Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN TN.

D DENGAN DIAGNOSA
MEDIS WAHAM

DI SUSUN OLEH :

NI KADEK YUNI SELVIANA, S.Kep.


NIM. 2020032057

POGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA
NUSANTARA PALU
TAHUN 2021

LAPORAN PENDAHULUAN

NI KADEK YUNI SELVIANA, S.Kep PROFESI NERS STIKES 1


WNP
“ WAHAM “

A. Tinjauan Medis.
1. Pengertian.
Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian
realitas yang salah, keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkat
intelektual dan latar belakang budaya, ketidakmampuan merespon stimulus
internal dan eksternal melalui proses iteraksi atau informasi secara akurat.
(Linka, 2017)
Waham adalah keyakinan terhadap sesuatu yang salah dan secara
kukuh dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan
bertentangan dengan realita normal (Stuart dan Sundeen, 1998 dalam
Firdaus, 2016).
Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian
realitas yang salah, keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkat
intelektual dan latar belakang budaya, ketidakmampuan merespon stimulus
internal dan ekternal melalui proses interaksi atau informasi secara akurat
(Keliat, 2000 dalam Kusumawati & Hartono, 2015).
2. Psikodinamika.
Menurut Yosep (2015), adapun proses terjadinya waham, yaitu: 
a.    Fase lack of human need 
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien
baik secara fisik maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat
terjadi pada orang-orang dengan status sosial dan ekonomi sangat
terbatas. Biasanya klien sangat miskin dan menderita. Keinginan ia
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk melakuakn
kompensasi yang salah. Ada juga klien yang secara sosial dan ekonomi
terpenuhi tetapi kesenjangan antara reality dengan self ideal sangat
tinggi. Misalnya ia seorang sarjana tetapi menginginkan dipandang
sebagai seorang yang dianggap sangat cerdas, sangat berpengalaman
dan diperhitungkan dalam kelompoknya. Waham terjadi karena sangat
pentingnya pengakuan bahwa ia eksis di dunia ini. Dapat dipengaruhi

NI KADEK YUNI SELVIANA, S.Kep PROFESI NERS STIKES 2


WNP
juga oleh rendahnya penghargaan saat tumbuh kembang (life span
history).
b. Fase lack of self esteem
Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya
kesenjangan antara self ideal dengan self reality (kenyataan dengan
harapan) serta dorongan kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan
standar lingkungan sudah melampaui kemampuannya. Misalnya, saat
lingkungan sudah banyak yang kaya, menggunakan teknologi
komunikasi yang canggih, berpendidikan tinggi serta memiliki
kekuasaan yang luas, seseorang tetap memasang self ideal yang
melebihi lingkungan tersebut. Padahal self reality-nya sangat jauh. Dari
aspek pendidikan klien, materi, pengalaman, pengaruh, support
system semuanya sangat rendah.
c. Fase control internal external
Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau
apa-apa yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan
tidak sesuai dengan kenyataan. Tetapi mengahadapi kenyataan bagi
klien adalah sesuatu yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk
diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima lingkungan
menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum
terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar klien mencoba
memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu tidak
benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adequate karena besarnya
toleransi dan keinginan menjaga perasaan. Lingkungan hanya menjadi
pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif berkepanjangan dengan
alasan pengakuan klien tidak merugikan orang lain.
d. Fase environment support
Ada beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya
menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien
menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran
karena seringnya diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan

NI KADEK YUNI SELVIANA, S.Kep PROFESI NERS STIKES 3


WNP
kontrol diri dan tidak berfungsinya norma (Super ego) yang ditandai
dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong.
e.   Fase comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta
menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan
mendukungnya. Keyakinan sering diserati halusinasi pada saat klien
menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien lebih sering
menyendiri dan menghindari interkasi sosial (isolasi sosial).
f.   Fase improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap
waktu keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham
yang muncul sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau
kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham
bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat
menimbulkan ancaman diri dan orang lain. Penting sekali untuk
menggung kayakinan klien dengan cara konfrontatif serta memperkaya
kayakinan religiusnya bahwa apa-apa yang dilakukan menimbulkan
dosa besar serta konsekuensi sosial.

Kerusakan Resiko mencederai diri


Effect.
komunikasi sendiri, orang lain, dan
verbal lingkungan

Core problem Gangguan proses pikir;


waham

Harga diri rendah


Causa

Gambar 2.1 Pohon Masalah.

NI KADEK YUNI SELVIANA, S.Kep PROFESI NERS STIKES 4


WNP
3. Faktor Predisposisi.
Menurut Direja (2011), faktor predisposisi dari gangguan isi pikir, yaitu:
a. Faktor perkembangan
Hambatan perkembangan akan menganggu hubungan interpersonal
seseorang. Hal ini dapat meningkatkan stres dan ansietas yang berakhir
dengan gangguan persepsi, klien menekan perasaannya sehingga
pematangan fungsi intelektual dan emosi tidak efektif.
b. Faktor sosial budaya.
Seseorang yang merasa diasingkan dan kesepian dapat menyebabkan
timbulnya waham.
c. Faktor psikologis.
Hubungan yang tidak harmonis, peran ganda atau bertentangan, dapat
menimbulkan ansietas dan berakhir dengan pengingkaran terhadap
kenyataan.
d. Faktor biologis.
Waham diyakini terjadi karena adanya atrofi otak, pembesaran vertikel di
otak, atau perubahan pada sel kortikal dan limbic.
4. Faktor Presipitasi.
Menurut Direja (2011) faktor presipitasi dari gangguan isi pikir: waham,
yaitu :
a. Faktor sosial budaya.
Waham dapat dipicu karena adanya perpisahan dengan orang yang
berarti atau diasingkan dari kelompok.
b. Faktor biokimia.
Dopamine, norepineprin, dan zat halusinogen lainnya diduga dapat
menjadi penyebab waham pada seseorang.
c. Faktor psikologis.
Kecemasan yang memandang dan terbatasnya kemampuan untuk
mengatasi masalah sehingga klien mengembangkan koping untuk
menghindari kenyataan yang menyenangkan.

NI KADEK YUNI SELVIANA, S.Kep PROFESI NERS STIKES 5


WNP
5. Tanda dan Gejala.
a. Gangguan fungsi kognitif (perubahan daya ingat); Cara berpikir magis
dan primitif, perhatian, isi pikir, bentuk dan pengorganisasian bicara
(tangensial, neologisme, sirkumtansial)
b. Fungsi persepsi; Depersonalisasi dan halusinasi
c.  Fungsi emosi; Afek tumpul à kurang respon emosional, afek datar,
afek tidak sesuai, reaksi berlebihan, ambivalen
d.  Fungsi motorik; Imfulsif à gerakan tiba-tiba dan spontan, manerisme,
stereotopik à gerakan yang diulang-ulang, tidak bertujuan, tidak
dipengaruhi stimulus yang jelas, katatonia.
e. Fungsi sosial : kesepian
f. Isolasi sosial, menarik diri dan harga diri rendah. Dalam tatanan
keperawatan jiwa respon neurobiologis yang sering muncul adalah
gangguan isi pikir : waham dan gangguan persepsi sensori : halusinasi.
(Firdaus, 2016).
6. Klasifikasi Waham.
Tanda dan gejala waham berdasarkan jenisnya meliputi :
a. Waham kebesaran: individu meyakini bahwa ia memiliki kebesaran
atau kekuasaan khusus yang diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai
kenyataan. Misalnya, “Saya ini pejabat di separtemen kesehatan lho!”
atau, “Saya punya tambang emas.”
b.  Waham curiga: individu meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok
yang berusaha merugikan/mencederai dirinya dan siucapkan berulang
kali, tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh, “Saya tidak tahu seluruh
saudara saya ingin menghancurkan hidup saya karena mereka iri
dengan kesuksesan saya.”
c. Waham agama: individu memiliki keyakinan terhadap terhadap suatu
agama secara berlebihan dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak
sesuai kenyataan. Contoh, “Kalau saya mau masuk surga, saya harus
menggunakan pakaian putih setiap hari.”
d. Waham somatic: individu meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya
terganggu atau terserang penyakit dan diucapkan berulang kali, tetapi

NI KADEK YUNI SELVIANA, S.Kep PROFESI NERS STIKES 6


WNP
tidak sesuai dengan kenyataan. Misalnya, “Saya sakit kanker.”
(Kenyataannya pada pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan tanda-
tanda kanker, tetapi pasien terus mengatakan bahwa ia sakit kanker).
e. Waham nihilistik: Individu meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di
dunia/meninggal dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai
kenyataan. Misalnya, ”Ini kan alam kubur ya, sewmua yang ada disini
adalah roh-roh”.
f. Waham sisip pikir : keyakinan klien bahwa ada pikiran orang lain yang
disisipkan ke dalam pikirannya.
g. Waham siar pikir : keyakinan klien bahwa orang lain mengetahui apa
yang dia pikirkan walaupun ia tidak pernah menyatakan pikirannya
kepada orang tersebut
h. Waham kontrol pikir : keyakinan klien bahwa pikirannya dikontrol oleh
kekuatan di luar dirinya. (Linka, 2015).
Kategori Waham :
a. Waham sistematis: konsisten,  berdasarkan pemikiran mungkin  terjadi
walaupun hanya secara  teoritis.
b. Waham nonsistematis: tidak  konsisten, yang secara logis dan  teoritis
tidak mungkin. (Yosep, 2015).

7. Rentang Respon.

Gambar 7.1 Rentang respon.

Adaptif Maladaptif

a. Pikiran logis a. Kadang proses pikir a. Gangguan proses


b. Persepsi akurat terganggu. pikir.
c. Emosi konsisten b. Ilusi b. Perubahan proses
dengan c. Emosi berlebihan. emosi.
pengalaman d. Perilaku tdk biasa. c. Perilaku
d. Interaksi sosial. e. Menarik dirivv disorganisasi.
d. Isos

NI KADEK YUNI SELVIANA, S.Kep PROFESI NERS STIKES 7


WNP
8. Mekanisme Koping.
a. Klien : identifikasi koping kekuatan dan kemampuan yang masih
dimiliki klien.
b. Sumber daya dan duungan sosial : pengetahuan keluarga, finansial
keluarga, waktu dan tenaga keluarga yang tersedia, kemampuan
keluarga memberikan asuhan. (Linka, 2015)
9. Dampak yang Ditimbulkan.
Akibat yang ditimbulkannya adalah beresiko mencederai diri, orang lain dan
lingkungan. Tanda dan gejala:
a. Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama,
kebesaran, kecurugaan, keadaan dirinya berulang kali secara berlebihan
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
b. Klien tampak tidak mempunyai orang lain.
c. Curiga.
d. Bermusuhan.
e. Merusak (diri, orang lain, lingkungan).
f. Takut, sangat waspada.
g. Tidak dapat menilai lingkungan atau lingkungan.
h. Ekspresi wajah tegang.
i. Mudah tersinggung ( Firdaus, 2016).

B. Tinjauan Keperawatan.
1. Pengkajian.
Data yang perlu dikaji pada pasien dengan gangguan isi pikir: waham
(Yosep, 2015), adalah:
Data subyektif.
a. Klien mengatakan bahwa dirinya adalah orang yang paling hebat.
b. Klien mengatakan bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus..
Data obyektif.
a. Klien terus berbicara tentang kemampuan yang dimilikinya..
b. Pembicaraan klien cenderung berulang-ulang.
c. Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan.

NI KADEK YUNI SELVIANA, S.Kep PROFESI NERS STIKES 8


WNP
2. Masalah yang Lazim Muncul.
a.  Gangguan proses pikir: waham
b. Risiko perilaku kekerasan
c. Isolasi sosial
d. Harga diri rendah kronik

3. Intervensi Keperawatan.

N KLIEN KELUARGA
O SP1P SPIK
1 Membantu Orientasi realita Mendiskusikan masalah yang
dirasakan keluarga dalam merawat
2 Mendiskusikan kebutuhan yang pasien
tidak terpenuhi
Menjelaskan pengertian,tanda dan
3 Membantu pasien memenuhi gejala waham dan jenis waham
kebutuhannya yang dialami pasien beserta proses
terjadinya
4 Menganjurkan pasien memasukan
dalam jadwal kegiatan harian Menjelaskan cara-cara merawat
pasien waham
SP2P SP2K
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan Melatih keluarga mempraktikkan
harian pasien cara merawat pasien dengan waham

2 Berdiskusi tentang kemampuan Melatih keluarga mempraktikkan


yang dimiliki cara merawat langsung kepada
pasien  waham
3 Melatih kemampuan yang
dimiliki

SP3P SP3K
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan Membantu keluarga membuat
harian pasien jadwal aktivitas di rumah termasuk
minum obat ( discharge planing )
2 Memberikan pendidikan
kesehatan tentang penggunaan Menjelaskan follow- uf pasien
obat secara teratur setelah pulang
3
Menganjurkan pasien memasukan
dalam jadwal kegiatan harian

Sumber; Firdaus,2016

NI KADEK YUNI SELVIANA, S.Kep PROFESI NERS STIKES 9


WNP
Daftar Pustaka.

Budi Anna, K. 2019. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. EGC : Jakarta.

Firdaus , 2020. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Salemba Medika; Yogyakarta.

Kusumawati dan Hartono, 2017. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. TIM; Yogyakarta.

Linka, 2016. Asuhan Keperawatan Jiwa ed. II. BITI; Palembang

Yosep, 2018. Keperawatan Jiwa. Refika Aditama; Bandung.

NI KADEK YUNI SELVIANA, S.Kep PROFESI NERS STIKES 10


WNP
NI KADEK YUNI SELVIANA, S.Kep PROFESI NERS STIKES 11
WNP
NI KADEK YUNI SELVIANA, S.Kep PROFESI NERS STIKES 12
WNP
NI KADEK YUNI SELVIANA, S.Kep PROFESI NERS STIKES 13
WNP
NI KADEK YUNI SELVIANA, S.Kep PROFESI NERS STIKES 14
WNP
NI KADEK YUNI SELVIANA, S.Kep PROFESI NERS STIKES 15
WNP
NI KADEK YUNI SELVIANA, S.Kep PROFESI NERS STIKES 16
WNP
NI KADEK YUNI SELVIANA, S.Kep PROFESI NERS STIKES 17
WNP
NI KADEK YUNI SELVIANA, S.Kep PROFESI NERS STIKES 18
WNP
NI KADEK YUNI SELVIANA, S.Kep PROFESI NERS STIKES 19
WNP
NI KADEK YUNI SELVIANA, S.Kep PROFESI NERS STIKES 20
WNP
NI KADEK YUNI SELVIANA, S.Kep PROFESI NERS STIKES 21
WNP
NI KADEK YUNI SELVIANA, S.Kep PROFESI NERS STIKES 22
WNP
NI KADEK YUNI SELVIANA, S.Kep PROFESI NERS STIKES 23
WNP
NI KADEK YUNI SELVIANA, S.Kep PROFESI NERS STIKES 24
WNP
NI KADEK YUNI SELVIANA, S.Kep PROFESI NERS STIKES 25
WNP

Anda mungkin juga menyukai