TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini akan menjelaskan tentang teori-teori yang menjadi dasar dalam
mengerjakan penelitian ini serta akan menggunakan study literature yang relevan
struktur modal yang meliputi modigliani-miller theory, signalling theory, trade off
kebijakan dividen yang meliputi the bird in hand theory, information content or
kepada calon investor agar harga saham perusahaannya meningkat. Hal positif
bagus akan membedakan mereka dengan perusahaan yang tidak memiliki “berita
tentang bagusnya kinerja masa depan yang diberikan oleh perusahaan yang
kinerja keuangan masa lalunya tidak bagus tidak akan dipercaya oleh pasar (Wolk
12
13
Isyarat atau signal menurut Brigham dan Houston (2001: 38) adalah
suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi
setiap modal baru yang diperlukan dengan cara-cara lain, termasuk penggunaan
hutang yang melebihi target struktur modal yang normal. Perusahaan dengan
suram. Apabila suatu perusahaan menawarkan penjualan saham baru, lebih sering
dari biasanya, maka harga sahamnya akan menurun, karena menerbitkan saham
baru berarti memberikan isyarat negatif yang kemudian dapat menekan harga
pada tingkat hutang tertentu, dimana penghematan pajak (tax shields) dari
(bankruptcy costs) atau reorganization, dan biaya keagenan (agency costs) yang
2004:297).
14
kebangkrutan. Sebagai contoh, semakin tinggi utang, semakin besar bunga yang
negeri menunjukkan biaya kebangkrutan bisa mencapai sekitar 20% dari nilai
2. Biaya tidak langsung : biaya yang terjadi karena dalam kondisi kebangkrutan,
perusahaan lain atau pihak lain tidak mau berhubungan dengan perusahaan
secara normal. Missal, supplier barangkali tidak akan mau memasok barang
manajer akan berpikir dalam kerangka trade-off antara penghematan pajak dan
profitabilitas yang tinggi cenderung rasio hutangnya rendah. Hal ini berlawanan
2004:297).
baru dalam struktur modal, tetapi teori tersebut tidak memberikan formula yang
pasti yang bisa memberi petunjuk berapa tingkat utang yang optimal. Dengan
demikian, sampai saat ini teori belum berhasil memberikan penjelasan yang
Teori Modigliani dan Miller (teori MM) adalah teori yang berpandangan
bahwa struktur modal tidak relevan atau tidak mempengaruhi nilai perusahaan.
3. Investor dapat berhutang dengan tingkat suku bunga yang sama dengan
perusahaan.
16
6. Earning Before Interest and Taxes (EBIT) tidak dipengaruhi oleh penggunaan
dari hutang.
8. Jika terjadi kebangkrutan maka aset dapat dijual pada harga pasar (market
value).
Pada tahun 1958 mereka mengajukan suatu teori yang ilmiah tentang
mendatang.
3. Saham dan obligasi diperjual belikan di suatu pasar modal yang sempurna.
4. Seluruh aliran kas adalah perpetuitas (sama jumlahnya setiap periode hingga
waktu tak terhingga). Dengan kata lain, pertumbuhan perusahaan adalah nol
tahun 1958. Asumsi yang diubah adalah adanya pajak terhadap penghasilan
hutang akan meningkatkan nilai perusahaan karena biaya bunga hutang adalah
Preposisi I : Nilai dari perusahaan yang berhutang sama dengan nilai dari
praktiknya, tidak ada perusahaan yang mempunyai hutang sebesar itu, karena
semakin tinggi tingkat hutang suatu perusahaan, akan semakin tinggi juga
manfaat dari peningkatan hutang masih lebih besar daripada pengorbanan atau
para manajer pertama kali akan memilih untuk menggunakan laba ditahan,
kemudian hutang, dan modal sendiri eksternal sebagai pilihan terakhir (Weston
pecking order hypotesis ini tidak terdapat struktur modal yang optimal. Secara
1. Perusahaan lebih memilih untuk menggunakan sumber dana dari dalam atau
perusahaan.
kali mulai dari sekuritas yang paling aman, yaitu hutang yang paling rendah
dividen yang konstan dan fluktuasi dari tingkat keuntungan, serta kesempatan
tersedia.
Dalam karya perintis mereka, Myers dan Majluf (1984) dalam Harris dan
Raviv (1991) menunjukkan bahwa, jika investor kurang mendapat informasi dari
orang-orang dalam perusahaan saat ini tentang nilai aset perusahaan, maka ekuitas
mungkin salah dihargai oleh pasar. Jika perusahaan diminta untuk membiayai
bahwa investor baru menangkap lebih dari NPV dari proyek baru, dalam
menghasilkan kerugian bersih kepada pemegang saham yang ada. Dalam hal ini
proyek akan ditolak meskipun NPV-nya positif. Kurangnya investasi ini dapat
mempunyai informasi yang sama mengenai prospek dan risiko perusahaan. Pihak
pihak luar (seperti investor). Karena itu bisa dikatakan terjadi asimetri informasi
antara manajer dengan investor. Investor, yang merasa mempunyai informasi yang
lain, perilaku manajer, termasuk dalam hal menentukan struktur modal, bisa
Teori bird in the hand adalah salah satu teori dalam kebijakan dividen,
teori ini dikembangkan oleh Myron Gordon (1956) dan John Lintner (1962).
Gordon dan Lintner menyatakan bahwa investor lebih menyukai dividen tunai
daripada dijanjikan adanya imbal hasil atas investasi (capital gain) di masa yang
akan datang, karena menerima dividen tunai merupakan bentuk dari kepastian
dividen yang tinggi dari keuntungan perusahaan sesuai tujuan investor yaitu
lama. Investor akan bersedia membayar harga yang lebih tinggi untuk perusahaan
yang membayar dividen saat ini. Harapan pembayaran dividen saat ini terjadi
karena ada anggapan bahwa mendapat dividen saat ini resikonya lebih kecil
daripada mendapat capital gain di masa yang akan datang meskipun capital gain
dividen saat ini, selain resiko juga adanya ketidakpastian tentang arus kas
theory adalah bahwa investor dan manajer memiliki informasi yang sama atas
memiliki penilai yang sama terhadap perusahaan dan kebijakan dividen yang akan
22
lebih baik jika dibandingkan dengan investor sehingga investor akan menilai
bahwa capital gain mempunyai risiko yang lebih besar dibanding dengan dividen
dividen bila prospek perusahaan lebih baik di masa yang akan datang. Modigliani-
tanda atau sinyal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa yang
akan datang, sebaliknya, penurunan dividen akan dilihat sebagai tanda bahwa
munculnya reaksi harga saham. Teori ini menjelaskan bahwa informasi tentang
Apabila terjadi peningkatan dividen akan dianggap sebagai sinyal positif yang
harga saham yang positif. Sebaliknya, jika terjadi penurunan dividen akan
dianggap sebagai sinyal negatif yang berarti perusahaan mempunyai prospek yang
23
tidak begitu baik, sehingga menimbulkan reaksi harga saham yang negatif (Suluh
Pramastuti,2007:8).
kelompok besar, yaitu yang menyukai pembagian dividen yang tinggi dan
kelompok yang tidak menyukai pembagian dividen yang tinggi karena terkait
dengan tarif pajak yang cukup tinggi. Jika perusahaan menahan laba yang
diperoleh, maka investor yang menyukai pembayaran dividen yang tinggi akan
kecewa. Memang mereka akan menerima capital gain dari saham tersebut, namun
harga saham perusahaan. Investor yang tidak menyukai pembagian dividen yang
dibanding dengan kenaikan pajak yang dibayar. Dengan adanya kedua kelompok
kebijakan dividen.
Nilai perusahaan pada dasarnya diukur dari beberapa aspek salah satunya
adalah harga pasar saham perusahaan, karena harga pasar saham perusahaan
(Wahyudi dan Pawestri, 2006). Dengan demikian salah satu tujuan utama
24
atau para pemegang saham. Harga pasar saham merupakan indikator atau
barometer dari kinerja perusahaan. Pelaku pasar akan menjadikan harga saham
a. Nilai nominal yaitu nilai yang tercantum secara formal dalam anggaran dasar
b. Nilai pasar, sering disebut kurs adalah harga yang terjadi dari proses tawar-
menawar di pasar saham. Nilai ini hanya bisa ditentukan jika saham
c. Nilai intrinsik merupakan konsep yang paling abstrak, karena mengacu pada
perkiraan nilai riil suatu perusahaan. Nilai perusahaan dalam konsep nilai
intrinsik ini bukan sekedar harga dari sekumpulan aset, melainkan nilai
d. Nilai buku adalah nilai perusahaan yang dihitung dengan dasar konsep
e. Nilai likuidasi adalah nilai jual seluruh aset perusahaan setelah dikurangi
semua kewajiban yang harus dipenuhi. Nilai sisa itu merupakan bagian para
25
didefinisikan sebagai nilai pasar. Hal ini dikarenakan nilai perusahaan dapat
saham perusahaan meningkat. Semakin tinggi harga saham, maka semakin tinggi
yang memiliki kinerja lingkungan dan sosial yang baik akan direspon positif oleh
lingkungan dan sosial yang buruk, maka akan muncul keraguan dari investor
(Alwi, 2003:74).
b. Tobin’s Q
perusahaan, tidak hanya saham biasa saja dan tidak hanya ekuitas perusahaan
seluruh asset perusahaan berarti perusahaan tidak hanya terfokus pada satu tipe
investor saja yaitu investor dalam bentuk saham namun juga untuk kreditur
ekuitasnya saja tetapi juga dari pinjaman yang diberikan oleh kreditur
memiliki prospek pertumbuhan yang baik. Hal ini dapat terjadi karena semakin
besar nilai pasar asset perusahaan dibandingkan dengan nilai buku asset
lazim diindikasikan dengan price to book value. Price to Book Value (PBV)
besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan. Makin tinggi rasio
Penelitian ini menggunakan rasio price book value (PBV). Price book
value adalah hasil dari perbandingan antara harga saham perusahaan dengan nilai
buku saham perusahaan. Dengan kata lain PBV merupakan rasio pasar yang
digunakan untuk mengukur kinerja harga pasar saham terhadap nilai buku saham
tersebut.
Menurut Weston dan bringham (2000) Price book value yang tinggi
bagi para pemegang saham merupakan tujuan utama dari perusahaan. Salah satu
indikator perusahaan yang berjalan dengan baik pada umumnya memiliki rasio
PBV lebih dari satu, yang mencerminkan bahwa nilai pasar saham lebih besar dari
nilai bukunya.
perbandingan antara harga pasarsuatu saham dengan earning per share (EPS) dari
saham yang bersangkutan”. Price earning ratio merupakan hubungan antara pasar
saham dengan earning per share saat ini yang digunakan secara luas oleh investor
sebagai panduan umum untuk mengukur nilai saham (Garrison, 1998:788). Price
earning ratio yang tinggi menunjukkan bahwa investor bersedia untuk membayar
dimaksud dalam penelitian ini adalah rasio yang membandingkan antara harga
saham per lembar saham biasa yang beredar dengan laba per lembar saham.
menghargai kinerja perusahaan yang dicerminkan oleh earning per share nya.
price earning ratio menunjukkan hubungan antara pasar saham biasa dengan
earning per share. Makin besar price earning ratio suatu saham maka harga
saham tersebut akan semakin mahal terhadap pendapatan bersih per sahamnya.
2002:96).
mempunyai price earning ratio yang tinggi pula, dan hal ini menunjukkan bahwa
price earning ratio yang rendah pula. Semakin rendah price earning ratio suatu
saham maka semakin baik atau murah harganya untuk diinvestasikan. price
earning ratio menjadi rendah nilainya bisa karena harga saham cenderung
semakin turun atau karena meningkatnya laba bersih perusahaan. Jadi semakin
kecil nilai price earning ratio maka semakin murah saham tersebut untuk dibeli
dan semakin baik pula kinerja per lembar saham dalam menghasilkan laba bagi
perusahaan. Semakin baik kinerja per lembar saham akan mempengaruhi banyak
Debt to Equity Ratio (DER) merupakan salah satu rasio leverage yang
Menurut Kasmir (2010:157) Debt to Equity Ratio (DER) adalah rasio yang
digunakan untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan oleh kreditor dengan
pemilik perusahaan sehingga rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah
Ratio (DER) adalah rasio yang menunjukkan sejauh mana perusahaan dibiayai
oleh utang. Penggunaan rasio ini tergantung pada tujuan penggunaannya, saham
preferen kadang dimasukkan sebagai utang daripada sebagai ekuitas ketika rasio
utang dihitung, saham preferen mewakili klaim awal atas investor saham biasa,
akibatnya para investor dapat memasukkan saham preferen sebagai utang ketika
menganaliasis perusahaan.
Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang menyatakan perbandingan utang dan
Lee dan Finerty (1990) dalam Arifah (2015) mengartikan kebijakan dividen
dihasilkan kepada para pemegang saham atau akan menahan earnings untuk
setelah pajak yang akan dibagikan kepada para pemegang saham dan berapa besar
bagian laba bersih yang akan digunakan untuk membiayai investasi perusahaan.
Menurut Indriyono dan Basri (2002: 232), “dividend payout ratio adalah
perbandingan antara dividen yang dibayarkan dengan laba bersih yang didapatkan
payout ratio akan menguntungkan para investor tetapi dari pihak perusahaan akan
sebaliknya, dividend payout ratio semakin kecil akan merugikan para pemegang
Indonesia selama periode tahun 2009-2011. Hasil dari penelitian ini menunjukkan
31
mengindikasikan bahwa semakin tinggi PER yang diambil oleh perusahaan maka
bahwa semakin tinggi pembagian dividen kepada pemegang saham, maka akan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 2011-2013. Hasil
PBV. Hal ini menandakan bahwa semakin besar keputusan investasi yang
positif terhadap nilai perusahaan yang dproksikan dengan PBV. Artiya semakin
keputusan investasi yang tepat maka aset yang diinvestasikan akan menghasilkan
kinerja yang optimal sehingga memberikan suatu sinyal positif kepada investor
yang nantinya akan meningkatkan harga saham dan nilai perusahaan. Keputusan
Hal ini disebabkan karena hutang merupakan salah satu sumber pembiayaan yang
perusahaan (PBV) dengan arah koefisien bernilai positif. Hal ini menunjukkan
dividen yang tinggi akan membuat para investor tertarik sehingga meningkatkan
permintaan saham.
33
Nilai Perusahaan”. Sampel terdiri dari 10 perusahaaan food and beverages yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2012-2015. Hasil pengujian
terhadap nilai perusahaan. Bagi para investor semakin tinggi price earning ratio,
sehingga investor bersedia untuk membayar lebih untuk saham perusahaan dengan
signifikan terhadap nilai perusahaan. Jadi, apabila nilai debt to equity ratio (DER)
mengalami kenaikan maka price book value (PBV) juga akan mengalami
Nilai Perusahaan Pada Saham Bluechip Yang Terdaftar Di Bei”. Sampel terdiri
nilai perusahaan (PBV). Meningkatnya nilai dividen tidak selalu diikuti dengan
kebijkan investasinya.
berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan (PBV) pada industri
nilai variabel bebas mengalami kenaikan maka akan terjadi kenaikan pada
tidak signifikan terhadap nilai perusahaan (PBV) dimana jika nilai variabel bebas