PENDAHULUAN
dan Houston, 2010, p.132). Nilai perusahaan akan tercermin dari harga sahamnya
(Fama, 1978; Wright dan Ferris, 1997). Harga saham di pasar modal terbentuk
harga saham merupakan fair price yang dapat dijadikan sebagai proksi nilai
perusahaan, maka nilai perusahaan juga akan semakin tinggi (Wright dan Ferris,
1997).
Nilai perusahaan dapat dilihat apabila nilai pasar dan nilai buku perusahaan
dari ekuitasnya sudah diketahui. Nilai pasar dibagi dengan nilai buku merupakan
cara mengukur nilai perusahaan. Nilai buku adalah nilai saham menurut
pembukuan perusahaan. Nilai buku per lembar saham menunjukkan aktiva bersih
per lembar saham yang dimiliki oleh pemegang saham. Berbeda dengan nilai
buku, nilai pasar merupakan harga saham di bursa efek dimana nilai pasar
ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham di bursa efek yang dilakukan
1
2
saham dapat dilihat dari nilai perusahaannya, semakin tinggi nilai perusahaan,
bahwa nilai perusahaan yang tinggi akan menjadi keinginan para pemilik modal.
terciptanya persaingan yang ketat dalam dunia usaha. Oleh karena itu, untuk dapat
menarik minat investor maka perusahaan dituntut agar dapat memiliki manajemen
yang baik. Manajer harus dapat menetapkan arah kebijakan yang tepat bagi
masih memiliki nilai perusahaan yang rendah dan mengalami fluktuasi dari tahun
ke tahun. Terutama pada perusahaan sektor Manufaktur yang terdaftar Bursa Efek
Indonesia (BEI). Berikut adalah tabel perhitungan rata-rata nilai perusahaan yang
Dari tabel 1.1 diatas nilai perusahaan yang dihitung dengan Price Book
Value (PBV) dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2017 menunjukkan nilai rata-
yang menjadi sampel perhitungan rata-rata nilai PBV. Perusahaan yang memiliki
nilai PBV positif adalah yang nilai PBV nya lebih dari angka 1 atau PBV >1,
dalam tabel diatas, semua contoh perusahaan dalam tabel dari tahun 2014 sampai
yang positif dari tahun ke tahun. Kondisi perusahaan inilah yang menjadikan nilai
(Fama dan French, 1998). Menurut Moeljadi (2006) terdapat berbagai keputusan
dan (3) keputusan dividen (dividend decision). Hal ini mengartikan bahwa
dalam usulan investasi harus dievaluasi dan dihubungkan dengan risiko dan hasil
yang akan datang, sehingga dapat meningkatkan harga saham yang digunakan
earning ratio. Rasio ini dilihat oleh investor sebagai suatu ukuran kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba di masa yang akan datang. Perhitungan yang
paling umum dari price earning ratio adalah menggunakan laba per lembar saham
untuk tahun buku terbaru, yang menghasilkan price earning ratio saat ini
(Truong, 2009). Price earning ratio merupakan pendekatan yang lebih populer
besarnya rupiah yang harus dibayar investor untuk memperoleh satu rupiah
perusahaan dengan tingkat pendapatan yang sama, ukuran yang sama dan
memiliki industri yang sama mungkin memiliki price eraning ratio yang berbeda.
Karena harga pasar menunjukkan ekspektasi investor tentang laba masa depan
pendanaan yang dihubungkan dengan sumber dana adalah apakah sumber internal
atau eksternal, besarnya hutang dan modal sendiri, dan bagaimana tipe hutang dan
cost of capital yang akan menjadi dasar penentuan required return yang
risiko keuangan. Perusahaan juga harus memperhatikan masalah pajak, untuk itu
pengurangan pajak yang ditimbulkan (Joni dan Lina, 2010). Struktur modal
modalnya (Saleem et al. 2013). Modal sebagai komponen struktur modal relevan
dengan nilai perusahaan, dan jangka panjang hutang juga ditemukan menjadi
to equty ratio. Debt to equity ratio (DER) merupakan rasio yang digunakan untuk
menilai hutang dengan ekuitas. Rasio ini diukur dengan membandingkan antara
melihat tingkat risiko tak terbayarkan suatu hutang dan juga karena merupakan
pertumbuhan perusahaan di sisi lain. Dividen yang diterima pada saat ini akan
mempunyai nilai yang lebih tinggi daripada capital gain yang akan diterima di
masa yang akan datang, sehingga investor yang tidak bersedia berspekulasi akan
apabila pasar bereaksi pada saat pengumuman tersebut diterima. Reaksi tersebut
dapat dijadikan dasar untuk mengetahui apakah hal ini mendukung dividend
dimana suatu pihak memiliki informasi yang lebih banyak daripada pihak lain
(Pramastuti, 2007).
Ratio, Debt to Equity Ratio dan Dividend Payout Ratio terhadap nilai perusahaan,
dimana dari penelitian tersebut ditemukan hasil yang beragam. Sari & Wijayanto
8
(2015), Faridah (2016), Widodo (2016), Rafika & Santoso (2017), Nelwan &
Tulung (2018), Ahmad et.al (2020) menemukan bahwa Price Earning Ratio
& Amanah (2014), Maimunah & Hilal (2014), Ratnasari et.al (2017), serta
Salama et.al (2019) menemukan bahwa Price Earning Ratio tidak berpengaruh
Maimunah & Hilal (2014), Sari & Wijayanto (2015), Ningrum & Priyadi (2017),
Rafika & Santoso (2017) serta Nelwan & Tulung (2018) menemukan bahwa Debt
Gayatri & Mustanda (2016), Faridah (2016), Widodo (2016), Ratnasari et.al
(2017), dan Salama et.al (2019) menemukan bahwa Debt to Equity Ratio tidak
Achmad & Amanah (2014), Widodo (2016), Ningrum & Priyadi (2017) serta
positif terhadap nilai perusahaan. Sedangkan Ananta, et.al (2014), Ningsih &
Indarti (2014), Maimunah & Hilal (2014), Sari & Wijayanto (2015), Gayatri &
Mustanda (2016), Ratnasari, et.al (2017), Nelwan & Tulung (2018), Ahmad, et.al
nilai perusahaan.
9
Hasil yang tidak konsisten dari peneliti terdahulu mengenai pengaruh Price
Earning Ratio, Debt to Equity Ratio dan Dividend Payout Ratio terhadap nilai
menjadi barang jadi yang dapat menambah nilai guna barang tersebut. Manufaktur
pengambilan sampel dapat lebih bervariasi. Jenis industri manufaktur dari tahun
penelitian.
Dari hasil data yang mendukung, fenomena yang ada dan adanya perbedaan
hasil penelitian terdahulu pada latar belakang permasalahan di atas, maka peneliti
Earning Ratio, Debt to Equity Ratio dan Dividend Payout Ratio Terhadap Nilai
Periode 2014-2017).
10
Berdasarkan pada uraian latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka
penulis mengajukan beberapa rumusan masalah yang akan diteliti adalah sebagai
berikut:
perusahaan.
perusahaan.
perusahaan.
a. Manfaat Praktis
1. Bagi investor
2. Bagi perusahaan
perusahaan.
3. Bagi peneliti
perusahaan.
b. Manfaat Teoritis