Anda di halaman 1dari 3

Kenapa KORSEL dan KORUT tidak bersatu?

Upaya reunifikasi untuk menyatukan Korea Selatan dan Korea Utara belum ada titik
terangnya, meski gencatan senjata seharusnya diakhiri dengan perjanjian damai. Syngman
Rhee dari Korsel tidak mau menandatangani perjanjian damai karena ingin mengalahkan
"saudaranya", sedangkan Korut terus mengembangkan senjata nuklir serta rudal jarak jauh
untuk membendung invasi AS. Akibatnya Korea Utara dijatuhi serangkaian sanksi dari
Dewan Keamanan PBB, dan Amerika Serikat masih menempatkan 28.500 tentaranya di
Korea Selatan. Hampir 70 tahun lamanya sejak gencatan senjata Perang Korea, Korsel dan
Korut belum bersatu karena sama-sama mengeklaim sebagai penguasa sah dari Semenanjung
Korea.

Resolusi Konflik Dari Tidak Bersatunya KORUT Dan KORSEL?

Berdasarkan pendapat Duta Besar Luar Biasa Korea Utara untuk Indonesia An Kwan
Il mengatakan satu-satunya cara menuntaskan krisis di Semenanjung Korea adalah melalui
mekanisme perjanjian damai. penyelesaian konflik antara Korut dan Korea Selatan selama ini
hanya didasari dengan perjanjian gencatan senjata melalui Korean Armistice Agreement yang
disepakati tahun 1953. Kesepakatan itu tidak cukup untuk menyelesaikan agresi militer dan
ketegangan secara keseluruhan antar Korut dan Korsel.Perjanjian gencatan senjata hanya
menghentikan perang sementara bukan berhenti secara total. Akibatnya selama 60 tahun ini
ketegangan militer antar kedua negara masih berlanjut dan membuat keamanan di
Semenanjung [Korea] tidak stabil, Untuk itu kesepakatan damai lah yang paling dibutuhkan
kedua negara untuk memastikan perdamaian di Semenanjung Korea berlangsung konsisten.

Menurutnya, penggantian perjanjian gencatan senjata dengan perjanjian perdamaian


bisa menjadi jalan keluar dari konflik dua negara Korea yang berkepanjangan ini. Selain itu,
An menilai perjanjian damai juga dapat menyelesaikan isu nuklir di kawasan, asalkan
kesepatakan itu memberikan jaminan dan kepastian hukum dalam penyelesaian konflik.
Perjanjian damai juga bisa digunakan sebagai mekanisme normalisasi hubungan antar
Amerika Serikat dan Korut yang selama ini bersitegang, terutama soal isu nuklir.Perjanjian
damai memberi suatu jaminan hukum dalam resolusi konflik. Perjanjian ini juga bisa
dijadikan mekanisme menegakan rasa kepercayaan antar AS dan Korut.

An berujar, pada masa lampau Washington dan Pyongyang pernah mengadakan


konsultasi dan membentuk sejumlah kesepakatan guna membangun normalisasi hubungan
dan kepercayaan antar kedua negara.Namun upaya dialog itu tidak berjalan sesuai harapan
lantaran tidak ada mekanisme hukum yang dapat menjamin bahwa kedua negara akan
menaati kesepakatan.Upaya normalisasi hubungan Korsel dan Korut maupun Korut dan AS
hingga saat ini tidak berjalan sesuai harapan karena tidak ada mekanisme hukum yang
menjamin seluruh pihak terkait mau menaati kesepakatan apalagi AS selama ini bersikeras
menjalankan kebijakan bermusuhan terhadap Korut.

Korea Utara dan Korea Selatan secara teknis masih berperang karena Perang Korea
yang terjadi pada periode 1950 hingga 1953 berakhir dengan gencatan senjata, bukan
perjanjian damai.Korut secara rutin menuduh AS dan Korea Selatan tengah mempersiapkan
perang, salah satunya dengan mengadakan latihan militer gabungan tahunan skala besar. AS
juga menempatkan sistem pertahanan antirudal mutakhir, Terminal High Altitude Area
Defence (THAAD), di Korsel untuk mengantisipasi ancaman serangan nuklir dan rudal dari
Korut. Di sisi lain, Korut sudah meluncurkan dua uji coba nuklir sepanjang tahun ini disertai
dengan sejumlah peluncuran rudal. Korut juga tengah mengembangkan hulu ledak nuklir
yang dapat diluncurkan hingga ke daratan AS.

Atas serangkaian provokasi Korut tersebut, Dewan Keamanan PBB menjatuhkan


sanksi yang terberat untuk Korut pada awal bulan ini, yakni dengan pembatasan ekspor batu
bara tahunan Korut, salah satu sumber pendapatan eksternal negara yang terisolasi itu.

Sejarah Korea Selatan Merdeka

Secara resmi dimulai ketika pembentukan negara Korea Selatan pada 15 Agustus
1948, meskipun Syngman Rhee telah mendeklarasikan pembentukannya di Seoul pada 13
Agustus.

Sesudah Penjajahan Jepang di Korea yang hasilnya karena kekalahan Jepang pada
Perang Dunia II tahun 1945, Korea dibagi dijadikan dua wilayah berdasarkan garis 38 derajat
lintang utara sesuai dengan akad yang disediakan oleh PBB. Uni Soviet di bidang utara dan
Amerika Serikat di bidang selatan. Uni Soviet dan Amerika Serikat tidak sukses mencapai
kesepakatan mengenai implementasi penyatuan Korea. Hal ini menyebabkan pembentukan
pemerintahan yang terpisah dengan masing-masing pemerintah mengklaim memiliki wilayah
resmi atas seluruh Korea.

Sejarah Korea Selatan dalam perkembangannya diwarnai oleh pemerintahan yang


demokratis dan otokratis secara bergantian. Republik pertama yang awalnya diklaim sebagai
pemerintahan yang demokratis lama kelamaan dijadikan otokratis hingga hasilnya jatuh pada
tahun 1960. Republik kedua yang benar-benar demokratis harus dijatuhkan oleh rezim militer
yang otokratis dalam waktu yang singkat. Republik keenam merupakan pemerintahan yang
stabil dan menganut asas demokrasi liberal.

Daftar Pustaka

Suastha, Riva Dessthania. “Korut Sebut Perjanjian Damai Solusi Tunggal Konflik
Dua Korea”. Artikel ini diakses pada 09 Desember 2021 pada
https://www.cnnindonesia.com/internasional/20161219192819-113-180814/korut-sebut-
perjanjian-damai-solusi-tunggal-konflik-dua-korea.

id.wikipedia.org, civitasbook.com (Ensiklopedia), p2k.ggkarir.com,


wiki.edunitas.com, dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai