Anda di halaman 1dari 14

GAMBARAN KECEMASAN PADA PASIEN YANG MERAWAT COVID DI RUANG

KEMUNING RS. HASAN SADIKIN BANDUNG

DUDI HENDRIANTO, ISTIANAH

ABSTRAK

Latar Belakang : Perawat sebagai Tenaga Kesehatan yang merawat pasien Covid-19 menjadi
kelompok dengan resiko terpapar sangat tinggi. Penelitian telah menyajikan kemungkinan tenaga
Kesehatan termasuk perawat terinfeksi Covid-19 sebesar 3.8% terutama kontak awal yang tidak
telindungi dengan pasien yang terinfeksi. Infeksi Covid-19 memiliki tingkat penularan dan
kematian lebih tinggi dari yang disebabkan oleh Severe Acure Respiratory Syndrom (SARS)
dan Middle East Respiratory Syndrom (MERS) (Mahase, 2020).
Tujuan :
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran kecemasan perawat yang merawat pasien
Covid 19 di Gedung Isolasi kemuning RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
Metodologi :
Pengumpulan data adalah proses pendekatan kepada subjek dalam proses pengumpulan
karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian (Nursalam, 2016). Jenis instrumen
yang dapat digunakan pada ilmu keperawatan dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian
diantaranya wawancara, kuesioner, atau observasi. Pada penelitian ini istrumen yang digunakan
adalah kuesioner (angket) .
Hasil :Gambaran karakteristik Responden berdasarkan usia, jenis kelamin dan tingkat
Pendidikan perawat mempengaruhi tingkat kecemasan tingkat kecemasan. Berdasarkan usia
rentang 31-35 Tahun yang paling banyak mengalami kecemasan, Berdasarkan jenis kelamin,
perempuan lebih tinggi mengalami kecemasan akibat mental dalam menghadapi situasi yang
mengamcam rendah. Berdasarkan tingkat Pendidikan ,Pengetahuan dan pengalaman seseorang
dapat membantu dalam menyelesaikan masalah psikis termasuk kecemasan.
Kesimpulan : Hasil penelitian yang dilakukan pada perawat yang merawat pasien Covid -19 di
RSUP Dr Hasan Sadikin menunjukan Gambaran tingkat kecemasan yang dialami perawat
mayoritas tidak mengalami kecemasan
Kata kunci :Covid-19, Kecemasan, Perawat
ABSTRACT
The Description Of Anxiety In Patients Treating For Covid In Kemuning Room RS. Hasan
Sadikin Bandung

Background: Nurses as Health Workers who treat Covid-19 patients are a group with a very
high risk of exposure. Research has shown that the probability of health workers including
nurses being infected with Covid-19 is 3.8%, especially the initial unprotected contact with
infected patients. Covid-19 infection has a higher transmission and mortality rate than those
caused by Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) and Middle East Respiratory Syndrome
(MERS).
Aim : This study was conducted to find out the description of the anxiety of nurses who treat
Covid 19 patients in the Isolation building kemuning RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
Methodology: This type of research is qualitative research, with a univariate descriptive
approach Data collection is the process of approaching the subject in the process of collecting the
characteristics of the subject needed in a study (Nursalam, 2016). Types of instruments that can
be used in nursing science can be classified into several parts including interviews,
questionnaires, or observations. In this study, the instrument used was a questionnaire
(questionnaire). Result : Characteristics of Respondents based on age, gender and level of
education of nurses affect the level of anxiety level of anxiety. Based on the age range of 31-35
years who experience the most anxiety, Based on gender, women experience higher mental
anxiety in dealing with situations that threaten low. Based on the level of education, knowledge
and experience of a person can help in solving psychological problems including anxiety.
Conclusion: The results of research conducted on nurses who treated Covid-19 patients at Dr
Hasan Sadikin Hospital showed an overview of the level of anxiety experienced by the majority
of nurses who did not experience anxiety.
Keywords:Covid-19, Anxiety, Nurse
PENDAHULUAN

COVID-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh tipe baru coronavirus
dengan gejala umum demam, kelemahan, batuk, kejang dan diare (WHO, 2020; Repici et al.,
2020). Penularan virus corona melalui tranmisi udara (droplet, batuk, bersin dan permukaan
yang terkontaminasi). Gejala lain yang timbul adalah demam (>38 0 C), batuk kering , sesak
napas dan hilangnya kemampuan mengecap rasa atau mencium bau. Gejala terberat pasien yang
terinfeksi virus Corona bisa mengalami penurunan oksigen tanpa adanya gejala apapun atau di
kenal dengan istilah “Happy Hipoxia”. Masa inkubasi virus corona terjadi dalam rentang 1-14
hari (WHO, 2020).

Di tingkat Daerah, Jawa Barat termasuk peringkat ke 3 dengan 30.254 total kasus
dengan penambahan 211 kasus baru dalam 24 jam. Sedangkan 59 kasus kematian tanpa
tambahan dalam 24 jam. 20.269 total kasus sembuh dengan penambahan 345 kasus dalam 24
jam (PIKOBAR, 2020). Di kota Bandung pada tanggal 19 oktober 2020 total 1731 kasus dengan
24 kasus tambahan dalam 24 jam diantaranya: 192 kasus aktif, 1469 kasus sembuh, 70 kasus
meninggal (Pusat Informasi Kota Bandung, 2020).

Angka kejadian di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung dari bulan April sampai bulan
September 2020, 4726 total PDP yang telah dirawat dan ditangani (RSHS, 2020). RSHS
menyelenggarakan pelayanan rawat inap untuk pasien covid 19 yang ditempatkan di Gedung
isolasi Kemuning. Gedung ini terdiri dari 6 lantai diantaranya 131 tempat tidur. Isolasi adalah
upaya memutus rantai persebaran, sedangkan esensinya adalah perawatan, pengobatan,
pemulihan dan kerja sama pasien dengan perawat dan semua tenaga kesehatan dalam
memulihkan kesehatan. Seluruh ruangan terdiri dari perawat 169 orang . Pada saat bertugas
dibagi menjadi 3 shift (pagi, siang, malam), setiap shift terdiri dari 4 – 6 orang berjaga.

Perawat merupakan salah satu tenaga Kesehatan yang terdepan yang berperan dalam
pelayanan kesehatan, terutama dalam kondisi wabah Covid -19 saat ini, Perawat mempunyai
beberapa peran, yaitu sebagai caregiver yang merupakan peran utama, dimana perawat akan
terlibat aktif selama 24 jam dalam memberikan asuhan keperawatan, memberikan terapi,
perawatan pada pasien Covid-19. Perawat sebagai tim Kesehatan berperan dalam menentukan
diagnosa dan memberikan perawatan terhadap respon manusia untuk mengatasi masalah
Kesehatan yang aktual maupun resiko. Dapat dikatakan bahwa perawat merupakan profesi yang
paling sering berinteraksi dengan klien di Rumah Sakit.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif univariat. Penelitian bertujuan untuk


menganalisis bagaimana gambaran tingkat cemas pada perawat yang merawat pasien Covid-19
di Ruang Kemuning . Analisa Data yang akan diolah dengan menggunakan program komputer,
selanjutnya dianalisis dalam Analisa univariat. adalah cara menganalisis data yang menghasilkan
distribusi dan persentase dari tiap variabel. Analisis univariat dilakukan untuk mendapat
gambaran distribusi frekuensi berbagai karakteristik variabel yang diteliti baik untuk variabel
independen maupun variabel dependen (Dahlan 2016). Dalam penelitian ini analisis dilakukan
terhadap data gambaran kecemasan pada perawat yang merawat Covid-19 berupa data frekuensi
dan persentase.

Jenis Analisa untuk penelitian ini adalah univariat dengan jenis data
kategorik, maka hasil Analisa data berupa proporsi dan prosentasi , dengan rumus

Rumus Prosentase Keterangan

P = Proporsi n
P = X x 100 %
X = Jumlah ciri
n tertentu dalam
sampel

N= jumlah sampel

(Notoatmojo, 2002)
Metode pengukuran dengan skala likert yaitu antara 0-4 , dengan jumlah
pertanyaan 14 buah sehinggan total nilai antara 0-56. Jenis pertanyaan dalam
kuesioner yang diberikan adalah pertanyaan positif dengan lima pilihan jawaban
yaitu : “Tidak Ada Gejala” dengan nilai 0 , “Gejala Ringan” dengan nilai 1,
“Gejala Sedang” dengan nilai 2 , “Gejala berat” dengan nilai 3, “Gejala berat
sekali “ dengan nilai 4. ( modifikasi dari Hamilton Rating Scale For Anxiety).
Lokasi dan Waktu Penelitian. Lokasi penelitian ini dilakukan di ruang Isolasi
Kemuning Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung dan waktu penelitian akan
dilakukan pada bulan Januari 2021. Waktu Penelitian dilakukan pada Tanggal 20
Januari sampai dengan 25 Januari 2020 dimulai dari mengurus Perijinan,
Pengumpulan data, dan Pengolahan data setelah Presentasi Usulan Proposal
disetujui oleh Pembimbing.

HASIL PENELITIAN

Dari hasil penelitian yang dilakukan pada bulan Januari 2021 terhadap 169
responden hanya 154 responden yang bersedia dilakukan penelitian mengenai gambaran
kecemasan perawat dalam merawat pasien Covid -19 di Ruang Isolasi Kemuning RSUP
Dr Hasan Sadikin Bandung diperoleh data yang menjabarkan data umum responden yang
terdiri dari jenis kelamin, usia, tingkat Pendidikan.

Tenaga kesehatan yang merawat pasien covid-19 menjadi kelompok dengan


risiko terpapar sangat tinggi. Hal ini mengindikasi bahwa bencana membawa masalah
psikologis yang serius bagi para perawat garis depan, yang trauma batinnya merupakan
masalah yang mendesak untuk segera diselesaikan. Dalam penelitian ini mengenai tingkat
kecemasan Perawat Dalam Merawat Pasien Covid 19 dilakukan dengan mengisi kuesioner
(angket) penelitian secara online. Mengenai data yang muncul menunjukkan berbagai
tingkat kecemasan subjek penelitian berdasarkan alat ukur Hamilton Anxiety Rating Scale
(HARS).
Gambaran karakterisitik responden terhadap kecemasan :

Tabel 1.Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin


Jenis Frekuensi Persentase %
Kelamin
Laki-laki 55 35.7
Perempuan 99 64.3
Total 154 100

Berdasarkan hasil penelitian pada subjek yang mengalami kecemasan baik ringan hingga
panik, ditemukan subjek berjenis kelamin perempuan lebih banyak yang mengalami
kecemasan dibandingkan dengan subjek berjenis kelamin laki-laki.
Tabel 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Usia Frekuensi Persentase %

20-25 16 10

26-30 34 22

31-35 43 28

36-40 23 15

40> 38 25

Total 154 100

Berdasarkan hasil penelitian yang ditemukan tingkat kecemasan dapat dilihat berdasarkan
klasifikasi usia subjek. Peneliti mengklasifikasikan usia yang mengalami kecemasan dalam
bentuk kelompok 20-25 tahun (10.4%), 26-30 tahun (22.7%), 31-35 tahun (27.9%), 36-40
tahun (14.9%) dan 40 tahun ke atas (24%). Data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa
subjek dengan rentang usia 31-35 tahun paling banyak yang mengalami kecemasan.

Tabel 3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan


Tingkat Frekuensi Persentase %
Pendidikan

D3 93 60

S1 50 33

S2 6 4

Ners 2 1

Profesi Ners 1 1

Ners Spesialis 1 1
Total 154 100

Berdasarkan hasil penelitian yang menderita kecemasan ditinjau berdasarkan tingkat


pendidikan subjek penelitian yang terdiri dari pendidikan DIII sejumlah 93 orang (60%),
perawatS1 sejumlah 50 orang (33%), S2 sejumlah 6 orang (4%), Ners sejumlah 2 orang
(1%), Profesi Ners 2 orang (1%) dan Ners Spesialis 1 orang (1%).
Tabel 5. Tingkat Kecemasan Perawat Kemuning RSUP DR Hasan Sadikin Bandung

Tingkat Frekuensi Persentase


%
Tidak Ada Kecemasan 91 59.1
Cemas Ringan 29 18.8
Cemas Sedang 15 9.7
Cemas Berat 18 11.7
Panik 1 0.7
Total 154 100

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa seluruh subjek yang
mengalami kecemasan baik kecemasan ringan berjumlah 29 orang (18.8%), cemas sedang
15 orang (9.7%), cemas ringan 18 orang (11.7%) dan panik berjumlah 1 orang (0.7%).
Apabila dijumlahkan subjek yang mengalami kecemasan berjumlah 63 orang (40.9%). Dari
total 154 subjek yang dilakukan penelitian. Hal ini menunjukkan bahwa hampir separuh
perawat yang merawat pasien covid 19 di Gedung Isolasi Kemuning RSUP Dr. Hasan
Sadikin Bandung mengalami kecemasan.

PEMBAHASAN

Tingkat kecemasan menurut Stuart dan Sundeen (1995), kecemasan berkaitan dengan
tingkat perkembangan,jenis kelamin, sosial budaya dan pengalaman. Dari data demografi
diperoleh hasil mayoritas responden berjenis kelamin perempuan. Data usia diperoleh data
demografi menunjukan mayoritas responden berada dalam rentang 31 -35 Tahun.
Berdasarkan hasil penelitian pada subjek yang mengalami kecemasan baik ringan hingga
panik, ditemukan subjek berjenis kelamin perempuan lebih banyak yang mengalami
kecemasan dibandingkan dengan subjek berjenis kelamin laki-laki. Data ini menunjukkan
subjek perempuan yang mengalami kecemasan 64.3% lebih besar dibandingkan kecemasan
pada perawat dengan jenis kelamin laki-laki 35.7%. hal ini sejalan dengan yang dikatakan
oleh Masdar et al. (2016) bahwa kecemasan dan depresi terjadi lebih banyak pada wanita
dan penelitian yang dilakukan oleh Lai (2020) yang menyimpulkan jika cemas pada perawat
wanita akan lebih tinggi dibandingkan kecemasan pada perawat pria karena biasanya mental
laki-laki dalam menghadapi situasi yang mengancam dirinya lebih kuat dibandingkan
perempuan (Saputri et al., 2016 dalam Swandi, 2020). Berdasarkan hasil penelitian yang
ditemukan tingkat kecemasan dapat dilihat berdasarkan klasifikasi usia subjek. Peneliti
mengklasifikasikan usia yang mengalami kecemasan dalam bentuk kelompok 20-25 tahun
(10.4%), 26-30 tahun (22.7%), 31-35 tahun (27.9%), 36-40 tahun (14.9%) dan 40 tahun ke
atas (24%). Data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa subjek dengan rentang usia 31-35
tahun paling banyak yang mengalami kecemasan. Menurut Stuart 2015, mengemukakan
bahwa seseorang yang mempunyai usia lebih muda ternyata lebih mudah mengalami
gangguan kecemasan dari pada seseorang yang lebih tua, tetapi ada juga yang berpendapat
sebaliknya. Usia dan tahap perkembangan, faktor ini memegang peran yang penting pada
setiap individu karena berbeda usia maka berbeda pula tahap perkembangannya, hal tersebut
dapat mempengaruhi dinamika kecemasan pada seseorang sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Zhou et all (2020) jika karakteristik sosiodemografi salah satunya usia
mempengaruhi tingkat kecemasan seseorang. Berdasarkan hasil penelitian yang menderita
kecemasan ditinjau berdasarkan tingkat pendidikan subjek penelitian yang terdiri dari
pendidikan DIII sejumlah 93 orang (60%), perawatS1 sejumlah 50 orang (33%), S2
sejumlah 6 orang (4%), Ners sejumlah 2 orang (1%), Profesi Ners 2 orang (1%) dan Ners
Spesialis 1 orang (1%). Pengetahuan dan pengalaman seseorang dapat membantu
menyelesaikan masalah-masalah psikis, termasuk kecemasan. Menurut Notoatmodjo (2016),
semakin banyak pengetahuan yang dimiliki, seseorang akan mengetahui mekanisme yang
akan digunakan untuk mengatasi kecemasannya. Sejalan dengan penelitian Zhou et all
(2020) jika tingkat pendidikan seseorang dapat mempengaruhi tingkatan cemas yang dia
alaminya terlebih Covid -19 ini merupakan pandemic yang sampai sekarang sudah banyak
memakan korban.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa seluruh subjek yang
mengalami kecemasan baik kecemasan ringan berjumlah 29 orang (18.8%), cemas sedang
15 orang (9.7%), cemas ringan 18 orang (11.7%) dan panik berjumlah 1 orang (0.7%).
Apabila dijumlahkan subjek yang mengalami kecemasan berjumlah 63 orang (40.9%). Dari
total 154 subjek yang dilakukan penelitian. Hal ini menunjukkan bahwa hampir separuh
perawat yang merawat pasien covid 19 di Gedung Isolasi Kemuning RSUP Dr. Hasan
Sadikin Bandung mengalami kecemasan. Kecemasan yang terjadi tidak saja dialami oleh
seorang pasien tetapi dapat juga dialami oleh perawat terkadang cemas Ketika berhadapan
dengan pasien dan keluarga pasien ( Pardede et al, 2020). Kecemasan merupakan suatu
keadaan perasaan gelisah, ketidaktentuan, ada rasa takut dari kenyataan atau persepsi
ancaman sumber aktual yang tidak diketahui masalahnya (Pardede&Simangunsong, 2020).
Kecemasan ini terjadi dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu Usia, jenis kelamin, ,
Pengetahuan, disertai faktor presipitasi Ancaman Terhadap Integritas Fisik dan Ancaman
terhadap Rasa Aman. Kecemasan bisa diatasi dengan psiko terapi seperti relaksasi nafas
dalam, relaksasi hipnotis lima jari, relaksasi otot progresif dan penghentian pikiran (Pardede
et.al., 2020).

Respon fisiologis terhadap kecemasan meliputi berbagai system organ tubuh


( Barbara. C. Long,1996). Pada sistem pernapasan akan muncul respon denyut nadi cepat
,berdebar debar, detak jantung menghilang (berhenti sejenak). pada sistem neuromuscular
akan terjadi respon peningkatan refleks,mata berkedip-kedip insomnia,gelisah, wajah tegang
dan kelemahan umum ( Stuart & Stuart & Sundeen, 1996 ). Respon gastrointestinal yang
muncul rasa mual dan kembung sedangkan pada sistem perkemihan muncul sering BAK.
Data questioner yang diperoleh berupa respon-respon fisologis yang mayoritas
muncul seperti jantung berdebar-debar, nadi cepat. Respon-respon yang muncul didukung
oleh teori yang diungkapkan oleh Stuart & Sundeen ( 1998). Respon yang muncul seperti
sering BAK merupakan respon fisiologis dari sistem perkemihan yang regulatornya diatur
oleh saraf pusat (SSP). Kerika SSP tepatnya cortex menangkap stimulus yang mengancam
SSP akan mengaktifkan sarap parasimpatis. Pengaktifan saraf simpatis ini akan
meningkatkan kontraksi otot kandung kemih sehingga meningkatkan frekuensi BAK, selain
itu pengaktifan saraf simpatis juga akan meningkatkan motilitas lambung dan meningkatkan
produksi HCL. hal ini akan menjadi penyebab mual .
Respon kepala pusing,jantung berdebar debar merupakan akibat dari aktivasi sistem
saraf simpatis. Aktivasi dari saraf simpatis ini akibat tubuh melakukan kompensasi dengan
mengalirkan seluruh darah ke organ-organ vital seperti jantung, paru, otak, ginjal unruk
melindungi kerusakan organ yang permanan selain itu terjadi penyempitan pembuluh darah
atau vasocontriksi pada daerah ekstimitas. Hampir semua organ dan kelenjar teraktivasi
bersamaan dengan aktivasi saraf simpatis seperti organ jantung, paru, kelenjar keringat dan
sebagainya.
Dalam keadaan cemas tubuh akan meningkatkan kerja organ dan kebutuhan seperti
oksigen untuk mencegah kematian sel akibat kekurangan oksigen atau hypoxia. peningkatan
kebutuhan ini terjadi diseluruh tubuh dalam rangka mencegah kematian sel khususnya organ
otak. Untuk mencegah tejadinya kematian jaringan jantung lebih keras yaitu dengan
meningkatkan kontraksi otot jantung. hal iini dilakukan dalam usaha memenuhi kebutuhan
suplai darah dan oksigen tubuh. Peningkatan kerja jantung membuat janung terasa berdebar-
debar saat cemas.
Kecemasan juga mempengaruhi kognitif dan emosional seperti mengalami
gangguan perhatian, konsentrasi menurun,daya ingat menurun, bingung,gelisah tegang dan
ketakutan ( Stuart & Sundeen, 1998). Respon emosi meunjukan mayoritas perawat
mengalami kecemasan saat berinteraksi dengan pasien. Sebagian lagi perawat mengalami
kehilangan minat untuk beinteraksi dengan pasien. Perawat juga mengalami ketegangan .
Semua respon yang muncul merupakan respon normal yang terjadi saat seseorang
mengalami kecemasan ringan dan sedang. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori
psikoanalitik dalam Hilgard”s Introduction to Psikology ( Atkinson,1996). Dalam teori ini
Freud menjelaskan kecemasan merupakan konflik internal antara id dan superego. id
mewakili keinginan primitive dan insting. Sedangkan superego merupakan kebalikan dari id
yaitu refleksi suara hati dan Batasan-batasan yang diperoleh dalam budaya dan lingkungan.
Perawat yang merawat pasien Covid-19, akan lebih memilih merawat pasien dengan
penyakit bukan infeksi. Sehingga resiko tertular penyakit minimal. Hal ini merupakan
gambaran dari id perawat. Namun ada hal-hal yang membatasi terwujudnya id tersebut yang
disebut dengan superego. superego disini dapat berupa kewajiban perawat yang harus
memberikan asuhan keperawatan untuk meningkatkan, memulihkan,dan mempertahankan
Kesehatan serta kesejahteraan pasien ( Potter & Perry, 1997). Dalam pemberian asuhan
keperawatan , perawat juga tidak membeda-bedakan bangsa, ras,warna kulit, usia, jenis
kelamin,status sosisal dan politik (ICN, 1973). Dalam hal ini terjadi konflik internal pada
perawat antara id dan superego. konflik id dan superego yang terjadi akhirnya menimbulkan
kecemasan.
Kecemasan dapat langsung diekspresikan melalui perubahan fisiologis dan
peilaku.atau secara tidak langsung melalui gejala-gejala yang timbul atau mekanisme coping
yang berkembang sebagai mekanisme pertahanan diri terhadap kecemasan. Ketika
mengalami kecemasan seseorang akan menggunakan mekanisme koping yang berbeda-beda
sebagai usaha untuk mengatasi kecemasan tersebut ( Stuart & Sundeen, 1998). lebih
mendekatkan diri kepada tuhan merupakan kopeng yang paling banyak digunakan oleh
perawat ruang isolasi covid-19.
Selain itu koping positif perawat ruang isolasi mencari informasi tentang Covid-19
lebih banyak, memperbanyak pengatahuan tentang cara pencegahan, tanda dan gejala, cara
pencegahan covid 19, memakai Teknik universal precaution, sehingga pewat dapat
menurunkan resiko tertular penyakit infeksi covid 19 dan dapat mengantisipasi dengan
segera apabila muncul gejala-gejala yang mirip dengna gejala covid 19. Dari hasil penelitian
secara keseluruahan tidak ada hasil yang menyimpang dari teori teori atau hal yang
diperkirakan. Mayoritas perawat diruang isolasi kemuning tidak mengalami kecemasan.
Perawat yang mengalami cemas ringan – panik mengalami berbagai respon baik respon
fisiologis, kognitif dan emosi. Ddlam mengatasi keadaan cems yang berkepanjangan
perawat membangun sistem coping yang berbeda-beda.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Stuart & Sundeen (1998) bahwa pada cemas
sedang terjadi beberapa respon yaitu respon fisiologis dimana seseorang akan mengalami
gejala yang tidak normal. untuk respon kognitif respon muncul secara langsung,masih dapat
memecahkan masalah secara efektif dan baik,respon langsung dan perlu dukungan,
perhatian selektif berfokus pada rangsangan yang tidak menambah kecemasan.
Selain itu juga perawat yang mengalami cemas ringan walaupun tidak sebanyak
perawat yang mengalami cemas sedang, Kecemasan ringan dapat menyebabkan pada
seseorang terjadi peningkatan kebutuhan sehingga memodifikasi perilaku penyesuaian diri
terhadap berbagai rangsangan internal dan eksternal.

SIMPULAN

Gambaran karakteristik Responden berdasarkan usia, jenis kelamin dan tingkat


Pendidikan perawat mempengaruhi tingkat kecemasan tingkat kecemasan. Berdasarkan usia
rentang 31-35 Tahun yang paling banyak mengalami kecemasan, Berdasarkan jenis kelamin,
perempuan lebih tinggi mengalami kecemasan akibat mental dalam menghadapi situasi yang
mengamcam rendah. Berdasarkan tingkat Pendidikan ,Pengetahuan dan pengalaman
seseorang dapat membantu dalam menyelesaikan masalah psikis termasuk kecemasan..

SARAN

Penelitian yang dilakukan selanjutnya sebaiknya menggunakan metode korelasi


untuk mencari hubungan antara tingkat Pendidikan, usia, pengalaman kerja dengan
tingkat kecemasan serta Penelitian yang dilakukan selanjutnya sebaiknya menggunakan
metode korelasi untuk mencari hubungan antara tingkat Pendidikan, usia, pengalaman
kerja dengan tingkat kecemasan. Dalam rangka mencegah meningkatnya tingkat
kecemasan perawat ruang isolasi ,pihak rumah sakit sebaiknya membuat SOP tentang
kecemasan, melakukan penyuluhan, konsultasi,dan pelatihan untuk mengatasi kecemasan
secara kontinyu bekerja sama Dengan petugas Kesehatan jiwa

DAFTAR PUSTAKA

Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Maret 2020, Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Coronavirus Disease (COVID-19) Revisi ke-4.

Hawari, Dadang. 2008. Manajemen Stres, Cemas, dan Depresi. Penerbit FK Universitas


Indonesia.
Elsevier, Joernal of Anciety Disorder, 2020.

Factors Associated With Mental Health Outcomes Among Health Care Woerkers

Exposed to Coronavirus Disease 2019, JAMA Network OPEN, Psychiatry, 2020.saat


Pandemi Covid-19.
Gambaran Tingkat Cemas Perawat Pandemi Covid-19 Di Negara Berkembang dan Negara
Maju : Literature Review, Dinamika Kesehatan Jurnal Kebidanan dan Keperawatan Vol 11 No 1
Juli, 2020.

Huilan Tu & Sheng Tu et al, Journal of Infection, Epidemiological and Clinical Features of
Covid-19 and Lessons from this Global infectious public health event, 2019.

Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia (JPKI) , Faktor yang mempengaruhi Kecemasan


pada Tenaga Kesehatan Dalam upaya Pencegahan Covid-19,Published juni 20, 2020.

Konsep Dasar Keperawatan, Komprehensive, Peran ,Fungsi dan Tugas Perawat, Cetakan
pertama, ,Desember, 2016.

Medscape, Over View Anxiety Disorders,Mar 27, 2019.

Nechita., Motorga., “ A review of the influence the anxiety exerts on human life “ Rom J
Morphol Embryol 2018, 59(4):1045–1051
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta

Pedoman Tatalaksana COVID-19 Edisi 2 ,Perhimpunan Dokter Pari Indonesia(PDPI) et al ,


2020.

Pusat Informasi dan Koordinasi COVID-19 Provinsi Jawa Barat.

Ruilin Li & Youlin Chen BS et al, Medicine,(Baltimore), Wolter Kluwer, Anxiety and related in
frontline clinical Nurses Fighting COVID-19 in Wuhan.2020, jul 24.

Peter Roy Byrne, MD Reviewing Lai j et al. JAMA Netw open 2020 mar,23 Mental Health
Effect of COVID-19 on Healthcare in China.

Pedoman Teknis Penulisan Tugas Akhir, Institut Teknologi Kesehatan Rajawali Bandung
Rina Tri Handayani & Suminanto, Kondisi Dan Strategi Penanganan Kecemasan Pada tenaga
Kesehatan saat pandemi COVID-19,Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa ,Volume 3 N0.3 ,Hal
365-374 , Agustus , 2020.

Stuart, Gail W. 2008. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: Penerbit EGC.

Susilo Adityo & C. Martin Rumende, Coronavirus Disease 2019: Tinjauan Literatur Terkini,
2020

Suparyanto, 2011. Konsep Cemas. http://dr-suparyanto.blogspot.com/2011/03/ konsep-


cemas.html (Diakses  17 Februaari 2012)

WHO, Tatalaksana klinis Infeksi saluran pernapasan akut berat (SARI) suspek penyakit Covid-
19, 2020.

WHO, Tatalaksana klinis Infeksi saluran pernapasan akut berat (SARI) suspek penyakit Covid-
19, 2020.

Yuliana, Coronavirus diseases (Covid-19); sebuah tinjauan literature review, Fakultas


Kedokteran Universitas Lampung, 2020

Anda mungkin juga menyukai