Anda di halaman 1dari 10

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan suatu kesatuan kerangka pemikiran yang

utuh untuk mencari jawaban ilmiah terhadap masalah penelitian yang menjelaskan

tentang variabel-variabel, hubungan antara variabel secara teoritis yang

berhubungan dengan hasil penelitian terdahulu yang kebenarannya dapat diuji

secara empiris (Iskandar, 2008 : 55). Kerangka konseptual menjelaskan secara

teoritis model konseptual variabel-variabel penelitian, tentang bagaimana

pertautan teori-teori yang berhubungan dengan variabel-variabel penelitian, yaitu

variabel dependen dan variabel independen.

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah underpricing yang

merupakan kondisi di mana harga saham pada saat penawaran umum perdana

lebih rendah dibanding harga penutupan hari pertama di pasar sekunder.

Underpricing diukur dengan initial return, yaitu selisih antara harga saham

penutupan hari pertama di pasar sekunder dengan harga saham pada penawaran

perdana dibagi dengan harga saham pada penawaran perdana. Terjadinya

underpricing dipengaruhi oleh beberapa faktor baik yang bersifat internal maupun

eksternal perusahaan.

Beberapa faktor yang mempengaruhi underpricing menjadi variabel

independen dalam penelitian ini, antara lain reputasi underwriter, reputasi auditor,

umur perusahaan, ukuran perusahaan, return on equity, dan persentase saham

yang ditawarkan.

27
28

Underwriter yang bereputasi tinggi memiliki keyakinan yang tinggi

terhadap kesuksesan penawaran saham perdana yang dijamin. Dengan demikian,

underwriter yang bereputasi tinggi lebih berani menetapkan harga yang tinggi,

sehingga tingkat underpricing rendah.

Reputasi auditor yang tinggi dapat digunakan sebagai tanda atau petunjuk

terhadap kualitas emiten (Holland dan Horton, 1993). Emiten yang menggunakan

auditor bereputasi tinggi akan dinilai positif oleh investor. Hal ini dikarenakan

laporan keuangan yang diaudit oleh auditor bereputasi tinggi dianggap lebih

akurat sehingga memberikan informasi yang tidak menyesatkan mengenai

prospek perusahaan yang akan mengurangi ketidakpastian di masa mendatang

yang akan diikuti dengan menurunnya tingkat underpricing.

Umur perusahaan menunjukkan lamanya perusahaan berdiri. Perusahaan

yang telah lama berdiri akan lebih dikenal masyarakat luas, sehingga investor

akan lebih mudah memperoleh informasi dibandingkan dengan perusahaan yang

relatif baru. Hal ini akan mengurangi asimetri informasi Dengan demikian,

perusahaan yang telah lama berdiri memiliki lebih banyak informasi dan

memperkecil ketidakpastian pasar yang akan mempengaruhi underpricing.

Ukuran perusahaan menunjukkan besar kecilnya perusahaan. Perusahaan

besar umumnya lebih dikenal oleh masyarakat daripada perusahaan kecil sehingga

informasi mengenai perusahaan lebih banyak dan lebih mudah diperoleh investor.

Hal ini akan mengurangi asimetri informasi pada perusahaan yang besar sehingga

akan mengurangi underpricing.


29

Return on Equity (ROE) merupakan indikator atas kemampuan perusahaan

untuk menghasilkan laba pada masa mendatang melalui keberhasilan atas

efektifitas perusahaan. ROE yang tinggi dapat dijadikan signal kepada calon

investor untuk menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki kualitas yang

baik yang akan mengurangi ketidakpastian di masa mendatang sehingga akan

berpengaruh pada tingkat underpricing yang rendah.

Persentase saham yang ditawarkan menunjukkan seberapa banyak saham

yang dilepas oleh pemegang saham lama. Semakin kecil persentase saham yang

ditawarkan maka semakin besar persentase saham yang ditahan oleh pemegang

saham lama. Saham yang lebih banyak ditahan oleh pemegang saham lama atau

persentase saham yang ditawarkan kecil dapat dijadikan signal bahwa perusahaan

yang melakukan penawaran perdana tersebut berkualitas baik sehingga dapat

mengurangi ketidakpastian yang berasosiasi dengan rendahnya tingkat

underpricing.

Sebagai dasar untuk merumuskan hipotesis, kerangka konseptual yang

menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi undepricing pada saat IPO dapat

digambarkan sebagai berikut:


30

Gambar 3.1
Kerangka Konsep Penelitian Studi Underpricing
pada Initial Public Offering Di Bursa Efek Indonesia

Reputasi underwriter

Reputasi auditor
Underpricing
Umur perusahaan

Ukuran perusahaan

Return on equity

Presentase saham yang


ditawarkan

Sumber: Data dimodifikasi, 2017

3.2 Hipotesis

Berdasarkan kerangka konsep pada Gambar 3.1 maka dalam penelitian ini

dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

3.2.1 Pengaruh Reputasi Underwriter terhadap Underpricing

Penentuan harga saham pada saat IPO dilakukan berdasarkan kesepakatan

antara emiten dengan underwriter. Underwriter merupakan pihak yang menjamin

penawaran umum suatu perusahaan untuk pertama kalinya, yaitu pada saat go

public (Ang, 1997).

Underwriter yang bereputasi tinggi memiliki keyakinan yang tinggi

terhadap kesuksesan penawaran saham perdana yang dijamin. Dengan demikian,

underwriter yang bereputasi tinggi lebih berani menetapkan harga yang tinggi,

sehingga tingkat underpricing rendah. Reputasi underwriter diyakini menjadi

pertimbangan penting bagi investor untuk membeli saham suatu perusahaan.


31

Semakin tinggi reputasi underwriter, maka underpricing yang diukur dengan

initial return akan semakin rendah. Dengan kata lain, reputasi underwriter

berpengaruh negatif terhadap underpricing.

Teori yang berkaitan dengan variabel ini adalah teori asimetri informasi

(Jensen dan Meckling, 1976) yang menjelaskan bahwa terdapat

ketidakseimbangan perolehan informasi antara pihak-pihak yang terlibat dalam

penawaran perdana, yaitu underwriter, perusahaan dan investor. Perbedaan

informasi yang terjadi ialah bahwa underwriter memiliki informasi tentang pasar

yang lebih lengkap dibanding perusahaan. Sementara itu, underwriter memiliki

informasi yang lebih banyak mengenai perusahaan dibanding investor, sehingga

penentuan harga pun menjadi sangat penting di posisi underwriter.

Sandhiaji (2004), Yasa (2008), dan Hapsari (2012) menemukan bahwa

reputasi underwriter berpengaruh negatif pada underpricing. Berdasarkan uraian

teori dan penelitian terdahulu, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H1 : Reputasi underwriter berpengaruh negatif terhadap underpricing

3.2.2 Pengaruh Reputasi Auditor terhadap Underpricing

Auditor memegang peranan yang penting dalam proses go public, yaitu

sebagai pihak yang ditunjuk oleh perusahaan untuk melakukan pemeriksaan

laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor

yang bereputasi tinggi akan memberikan kepercayaan yang lebih besar kepada

pemakainya. Penggunaan jasa auditor yang bereputasi tinggi akan dinilai positif

oleh investor karena perusahaan dianggap mempunyai informasi yang tidak

menyesatkan mengenai prospeknya di masa mendatang. Hal ini berarti


32

penggunaan jasa auditor yang memiliki reputasi tinggi akan mengurangi

ketidakpastian pada masa mendatang yang akan mengurangi underpricing.

Teori yang berkaitan dengan variabel ini adalah signalling theory (Kim

dan Ritter, 1999) dimana melalui penggunaan jasa auditor yang bereputasi tinggi,

perusahaan dapat memberikan signal kepada investor bahwa laporan keuangan

perusahaan dapat dipecaya dan mencerminkan kondisi perusahaan yang

sebenarnya. Hal ini akan memperkecil ketidakpastian yang akan mengurangi

underpricing.

Hasil penelitian Hapsari (2012) menemukan bahwa reputasi auditor

berpengaruh negatif pada underpricing. Berdasarkan uraian teori dan penelitian

terdahulu, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H2 : Reputasi auditor berpengaruh negatif terhadap underpricing

3.2.3 Pengaruh Umur Perusahaan terhadap Underpricing

Umur perusahaan menunjukkan lamanya perusahaan berdiri. Perusahaan

yang telah lama berdiri akan lebih dikenal masyarakat luas, sehingga investor

secara khusus akan lebih percaya dibanding dengan perusahaan yang relatif baru.

Dengan demikian, perusahaan yang telah lama berdiri memiliki lebih banyak

informasi sehingga akan mengurangi asimetri informasi dan memperkecil

ketidakpastian pasar yang akan mempengaruhi underpricing.

Teori yang berkaitan dengan variabel ini adalah teori asimetri informasi

(Jensen dan Meckling, 1976), dimana perusahaan yang lebih lama berdiri

memiliki ketersediaan informasi yang lebih banyak sehingga mengurangi adanya


33

asimetri informasi yang memperkecil tingkat ketidakpastian dan mengurangi

tingkat underpricing.

Penelitian yang dilakukan oleh Sandhiaji (2004) menemukan bahwa umur

perusahaan berpengaruh negatif terhadap underpricing. Berdasarkan uraian teori

dan penelitian terdahulu, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H3 : Umur perusahaan berpengaruh negatif terhadap underpricing

3.2.4 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Underpricing

Ukuran perusahaan menunjukkan besar kecilnya perusahaan. Perusahaan

besar umumnya lebih dikenal oleh masyarakat daripada perusahaan kecil sehingga

informasi mengenai perusahaan lebih banyak dan lebih mudah diperoleh investor.

Hal ini akan memperkecil ketidakpastian pasar yang akan mengurangi

underpricing.

Teori yang berkaitan dengan variabel ini adalah teori asimetri informasi

(Jensen dan Meckling, 1976), dimana penyebaran informasi perusahaan besar

lebih banyak dibanding perusahaan kecil sehingga akan mengurangi adanya

asimetri informasi yang memperkecil tingkat ketidakpastian dan mengurangi

tingkat underpricing.

Sandhiaji (2004) dan Hapsari (2012) menemukan bahwa ukuran

perusahaan berpengaruh negatif pada underpricing. Berdasarkan uraian teori dan

penelitian terdahulu, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H4 : Ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap underpricing


34

3.2.5 Pengaruh Return On Equity terhadap Underpricing

Return on Equity (ROE) merupakan indikator atas kemampuan perusahaan

untuk menghasilkan laba pada masa mendatang melalui keberhasilan atas

efektifitas perusahaan (Yolana dan Martani, 2005). ROE menjadi salah satu alat

utama yang paling sering digunakan oleh investor dalam menilai suatu saham.

Angka ROE merupakan gambaran berapa yang bisa perusahaan hasilkan untuk

setiap rupiah yang ditanamkan investor pada suatu perusahaan. ROE yang tinggi

dapat dijadikan signal kepada calon investor untuk menunjukkan bahwa

perusahaan tersebut memiliki kualitas yang baik.

Teori yang berkaitan dengan variabel ini adalah signalling theory (Kim

dan Ritter, 1999) yakni untuk mengatasi masalah penilaian yang rendah terhadap

harga saham, maka perusahaan yang berkualitas dapat memberikan signal bagi

investor untuk menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki kualitas yang

baik. Semakin tinggi ROE artinya kemampuan perusahaan untuk menghasilkan

laba pada masa mendatang tinggi. ROE yang tinggi akan menumbuhkan minat

investor untuk membeli saham perusahaan ketika go public sehingga akan

memberikan harga yang tinggi terhadap harga saham. Dengan demikian, return on

equity berpengaruh negatif terhadap underpricing.

Penelitian yang dilakukan oleh Hapsari (2012) menemukan bahwa ROE

berpengaruh negatif terhadap underpricing. Berdasarkan uraian teori dan

penelitian terdahulu, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H5 : Return on equity berpengaruh negatif terhadap underpricing


35

3.2.6 Pengaruh Persentase Saham yang Ditawarkan terhadap Underpricing

Persentase saham yang ditawarkan menunjukkan seberapa besar saham

yang dilepas oleh pemilik. Semakin kecil persentase saham yang ditawarkan

mengindikasikan besarnya jumlah saham yang ditahan oleh pemilik. Persentase

kepemilikan yang ditahan oleh pemilik (insiders) menunjukkan adanya private

information yang dimiliki oleh pemilik atau manajer (Leland & Phyle dalam

Yasa, 2008). Entrepreneur (pemilik sebelum go public) akan tetap

menginvestasikan modal pada perusahaannya apabila mereka yakin akan prospek

pada masa mendatang. Pemilik tidak akan menginvestasikan modalnya pada

perusahaan lain bila investasi di perusahaannya lebih baik.

Variabel ini berkaitan dengan signalling theory (Kim dan Ritter, 1999)

yakni untuk mengatasi masalah penilaian yang rendah terhadap harga saham,

maka perusahaan yang berkualitas dapat memberikan signal bagi investor untuk

menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki kualitas yang baik. Informasi

tingkat kepemilikan saham oleh entrepreneur akan digunakan oleh investor

sebagai pertanda bahwa prospek perusahaannya baik. Semakin besar tingkat

kepemilikan yang ditahan atau semakin kecil persentase saham yang ditawarkan,

akan memperkecil tingkat ketidakpastian di masa yang akan datang (Novita,

2005). Ketidakpastian yang rendah berasosiasi dengan tingkat underpricing yang

rendah.

Penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2008) menemukan bahwa

persenatse saham yang ditawarkan berpengaruh positif terhadap underpricing.


36

Berdasarkan uraian teori dan penelitian terdahulu, maka dirumuskan hipotesis

sebagai berikut:

H6 : Persentase saham yang ditawarkan berpengaruh positif terhadap

underpricing

Anda mungkin juga menyukai