Anda di halaman 1dari 19

Dosen pengampu : Firman, S.Kep,Ns.,M.

Kes

MAKALAH
KEWASPADAAN UNIVERSAL

DISUSUN OLEH :

NAMA : Wa Iya
NIM : P202001095
KELAS : B2 KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MANDALA WALUYA
KENDARI
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas semua rahmat dan
nikmat-Nya yang telah dilimpahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas ini.
Dalam hal ini saya mengambil judul yaitu “Tindakan Kewaspadaan Universal’’.
Penulis menyadari bahwa masih banyak sekali kekurangan yang
belum terjangkau oleh penulis, maka penulis mengharapkan kritik dan saran
serta masukan yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga amal baik yang telah diberikan kepada kami mendapat
imbalan yang setimpal dari Allah SWT, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca semua.

Kendari, November 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 2


DAFTAR ISI...................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 4
A. Latar Belakang ............................................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah........................................................................................................4
C. Tujuan .......................................................................................................................... 4
1. Tujuan Umum ......................................................................................................... 4
2. Tujuan Khusus ........................................................................................................ 4

BAB II TINJAUAN TEORITIS ........................................................................................ 5


A. Konsep Universal Precaution ...................................................................................... 5
B. Standar Universal Precaution Dalam Fasilitas Pelayanan Kesehatan ......................... 9
C. Pelaksanaan Universal Precaution dalam Tatanan Pelayanan Kesehatan ................. 14
D. Jenis jenis APD (Alat pelindung diri )........................................................................
E. Fungsi dan tujuan APD (Alat pelindung diri)..............................................................
BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 18
A. Kesimpulan ................................................................................................................ 18
B. Saran .......................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 19
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Infeksi merupakan invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang mampu menyebabkan
sakit (Potter dan Perry, 2005). Rumah sakit merupakan tempat pelayanan pasien dengan berbagai
macam penyakit diantaranya penyakit karena infeksi, dari mulai yang ringan sampai yang terberat,
dengan begitu hal ini dapat menyebabkan resiko penyebaran infeksi dari satu pasien ke pasien lainnya,
begitupun dengan petugas kesehatan yang sering terpapar dengan agen infeksi. Penularan infeksi dapat
melalui beberapa cara diantaranya melalui darah dan cairan tubuh seperti halnya penyakit HIV/AIDS
dan Hepatitis B. AIDS (Aquired Immuno Deficiency Syndrom) adalah suatu gejala berkurangnya
kemampuan pertahanan diri yang disebabkan oleh masuknya virus HIV kedalam tubuh seseorang,
(Depkes RI, 2005). Sedangkan Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis
dan inflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan kumpulan perubahan klinis, biokimia serta seluler
yang khas (R. Syamsuhidajat & Wim de jong. 1997). Penyebaran virus HIV dan Hepatitis B melalui :
perilaku seks bebas, penyalahgunaan narkoba; umumnya tertular melalui penggunaan jarum suntik
bersama, melalui transfusi darah, ASI, alat-alat kedokteran, hubungan suami istri.

Kewaspadaan universal atau Universal Precaution merupakan upaya


pencegahan infeksi yang telah mengalami proses perjalanan panjang sejak infeksi
nosokomial (infeksi yang ditimbulkan dari tindakan medis) dan terus menjadi
ancaman bagi petugas kesehatan dan pasien. Kewaspadaan ini dimaksudkan agar
mengurangi resiko penularan dari sumber yang diketahui atau tidak diketahui.
Perlunya standar kewaspadaan universal dalam sarana dan prasarana pelayanan
kesehatan dilakukan sebagai pendukung program K3 (Kesehatan dan
Keselamatan kerja) bagi petugas kesehatan khususnya perawat.
A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu mengenal dan meningkatkan pengetahuan mengenai
universal precaution kepada petugas kesehatan dan mengaplikasikan pada
upaya penerapan pengendalian infeksi nosokomial di rumah sakit atau
puskesmas.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui konsep Universal Precaution.
b. Mengetahui standar Universal Precaution dalam fasilitas pelayanan
kesehatan.
c. Mengetahui dan menerapkan Universal Precaution dalam pelaksanaan
upaya pengendalian infeksi nosokomial di rumah sakit dan puskesmas.
BAB II
PEMBAHASAAN

A. Konsep Universal Precaution


1. Pengertian Universal Precaution
Menurut WHO dalam Nasronudin (2007), universal precautions merupakan
suatu pedoman yang ditetapkan oleh the Centers for Disease Control and
Prevention CDC Atlanta dan the Occupational Safety and Health Administration
(OSHA), untuk mencegah transmisi dari berbagai penyakit yang ditularkan melalui
darah di lingkungan fasilitas pelayanan kesehatan.

Universal Precaution adalah tindakan pengendalian infeksi sederhana yang


digunakan oleh seluruh petugas kesehatan, untuk semua pasien, setiap saat pada
semua tempat, pelayanan dalam rangka pengurangi risiko penyebaran infeksi
(Nursalam, 2007).
Universal Precautions adalah upaya pencegahan transmisi dari beberapa
penyakit yang berhubungan dengan kontak langsung baik pasien maupu cairan
tubuh dalam pelayanan kesehatan.
2. Tujuan Penerapan Universal Precaution
Menurut Nursalam (2007), Universal precautions bertujuan :

a. Mengendalikan infeksi secara konsisten


b. Memastikan standar adekuat bagi mereka yang tidak didiagnosis atau tidak
terlihat seperti berisiko
c. Mengurangi risiko bagi petugas kesehatan dan pasien
d. Asumsi bahwa risiko atau infeksi berbahaya
3. Alasan Penerapan Universal Precaution
Potensi terhadap penularan penyakit berpengaruh besar pada kesehatan orang
sekitar melalui darah atau kontak cairan tubuh. Prinsip Universal Precautions adalah
bahwa darah dan semua jenis cairan tubuh, sekret, kulit yang tidak utuh dan selaput
lendir penderita dianggap sebagai sumber potensial untuk penularan infeksi
terrnasuk HIV (Depkes, 2010). HIV/AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman
penyebaran HIV menjadi lebih tinggi dan Angka pengidap HIV di Indonesia terus
meningkat. Penyakit hepatitis B dan C keduanya potensial untuk menular melalui
tindakan pada pelayanan kesehatan.

HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah sejenis virus yang menyerang/menginfeksi sel darah putih yang
menyebabkan turunnya kekebalan tubuh manusia. AIDS atau Acquired Immune Deficiency Syndrome adalah
sekumpulan gejala penyakit yang timbul karena turunnya kekebalan tubuh yang disebabkan infeksi oleh HIV.
Akibat menurunnya kekebalan tubuh maka orang tersebut sangat mudah terkena berbagai penyakit infeksi
(infeksi oportunistik) yang sering berakibat fatal (Infodatin, 2014). Berdasarkan data statistik WHO tahun 2014
mengenai Global Summary of AIDS Epidemic didapatkan data bahwa 36,9 juta orang hidup dengan HIV dan 2,1
juta orang meninggal dengan AIDS (WHO, 2014). Berdasarkan UNAIDS Global Statistics (2014), penderita
HIV/AIDS terbanyak berada di wilayah Afrika sebanyak 24,7 juta penderita. Sedangkan di Asia tercatat 4,8 juta
penderita HIV/AIDS. Asia diperkirakan memiliki laju infeksi HIV tertinggi di dunia. HIV/AIDS pertama kali
dilaporkan di Indonesia pada tahun 1987. Sejak tahun 1987 sampai dengan tahun 2014, HIV/AIDS tersebar di 386
(77,5%) dari 498 kabupaten/kota di seluruh provinsi di Indonesia. Jumlah kumulatif kasus HIV yang ditemukan
sampai dengan tahun 2014 sebesar 160.138 kasus, sedangkan jumlah kumulatif penderita AIDS sebanyak 65.790
kasus.
1. Universal Precaution Sebagai Bagian Upaya Dari Pengendalian Infeksi
Penerapan kewaspadaan Universal merupakan bagian pengendalian infeksi
yang tidak terlepas dari peran masing-masing pihak yang terlibat didalamnya yaitu
pimpinan termasuk staf administrasi, staf pelaksana pelayanan, staf penunjang dan
para pengguna pelayanan yaitu pasien dan pengunjung sarana kesehatan.
a. Peran pimpinan dalam pengendalian infeksi
Untuk dapat bekerja secara maksimal, tenaga kesehatan harus selalu
mendapat perlindungan dari resiko tertular penyakit. Pimpinan berkewajiban
menyusun kebijakan mengenai kewaspadaan universal dapat dilaksanakan tenaga
kesehatan dengan baik. Pimpinan bertanggung jawab atas penganggaran dan
ketersediaan sarana untuk menunjang kelancaran pelaksanaan Universal
Precaution di unit yang dipimpinan.
b. Peran tenaga kesehatan dalam pengendalian infeksi
Tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan dan keselamatan dirinya dan
orang lain serta bertanggung jawab sebagai pelaksana kebijakan yang ditetapkan
pimpinan. Tenaga kesehatan juga bertanggung jawab dalam menggunakan sarana
yang disediakan dengan baik dan benar serta memelihara sarana agar selalu siap
pakai dan dapat dipakai selama mungkin.
Secara rinci berkewajiban dan tanggung jawab meliputi :
1) Bertanggung jawab melaksanakan dan menjaga keselamatan kerja di
lingkungannya, wajib mematuhi instruksi yang diberikan dalam rangka
kesehatan dan keselamatan kerja, dan membantu mempertahankan
lingkungan bersih dan aman
2) Mengetahui kebijakan dan menerapkan prosedur kerja, pencegahan infeksi,
dan mematuhinya dalam pekerjaan sehari-hari
3) Tenaga kesehatan yang menderita penyakit dapat meningkatkan resiko
penularan infeksi baik dari dirinya kepada pasien atau sebaliknya sebaiknya
tidak merawat pasien secara langsung
4) Sebagai contoh, pasien penyakit kulit yang basah seperti eksim, bernanah,
harus menutupi dengan plester kedap air, bila tidak memungkinkan maka
tenaga kesehatan sebaiknya tidak merawat pasien
5) Bagi tenaga kesehatan yang mengidap HIV mempunyai kewajiban moral
untuk memberitahu atasannya tentang status serologi bila dalam
pelaksanaan pekerja status serologi tersebut dapat menjadi resiko pada
pasien, misalnya tenaga kesehatan dengan status HIV positif dan menderita
eksim basah
c. Peran pasien dan keluarganya dalam pengendalian infeksi
Setiap orang berhak atas privasi dan sekaligus berkewajiban menjaga
keselamatan orang lain. Bila pasien yang mengetahui dengan pasti menderita
penyakit yang dapat menular pada orang lain, moral untuk memberitahukannya.
Dalam hal ini petugas kesehatan wajib memberikan penyuluhan yang jelas
tentang penerapan tanpa berlebihan dan tidak menyinggung perasaan pasien
agar dapat membangkitkan rasa tanggung jawab pasien mengenai resiko yang
sedang mereka hadapi. Pasien akan suka rela membuka diri, memberi informasi
serta memberikan izin pemeriksaan yang diperlukan dalam persiapan tindakan
beresiko .
Peran keluarga dalam pengendalian infeksi sangatlah penting. Ketika ada
salah satu anggota keluarga di rawat maka anggota keluarga lain akan membantu
dengan cara menunggu di rumah sakit atau menjenguk setiap saat sehingga akan
berpotensi untuk menjadi sarana penyebaran infeksi. Keluarga perlu dilibatkan
dalam upaya penyembuhan atau upaya lain yang terkait dengan perawatan
pasien. Banyak informasi yang dapat digali dari keluarga dalam upaya
memberikan pelayanan ataupun upaya pencegahan infeksi. Anggota keluarga
pasien berhak untuk tidak mendapatkan penularan infeksi selama mereka
menjalankan fungsi sosialnya baik sebagai penunggu ataupun pengunjung.
Anggota keluarga pasien berhak pula untuk mendapatkan informasi secukupnya
agar dapat melindungi diri mereka dari infeksi tanpa mengabaikan hak pasien
untuk tetap terjaga kerahasiaannya.

B. Standar Universal Precaution Dalam Fasilitas Pelayanan Kesehatan


Universal Precaution merupakan bagian upaya pengendalian infeksi di sarana
pelayanan kesehatan. Surveilans, penanggulangan KLB, pengembangan kebijakan dan
prosedur kerja serta pendidikan dan pelatihan merupakan hal pencegahan infeksi yang
tidak dapat dipisahkan. Prinsip utama dalam pelayanan kesehatan adalah menjaga
higiene sanitasi penduduk, higiene sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan. Standar
Universal Precaution dalam fasilitas pelayanan kesehatan adalah
1. Cuci Tangan
Kebersihan tangan merupakan komponen penting dan metode paling efektif
dalam upaya pencegahan penularan patogen yang berhubungan dengan pelayanan
kesehatan. Ada tiga cara cuci tangan yang dapat dilaksanakan yaitu cuci tangan
higienik atau rutin untuk mengurangi kotoran dan flora yang ada di tangan dengan
menggunakan sabun atau deterjen, cuci tangan aseptik dilakukan sebelum tindakan
aspetik dengan menggunakan antiseptik, cuci tangan bedah (surgical handscrub)
dilakukan sebelum tindakan bedah dengan prinsip steril. Cuci tangan dapat
dilakukan sebelum dan sesudah kontak langsung dengan pasien, segera setelah
sarung tangan dilepas, sebelum memegang peralatan, setelah menyentuh darah atau
cairan tubuh lain, selama merawat pasien, saat bergerak dari sisi terkontaminasi ke
sisi bersih dari pasien, setelah kontak dengan benda-benda di samping pasien.
Sarana untuk cuci tangan adalah air mengalir, sabun dan deterjan dan larutan
antiseptik
Gambar 3 Prosedur Cuci Tangan
2. Pemakaian Alat Pelindung
Alat pelindung tubuh digunakan untuk melindungi kulit dan selaput lendir
petugas dari resiko pajanan darah, semua jenis cairan tubuh, sekret, ekskreta, kulit
yang tidak utuh dan selaput lendir pasien. Jenis tindakan beresiko mencakup
tindakan rutin, tindakan bedah tulang, otopsi atau perawatan gigi dimana
menggunakan bor dengan kecepatan putar yang tinggi. Jenis alat pelindung biasa
digunakan seperti sarung tangan, pelindung wajah/Masker/Kacamata, penutup
kepala, gaun pelindung dan sepatu pelindung. Jenis pelindung tubuh yang dipakai
tergantung pada jenis tindakan atau kegiatan yang akan dikerjakan seperti tindakan
bedah minor (vasektomi, memasang/mengangkat implan) cukup memakai sarung
tangan steril atau DTT saja. Namun untuk kegiatan operatif di kamar bedah atau
melakukan pertolongan persalinan sebaiknya semua pelindung tubuh dipakai oleh
petugas untuk mengurangi terpajan darah/cairan tubuh lainnya.

Gambar 4 Alat Pelindung


3. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
Pengelolaan alat-alat bertujuan untuk mencegah penyebaran infeksi melalui
alat kesehatan, atau untuk menjamin alat tersebut dalam kondisi steril dan siap
pakai. Semua alat, bahan dan obat yang akan dimasukkan ke dalam jaringan
dibawah kulit harus dalam keadaan steril. Proses penatalaksanaan peralatan
dilakukan melalui empat tahap kegiatan yaitu dekontaminasi (menghilangkan
mikroorganisme patogen dan kotoran), pencucian, sterilisasi atau DTT dan
penyimpanan.

Gambar 5 Bagan Alur Pengelolaan Alat Kesehatan


Pemilihan cara pengelolaan alat kesehatan/bedah tergantung pada kegunaan
alat tersebut dan berhubungan dengan tingkat resiko penyebaran infeksi.
Tabel 1 Pemilihan Cara Pengelolaan Alat Kesehatan Sesuai Resiko Infeksi dan Jenis
Penggunaan Alat.
4. Pengelolaan jarum dan alat tajam
Benda tajam sangat beresiko menyebabkan perlukaan sehingga meningkatkan
resiko terjadi penularan penyakit. Untuk menghindari perlukaan atau kecelakaan
kerja maka semua benda tajam harus digunakan sekali pakai dan tidak boleh didaur
ulang. Jarum suntik dan alat tajam merupakan tanggungjawab petugas kesehatan
dari mulai persiapan, prosedur, sampai pembuangan ke penampungan khusus. Perlu
diperhatikan ketika perpindahan alat tajam dari satu orang ke orang lain tidak
dianjurkan menyerahkan secara langsung melainkan menggunakan teknik tanpa
sentuh yaitu menggunakan nampan atau alat perantara dan membiarkan petugas
mengambil sendiri ke tempatnya. Tidak dianjurkan untuk menutup kembali jarum
suntik setelah tindakan melainkan langsung dibuang ke tempat penampungan
khusus, tanpa menyentuh atau memanipulasi bagian tajamnya seperti dibengkokkan,
dipatahkan atau ditutup kembali. Jika jarum terpaksa ditutup kembali, gunakan cara
penutupan satu tangan untuk mencegah jari tertusuk jarum. Perlu menyediakan
wadah limbah tajam/tempat pembuangan alat tajam di setiap ruangan seperti ruang
tindakan atau perawatan yang mudah dijangkau oleh petugas kesehatan.

Gambar 6 Cara menutup Jarum dengan Satu Tangan


5. Pengelolaan limbah
Limbah yang berasal dari rumah sakit/sarana kesehatan secara umum
dibedakan menjadi dua yaitu Limbah rumah tangga atau limbah non medis adalah
limbah yang tidak kontak dengan darah atau cairan tubuh sehingga disebut sebagai
resiko rendah, limbah medis adalah bagian dari sampah rumah sakit/sarana
kesehatan yang berasal dari bahan yang mengalami kontak dengan darah atau cairan
tubuh pasien dan dikategorikan sebagai limbah beresiko tinggi dan bersifat
menularkan penyakit, serta limbah bahaya adalah limbah kimia yang mempunyai
sifat beracun seperti produk pembersih, desinfektan, obat-obatan sitotoksik dan
senyawa radio aktif. Upaya penanganan limbah di pelayanan kesehatan meliputi
pemisahan, penanganan, penampungan sementara dan pembuangan.

Gambar 7 Pengelolaan Limbah dengan Cara Menimbun Sampah Medis


6. Kecelakaan Kerja
Apabila kecelakaan terjadi harus didokumentasikan dan dilaporkan kepada
atasan, panitia Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan panitia infeksi
nosokomial secepatnya, sehingga dapat dilakukan tindakan selanjutnya. Imunisasi
dapat dilakukan apabila tersedia, diberikan kepada semua staf yang beresiko
mendapat perlukaan karena benda tajam. Setelah terjadi kecelakaan harus diberikan
konseling.
7. Kewaspadaan Khusus
Kewaspadaan khusus merupakan tambahan pada kewaspadaan universal, yang
terdiri dari tiga jenis yaitu kewaspadaan terhadap penularan melalui udara (berupa
bintik percikan di udara dan partikel debu berisi agen infeksi), melalui percikan
(berupa batuk dan bersin), dan melalui kontak (berupa kontak tangan dan kulit).
Dalam penerapan kewaspadaan khusus dapat berupa kombinasi dari kewaspadaan
universal dan salah satu jenis kewaspadaan khusus tersebut sesuai dengan indikasi.
C. Pelaksanaan Universal Precaution dalam Tatanan Pelayanan Kesehatan
Universal Precaution merupakan upaya pengendalian penyakit sebagai tindakan
pencegahan ketika memberikan pertolongan pertama atau perawatan kesehatan.
Pelaksanaan universal precaution dapat ditemukan di tatanan pelayanan kesehatan
khususnya rumah sakit dan puskesmas. Insiden dan pravelensi terjadinya infeksi
nosokomial pada petugas kesehatan masih terbilang tinggi. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan di negara berkembang mengenai pengetahuan, sikap dan kepatuhan petugas
kesehatan terhadap tindakan pencegahan standar didapat 23,24% dari jumlah petugas
kesehatan yang ada. Perawat adalah kelompok yang paling mengalami luka jarum suntik
sekitar 5% dan luka tertusuk jarum dilaporkan sebagai kesehatan kerja yang paling
bahaya sekitar 23,25%. Di Nigeria telah melaporkan bahwa pengetahuan universal
precaution di antara petugas kesehatan masih minim. WHO memperkirakan bahwa
sekitar 2,5% dari kasus HIV dan 40% dari kasus HBV dan HCV menunjukkan bahwa
petugas kesehatan di seluruh dunia rentan terhadap paparan di tempat kerja sekitar 26%.
Di Indonesia masih ada petugas kesehatan yang belum menyadari pentingnya
penerapan universal precaution di tatanan pelayanan kesehatan. Di beberapa rumah sakit
dan puskesmas masih menunjukkan tindakan petugas kesehatan yang berpotensi
meningkatkan penularan penyakit.
Berdasarkan studi yang dilakukan di Puskesmas Paniki, Kecamatan Mapangat,
ditemukan 100% petugas kesehatan mencuci tangan menggunakan sabun tapi tidak
mencuci tangan sebelum melakukan kontak dengan pasien sekitar 6,67%. Untuk alat
pelindung, sekitar 3,33% petugas kesehatan tidak menggunakan sarung tangan pada saat
melalukan tindakan dan sekitar 90% petugas kesehatan tidak menggunakan masker
untuk menangani pasien TBC. Untuk pengelolaan alat kesehatan, benda tajam dan
limbah masih tergolong baik.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Universal Precaution merupakan upaya pengendalian yang perlu dilakukan oleh
petugas kesehatan dalam rangka pelindungan, pencegahan dan meminimalkan infeksi
nosokomial. Standar yang digunakan dalam penerapan Universal Precaution pada
tatanan pelayanan kesehatan adalah cuci tangan , pemakaian alat pelindung, pengelolaan
alat kesehatan bekas pakai, jarum dan alat tajam, limbah, kecelakaan kerja, dan
kewaspadaan khusus.
Universal Precaution harus digunakan oleh petugas kesehatan saat merawat
pasien atau menangani cairan tubuh. Namun berdasarkan penelitian yang sudah
dilakukan di rumah sakit dan puskesmas bahwa petugas kesehatan masih belum
menerapkan Universal Precaution. Faktor yang mendasari petugas kesehatan tidak
menerapkan Universal Precaution adalah pengetahuan mengenal Universal Precaution,
kemampuan dalam pengelolaan Universal Precaution dan kepatuhan dalam penerapan
Universal Precaution masih tergolong rendah. Pemerintah mengupayakan penerapan
Universal Precaution wajib diikuti untuk seluruh petugas kesehatan dalam ruang
lingkup pelayanan kesehatan.

B. Saran
Penerapan Universal Precaution perlu disosialisasikan pada petugas kesehatan
melalui pelatihan dan pendidikan berkelanjutan. Perlu adanya pengawasan dan evaluasi
mengenai pelaksanaan Universal Precaution baik dilakukan langsung maupun melalui
tim khusus yang menangani infeksi nosokomial. Pemerintah perlu menindaklanjuti
terhadap kebijakan melalui strategi pemberdayaan petugas kesehatan mengenai
pentingnya mengutamakan keselamatan dan pelindungan terhadap infeksi nosokomial
dengan menerapkan Universal Precaution.
DAFTAR PUSTAKA

Berhitu, Fergina Stefany. Dkk. 2013. Gambaran Pelaksanaan Kewaspadaan


Universal di Puskesmas Paniki Bawah Kecamatan Mapanget. Manado :
Jurnal Kedokteran Komunitas dan Tropik Volume 1.

Depkes. 2010. Pedoman Pelaksanaan Kewaspadaan Universal di Pelayanan Kesehatan.

Jakarta : Departeman Kesehatan.

Nasronudin. 2007. HIV dan AIDS Pendekatan Biologi Molekuler Klinis dan Sosial.

Surabaya : Airlangga University Press.

Nursalam. 2007. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta

:Salemba Medika

Sholikhah, Hidayat Heny dan Andryansyah Arifin. 2005. Pelaksanaan


Universal Precautions Oleh Perawat Dan Pekarya. Surabaya : Buletin
Penelitian Sistem Kesehatan. 29-39

WHO. 2008. Standard Precautions In Health Care. Switzerland : World


Health Organization.

Anda mungkin juga menyukai