BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan yang dilakukan pemerintah dan masyarakat bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Indonesia merupakan
negara berkembang, yang merencanakan perubahan-perubahan dalam masyarakat yang adil
dan makmur, material maupun spiritual untuk mengentaskan masalah-masalah sosial yang
semakin hari semakin meningkat. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu adanya pelaksanaan
pembangunan ekonomi yang memperlihatkan keserasian, keselarasan dan keseimbangan
unsur-unsur pemerataan sebuah pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. dalam hal ini
sektor usaha kecil atau sektor informal sangat berperan penting dan strategis dalam
pembangunan nasional, baik dari segi kuantitas maupun dari segi kemampuannya dalam
peningkatan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja untuk mewujudkan pemerataan hasil
pembangunan, termasuk pengentasan kemiskinan.[1]
Secara umum, istilah kesejahteraan sosial sering diartikan sebagai kondisi sejahtera,
yaitu suatu keadaan terpenuhinya segala bentuk kebutuhan hidup, khususnya yang bersifat
mendasar seperti makanan, pakaian, perumahan, pendidikan dan perawatan kesehatan.
Pengertian seperti ini menempatkan kesejahteraan sosial sebagai tujuan akhir dari suatu
kegiatan pembangunan.
Kesejahteraan sosial yang digambarkan al-Qur`an tercermin dari surga yang dihuni
oleh Adam dan istrinya, sesaat sebelum turunnya mereka menjalankan tugas kekhalifahan di
muka bumi. Keadaan Adam dan istrinya di surga merupakan bayang-bayang impian manusia
akan kehidupan yang nyaman, tercukupinya pangan, sandang dan papan, dalam artian tidak
kelaparan, dahaga, telanjang, dan kepanasan. Tercukupinya kebutuhan Adam selama di surga
merupakan unsur pertama dan utama kesejahteraan sosial.[14]
Keadaan Adam dan istrinya yang tercukupi kesejahteraan sosialnya selama di surga
dapat kita lihat dalam firman Allah surat Thaha ayat 117-119.
uZù=à)sù ãPyŠ$t«¯»tƒ ¨bÎ) #x‹»yd Ar߉tã y7©9 šÅ_÷rt“Ï9ur Ÿxsù %m„äl¨Yy_Ì÷‚ムz$
`ÏB Ïp¨Yyfø9$# #’s+ô±tFsù ÇÊÊÐÈ
bÎ) y7s9 žwr& tíqègrB $pkŽÏù Ÿwur 3“t÷ès? ÇÊÊÑÈ y7¯Rr&ur Ÿw (#àsyJôàs? $pkŽÏù ¨
Ÿwur 4ÓysôÒs? ÇÊÊÒÈ
Artinya: kemudian Kami berfirman, “Wahai Adam, sesungguhnya ini (iblis) adalah musuh bagimu
dan bagi istrimu, maka sekali-kali jangan sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari surga,
nanti kamu celaka. Sungguh, ada jaminan untukmu di sana, engkau tidak akan kelaparan dan
tidak akan telanjang. Dan sungguh, di sana engkau tidak akan merasa dahaga dan tidak akan
ditimpa panas matahari”.(QS. Thaha: 117-119).[15]
Artinya: Barangsiapa mengerjakan kebaikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan
beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri
balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS. An-Nahl:
97).[17]
Artinya: Dan sungguh, Kami telah menempatkan di bumi dan di sana Kami sediakan (sumber)
penghidupan untukmu. (tetapi) sedikit kamu bersyukur. (QS. Al-A`raf: 10).[18]
Pada ayat di atas, Allah mengingatkan kepada hambaNya untuk mensyukuri nikmat
yang telah diberikanNya. Nikmat itu adalah sarana untuk mendapatkan kesejahteraan yang
berupa bumi yang diciptakanNya untuk tempat tinggal, tempat untuk memenuhi segala tujuan
hidup, menguasai tanah, hasil tanamannya, binatang-binatangNya, dan tambang-tambangnya
yang semua itu nikmat yang Allah berikan.
Berdasarkan penjelasan dari beberapa ayat Al-Qur`an di atas, dapat diambil
kesimpulan kesejahteraan dalam perspektif Islam adalah terpenuhinya kebutuhan materi dan
non materi, dunia dan akhirat berdasarkan kesadaran pribadi dan masyarakat untuk patuh, taat
dan sadar terhadap hukum yang dikehendaki oleh Allah melalui petunjukNya dalam Al-
Qur`an. Oleh karena itu kesejahteran bukanlah sebuah cita-cita yang tanpa pengorbanan
tetapi membutuhkan perjuangan yang terus menerus dan berkelanjutan.
Menurut Undang-undang No 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial,
Kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual dan sosial
warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat
melaksanakan fungsi sosialnya. Permasalahan kesejahteraan sosial yang berkembang dewasa
ini menunjukkan bahwa ada warga negara yang belum terpenuhi hak atas kebutuhan dasarnya
secara layak karena belum memperoleh pelayanan sosial dari negara. Akibatnya, masih ada
warga negara yang mengalami hambatan pelaksanaan fungsi sosial sehingga tidak dapat
menjalani kehidupan secara layak dan bermartabat. Di samping itu, kebahagiaan dan
kesejahteraan hidup yang harus tercakup di dalamnya adalah adanya rasa tenteram, aman dan
damai. Seseorang akan merasa bahagia apabila terpenuhi unsur-unsur tersebut dalam
kehidupannya. Sedangkan sejahtera diartikan sebagai keadaan lahiriah yang diperoleh dalam
kehidupan duniawi yang meliputi : kesehatan, sandang, pangan, papan, perlindungan hak
asasi dan sebagainya. Jadi seseorang yang sejahtera hidupnya adalah orang yang memelihara
kesehatannya, cukup sandang, pangan dan papan. Mereka juga diterima dalam pergaulan
masyarakat yang beradab dan hak-hak asasinya terlindungi oleh norma agama, norma hukum
dan norma susila.
Kesejahteraan sosial memiliki banyak makna yang berbeda walaupun substansinya
tetap sama. Kesejahteraan sosial pada dasarnya memiliki tiga konsepsi yaitu:
1. Kondisi kehidupan atau keadaan sejahtera yaitu terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan
jasmaniah, rohaniah dan sosial.
2. Institusi, arena atau bidang kegiatan yang melibatkan lembaga kesejahteraan sosial dan
berbagai profesi kemanusiaan yang menyelenggarakan usaha kesejahteraan sosial dan
pelayanan sosial.
3. Aktivitas, yakni kegiatan-kegiatan usaha yang terorganisir untuk mencapai kondisi
sejahtera.[19]
Dengan demikian kesejahteraan sangat erat hubungannya dengan perkembangan
ekonomi masyarakat, karena dengan adanya kebijakan sosial, pelayanan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat akan menjadi baik.
Dalam penjelasan di atas kesejahteraan sosial sulit untuk didefinisikan, meskipun
begitu bukan berarti kesejahteraan sosial harus didefinisikan karena menyangkut pokok
pembicaraan tentang pekerjaan sosial yang mengupayakan kesejahteraan bagi masyarakat.
Kesejahteraan sosial juga dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi yang harus
memenuhi tiga syarat utama:
1. Dapat mengatur permasalahan sosial dengan baik.
2. Kebutuhan dapat terpenuhi
3. Ketika peluang-peluang sosial terbuka.
Setiap orang pasti memiliki masalah sosial, baik orang kaya ataupun miskin pasti
akan menghadapi masalah sosial tersebut, namun tidak semua orang bisa menyelesaikan
setiap masalah yang dihadapinya. Maka kesejahteraannya tergantung pada kemampuannya
dalam menghadapi dan meyelesaikan setiap masalah. Setiap individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat pasti memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi. Kebetuhan tersebut tidak
hanya dalam bentuk ekonomi, tetapi juga menyangkut keamanan, kesehatan, pendidikan,
keharmonisan dalam pergaulan dan kebutuhan lain selain kebutuhan ekonomi.
Fungsi-fungsi kesejahteraan sosial bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi
tekanan-tekanan yang diakibatkan terjadinya perubahan-perubahan sosio-ekonomi,
menghindarkan terjadinya konsekuensi-konsekuensi sosial negatif akibat pembangunan serta
menciptakan kondisi-kondisi yang mampu mendorong peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Adapun fungsi-fungsi kesejahteraan sosial tersebut adalah:
a. Fungsi Pencegahan (Preventive)
Kesejahteraan sosial ditujukan untuk memperkuat individu, keluarga, dam masyarakat supaya
terhindar dari masalah-masalah sosial baru.
b. Fungsi Penyembuhan (Curative)
Kesejahteraan sosial ditujukan untuk menghilangkan kondisi-kondisi ketidakmampuan fisik,
emosional, dan sosial agar orang yang mengalami masalah tersebut dapat berfungsi kembali
secara wajar dalam masyarakat.
c. Fungsi Pengembangan (Development)
Kesejahteraan sosial berfungsi untuk memberikan sumbangan langsung ataupun tidak
langsung dalam prosen pembangunan atau pengembangan tatanan dan sumber-sumber daya
sosial dalam masyarakat.
d. Fungsi Penunjang (Supportive)
Fungsi ini mencakup kegiatan-kegiatan untuk membantu mencapai tujuan sector atau bidang
pelayanan kesejahteraan sosial. Bedasarkan uraiaan di atas, fungsi pelayanan sosial pada
hakikatnya adalah mencegah serta menaggulangi masalah-masalah sosial yang terkait dengan
kesejahteraan sosial bagi individu, kelompok dan masyarakat, dimana sebagai investasi untuk
mencapai tujuan pelayanan sosial.[20]
Berdasarkan penjelasan kesejahteraan yang sudah dipaparkan diatas, dapat diambil
kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan kesejahteraan adalah keadaan terpenuhinya segala
bentuk kebutuhan hidup, baik kebutuhan yang bersifat mendasar seperti makanan, pakaian,
perumahan, pendidikan dan perawatan kesehatan. Kesejahteraan merupakan cita-cita sosial
setiap manusia yang tidak hanya sekedar diangankan untuk dimiliki tetapi juga harus
diusahakan, karena tanpa ada usaha dan kerja sama yang baik kesejahteraan sosial hanyalah
fatamorgana.
D. Keluarga
Menurut Ki Hajar Dewantara, sebagaimana dikutip oleh Sua`adah. Suasana
kehidupan keluarga merupakan tempat yang sebaik-baiknya untuk melakukan pendidikan
orang perorang (pendidikan individual) maupun pendidikan sosial. Keluarga itu tempat
pendidikan yang sempurna sifat dan wujudnya untuk melangsungkan pendidikan kearah
pembentukan pribadi yang utuh, tidak saja bagi kanak-kanak tetapi juga bagi para remaja.
Peran orangtua dalam keluarga sabagai penuntun, sebagai pengajar dan pemberi contoh.[21]
Menurut Robert M.Z. Lawang, sebagaimana dikutip oleh Janu
Murdiyatmoko. Keluarga merupakan suatu gejala yang universal. artinya, di semua
masyarakat pasti ada keluarga. Keluarga memiliki empat karakteristik yang khas, yaitu
sebagai berikut:
1. Keluarga terdiri atas orang-orang yang bersatu karena ikatan perkawinan, darah, atau
adopsi. Adapun yang mengikat suami istri adalah perkawinan, sedangkan yang
mempersatukan orangtua dan anak-anak adalah hubungan darah dan dapat pula adopsi.
2. Para anggota keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam suatu rumah, dan mereka
membentuk satu rumah tangga. Kadang-kadang suatu rumah tangga terdiri atas kakek dan
nenek, semua anak-anaknya, cucu-cucunya, dan anak dari cucu-cucunya itu. selain itu,
kadang-kadang satu rumah tangga itu hanya terdiri atas suami istri tanpa anak, atau dengan
satu, dua, dan tiga anak.
3. Keluarga merupakan satu kesatuan orang-orang yang berinteraksi dan saling berkomunikasi,
yang memainkan peran suami dan istri, bapak dan ibu, anak laki-laki dan anak perempuan,
serta peran saudara laki-laki dan saudara perempuan.
4. Keluarga mempertahankan suatu kebudayaan bersama, yang sebagian besar berasal dari
kebudayaan umum yang lebih luas. Misalnya, keluarga orang jawa akan memakai
kebudayaan jawa pada umumnya. Akan tetapi dalam masyarakat yang memiliki banyak
kebudayaan, setiap keluarga mengembangkan kebudayaannya sendiri-sendiri.[22]
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan keluarga
adalah kelompok orang-orang yang dipersatukan oleh ikatan perkawinan, darah, atau adopsi.
Keluarga membentuk suatu rumah tangga yang berinteraksi dan berkomunikasi antara satu
dan lainnya melalui peran-perannya sebagai anggota keluarga dalam mempertahankan
kebudayaan masyarakat yang berlaku umum, atau menciptakan kebudayaannya sendiri.
Keluarga juga dapat dikatakan sebagai kesatuan sosial terkecil dan paling utama bagi
tercapainya kehidupan sosial masyarakat yang memiliki fungsi-fungsi pokok, yaitu
pemenuhan kebutuhan biologis, emosional, pendidikan, dan sosial ekonomi.
E. Kesejahteraan Keluarga
Kesejahteraan keluarga adalah suatu kondisi dinamis keluarga dimana terpenuhi
kebutuhan fisik, materil, mental, spiritual dan sosial, yang memungkinkan keluarga dapat
hidup wajar sesuai dengan lingkungannya serta memungkinkan anak-anak tumbuh kembang
dan memperoleh perlindungan yang diperlukan untuk membentuk sikap mental dan
kepribadian yang mantap dan matang sebagai sumber daya manusia yang berkualitas.[23]
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga sejahtera merupakan
kondisi terpenuhinya kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder dalam kehidupan suatu
keluarga dalam masyarakat. Kesejahteraan keluarga merupakan suatu upaya untuk membantu
keluarga dalam memenuhi kebutuhan dasar, sosial, jasmani dan rohani supaya bisa mencapai
kesejahteraan.
Sedangkan keluarga sejahtera menurut UU Nomor 52 tahun 2009 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, keluarga sejahtera
adalah keluarga yang dibentuk atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan
spiritual dan materil yang layak, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki
hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antar anggota dan antar keluarga dengan
masyarakat dan lingkungannya.[24]
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat dikembangkan indikator-indikator
mengenai tingkat kesejahteraan keluarga. Indikator tersebut sangat bermanfaat untuk bisa
melihat kondisi kesejahteraan keluarga. Dalam indikator tersebut, tingkat kesejahteraan
keluarga dibagi dalam 5 (lima) tahapan yaitu tahap prasejahtera, tahap sejahtera I, tahap
sejahtera II, tahap sejahtera III, dan tahap sejahtera III Plus.[25]
Permasalahan kesejahteraan sosial yang berkembang dewasa ini menunjukkan
bahwa ada warga negara yang belum terpenuhi hak atas kebutuhan dasarnya secara layak
karena belum memperoleh pelayanan sosial dari negara. Akibatnya, masih ada warga negara
yang mengalami hambatan pelaksanaan fungsi sosial sehingga tidak dapat menjalani
kehidupan secara layak dan bermartabat.
Di samping itu, kebahagiaan dan kesejahteraan hidup yang harus tercakup di
dalamnya adalah adanya rasa tenteram, aman dan damai. Seseorang akan merasa bahagia
apabila terpenuhi unsur-unsur tersebut dalam kehidupannya. Sedangkan sejahtera diartikan
sebagai keadaan lahiriah yang diperoleh dalam kehidupan duniawi yang meliputi :
kesehatan, sandang, pangan, papan, paguyuban, perlindungan hak asasi dan sebagainya. Jadi
seseorang yang sejahtera hidupnya adalah orang yang memelihara kesehatannya, cukup
sandang, pangandan papan. Mereka juga diterima dalam pergaulan masyarakat yang beradab
dan hak-hak asasinya terlindungi oleh norma agama, norma hukum dan norma susila.[26]
Sementara itu, Suharto menjelaskan bahwa kesejahteraan sosial dapat diartikan
sebagai pendekatan atau kegiatan yang terorganisir dalam bidang pembangunan sosial.
[27]
Sementara Kantor Menteri Negara Kependudukan/BKKBN menjelaskan bahwa keluarga
sejahtera mempunyai kesempatan-kesempatan sebagai berikut:
1. Prasejahtera adalah keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara
minimal atau belum seluruhnya terpenuhi seperti: spiritual, pangan, sandang, papan,
kesehatan dan KB.
2. Sejahtera I adalah Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara
minimal, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya seperti kebutuhan
akan pendidikan, KB, interaksi dalam keluarga, interaksi lingkungan tempat tinggal dan
transportasi.
3. Sejahtera II adalah keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya dan kebutuhan
sosial psikologisnya tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangan, seperti
kebutuhan untuk menabung dan memperoleh informasi.
4. Sejahtera III adalah keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, sosial psikologis
dan pengembangan, tetapi belum dapat memberikan sumbangan yang teratur bagi masyarakat
atau kepedulian sosialnya belum terpenuhi seperti sumbangan materi dan berperan aktif
dalam kegiatan masyarakat.
5. Sejahtera III plus adalah keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, sosial
psikologis dan pengembangan dan telah dapat memberikan sumbangan yang teratur dan
berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan atau memiliki kepedulian sosial yang tinggi.[28]
Berdasarkan tahapan-tahapan keluarga sejahtera tersebut, keluarga sejahtera tahap III
plus menjadi tumpuan harapan bagi masyarakat Indonesia pada umumnya. Dalam tahapan
sejahtera III plus suatu keluarga telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, sosial, psikologis
dan pengembangan. Mereka juga mampu memberikan sumbangan secara teratur dan
berperan aktif dalam berbagai kegiatan kemasyarakatandan mungkin memiliki kepedulian
sosial yang tinggi. Pada tahap ini masyarakat sudah dapat hidup secara normal dan memiliki
derajat hidup yang lebih baik.
Dengan berpedoman pada penjelasan keluarga sejahtera di atas, maka dapat
digambarkan tentang kemiskinan atau kurang sejahtera sebagai berikut:
Keluarga prasejahtera adalah keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan
dasarnya secara maksimal, seperti sandang, pangan, papan, kesehatan dan pendidikan.
Mereka dikatakan keluarga miskin atau prasejahtera apabila tidak mampu memenuhi salah
satu dari indikator berikut ini:
a. Menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya.
b. Makan minimal dua kali sehari.
c. Pakaian lebih dari satu pasang.
d. Sebagian lantai rumahnya tidak dari tanah.
e. Jika sakit dibawa ke tempat kesehatan.
Keluarga sejahtera tahap I adalah keluarga yang sudah bisa memenuhi kebutuhan fisik
baik, namun belum bisa memenuhi kebutuhan sosialnya dan psikologis seperti pendidikan,
onteraksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat tinggal dan pekerjaan yang
layak. Adapun indikator dari keluarga sejahtera tahap I ini adalah sebagai berikut:
a. Melaksanakan ibadah secara teratur.
b. Makan daging, telur, atau ikan minimal dalam seminggu sekali.
c. Memiliki baju baru dalam setahun minimal sekali.
d. Luas lantai rumah rata-rata 8M2/anggota keluarga.
e. Anak yang berusia 5-15 tahun bisa sekolah.
f. Salah satu dari anggota keluarga memiliki penghasilan yang tetap.[29]
Keluarga sejahtera tahap II adalah keluarga-keluarga yang bisa memen uhi kebutuhan
dasar dan kebutuhan psikologis tetapi tidak bisa memenuhi kebutuhan tambahan seperti
menabung. Indikator-indikator keluarga sejahtera tahap II sebagai berikut:
a. Berusaha meningkatkan atau menambah pengetahuan agama.
b. Memiliki tabungan.
c. Makan bersama anggota keluarga minimal sekali sehari.
d. Ikut terlibat dalam kegiatan masyarakat.
e. Rekreasi paling tidak sekali dalam sebulan.
f. Memperoleh informasi seperti surat kabar, radio, televisi, majalah.
g. Anggota keluarga bisa menggunakan alat transportasi.
Keluarga sejahtera tahap III adalah keluarga-keluarga yang sudah bisa memenuhi
kebutuhan pada tahapan keluarga tahap I dan II tetapi belum bisa memberikan kontribusi
maksiamal terhadap masyarakat dan ikut aktif dalam masyarakat. Adapun indikator-
indikatornya sebagai berikut:
a. Memberikan sumbangan suakrela secara teratur dalam bentuk materi kepada masyarakat.
b. Aktif sebagai pengurus yayasan/institusi dalam kegiatan masyarakat.
Keluarga sejahtera tahap III Plus adalah keluarga-keluarga yang sudah bisa memenuhi
semua kebutuhan keluarga pada tahapan I sampai dengan III. Apabila keluarga sudah bisa
melaksanakan seluruh tahapan tersebut di atas, maka keluarga tersebut dikatakan keluarga
sejahtera.
Pencapaian kesejahteraan hidup dapat terpenuhi dikarenakan beberapa faktor yang
mempengaruhinya. Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesejahteraan adalah
sebagai berikut:
a. Faktor intern
1) Jumlah anggota keluarga
Pada zaman sekarang ini tuntutan keluarga semakin meningkat tidak hanya cukup
dengan kebutuhan primer (sandang, pangan, papan, pendidikan dan sarana pendidikan) tetapi
kebutuhan lainnya seperti hiburan, rekreasi, sarana ibadah, sarana untuk transportasi dan
lingkungan yang sangat serasi. Kebutuhan tersebut akan lebih memungknkan dapat terpenuhi
jika anggota keluarga hanya memiliki jumlah yang kecil (1 atau 2 orang anak).
2) Tempat tinggal
Suasana tempat tinggal sangat mempengaruhi kesejahteraan keluarga. Keadaan tempat
tinggal yang diatur sesuai dengan selera keindahan penghuninya, akan lebih menimbulkan
suasana yang tenang dan mengembirakan serta menyejukan hati. Sebaliknya tempat tinggal
yang tidak teratur, tidak jarang menimbulkan kebosanan untuk ditempati bahkan sering
terjadi ketegangan antara anggota keluarga yang disebabkan kakacauan pikiran karena tidak
memperoleh rasa nyaman dan tentram akibat tidak teraturnya keadaan tempat tinggal.
F. Indikator Kesejahteraan
Dalam pemenuhan kebutuhan harus dipenuhi berdasarkan tingkatannya kalau salah
satu dari kebutuhan tersebut tidak bisa dipenuhi maka akan terjadi masalah dalam
kehidupannya. Maka untuk itu, dalam penelitian ini penulis akan melihat delapan indikator
dalam pemenuhan kebutuhan tersebut sebagai berikut:
1. Pendapatan
Pendapatan atau penghasilan dapat diartikan sebagai penerimaan atau jumlah yang
didapatkan dari hasil usaha. Sedangkan dalam istilah pajak pendapatan dapat didefinisikan
sejumlah uang atau nilai uang yang diperoleh seseorang sebagai hasil usaha dan tenaga,
barang bergerak, barang tidak bergerak, harta bergerak, dan hak atas bayaran berskala. Maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa pendapatan keluarga akan dipengaruhi oleh besarnya hasil
pendapatan suami dan istri yeng bekerja untuk menambah pendapatan keluarga.
2. Perumahan atau tempat tinggal
Rumah adalah satu persyaratan pokok dalam kehidupan manusia. Rumah atau tempat
tinggal manusia, dari masa ke masa selalu mengalami perkembangan.
Indikator-indikator rumah yang sehat sebagai berikut:
a. Bahan bangunan terdiri dari antai, dinding, atap, tiang, kosen, jendela dan
pintu.
b. Ventilasi
Ventilasi sangatlah penting dalam membangun rumah, karena ventilasi berfungsi untuk
menjaga agar aliran udara dalam rumah tetap segar.
c. Cahaya
Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup tidak lebih dan tidak kurang.
d. Luas bangunan rumah
Luas lantai bangunan rumah yang sehat harus cukup untuk penghuninya, artinya luas lantai
rumah harus sesuai dengan jumlah penghuninya.
e. Fasilitas-fasilitas rumah sehat
Rumah yang sehat harus memiliki fasilitas-fasilitas sebagai berikut:
1) Penyediaan air bersih yang cukup
2) Pembuangan tinja
3) Pembuangan air limbah (air bekas)
4) Pembuangan sampah
5) Fasilitas dapur
6) Ruang berkumpul keluarga.[32]
Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, disamping kebutuhan
sandang dan pangan. Rumah berfungsi sebagai tempat tinggal serta digunakan untuk
berlindung saat hujan, tempat berteduh disaat siang hari, tempat istirahat waktu malam.
Rumah juga merupakan tempat berkumpulnya anggota keluarga untuk menghabiskan
sebagian besar waktunya, dari bayi, anak-anak, orang tua, dan orang sakit menghabiskan
hampir seluruh waktunya di rumah.
3. Pangan
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak bisa lepas dari yang namanya makanan
karena makanan adalah salah satu persyaratan pokok untuk keberlangsungan hidup, selain
udara.
4. Sandang
Pakaian adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia, dengan adanya
pakaian kita bisa menghindari panasnya terik matahari, pakaian juga
melindungi kita dari kedingan, selain itu pakaian juga menjadikan kita indah dan rapi.
5. Pendidikan
Dalam kehidupan sehari-hari manusia memiliki berbagai macam kelebihan dan
kemampuan yang dapat dikembangakan melalui pendidikan dan pengalaman. Pengalaman itu
terjadi dikarenakan adanya interaksi manusia dengan lingkungan ia berada.sebagaimana yang
kita ketahui selama ini lingkungan pendidikan pertama dan utama adalah keluarga.
6. Kesehatan
Menurut Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, Bab I pasal 1.
Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.[33]
Pengertian tersebut di atas memberi arti yang luas pada kata kesehatan. Berdasarkan
definisi tersebut, seseorang belum dianggap sehat sekali pun ia tidak berpenyakit, baik jiwa
ataupun raga. Orang tersebut masih harus dinyatakan sehat secara sosial. Hal ini dianggap
perlu karena penyakit yang diderita seseorang atau kelompok masyarkat tersebut umunya
ditentukan sekali oleh perilakunya atau keadaan sosial budayanya yang tidak sehat.
7. Rekreasi
Rekreasi adalah kegiatan atau pengalaman sukarela yang dilakukan seseorang di
waktu luangnya, yang memberikan kepuasan dan kenikmatan pribadi.
8. Tabungan
Tabungan adalah menyimpan sebagian pendapatan seseorang yang tidak dibelanjakan
sebagai cadangan yang dapat digunakan sewaktu-waktu bila diperlukan. Karena pada
dasarnya, kita semua memiliki tujuan dan impian yang lebih untuk masa depan. Itu semua
dapat terwujud jika didukung dengan keuangan yang memadai untuk menjalankan semua
aktifitas kita. Dalam kehidupan kita sehari-hari, uang sudah menjadi bagian penting dalam
mendukung berbagai aktivitas yang kita lakukan dan beragam tujuan di dalamnya.
G. Pasar
Pasar adalah tempat orang berjual beli atau tempat penjual ingin menukar barang atau
jasa dengan uang, atau tempat pembeli yang ingin menukar barang atau jasa dengan uang.
[34]
Dalam pengertian sehari-hari, pasar selalu identik dengan suatu tempat tertentu di
mana terdapat banyak penjual dan pembeli yang bertransaksi jual beli. Dengan kata lain,
pasar seringkali diartikan sebagai tempat atau lokasi untuk jual beli barang. Dalam ilmu
ekonomi, istilah pasar digunakan untuk menggambarkan pertemuan antara penawaran dan
permintaan yang menentukan tingkat harga barang atau jasa yang di perjual belikan. Dengan
demikian, pasar dapat terbentuk kapan saja, dimana saja, dan dengan siapa saja, selama ada
penjual, pembeli, dan barang atau jasa yang diperjualbelikan.
Berdasarkan pengertian pasar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa terbentuknya
suatu pasar memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Adanya tempat untuk bertransaksi.
b. Adanya penjual dan pembeli.
c. Adanya transaksi jual beli.
d. Adanya barang atau jasa yang diperjualbelikan.
e. Terbentuknya harga.
Pasar memiliki peranan atau fungsi yang amat penting dalam kegiatan ekonomi
masyarakat. Jika tidak ada pasar, seseorang akan kesulitan memenuhi kebutuhan-kebutuhan
yang ia perlukan. Jadi, keberadaan pasar berperan penting dalam kehidupan sehari-hari
manusia. Adapun fungsi-fungsi pasar diantaranya adalah sebagai sarana distribusi,
pembentuk harga, sarana promosi, penyerap tenaga kerja, dan sumber penghasilan.