Anda di halaman 1dari 6

Kliping Sejarah

Indonesia

Raphael
Dikstra
Satya
Prames
wara
11 MIPA
KBC
Absen:1 1

1
DAFTAR ISI
Daftar isi....................................................................................................... 2
Letnan Jenderal TNI (Anumerta) Raden
Suprapto......................................................................................................... 3-4
Letnan Jenderal TNI Anumerta Siswondo
Parman....................................................................................................... 4-5

2
Letnan
Jenderal
TNI
(Anume
rta)
Raden
Suprapt
o
Letnan Jenderal TNI Anumerta R. Suprapto, seorang pahlawan revolusi Indonesia yang menjadi
korban dalam G30SPKI pada tahun 1965 dan kini dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata,
Jakarta. Pria yang lahir pada tanggal 24 Agustus 1920 ini menyelesaikan pendidikan di sekolah MULO
yang setara dengan SLTP dan AMS yang setara dengan SLTA sekarang pada tahun 1941.

Suprapto kemudian memilih untuk masuk ke sekolah militer Belanda yang bernama Koninklijke
Militaire Akademie di Bandung. Akan tetapi Suprapto tidak menyelesaikan pendidikan militernya
dikarenakan oleh serbuan Jepang ke Indonesia. Ia bahkan sempat menjadi tahanan Jepang pada saat
itu, namun Suprapto berhasil melarikan diri.

Di masa awal kemerdekaan Indonesia, Suprapto bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat (TKR).
Ia juga turut serta dalam pertempuran melawan Jepang di Cilacap dan berhasil melucuti senjata para
tentara Jepang. Pria asal Purwokerto ini juga pernah diangkat menjadi ajudan dari Panglima Besar
Sudirman pada tahun 1946. Pada bulan September 1949 ia lalu diangkat menjadi Kepala Staf Tentara
dan Teritorial (T$T) IV/Diponegoro di Semarang dan pada tahun 1951 berpindah ke Markas Besar
TNI di Jakarta sebagai Staf Angkatan Darat.

Pada tanggal 01 Oktober dini hari, Suprapto, yang saat itu tidak bisa tidur karena sakit gigi yang
dideritanya, didatangi oleh sekawanan orang, yang mengaku sebagai pengawal kepresidenan
(Cakrabirawa), yang mengatakan bahwa ia dipanggil oleh presiden Sukarno untuk menghadap.
Suprapto kemudian dimasukkan ke dalam truk dan dibawa ke Lubang Buaya, daerah pinggiran kota
Jakarta, bersama dengan 6 orang lainnya.

3
Malam harinya, Jendral Suprapto dan keenam orang lainnya ditembak mati dan dilemparkan ke
dalam sebuah sumur tua. Baru pada tanggal 5 Oktober, jenazah para korban pembunuhan tersebut
bisa dikeluarkan dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Di hari itu juga, Presiden
Sukarno mengeluarkan Kepres no. 111/KOTI/1965, yang meresmikan Suprapto bersama korban
Lubang Buaya yang lain sebagai Pahlawan Revolusi.

Letnan
Jenderal
TNI
Anumer
ta
Siswond
o
Parman
Letnan Jenderal TNI Anumerta Siswondo Parman atau yang lebih dikenal dengan nama S.
Parman merupakan salah satu pahlawan revolusi Indonesia dan tokoh militer Indonesia. S.
Parman meninggal dunia setelah terbunuh pada peristiwa G30S PKI. S. Parman kemudian
mendapatkan gelar Letnan Jenderal Anumerta. S. Parman adalah anak keenam dari sebelas
bersaudara yang dilahirkan di Wonosobo, Jawa Tengah pada tanggal 4 Agustus 1918.
Ayahnya bernama Kromodihardjo bekerja sebagai seorang pedagang. S. Parman memiliki
seorang kakak laki-laki bernama Ir. Sakirman dimana nanti kakaknya ini akan menjadi
petinggi di Politbiro CC PKI (semacam Dewan Syuro atau Dewan Penasihat Parpol
sekarang).
Meskipun Kromodihardjo hanyalah seorang pedagang di Pasar Wonosobo, dia selalu
mengusahakan agar anak-anaknya bisa memperoleh pendidikan setinggi-tingginya. Parman
menyelesaikan pendidikan di HIS (Hollandsch Inlandsche School) atau Sekolah Dasar
Belanda di Wonosobo. Kemudian dia melanjutkan ke MULO (Meer Uitgebried Lager
Onderwijs) atau Sekolah Menengah Pertama di Yogyakarta. Seharusnya dia setelah lulus,

4
Parman melanjutkan ke AMS (Algemeene Middelbare School) yang setara dengan tingkat
SMA namun karena ayahnya meninggal dunia pada tahun 1937 membuat Parman tidak
bersekolah hampir dua tahun. parman kemudian membantu ibunya berdagang di Pasar
Wonosobo. Setelah menemukan waktu yang tepat, Parman kembali melanjutkan sekolahnya
di AMS. Sesuai dengan keinginan ayahnya, Parman kemudian masuk ke Sekolah Tinggi
Kedokteran (STOVIA) di Jakarta.
Lagi-lagi sekolah Parman kembali terhambat. Dia tidak bisa menyelesaikan sekolah
kedokterannya ini karena invasi Jepang pada tahun 1942. Suatu hari ketika Parman tengah
berada di Wonosobo, ia bertemu polisi militer Jepang, Kenpetai yang mengatakan kalau
mereka membutuhkan seseorang yang bisa berbahasa Inggris sebagai penerjemah. Mulai saat
itu, Parman yang fasih berbahasa Inggris mengikuti Kenpetai hingga ke Yogyakarta. Meski
membantu Jepang, rasa nasionalisme Parman tetap tinggi. Ia terus berhubungan dengan
teman-temannya yang berjuang diam-diam untuk melawan Jepang.

Setelah Indonesia merdeka, Parman memilih dunia militer sebagai tempat pengabdiannya
pada negara. Selama Agresi Militer II, Parman ikut bergerilya di luar kota. Usai agresi,
Parman sempat mengenyam pendidikan di Koninklijke Militaire Academie (semacam
AKMIL) di Breda, Belanda. Tahun demi tahun, karir Parman terus menanjak, dia kemudian
diangkat menjadi Asisten I Men Pangad bidang Intelijen dengan pangkat Brigadir Jenderal.
Pada Agustus 1964, pangkatnya dinaikkan lagi menjadi Mayor Jenderal. Pada waktu
memegang jabatan sebagai Asisten I bidang Intelijen, pengaruh PKI sudah meluas ke hampir
seluruh bidang kenegaraan. Lawan utama PKI adalah Angkatan Darat. PKI menyebar opini
publik bahwa AD berniat menggulingkan kepemimpinan Presiden Soekarno. Oleh karena itu,
PKI mendesak Presiden membentuk Angkatan Kelima diamana anggotanya adalah buruh dan
tani yang dipersenjatai.

Saat itu, Parman menjadi salah satu pihak yang paling keras menolak rencana pembentukan
Angkatan Kelima. Penolakan serta posisinya sebagai pejabat intelijen yang tahu banyak
tentang PKI, menjadikannya sasaran utama PKI. Akhirnya pada dini hari tanggal 1 Oktober
1965, Parman diculik gerombolan G30S/PKI yang dipimpin Serma Satar dari Resimen
Tjakrabirawa. Di Lubang Buaya, setelah disiksa dengan kejam Parman akhirnya
menghembuskan napas terakhirnya. Jasadnya baru ditemukan tanggal 4 Oktober 1965 dan
dimakamkan tanggal 5 Oktober 1965 di TMP Kalibata. Ironisnya, salah satu otak penculikan
Parman tidak lain adalah kakak kandungnya sendiri, Ir. Sakirman yang merupakan petinggi di
Politbiro CC PKI.

5
6

Anda mungkin juga menyukai