Anda di halaman 1dari 21

IMPLEMETASI JIWA WIRAUSAHA KEPALA SEKOLAH

Joko Priyadi, S.Pd

Widyaiswara Pertama

LPPKS Indonesia Karanganyar

ABSTRAK

Kepala sekolah sebagai pengendali dalam penyelenggaraan pendidikan, baik yang berkaitan dengan
pengelolaan maupun dengan pembelajaran di sekolah. Dalam implementasi kewirausahaan kepala
sekolah berperan sebagai pemimpin, manajer, administrator dan supervisor, sedangkan dalam
pembelajaran kepala sekolah berperan sebagai edukator atau pembelajar, karena kepala sekolah
bertanggungjawab mengelola pendidikan juga melaksanakan tugas pembelajaran. Kepala sekolah
dalam meningkatkan mutu pembelajaran perlu mengedepankan nilai-nilai dalam kewirausahaan yang
berkaitan dengan penyelenggaraan pembelajaran yang diintegrasikan bersama ekstra-kurikuler. Cirri-
cirri kepala sekolah berjiwa wirausaha adalah inovatif, keberanian mengambil resiko, semangat,
integritas, budaya unggul, forward thingking, sadar waktu dan sarana, perencanaan dan pembiyaan,
indikator yang menandai pembelajaran bermutu berkaitan dengan input yaitu guru, tujuan pengajaran,
peserta didik dan alat/media pendidikan; proses serta output dan strategi yang dilakukan oleh kepala
sekolah dalam meningkatkan mutu pembelajaran meliputi peningkatan kemampuan mengajar guru,
optimalisasi penggunaan media dan sarana pendidikan, serta menjalin kerjasama dengan masyarakat,
orang tua siswa dan penerapan disiplin yang ketat

KATA KUNCI jiwa wirausaha meningkatkan mutu pembelajaaran

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala sekolah
menegaskan bahwa seorang kepala sekolah harus memiliki kompetensi kewirausahaan dari lima
dimensi kompetensi minimal yang harus dikuasai guna menunjang keprofesianya dalam melaksanakan
tugasnya.

Salah satu peran kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah dibutuhkan kepala
sekolah yang mampu mewujudkan kualitas siswa yang kreatif, inovatif, berpikir kritis, dan berjiwa
wirausaha (entrepreneurship). Dan yang tidak kalah penting adalah kepala sekolah dapat
mempengaruhi, menggerakkan, memberdayakan, mengembangkan dan membimbing, menjadi contoh
guru dalam peningkatan mutu pembelajaran di sekolah.

B. RUMUSAN MASALAH

Bagaimana cirri cirri kepala sekolah yang berjiwa wirausaha ?

Bagaimana mutu pembelajaran ?

Bagaimana implementasi jiwa wirausaha yang efektif disekolah ?

PEMBAHASAN

A. KOMPETENSI KEWIRAUSAHAAN KEPALA SEKOLAH

Sesuai dengan Permen 13 Tahun 2007 tetang standar kompetensi kepala sekolah dari dimensi
kompetensi kewirausahaan sebagai berikut:

Menciptakan inovasi yang berguna bagipengembangan sekolah/madrasah.


Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah/madrasah sebagai organisasi pembelajar yang
efektif.

Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai
pemimpin sekolah/madrasah.

Pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam menghadapi kendala yang dihadapi
sekolah/madrasah.

Memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan produksi/jasa sekolah/madrasah sebagai


sumber belajar peserta didik.

B. CIRI CIRI KEPALA SEKOLAH BERJIWA WIRAUSAHA

Dalam memulai suatu usaha kepala sekolah, umumnya setiap usaha mengalami banyak permasalahan
yang tidak terduga. Banyak kegagalan karena kurangnya kreativitas, kepemimpinan kepala sekolah dan
pembuatan keputusan yang tepat untuk mencari solusi yang baik. Kreativitas seperti, thinking outbox
atau kemampuan melakukan analisa permasalahan di luar pemahaman yang sudah ada dan mencari
alternative solusi yang kreatif akan sangat membantu usaha kepala sekolah untuk berhasil. Kreativitas
juga akan membantu Kepala sekolah untuk menyesuaikan program program agar diterima oleh steak
holder dan melihat berbagai peluang dalam program.

Kepemimpinan sangat penting di masa penentuan kbijakan untuk mengambil keputusan pada
sumberdaya dan semua orang yang terlibat dalam pelaksanaan program Kepala sekolah percaya bahwa
program akan berjalan sesuai apa yang diinginkan, Kepala sekolah yakin akan menjadi solusi atas semua
permasalahan dan menjadi panutan. Proses pembuatan keputusan akan membantu dalam mencari
alternatif solusi. Pemahaman atas aspek ini sengatlah penting dalam perkembangan program yang
dilaksanakan

Selain faktor kepemimpinan di atas, juga diperlukan adanya kepemilikan ciri-ciri seorang kepala sekolah
yang berjiwa wirausaha sebagai berikut

1. Optimistis

Ciri utama yang dimiliki kepala sekolah dengan jiwa wirausaha sikap optimis. Walaupun sukses belum
tentu terlihat tapi mereka optimis bahwa sukses dapat mereka raih dengan ketekunan dan kerja keras.
Optimism ini jugalah yang membuat mereka mampu bertahan dalam menghadapi berbagai kegagalan
atau pu hambatan dalam jalan menuju sukses.
2. Keberanian Mengambil Resiko

Ciri utama yang paling menonjol adalah keberanian mengambil risiko untuk memulai implementasi
program. Tanpa keberanian ini, tak ada usaha yang bisa terbentuk. Namun, tentu saja keberanian ini
bukanlah keberanian yang membabi buta, melainkan keberanian yang disetai dengan perhitungan yang
matang sebelum sebuah keputusan yang mengandung risiko diambil.

Contoh tindakan yang mereka ambil antara lain adalah keberanian meninggalkan program sekolah yang
sudah tidak efektif atau pekerjaan lama mereka yang sudah memberikan banyak kenyamanan untuk
mengejar kesempatan yang lebih besar untuk maju.

3. Semangat

Jiwa wirausaha adalah Kepala sekolah yang memiliki semangat juang yang tinggi. Mereka pantang
menyerah pada masalah, pantang mundur pada kesulitan, dan pantang putus asa pada hambatan yang
menghadang usaha mereka.

Jika mereka tidak bisa menembus badai masalah, mereka akan terus maju dan mencari jalan memutar
atau jalan alternatif. Semangat ini juga mendorong mereka untuk tekun sampai tujuan mereka tercapai.

4. Integritas

Satu lagi ciri utama Kepala sekolah berjiwa wirausaha adalah integritas. Sikap inilah yang membuat
mereka dipercaya banyak orang, sehingga program program yang mereka jalani dapat berjalan. Orang
lain percaya bahwa apa yang mereka tawarkan adalah kepentingan target untuk peserta didik atau
mereka yang menjadi target layanan wirausaha. Dengan demikian lebih mudah lagi para pendidik
dengan integritas untuk menjalin kerjasama dengan banyak orang dan untuk meyakinkan hati steak
holder sehingga walimurud menjadi lebih loyal terhadap program yang dibuat kepala sekolah.

5. Budaya Unggul

Kepala sekolah yang memiliki jiwa wirausaha dan berpotensi untuk sukses adalah Kepala sekolah yang
memiliki budaya unggul. Mereka selalu berusaha untuk mempersembahkan yang terbaik untuk orang
lain di sekitar mereka.
Kepala sekolah belum puas berusaha, jika yang terbaik yang bisa persembahkan belum terpenuhi.
Budaya unggul juga yang membuat, selalu berinisiatif mencari hal-hal baru dengan kualitas yang baik,
fitur yang lebih bermanfaat , ataupun keuntungan yang lebih menambah nilai.

6. Forward Thinking

Kepala sekolah yang berjiwa wirausaha senang biasa berpikir maju. Kepala sekolah mampu
“menciptakan” masa depan di pikiran mereka terlebih dahulu dengan sangat jelas dan terperinci,
sehingga lebih mudah bagi mereka untuk menerapkannya atau menjelaskan kepada tim bagaimana
meraihnya. Kemampuan ini mendorong kepala sekolah untuk menelurkan inovas-inovasi baru yang lebih
maju dari orang-orang lain di sekitar mereka.

7. Sadar Waktu dan Sarana

Selanjutnya, Kepala sekolah yang berjiwa wirausaha umumnya memiliki kesadaran akan permanfaatan
waktu dan sarana yang tinggi. Mereka sadar bahwa waktu perlu dikelola dengan baik karena waktu yang
terbuang tak akan pernah kembali. Mereka juga sadar bahwa saran juga perlu dimanfaatkan dengan
optimal dengan cara seefisien mungkin, karena saranta terbatas dan pemanfaatan sarana bisa
merupakan faktor penting dalam penghematan biaya operasional. Dengan demikian, mereka sangat
efektif dan efisien dalam mempermanfaatkan kedua hal tersebut.

8. Mimpi

Kepala sekolaj yang berjiwa wirausaha memiliki mimpi. sukses, mimpi inilah yang memicu mereka
untuk mengambil risiko meninggalkan segala kenyamanan yang bisa mereka dapatkan untuk memulai
program yang baru.

9. Percencanaan

Untuk mewujudkan mimpinya, kepala sekolah melakukan perencanaan yang diperlukan. Perencanaan
ini membuat mereka lebih berani dalam mengambil risiko, karena dalam perencanaan berbagai scenario
kemungkinan yang telah terjadi telah diperhitungkan, demikian pula dengan langkah yang harus diambil
dalam setiap scenario yang menjadi kenyataan
Perencanaan juga melibatkan faktor pengelola waktu, penggalangan dukungan banyak orang di sekitar
mereka, dan pemanfaatan sarana yang optimal.

10. Strategi Utama

Memiliki kualitas kepala sekolah yang berjiwa wirausaha saja belumlah cukup, untuk sukses diperlukan
juga strategi. Jika kita amati dengan saksama, pawa kepala sekolah yang telah sukses dalam waktu yang
panjang pasti menerapkan berbagai strategi utama.

11. Pembiayaan

Faktor yang selalu menjadi salah satu perhatian bagi kepala sekolah adalah pembiyaan. Mereka
memperhitungkan faktor pembiyaan dengan saksama. Jika belum memiliki jumlah yang dibutuhkan,
mereka akan mencari strategi untuk mendapatkan jumlah yang perlukan tersebut dengan
memperhitungkan pembiyaan yang bijak.

C. MUTU PEMBELAJARAN

1. Konsep Mutu

Mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukan
kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan oleh pelanggan (Tim Dosen 2010:295).
Mutu atau kualitas menitikberatkan fokusnya pada kepuasan pelanggan (konsumen). Barang atau jasa
yang dihasilkan diupayakan agar sesuai dengan keinginan pelanggan.

Dalam Kamus Besar bahasa Indonesia mutu diartikan sebagai ukuran baik atau buruk suatu benda, taraf
atau derajat. Pengertian mutu tersebut lebih mengedepankan mutu sebagai mutu barang atau jasa.
Barang atau jasa yang bemutu berrati juga bermutu tinggi. Sallis (2006 : 33 ) mutu adalah Sebuah
filsosofis dan metodologis yang membantu institusi untuk merencanakan perubahan dan mengatur
agenda dalam menghadapi tekanan-tekanan eksternal yang berlebihan.

Beberapa ahli berpendapat mengenai definisi mutu ini (Engkoswara 2010:3-4-305) sebagi berikut:
1) Goetsch dan Davis (1994:4) mutu merupakan suatu ondisi dinamis yang berhubungan dengan
produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan

2) Juran (1995:10-13) mendefinisikan mutu sebagai kecocokan untuk pemakaian.

3) Crosbi (1983) berpendapat bahwa mutu adalah kesesuain individual terhadap persyaratan/tuntutan.

4) Ishikawa (1992:432) menyatakan bahwa “quality is costumer satisfaction”. Berrati mutu berkaitan
langsung dengan kepuasan pelanggan

Sallis (Tim Dosen 2010:295) mendefinisikan mutu ke dalam dua perseptif yaitu persepektif mutu
absolute dan mutu relative. Mutu absolute berkaitan dengan produsen, menyangkut ukuran terbaik
yang telah ditentukan. Sedangkan mutu relative berkaitan dengan konsumen menyangkut kepuasan
konsumen. Dengan demikian barang atau jasa yang diproduksi harus selalu mengutamakan kesesuaian
anatara mutu absolute dan mutu relative. Artinya harus memuaskan pelanggan juga sesuai criteria atau
spesifikasi yang telah ditentukanprodusen. Walaupun demikian mutu absout atau spesispikasi yang
ditetapkan pada hakkatnya adalah untuk member kepuasan pada pelanggan. Jadi jelas bahwa mutu
berkaitan dengan kepuasan pelanggan.

Dalam tataran abstrak mutu telah didefinisikan oleh dua pakar penting bidang mutu yaitu Joseph Juran
dan Edward Deming. Mereka berdua telah berhasil menjadikan mutu sebagai mindset yang berkembang
terus dalam kajian managemen, khususnya managemen mutu. Menurut Juran, mutu adalah kesesuaian
untuk penggunaan (fitness for use), ini berarti bahwa suatu produk atau jasa hendaklah sesuai dengan
apa yang diperlukan atau diharapkan oleh pengguna, lebih jauh Juran mengemukakan lima dimensi
mutu yaitu rancangan (design), kesesuaian (conformance), ketersediaan (availability), keamanan
(safety), serta guna praktis (field use).

Tokoh lain yang mengembangkan managemen mutu adalah Edward Deming. Menurut Deming
meskipun mutu mencakup kesesuaian atribut produk dengan tuntutan konsumen, namun mutu harus
lebih dari itu. Menurut Deming (Engkoswara 2010: 307) terdapat empatbelas poin penting yang dapat
membawa/membantu manager mencapai perbaikan dalam kualitas yaitu :

1) Menciptakan kepastian tujuan perbaikan produk dan jasa


2) Mengadopsi filosofi baru dimana cacat tidak bisa diterima

3) Berhenti tergantung pada inspeksi missal

4) Berhenti melaksanakan bisnis atas dasar harga saja

5) Tetap dan continue memperbaiki system produksi dan jasa

6) Melembagakan metode pelatihan kerja modern

7) Melembagakan kepemimpinan

8) Menghilangkan rintangan antar departemen

9) Hilangkan ketakutan

10) Hilangkan/kurangi tujuan-tujuan jumlah pada pekerja

11) Hilangkan managemen berdasarkan sasaran

12) Hilangkan rintangan yang merendahkan pekerja jam-jaman

13) Melembagakan program pendidikan dan pelatihan yang cermat

14) Menciptakan struktur dalam managemen puncak yang dapat melaksanakan transformasi seperti
dalam poin-poin di atas.

prinsip mutu merupakan sejumlah asumsi yang dinilai dan diyakini memiliki kekuatan untuk
mewujudkan mutu. Terdapat delapn prinsip mutu menurut ISO (Tim Dosen 2010:298) yaitu:
1) Customer focused organization (fokus pada pelanggan)

2) Leadership (kepemimpinan)

3) Involvement of people (keterlibatan orang-orang)

4) Process approach (Pendekata proses)

5) System approach to management (pendekatan system dalam manajemen)

6) Continual invorentment (peningkatan secara berkelaqnjutan)

7) Factual approach to decision making (pendekatan factual dalam pengambilan keputusan)

8) Mutually beneficial supplier relationship (hubungan yang saliang mengntungkan dengan supplier)

Riduwan (2010:24) memaparkan bahwa ukuran variable manajemen mutu dilihat dari perilakunya
dalam mewujudkan pelayanan kepada stakeholder. Masih menurut Riduwan, dimensi variable
manajmen mutu yaitu perencanaan strategis untuk mutu, penerapan pengelolaan mutu, serta
peningkatan pelayanan mutu.

Berdasarakan beberapa penjelasan di atas, jadi dapat disimpulkan bahwa mutu dapat dilihat dari dua
sudut pandang, yaitu secara absolute dan secara ….. secara absolute dilihat dari sudut pandang pemberi
layanan (barang atau jasa) yaitu mengenai ukuran tertentu yang sudah ditentukan. Sedangkan mutu
secara relative dilihat dari sudut pandang pengguna layanan (konsumen) yaitu ukuran kepuasan
terhadap kualiatas barang ataua jasa. Jika ditarik sebuah benag merah, maka pada dasarnya mutu
absolute juga menyangkut kepuasan pelanggan. Hal ini karena ukuran terbaik yang ditetapkan pada
dasarnya adalah ntuk member kepuasan kepada pelanggan.

2 Konsep Pembelajaran
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajran merupakan aktivitas yang paling utama
(Surya 2004;7). Lebih lanjut Surya memaparkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses yang diakukan
oleh individu untuk memeperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
dari pengalaman individu itu sendiri dlaminteraksi dengan lingkungannya.

Proses interaksi antara pendidik dan peserta diidk menjadi sangat penting dalam pembelajaran karena
tanpa adanya interaksi edukatif poses pemeblajaran tidak akan efektif. Hal ini karena komunikasi yang
dihasilkan hanya satu arah yaitu dari pendiidk kepada peserta didik. Dalam UU No.20/2003 tetang
Sistem pendidikan Nasonal Pembelajaran adalah Proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. (UU No. 20/2003, Bab I Pasal Ayat 20). Apabila dicermati
proses interaksi siswa dapat dibina dan merupakan bagian dari proses pembelajaran, seperti yang
dikemukan oleh Corey (1986 ) dalam Syaiful Sagala (2003 : 61 ) dikatakan bahwa :

“Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk
memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi- kondisi khusus atau
menghasilkan respons terhadap situasi tertentu.”

Pembelajaran bukan hanya berrati transfer informasi dari tetapi bagaimana membuat peserta didik
agar bisa belajar secara maksimal. Peran guru tentu saja bukan hanya sebagai sumber belajar, tetapi
sebagai pembimbing dan pelayan siswa. Pembelajran merupakan upaya guru untuk membangkitkan
yang berarti menyebabkan atau mendorong seseorang (siswa) belajar. ( Wijaya,1992).

Menurut Gagne, Briggs, dan wagner dalam Winataputra (2008) pengertian pembelajaran adalah
serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Dlam
penegrtian ini tampak jelas bahwa pembelajaran itu proses yang kompleks, bukan hanya proses
pemberian informasi yang disampaikan guru pada siswa. Ada serangkaian kegiatan yang disusun untuk
membuat siswa bisa belajar. Serangkain kegiatan dalam pembelajaran tentu harus direncanakan
terlebih dahulu juda harus disusun sebaik mungkin disesuaikan dengan konteks situasi, materi, kondisi
siswa, dan ketersediaan media pembelajaran.

Sa’ud (2010:124) memaparkan bahwa pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yan dirancang
untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Oleh karena itu pembelajran sebagai suatu
proses harus dirancang, dikembangkan dan dikelola secra kreatif, dinamis, dengan menerapkan
pendekatan multi untuk menciptakan suasana dan proses pembelajaran yang kondusif bagi siswa. Dlam
hal ini guru dituntut untuk kreatif dalam menyususn rencana pembelajaran yang akan diaplikasikannya
dlam proses pembelajaran. Variasi model pembelajaran harus dikuasai oelh guru dan tentu saja
disesuaikan dengan materi pelajarannya.
Ciri utama dari pembelajaran adalah inisiasi, fasilitasi, dan peningkatan proses belajar siswa. Sedangkan
komponen-komponen dalam pembelajaran adalah tujuan, materi, kegiatan, dan evaluasi pembelajaran.
Carl R. Roger (Riyanto 2002:1) berpendapat bahwa pada hakikatnya seorang pendidik adalah seorang
fasilitator. Ia mmepasilitasi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik dlam proses pembelajaran.

Konsep pembelajaran berbeda dengan pengajaran. Pembelajaran bukan hanya transfer informasi dari
guru kepada siswa tapi lebih luas. Hal ini sesuai dengan visi pendidikan UNESCO (Indra Jati 2001;25)
yaitu:

1) Learning to think (belajar berpikir)

2) Learning to do (belajar berbuat/hidp)

3) Learning to live together (belajar hidup bersama)

4) Learning to be (belajar menajdi diri sendiri)

Proses pembelajaran yang baik dilaksanakan dengan metode Learning by doing. Hai dilaukan guna
mencapai tujuan pendidikan dan pembelajran yag telah ditetapkan, untuk mencapai tujuan ini
dibutuhkan suatu system pendiidkan dna pembelajaran yang mengembangkan cara berpikir aktif positif
dan keterampilan yag memadai. (Riyanto 2002:3)

3 Mutu Pembelajaran

Mutu sekolah ditentukan oleh tiga variabel, yakni kultur sekolah, proses belajar mengajar, dan realitas
sekolah. Kultur sekolah merupakan nilai-nilai, kebiasaan-kebiasaan, upacara-upacara, slogan-slogan, dan
berbagai perilaku yang telah lama terbentuk di sekolah dan diteruskan dari satu angkatan ke angkatan
berikutnya, baik secara sadar maupun tidak. Kultur ini diyakini mempengaruhi perilaku seluruh
komponen sekolah, yaitu guru, kepala sekolah, staf administrasi, siswa, dan juga orang tua siswa. Kultur
yang kondusif bagi peningkatan mutu akan mendorong perilaku warga kearah peningkatan mutu
sekolah, sebaliknya kultur yang tidak kondusif akan menghambat upaya menuju peningkatan mutu
sekolah.
Berkaitan dengan komponen-komponen yang membentuk sistem pendidikan, lebih rinci Syaodih S.
dalam Http://www.sambasalim.com/pendidikan/kualitas-proses-pembelajaran. html, mengemukakan
bahwa komponen input diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:

1) Raw input, yaitu siswa yang meliputi intelek, fisik-kesehatan, sosial-afektif dan peer group.

2) Instrumental input, meliputi kebijakan pendidikan, program pendidikan (kurikulum), personil (Kepala
sekolah, guru, staf TU), sarana, fasilitas, media, dan biaya

3) Environmental input, meliputi lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, masyarakat, dan lembaga
sosial, unit kerja.

Komponen proses menurut Syaodih S., dkk (2006) meliputi pengajaran, pelatihan, pembimbingan,
evaluasi, ekstrakulikuler, dan pengelolaan. Selanjutnya output meliputi pengetahuan, kepribadian dan
performansi.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat diketahui bahwa proses pembelajaran merupakan salah satu
komponen sistem pendidikan yang dapat menentukan keberhasilan pembelajaran dan mutu pendidikan.
Oleh karena itu untuk memperoleh mutu pendidikan yang baik, diperlukan proses pembelajaran yang
berkualitas pula.

Dalam rangka mewujudkan proses pembelajaran yang berkualitas, pemerintah mengeluarkan Peraturan
Pemerintah No 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) sebagai penjabaran lebih
lanjut dari Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, yang di dalamnya memuat tentang standar
proses. Dalam Bab I Ketentuan Umum SNP, yang dimaksud dengan standar proses adalah standar
nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk
mencapai standar kompetensi lulusan. Bab IV Pasal 19 Ayat 1 SNP lebih jelas menerangkan bahwa
proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan
ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemampuan sesuai bakat, minat dan perkembangan
fisik dan psikologis peserta didik.

Mutu pembelajaran dapat dikatakan sebagai gambaran mengenai baik-buruknya hasil yang dicapai oleh
peserta didik dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan. Sekolah dianggap bermutu bila berhasil
mengubah sikap, perilaku dan keterampilan peserta didik dikaitkan dengan tujuan pendidikannya. Mutu
pendidikan sebagai sistem selanjutnya tergantung pada mutu komponen yang membentuk sistem, serta
proses pembelajaran yang berlangsung hingga membuahkan hasil.
Mutu pembelajaran merupakan hal pokok yang harus dibenahi dalam rangka peningkatan mutu
pendidikan. Dalam hal ini guru menjadi titik fokusnya. Berkenaan dengan ini Suhadan (2010:67)
mengemukakan pembelajaran pada dasarnya merupakan kegiatan akademik yang berupa interaksi
komunikasi anatara pendidik dan peserta didik proses ini merupakan sebuah tindakan professional yang
bertumpu padakaidah-kaidah ilmiah. Aktivitas ini merupakan kegiatan guru dalam mengaktifkan proses
belajar peserta didik dengan menggunakan berbagai metode belajar. (Suhardan 2010:67)

Berkaitan dengan pembelajaran yang bermutu, Pudji Muljono (2006:29) dalam


Http://www.sambasalim.com/pendidikan/kualitas-proses-pembelajaran.html menyebutkan bahwa
konsep mutu pembelajaran mengandung lima rujukan, yaitu:.

1) Kesesuaian meliputi indikator sebagai berikut: sepadan dengan karakteristik peserta didik, serasi
dengan aspirasi masyarakat maupun perorangan, cocok dengan kebutuhan masyarakat, sesuai dengan
kondisi lingkungan, selaras dengan tuntutan zaman, dan sesuai dengan teori, prinsip, dan / atau nilai
baru dalam pendidikan.

2) Pembelajaran yang bermutu juga harus mempunyai daya tarik yang kuat, indikatornya meliputi:
kesempatan belajar yang tersebar dan karena itu mudah dicapai dan diikuti, isi pendidikan yang mudah
dicerna karena telah diolah sedemikian rupa, kesempatan yang tersedia yang dapat diperoleh siapa saja
pada setiap saat diperlukan, pesan yang diberikan pada saat dan peristiwa yang tepat, keterandalan
yang tinggi, terutama karena kinerja lembaga clan lulusannya yang menonjol, keanekaragaman sumber
baik yang dengan sengaja dikembangkan maupun yang sudah tersedia dan dapat dipilih serta
dimanfaatkan untuk kepentingan belajar, clan suasana yang akrab hangat dan merangsang
pembentukan kepribadian peserta didik.

3) Efektivitas pembelajaran sering kali diukur dengan tercapainya tujuan, atau dapat pula diartikan
sebagai ketepatan dalam mengelola suatu situasi, atau “doing the right things”. Pengertian ini
mengandung ciri: bersistem (sistematik), yaitu dilakukan secara teratur, konsisten atau berurutan
melalui tahap perencanaan, pengembangan, pelaksanaan, penilaian dan penyempurnaan, sensitif
terhadap kebutuhan akan tugas belajar dan kebutuhan pernbelajar, kejelasan akan tujuan dan karena
itu dapat dihimpun usaha untuk mencapainya, bertolak dari kemampuan atau kekuatan mereka yang
bersangkutan (peserta didik, pendidik, masyarakat dan pemerintah).

4) Efisiensi pembelajaran dapat diartikan sebagai kesepadanan antara waktu, biaya, dan tenaga yang
digunakan dengan hasil yang diperoleh atau dapat dikatakan sebagai mengerjakan sesuatu dengan
benar. Ciri yang terkandung meliputi: merancang kegiatan pembelajaran berdasarkan model mengacu
pada kepentingan, kebutuhan kondisi peserta didik pengorganisasian kegiatan belajar dan pembelajaran
yang rapi, misalnya lingkungan atau latar belakang diperhatikan, pemanfaatan berbagai sumber daya
dengan pembagian tugas seimbang, serta pengembangan dan pemanfaatan aneka sumber belajar
sesuai keperluan, pemanfaatan sumber belajar bersama, usaha inovatif yang merupakan penghematan,
seperti misalnya pembelajaran jarak jauh dan pembelajaran terbuka yang tidak mengharuskan
pembangunan gedung dan mengangkat tenaga pendidik yang digaji secara tetap. Inti dari efisiensi
adalah mengembangkan berbagai faktor internal maupun eksternal (sistemik) untuk menyusun
alternatif tindakan dan kemudian memilih tindakan yang paling menguntungkan.

5) Produktivitas pada dasarnya adalah keadaan atau proses yang memungkinkan diperolehnya hasil
yang lebih baik dan lebih banyak. Produktivitas pembelajaran dapat mengandung arti: perubahan proses
pembelajaran (dari menghafal dan mengingat ke menganalisis dan mencipta), penambahan masukan
dalam proses pembelajaran (dengan menggunakan berbagai macam sumber belajar), peningkatan
intensitas interaksi peserta didik dengan sumber belajar, atau gabungan ketiganya dalam kegiatan
belajar-pembelajaran sehingga menghasilkan mutu yang lebih baik, keikutsertaan dalam pendidikan
yang lebih luas, lulusan lebih banyak, lulusan yang lebih dihargai oleh masyarakat, dan berkurangnya
angka putus sekolah.

Pembelajaran yang bermutu akan bermuara pada kemampuan guru dalam proses pembelajaran. Secara
sederhana kemampuan yang harus dimiliki oleh guru yaitu kemampuan merencanakan pembelajaran,
proses pembelajran, serta evaluasi pembelajaran. Mutu pembelajaran adalah ukuran yang
menunjukkan seberapa tinggi mutu interaksi guru den gan siswa dalam proses pembelajaran
dalam rangka pencapaian tujuan tertentu. Proses interaksi ini dimungkinkan karena mnausia
merupakan mahluk social yang membutuhkan orang lain dlam kehiduannya. Surakhmad (1986:7)
memberikan pengertian bahwa ainteraksi dalam pendidikan disebut dengan interaksi edukatif, ayitu
interaksi yang berlangsung dalm ikatan tujuan pendidikan. Kegiatan belajar mengajar tersebut
dilaksanakan dalam suasana tertentu dengan dukungan sarana dan prasarana pembelajaran
tertentu tertentu pula. Oleh karena itu, keberhasilan proses pembelajaran sangat ter gantung
pada: guru, siswa, sarana pembelajaran, lingkungan kelas, dan budaya kelas. Semua indikator
tersebut harus saling mendukung dalam sebuah system kegiatan pembelajaran yang bermutu.

Dalam proses pemebelajaran yang bermutu terlibat berbagai input pembelajaran seperti; siswa
(kognitif, afektif, atau psikomotorik), bahan ajar, metodologi (bervariasi sesuai kemampuan guru),
sarana sekolah, dukungan administrasi dan sarana prasaran a dan sumber daya lainnya serta
penciptaan suasana yang kondusif. Mutu proses pembelajaran ditentukan dengan metode, input,
suasana, dan kemampuan melaksan akan manajemen proses pembelaaran itu sendiri. Mutu proses
pembelajaran akan ditentukan dengan seberapa besar mempuan memberdayakan sumberdaya
yang ada untuk siswa belajar secara produktif. Manajemen sekolah, dukungan kelas berfungsi
mensinkronkan berbagai input tersebut atau mensinergik an semua komponen dalam interaksi
(proses) belajar mengajar baik antara guru, siswa dan sarana pendukung di kelas maupun di luar
kelas; baik konteks kurikuler maupun ekstra-kurikuler, baik dalam lingkup subtansi yang akademis
maupun yang non-akademis dalam suasana yang mendukung proses pembelajaran.
Mengacu pada PP No. 19 tahun 2005, standar proses pembelajaran yang sedang dikembangkan, maka
lingkup kegiatan untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien meliputi
perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan
pengawasan proses pembelajaran.

Pembelajaran yang bermutu dihasilkan oleh guru yang bermutu pula. Kecakapan guru dalm mengelola
proses pembelajran menjadi inti persoalannya. Tahapan-tahapan dalam proses pemeblajaran sedikitnya
harus meliputi fase-fase berikut (Surakhmad 1986:45-46):

1) Menetapkan tujuan pembelajaran yang kan dicapai

2) Memilih dan melaksanakan metode yang tepat dan sesuai materi pelajaran serta memperhitungkan
kewajaran metode tersebut dengan metode-metode yang lain

3) Memilih dan mempergunakan alat bantu atau media guna membnatu tercapainya tujuan

4) Melakukan penilaian atau evaluasi pembelajaran

Hal-hal di atas menjadi tugas guru. Guru dituntut untuk mmepunyai kecakapan dna pengetahuan dasar
agar mampu melaksankaan tugsnya secra professional. Surakhmad (1986:47) memaprkan bahwa
penegtahuan dan kecakapan dasar yan harus dimilki seorang guru yaitu:

1) Guru harus mengenal setiap siswa. Karakteristik, kebutuhan, minat, tingkat kepandaian siswa harus
bisa dipahami oleh guru.

2) Guru harus mempunyai kecakpaan dalam bimbingan terhadap siswa. Proses pemeblajaran
didalamnya terdapat prose sbimbingan. Bimbingan ini dilaksanakan sebagai bentuk layanan dengan
tujuan untuk mengetahui tingkat perkembangan siswa dalam pemeblajaran. Dengan demikian dapat
dibuat perencanaan yang baik atar dasar data tersebut.

3) Guru harus memiliki pengetahuan dan pemahman yang luas menganai tujuan pendidikan dna tujuan
pembelajran. Hal ini agar proses yang dilaksanakannya tidak menyimpang dan sesuai dengan tujuan
yang hendak dicapai.
4) Guru harus mempunyai pengetahuan yang bulat menganai pelajran yang dipegangnya dna juga
metode-metode yang sesuai.

Pembelajaran yang bermutu adalah pembelajaran yang efektif yang pada intinya adalah menyangkut
kemampuan guru dalam proses pembelajaran di kelas. Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru
akan sangat menntukan mutu hasil pembelajaran yang akan diperoleh siswa.

Mutu pembelajaran pada hakikatnya menyangkut mutu proses dan mutu hasil pemebalajaran. Hadis
(2010:97) menjelaskna bahwa mutu proses pemeblajaran diartikan sebagai mutu aktivitas pemeblajaran
yang dilaksankan oleh guru dna pesrta didik di kelas dan tempat lainnya. Sedangkan mutu hasil
pemeblajaran adalah mutu aktivitas pemeblajaran yang terwujud dalam bentuk hasil belajar nyata yang
dicapai oleh peserta didik berupa nilai-nilai.

Fatah(Http;//repository.upi.edu/operator/upload/S_adp_0700698_chapter2.pdf) menyatakan bahwa


prose pembelajaran kegiatan yang dilakukan guru dan siswa dalam proses optimalisasi masing-masing
peran yang mencakup kehadiran tatap muka (estimasi waktu), aktivitas KBM, diskusi Tanya jawab,
pemanfaatna buku-buku dan alat pelajaran (optimalisasi sumber-sumber belajar), yang dilaksankan
selama pembelajaran berlangsung.

D. PERMASALAHAN IMPLEMEMTASI WIRAUSAHA DISEKOLAH

Menurut kami penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan dewasa ini dianggap oleh sebagian
masyarakat belum mencapai apa yang diinginkan oleh dunia usaha atau industry masyarakat masih
menganggap penyelenggaraan pendidikan masih cenderung untuk melahirkan orang-orang pandai dan
bekerja di perkantoran baik instansi pemerintah atau swasta jadi dalam unsur wirausaha selalu dikaitkan
denngan berdagang atau bisnis yang menghasilkan uang bukan untuk menjadi seseorang yang
mempunyai mental wirausaha setelah menyelesaikan pendidikan.

Masyarakat memiliki pemikiran bahwa kewirausahaan adalah sebagai usaha dagang atau bisnis murni
yang langsung dapat menghasilkan keuntungan secara financial, padahal wirausaha disini yang dimaksud
dalam pembelajaran disekolah adalah individu yang memliki daya kreatif dan inovatif mencari peluang
dan berani mengambil resiko serta berkarakter/jiwa wirausaha laennya bukan semata mata untuk
kepentingan finalsial, melaikan setiap lapangan pekerjaan yng memiliki semangat, karakter dan polapikir
wirausaha akan membuat perbedaan perubahan pertumbuhan positif dalam profesi dan pekerjaan
mereka di luar bidang bisnis.
Selain itu pendidikan formal diindonesia belum sinergi dengan orang tua atau masyarakat yang secaara
bersama-sama untuk menumbuh kembangkan jiwa wirausaha putra putrinya baik melalui pendidikan
disekolah dan pendidikan dilingkungan keluarga karena masyarakat masih punya pemikiran bahwa
kewirausahaan hanya dalam bisnis murni yang dikaitkan dengan financial sehingga pendidikan
dikeluarga belum mendukung dalam pencapaian kompeensi peserta didik dalam menumbuhkan jiwa
wirausaha bagi putra putrinya.

E. IMPLEMENTASI JIWA WIRAUSAHA YANG EFEKTIF

1. Disekolah

Dalam waktu yang terbatas, kita harus menghasilkan sesuatu dan dalam waktu yang pendek kita juga
akan menerima kerugian. Kemampuan berpikir dan kemampuan bekerja keras hanya akan bermanfaat
apabila kita dapat memanfaatkan komitmen tinggi tepat waktu untuk menghasilkan sesuatu.

a) Komitmen adalah konsisten terhadap tujuan yang hendak dicapai.

b) Komitmen adalah suatu perjanjian atau kesepakatan untuk melakukan sesuatu

c) Komitmen adalah orang yang mentaati atau memenuhi janjinya untuk memajukan usaha bisnisnya
sampai berhasil.

Seorang wirausaha yang mempunyai komitmen tinggi adalah orang yang mentaati atau memenuhi
janjinya untuk memajukan usaha bisnisnya sampai berhasil. Mereka yang mempunyai komitmen tinggi
selalu menggunakan sumber daya secara lebih efisien yang akan mendorong perusahaan kearah pola
tingkah laku perusahaan.

1). Menerapkan Perilaku Tepat Waktu

Wirausaha yang ingin menjadi wirausaha yang sukses harus dapat memanfaatkan dan memandang
waktu sebagai ukuran :

Artinya menentukan berapa lama harus bekerja untuk menghasilkan sesuatu yang maksimal.

Penerapan perilaku tepat waktu dapat dilaksanakan di sekolah melalui hal-hal sebagai berikut :

a) Menutup pintu gerbang sekolah saat kegiatan belajar dimulai.


b) Anak yang terlambat dapat mengikuti pelajaran dengan membawa surat dari guru piket.

c) Guru piket mencatat dalam agenda untuk siswa yang terlambat dan dibuat laporan setiap bulan.

d) Manfaat waktu senggang dengan hal-hal yang berguna.

e) Kebiasaan mempunyai tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang.

2) Menerapkan Perilaku Tepat Janji

Menerapkan perilaku tepat janji dapat dilakukan melalui kegiatan sehari-hari. Hal ini harus tumbuh
dalam jiwa seorang wirausaha karena dapat mempengaruhi kepercayaan terhadap konsumen,
masyarakat dan rekan bisnis. Adapun ciri-ciri kepribadian perilaku tepat janji bagi calon wirausaha
adalah sebagai berikut :

a) Bermoral tinggi dalam menepati janji,

b) Bersikap mental tinggi dalam menepati janji,

c) Terampil dalam belajar dan berusaha.

3). Menerapkan Kepedulian Mental Dalam Bentuk Hasil Kerja, Penampilan Dan Kinerja Lainnya

Wirausaha harus selalu memperhatikan mutu (kualitas) hasil kerja. Karena erat dengan masalah
keputusan konsumen. Menerapkan kepedulian terhadap mutu dalam bentuk hasil kerja dapat
diterapkan baik di lingkungan masyarakat, sekolah dan keluarga yang berupa penampilan.

4). Menerapkan komitmen tinggi terhadap pengendalian diri


Jika calon wirausaha yang ingin menerapkan komitmen tinggi terhadap pengendalian diri harus melalui
beberapa hal berikut ini:

a) Ketabahan

Artinya tetap kuat hati di dalam menghadapi cobaan dan kesulitan hidup dalam berusaha. Semua
kesulitan dan gangguan kita kembalikan kepada kekuasaan Tuhan, karena semuanya dianggap berasal
dari Tuhan juga.

Dalam kita hidup pasti akan mendapatkan cobaan, dimana cobaan itu berbeda-beda antara orang satu
dengan yang lainnya. Untuk mengatasi berbagai macam cobaan, kita harus melatih ketabahan antara
lain dengan memelihara pendirian bahwa kita harus sukses.

Para wirausaha diharapkan memiliki ketekunan dan keuletan dalam berusaha. Kemajuan dan sukses
harus diperoleh melalui usaha kerja keras, keyakinan, perjuangan, pengorbanan, dan ketabahan.

b) Keuletan

Artinya tangguh, kuat dan tidak mudah putus asa. Cita-cita yang tinggi akan menjadi pendorong dan
daya tahan dalam menghadapi segala rintangan, hambatan, cobaan, dan kendala yang dihadapi. Banyak
di antara orang cepat berputus asa, menyerah kalah karena melihat adanya tanda-tanda kegagalan.
Mereka yang tidak putus asa merupakan orang-orang yang ulet, tabah, tekun, dan berkepribadian tinggi.
Ketekunan dan keuletan untuk mencapai tujuan merupakan sumber keberhasilan.

c) Disiplin

Perkataan disiplin mempunyai arti latihan dan ketaatan kepada aturan. Dengan melaksanakan disiplin
berarti semua pihak dapat menjamin kelangsungan hidup dan kelancaran kegiatan belajar bekerja, dan
berusaha

Kemauan kerja keras yang kita peroleh dari disiplin, akan melahirkan mental yang kuat dan tidak mudah
menyerah walaupun dalam keadaan sulit. Disiplin diri sendiri memberikan kekuatan-kekuatan, yaitu :

a) Menolong kita untuk mengontrol sikap mental,

b) Menguasai keadaan penghidupan


c) Mengatasi kegagalan, kemelaratan, dan nasib buruk

d) Membentuk pola berpikir logis,

e) Mengamankan dari perasaan takut,

f) Mengontrol batin dan mengarahkannya pada tujuan.

Konsep-konsep penerapan disiplin di lingkungan sekolah selalu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a) Peraturan-peraturan yang jelas dan tegas, serta sanksi-sanksi hukumnya

b) Konsep disiplin yang diterapkan pihak sekolah harus masuk akal serta dapat dipahami semua pihak

c) Peraturan-peraturan yang akan ditentukan pihak sekolah harus masuk akal serta dapat dipahami
semua pihak.

d) Konsep disiplin yang dibuat sekolah adalah untuk kepentingan keadilan dan kesejahteraan
bersama.

e) Konsep disiplin harus dapat memberikan motivasi belajar, bekerja, berkarya dan berpartisipasi.

5).Kerja SamaPara wirausaha harus bisa hidup dengan tidak merugikan orang lain.

Pada hakikatnya kekuatan manusia itu terletak pada kemampuan fisik atau kemampuan pada jiwanya
semata. Kekuatan manusia terletak dalam kemampuan untuk bekerja sama dengan manusia lainnya.

2. Dirumah/Keluarga
Orang tua sebaiknya membatu implementasi program wirausaha sekolah yang dilaksanakan dirumah
dengan mengetahui tugas-tugas yang harus diselesaikan putra putrinya dengan menerapkan disiplin
waktu, kerja keras, pantang menyerah, kreatif, inovatif, jujur, enerjik, Wawasan luas, Rencana bisnis,
Agresif, Ulet, Supel, Antusias, Hemat, Asa, Ambisi, Negosiatif berani mengambil risiko dengan penuh
perhitungan, mampu memanfaatkan peluang, komunikatif, mampu memasarkan, mampu bernegosiasi
dan sebagainya yang berkaitan dengan menumbuhkan jiwa wirausaha ini dilaksanakan dalam
implementasi praktek sehari hari dirumah sehingga orang tua tahu perkembangan putra putra putrinya.

KESIMPULAN

Tugas kepala sekolah adalah meningkatkan mutu pembelajaran dengan mempengaruhi menggerakkan
memberdayakan dan mengembangkan segala sumberdaya yang ada dilingkungannya, salah satunya
adalah pembelajaaran kewirausahaan, berdasarkan hasil observasi berbaagai jenjang pendidika di
Indonesia sebagian besar jenjang pendidikan belum mengoptimalkan pendidikan kewirausahaan karena
sebagian kepala sekolah SD, SMP dan SMA serta guru masih berasumsi bahwa kewirausahaan sebagai
kegiatan bisnis murni.

Dengan kompetensi kewirausahaan kepala sekolah secara nyata dapat mengimplementasikan jiwa
wirausaha, kepala sekolah sebaiknya memberikan tauladan kepada guru guru kareana kepala sekolah
juga masih harus mengajar dikelas sehingga mata pelajaran yang diampu oleh kepala sekolah sejak
persiapan pembelajaran pelaksaksanaan pembelajaran dan evaluasi pembelajarannya di integraasikan
dengan pendidikan kwirausahaan dengan harapan guru guru dan siswa dapat mencontoh apa yang
dilkukan oleh kepala sekolah sehingga di setiap mata pelajaran juga sudah terintergrasi

Ciri- cirri jiwa wirausaha kepala sekolah: inovatif, keberanian mengambil resiko, semangat, integritas,
budaya unggul, forward thingking, sadar waktu dan sarana, perencanaan dan pembiyaan diintegrasikan
dalam pendidikan kewirausahaan. Kepala sekolah perlu membuat program pelibatan orang tua murid
sehingga dapat dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari, dengan demikian pembelajaran yang
berawasan kewirausahaan tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada internalisasi dan
pengalaman nyata dalam kehidupan peserta didik sehari hari dimasyarakat.

Anda mungkin juga menyukai