Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Memaksimalkan nilai merupakan tujuan utama suatu perusahaan (Bringham

dan Houston, 2010, p.132). Nilai perusahaan akan tercermin dari harga sahamnya

(Fama, 1978; Wright dan Ferris, 1997). Harga saham di pasar modal terbentuk

berdasarkan kesepakatan antara permintaan dan penawaran investor, sehingga

harga saham merupakan fair price yang dapat dijadikan sebagai proksi nilai

perusahaan (Hasnawati, 2005a dan 2005b). Harga saham merupakan pencerminan

kemampuan unit bisnis untuk menghasilkan keuntungan dengan menggunakan

sumber daya perusahaan secara efisien, sehingga semakin tinggi keuntungan

perusahaan, maka nilai perusahaan juga akan semakin tinggi (Wright dan Ferris,

1997).

Nilai perusahaan dapat dilihat apabila nilai pasar dan nilai buku perusahaan

dari ekuitasnya sudah diketahui. Nilai pasar dibagi dengan nilai buku merupakan

cara mengukur nilai perusahaan. Nilai buku adalah nilai saham menurut

pembukuan perusahaan. Nilai buku per lembar saham menunjukkan aktiva bersih

per lembar saham yang dimiliki oleh pemegang saham. Berbeda dengan nilai

buku, nilai pasar merupakan harga saham di bursa efek dimana nilai pasar

ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham di bursa efek yang dilakukan

para pelaku pasar (Alwi, 2003:67-68).

Pengelolaan sebuah perusahaan lazimnya bertujuan memaksimumkan

kemakmuran pemegang saham (stokcholders). Kemakmuran para pemegang

1
2

saham dapat dilihat dari nilai perusahaannya, semakin tinggi nilai perusahaan,

semakin tinggi pula kemakmuran pemegang saham, sehingga dapat dikatakan

bahwa nilai perusahaan yang tinggi akan menjadi keinginan para pemilik modal.

Dewasa ini, perkembangan dunia usaha yang semakin pesat mengakibatkan

terciptanya persaingan yang ketat dalam dunia usaha. Oleh karena itu, untuk dapat

menarik minat investor maka perusahaan dituntut agar dapat memiliki manajemen

yang baik. Manajer harus dapat menetapkan arah kebijakan yang tepat bagi

perusahaannya agar dapat mempertahankan eksistensinya di dalam dunia usaha.

Namun, dalam kenyataannya masih terdapat beberapa perusahaan yang

masih memiliki nilai perusahaan yang rendah dan mengalami fluktuasi dari tahun

ke tahun. Terutama pada perusahaan sektor Manufaktur yang terdaftar Bursa Efek

Indonesia (BEI). Berikut adalah tabel perhitungan rata-rata nilai perusahaan yang

dikonfirmasikan melalui Price Book Value (PBV).


3

Tabel 1.1 Rata-rata PBV Perusahaan Manufaktur Periode 2014-2017

No Kode Emiten 2014 2015 2016 2017 Rata-rata


1 ASII 2,50 1,92 2,54 2,15 2,28
2 AUTO 1,41 0,76 0,96 0,92 1,01
3 BATA 0,03 2,14 1,81 1,27 1,31
4 BRAM 1,30 0,83 0,01 1,16 0,83
5 CPIN 5,66 3,39 3,47 13,10 6,41
6 EKAD 1,32 1,16 0,79 0,75 1,01
7 GGRM 3,51 2,78 3,72 18,48 7,12
8 HMSP 22,29 13,66 14,51 16,13 16,65
9 ICBP 5,08 4,79 5,61 5,11 5,15
10 INDF 1,44 1,05 1,55 1,43 1,37
11 INKP 0,19 0,14 0,15 0,71 0,30
12 INTP 3,71 3,44 2,23 3,29 3,17
13 KLBF 8,74 5,66 6,01 5,97 6,60
14 SIDO 3,47 3,18 3,05 2,99 3,17
15 SMBR 1,38 0,97 9,08 11,05 5,62
16 SMSM 5,96 4,76 3,62 4,10 4,61
17 SRIL 1,07 1,89 1,07 1,30 1,33
18 TKIM 0,10 0,10 0,16 0,68 0,26
19 TOTO 3,20 4,81 3,26 2,50 3,44
20 TRIS 1,20 0,95 0,98 0,92 1,01
21 UNVR 43,14 58,48 46,67 82,44 57,68
22 WTON 5,09 3,18 3,02 1,59 3,22
Sumber: IDX

Dari tabel 1.1 diatas nilai perusahaan yang dihitung dengan Price Book

Value (PBV) dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2017 menunjukkan nilai rata-

rata PBV dari tiap perusahaan berbeda-beda. Terdapat 22 perusahaan manufaktur

yang menjadi sampel perhitungan rata-rata nilai PBV. Perusahaan yang memiliki

nilai PBV positif adalah yang nilai PBV nya lebih dari angka 1 atau PBV >1,

terdapat 13 perusahaan yang memiliki nilai perusahaan yang positif. Sedangkan 3

perusahaan lainnya menunjukkan bahwa nilai perusahaannya bernilai negatif

karena nilainya kurang dari 1 atau PBV <1.


4

Kemudian apabila dilihat dari perkembangan nilai perusahaan yang terdapat

dalam tabel diatas, semua contoh perusahaan dalam tabel dari tahun 2014 sampai

dengan tahun 2017 mengalami fluktuasi nilai perusahaan. Fluktuasi nilai

perusahaan yang berbeda-beda tiap perusahaan dapat menimbulkan masalah,

padahal diharapkan nilai perusahaan seharusnya mengalami peningkatan atau tren

yang positif dari tahun ke tahun. Kondisi perusahaan inilah yang menjadikan nilai

perusahaan sebagai obyek yang menarik untuk diteliti lebih lanjut.

Nilai perusahaan yang optimal dapat dicapai melalui pelaksanaan fungsi

manajemen keuangan, dimana satu keputusan keuangan yang diambil akan

mempengaruhi keputusan keuangan lainnya dan berdampak pada nilai perusahaan

(Fama dan French, 1998). Menurut Moeljadi (2006) terdapat berbagai keputusan

keuangan (finalcial decision) yang relevan dan mempunyai pengaruh bagi

peningkatan nilai perusahaan. Keputusan keuangan itu meliputi (1) keputusan

investasi (investment decision); (2) keputusan pendanaan (financing decision);

dan (3) keputusan dividen (dividend decision). Hal ini mengartikan bahwa

pelaksanaan manajemen keuangan yang baik akan mencerminkan nilai

perusahaan yang baik pula.

Investasi modal merupakan salah satu aspek utama dalam keputusan

investasi selain penentuan komposisi aktiva. Keputusan pengalokasian modal ke

dalam usulan investasi harus dievaluasi dan dihubungkan dengan risiko dan hasil

yang diharapkan (Hasnawati, 2005a). Menurut signaling theory, pengeluaran

investasi memberikan sinyal positif mengenai pertumbuhan perusahaan di masa


5

yang akan datang, sehingga dapat meningkatkan harga saham yang digunakan

sebagai indikator nilai perusahaan (Wahyudi dan Pawestri, 2006).

Salah satu rasio yang mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan

sehingga dapat digunakan untuk pengambilan keputusan investasi adalah price

earning ratio. Rasio ini dilihat oleh investor sebagai suatu ukuran kemampuan

perusahaan untuk menghasilkan laba di masa yang akan datang. Perhitungan yang

paling umum dari price earning ratio adalah menggunakan laba per lembar saham

untuk tahun buku terbaru, yang menghasilkan price earning ratio saat ini

(Truong, 2009). Price earning ratio merupakan pendekatan yang lebih populer

dipakai dikalangan analis saham dan praktisi. Informasi PER mengindikasikan

besarnya rupiah yang harus dibayar investor untuk memperoleh satu rupiah

earning perusahaan (Tandelilin, 2010: 320). Menurut Bhayo et al. (2011)

perusahaan dengan tingkat pendapatan yang sama, ukuran yang sama dan

memiliki industri yang sama mungkin memiliki price eraning ratio yang berbeda.

Karena harga pasar menunjukkan ekspektasi investor tentang laba masa depan

dibandingkan dengan laba saat ini.

Keputusan yang menyangkut investasi akan menentukan sumber dan bentuk

dana untuk pembiayaannya. Masalah yang harus dijawab dalam keputusan

pendanaan yang dihubungkan dengan sumber dana adalah apakah sumber internal

atau eksternal, besarnya hutang dan modal sendiri, dan bagaimana tipe hutang dan

modal yang akan digunakan, mengingat struktur pembiayaan akan menentukan

cost of capital yang akan menjadi dasar penentuan required return yang

diinginkan (Hasnawati, 2005a).


6

Keputusan pendanaan keuangan perusahaan akan sangat menentukan

kemampuan perusahaan dalam melakukan aktivitas operasinya selain juga

berpengaruh terhadap risiko perusahaan itu sendiri. Jika perusahaan meningkatkan

porsi hutangnya, maka perusahaan ini dengan sendirinya akan meningkatkan

risiko keuangan. Perusahaan juga harus memperhatikan masalah pajak, untuk itu

sebagian manajer tidak sepenuhnya mendanai perusahaannya dengan modal

sendiri, tetapi disertai penggunaan hutang karena pertimbangan atas manfaat

pengurangan pajak yang ditimbulkan (Joni dan Lina, 2010). Struktur modal

menunjuk pada perbedaan pilihan yang digunakan perusahaan untuk membiayai

modalnya (Saleem et al. 2013). Modal sebagai komponen struktur modal relevan

dengan nilai perusahaan, dan jangka panjang hutang juga ditemukan menjadi

penentu utama nilai perusahaan (Antwi, 2012).

Salah satu rasio yang mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan

sehingga dapat digunakan untuk pengambilan keputusan pendanaan adalah debt

to equty ratio. Debt to equity ratio (DER) merupakan rasio yang digunakan untuk

menilai hutang dengan ekuitas. Rasio ini diukur dengan membandingkan antara

hutang termasuk hutang lancar dengan seluruh ekuitas (Kasmir, 2013:157).

Menurut Fransiska (2013) debt to equity ratio diketahui dapat memberikan

gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki perusahaan sehingga dapat

melihat tingkat risiko tak terbayarkan suatu hutang dan juga karena merupakan

salah satu rasio pengelolaan modal yang mencerminkan kemampuan perusahaa

membiayai usahanya dengan pinjaman dana yang disediakan pemegang saham.


7

Para investor memiliki tujuan utama untuk meningkatkan kesejahteraan

dengan mengharapkan pengembalian dalam bentuk dividen maupun capital gain,

sedangkan perusahaan mengharapkan pertumbuhan secara terus menerus untuk

mempertahankan kelangsungan hidupnya sekaligus memberikan kesejahteraan

kepada para pemegang sahamnya, sehingga kebijakan dividen penting untuk

memenuhi harapan pemegang saham terhadap dividen dengan tidak menghambat

pertumbuhan perusahaan di sisi lain. Dividen yang diterima pada saat ini akan

mempunyai nilai yang lebih tinggi daripada capital gain yang akan diterima di

masa yang akan datang, sehingga investor yang tidak bersedia berspekulasi akan

lebih menyukai dividen daripada capital gain (Prihantoro, 2003).

Pengumuman dividen seringkali dianggap memiliki kandungan informasi

apabila pasar bereaksi pada saat pengumuman tersebut diterima. Reaksi tersebut

dapat dijadikan dasar untuk mengetahui apakah hal ini mendukung dividend

signaling theory atau rent extraction hypothesis. Dividend signaling theory

menjelaskan bahwa informasi tentang dividen yang dibayarkan digunakan oleh

investor sebagai sinyal perusahaan di masa mendatang. Prinsip signaling ini

mengajarkan bahwa setiap tindakan mengandung informasi. Hal ini disebabkan

karena adanya asymetric information. Asymetric information adalah kondisi

dimana suatu pihak memiliki informasi yang lebih banyak daripada pihak lain

(Pramastuti, 2007).

Terdapat beberapa penelitian yang berkaitan dengan variabel Price Earning

Ratio, Debt to Equity Ratio dan Dividend Payout Ratio terhadap nilai perusahaan,

dimana dari penelitian tersebut ditemukan hasil yang beragam. Sari & Wijayanto
8

(2015), Faridah (2016), Widodo (2016), Rafika & Santoso (2017), Nelwan &

Tulung (2018), Ahmad et.al (2020) menemukan bahwa Price Earning Ratio

berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Namun, dalam penelitian Achmad

& Amanah (2014), Maimunah & Hilal (2014), Ratnasari et.al (2017), serta

Salama et.al (2019) menemukan bahwa Price Earning Ratio tidak berpengaruh

terhadap nilai perusahaan.

Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Achmad & Amanah (2014),

Maimunah & Hilal (2014), Sari & Wijayanto (2015), Ningrum & Priyadi (2017),

Rafika & Santoso (2017) serta Nelwan & Tulung (2018) menemukan bahwa Debt

to Equity Ratio berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Namun, dalam

penelitian Pamungkas & Puspaningsih (2013), Clementin & Priyadi (2016),

Gayatri & Mustanda (2016), Faridah (2016), Widodo (2016), Ratnasari et.al

(2017), dan Salama et.al (2019) menemukan bahwa Debt to Equity Ratio tidak

berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Sartini & Purbawangsa (2014),

Achmad & Amanah (2014), Widodo (2016), Ningrum & Priyadi (2017) serta

Salama, et.al (2019) menemukan bahwa Dividend Payout Ratio berpengaruh

positif terhadap nilai perusahaan. Sedangkan Ananta, et.al (2014), Ningsih &

Indarti (2014), Maimunah & Hilal (2014), Sari & Wijayanto (2015), Gayatri &

Mustanda (2016), Ratnasari, et.al (2017), Nelwan & Tulung (2018), Ahmad, et.al

(2020) menemukan bahwa Dividend Payout Ratio tidak berpengaruh terhadap

nilai perusahaan.
9

Hasil yang tidak konsisten dari peneliti terdahulu mengenai pengaruh Price

Earning Ratio, Debt to Equity Ratio dan Dividend Payout Ratio terhadap nilai

perusahaan menjadikan ketiga variabel independen tersebut menjadi menarik

untuk dilakukan penelitian ulang. Perbedaan dalam penelitian ini adalah

menggunakan data yang terbaru sehingga mampu merefleksikan keadaan

perusahaan saat ini yang sebenarnya.

Perusahaan Manufaktur merupakan industri yang mengolah barang mentah

menjadi barang jadi yang dapat menambah nilai guna barang tersebut. Manufaktur

merupakan industri terbesar yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sehingga

pengambilan sampel dapat lebih bervariasi. Jenis industri manufaktur dari tahun

ke tahun mempunyai potensi pasar yang semakin berkembang, dilihat dari

semakin banyaknya perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI),

maka dalam penelitian ini perusahaan Manufaktur dijadikan sebagai subjek

penelitian.

Dari hasil data yang mendukung, fenomena yang ada dan adanya perbedaan

hasil penelitian terdahulu pada latar belakang permasalahan di atas, maka peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh pengaruh Price

Earning Ratio, Debt to Equity Ratio dan Dividend Payout Ratio Terhadap Nilai

Perusahaan (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI

Periode 2014-2017).
10

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka

penulis mengajukan beberapa rumusan masalah yang akan diteliti adalah sebagai

berikut:

1. Apakah Price Earning Ratio berpengaruh terhadap nilai perusahaan?

2. Apakah Debt to Equity Ratio berpengaruh terhadap nilai perusahaan?

3. Apakah Dividend Payout Ratio berpengaruh terhadap nilai perusahaan?

4. Apakah Price Earning Ratio, Debt to Equity Ratio dan Dividend

Payout Ratio secara simultan berpengaruh terhadap nilai perusahaan?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Menguji dan mengkaji pengaruh Price Earning Ratio terhadap nilai

perusahaan.

2. Menguji dan mengkaji pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap nilai

perusahaan.

3. Menguji dan mengkaji pengaruh Dividend Payout Ratio terhadap nilai

perusahaan.

4. Menguji dan mengkaji pengaruh Price Earning Ratio, Debt to Equity

Ratio dan Dividend Payout Ratio terhadap nilai perusahaan.


11

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat bagi para

penggunanya, antara lain yaitu:

a. Manfaat Praktis

1. Bagi investor

Dengan adanya kajian ini diharapkan dapat dijadikan bahan dalam

menentukan kebijakan dalam menetapkan keputusan keuangan.

2. Bagi perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada

perusahaan terkait dengan masalah yang berkaitan dengan keputusan

investasi, keputusan pendanaan dan kebijakan dividen serta nilai

perusahaan.

3. Bagi peneliti

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan peneliti mengenai nilai

perusahaan.

b. Manfaat Teoritis

1. Dapat memberikan tambahan pengetahuan dan wawasan khususnya

mengenai nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang listing

di Bursa Efek Indonesia.

2. Dapat memberikan kontribusi pada pengembangan teori, terutama

kajian dalam akuntansi keuangan mengenai nilai perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai