Anda di halaman 1dari 13

1

Perang Korea

Korea atau Chason dalam bahasa Korea adalah sebuah wilayah berupa
semenanjung yang berada di Asia Timur. Jepang sejak tahun 1593 telah mengincar
wilayah Korea. Namun, berkat bantuan Cina, keinginan Jepang itu dapat dibendung.
Ketika Perang Cina–Jepang (1894–1895) berakhir, Jepang makin intensif
menggempur pertahanan Korea dan meningkatkan pengaruhnya. Pada tahun 1910
Jepang berhasil menguasai wilayah Korea secara penuh. Seperti halnya bentuk
kolonialisme yang lain, Jepang juga melakukan eksploitasi besar-besaran terhadap
Korea. Semua sumber daya Korea dimanfaatkan untuk kepentingan Jepang.
Jepang selain mengeksploitasi segala sumber daya Korea, juga menumbuhkan rasa
kebangsaan kepada orang Korea. Pada tanggal 1 Maret 1919 tiga puluh tiga prajurit
Korea berkumpul di Taman Pagoda, Seoul untuk memproklamasikan
kemerdekaannya. Peristiwa tersebut kemudian dikenal sebagai Pergerakan
Kemerdekaan Samit (1 Maret). Gerakan kemerdekaan seperti itu tentu saja tidak
dikehendaki oleh pemerintah pendudukan Jepang karena gerakan tersebut jelas-jelas
menghendaki keluarnya Jepang dari wilayah Korea. Menghadapi keadaan itu, Jepang
berusaha menggagalkan perlawanan tersebut. Meskipun gerakan itu mengalami
kegagalan, rakyat Korea telah terilhami dan membangkitkan semangat kebangsaan.
Puncaknya, bangsa Korea berani melakukan perlawanan bersenjata seperti yang
terjadi di Korea. Rakyat Korea juga berhasil mendirikan pemerintahan sementara di
Shanghai.
Ketika Jepang menyerah dalam Perang Dunia II, pasukan Sekutu yang terdiri atas
Amerika Serikat dan Uni Soviet segera menduduki Korea. Dengan alas an
memusnahkan sisa-sisa kekuatan Jepang yang berada di Utara, Uni Soviet mulai
melancarkan serangan dan menduduki wilayah itu pada tanggal 12 Agustus 1945.
Sementara itu, pasukan Amerika Serikat baru mendarat di Korea bagian selatan pada
bulan September 1945. Dengan demikian, mulai saat itu wilayah Korea diduduki dua
negara adidaya, Amerika Serikat di selatan dan Uni Soviet di utara. Garis lintang 38°
menjadi batas wilayah yang mereka duduki. Pasukan Amerika Serikat mulai tahun
1948 banyak yang ditarik pulang ke negerinya. Hanya para penasihat militer dalam
jumlah kecil yang ditinggalkan di tempat itu. Hal itu berkaitan dengan mulai
terbentuknya pemerintahan Republik Korea (Selatan) pada tanggal 15 Agustus 1948.
Pusat pemerintahannya ditempatkan di Seoul. Presiden pertama Republik Korea
adalah Dr. Syngman Rhee. Uni Soviet ternyata berbuat sama terhadap wilayah yang
didudukinya di utara. Uni Soviet membentuk Republik Demokratik Rakyat Korea
(Korea Utara) pada tanggal 1 Mei 1948. Uni Soviet mengangkat Kim Il Sung sebagai
presidennya. Uni Soviet baru meninggalkan Korea Utara setelah menandatangani
perjanjian tentang pemberian bantuan ekonomi, militer, dan teknologi pada negara
satelitnya itu. Korea Utara juga menjalin hubungan diplomatik dengan Cina. Dengan
demikian, makin kukuh kekuatan komunis di Asia. Suasana tegang mulai terasa di
Semenanjung Korea, setelah pihak Utara mulai memprovokasi dengan berbagai
pelanggaran di perbatasan pada sekitar tahun 1949. Dengan alasan untuk menyatukan
kembali Korea pada tanggal 25 Juli 1950 tentara Korea Utara melintasi garis
demarkasi dan menyerbu Korea Selatan. Tentara Korea Selatan karena
persenjataannya tidak memadai tidak berhasil menghalau tentara Korea Utara.
Atas agresi Korea Utara itu, Korea Selatan mengadukan masalah itu ke Dewan
Keamanan PBB. Sebagai solusinya, Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi
yang intinya memerintahkan pihak Korea Utara menarik pasukannya hingga garis
lintang 38°. Selain itu, Dewan Keamanan PBB juga meminta bantuan anggota PBB
2

untuk memberi bantuan militer ke Korea. Untuk itu, segera dibentuk pasukan PBB
yang berasal dari enam belas negara anggota. Amerika Serikat mendapat mandat
Dewan Keamanan PBB untuk memimpin pasukan PBB ke Korea. Sebagai komandan
pasukan PBB dipilih Jenderal Douglas Mac Arthur. Pasukan PBB berhasil mendesak
pasukan Korea Utara bahkan melewati garis lintang 38°. Pada tanggal 19 Oktober
1950 pasukan PBB berhasil menduduki Pyongyang, ibu kota Korea Utara. Langkah
itu dilakukan pasukan PBB karena menurut Mac Arthur keamanan di Semenanjung
Korea akan terjadi apabila dua negara itu disatukan. Cina yang menjalin hubungan
diplomatik dan seideologi dengan Korea Utara tidak menerima tindakan pasukan
PBB tersebut. Cina berpendapat bahwa itu hanya strategi Amerika Serikat saja untuk
memperluas pengaruhnya di Korea. Oleh karena tidak menerima tindakan pasukan
PBB, Cina mengirimkan pasukannya dan membantu pertahanan pasukan Korea
Utara. Pada tanggal 4 Januari 1951 pasukan PBB terdesak pasukan gabungan Cina–
Korea Utara. Bahkan, ibu kota Korea Selatan, Seoul jatuh ke tangan pasukan
gabungan. Atas peristiwa yang mengejutkan tersebut, Dewan Keamanan PBB
kembali bersidang. Dewan Keamanan PBB mengambil keputusan bahwa tindakan
Cina membantu Korea Utara adalah salah dan sebagai konsekuensinya dijalankan
embargo ekonomi terhadap negara tersebut. Pada tanggal 12 Maret 1951 pasukan
PBB yang telah mengonsolidasikan diri berhasil merebut kembali kota Seoul, Korea
Selatan
Latar Belakang Perang Korea
Setelah berakhirnya Perang Dunia II muncul persaingan-persaingan baru antara Blok
Barat (Amerika Serikat) dan Blok Timur (Uni Soviet) yang lebih dikenal dengan
sebutan “Perang Dingin”. Adapun negara-negara yang telah menjadi korban akibat
dari Perang Dingin diantaranya:
1. Vietnam, yang terpecah menjadi Vietnam Utara dan Vietnam Selatan
2. Jerman, terpecah menjadi Jerman Barat dan Jerman Timur
3. Korea, terpecah menjadi Korea Selatan dan Korea Utara
Dalam perjanjian Yalta pada tahun 1945 disebutkan bahwa, Uni Soviet akan
mengumumkan perang kepada Jepang setelah Perang di Eropa selesai. Dimana
pasukan Uni Soviet akan menyerang Jepang melalui Semenanjung Korea. Pada
tanggal 8 Agustus 1945, Uni Soviet melancarkan serangannya terhadap pasukan
Jepang lewat Semenanjung Korea hingga mencapai garis batas 38º LU. Selama
enam hari peperangan Uni Soviet keluar sebagai pemenang, tepatnya pada tanggal
14 Agustus 1945 pasukan Jepang menyerah kepada sekutu dengan ketentuan
pasukan Jepang yang berada disebelah Utara garis 38º LU menyerah kepada Uni
Soviet, sedangkan pasukan Jepang yang berada disebelah Selatan garis 38º LS
menyerah kepada Amerika Serikat. Hal inilah yang menjadi dasar pembagian Korea,
sehingga garis batas 38º Lintang Utara (LU), menjadi garis batas demarkasi antara
Korea Utara dan Korea selatan.
Sebab-sebab Umum
a. Adanya persaingan ideologi antara Amerika Serikat dan Uni Soviet.
Salah satu dampak Perang Dunia II adalah adanya Perang Dingin, yakni
pertentangan antara Blok Barat dibawah komandan Amerika Serikat dan Blok Timur
dipimpin oleh Uni Soviet. Pihak Korea Selatan yang berada dibawah pengaruh
Amerika Serikat mengembangkan paham liberal-kapitalis, sedangkan Korea Utara
dibawah pengaruh Uni Soviet mengembangkan paham sosialis-komunis.
b. Pembagian wilayah korea menjadi dua bagian
Setelah Perang Dunia II berakhir, Korea menjadi daerah yang
dipersengketakan. Dimana beberapa hari sebelum Jepang menyerah pada tanggal 10
3

Agustus 1945, Amerika Serikat dan Uni Soviet akan menerima tawanan-tawanan
perang Jepang yang berada didaerah Korea. Keputusan ini didasarkan pada
Perjanjian Potsdam 1945, yaitu membagi Korea menjadi dua bagian dengan batas
wilayah 38º Lintang Utara, menyerah kepada Amerika Seikat dibawah pimpinan
Letnal Jenderal John R. Hogde. Sedangkan pasukan Jepang yang berada disebelah
Utara garis 38º Lintang Utara, menyerah kepada Uni Soviet dibawah pimpinan
kolonel Jenderal Ivan M. Christyalov.
Pihak Amerika Serikat dan Uni Soviet sebenarnya tidak menjadikan garis
tersebut sebagai garis demarkasi antara Korea Utara dan Korea Selatan, melainkan
garis tersebut hanya merupakan batas wilayah untuk menerima tawanan-tawanan
Jepang pasca Perang Pasifik. Namun, pada akhirnya garis tersebut berubah fungsi
menjadi garis demarkasi antara pertahanan Amerika Serikat dan Uni Soviet. Dengan
demikian, pembagian wilayah Korea enjadi dua bagian ini menjadi suatu garis
pertikaian antara dua kekuatan. Dilain pihak, secara tidak langsung hal ini
mengahalangi cita-cita bangsa Korea untuk menjadi bangsa yang merdeka dan
bersatu.
c. Tidak adanya kesepakatan antara Amerika Serikat dan Uni Soviet tentang
pembentukan Korea Utara.
Pada bulan Desember 1945 diadakan konferensi para menteri luar negeri di
Moskow, konferensi ini diadakan sebagai tindak lanjut dari Deklarasi Potsdam.
Dalam konferensi tersebut memperoleh atau menghasilkan kesepakatan antara
Amerka Serikat, Uni Soviet dan Inggris yang menyatakan akan membentuk
pemerintahan Korea yang demokratis. Pemerintahan ini merupakan pemerintahan
perwakilan Internasional yang akan berlangsung selama lima tahun, dimana dalam
pemerintahan perwakilan tersebut pasukan-pasukan Amerika Serikat maupun Uni
Soviet ikut serta didalamnya (joint Commission).
Pelaksanaan pemerintahan perwakilan Internasional ternyata tidak dapat
diwujudkan, karena tidak adanya kesepakatan antara amerika serikat dan uni soviet.
Masalah korea kemudian dibawa ke sidang sidang umum PBB. Pada tanggal 14
November 1947, sidang umum PBB memutuskan untuk membentuk komisi yang
disebut “United Nations Temporary Commission on Korea” (komisi Sementara PBB
untuk Korea). Dari hasil sidang tersebut menyarankan agar selambat-lambatnya pada
tanggal 13 Maret 1948, di Korea diadakan pemilihan umum untuk memilih wakil-
wakil rakyat Korea. Tugas dari komisi Sementara PBB untuk korea antara lain:
1) Mengadakan pengawasan keberlangsungan pemilihan umum
2) Mengadakan pembicaraan dengan para wakil rakyat hasil pemilihan umum untuk
merundingkan umum untuk merundingkan masalah kemerdekaan Korea.
Kemudian setelah wakil Korea terpilih, maka PBB kemudian mengajukan
rencana antara lain:
1) Membentuk dewan Nasional
2) Mendirikan pemerintahan Korea yang merdeka.
Sesudah pemerintahan Korea terbentuk maka tentara pendudukan akan ditarik
mundur. Korea selatan dan Amerika Serikat dapat menjalankan rencana tersebut,
sebab rencana itu pada dasarnya merupakan siasat dari Amerika Serikat sendiri yang
mendominasi dalam PBB. Akan tetapi, Uni Soviet menolak hal tersebut dan
mengusulkan, bahwa tentara pendudukan akan ditarik mundur terlebih dahulu, dan
baru kemudian mendirikan pemerintahan Korea merdeka. Dengan demikian, korea
menjadi ajang pencaturan politik dan militer antara Amerika Serikat dan Uni Soviet.
Selanjutnya masing-masing pihak akhirnyamembentuk pemerintahan baru di Korea,
yaitu:
4

1) Pada tanggal 15 Agustus 1948 Amerika Serikat membentuk Republik Korea


(Korea Selatan) beribu kota di Seoul, dengan Syngman Rhee sebagai Presiden
pertama.
2) Pada tanggal 9 September 1948 Uni Soviet membentuk Republik Demokrasi
Rakyat Korea (Korea Utara) beribu kota di Pyongyang, dengan Kim II sung sebagai
Presiden pertamanya (Agung Leo S, 2012:134)
Sebab-sebab Khusus
Pada bulan desember 1948, sidang umum PBB mengesahkan laporan tentang hasil-
hasil pemilihan di Korea Selatan. Sidang menyatakan bahwa pemerintahan Korea
Selatan adalah satu-satunya pemerintahan yang sah. Selain itu juga diputuskan
terbentuknya komisi baru Korea yakni Commission on Korea (Komisi tentang
Korea), tugas dari komisi ini antara lain:
1) Mengambil alih komisi sementara PBB di Korea
2) Mencoba mengadakan penyatuan Korea
3) Mengadakan penyelidikan penarikan pasukan pendudukan di Korea.
Dengan adanya keputusan tersebut, Korea Utara semakin membenci Korea Selatan
dan Amerika Serikat. Korea Utara merasa hak-haknya tidak diakui PBB. Dengan
demikian, Uni Soviet terus mendukung Korea Utara untuk mendapatkan hak-haknya
dan mendapatkan wilayah Korea seluruhnya dengan jalan kekerasan atau
peperangan (Agung, 2012: 135).

Jalannya Perang Korea


Perang Korea dari tanggal 25 Juni 1950—27 Juli 1953, adalah sebuah konflik antara
Korea Utara dan Korea Selatan. Perang ini juga disebut “Perang yang dimandatkan”
(bahsa Inggris proxy war) antara Amerika Serikat dan sekutu PBB-nya dan komunis
Republik Rakyat Tiongkok dan Uni Soviet (juga anggota PBB) (Hendarsah, 2007:
96) dan (Iqbal, 2010: 81).
Berbagai cara telah diupayakan oleh Korea Utara hingga akhirnya mengambil
keputusan dengan cara kekerasan atau peperangan. Pengumuman perang disiarkan
ke sluruh kota melalui radio Pyongyang. Pada hari minggu pukul 4, 25 Juni 1950,
Korea Utara menyerang Korea Selatan (Montefiore, 2011: 751). Serangan tersebut
sangat mengejutkan Korea Selatan sehingga terlihat Korea Utaralah yang
memenangkannya. Serangan ditujukan ke Ibukota Seoul, namun karena cuaca buruk,
yang berhasil diduduki hanya Kota Chuchon, Ongjin dan Kaesong yang merupakan
kota penting di Korea Selatan.
Kota Seoul baru dapat diduduki oleh pasukan Korea Utara setelah tiga hari perang
berlangsung yaitu pada tanggal 28 Juni 1950 (lihat gambar 2.1). Dengan direbutnya
Seoul, berarti pihak Utara telah berhasil menguasai 50-80 mil2 wilayah teritorial
Korea Selatan, 12 kota dan 5 ribu desa dalam jangka waktu empat hati (Agung,
2012: 135). Karena hal tersebut, Presiden Syngnam Rhee beserta staf
pemerintahannya meninggalkan Seoul dan memindah pemerintahan ke Taejon.
Perang Korea tidak hanya sebatas perang antara Korea Utara dan Korea Selatan.
Namun, dibelakang negara tersebut ada sekutu masing-masing yang membantu
jalannya Perang. Amerika Serikat mengetahui jika di belakang Korea Utara ada Uni
Soviet, sehingga AS memutuskan untuk membantu Korea Selatan. Dengan posisi
Amerika dalam Dewan Keamanan PBB, Amerika mengusulkan kepada DK PBB
untuk bersidang membicarakan Korea. PBB mengadakan sidang dan menghasilkan
resolusi PBB yang antara lain berisi sebagai berikut.
1) Mendesak Korea Utara agar segera menghentikan perang dan menarik mundur
pasukan-pasukannya sampai garis batas 38° Lintang Utara.
5

2) Memberikan sanksi kepada Korea Utara apabila pihak Korea Utara tidak
memperdulikan desakan tersebut, maka PBB dengan para anggotanya akan
membantu Korea Selatan.
Pada 27 Juni, Presiden Truman memerintahkan kepada Angkatan Udara dan
Angkatan Laut Amerika Serikat untuk memberi perlindungan kepada pasukan Korea
Selatan. Amerika Serikat berkosentrasi di Semenanjung Jepang Pulau Jepang.
Strategi militer yang dilakukan oleh Presiden Truman membuat bendungan dengan
pasukan-pasukan yang cukup kuat. Presiden Truman mengerahkan pasukan-pasukan
Amerika Serikat yang berada di Timur Jauh yaitu di Jepang, di bawah komando
Douglas MacArthur diperintahkan untuk mengadakan blokade di seluruh pantai
Korea. Pemerintah Cina di Taiwan diminta menghentikan operasinya di daratan
Cina, serta bantuan-bantuan militer kepada pemerintah Filipina dan Angkatan
Perang Perancis di Indocina ditingkatkan.
Menurut Agung (2012: 137), menyatakan bahwa hingga bulan Agustus 1950, pihak
Korea masih tetap unggul, karena hal berikut.
1) Korea Utara dan Uni Soviet mampu membuat rakyat Korea Selatan bersimpati.
2) Logistik pihak Korea Utara terpencar, sehingga sulit dihancurkan dan lebih lama
dapat bertahan.
3) Pihak Korea Utara mengadakan penyusupan dan penyamaran yang sangat rapi
untuk melemahkan pihak Selatan.

Selama tiga bulan (Juni, Juli, Agustus) pihak Selatan mengalami kekalahan, maka
untuk menghindari agar Semenanjung Korea tidak jatuh ke pihak Utara, pihak
Selatan membuat strategi baru yang disebut “Pertahanan PBB”. Pertahanan
tersebut dipusatkan di Pusan, dan dikenal dengan nama “Pusat Parameter”. Daerah
penting lain selain Pusan adalah Taegu.
Mulai september 1950, keunggulan menjadi milik Korea Selatan dengan berhasil
direbutnya Seoul pada 26 September 1950 di bawah pimpinan Jenderal MacArthur.
Keberhasilan tersebut menjadi dorongan moral bagi pihak Selatan sehingga dapat
melampaui garis batas 38° Lintang Utara. Kekalahan pihak Utara tersebut juga
merupakan kekalahan Uni Soviet dan membuat RRC yang merupakan sekutu Uni
Soviet membantu pihak Utara sebagai tetangga baiknya dari serangan imperialis.
Setelah memukul balik tentara Korea Utara dari garis lintang 38 derajat, tentara
koalisi Amerika di bawah payung PBB mendekati Sungai Yalu yang berbatasan
dengan Tiongkok. Mac Arthur menjanjikan kepada pasukan koalisi untuk
merayakan Natal dengan keluarga masing-masing karena perang akan berakhir dan
Korea akan bersatu dan demokratis (Widyatmadja, 2005: 169).
Namun, bukan Natal yang mereka rayakan, tetapi usungan peti jenazah mendatangi
keluarga tentara Amerika karena Korea Utara kembali melakukan perlawanan.
Dengan bantuan RRC, Korea Utara kembali meraih kemenangan. RRC punya
persiapan yang matang karena telah terlebih dahulu mempelajari peta perang korea
sehingga dapat mengusir pasukan PBB dari Pyongyang untuk kembali ke Selatan.
Karena perang Korea juga merupakan perang antara Amerika dan Uni Soviet,
maka Amerika pun tidak tinggal diam dengan ikut campurnya RRC. Sehingga
menurut Suko dalam Agung (2012: 139) menyatakan bahwa Jenderal MacArthur
memberikan wewenang kepada Jenderal Matthew B.Ridgway untuk melancarkan
operasi-operasi di Korea.
Jenderal Mattew juga diserahi menggunakan personel tentara VIII dan Korps X
yang berarti meliputi kekuatan darat PBB seluruhnya. Pasukan PBB terdiri dari 15
negara, yakni Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Australia, Selandia Baru, Swedia,
6

Thailand, Belanda, Belgia, Kanada, Turki, Yunani, Afrika Selatan, India dan
Filiphina. Situasi perang yang tidak memungkinkan mendorong diadakannya
perundingan dan gencatan senjata. Perang Korea pada akhirnya membunuh 1 juta
warga Korea, seperempat warga Cina, dan tiga puluh empat ribu warga Amerika
(Chang, 2009: 220). Menurut Iqbal (2010: 85) bahwa Amerika kehilangan 36.914
tentaranya, sementara Korea Selatan 415.005. Korea Utara menurut Departemen
Pertahanan AS, kehilangan 2 juta serdadunya. Ini adalah jumlah yang sangat besar
untuk perang tiga tahun.

Upaya Penyelesaian Perang Korea


Terjadi perang Korea (1950 - 1953) sebab Korea Utara menyerbu Korea Selatan
dibantu US dan RRC. PBB membentuk pasukan Internasional dan berhasil
mengusir perang kembali ke perbatasan 38o LU (Soepratignyo : 1999, 51). Maka
selanjutnya diadakan sesbuah perundungan untuk mencegah meluasnya perang.
Pada 23 Juni 1951 Jacob Malik selaku wakil tetap Uni Soviet di PBB, menyatakan
bahwa bersedia mengadakan perundingan serta akan segera mengirimkan wakil –
wakilnya :
a) Perundingan Kaesong (10 Juni – 22 Agustus 1951)
Perundingan di Kaesong disetujui oleh pihak Korea utara maupun Korea selatan
karena disebabkan oleh kedua belah pihak memiliki masing – masing pendapat
mengapa tempat Kaesong disetujui sebagai tempat perundingan :
1. Pihak Korea Utara mempertimbangkan bahwa Kaesong terletak 20 mil di dalam
garis pertahanan mereka
2. Bagi pihak Korea Selatan dapat menimbulkan kesan bahwa mereka bersedia
melaksanakan perundingan.
Perundingan di Kaesong merupakan strategi bagi RRC untuk menghambat gerakan
PBB di Kaesong. Kaesong merupakan wilayah yang strategis dalam menentukan
kemenangan melalui garis Lintang 38o, namun perundingan yang berlangsung
selama tiga bulan ini mengalami kegagalan, disebabkan kedua belah pihak tidak
dapat saling menghormati satu sama lain bahkan saling menuduh satu sama
lainnya. Kegagalan ini disebabkan tidak adanya kesepakatan tentang garis
demokrasi.
b) Perundingan di Panmunyom (25 Oktober – 27 Juni 1953)
Perundingan ini merupakan perungingan yang bersambung pada perundingan di
Kaesong. Dalam perundingan ini masalah garis demokrasi dibahas dan menjadi
hangat. Pihak utara mengusulkan garis demokrasi selebar 2 mil, selanjutnya daerah
ini dijadikan daerah bebas militer. Tentu saja dengan persetujuan pihak Korea
Selatan. Artinya permasalahan pada perundingan sebelumnya yaitu perundingan
Kaesong sudah teratasu dan terselesaikan. Perundingan selanjutnya adalah
perundingan genjatan senjata.
c) Gencatan senjata
Pada tanggal 27 Juli 1953 diberlakukan genjatan senjata. Sesuai dengan perjanjian
yang telah disepakati sebelumnya, garis demakrasi militer yang memisahkan kedua
belah pihak yang telah ditentukan yaitu memanjang dari muara sungai Han.
Dengan demikian, perang Korea berakhir untuk sementara (sejak 1953 sampai
sekarang) dalam situasi perang tanpa letusan senjata. Dan keadaan kedua Negara
dipecah menjadi dua yaitu Korea selatan dan Korea utara dengan terpisahkan garis
LU 38o.
Perang Korea yang berlangsung hingga 27 Juli 1953 memakan korban hampir tiga
juta orang tewas. Pada tanggal 8 Agustus 1953, pakta pertahanan bersama antara
7

Korea Selatan dan AS ditandatangani di Seoul oleh John Foster Dolies (Menlu AS)
dan Syngman Rhee (Presiden Republik Korea Selatan). Perjanjian ini memberikan
perlindungan atas Korea Selatan oleh AS apabila ada serangan dari luar (Songo, --
:--)

Dampak dari Perang Korea Terhadap Kedua Negara dan Dunia


Perang Korea ternyata menimbulkan dampak yang cukup luas di dunia
internasional. Hal ini dikarenakan oleh berbagai sebab, antara lain:
1. Korea bekas daerah jajahan Jepang. Jepang merupakan negara fasis terbesar di
Asia yang menjadi kekuatan super dan mampu menjadi saingan bagi negara-negara
imperialis Barat, seperti Inggris, Amerika Serikat dan Uni Soviet Jepang yang
berhasil menganeksasi Korea sejak 1910 menjadi sorotan dunia, karena Jepang
dikategorikan penjahat perang setelah Jerman. Kekuata Jepang di Korea
merupakan suatu hal penting yang perlu diperhitungkan oleh negara-negara besar
di dunia.
2. Pasca perang dunia II yang ditandai dengan kekalahan Jepang, Korea telah
jatuh ke tangan Amerika Serikat, Uni Soviet dan RRC. Ketiga negara tersebut
adalah negara kuat yang mempunyai pengaruh dan peranan yang cukup besar di
dunia, karena negara-negara di dunia pada saat itu mempunyai ketergantungan
pada mereka, khususnya kekuatan militer.
3. Keikutsertaan PBB, telah melibatkan anggotanya untuk menyelesaikan masalah
Korea. Ini berarti, Perang Korea telah pula menyeret negara-negara di dunia.
Dengan demikian, Perang Korea juga membawa dampak bagi dunia internasional
(Agung, 2012: 142).
Dampak Perang Korea bagi dunia internasional, antara lain sebagai berikut:
1. Muncunya dua Negara adidaya, yakni Amerika Serikat dan Uni Soviet
Amerika Serikat dan Uni Soviet adalah Negara besar yang rnendominasi dunia
pasca Perang Dunia II. Dengan kedudukannya di Korea telah mendapatkan tempat
yang strategis di Asia dalam upaya mencari dukungan di Asia dalam perluasan
pengaruhnya.
2. Munculnya RRC sebagai kekuatan baru
Dalam perkembangan intnternasiona sedang mengalami polarisasi kekuatan Barat
di bawah komando Amerika Serikat dan kekuatan Timur di bawah pimpinan Uni
Soviet, ternyata lebih cenderung untuk menggabungkan diri pada kekuatan Timur.
Dalam Perang Korea dengan jelas RRC menyokong Korea Utara dan
mengakibatkan perubahan fundamental politik di kawasan Asia Pasifik.
Perang Korea telah menunjukkan kekuatan RRC yang dapat menyaingi kekuatan
militer Amerika Serikat. Apabila Uni Soviet tidak mendapat bantuan militer dari
RRC, Uni Soviet akan mengalami kekalahan. Dengan adanya partner politik RRC-
Uni Soviet sejak Perang Korea, menambah kokohnya pertahanan komunis
khususnya di Asia. Sebaliknya, dekatnya hubungan Uni Soviet dan RRC,
mengakibatkan putusnya hubungan diplomatik Amerika Serikat-RRC.
RRC muncul sebagai kekuatan baru di Asia, menggantikan kedudukan Jepang
yang telah hancur. Didukung oleh jumlah penduduk yang besar, perkembangan
industri dan pertanian; RRC berhasil mengembangkan militernya. Keunggulannya
dibanding dengan Negara-negara lain di kawasan Asia dan peranannya yang besar
dalam Perang Korea, inilah yang mengubah RRC menjadi kekuatan baru di Asia.
Melihat partnership RRC-Uni Soviet, Presiden Truman memutuskan untuk
menerapkan politik pembendungan komunis. Selain itu, Amerika Serikat
mengadakan perubahan secara fundamental terhadap Jepang yang dapat digunakan
8

Sebagai benteng utamanya di Asia. Bahkan Jepang diizinkan untuk membentuk


pasukan bela diri, dimaksudkan agar dapat menangkal meluasnya pengaruh
komunis.
Perkembangan komunis di Asia terutama ditujukan pada RRC bukannya Uni
Soviet, karera RRC adalah negara yang berada di kawasan Asia, sehingga lebih
banyak memahami seluk-beluk Negara-negara di sekitarnya. Dengan demkian,
posisi RRC di Asia lebih berbahaya dibandingkan Uni Soviet di Eropa.
3. Munculnya pertahanan bersama
Untuk menjaga keamanan dan pertahanan seteteh Perang Korea, dan untuk
membendung perkembangan komunis secara intensif, menyadarkan negara-negara
di dunia membentuk pertahanan bersama dengan kepentingan yang berbeda.
Secara kongkret pertahanan bersama yang muncul setelah Parang Korea adalah
South East Asia Treaty Organization (SEATO) yang didirikan pada 1954 dengan
anggota Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Australia, Selandia Baru, Filipina,
Thailand, Pakistan dan Korea Selatan. Pertahanan bersama ini merupakan satah
satu upaya pembendungan komunisme di Asia .
Dari uraian di atas, ternyata Perang Korea baik langsung maupun tidak langsung
telah membawa dampak positif dan negatif. Dampak positifnya adalah
menyadarkan seluruh negara di kawasan Asia-Afrika untuk mewujudkan menjadi
suatu negara yang merdeka lepas dari campur tangan asing. Sedangkan dampak
negatifnya, Perang Korea telah memecah bangsa menjadi dua negara yang berbeda
dengan paham yang berbeda pula. Di samping itu, Perang Korea telah
memperuncing persaingan antara Blok Barat dan Blok Timur (Agung, 2012: 142-
144).
Secara signifikan, dampak adanya Perang Korea ini dapat dibagi ke dalam 3
bagian, yaitu:
1. Dampak Ekonomi kedua belah pihak (Utara dan Selatan)
Perang antar kedua pihak ini mengakibatkan hancurnya infrastruktur dan ekonomi
negara. Pada tahun 1970 ekonomi kedua belah pihak sempat seimbang, namun
orientasi ekonomi Korea Utara lebih memprioritaskan pada kepentingan militer
dibanding dengan kebutuhan rakyatnya sendiri. Korea Utara seringkali mengalami
kekurangan makanan dan menyebabkan tingginya tingkat kematian penduduk
akibat kelaparan. Korea Utara seringkali meminta bantuan dari luar negeri, tak
terkecuali dari pihak Korea Selatan.
Berbeda halnya dengan Korea Selatan, mereka lebih menekankan pertumbuhan
ekonomi dengan liberalisasi pasar dan perdagangan, sehingga perindustrian dan
kemajuan ekonomi Korea Selatan maju dengan pesat dan menjadi salah satu
Macan Asia.
2. Dampak Politik
Korea Selatan mengadopsi sistem politik yang demokratis, berbeda dengan sistem
politik di Korea Utara yang komunis-sentralistik. Dengan sistem demokrasi, maka
pihak militer meninggalkan perannya dari arena politik, sedangkan pihak Korea
Utara lebih menekankan nilai hierarki struktur keluarga sebagai pemimpin
berikutnya.
3. Dampak Militer dan Keamanan
Berdasarkan penjelasan yang telah dibahas sebelumnya, Korea Utara lebih
menekankan ekonomi dalam upayanya meningkatkan kapasitas militer dan
nuklirnya. Dengan adanya sikap dan pengaruh dari kepemilikan senjata nuklir ini,
maka secara tidak langsung menyebabkan instabilitas kawasan Asia Pasifik,
9

terlebih dengan beberapa percobaan peluncuran nuklir Korea Utara yang menurut
data intelijen mampu menjangkau sebagian wilayah Amerika Serikat.
Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa Perang Korea pada 25 Juni 1950-27
Juli 1953 ini adalah sebuah konflik antara Korea Utara dan Korea Selatan. Perang
ini juga disebut dengan "perang yang dimandatkan" antara Amerika- Serikat dan
sekutu PBB-nya dan komunis Republik Rakyat Cina dan Uni Soviet (juga anggota
PBB). Perang ini dapat dikatakan sebagai Perang saudara, meskipun banyak pihak
yang terlibat secara tidak langsung di dalamnya. Korea Utara, yang berbasis
komunis, berusaha untuk menyatukan semenanjung Korea ke dalam satu
pemerintahan tunggal, yang telah terpisah semenjak 1948. Korea Utara didukung
oleh Uni Soviet, sementara Korea Selatan didukung oleh Amerika Serikat dan
sekutunya (Kanada, Australia, dan Britania Raya), meskipun banyak negara lain
mengirimkan tentara di bawah bendera PBB.
Upaya-upaya rakyat Korea untuk mendirikan pemerintahan independen tidak
terlaksana karena pasukan Amerika serikat menduduki bagian selatan
Semenanjung Korea, sedangkan pasukan Uni soviet menguasai bagian Utara. Pada
bulan november 1947, Majelis Umum perserikatan bangsa-bangsa (PBB)
menyepakati sebuah revolusi yang meminta diadakannya pemilihan umum di
Korea di bawah pengawasan sebuah komisi PBB. Akan tetapi Uni soviet menolak
untuk mematuhi revolusi tersebut dan menolak masuknya komisi PBB ke bagian
paruh utara Korea. Majelis umum PBB kemudian membuat resolusi lain yang
menunutut diadakannya pemilihan umum di wilayah-wilayah yang bisa dimasuki
oleh Komisi PBB. Pemilihan umum pertama dilaksanakan pada tanggal 10 mei
1948, di wilayah-wilayah di sebelah garis lintang 38’. Hasil dari Pemilu ini ialah
Syng Man Rhee dipilih menjadi Presiden pertama Korea Utara. Sementara itu
disebelah utara garis lintang 38’ Kim il Sung dipiliah menjadi Presiden Korea
Utara. Garis 38’ inilah yang mambagi semenanjung Korea menjadi Korea Selatan
dan Korea Utara. (Jaro, 2008: 60). Kemudian Korea Selatan membentuk negara
Republik Korea Selatan. Sementara Korea Utara membentuk pemerintahan
komunis Korea Utara. Perang Korea sendiri merupakan konflik antara Korea Utara
dan Korea Selatan yang berlangsung mulai tanggal 25 juni 1950 sampai 27 juli
1953. Perang Korea (1950-1953) terjadi karena Korea Utara menyerbu Korea
Selatan dibantu US dan RRC (Soepratignyo, 1999: 51).
Perang ini berakhir pada 27 Juli 1953 saat Amerika Serikat, Republik Rakyat Cina,
dan Korea Utara menandatangani persetujuan gencatan senjata. Presiden Korea
Selatan, Syngman Rhee, menolak menandatanganinya namun berjanji
menghormati kesepakatan gencatan senjata tersebut. Namun demikian, ketegangan
di semenanjung Korea masih terus membekas. Kerugian besar diderita kedua belah
pihak ketika perang dihentikan, 27 Juli 1953. Amerika kehilangan 36.914
tentaranya, sementara Korea Selatan 415.005. Korea Utara menurut Departemen
Pertahanan AS, kehilangan 2 juta serdadunya jumlah yang sangat besar untuk
perang tiga tahun.
Hubungan Korea Utara dan Korea Selatan Hingga 2013
Konflik di semenanjung Korea berakhir pada 27 Juli 1953 saat Amerika Serikat,
Republik Rakyat Tiongkok dan Korea Utara menandatangani persetujuan gencatan
senjata. Presiden Korea Selatan, Seungman Rhee, menolak menandatanganinya
namun berjanji menghormati kesepakatan gencatan senjata tersebut ( Hendarsah,
2007: 100). Namun secara resmi, perang ini belum berakhir sampai dengan saat ini.
Pihak Selatan selalu curiga terhadap mereka di utara paralel 38°. Dan pihak Utara
10

selalu menatap ke selatan dan berkeinginan menyatukan rakyat Korea untuk


menghadapi bersama musuh besar dari luar.
Setelah 1953, Korea Utara dan Korea Selatan dalam keadaan gencatan senjata.
Pada tahun-tahun setelahnya, bukan berarti tidak ada masalah, namun masih
banyak konflik-konflik kecil antar kedua belah pihak. Pada tahun 1994, Kim Jong-
Il menggantikan ayahnya, Kim Il-Sung sebagai pemimpin baru Korea Utara. Pada
tahun yang sama, Korea Utara setuju menghentikan program nuklirnya dan
memulai beberapa hubungan kerja sama dengan Amerika Serikat. Ketika Presiden
Korea Selatan, Kim Dae Jung, mulai berkuasa pada tahun 1998 ia mengumumkan
“Sunshine Policy” atau kebijakan sinar matahari, yaitu sebuah kebijakan yang
bertujuan meningkatkan interaksi antara kedua negara.
Pelunakan hubungan kedua negara terlihat pada tanggal 13—15 Juni tahun 2000,
ketika pertemuan tingkat tinggi antar Korea diadakan untuk pertama kalinya.
“Sunshine Policy” mendapatkan ujian pertama pada bulan Oktober 2002 ketika AS
mengumumkan Korea Utara telah memulai program rahasia senjata nuklir. Hal
tersebut menyulut ketegangan antara AS dan Korea Selatan denga Korea Utara.
Presiden Korea Selatan Roh Moo Hyun, dalam pidatonya tanggal 25 Februari 2003
berjanji akan membangun Korea Seatan menjadi “ pusat Asia Timur Laut” untuk
meningkatkan hubungan antar Korea dan memimpin Korea Selatan menuju era
perdamaian dan kemakmuran (Tanpa nama (Online), 2013). Pada tanggal 2—4
Oktober 2007 di Pyongyang, kembali diadakan pertemuan tingkat tinggi antar
Korea. Kedua kepala negara mendiskusikan tentang kemajuan hubungan antara
Korea Utara dan Korea Selatan, perdamaian di Semenanjung Korea dan
kesejahteraan rakyat Korea dan penyatuan Korea.
Pada 26 Maret 2010, Kapal Korea Selatan tenggelam, Korsel menaruh curiga pada
Korut hingga hubungan kedua negara memanas. Korea Utara menyatakan akan
memutuskan semua hubungan diplomatik dengan Korea Selatan. Hal itu dilakukan
oleh Korea Utara sebagai tindakan balasan atas sanksi yang diberikan terkait
dengan tenggelamnya kapal angkatan laut Korea Selatan (Pemita (Online), 2010).
Selain itu Korea Utara juga akan menutup semua kantor kerjasama Korea Utara-
Selatan di pusat industrri, di kota perbatasan Kaesong. Langkah yang selanjutanya
akan diambil oleh Korea Utara adalah mendeportasi semua warga Korea Selatan
yang sedang bekerja di Korea Utara. Lebih jauh lagi, Korea Utara juga melarang
kapal dan pesawat Korea Selatan melintasi perairan daerah teritori Korea Utara.
Menyusul ketegangan yang terus terjadi antara dua negara karena Korea Utara
terus melakukan uji coba nuklir, dan peluncuran artileri dari Korea Utara yang
menyebabkan kematian dua warga sipil dan dua anggota militer Korea Selatan,
pada November 2010, Kementrian Penyatuan Korea Selatan secara resmi
menyatakan bahwa ‘Sunshine Policy’ gagal, dan membawa kepada berakhirnya
kebijakan tersebut. Tanggal 1 Januari 2013, Kim Jong-Un (menggantikan ayahnya
yang meninggal, Kim Jong-Il) menyampaikan pesan tahun baru melalui siaran
televisi, menyerukan untuk membina hubungan lebih baik dengan Korea Selatan.
Tapi pada bulan Februari 2013, Korea Utara melakukan uji coba nuklir ke-3, yang
dikatakan dua kali lebih besar dibandingkan uji coba pada tahun 2009.
Pada tahun 2013, hubungan Korea Utara dan Korea Selatan kembali memanas
karena Kim Jong-Un memulai konflik dengan memprovokasi negara tetangga
tersebut. Provokasi yang dilakukan merupakan serangan altileri ke Korea Selatan
yang pada akhirnya membuat suasana di kawasan tersebut kembali tegang secara
mendadak. Artileri Korea Utara pun berhasil melumpuhkan sumber tenaga listrik
di Pulau Yeonpyeong serta dua warga dilaporkan terluka. Pihak militer Korea
11

Selatan langsung menyatakan status siaga tinggi. Pemerintah Korea Selatan


langsung menggelar rapat mendadak. Mereka mengatakan akan mengambil
tindakan tegas jika Korea Utara melanjutkan provokasi. Di sisi lain, Presiden
Korea Selatan, Lee Myung-bak, menyerukan upaya untuk meredam aksi saling
tembak. Militer Korea Selatan mengumumkan satu tentara tewas, 13 luka-luka
termasuk tiga orang luka berat.

Kesimpulan
Perang Korea disebabkan oleh adanya persaingan ideologi antara AS dan Uni
Soviet, pembagian wilayah menjadi dua bagian, dan tidak adanya kesepakatan
antara AS dan Uni Soviet tentang pembentukan Korea Utara. Sebab khususnya
adalah adanya yang mengesahkan laporan pemilihan di Korea Selatan. Korea Utara
merasa hak-haknya tidak diakui PBB. Perang Korea berlangsung antara tanggal 25
Juni 1950—27 Juli 1953. Perang tersebut bukan sekedar perang antara Korea Utara
dan Korea Selatan. Tetapi di balik Korea Utara ada Uni Soviet dan RRC,
sedangkan di balik Korea Selatan ada Amerika Serikat dan sekutu-sekutu PBB-
nya. Korea Utara sempat menguasai Seoul dan wilayah-wilayah Korea Selatan,
namun Korea Selatan sempat bangkit dan unggul. Pada akhirnya Korea Utara
berhasil memukul mundur pasukan PBB ke Selatan. Namun pada perang ini tidak
ada pihak yang menang atau kalah, kedua negara sama-sama mengalami kerugian
dan menewaskan banyak korban.
Perundingan-perundingan dilaksanakan sepanjang Perang Korea, namun tidak
berhasil meredam konflik tersebut. Hingga pada Juli 1953 terjadi kesepakatan
gencatan senjata. Namun konflik sebenarnya belum berakhir hingga saat ini.
Hubungan kedua negara tetap memanas dipicu provokasi dari pihak Utara.
Perang Korea dari 25 Juni 1950 sampai 27 Juli 1953 adalah sebuah konflik antara
Korea Utara dan Korea Selatan. Perang ini sering disebut sebagai proxy war antara
Amerika Serikat dan sekutunya dari Blok Barat dengan Komunis Republik Rakyat
China dan Uni Soviet dari Blok Timur.
Semenanjung Korea mulanya diduduki oleh Jepang sejak 1905 setelah Perang
Rusia-Jepang. Selama Perang Dunia II, tentara Jepang memanfaatkan makanan,
ternak, dan logam dari Korea untuk tujuan perang. Pendudukan Jepang di Korea
dan Taiwan itu tidak diakui oleh negara kekuatan dunia pada akhir perang. Pada
Konferensi Postdam (Juli – Agustus 1945), sekutu secara sepihak memutuskan
membagi wilayah Korea menjadi dua, tanpa persetujuan pihak Korea. Korea dibagi
menjadi dua di garis lintang 38 derajat, dengan wilayah utara di bawah penguasaan
Uni Soviet dan RRC dan wilayah selatan di bawah penguasaan Amerika Serikat
dan sekutunya.
Dengan alasan membalas provokasi Korea Selatan, Tentara Korea Utara (tentara
Korut) menyebrangi paralel ke-38, dibantu tembakan artileri, Minggu pagi tanggal
25 Juni 1950. Beberapa jam kemudian kemudian, Dewan Keamanan PBB dengan
suara bulat mengecam invasi Korea Utara terhadap Republik Korea, melalui
Resolusi 82 DK PBB. Setelah memperdebatkan masalah ini, DK PBB, pada 27
Juni 1950, menerbitkan Resolusi 83 yang merekomendasikan negara anggota
memberikan bantuan militer kepada Republik Korea. Ketika menunggu
pengumuman fait accompli dari dewan kepada PBB, Wakil Menteri Luar Negeri
Uni Soviet menuduh Amerika memulai intervensi bersenjata atas nama Korea
Selatan.
Korea Utara memulai "Perang Pembebasan Tanah Air" dengan melakukan invasi
darat dan udara dengan 231.000 tentara, yang berhasil menguasai objek dan
12

wilayah sesuai dengan yang direncanakan seperti Kaesŏng, Chuncheon, Uijeongbu,


dan Ongjin, yang mereka dapatkan setelah mengerahkan 274 tank T-34-85, 150
pesawat tempur Yak, 110 pesawat pengebom, 200 artileri, 78 pesawat latihan Yak,
dan 35 pesawat mata-mata.
Sebagai tambahan pasukan invasi, tentara Korut memiliki 114 pesawat tempur, 78
pesawat pengebom, 105 T-34-85, dan 30.000 pasukan yang berpangkalan di Korea
Utara. Di laut, meskipun hanya terdiri dari beberapa kapal perang kecil, juga terjadi
pertempuran yang cukup sengit antara keduanya.
Di pihak lain, tentara Korea Selatan masih belum siap. Pada South to the Naktong,
North to the Yalu (1998), R.E. Applebaum melaporkan bahwa tentara Korea
Selatan memiliki tingkat kesiapan tempur yang rendah pada 25 Juni 1950. Tentara
Korea Selatan hanya memiliki 98.000 tentara (65.000 tentara tempur, 33.000
tentara penyokong), tidak memiliki tank, dan 22 pesawat yang terdiri dari 12
pesawat tipe penghubung dan 10 pesawat latihan AT6. Selain itu tidak ada pasukan
asing yang berpangkalan di Korea saat itu - meskipun terdapat pangkalan AS di
Jepang.
Presiden Amerika Serikat, Harry S. Truman memerintahkan Jenderal MacArthur
mengirim material kepada tentara Republik Korea dan memberikan perlindungan
udara pada evakuasi warga negara Amerika Serikat atas rekomendasi Menteri Luar
Negeri Dean Acheson. Akan tetapi, Truman menolak mengebom Korea Utara
secara langsung. Selain itu, Truman juga memerintahkan Armada ke-7 AS untuk
melindungi Taiwan, yang meminta untuk ikut bertempur di Korea.
Dalam keputusasaan di Pertempuran Perimeter Pusan (Agustus-September 1950),
Angkatan Darat Amerika Serikat menahan serangan tentara Korut yang bermaksud
merebut kota. Di saat yang sama, garnisiun AS di Jepang terus-menerus mengirim
tentara dan bahan untuk memperkuat Perimeter Pusan. Untuk membantu
pertahanan di Perimeter Pusan, Jenderal MacArthur merekomendasikan sebuah
pendaratan amfibi di Incheon, di belakang garis pertahanan Korut. Pada tanggal 1
Oktober 1950, Komando PBB mendorong tentara Korut hingga ke Utara, melewati
paralel ke-38, Republik Korea kemudian mengejar mereka masuk ke wilayah
Korea Utara.
Tanggal 4 Agustus 1950, Mao Zedong melapor kepada Politbiro bahwa ia akan
melakukan intervensi bila Tentara Relawan Rakyat (PVA) sudah siap untuk
dimobilisasi. Peperangan tentara PBB dan China terus berlanjut, namun perubahan
wilayah kekuasaan tidak banyak berubah dan terjadi kebuntuan. Sementara
pengeboman wilayah Korea Utara terus berlangsung, perundingan gencatan senjata
dimulai tanggal 10 Juli 1951 di Kaesong.
Negosiasi gencatan senjata berlanjut selama dua tahun, di Kaesong (Korea Utara
bagian Selatan), kemudian di Panmunjon (perbatasan kedua Korea). Problem
utama dari negosiasi ketika itu adalah repatriasi tawanan perang. China, Korea
Utara, dan tentara PBB tidak bisa membuat kesepakatan karena banyak tentara
China dan Korea Utara yang menolak kembali ke Utara. Dalam perjanjian
gencatan senjata terakhir, sebuah Komisi Repatriasi Negara-Negara Netral
dibentuk untuk mengurusi masalah tersebut.
Pada 27 Juli 1953, Amerika Serikat, Republik Rakyat Cina, dan Korea Utara
menandatangani persetujuan gencatan senjata.Presiden Korea Selatan, Seungman
Rhee, menolak menandatanganinya namun berjanji menghormati kesepakatan
gencatan senjata tersebut. Namun secara resmi, perang ini belum berakhir sampai
dengan saat ini.
13

DAFTAR RUJUKAN
Agung, L. 2012. Sejarah Asia Timur 2. Yogyakarta: Ombak.
Chang, I. Tanpa Tahun. The Rape of Nanking: Holocaust yang Terlupakan dari
Sejarah Perang Dunia Kedua. Terjemahan Fabiola Reza Wijayani. 2009.
Yogyakarta: NARASI.
Hendarsah, A. 2007. 11 Macan Asia Musuh Amerika. Yogyakarta: Galangpress.
Hyu, J. 2008. Fakta-fakta Tentang Korea. Seoul: Pelayan Kebudayaan dan
Informasi Korea.
Iqbal. A. 2010. Perang-perang Paling Berpengaruh di Dunia. Yogyakarta: Jogja
Bangkit Publisher.
Montefiore, S. S. 2003. Stalin: Kisah-kisah yang Tak Terungkap (A. Fathoni,
Ed).Terjemahan Yanto Musthofa dan Ida Rosdalina. 2011. Jakarta: Pustaka
Alvabet.
Pemita, D. 2010. Korea Utara Putuskan Hubungan dengan Korea Selatan.
(http://news.liputan6.com/read/278767/Korea-utara-putuskan-hubungan-dengan-
Korea-selatan 26/09/13), diakses 29 September 2013.
Soepratignyo. 1999. Sejarah Singkat Asia Timur. Malang: Institut Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Malang.
Songo. E. Tanpa Tahun. Buku Genius Senior. Jakarta: Wahyu Media.
Tanpa nama. 2013. Sejarah di balik ketegangan Korea Utara dan Korea Selatan:
kilas balik, (Online), (http://www.radioaustralia.net.au/indonesian/2013-04-
05/sejarah-di-balik-ketegangan-Korea-utara-dan-Korea-selatan-kilas-
balik/1112046), diakses tanggal 29 September 2013.
Tanpa nama. 2013. Ekspansi Korea Utara ke Korea Selatan, (Online),
(http://dwikisetiyawan.wordpress.com/tag/saemaul-undong/), diakses tanggal 30
September 2013.
Widyatmadja, J.P. 2005. Kebangsaan dan Globalisasi dalam Diplomasi.
Yogyakarta: Kanisius.

Anda mungkin juga menyukai