Anda di halaman 1dari 11

“NASKAH KOMUNIKASI TERAPEUTIK : LANSIA”

Disusun Oleh:
Popy Heriska
(PO.71.25.1.20.075)
Kelas : 1B

Dosen Pembimbing :
Masayu Nurhayati, S. Pd, M. Pd
drg. Saluna Deynilisa, M. Pd

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
JURUSAN KESEHATAN GIGI
TAHUN AJARAN 2020/2021
A. Pengertian komunikasi dan lansia
Secara praktis, komunikasi (communication) dipahami sebagai proses
penyampaian informasi atau pesan oleh seorang komunikator kepada komunikan
melalui sarana tertentu dengan tujuan dan dampak tertentu pula. Secara bahasa,
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995) mengartikan komunikasi sebagai ”pengiriman
dan pemerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang
dimaksud dapat dipahami” Secara etimologis atau asal-usul kata, “komunikasi” berakar
kata Latin, ”comunicare”, artinya “to make common” – membuat kesamaan pengertian,
kesamaan persepsi. Akar kata Latin lainnya “communis” atau “communicatus” atau
“common” dalam bahasa Inggris yang berarti “sama”, kesamaan makna (commonness).
Ada juga akar kata Latin ”communico” yang artinya membagi. Maksudnya membagi
gagasan, ide, atau pikiran. (Icaoc devi, 2019)
Lansia adalah tahap akhir siklus hidup manusia, merupakan bagian dari proses
kehidupan yang tak dapat dihindarkan dan akan dialami oleh setiap individu. Pada
tahap ini individu mengalami banyak perubahan baik secara fisik maupun mental,
khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah
dimilikinya. Perubahan penampilan fisik sebagian dari proses penuaan normal, seperti
rambut yang mulai memutih, kerut-kerut ketuaan di wajah, berkurangnya ketajaman
panca indera, serta kemunduran daya tahan tubuh, merupakan acaman bagi integritas
orang usia lanjut.Lanjut usia didefinisikan sebagai penurunan, kelemahan
meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit dan perubahan lingkungan,
hilangnya mobilitas dan ketangkasan, serta perubahan fisiologis yang terkait dengan
usia(Eika Svrita, 2019)
Menurut WHO dalam Nugroho, (2008)., klasifikasi lansia adalah sebagai berikut :
1) Usia pertengahan (middle age), yaitu kelompok usia 45-54 tahun.
2) Lansia (elderly), yaitu kelompok usia 55-65 tahun.
3) Lansia muda (young old), yaitu kelompok usia 66-74 tahun.
4) Lansia tua (old), yaitu kelompok usia 75-90 tahun.
5) Lansia sangat tua (very old), yaitu kelompok usia lebih dari 90 tahun.
8) Masa lansia akhir = 56 – 65 th
9) Masa manula = > 65 th
B. Bentuk Komunikasi pada Lansia
Menurut Barzam (2017) terdapat 8 bentuk komunikasi pada lansia,yaitu :
1. Komunikasi dengan sifat asertif
Teknik komunikasi asertif merupakan bentuk dari komunikasi yang bisa diterapkan
pada lansia. Istilah asertif memang merujuk pada sikap “no hurt feeling”, dimana kita
bisa menerima dan memahami apa yang disampaikan oleh lansia kepada kita. Sikap
asertif juga memberikan gambaran, tentang bagaiman kita bisa mengkomunikasikan
apa yang menjadi keinginan kita tanpa harus menyakiti lawan komunikasi.
2. Komunikasi yang responsif
Komunikasi yang responsif merupakan komunikasi yang bersifat aktif, tidak menunggu,
bersifat segera dan penuh inisiatif. Bentuk komunikasi ini tepat dilakukan kepada lansia
karena bagaimana pun juga mereka para lansia seringkali kesulitan dalam
mengungkapkan apa yang menjadi keinginannya. Dengan sikap kita yang responsif,
maka kita bisa segera menangkap apa yang menjadi pesan dari lansia.
3. Komunikasi yang fokus
Bentuk komunikasi pada lansia selanjutnya yaitu komunikasi yang fokus. Sebagaimana
telah disebutkan pada paragraf sebelumnya, bahwa lansia biasanya cenderung suka
untuk berbagi cerita terutama mengenai masa lalunya, lansia seringkali berbicara di luar
konteks pembicaraan saat ini. Kemampuan untuk memfokuskan kembali lansia pada
topik pembicaraan adalah bentuk teknik yang tepat untuk diterapkan di sini.
4. Komunikasi dengan sifat suportif
Sifat suportif memiliki sifat mendukung. Mendukung dalam berkomunikasi dengan
lansia tidak serta merta berarti menyetujui apa saja yang menjadi pendapat atau
keyakinan mereka. Kembali, sikap asertif harus digunakan manakala kita menyatakan
ketidaksetujuan. Namun demikian, bentuk dukungan bisa ditunjukkan dalam sikap
empati kepada lansia.
5. Komunikasi dengan sifat klarifikasi
Komunikasi yang memiliki sifat klarifikasi juga perlu diberikan kepada lansia supaya
mereka bisa mendapatkan dukungan dengan baik. Ada banyak kasus ketika lansia
memiliki persepsi mereka sendiri sehingga cenderung tertutup dan tidak mau bercerita
apa-apa tentang masalahnya. Dengan adanya bentuk komunikasi ini, setidaknya kita
bisa berkomunikasi dengan lansia secara lebih baik. Lansia juga bisa menggunakan
fungsi komunikasi ekspresif dengan lebih optimal.
6. Komunikasi dengan kesabaran dan keikhlasan
Menghadapi lansia belum tentu berjalan dengan mulus-mulus saja. Kesabaran dan
keikhlasan merupakan salah satu komponen penting dari bentuk komunikasi yang akan
disampaikan kepada lansia. Mereka sebagai “senior”, sering menganggap bahwa apa
yang disampaikan para “junior” (mereka yang usianya lebih muda) sebagai celoteh
yang tidak penting. Lansia tidak memerlukan nasihat, kadang mereka hanya perlu
didengarkan saja.
7. Komunikasi terapeutik
Komunikasi terapeutik adalah salah satu bentuk komunikasi yang paling sering
digunakan oleh perawat untuk berkomunikasi dengan lansia. Pendekatan dari
komunikasi terapeutik dalam keperawatan ini memang sangat luas dan menjelaskan
strategi komunikasi yang tepat untuk diberikan. Sifatnya adalah memperbaiki kualitas
kesehatan dari lansia. Bentuk sentuhan muncul pula di dalam komunikasi terapeutik.
8. Komunikasi nonverbal
Komunikasi nonverbal di sini sebenarnya sudah disinggung pula dalam poin
sebelumnya. Sentuhan adalah salah satu bentuk dari komunikasi pada lansia yang
sifatnya sangat menenangkan. Lansia akan merasa aman dan nyaman ketika
seseorang mampu memahami mereka. Bahasa tubuh yang positif juga merupakan
salah satu kunci keberhasilan komunikasi ini.
C. Faktot-faktor penghambat komunikasi pada lansia
Menurut carina (2018) ada 9 Faktor Penghambat Komunikasi Pada Lansia,
yaitu :
1. Mendominasi pembicaraan
Karakter lansia yang terkadang merasa lebih tua dan mengerti banyak hal
menimbulkan perasaan bahwa ia mengetahui segalanya. Kondisi seperti ini akan
menyebabkan seorang lansia jadi lebih mendominasi pembicaraan atau komunikasi.
Selanjutnya adalah ia tidak akan merasa senang jika lawan bicaranya memotong
pembicaraan yang sedang ia lakukan. Hal ini akan sangat menyulitkan pembicaraan
yang terjadi.
2. Mempertahankan hak dengan menyerang
Kebanyakan lansia memang bersifat agresif. Beberapa dari mereka berusaha
untuk mempertahankan haknya dengan menyerang lawan bicaranya.Komunikasi yang
efektif tentunya tidak akan tercapai jika lansia berada dalam kondisi yang seperti ini.
Bahkan meskipun lawan bicara sudah berusaha keras untuk memberikan pemahaman
bahwa ia mendapatkan haknya, namun lansia terkadang tetap merasa tidak aman
sehingga terus melakukan penyerangan pada lawan bicaranya.
3. Cuek
Cuek oleh lansia ditandai dengan sikap menarik diri saat akan diajak berbicara
atau berkomunikasi. Sikap seperti ini biasanya diikuti dengan perasaan menyepelekan
orang lain.Banyak para lansia yang merasa bahwa komunikasi dengan orang yang
lebih muda dibandingkan dengan dirinya adalah satu kegiatan yang sia-sia dan tidak
bermanfaat sehingga ia akan dengan mudah menarik diri dari pembicaraan.
4. Kondisi fisik
Para lansia yang akan diajak berkomunikasi tentunya memiliki keterbatasan fisik
yang membuatnya menjadi kesulitan dalam berkomunikasi.Banyak masalah yang
timbul akibat kondisi fisik yang tidak baik pada lansia. Misalnya saja jika ia memiliki
masalah pada pendengaran, tentunya akan menjadi masalah juga dalam komunikasi.
Lansia tersebut akan membutuhkan alat bantu dengar agar ia dapat berkomunikasi
dengan baik dan lancar.
Jika ia tidak menggunakan alat bantu dengar, maka lawan bicaranya harus
menggunakan suara keras untuk bisa berbicara dengan lansia tersebut.Sayangnya hal
seperti ini sering disalahartikan oleh lansia sebagai bentuk penghinaan dengan
membentak. Disinilah berbagai masalah baru muncul, maka dari itu sangat dibutuhkan
pengertian dan pemahaman yang baik oleh lawan bicara terhadap kondisi lansia agar
komunikasi yang efektif dapat berjalan dengan baik dan lancar.
5. Mempermalukan orang lain di depan umum
Faktor penghambat komunikasi dengan lansia yang satu ini merupakan salah
satu hal yang banyak dihadapi oleh orang yang berkomunikasi dengan lansia. Lansia
yang selalu merasa benar dan tahu segalanya biasanya juga akan mempermalukan
orang lain di depan umum.Hal ini sering dilakukan untuk menutupi kekurangan yang
terdapat dalam diri mereka sendiri. Jika sudah terjadi, maka biasanya komunikasi akan
langsung berhenti dan tidak lagi dilanjutkan karena lawan bicara sudah merasa tidak
nyaman. Meskipun begitu, kebanyakan lansia menyadari perbuatan mereka ini dan
tidak merasa melakukan kesalahan dalam komunikasi yang dilakukan.
6. Tertidur
Beberapa lansia mengalami masalah dengan sistem saraf mereka sehingga
banyak dari mereka yang mungkin akan tertidur ketika diajak berbicara.Kelelahan yang
amat sangat akan membuat mereka yang tadinya begitu bersemangat dalam berbicara,
tiba-tiba tertidur dan tidak mengetahui apapun ketika bangun. Hal ini lebih banyak
terjadi pada lansia yang memiliki riwayat penyakit demensia atau Alzheimer. Lansia
dengan riwayat penyakit tersebut biasanya lebih mudah tertidur, bahkan ketika sedang
makan sekalipun.
7. Lupa
Lupa adalah salah satu ciri dari seorang lansia. Kebanyakan lansia akan berkali-
kali menanyakan hal yang sama meskipun sudah dijawab berulang kali.Jika lawan
bicaranya tidak sabar, maka komunikasi yang terjadi pun menjadi tidak lancar. Menjadi
sebuah kewajaran dimana lansia menjadi sangat pelupa, sehingga sangat dibutuhkan
pengertian dan kesabaran dari lawan bicara dalam menghadapi lansia.
8. Gangguan penglihatan
Komunikasi pada lansia juga sering terkendala akibat adanya gangguan
penglihatan pada lansia. Gangguan penglihatan yang terjadi bisa berupa rabun jauh,
dekat, atau bahkan sulit melihat.Beberapa bahasa yang menggunakan bahasa tubuh
mungkin tidak akan terlalu dimengerti jika lansia dalam kondisi seperti ini, maka dari itu
diperlukan pengetahuan yang cukup mengenai kondisi lansia yang diajak
berkomunikasi sehingga lawan bicara mengerti apa yang dibutuhkan lansia agar
komunikasi berjalan lancar.Gangguan penglihatan yang dialami lansia dapat diatasi
dengan memberikan kacamata yang sesuai dengan kondisi matanya. Dengan bantuan
alat, maka lansia akan lebih memahami bahasa tubuh atau komunikasi non verbal yang
digunakan oleh lawan bicaranya.
9.Lebih banyak diam
Lansia yang diajak melakukan komunikasi namun lebih banyak diam biasanya
merupakan jenis lansia yang pasif. Lansia dengan kondisi seperti ini akan menyerahkan
setiap topik dan keputusan dalam sebuah komunikasi pada lawan bicaranya. Mereka
juga akan sulit untuk dimintai pendapat karena lebih banyak mengiyakan dan mengikuti
apa yang dipikirkan oleh lawan bicara.
NASKAH DIALOG
Pemeran :
Novi SebagaiCucu
Ijah Sebagai Nenek
Rina SebagaiPerawat
Pada suatu hari, tinggalah seorang nenek yang bernama Ijah, Beliau
berumur 69 Tahun dan telah lama menjanda. Beliau kini tinggal bersama seorang
cucu yang bernama Novi. Cucu nya yang bernama Novi, itu adalah cucu yang
nakal sekali, tidak pernah mendengarkan apa kata nenek Ijah. Cucu nya itu
kuliah di salah satu kampus ternama. Cucunya itu juga jarang pulang ke rumah, dan
jikalau pulang pun hanya untuk istirahat tidur dan makan saja.
Dalam keluarga tersebut sering terjadi keributan antara Nenek dan
cucunya. Si Novi sering kali memerintah sang nenek untuk menuruti semua
kemauan cucunya itu. Sehingga pada suatu pagi hari, tepatnya pada hari jum’at.
terjadilah dialog sebagai berikut :
Cucu : Nek......!!! di mana kaos kaki ku??!! Udah telat ni....
Nenek : Iya,cu....sabar sebentar...ini lagi nenek cari. Nenek lupa di
Mana menyimpannya.....novi
Cucu : Uch.......dasar nenek nenek!!!! Cepat donk!!! Sekarang udah jam
06.50
Nenek : iya cucuku sayang.....ini saos cabe nya
Cucu : Ya ampun nenek tua!!!bukan saos cabe yang saya cari!!! Tapi kaos
kaki!!! Dasar Tuli
Nenek : Astaqfirullah.....tega kamu cu....( sambil meneteskan air mata
kesedihan)
Cucu : Akh.....!!!!peduli amat!!!!cepetan ambilkan kaos kaki novi!!!
Nenek : Dengan langkah gontai tak terarah,nenek pun mencari kaos kaki cucu
nya itu)
Cucu : Nek!!!udah ketemu...ternyata kaosnya ada di dalam sepatu
Nenek ijah pun hanya bisa sabar dan menarik nafas yang sungguh dalam.
Bukan hanya kali ini saja nenek Ijah di buat begitu, tapi sudah sering bahkan kata-
kata yang terucap dari mulut cucunya itu lebih menusuk.Hingga pada siang hari
jum’at itu, cucunya pulang kuliah pada pukul 11.20. Novi tanpa mengucapkan salam
langsung saja masuk dan dengan pandangan sinis lansung menuju kamar dan
berbaring sambil mendengarkan musik.
Nenek : Novi cucuku sayang......baru pulang ya???
Cucu : (Hanya menutup telinga dan pura-pura tidak mendengar serta sambil
bernyanyi...)
Nenek : Novi, mau makan ? nenek udah masak nih enak!
Cucu : iya iya nanti, paling rasanya aneh (Sambil nada tinggi)
Kesabaran nenek pun semakin di uji oleh kata-kata perih yang selalu terucap
oleh sang cucu tersayang dan semata wayangnya itu. Hingga akhirnya sang
nenek memutuskan untuk keluar dari rumah itu dan tidak tau hendak menuju
kemana.Hingga tiba pada sore hari jum’at itu sang nenek memutuskan untuk
pergi tanpa memberi kabar kepada siapapun.
Lalu ketika dijalan seorang perawat melihat nenek Ijah ,Sang perawat yang baru saja
ingin berangkat dinas lansung melihat sang nenek yang berjalan sendirian dan
mendekati sang nenek
Perawat : Assalamualaikum nek.
Nenek : Waalaikumsalam...
Perawat : Saya Rina nek, perawat di rumah sakit islam, Kenapa nenek malam-
malam disini?
Nenek : (nenek itu hanya terdiam)
Perawat : Nek....kelihatannya nenek sedang sedih...kenapa? mari ikut dengan
saya nek.... tidak baik malam-malam nenek di sini, cuaca juga sangat
dingin tidak baik untuk kesehatan.
Nenek : Tapi saya tidak mau pulang kerumah.
Perawat: : Iya nek...saya mengerti apa yang nenek rasakan.nanti di ruangan kita
bicarakan lagi ya nek...dan sekarang sebaiknya nenek ikut dulu dengan
saya ya.
Nenek : Baiklah nak.
Akhirnya Nenek Ijah dan Perawat Rina pun langsung menuju tempat
dinasnya.Setibanya di Ruang jaga sang nenek pun di perlakukan sama oleh
teman-teman perawat, sangat ramah dan baik sekali. Perawat Rina paham betul
bagaimana cara melakukan pendekatan terhadap lansia dan juga mengerti bagaimana
cara berkomunikasi kepada lansia.
Perawat : Nek, nenek istirahat saja dulu...nenek mau tidur atau berbaring? Tapi
sebaiknya nenek berbaring saja dulu ya.
Nenek : iya nak...terima kasih ya.( Nenek itu sesekali mengeluarkan air mata)
Perawat : kenapa nenek mengeluarkan air mata?? Maaf nek kalu misalkan saya
mengucapkan kata-kata yang menyinggung hati nenek?(
Rina paham,kalau lansia adalah orang yang mudah tersinggung)
Nenek : Bukan nak...nenek bukan menangis karna itu.tapi nenek merasa terharu.
Baru ini lah nenek di perlakukan sebaik ini.
Perawat : owh..begitu... Owh iya nek...kenapa tadi nenek sendirian di pinggir
jalan
Nenek : Nenek menangis tadi sore karena nenek sudah tidak tahan lagi tinggal
dirumah?
Perawat : Owh seperti itu...lalu emangnya kenapa dengan keadaan rumah
nenek?Apa yang membuat nenek tidak betah?”
Nenek : Itu lah nak....nenek mempunyai cucu yang kurang ajar, sering memaki
nenek dan tidak pernah menghargai nenek.
Perawat : Mungkin dia masih belum bisa memahami keadaan nenek..nenek yang
sabar aja ya.(empati)
Setelah nenek itu istirahat tidur, perawat Rani pun menelpon cucu nenek
itu.Sang cucu pun merasa menyesal dalam menghadapi keadaan ini, akhirnya
sang cucu pun berniat untuk merubah tingkah laku nya yang buruk itu.
Keesokan harinya sang cucu pun menjemput nenek itu,dan meminta maaf
serta berjanji kepada si nenek untuk mengubah prilakunya selama ini.
Cucu : nenek… nenek kemana saja, maaf klo selama ini novi sering tidak sopan
terhadap nenek novi menyesal
nenek : Iya nenek maafin, jangan mengulang kesalahan yang sama lagi yah
cucu : Iya nek, sekali lagi novi minta maaf nek, Ayo kita pulang nek
nenek : Ayo cu
Novi sangat berterima kasih kepada perawat yang telah menemui neneknya
Cucu : Ibu perawat, terima kasih yah susah menemui nenek saya!!!
Perawat : Iya nak, sama-sama tolong jaga nenekmu baik- baik yah!
Cucu : iya, kami pulang dlu yah
Nenek : Terima kasih yah nak!
Akhirnya sang nenek pun kembali lagi kerumah dan cucu nya itu
menjaga neneknya dengan penuh kasih sayang dan berkomunikasi dengan baik
DAFTAR PUSTAKA

Barzam, 2017. 8 Bentuk Komunikasi pada Lansia Secara Umum Post author
https://pakarkomunikasi.com/bentuk-komunikasi-pada-lansia (Diakses pada 27
april 2021)

Carina, 2018. 9 Faktor Penghambat Komunikasi Pada Lansia https://pakarkom


unikasi.com/faktor-penghambat-komunikasi-pada-lansia (Diakses pada 27 april
2021)

Devi, icaoc. 2019. Pengertiam Komunikasi https://komunikasi.uinsgd.ac.id/tentang-


websitejurusan-komunikasi-uinbandung/ (Diakses pada 27 april 2021)

Svrita, Etika. 2019. Pengertian Lansia https://komunikasi.uinsgd.ac.id/profil-prodi-


jurnalistik/ (Diakses pada 27 april 2021)

Nugroho, 2018. Klasifikasi lansia https://dspace.uii.ac.id/ (Diakses pada 27 april 2021)


Svrita, Etika. 2019. Pengertian Lansia https://komunikasi.uinsgd.ac.id/profil-prodi
jurnalistik/ (Diakses pada 27 april 2021)

Anda mungkin juga menyukai