Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PERANG KOREA SELATAN DAN KOREA UTARA

Disusun oleh :
Adelia Syahfitri Hasibuan (0910103010015)
Arie wiratama (091010130100)
M. Rizki Perdhana (0910103010003)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2012
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunianya,
sholawat dan salam semoga terlimpahkan pada teladan umat manusia, Muhmmad SAW,
keluarga dan para sahabatnya.
Makalah ini ditunjukan dalam rangka memenuhi salah satu Dosen Fakultas Ilmu
sosial dan Ilmu politik dimana pada pelaksanaan penyusunan materi ini penulis banyak
mendapat berbagai kesulitan, tapi Alhamdulillah dapat dilewati dengan lancar.
Untuk melengkapi makalah ini beberapa pihak sudah banyak membantu pada penulis
secara moral maupun materil. Kerana itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih. Khususnya kepada Pocut Vonda., sebagai dosen mata kuliah Diplomasi dan Resolusi
Konflik.
Disadari oleh penulis bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya, maka dari itu
penulis menanti kritik dan saran yang bersifat memperbaiki kekurangannya itu. Dan semoga
dapat memperbesar manfaat makalah ini sebagai referensi.
Makalah ini tidak mungkin terwujud tanpa bantuan dari semua pihak, oleh karna itu
pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Banda Aceh , 04 Desember 2011

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perang antar dua Korea kembali memanas 10 Agustus 2011, saat Korea Selatan
dengan Amerika Serikat melakukan latihan militer bersama. Latihan militer tersebut diduga
sengaja memancing suasana panas kedua Korea,Korea Utara menembakan tiga artileri ke
arah perbatasan utara Korea Selatan di Laut Kuning. Tidak tinggal diam militer Korea
Selatan langsung membalasnya dengan tembakan yang sama. Tembakan Korea Utara jatuh di
perairan dekat pulau Yeonpyoeng yang sempat menjadi sasaran tembak November tahun lalu,
yang menewaskan empat orang.
Perang antar dua Korea juga pernah terjadi dari 25 Juni 1950 sampai 27 Juli 1953,
adalah sebuah konflik antara Korea Utara dan Korea Selatan. Perang ini juga disebut "perang
yang dimandatkan" (bahasa Inggris proxy war) antara Amerika Serikat dan sekutu PBB-nya
dan komunis Republik Rakyat Cina dan Uni Soviet (juga anggota PBB). Peserta perang
utama adalah Korea Utara dan Korea Selatan. Maka dari itu penulis tertarik untuk membahas
tentang konflik antar dua Korea tersebut yang penuh kontropersi dunia Internasional karena
selalu melibatkan Amerika Serikat dan Rusia.

1.2 Rumusan Masalah


Berpijak dari latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah pada penulisan
makalah ini adalah :

1. Kronologis Perang Korea Utara – Korea Selatan


2. Penyebab Perang Korea Utara- Korea Selatan
3. penyelesaian tentang konflik antara Korea Utara dan Korea Selatan

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini antara lain:

1. Menjabarkan Kronologis Perang Korea Utara – Korea Selatan


2. Menganalisa penyebab Perang Korea Utara- Korea Selatan
3. Mengetahui penyelesaian tentang konflik antara Korea Utara dan Korea Selatan
BAB II
PEMBAHASAN

3.1 Kronologi Konflik Antara Korea Utara Dan Korea Selatan


Perang antar dua Korea pernah terjadi dari 25 Juni 1950 sampai 27 Juli 1953, adalah
sebuah konflik antara Korea Utara dan Korea Selatan. Perang ini juga disebut "perang yang
dimandatkan" (bahasa Inggris proxy war) antara Amerika Serikat dan sekutu PBB-nya dan
komunis Republik Rakyat Cina dan Uni Soviet (juga anggota PBB). Peserta perang utama
adalah Korea Utara dan Korea Selatan. Sekutu utama Korea Selatan termasuk Amerika
Serikat, Kanada, Australia, dan Britania Raya, meskipun banyak negara lain mengirimkan
tentara di bawah bendera PBB.
Sekutu Korea Utara, seperti Republik Rakyat Tiongkok, menyediakan kekuatan
militer, sementara Uni Soviet yang menyediakan penasihat perang dan pilot pesawat, dan
juga persenjataan, untuk pasukan Tiongkok dan Korea Utara. Di Amerika Serikat konflik ini
diistilahkan sebagai aksi polisional di bawah bendera PBB daripada sebuah perang,
dikarenakan untuk menghilangkan keperluan kongres mengumumkan perang. 25 Juni 1950 -
artileri telah diluncurkan, tank-tank dan pasukan infanteri Tentara Korea Utara mulai
menyerang Korea Selatan, sebuah kawasan di selatannya berseberangan haluan secara politik,
yang hanya dipisahkan garis imajiner 38˚. 4 Januari 1951 - Tentara Korea Utara yang dibantu
Cina berhasil menguasai Seoul. 27 Juli 1953 - Amerika Serikat, RRC, dan Korea Utara
menandatangani persetujuan gencatan senjata. Presiden Korea Selatan saat itu, Seungman
Rhee, menolak menandatanganinya namun berjanji menghormati kesepakatan gencatan
senjata tersebut. Secara resmi, perang ini belum berakhir sampai dengan saat ini.
60 tahun kemudian.
26 Maret 2010 - kapal perang Korea Selatan Cheonan tenggelam. Korsel menaruh
curiga pada Korut. Hubungan kedua negara memanas. 24 November 2010 - Korut melakukan
serangan artileri ke pulau Yeonpyeong yang menjadi markas militer Korsel, dengan
melepaskan 200 artileri. Tidak lama kemudian, saksi mata melihat bangunan-bangunan di
pulau itu terkena serangan bombardir. Api kemudian langsung membara. Saksi mata
mengatakan 60-70 rumah di Yeonpyeong kebakaran akibat serangan artileri. Sekitar 10 menit
kemudian, Korsel langsung membalas serangan artileri. Kedua pihak saling balas bombardir.
Sementara saksi mata mengatakan warga Yeonpyeong dievakuasi ke dalam bungker. Artileri
Korut pun melumpuhkan listrik di Pulau Yeonpyeong, dua warga dilaporkan terluka. Asap
mulai mengepul tinggi dari rumah-rumah warga. Pihak militer Korsel menyatakan status
siaga tinggi. Kebakaran semakin luas di Pulau Yeonpyeong. Beberapa rumah runtuh setelah
terbakar hebat. Jet tempur Korsel langsung diterbangkan ke lokasi.
Pemerintah Korsel langsung menggelar rapat mendadak. Mereka mengatakan akan
mengambil tindakan tegas jika Korut melanjutkan provokasi. Namun Presiden Korsel Lee
Myung-bak menyerukan upaya untuk meredam aksi saling tembak.
Satu jam berlalu atau sekitar pukul 16.00 waktu Korea, pihak Korsel menyerukan
penghentian aksi saling bombardir. Warga Pulau Yeonpyeong mulai diungsikan ke luar pulau
dengan perahu nelayan.
Perang bombardir berhenti. Militer Korsel mengumumkan satu tentara tewas, 13 luka-
luka termasuk 3 orang luka berat. Selang beberapa bulan Ketegangan kembali terjadi antara
militer Korea Selatan (Korsel) dan Korea Utara (Korut) di Laut kuning, Rabu, 10 Agustus
2011. Pemicunya, peluru artileri Korut jatuh di perairan dekat perbatasan kedua negara.
Menteri Pertahanan Korsel, Kim Min-seok, yang dikutip kantor berita Associated
Press,mengatakan Korut menembakkan tiga artileri ke arah perbatasan utara Korsel di Laut
Kuning. Tidak tinggal diam, militer Korsel langsung membalasnya dengan jumlah tembakan
yang sama.
Semua tembakan artileri tersebut jatuh di laut. Tidak dilaporkan adanya korban
terluka akibat insiden itu. Tembakan Korut jatuh di perairan dekat pulau Yeonpyeong yang
sempat menjadi sasaran tembak November tahun lalu, menewaskan empat orang.
Seorang pejabat Kementerian Pertahanan yang tidak disebutkan namanya mengatakan
tembakan terjadi secara tiba-tiba. kala itu kedua belah pihak tidak ada yang tengah
melakukan latihan perang. Saat ini, militer Korsel tengah mencari motif yang
melatarbelakangi penyerangan tersebut.
Garis perbatasan sengketa kedua negara di Laut Kuning kerap menjadi pemicu
ketegangan sejak tahun 1999 yang menewaskan puluhan orang. Korut mengatakan garis batas
seharusnya lebih ke arah selatan.
Namun, pihak Seoul menolak dengan mengatakan jika menuruti Korut maka sektor
perikanan di lima pulau Korsel terancam. Selain itu, jika dituruti, maka akses ke pelabuhan
Incheon menjadi tertutup.
Sejak perang 1950-1953, Korea Utara dan Korea Selatan tak pernah mengalami
perang terbuka dan total, hanya ada serangkaian perang terbatas. Meskipun kedua negara
memiliki dukungan negara besar seperti Amerika Serikat dan Uni Soviet (Rusia), tetap saja
tak pernah terjadi perang berskala dan intensitas besar maupun massif. Banyak pengamat
yang mengatakan bahwa perang kedua negara bersaudara ini adalah perang Proxy, atau
perang yang tak melibatkan kekuatan utama yaitu Amerika Serikat dan Uni Soviet.

3.2 Penyebab Perang Korea Utara dan Korea Selatan


Penyebab meledaknya perang Korea Utara Vs Korea Selatan terdiri dari 2 versi.
Informasi versi Korut, pihak Korsel bersikeras menggelar latihan militer pada selasa sore di
wilayah sengketa sekitar puluhan kilometer dari pulau Yeonpyeong dan mengabaikan
peringatan dari Korut.
Latihan militer tersebut diduga sengaja memancing suasana panas kedua Korea,
sehingga semula Korut telah mengerahkan militer untuk memukul mundur latihan militer
yang sifatnya provokasi itu. Langkah ini diambil untuk menekan para provokator.
Pihak Korut menambahkan, jika pihak Korsel berani mengganggu ke perairan DPRK (Korea
Utara) maka pihaknya akan mengambil langkah militer. Peringatan itu sudah berulangkali
disampaikan kepada pihak Korsel.
Sedangkan Versi Korsel menyalahkan pihak Korut, yang terlebih dahulu meluncurkan
roket ke arah Korsel saat berlangsungnya latihan perang sehingga memancing keadaan
memanas dan terpaksa Korsel memberikan tindakan militer balasan.
Serangan artileri Korut tersebut menyebabkan 2 tentara Korsel tewas dan beberapa sipil
terluka parah. Pihak Korsel juga menambahkan bahwa serangan pelanggaran tersebut
merusak sejumlah rumah di Pulau Yeonpyeong, milik Korsel. Di sisi lain, penilaian
pengamat akan serangan Korut hanya sebagai bentuk cari perhatian terhadap public akan
kekuatan militernya, saat pergantian kekuasaan dari Kim Jong-il kepada anaknya Kim Jong-
un.

3.3 Penyelesaian Perang Korea Utara dan Korea Selatan


China akhirnya menyerukan dimulainya kembali perundingan enam pihak (Six-party
talks). Upaya itu untuk mencegah agar Korea Selatan (Korsel) dan Korea Utara (Korut)
terpicu kembali untuk menggelar perang saudara secara frontal, seperti 1950-53. Menurut
stasiun televisi CNN, seruan China itu muncul setelah sejumlah negara mengkritik Beijing
yang kurang serius menanggapi buruknya ketegangan di Semenanjung Korea pasca serangan
artileri ke Pulau Yeonpyeong. Belum ada kesediaan resmi dari kedua Korea atas seruan itu.
Kalangan pejabat Amerika Serikat (AS) dan negara-negara lain menilai China sebetulnya
punya pengaruh besar untuk ikut mendamaikan kedua Korea karena punya hubungan yang
erat dengan kedua pihak. Bahkan, China merupakan sekutu terdekat Korut. Status itu tidak
dimiliki banyak negara, termasuk AS.
Ajakan perundingan ini disampaikan juru bicara pemerintah China, Wu Dawei, di
Beijing, Minggu 28 November 2010. Dimulai secara berkala sejak Agustus 2003, forum itu
melibatkan Korut, Korsel, AS, Jepang, China, dan Rusia, untuk membahas cara mengatasi
konflik dan ancaman senjata nuklir di Semenanjung Korea. Namun, dalam beberapa tahun
terakhir, forum itu terhenti karena meningkatnya lagi ketegangan antara Korut dengan AS
dan Korsel.
Pada 2009, Korut secara sepihak menghentikan dialog itu setelah diganjar sanksi PBB
setelah melakukan ujicoba rudal. AS dan sekutu-sekutunya khawatir Korut gencar membuat
senjata nuklir sehingga harus diberi sanksi, termasuk perdagangan.
Wu menyatakan peristiwa yang terjadi akhir-akhir ini di Semenanjung Korea membuat
masyarakat internasional, khususnya anggota six-party talks, prihatin. Inilah alasan dasar
China mengajak keenam negara; Korsel, Korut, Amerika Serikat, Rusia dan Jepang, untuk
kembali melanjutkan perundingan itu.
Dari pihak China, setelah melakukan pertimbangan yang hati-hati, mengajak
melakukan pertemuan darurat di antara para pemimpin delegasi six-party talks pada awal
Desember nanti di Beijing untuk bertukar pandangan mengenai masalah yang terjadi akhir-
akhir ini. Six-party talks memiliki peranan yang penting dalam memperkuat komunikasi di
antara banyak pihak, meningkatkan denuklirisasi di semenanjung Korea dan menjaga
perdamaian dan stabilitas di semenanjung dan Asia Tenggara.
Namun, belum ada kesediaan dari Korut dan Korsel atas ajakan China itu. Bahkan
Presiden Korsel, Lee Myung-bak, mengatakan bahwa saat ini bukanlah waktu yang tepat
untuk memulai kembali perundingan tersebut.
Sumber dari pemerintah Korsel yang tidak ingin disebutkan namanya, mengatakan
bahwa perundingan ini tidak akan menyelesaikan masalah.
“Six-party talk tidak akan bisa menggantikan agresi yang dilakukan oleh Korut. Tindakan
nyata perlu dilakukan oleh Korut untuk menunjukkan perubahan kelakuan.”
Sementara itu, senator Amerika Serikat dari negara bagian Arizona, John McCain,
mengatakan bahwa perundingan ini memang jalan yang baik. Namun Korut tidak akan
berhenti berulah sampai diberikan hukuman yang berat. China, ujarnya, dapat saja
menghentikan Korut, namun mereka tidak melakukannya. China tidak bertindak seperti
negara kekuatan besar dunia yang bertanggung jawab. Mereka bisa saja menurunkan
ekonomi Korut hingga sedengkul jika mereka mau.
Adapun sanksi yang diberikan kepada Korut bukan berasal dari AS tetapi dari PBB.
Resolusi PBB merefleksikan konsensus dari dunia internasional, bahwa tindakan Korut
melanggar kewajibannya dan mengancaman keamanan internasional. Ini adalah inti yang
menyebabkan sanksi itu dikeluarkan. Dengan tambahan AS juga memberikan sanksi lain
untuk Korut. Kami yakin sanksi yang diberikan kepada Korut, ditujukan agar negara itu dapat
menghormati kesepakatan yang sudah disepakati sebelumnya.
Bila Korut dapat mengikuti apa yang telah disepakati dalam Six Party Talks,
Semenanjung Korea akan bersih dari nuklir dan tentunya dapat menuju ke normalisasi
hubungan kedua Korea. Hal ini dapat mendorong pencabutan sanksi juga. Semua ini dapat
dilakukan, tetapi membutuhkan waktu lama dan perubahan dari sikap Korut.
BAB III
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Perang antar dua Korea kembali memanas 10 Agustus 2011, saat Korea Selatan
dengan Amerika Serikat melakukan latihan militer bersama. Latihan militer tersebut diduga
sengaja memancing suasana panas kedua Korea, Korea Utara menembakkan tiga artileri ke
arah perbatasan utara Koea Selatan di Laut Kuning. Tidak tinggal diam, militer Korea Selatan
langsung membalasnya dengan jumlah tembakan yang sama. Tembakan Korut jatuh di
perairan dekat pulau Yeonpyeong yang sempat menjadi sasaran tembak November tahun lalu,
menewaskan empat orang. Perang antar dua Korea juga pernah terjadi dari 25 Juni 1950
sampai 27 Juli 1953, adalah sebuah konflik antara Korea Utara dan Korea Selatan. Perang ini
juga disebut "perang yang dimandatkan" (bahasa Inggris proxy war) antara Amerika Serikat
dan sekutu PBB-nya dan komunis Republik Rakyat Cina dan Uni Soviet (juga anggota PBB).
Peserta perang utama adalah Korea Utara dan Korea Selatan.
Untuk penyelesaian konflik yang terjadi di Korea Utara dan selatan yaitu China
melakukan perundingan enam pihak (Six-party talks). China sebetulnya punya pengaruh
besar untuk ikut mendamaikan kedua Korea karena punya hubungan yang erat dengan kedua
pihak. Bahkan, China merupakan sekutu terdekat Korut. Status itu tidak dimiliki banyak
negara, termasuk AS. China mengajak keenam negara; Korsel, Korut, Amerika Serikat, Rusia
dan Jepang, untuk kembali melanjutkan perundingan itu.
Adapun sanksi yang diberikan kepada Korut dari PBB, bahwa tindakan Korut melanggar
kewajibannya dan mengancaman keamanan internasional. Ini adalah inti yang menyebabkan
sanksi itu dikeluarkan.
Bila Korut dapat mengikuti apa yang telah disepakati dalam Six Party Talks,
Semenanjung Korea akan bersih dari nuklir dan tentunya dapat menuju ke normalisasi
hubungan kedua Korea. Hal ini dapat mendorong pencabutan sanksi juga. Semua ini dapat
dilakukan, tetapi membutuhkan waktu lama dan perubahan dari sikap Korut.
DAFTAR PUSTAKA

http://leader-street.blogspot.com/2010/11/penyebab-perang-korea-utara-
korea.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Korea
http://beritapopulerz.blogspot.com/2010/11/kronologi-konflik-korea-selatan-
dan.html
http://dunia.vivanews.com/news/read/191225-china-ajak-dialog--dua-korea-masih-
enggan
http://dunia.vivanews.com/news/read/239635-korut-korsel-adu-tembak-di-laut-kuning
http://bola.okezone.com/read/2011/10/18/411/516929/nuklir-korut-dan-iran-harus-diakhiri

Anda mungkin juga menyukai