Korea Selatan merupakan salah satu wilayah yang berada di kawasan Asia Timur.
Sebenarnya, wilayah Korea ini sejak dulu sering menjadi wilayah aneka dinasti kerajaan yang
berkuasa di China. Semenanjung Korea awalnya dikuasai Jepang, namun pasca kekalahan dalam
Perang Dunia II, semenanjung Korea akhirnya di bawah pengaruh Blok Barat dan Blok Timur
pada saat Perang Dingin. Pada saat itulah terjadi pembagian wilayah pada semenanjung Korea
(Aditama, A.dkk, 2012: 6). Kekaisaran Jepang yang lantas muncul sebagai sebuah kekuatan
baru di Asia Timur, lantas mulai tertarik untuk mendapatkan wilayah Korea. Seperti yang kita
ketahui sebelumnya, Jepang ini sangat ngeyel atau bisa dibilang sangat memegang prinsipnya
untuk menguasai Asia Timur Raya. Padahal sudah diketahui sebelumnya bahwa Jepang ini
sudah kalah pada saat Perang Dunia II, tetapi tetap saja Jepang ingin menguasai kawasan Asia
Timur. Dan sebelumnya Jepang ini sudah pernah terlibat konflik dengan Dinasti Qing yang
sebelumnya menguasai Korea, dan pada konflik tersebut Jepang menang dan bisa menguasai
wilayah Korea. Lalu ada Rusia juga yang pada saat itu menghambat kekuasaan Jepang terhadap
Korea.
Status korea yang secara penuh telah masuk ke dalam wilayah Jepang, telah
mengakibatkan banyak kaum intelektual dan kaum nasionalis Korea yang memutuskan untuk
kabur ke luar negeri. Bahkan ada juga yang membentuk Pemerintahan Sementara Korea di
Shanghai. Dari situ timbullah benih paham Komunisme yang mulai mendapat tempat di
masyarakat Korea. Saat itu Jepang menganggap bahwa wilayah jajahan mereka adalah di Korea
dan Taiwan adalah bagian dari kekisaran Jepang. Mengingat bahwa Jepang ini memiliki cita-cita
yang sedari dulu adalah ingin mnguasi wilayah di Asia atau biasa disebut sebagai Kawasan
Persemakmuran Bersama Asia Timur Raya. Pada saat itu Minami Jiro yang sebagai gubernur
jenderal Jepang memerintahkan untuk pemberlakukan asimilasi semua kebudayaan Korea
dengan budaya Jepang. Sehingga banyak sekali budaya-budaya Korea yang “hilang”. Bahkan
untuk nama pun mereka harus ganti dengan nama seperti orang Jepang, bangsa Jepang banyak
mengambil sari-sari kebudayaan Korea. Bagi Jepang, Korea merupakan sebuah jajahan yang
sungguh-sungguh yang jumlahnya 30.000.000 orang, bahan-bahan mentah kaya yang terdapat di
Korea seperti batu bara, tembaga, emas, timah, tungsten dan besi, merupakan harta kekayaan
yang luar biasa (Lubis,2010: 115-116). Ironisnya, Jepang juga memberlakukan sistem kerja
paksa terhadap paksa sehingga pada saat itu bisa dibilang banyak sekali memakan korban jiwa..
Akibat dari banyaknya pengungsi terdidik tadi, akhirnya mereka ikut mempengaruhi pandangan
mereka terhadap sistem politik yang ada di China, yakni dimana ada paham nasionalis dan
paham komunis. Disini banyak sekali orang Korea yang lantas tertarik terhadap paham
nasionalis yang dipimpin oleh Yi Pom Sok maupun komunis yang dipipin Kim Il Sung yang
disetiap paham tersebut terbentuklah sebuah angkatan atau sebuah pasukan tentara.
Perang Dunia II berakhir dengan kekalahan Jepang. Pada tanggal 9 Agustus 1945, Uni
Soviet mendeklarasikan upaya pembebasan Korea dari Jepang. Pasukan tentara yang dipimpin
oleh Kim Il Sung tadi mendarat di Semenanjung Korea bagian Utara. Pada tanggal 8 September
1945, letnan jenderal John R Hodge bersama pasukan Amerika Serikat di Incheon untuk
menerima secara resmi kekalahan Jepang di wilayah Korea bagian Selatan.
Konflik kembali memanas setelah Uni Soviet membentuk kembali aliansinya sendiri
yang beranggotakan umumnya negara-negara yang perpahamannya komunis. Aliansi yang
dibentuk oleh Uni Soviet ini lantas diberi sebutan Blok Timur, sedangkan Amerika serikat
bersama kelompoknya diberi sebutan Blok Barat. Antara kedua blok ini terjadi perselisihan yang
menimbulkan era Perang Dingin dimana ini mereka menggunakan salah satu tipe yakni adalah
perang proxy. Perang proxy ini terjadi di Semenanjung Korea, dimana wilayah ini saling
mengklaim bahwa mereka adalah representasi sesungguhnya dari rakyat Korea. Disini Korea
Utara lebih agresif terhadap tetangga mereka di Selatan.
Mendapati Korea Selatan tengah terdesak oleh Korea Utara, para perwakilan Korea
Selatan di PBB lantas mengadukan kasus tersebut ke Dewan PBB. Dan disini Dewa PBB
memerintahkan kepada Korea Utara untuk segera mundur pada garis lintang 38 derajat sebagai
batas negara yang telah ditetapkan. Namun respon tersebut Korea Utara merasa acuh tak acuh
terhadap perintah yang dikeluarkan oleh Dewan PBB. Akhirnya Amerika Serikat mendapat
utusan atau mandat oleh PBB beserta 16 negara untuk menuju ke semenanjung Korea, yang pada
saat itu pimpinan PBB adalah Jenderal besar bernama Douglas MacArthur. Keberadaan
angkatan perang atau pasukan Amerika Serikat tidak hanya memberikan keamanan bagi Korea
Selatan dari Korea Utara, tetapi juga memastikan bahwa kebangkitan Jepang maupun
kepercayaan diri Tiongkok yang terus meningkat dapat diseimbangkan dengan kekuatan
Amerika Serikat ( Agustine, 2017: 2). Kedatangan Amerika Serikat tersebut membuahkan hasil
yang pada saat itu membebaskan Seoul dari Korea Utara. Namun semakin kesini, kedatangan
Amerika Serikat yang tujuan semula adalah untuk memperthankan posisi Korea Selatan tetapi
Amerika Serikat beralih tujuan dengan menghancurkan rezim komunis Korea Utara. Udara segar
di dapat oleh Korea Utara yang pada saat itu didesak oleh Amerika Serikat, China pun membawa
pasukan guna membantu negara sekutunya tersebut, yakni Korea Utara.
Korea Utara dan Korea Selatan tidak pernah menandatangani perjanjian perdamaian
secara resmi dan dengan demikian mereka secara resmi masih berperang, hanya gencatan senjata
yang dinyatakan. Pemerintah Korea Selatan menjadi didominasi oleh militeryna dan keadaan
yang relativ damai ini diselingi oleh pertempuran perbatasan da beberapa upaya pembunuhan (
Tambunan,2016: 4) . Pada saat itu, pertempuran garis depan yang berlangsung sengit berbiaya
besar, hingga memakan korban jiwa, lantas memunculkan ide antara kedua kubu untuk
menggelar perundingan. Pada 10 Juli 1951, sebuah perundingan gencatan senjatan dimulai
antara Amerika dan China. Beberapa perungdingan pun mengalami kebuntuan. Akhirnya pada
27 Juli1953, berhasil ditanda tangani perjanjian gencatan senjata di Panmunjom.
DAFTAR PUSTAKA
Aditama, A. dkk. 2012. Konflik di Semenanjung Korea dan Pengaruhnya Terhadap Keamanan
Internasional. Yogyakarta : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Polittik. Dari
http://rachmat.staff.ugm.ac.id/kuliah/POLINT/Kelompok5.pdf
Aditama, O & Alvarendra, H.K. 2018. Perang-Perang Terhebat Sepanjang Sejarah.Yogyakarta:
Cemerlang Publishing
Agustine, P. 2017. Upaya-Upaya Kimchi Diplomacy di Amerika Serikat.Skripsi tdak diterbitkan.
Bandung : Faultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Dari
http://repository.unpar.ac.id/handle/123456789/5618
Lubis, M. 2010. Catatan Perang Korea. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia
Tambunan. 2016. Analisis Peran Internasional Dalam Sengketa Semenanjung Korea.Semarang :
Fakultas Hukum. Dari
https://www.academia.edu/34695664/ANALISIS_PERAN_INTERNASIONAL_DAL
AM_SENGKETA_SEMENANJUNG_KOREA