
TBC
Influenza
AIDS
DHF
  

È #
   
  

  
 

   

 
È !
  
     
 
È !
  
  *+,
A *
   
 
 
A -  
A . 
A / 
A + 
 
  
 
°     

Kriteria Besar Kegawatan Perhatian Nilai Rangking
masalah masyarakat Komposit
(b)
Masalah (a) (c) (axbxc)
Gizi 3 3 2 18 III
Diare 4 4 3 48 I
TBC 2 4 1 8 IV
Influenza 4 1 1 4 VI
AIDS 1 5 1 5 V
DHF 1 5 4 20 II
#  
    

È 
      ,
A  

A /,
A ., 
A -,
A *, 


È 
 ,
A 

 
A 


A 
 

A 

  


È  
         


   
    

È 0  

   
  
  

 
È  
         
  
    
   


  
 
Penentuan Prioritas
Masalah dengan
Metode HANLON

Ratna Dwi Wulandari


DEFINISI HANLON

Merupakan suatu cara untuk menentukan


prioritas masalah dengan menggunakan 4
kelompok kriteria, yaitu: magnitude atau
besarnya masalah,
emergency atau kegawatan masalah,
causability atau kemudahan
penanggulangan masalah dan
faktor yang menentukan dapat tidaknya
program dilaksanakan atau PEARL faktor.
Dari setiap kelompok kriteria diperoleh nilai dengan jalan
melakukan skoring dengan skala tertentu, kemudian
hasilnya dimasukkan ke dalam rumus atau formula untuk
memperoleh hasil akhir.

Makin tinggi nilainya, makin penting masalah yang


bersangkutan.
Kapan metode HANLON
digunakan ?
Metode HANLON digunakan apabila
pelaksana program masih mempunyai
keterbatasan (belum siap) dalam
menyelesaikan masalah. Penggunaan
metode ini menekankan pada
kemampuan pelaksana program.
LANGKAH-LANGKAH
MELAKSANAKAN METODE HANLON
a. Persiapan
Persiapan yang perlu dilakukan antara lain :
1. Persiapan gugus tugas
2. Persiapan ruang pertemuan
3. Persiapan sarana atau peralatan

b. Peserta
Jumlah peserta : 7 - 10 orang

c. Data
Data yang harus disediakan dalam pelaksanaan HANLON antara
lain :
1. Hasil analisis situasi
2. Informasi sumber daya yang dimiliki
3. Dokumen kebijakan yang berlaku

d. Proses dinamika kelompok


Langkah inti pelaksanaan
HANLON
LANGKAH 1: Penentuan faktor penentu besarnya masalah
Tetapkan kelompok kriteria I : “Besarnya Masalah (Magnitude)”

a. Rumuskan faktor apa saja yang digunakan untuk menentukan


besarnya masalah, misalnya:
1. Besarnya persentase penduduk yang menderita
langsung karena penyakit atau masalah kesehatan
tersebut.
2. Besarnya pengeluaran biaya yang diperlukan per orang
rata-rata per bulan untuk mengatasi masalah tersebut
3. Besarnya kerugian lain-lain yang diderita
b. tentukan nilai untuk masing-masing faktor
c. tetapkan nilai dari faktor masalah, berdasarkan kriteria I, dan
hitung nilai total serta rata-ratanya
Misalnya :

Nilai % penduduk yang Pengeluaran Biaya Kerugian lain-lain


menderita penyakit

10 26-30 Rp 2000.000 Rp 5.000.000


8 21-25 Rp 1.010.000-Rp 1.500.000 Rp 4.000.000
6 16-20 Rp 760.000-Rp 1.000.000 Rp 2.010.000-Rp 3.000.000
4 11-15 Rp 410.000-Rp 500.000 Rp 1.010.000-Rp 2.000.000
2 6-10 Rp 110.000-Rp 250.000 Rp 510.000-Rp 1.000.000
1 <5 Rp 100.000 <Rp 500.000
Masalah % bagian/unit Pengeluaran Kerugian
yang terkena Biaya lain-lain
dampaknya
AC ruangan banyak
yang mati 17 Rp 800.000 Rp 1.500.000
Air kran sering macet 24 Rp 120.000 Rp 2.500.000
Listrik sering mati
tiba-tiba 30 Rp 450.000 Rp 3.000.000
Dari contoh di atas, maka nilai masing-masing masalah adalah sebagai berikut :

Masalah Nilai Nilai Nilai Total Rata-r


% unit yang Pengelu Kerugian ata
terkena aran lain-lain
dampak Biaya
AC ruangan sering mati 6 6 4 16 5,35
Kran sering macet 8 8 6 22 7,33
LIstrik sering mati 10 4 6 20 6,66

Catatan : angka rata-rata yang diperoleh akan dipergunakan untuk


menghitung NPD (Nilai Prioritas Dasar) pada rumus atau
formula akhir
LANGKAH 2 : Penentuan faktor penentu
kegawatan masalah

Tentukan kelompok kriteria II : “Kegawatan masalah /


emergency”

Langkah ini berbeda dengan langkah pertama yang banyak


menggunakan data kuantitatif untuk menentukan nilai.
Menentukan tingkat kegawatan lebih bersifat subyektif.
Pada langkah ini kelompok menentukan tingkat kegawatan,
misalnya melihat faktor seperti :
❖ tingkat urgensi
❖ tingkat kecenderungannya
❖ tingkat keparahannya

Berdasarkan faktor kegawatan yang telah ditentukan,


selanjutnya tentukan nilai dengan skala 1-10. Makin tinggi nilai
makin menjadi masalah.
Contoh

Masalah Tingkat Tingkat Kecenderu Total Rata-r


Keganasa Urgensi ngan ata
n masalah
AC ruangan mati 6 9 5 20 6,6
Kran sering macet 3 7 7 17 5,6
Listrik sering mati 7 6 3 16 5,3

Catatan : angka rata-rata yang diperoleh akan dipergunakan untuk


menghitung NPD (Nilai Prioritas Dasar) pada rumus atau formula
akhir.
LANGKAH 3 : Penentuan faktor penentu
kemudahan penanggulangan masalah
Tentukan kelompok kriteria III : “Kemudahan Penanggulangan
Masalah”

Berikan nilai antara 1-5 berdasarkan perkiraan kemudahan


penanggulangan masing-masing masalah.
Angka 1 berarti bahwa masalah tersebut sulit ditanggulangi dan
angka 5 berarti bahwa masalah tersebut mudah dipecahkan.
Tim perencana menentukan kriteria berdasarkan kemampuan
dan tersedianya sumber daya untuk menyelesaikan masalah
tersebut
1-Amat sulit
2-Sulit
3-Cukup sulit/cukup mudah
4-Mudah
5-Sangat mudah

Sulit dipecahkan 1 2 3 4 5 sangat mudah


pemecahannya
Contoh :
Hasil konsensus yang dicapai pada langkah ini memberikan
nilai rata-rata sebagai berikut :

Rata-rata
Masalah A : 3 + 2 + 4 + 3 + 2 + 4 =18 = 3,00
6 6
Masalah B : 2 + 2 + 3 + 2 + 2 + 3 =14 = 2,33
6 6
Masalah C : 3 + 4 + 5 + 3 + 3 + 5 =23 = 3,83
6 6
Catatan : angka rata-rata yang diperoleh akan dipergunakan
untuk menghitung NPD (Nilai Prioritas Dasar) pada rumus
atau formula akhir.
LANGKAH 4 : Penentuan PEARL
faktor

Tentukan kelompok kriteria IV : “PEARL faktor”


Kelompok kriteria IV terdiri dari beberapa faktor
yang saling menentukan dapat tidaknya suatu
program dilaksanakan, antara lain :
P : Kesesuaian (Approproateness)
E : Murah secara ekonomi (Economic
feasibility)
A : Dapat diterima (Accepability)
R : Tersedianya sumber daya (Resources)
L : Legalitas terjamin (Legality)
Uji setiap masalah dengan faktor PEARL.
Jawaban atas kriteria di atas hanya 2 yaitu : “ya” atau
“tidak”
Jawaban “ya” milainya 1 dan “tidak” nilainya 0.
Dengan cara aklamasi atau voting, maka tiap faktor
dapat diperoleh angka 1 atau 0 untuk setiap masalah.

Dengan mengalikan angka dalam kolom PEARL,


diperoleh nilai PEARL.
Contoh

Masalah P E A R L PxExAxRxL

AC mati 1 1 1 1 1 1
Kran macet 1 1 1 1 1 1
Listrik mati 1 0 1 0 1 0
LANGKAH 5 : Memasukkan nilai yang diperoleh
pada rumus atau formula NPD dan NPT

Masukkan nilai yang telah diperoleh pada


kelompok kriteria I, II, III dan IV pada
rumus atau formula berikut :

NPD (Nilai Prioritas Dasar) = (I + II) x III


NPT (Nilai Prioritas Total) = (I + II) x III x IV
Contoh
Hasil langkah 1 :
nilai masalah AC = 5,35
nilai masalah kran= 7,33
nilai masalah listrik = 6,66
Hasil langkah 2 :
nilai masalah AC = 6,6
nilai masalah kran = 5,6
nilai masalah listrik = 5,3
Hasil langkah 3 :
nilai masalah AC = 3,00
nilai masalah kran = 2,33
nilai masalah listrik = 3,83
Hasil langkah 4 :
nilai masalah AC = 1
nilai masalah kran =1
nilai masalah listrik =0
NPD Masalah A = (5,35 + 6,6) x 3,00 = 35,85

NPD Masalah B = (7,33 + 5,6) x 2,33 = 30,13

NPD Masalah C = (6,66 + 5,3) x 3,83 = 45,81


Lakukan perhitungan NPT (Nilai Prioritas Total)
dari tiap-tiap masalah

Masalah NPD PEARL NPT Rangking


( I + II ) x III IV ( I + II ) x III x
IV
AC mati 35,85 1 35,85 1
Kran macet 30,13 1 30,13 2
Listrik mati 45,81 0 0 3
Jadi urutan masalah yang diperoleh dari hasil perhitungan rumus atau
formula akhir adalah :
Masalah AC (A)
Masalah kran (B)
Masalah listrik (C)

Catatan : Meskipun pada awalnya NPD dari masalah C adalah yang


paling tinggi, namun karena nilai PEARL faktornya 0, maka
NPT-nya menjadi 0 (nol) ini berarti meskipun masalah C
penting untuk diselesaikan, namun tidak ada sumber daya dan
dana yang cukup untuk melaksanakannya (berdasarkan
contoh di atas).
Kelebihan dan kekurangan
penggunaan metode HANLON
Kelebihan :
▪ Sangat baik dipakai untuk menentukan prioritas
masalah atau pemecahan masalah, karena
prosesnya yang melewati tahap-tahap penilaian
yang ketat berdasarkan kelompok kriteria yang
dipakai
▪ Hasilnya akan sangat memuaskan bila faktor
penentu kriterianya ditetapkan secara benar.
Kekurangan :
▪ Memerlukan waktu yan relatif lebih lama, karena
banyaknya tahap penilaian yang dilakukan
▪ Memerlukan tenaga dan biaya yang relatif lebih
besar, karena diperlukan data kuantitatif yang tepat
seagai bahan faktor penentu kriteria yang dipakai,
selain juga data kualitatif.
Alur Kegiatan Perencanaan
- ANALISIS KEBUTUHAN
DATA PRIMER - FISHBONE
DATA SEKUNDER ANALISIS SITUASI - POHON MASALAH
- ANALISIS MASALAH
- ANALISIS PENYEBAB
MODUL-2/3 - BLUM
- ANALISIS KEMAMPUAN

MENYUSUN SKALA - USG


- SKALA PRIORITAS
- CARL
PRIORITAS - HANLON PENYEBAB MASALAH
- MCUA
MODUL--4

MENYUSUN - FGD
ALTERNATIF - NGT - PRIORITAS ALTERNATIF
- BRAINSTR PENYELESAIAN
PENYELESAIAN - DISKO
MASALAH
MODUL-5

- FGD
MENENTUKAN - NGT
- BERDASAR PRIORITAS
ALTERNATIF
TUJUAN - BRAINSTR
- TERUKUR & SPESIFIK
- DISKO
(SMART)
MODUL-5

MENYUSUN POA - PERENCANAAN KEGIATAN


- LOKAKARYA
SETIAP TUJUAN - PEDJAWALAN
- PENGANGGARAN
MODUL-5

MERENCANAKAN
- INDIKATOR KEBERHASILAN PROGRAM
KEGIATAN EVALUASI
Penentuan prioritas masalah

Penting

karena sumberdaya (6M1T: Man/tenaga,


Money/dana atau uang, Material/bahan,
Methode/teknik, Mechine/alat,
Market/pasar dan Time/waktu) bidang
kesehatan yang terbatas, sedangkan
problema yang harus ditanggulangi sangat
banyak dan kompleks.
Ada beberapa metode :
1. Teknik skoring
2. Teknik non skoring.
TEKNIK SKORING

Teknik skoring dapat digunakan


apabila tersedia data kuantitatif
(data yang dapat terukur dan
dapat dinyatakan dengan angka)
yang lengkap dan cukup.
Yang termasuk teknik skoring
antara lain :

1. USG (Urgency ,Seriousness, Growth)


2. CARL (Capability ,Accessability ,Readiness
Leverage)
3. MCUA (Multiple Criteria Utility Assesment)
4. ITR (Importancy, Technical Feasibility,
Resources Avaiabily )
5. HANLON
1. Penentuan Prioritas Masalah
Dengan Metode USG
DEFINISI USG
Metode USG merupakan cara dalam
menetapkan urutan prioritas, dengan
memperhatikan urgensinya, keseriusannya
dan adanya kemungkinan berkembangnya
masalah
1. Urgency (urgensi), yaitu dilihat dari
tersedianya waktu, mendesak atau tidak
masalah tersebut diselesaikan
2. Seriousness (keseriusan), yaitu
melihat dampak masalah tersebut
terhadap produktifitas kerja,
pengaruh terhadap keberhasilan,
membahayakan sistem atau tidak,
dan sebagainya
3. Growth (berkembangnya masalah),
yaitu apakah masalah tersebut
berkembang sedemikian rupa
sehingga sulit dicegah
KAPAN METODE USG DIGUNAKAN ?

Metode USG digunakan apabila pihak


perencana telah siap mengatasi
masalah yang ada, sehingga yang
dipentingkan adalah aspek yang ada di
masyarakat dan aspek masalahnya itu
sendiri
LANGKAH-LANGKAH USG

A. Persiapan yang perlu dilakukan antara lain :

1. PERSIAPAN GUGUS TUGAS


Susunan petugas :
1. Pimpinan USG
2. Petugas Pencatat pada Filpchart
3. Petugas skoring dan ranking
2. PERSIAPAN RUANG PERTEMUAN
3. PERSIAPAN SARANA ATAU PERALATAN
B. PESERTA
Tentukan siapa saja orang yang akan
diundang atau dilibatkan dalam
pertemuan untuk melaksanakan USG
Jumlah peserta : 4 – 7 orang

C. DATA YANG DIBUTUHKAN


• Hasil analisis situasi
• Data sumberdaya yang dimiliki

D. PROSES DINAMIKA KELOMPOK


Tujuan pertemuan yang berorientasi pada
masalah dan pemecahan masalah
Langkah inti pelaksanaan USG
1. Penyusunan daftar masalah
a. Setiap peserta pertemuan diminta mengemukakan
masalah bagian yang diwakilinya
b. Pimpinan USG menginstruksikan kepada petugas
pencatat untuk mencatat setiap masalah yang
dikemukakan di lembar flipchart atau papan tulis atau
white board

LEMBAR FLIPCHART
Misal :
Nama anggota Unit/Bagian Masalah yang dikemukakan
Ahmad Bina Program Perilaku PHBS masyarakat rendah (A)
Rina Umum Mutu pelayanan BP rendah (B)
Anto Upakes Perhatian keluarga pada bumil rendah (C)
Sinta … … (D)
Willy … … (E)
2. Klarifikasi Masalah

a. Lakukan klarifikasi masalah yang telah


diidentifikasi dalam rangka
menentukan prioritas masalah
b. Setiap anggota dimintai penjelasan
(klarifikasi) maksud dari masalah yang
dikemukakannya.
c. Setelah diklarifikasi, maka tulis
masalah hasil dari klarifikasi tersebut
DAFTAR MASALAH SETELAH
KLARIFIKASI

Setelah klarifikasi ternyata masalah yang


diperoleh adalah sebagai berikut :

Nama anggota Unit/Bagian Masalah yang dikemukakan


…………….. ………… .………………
…………….. ………… .………………
…………….. ………… .………………
…………….. ………… .………………
3. Membandingkan antar Masalah

a. Bandingkan masalah yang diperoleh,


sebagai contoh masalah A sampai E
menurut kriteria Urgensi (Urgency),
Keseriusan (Seriousness) dan
Kemungkinan Berkembangnya masalah
(Growth)
b. Tulis frekwensi kemunculan tiap masalah
setelah diperbandingkan, frekwensi ini
dianggap sebagai nilai atau skor masalah.
Kemudian jumlahkan skor yang diperoleh
tiap masalah berdasarkan kriteria
Urgency, Seriousness dan Growth
Misal :

Aspek Urgency Aspek Seriousness Aspek Growth


A/B=B A/B=B A/B=B
A/C=A A/C=A A/C=A
A/D=A A/D=A A/D=A
A/E=A A/E=A A/E=A
B/C=B B/C=B B/C=B
B/D=B B/D=B B/D=B
B/E=E B/E=E B/E=B
C/D=D C/D=D C/D=D
C/E=E C/E=E C/E=E
D/E=E D/E=E D/E=E
LEMBAR FLIPCHART

Diperoleh hasil perbandingan sebagai berikut :


Aspek Urgency Aspek Seriousness Aspek Growth
A =3 A =3 A =3
B=3 B=3 B=4
C=0 C=0 C=0
D=1 D=1 D=1
E=3 E=3 E=2

Hasil Skoring
Masalah Urgency Seriousness Growth Total
A 3 3 3 9
B 3 3 4 10
C 0 0 0 0
D 1 1 1 3
E 3 3 2 8
4. Penyusunan Prioritas Masalah

Menyusun prioritas masalah berdasarkan


hasil langkah 3
Misalnya : Dari hasil langkah 3 pada
contoh, maka dapat disusun prioritas
masalah dengan urutan sebagai berikut :
1. Masalah B
2. Masalah A
3. Masalah E
4. Masalah D
5. Masalah C
D. ALUR PELAKSANAAN USG
Proses Dinamika Kelompok
PERSIAPAN PRAKATA DAFTAR SEMUA MASALAH YG ADA BANDINGKAN
a. PETUGAS OLEH MASALAH YG DIKLARIFIKASI MASALAH YG SATU
b. TEMPAT DIKEMUKA DAN DAFTAR
PIMPINAN DENGAN YG LAINNYA,
KAN PESERTA KEMBALI
c. SARANA USG HASILNYA TULIS MANA YANG
d. DATA LEBIH URGENT,
e. PESERTA Pembukaan SERIUS & PUNYA
KEMUNGKINAN UTK
Persiapan BERKEMBANG YG
TINGGI

TULIS FREKWENSI
BUAT URUTAN MASALAH JUMLAHKAN HASIL FREKWENSI MUNCULNYA TIAP MASALAH
(PRIORITAS) SESUAI JUMLAH YG MUNCUL BERDASARKAN SETELAH DIBANDINGKAN
TOTAL ANGKA YG DIPEROLEH ASPEK URGENCY + BERDASARKAN ASPEK
TIAP-TIAP MASALAH DARI YANG SERIOUSNESS + GROWTH URGENCY, SERIOUSNESS
TERBESAR HINGGA YG UTK TIAP-TIAP MASALAH & GROWTH PADA LANGKAH
TERKECIL SEBELUMNYA

Hasil Akhir Berupa


Urutan Prioritas Masalah
KELEBIHAN PENGGUNAAN METODE USG

1. Merupakan pandangan orang banyak


dengan kemampuan sama, sehingga
dapat dipertanggungjawabkan
2. Diyakini bahwa hasil prioritas dapat
memberikan obyektifitas
3. Bisa diidentifikasikan lebih lanjut apakah
masalah tersebut dapat diselesaikan
secara managable atau tidak
KEKURANGAN PENGGUNAAN METODE USG

1. Cara ini lebih banyak berdasarkan


asumsi dengan keterbatasan tertentu
yang melemahkan eksistensi
permasalahan
2. Jika asumsi yang disepakati lebih banyak
dengan keterbatasan, maka hasilnya
akan bersifat subyektif

Anda mungkin juga menyukai