Anda di halaman 1dari 20

Skripsi Kesejahteraan Keluarga Pedagang Kaki Lima di Pasar Induk Lambaro

 BAB I
BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah
Pembangunan yang dilakukan pemerintah dan masyarakat bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Indonesia merupakan
negara berkembang, yang merencanakan perubahan-perubahan dalam masyarakat yang adil
dan makmur, material maupun spiritual untuk mengentaskan masalah-masalah sosial yang
semakin hari semakin meningkat. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu adanya pelaksanaan
pembangunan ekonomi yang memperlihatkan keserasian, keselarasan dan keseimbangan
unsur-unsur pemerataan sebuah pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. dalam hal ini
sektor usaha kecil atau sektor informal sangat berperan penting dan strategis dalam
pembangunan nasional, baik dari segi kuantitas maupun dari segi kemampuannya dalam
peningkatan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja untuk mewujudkan pemerataan hasil
pembangunan, termasuk pengentasan kemiskinan.[1]

Secara umum, istilah kesejahteraan sosial sering diartikan sebagai kondisi sejahtera,
yaitu suatu keadaan terpenuhinya segala bentuk kebutuhan hidup, khususnya yang bersifat
mendasar seperti makanan, pakaian, perumahan, pendidikan dan perawatan kesehatan.
Pengertian seperti ini menempatkan kesejahteraan sosial sebagai tujuan akhir dari suatu
kegiatan pembangunan.
Kesejahteraan sosial yang digambarkan al-Qur`an tercermin dari surga yang dihuni
oleh Adam dan istrinya, sesaat sebelum turunnya mereka menjalankan tugas kekhalifahan di
muka bumi. Keadaan Adam dan istrinya di surga merupakan bayang-bayang impian manusia
akan kehidupan yang nyaman, tercukupinya pangan, sandang dan papan, dalam artian tidak
kelaparan, dahaga, telanjang, dan kepanasan. Tercukupinya kebutuhan Adam selama di surga
merupakan unsur pertama dan utama kesejahteraan sosial.[14]
Keadaan Adam dan istrinya yang tercukupi kesejahteraan sosialnya selama di surga
dapat kita lihat dalam firman Allah surat Thaha ayat 117-119.
uZù=à)sù ãPyŠ$t«¯»tƒ ¨bÎ) #x‹»yd Ar߉tã y7©9 šÅ_÷rt“Ï9ur Ÿxsù %m„äl¨Yy_̍÷‚ムz$
`ÏB Ïp¨Yyfø9$# #’s+ô±tFsù ÇÊÊÐÈ
bÎ) y7s9 žwr& tíqègrB $pkŽÏù Ÿwur 3“t÷ès? ÇÊÊÑÈ y7¯Rr&ur Ÿw (#àsyJôàs? $pkŽÏù ¨ 
Ÿwur 4ÓysôÒs? ÇÊÊÒÈ

Artinya: kemudian Kami berfirman, “Wahai Adam, sesungguhnya ini (iblis) adalah musuh bagimu
dan bagi istrimu, maka sekali-kali jangan sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari surga,
nanti kamu celaka. Sungguh, ada jaminan untukmu di sana, engkau tidak akan kelaparan dan
tidak akan telanjang. Dan sungguh, di sana engkau tidak akan merasa dahaga dan tidak akan
ditimpa panas matahari”.(QS. Thaha: 117-119).[15]

Berdasarkan ayat diatas, tergambar bahwa kehidupan di surga merupakan kehidupan


yang aman, sentosa dan makmur. Kesejahteraan yang ada di surga merupakan sesuatu yang
telah ada karena diberikan oleh Allah sebagai karunia untuk penghuni surga tanpa harus
diusahakan, sedangkan kesejahteraan yang di bumi bukanlah sesuatu yang ada dengan
sendirinya akan tetapi sesuatu yang harus diusahakan, dicari dan diperjuangkan untuk
dimiliki dan dinikmati. Menurut Sayyid Qutb, sistem kesejahteraan sosial yang diajarkan oleh
Islam bukan sekedar bantuan keuangan apapun bentuknya. Bantuan keuangan hanyalah satu
dari sekian bentuk bantuan yang dianjurkan Islam.[16]
Ayat – ayat Al-Qur`an yang memberikan penjelasan tentang kesejahteraan seperti
dalam surat An-Nahl ayat 97.
ô`tB Ÿ@ÏJtã $[sÎ=»|¹ `ÏiB @Ÿ2sŒ ÷rr& 4Ós\Ré& uqèdur Ö`ÏB÷sãB ¼çm¨ZtÍ‹ósãZn=sù 
Zo4qu‹ym Zpt6ÍhŠsÛ ( óOßg¨YtƒÌ“ôfuZs9ur Nèdtô_r& Ç`|¡ômr'Î/ $tB (#qçR$Ÿ2 tbqè=yJ÷
ètƒ ÇÒÐÈ

Artinya: Barangsiapa mengerjakan kebaikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan
beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri
balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS. An-Nahl:
97).[17]

Ayat di atas menjelaskan kepada manusia bahwasanya kesejahteraan merupakan


jaminan atau janji dari Allah yang diberikan kepada laki-laki ataupun perempuan yang
beriman kepada-Nya. Allah juga akan membalas berbagai amal perbuatan baik orang-orang
yang bersabar dengan pahala yang lebih baik dari amalnya. Kehidupan yang baik merupakan
kehidupan yang bahagia, nyaman, dan puas dengan rezeki yang halal, termasuk didalamnya
mencakup seluruh bentuk ketenangan apapun dan bagaimanapun bentuknya.
Kesejahteraan juga dijelaskan dalam Al-Qur`an surat Al-A`raf ayat 10.
ô‰s)s9ur öNà6»¨Z©3tB ’Îû ÇÚö‘F{$# $uZù=yèy_ur öNä3s9 $pkŽÏù |·ÍŠ»yètB 3 Wx‹Î=s% 
$¨B tbrãä3ô±s? ÇÊÉÈ

Artinya: Dan sungguh, Kami telah menempatkan di bumi dan di sana Kami sediakan (sumber)
penghidupan untukmu. (tetapi) sedikit kamu bersyukur. (QS. Al-A`raf: 10).[18]

Pada ayat di atas, Allah mengingatkan kepada hambaNya untuk mensyukuri nikmat
yang telah diberikanNya. Nikmat itu adalah sarana untuk mendapatkan kesejahteraan yang
berupa bumi yang diciptakanNya untuk tempat tinggal, tempat untuk memenuhi segala tujuan
hidup, menguasai tanah, hasil tanamannya, binatang-binatangNya, dan tambang-tambangnya
yang semua itu nikmat yang Allah berikan.
Berdasarkan penjelasan dari beberapa ayat Al-Qur`an di atas, dapat diambil
kesimpulan kesejahteraan dalam perspektif Islam adalah terpenuhinya kebutuhan materi dan
non materi, dunia dan akhirat berdasarkan kesadaran pribadi dan masyarakat untuk patuh, taat
dan sadar terhadap hukum yang dikehendaki oleh Allah melalui petunjukNya dalam Al-
Qur`an. Oleh karena itu kesejahteran bukanlah sebuah cita-cita yang tanpa pengorbanan
tetapi membutuhkan perjuangan yang terus menerus dan berkelanjutan.
Menurut Undang-undang No 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial,
Kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual dan sosial
warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat
melaksanakan fungsi sosialnya.  Permasalahan kesejahteraan sosial yang berkembang dewasa
ini menunjukkan bahwa ada warga negara yang belum terpenuhi hak atas kebutuhan dasarnya
secara layak karena belum memperoleh pelayanan sosial dari negara. Akibatnya, masih ada
warga negara yang mengalami hambatan pelaksanaan fungsi sosial sehingga tidak dapat
menjalani kehidupan secara layak dan bermartabat. Di samping itu, kebahagiaan dan
kesejahteraan hidup yang harus tercakup di dalamnya adalah adanya rasa tenteram, aman dan
damai. Seseorang akan merasa bahagia apabila terpenuhi unsur-unsur tersebut dalam
kehidupannya. Sedangkan sejahtera diartikan sebagai keadaan lahiriah yang diperoleh dalam
kehidupan duniawi yang  meliputi : kesehatan, sandang, pangan, papan, perlindungan hak
asasi dan sebagainya. Jadi seseorang yang sejahtera hidupnya adalah orang yang memelihara
kesehatannya, cukup sandang, pangan dan papan. Mereka juga diterima dalam pergaulan
masyarakat yang beradab dan hak-hak asasinya terlindungi oleh norma agama, norma hukum
dan norma susila.
Kesejahteraan sosial memiliki banyak makna yang berbeda walaupun substansinya
tetap sama. Kesejahteraan sosial pada dasarnya memiliki tiga konsepsi yaitu:
1.      Kondisi kehidupan atau keadaan sejahtera yaitu terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan
jasmaniah, rohaniah dan sosial.
2.      Institusi, arena atau bidang kegiatan yang melibatkan lembaga kesejahteraan sosial dan
berbagai profesi kemanusiaan yang menyelenggarakan usaha kesejahteraan sosial dan
pelayanan sosial.
3.      Aktivitas, yakni kegiatan-kegiatan usaha yang terorganisir untuk mencapai kondisi
sejahtera.[19]
Dengan demikian kesejahteraan sangat erat hubungannya dengan perkembangan
ekonomi masyarakat, karena dengan adanya kebijakan sosial, pelayanan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat akan menjadi baik.
Dalam penjelasan di atas kesejahteraan sosial sulit untuk didefinisikan, meskipun
begitu bukan berarti kesejahteraan sosial harus didefinisikan karena menyangkut pokok
pembicaraan tentang pekerjaan sosial yang mengupayakan kesejahteraan bagi masyarakat.
Kesejahteraan sosial juga dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi yang harus
memenuhi tiga syarat utama:
1.      Dapat mengatur permasalahan sosial dengan baik.
2.      Kebutuhan dapat terpenuhi
3.      Ketika peluang-peluang sosial terbuka.
Setiap orang pasti memiliki masalah sosial, baik orang kaya ataupun miskin pasti
akan menghadapi masalah sosial tersebut, namun tidak semua orang bisa menyelesaikan
setiap masalah yang dihadapinya. Maka kesejahteraannya tergantung pada kemampuannya
dalam menghadapi dan meyelesaikan setiap masalah. Setiap individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat pasti memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi. Kebetuhan tersebut tidak
hanya dalam bentuk ekonomi, tetapi juga menyangkut keamanan, kesehatan, pendidikan,
keharmonisan dalam pergaulan dan kebutuhan lain selain kebutuhan ekonomi.
Fungsi-fungsi kesejahteraan sosial bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi
tekanan-tekanan yang diakibatkan terjadinya perubahan-perubahan sosio-ekonomi,
menghindarkan terjadinya konsekuensi-konsekuensi sosial negatif akibat pembangunan serta
menciptakan kondisi-kondisi yang mampu mendorong peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Adapun fungsi-fungsi kesejahteraan sosial tersebut adalah:
a.       Fungsi Pencegahan (Preventive)
Kesejahteraan sosial ditujukan untuk memperkuat individu, keluarga, dam masyarakat supaya
terhindar dari masalah-masalah sosial baru.
b.      Fungsi Penyembuhan (Curative)
Kesejahteraan sosial ditujukan untuk menghilangkan kondisi-kondisi ketidakmampuan fisik,
emosional, dan sosial agar orang yang mengalami masalah tersebut dapat berfungsi kembali
secara wajar dalam masyarakat.
c.       Fungsi Pengembangan (Development)
Kesejahteraan sosial berfungsi untuk memberikan sumbangan langsung ataupun tidak
langsung dalam prosen pembangunan atau pengembangan tatanan dan sumber-sumber daya
sosial dalam masyarakat.
d.      Fungsi Penunjang (Supportive)
Fungsi ini mencakup kegiatan-kegiatan untuk membantu mencapai tujuan sector atau bidang
pelayanan kesejahteraan sosial. Bedasarkan uraiaan di atas, fungsi pelayanan sosial pada
hakikatnya adalah mencegah serta menaggulangi masalah-masalah sosial yang terkait dengan
kesejahteraan sosial bagi individu, kelompok dan masyarakat, dimana sebagai investasi untuk
mencapai tujuan pelayanan sosial.[20]
Berdasarkan penjelasan kesejahteraan yang sudah dipaparkan diatas, dapat diambil
kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan kesejahteraan adalah keadaan terpenuhinya segala
bentuk kebutuhan hidup, baik kebutuhan yang bersifat mendasar seperti makanan, pakaian,
perumahan, pendidikan dan perawatan kesehatan. Kesejahteraan merupakan cita-cita sosial
setiap manusia yang tidak hanya sekedar diangankan untuk dimiliki tetapi juga harus
diusahakan, karena tanpa ada usaha dan kerja sama yang baik kesejahteraan sosial hanyalah
fatamorgana.

D.    Keluarga
Menurut Ki Hajar Dewantara, sebagaimana dikutip oleh Sua`adah. Suasana
kehidupan keluarga merupakan tempat yang sebaik-baiknya untuk melakukan pendidikan
orang perorang (pendidikan individual) maupun pendidikan sosial. Keluarga itu tempat
pendidikan yang sempurna sifat dan wujudnya untuk melangsungkan pendidikan kearah
pembentukan pribadi yang utuh, tidak saja bagi kanak-kanak tetapi juga bagi para remaja.
Peran orangtua dalam keluarga sabagai penuntun, sebagai pengajar dan pemberi contoh.[21]
Menurut Robert M.Z. Lawang, sebagaimana dikutip oleh Janu
Murdiyatmoko. Keluarga merupakan suatu gejala yang universal. artinya, di semua
masyarakat pasti ada keluarga. Keluarga memiliki empat karakteristik yang khas, yaitu
sebagai berikut:
1.    Keluarga terdiri atas orang-orang yang bersatu karena ikatan perkawinan, darah, atau
adopsi. Adapun yang mengikat suami istri adalah perkawinan, sedangkan yang
mempersatukan orangtua dan anak-anak adalah hubungan darah dan dapat pula adopsi.
2.    Para anggota keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam suatu rumah, dan mereka
membentuk satu rumah tangga. Kadang-kadang suatu rumah tangga terdiri atas kakek dan
nenek, semua anak-anaknya, cucu-cucunya, dan anak dari cucu-cucunya itu. selain itu,
kadang-kadang satu rumah tangga itu hanya terdiri atas suami istri tanpa anak, atau dengan
satu, dua, dan tiga anak.
3.    Keluarga merupakan satu kesatuan orang-orang yang berinteraksi dan saling berkomunikasi,
yang memainkan peran suami dan istri, bapak dan ibu, anak laki-laki dan anak perempuan,
serta peran saudara laki-laki dan saudara perempuan.
4.    Keluarga mempertahankan suatu kebudayaan bersama, yang sebagian besar berasal dari
kebudayaan umum yang lebih luas. Misalnya, keluarga orang jawa akan memakai
kebudayaan jawa pada umumnya. Akan tetapi dalam masyarakat yang memiliki banyak
kebudayaan, setiap keluarga mengembangkan kebudayaannya sendiri-sendiri.[22]
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan keluarga
adalah kelompok orang-orang yang dipersatukan oleh ikatan perkawinan, darah, atau adopsi.
Keluarga membentuk suatu rumah tangga yang berinteraksi dan berkomunikasi antara satu
dan lainnya melalui peran-perannya sebagai anggota keluarga dalam mempertahankan
kebudayaan masyarakat yang berlaku umum, atau menciptakan kebudayaannya sendiri.
Keluarga juga dapat dikatakan sebagai kesatuan sosial terkecil dan paling utama bagi
tercapainya kehidupan sosial masyarakat yang memiliki fungsi-fungsi pokok, yaitu
pemenuhan kebutuhan biologis, emosional, pendidikan, dan sosial ekonomi.

E.     Kesejahteraan Keluarga
            Kesejahteraan keluarga adalah suatu kondisi dinamis keluarga dimana terpenuhi
kebutuhan fisik, materil, mental, spiritual dan sosial, yang memungkinkan keluarga dapat
hidup wajar sesuai dengan lingkungannya serta memungkinkan anak-anak tumbuh kembang
dan memperoleh perlindungan yang diperlukan untuk membentuk sikap mental dan
kepribadian yang mantap dan matang sebagai sumber daya manusia yang berkualitas.[23]
            Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga sejahtera merupakan
kondisi terpenuhinya kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder dalam kehidupan suatu
keluarga dalam masyarakat. Kesejahteraan keluarga merupakan suatu upaya untuk membantu
keluarga dalam memenuhi kebutuhan dasar, sosial, jasmani dan rohani supaya bisa mencapai
kesejahteraan.
            Sedangkan keluarga sejahtera menurut UU Nomor 52 tahun 2009 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, keluarga sejahtera
adalah keluarga yang dibentuk atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan
spiritual dan materil yang layak, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki
hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antar anggota dan antar keluarga dengan
masyarakat dan lingkungannya.[24]
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat dikembangkan indikator-indikator
mengenai tingkat kesejahteraan keluarga. Indikator tersebut sangat bermanfaat untuk bisa
melihat kondisi kesejahteraan keluarga. Dalam indikator tersebut, tingkat kesejahteraan
keluarga dibagi dalam 5 (lima) tahapan yaitu tahap prasejahtera, tahap sejahtera I, tahap
sejahtera II, tahap sejahtera III, dan tahap sejahtera III Plus.[25]
Permasalahan kesejahteraan sosial yang berkembang dewasa ini menunjukkan
bahwa ada warga negara yang belum terpenuhi hak atas kebutuhan dasarnya secara layak
karena belum memperoleh pelayanan sosial dari negara. Akibatnya, masih ada warga negara
yang mengalami hambatan pelaksanaan fungsi sosial sehingga tidak dapat menjalani
kehidupan secara layak dan bermartabat.
Di samping itu, kebahagiaan dan kesejahteraan hidup yang harus tercakup di
dalamnya adalah adanya rasa tenteram, aman dan damai. Seseorang akan merasa bahagia
apabila terpenuhi unsur-unsur tersebut dalam kehidupannya. Sedangkan sejahtera diartikan
sebagai keadaan lahiriah yang diperoleh dalam kehidupan duniawi yang  meliputi :
kesehatan, sandang, pangan, papan, paguyuban, perlindungan hak asasi dan sebagainya. Jadi
seseorang yang sejahtera hidupnya adalah orang yang memelihara kesehatannya, cukup
sandang, pangandan papan. Mereka juga diterima dalam pergaulan masyarakat yang beradab
dan hak-hak asasinya terlindungi oleh norma agama, norma hukum dan norma susila.[26]
Sementara itu, Suharto menjelaskan bahwa kesejahteraan sosial dapat diartikan
sebagai pendekatan atau kegiatan yang terorganisir dalam bidang pembangunan sosial.
[27]
 Sementara Kantor Menteri Negara Kependudukan/BKKBN menjelaskan bahwa keluarga
sejahtera mempunyai kesempatan-kesempatan sebagai berikut:
1.    Prasejahtera adalah keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara
minimal atau belum seluruhnya terpenuhi seperti: spiritual, pangan, sandang, papan,
kesehatan dan KB.
2.    Sejahtera I adalah Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara
minimal, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya seperti kebutuhan
akan pendidikan, KB, interaksi dalam keluarga, interaksi lingkungan tempat tinggal dan
transportasi.
3.    Sejahtera II adalah keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya dan kebutuhan
sosial psikologisnya tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangan, seperti
kebutuhan untuk menabung dan memperoleh informasi.
4.    Sejahtera III adalah keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, sosial psikologis
dan pengembangan, tetapi belum dapat memberikan sumbangan yang teratur bagi masyarakat
atau kepedulian sosialnya belum terpenuhi seperti sumbangan materi dan berperan aktif
dalam kegiatan masyarakat.
5.    Sejahtera III plus adalah keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, sosial
psikologis dan pengembangan dan telah dapat memberikan sumbangan yang teratur dan
berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan atau memiliki kepedulian sosial yang tinggi.[28]
Berdasarkan tahapan-tahapan keluarga sejahtera tersebut, keluarga sejahtera tahap III
plus menjadi tumpuan harapan bagi masyarakat  Indonesia pada umumnya. Dalam tahapan
sejahtera III plus suatu keluarga telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, sosial, psikologis
dan pengembangan. Mereka juga mampu memberikan sumbangan secara teratur dan
berperan aktif dalam berbagai kegiatan kemasyarakatandan mungkin memiliki kepedulian
sosial yang tinggi. Pada tahap ini masyarakat sudah dapat hidup secara normal dan memiliki
derajat hidup yang lebih baik.
Dengan berpedoman pada penjelasan keluarga sejahtera di atas, maka dapat
digambarkan tentang kemiskinan atau kurang sejahtera sebagai berikut:
Keluarga prasejahtera adalah keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan
dasarnya secara maksimal, seperti sandang, pangan, papan, kesehatan dan pendidikan.
Mereka dikatakan keluarga miskin atau prasejahtera apabila tidak mampu memenuhi salah
satu dari indikator berikut ini:
a.       Menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya.
b.      Makan minimal dua kali sehari.
c.       Pakaian lebih dari satu pasang.
d.      Sebagian lantai rumahnya tidak dari tanah.
e.       Jika sakit dibawa ke tempat kesehatan.
Keluarga sejahtera tahap I adalah keluarga yang sudah bisa memenuhi kebutuhan fisik
baik, namun belum bisa memenuhi kebutuhan sosialnya dan psikologis seperti pendidikan,
onteraksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat tinggal dan pekerjaan yang
layak. Adapun indikator dari keluarga sejahtera tahap I ini adalah sebagai berikut:
a.       Melaksanakan ibadah secara teratur.
b.      Makan daging, telur, atau ikan minimal dalam seminggu sekali.
c.       Memiliki baju baru dalam setahun minimal sekali.
d.      Luas lantai rumah rata-rata 8M2/anggota keluarga.
e.       Anak yang berusia 5-15 tahun bisa sekolah.
f.        Salah satu dari anggota keluarga memiliki penghasilan yang tetap.[29]
Keluarga sejahtera tahap II adalah keluarga-keluarga yang bisa memen uhi kebutuhan
dasar dan kebutuhan psikologis tetapi tidak bisa memenuhi kebutuhan tambahan seperti
menabung. Indikator-indikator keluarga sejahtera tahap II sebagai berikut:
a.       Berusaha meningkatkan atau menambah pengetahuan agama.
b.      Memiliki tabungan.
c.       Makan bersama anggota keluarga minimal sekali sehari.
d.      Ikut terlibat dalam kegiatan masyarakat.
e.       Rekreasi paling tidak sekali dalam sebulan.
f.        Memperoleh informasi seperti surat kabar, radio, televisi, majalah.
g.       Anggota keluarga bisa menggunakan alat transportasi.
Keluarga sejahtera tahap III adalah keluarga-keluarga yang sudah bisa memenuhi
kebutuhan pada tahapan keluarga tahap I dan II tetapi belum bisa memberikan kontribusi
maksiamal terhadap masyarakat dan ikut aktif dalam masyarakat. Adapun indikator-
indikatornya sebagai berikut:
a.       Memberikan sumbangan suakrela secara teratur dalam bentuk materi kepada masyarakat.
b.      Aktif sebagai pengurus yayasan/institusi dalam kegiatan masyarakat.
Keluarga sejahtera tahap III Plus adalah keluarga-keluarga yang sudah bisa memenuhi
semua kebutuhan keluarga pada tahapan I sampai dengan III. Apabila keluarga sudah bisa
melaksanakan seluruh tahapan tersebut di atas, maka keluarga tersebut dikatakan keluarga
sejahtera.
Pencapaian kesejahteraan hidup dapat terpenuhi dikarenakan beberapa faktor yang
mempengaruhinya. Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesejahteraan adalah
sebagai berikut:
a.       Faktor intern
1)        Jumlah anggota keluarga
          Pada zaman sekarang ini tuntutan keluarga semakin meningkat tidak hanya cukup
dengan kebutuhan primer (sandang, pangan, papan, pendidikan dan sarana pendidikan) tetapi
kebutuhan lainnya seperti hiburan, rekreasi, sarana ibadah, sarana untuk transportasi dan
lingkungan yang sangat serasi. Kebutuhan tersebut akan lebih memungknkan dapat terpenuhi
jika anggota keluarga hanya memiliki jumlah yang kecil (1 atau 2 orang anak).
2)        Tempat tinggal
          Suasana tempat tinggal sangat mempengaruhi kesejahteraan keluarga. Keadaan tempat
tinggal yang diatur sesuai dengan selera keindahan penghuninya, akan lebih menimbulkan
suasana yang tenang dan mengembirakan serta menyejukan hati. Sebaliknya tempat tinggal
yang tidak teratur, tidak jarang menimbulkan kebosanan untuk ditempati bahkan sering
terjadi ketegangan antara anggota keluarga yang disebabkan kakacauan pikiran karena tidak
memperoleh rasa nyaman dan tentram akibat tidak teraturnya keadaan tempat tinggal.

3)        Keadaan sosial keluarga


          Untuk mendapatkan kesejahteraan keluarga alasan yang paling kuat adalah keadaan
sosial dalam keluarga. Keadaan dalam keluarga dapat dikatakan baik atau harmonis,
bilamana ada hubungan yang baik dan benar-benar didasari ketulusan hati dan rasa kasih
sayang antara anggota keluarga.
4)        Keadaan ekonomi keluarga
Ekonomi dalam keluarga meliputi keuangan dan sumber-sumber yang dapat
meningkatkan taraf hidup anggota keluarga, maka makin terang pula cahaya kehidupan
keluarga.[30]
b.      Faktor eksternal
Kesejahteraan keluarga perlu ditingkatkan agar tidak terjadi kegoncangan dan
ketegangan jiwa diantara anggota keluarga, karena hal ini dapat mengganggu ketentraman
dan kenyamanan kehidupan dan kesejahteraan keluarga.
Faktor yang dapat mengakibatkan kegoncangan jiwa dan ketentraman batin anggota
keluarga yang datangnya dari luar lingkungan keluarga antara lain:
1.        Faktor manusia yaitu iri hati, fitnah, ancaman fisik dan pelanggaran norma.
2.        Faktor alam, bahaya alam, kerusuhan dan berbagai macam virus penyakt.
3.        Faktor ekonomi negara, pendapatan tiap penduduk atau income perkapita rendah, dan
terjadinya inflasi.
4.        Nilai hidup merupakan konsepsi, artinya gambaran mental yang membedakan individual
atau kelompok dalam rangka mencapai sesuatu yang diinginkan.
5.        Faktor tujuan hidup yaitu sesuatu yang akan dicapai atau sesuatu yang diperjuangkan agar
nilai yang merupakan patokan dapat tercapai.
6.        Faktor standar hidup yaitu tingkatan hidup yang merupakan suatu patokan yang ingin
dicapai dalam memenuhi kebutuhan.[31]
            Berdasarkan penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan yang dimaksud dengan
keluarga sejahtera merupakan kondisi terpenuhinya kebutuhan primer dan sekunder dalam
kehidupan sehari-hari suatu keluarga di masyarakat. Kesejahteraan keluarga tidak terlepas
dari upaya pemberdayaan keluarga. Indikator keluarga sejahtera pada dasarnya disusun untuk
melihat dan menilai tingkat pemenuhan kebutuhan keluarga baik itu kebutuhan yang paling
mendasar ataupun kebutuhan yang diperlukan untuk pengembangan diri dan keluarga.

F.       Indikator Kesejahteraan
Dalam pemenuhan kebutuhan harus dipenuhi berdasarkan tingkatannya kalau salah
satu dari kebutuhan tersebut tidak bisa dipenuhi maka akan terjadi masalah dalam
kehidupannya. Maka untuk itu, dalam penelitian ini penulis akan melihat delapan indikator
dalam pemenuhan kebutuhan tersebut sebagai berikut:
1.    Pendapatan
           Pendapatan atau penghasilan dapat diartikan sebagai penerimaan atau jumlah yang
didapatkan dari hasil usaha. Sedangkan dalam istilah pajak pendapatan dapat didefinisikan
sejumlah uang atau nilai uang yang diperoleh seseorang sebagai hasil usaha dan tenaga,
barang bergerak, barang tidak bergerak, harta bergerak, dan hak atas bayaran berskala. Maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa pendapatan keluarga akan dipengaruhi oleh besarnya hasil
pendapatan suami dan istri yeng bekerja untuk menambah pendapatan keluarga.
2.    Perumahan atau tempat tinggal
           Rumah adalah satu persyaratan pokok dalam kehidupan manusia. Rumah atau tempat
tinggal manusia, dari masa ke masa selalu mengalami perkembangan.
Indikator-indikator rumah yang sehat sebagai berikut:
a.       Bahan bangunan terdiri dari antai, dinding, atap, tiang, kosen, jendela dan
                 pintu.
b.      Ventilasi
Ventilasi sangatlah penting dalam membangun rumah, karena ventilasi berfungsi untuk
menjaga agar aliran udara dalam rumah tetap segar.
c.       Cahaya
Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup tidak lebih dan tidak kurang.
d.      Luas bangunan rumah
Luas lantai bangunan rumah yang sehat harus cukup untuk penghuninya, artinya luas lantai
rumah harus sesuai dengan jumlah penghuninya.
e.       Fasilitas-fasilitas rumah sehat
Rumah yang sehat harus memiliki fasilitas-fasilitas sebagai berikut:
1)   Penyediaan air bersih yang cukup
2)   Pembuangan tinja
3)   Pembuangan air limbah (air bekas)
4)   Pembuangan sampah
5)   Fasilitas dapur
6)   Ruang berkumpul keluarga.[32]
            Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, disamping kebutuhan
sandang dan pangan. Rumah berfungsi sebagai tempat tinggal serta digunakan untuk
berlindung saat hujan, tempat berteduh disaat siang hari, tempat istirahat waktu malam.
Rumah juga merupakan tempat berkumpulnya anggota keluarga untuk menghabiskan
sebagian besar waktunya, dari bayi, anak-anak, orang tua, dan orang sakit menghabiskan
hampir seluruh waktunya di rumah.
3.    Pangan
           Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak bisa lepas dari yang namanya makanan
karena makanan adalah salah satu persyaratan pokok untuk keberlangsungan hidup, selain
udara.
4.    Sandang
           Pakaian adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia, dengan adanya
pakaian kita bisa menghindari panasnya terik matahari, pakaian juga
melindungi kita dari kedingan, selain itu pakaian juga menjadikan kita indah dan rapi.
5.    Pendidikan
           Dalam kehidupan sehari-hari manusia memiliki berbagai macam kelebihan dan
kemampuan yang dapat dikembangakan melalui pendidikan dan pengalaman. Pengalaman itu
terjadi dikarenakan adanya interaksi manusia dengan lingkungan ia berada.sebagaimana yang
kita ketahui selama ini lingkungan pendidikan pertama dan utama adalah keluarga.
6.    Kesehatan
           Menurut Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, Bab I pasal 1.
Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.[33]
           Pengertian tersebut di atas memberi arti yang luas pada kata kesehatan. Berdasarkan
definisi tersebut, seseorang belum dianggap sehat sekali pun ia tidak berpenyakit, baik jiwa
ataupun raga. Orang tersebut masih harus dinyatakan sehat secara sosial. Hal ini dianggap
perlu karena penyakit yang diderita seseorang atau kelompok masyarkat tersebut umunya
ditentukan sekali oleh perilakunya atau keadaan sosial budayanya yang tidak sehat.
7.    Rekreasi
           Rekreasi adalah kegiatan atau pengalaman sukarela yang dilakukan seseorang di
waktu luangnya, yang memberikan kepuasan dan kenikmatan pribadi.

8.    Tabungan
           Tabungan adalah menyimpan sebagian pendapatan seseorang yang tidak dibelanjakan
sebagai cadangan yang dapat digunakan sewaktu-waktu bila diperlukan. Karena pada
dasarnya, kita semua memiliki tujuan dan impian yang lebih untuk masa depan. Itu semua
dapat terwujud jika didukung dengan keuangan yang memadai untuk menjalankan semua
aktifitas kita. Dalam kehidupan kita sehari-hari, uang sudah menjadi bagian penting dalam
mendukung berbagai aktivitas yang kita lakukan dan beragam tujuan di dalamnya.

G.    Pasar
Pasar adalah tempat orang berjual beli atau tempat penjual ingin menukar barang atau
jasa dengan uang, atau tempat pembeli yang ingin menukar barang atau jasa dengan uang.
[34]
Dalam pengertian sehari-hari, pasar selalu identik dengan suatu tempat tertentu di
mana terdapat banyak penjual dan pembeli yang bertransaksi jual beli. Dengan kata lain,
pasar seringkali diartikan sebagai tempat atau lokasi untuk jual beli barang. Dalam ilmu
ekonomi, istilah pasar digunakan untuk menggambarkan pertemuan antara penawaran dan
permintaan yang menentukan tingkat harga barang atau jasa yang di perjual belikan. Dengan
demikian, pasar dapat terbentuk kapan saja, dimana saja, dan dengan siapa saja, selama ada
penjual, pembeli, dan barang atau jasa yang diperjualbelikan.
Berdasarkan pengertian pasar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa terbentuknya
suatu pasar memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a.       Adanya tempat untuk bertransaksi.
b.      Adanya penjual dan pembeli.
c.       Adanya transaksi jual beli.
d.      Adanya barang atau jasa yang diperjualbelikan.
e.       Terbentuknya harga.
            Pasar memiliki peranan atau fungsi yang amat penting dalam kegiatan ekonomi
masyarakat. Jika tidak ada pasar, seseorang akan kesulitan memenuhi kebutuhan-kebutuhan
yang ia perlukan. Jadi, keberadaan pasar berperan penting dalam kehidupan sehari-hari
manusia. Adapun fungsi-fungsi pasar diantaranya adalah sebagai sarana distribusi,
pembentuk harga, sarana promosi, penyerap tenaga kerja, dan sumber penghasilan.

H.    Pedagang Kaki Lima


            Pedagang Kaki Lima awalnya berasal dari para pedagang yang menggunakan gerobak
dorong yang memiliki tiga roda. Diatas kereta dorong itulah ia meletakkan berbagai barang
dagangannya, menyusuri pemukiman penduduk dan menjajakannya kepada orangorang yang
berminat. Dengan dua kaki pedagang kaki lima ditambah tiga roda kereta dorong itulah,
mereka kemudian dikenal sebagai pedagang kaki lima. (Aldwin Surya, Dilema Pedagang
Kaki Lima ) Istilah pedagang kaki lima konon berasal dari jaman pemerintahan Rafles,
Gubernur Jenderal pemerintahan Kolonial Belanda, yaitu dari kata ”five feet” yang berarti
jalur pejalan kaki dipinggir jalan selebar 5 (lima) kaki. Ruang tersebut digunakan untuk
kegiatan berjualan pedagang kecil sehingga disebut dengan pedagang kaki lima.
            Pedagang adalah orang atau badan membeli, menerima atau menyimpan barang
penting dengan maksud untuk dijual, diserahkan, atau dikirim kepada orang atau badan lain,
baik yang masih berwujud barang penting asli, maupun yang sudah dijadikan barang
lain.Kegiatan perdagangan dapat menciptakan kesempatan kerja melalui dua cara. Pertama,
secara langsung, yaitu dengan kapasitas penyerapan tenaga kerja yang benar. Kedua, secara
tidak langsung, yaitu dengan perluasan pasar yang diciptakanoleh kegiatan perdagangan
disatu pihak dan pihak lain dengan mempelancarkan penyaluran dan pengadaan bahan baku.
[35]
            Menurut Damsar, sebagaimana dikutip oleh Darman dalam jurnalnya mengemukakan
bahwa istilah pedagang kaki lima merupakan peninggalan dari zaman penjajahan Inggris.
Istilah ini diambil dari ukuran lebar terotoar yang waktu dihitung dengan feet (kaki) yaitu
kurang lebih 31 cm lebih sedikit, sedang lebar terotoar pada waktu itu adalah lima kaki atau
sekitar 1,5 meter lebih sedikit. Jadi orang berjualan diatas terotoar kemudian disebut
pedagang kaki lima (PKL).[36]
            Pedagang kaki lima adalah mereka yang melakukan kegiatan usaha dagang
perorangan atau kelompok yang dalam menjalankan usahanya menggunakan tempat-tempat
fasilitas umum, seperti terotoar, emperan toko dan pinggir-pinggir jalan umum. Pedagang
yang menjalankan kegiatan usahanya dalam jangka tertentu dengan menggunakan sarana atau
perlengkapan yang mudah dipindahkan, dibongkar pasang dan mempergunakan lahan
fasilitas umum sebagai tempat usaha seperti kegiatan pedagang-pedagang kaki lima yang ada
di pasar induk lambaro Kecamatan Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar.
            Ada tiga jenis pedagang kaki lima, antara lain:
1. Pedagang menetap
            Pedagang menetap adalah suatu bentuk layanan yang mempunyai cara atau sifat
menetap pada suatu lokasi tertentu. Dalam hal ini konsumen harus mendatangi tempat
dimana pedagang itu berada.
2. Pedagang semi menetap
            Merupakan suatu bentuk layanan pedagang yang mempunyai sifat menetap yang
sementara, yaitu hanya dalam saat-saat tertentu saja. Pedagang ini biasanya berada pada
acara-acara tertentu, seperti pada acara permainan sepakbola di Siliwangi biasanya pedagang
itu berada di sana.
3. Pedagang keliling
            Pedagang keliling adalah pedagang yang biasa mengejar konsumen, biasanya
pedagang ini menggunakan gerobak kecil atau mengunakan tanggungan. Pedagang ini
biasanya mempunyai volume dagang yang kecil.
      
BAB III
METODE PENELITIAN

A.       Pendekatan dan Metode Penelitian


1.        Pendekatan Penelitian
           Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif yang dimaksud peneliti disini merupakan suatu
bentuk penelitian yang mendeskripsikan peristiwa atau kejadian, perilaku orang atau suatu
keadaan pada tempat tertentu secara rinci dan mendalam dalam bentuk narasi. Data kualitatif
yang diperoleh disini merupakan keseluruhan bahan, keterangan data fakta-fakta yang tidak
dapat diukur dan dihitung secara eksak matematis, tetapi hanya berwujud keterangan naratif
semata.
2.      Metode Penelitian
           Dengan menggunakan metode penelitian deskriptif ini, peneliti berharap hasil dari
penelitian ini bisa mengungkap rasa ingin tahu yang peneliti rasa dan dapat dengan mudah
dipahami oleh pembaca karena dalam penelitian ini bukan menulis angka-angka melainkan
berisi informasi deskriptif yang berupa kata-kata dan gambar-gambar yang membantu untuk
memperjelas isi penelitian ini, sehingga penelitian ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang
membacanya.

B.     Lokasi dan Informan Penelitian


Lokasi penelitian ini di pasar induk Lambaro Kecamatan Ingin Jaya Kabupaten Aceh
Besar. Informan dalam penelitian ini adalah orang atau pelaku yang benar-benar tahu dan
menguasai masalah, serta bersangkutan langsung dengan masalah penelitian. Jadi dalam hal
ini peneliti menggali informasi dari berbagai sumber yang menjadi dasar dan rancangan teori
dalam penelitian ini. Pemilihan informan sebagai sumber data dalam penelitian ini adalah
berdasarkan pada orang yang menguasai permasalahan, dan bersedia memberikan informasi
lengkap dan akurat. Informan dalam penelitian ini adalah pedagang kaki lima di pasar induk
lambaro. Dalam memilih informan, peneliti tidak mengambil semua pedagang kaki lima yang
ada di pasar induk lambaro, akan tetapi hanya 15 orang pedagang kaki lima.
Maka oleh karena itu, untuk menentukan informan penelitian dengan
menggunakan purposive sampling (secara sengaja), yaitu teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu. Teknik ini bisa diartikan sebagai suatu proses pengambilan sampel
dengan menentukan terlebih dahulu jumlah sampel yang hendak diambil, kemudian
pemilihan sampel dilakukan dengan berdasarkan tujuan-tujuan tertentu, asalkan tidak
menyimpang dari ciri-ciri sampel yang ditetapkan. Adapaun yang menjadi kriteria informan
dalam penelitian ini sebagai berikut:
1.      Usia
Informan dalam penelitian ini berumur antara 40 sampai 70 tahun keatas karena pada umur
ini sudah cukup lama bekerja dan sudah memiliki pengalaman dalam berdagang atau
berjualan maupun membeli dan dapat memberikan informasi tentang PKL (pedagang kaki
lima) yang ada di pasar induk Lambaro.
2.      Jenis kelamin
Jenis kelamin memiliki pengaruh terhadap keinginan untuk menjual sesuatu dan untuk
mendapatkan sesuatu. Antara laki-laki dan perempuan tentunya berbeda kemampuan dalam
berjualan berbagai macam keperluan dan kebutuhan sehari-hari. Berdasarkan jenis kelamin,
dalam penelitian ini informanyang berjenis kelamin perempuan sebanyak 70% (tujuh puluh
persen)  dan informan yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 30 (tiga puluh persen).
3.      Lamanya Berjualan atau Berdagang
Lamanya berjualan pedagang kaki lima mempunyai pengaruh terhadap pendapatan untuk
memenuhi kebutuhan sosial, ekonomi keluarganya dan juga mempunyai pengaruh terhadap
pengalaman dalam berjualan ataupun berdagang. Maka berdasarkan lamanya waktu berjualan
atau berdagang, peneliti memilih informan yang sudah berjualan selama 5 tahun di pasar
induk lambaro.
4.      Tempat Berjualan
Tempat berjualan salah satu kriteria yang digunakan peneliti dalam menentukan informan,
karena di pasar induk lambaro terdapat banyak pedagang kaki lima yang berjualan
mengunakan tempat-tempat yang berbeda. Maka oleh karena itu peneliti memilih informan
yang berjualan di tempat terbuka, menggunakan atau memanfaatkan emperan toko,
menggunakan meja, menggelar barang dagangan mereka di atas tikar dan yang berjualan di
pinggir-pinggir jalan masuk ke pasar induk Lambaro.
 Berdasarkan beberapa kriteria yang sudah ditentukan oleh peneliti, maka semua
informan dalam penelitian ini sudah sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.

C. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian,
karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik
pengumpulan data, maka penelitian tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar
data yang ditetapkan.
Menurut Sugiyono menjelaskan bahwa dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data
dilakukan pada natural setting  (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik
pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperanserta (participant observation),
wawancara mendalam, dan dokumentasi.
Ada dua teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini
diantaranya:
1.Observasi
Menurut Sugiyono observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan
hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh
melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat yang sangat
canggih, sehingga benda-benda yang sangat kecil (proton dan elektron) maupun yang sangat
jauh (benda ruang angkasa) dapat diobservasi dengan jelas.[37] Dalam penelitian ini, objek
yang di observasi oleh peneliti adalah:
a.       Kondisi rumah informan penelitian
Peneliti mengamati, melihat kondisi rumah, fasilitas yang ada dalam rumah, sarana dan
prasarana rumah, dan alat transportasi yang digunakan.
b.      Kondisi lingkungan rumah informan penelitian
Peneliti mengamati, melihat fasilitas umum yang terdapat di lingkungan tempat tinggal
subjek penelitian seperti sekolah, tempat pengobatan, dan tempat ibadah.
2.    Wawancara
      Sugiyono menjelaskan bahwa wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan
data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan
yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang
lebih mendalam.
      Peneliti menggunakan alat perekam sejenis Hp (Handphone) untuk merekam pada
saat wawancara berlangsung. Peneliti menggunakan wawancara langsung dengan responden
secara mendalam, karena ingin mengetahui secara menyeluruh tentang kondisi keluarga
pedagang kaki lima yang berjualan di pasar induk lambaro. Wawancara mendalam dilakukan
dengan keluarga yang berprofesi sebagai pedagang kaki lima di pasar induk lambaro.
Wawancara dilakukan dengan cara tanya jawab dengan pertanyaan tentang kondisi sosial
ekonomi, pemenuhan kebutuhan sehari-hari, pemenuhan kebutuhan pendidikan anak,
kesehatan, dan kesejahteraan keluarga. Wawancara juga dilakukan kepada tokoh masyarakat
sebagai informasi tambahan data penelitian. Wawancara dilakukan dengan menggunakan
pedoman wawancara.

D. Teknik Pengolahan dan Analisis Data


Sugiyono menyebutkan bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun
secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan
dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam
unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang
akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun
orang lain.[38]
Pengolahan data merupakan salah satu teknik dalam penelitian kualitatif yang
dilakukan setelah data lapangan terkumpul. Data terbagi menjadi dua, yaitu data lapangan
(data mentah) dan data jadi. Data lapangan atau data mentah merupakan data yang diperoleh
saat pengumpulan data. Data mentah pada penelitian ini adalah data lisan, data tertulis, dan
data observasi. Data lisan dan tertulis tersebut diperoleh melalui wawancara terhadap
narasumber atau subjek penelitian. Data observasi merupakan data yang berguna untuk
menggambarkan suatu hal, benda, ataupun kejadian saat pengumpulan data. Data lisan
didokumentasikan dalam rekaman suara menggunakan Hp (Handphone), sedangkan data
tertulis didokumentasikan dalam bentuk tulisan atau catatan penelitian. Data kedua adalah
data jadi, data yang sudah mengalami penyeleksian data.
Pengolahan data dalam penelitian ini dimulai dengan cara persiapan data dan
penyeleksian data. Persiapan dilakukan dengan menyiapkan seluruh data lapangan baik
berupa rekaman wawancara, catatan lapangan, maupun data observasi. Data yang berupa
rekaman suara wawancara akan disalin dalam bentuk tulisan, sedangkan data observasi,
catatan lapangan peneliti akan dideskripsikan sesuai dengan apa yang diperoleh oleh peneliti
dari hasil observasi. Setelah semua data terkumpul, peneliti memulai menyeleksi data sesuai
dengan objek penelitian. Data lapangan yang tidak termasuk dalam objek penelitian, maka
data tersebut tidak digunakan untuk merumuskan kesimpulan dalam penelitian.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini bersamaan dengan pengumpulan
data. Maka langkah-langkah yang peneliti gunakan adalah:
1.      Reduksi data
Reduksi data yaitu memilih, mengelompokkan, menyederhanakan dan
mentransformasikan data kasar yang terdapat dari catatan-catatan di lapangan dengan tujuan
untuk memudahkan pemahaman peneliti terhadap data yang terkumpul. Peneliti melakukan
pemilahan bagian data yang perlu diberi kode, memilah data yang tidak dapat digunakan,
meringkas data-data yang susah dipahami. Jadi dalam reduksi data peneliti melakukan
penggolongan data, pembuangan data yang tidak perlu dan pengorganisasian data untuk
bahan menarik kesimpulan dari penelitian yang sudah dilakukan.
2.      Penyajian data
Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan
adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan demikian, kemungkinan
dapat mempermudah gambaran seluruhnya atau bagian tertentu dari aspek yang diteliti
khususnya yang berkaitan dengan upaya meningkatkan kesejahteraan keluarga.
3.      Kesimpulan/verifikasi
Kesimpulan atau verifikasi data ini dibuat berdasarkan pada pemahaman terhadap data
yang sudah disajikan dan dibuat dalam pernyataan singkat dan mudah dipahami dengan
berpedoman pada pokok permasalahan yang diteliti.dengan demikian, dalam penelitian ini
pengumpulan data, pengolahan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan
sebagai satu kesatuan yang berkaitan baik sebelum dan sesudah pengumpulan data

Anda mungkin juga menyukai