PENDAHULUAN
pendanaan perusahaan terdiri dari sumber yang berasal dari dalam perusahaan dan
sumber yang berasal dari luar perusahaan. Pendanaan yang bersumber dari dalam
perusahaan adalah modal yang dihasilkan sendiri oleh perusahaan, seperti laba
perusahaan adalah dana yang diperoleh dari para kreditur dan investor. Salah satu
cara untuk memperoleh dana dari luar perusahaan ialah dengan melakukan go
bursa efek dan siap dinilai oleh publik secara terbuka. Menurut Jogiyanto (2007:
Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Setelah
efektif dari OJK, perusahaan mulai melakukan penawaran umum saham. Saham
1
2
yang biasa disebut initial public offering (Jogiyanto, 2007: 29). Ang (1997)
(penjamin emisi). Sementara itu, harga saham yang terjadi di pasar sekunder
2004).
Harga saham yang lebih rendah di pasar perdana dibanding dengan harga
Sebaliknya, harga saham yang lebih tinggi di pasar perdana dibanding dengan
harga saham di pasar sekunder pada hari pertama disebut dengan overpricing
(Hanafi, 2004). Rock (1986) dan Husnan (1994) merumuskan harga saham pada
waktu IPO lebih murah dibandingkan dengan harga di pasar sekunder setelah IPO.
Pada pasar modal Indonesia, hal ini dapat diketahui dari 126 perusahaan yang
return yang positif. Tingkat underpricing yang tinggi menunjukkan bahwa harga
saham pada saat penawaran perdana secara merata dapat dikatakan murah.
3
underwriter, dan investor. Menurut Beatty (1989), asimetri informasi dapat terjadi
antara perusahaan emiten dengan underwriter (Model Baron) atau antara informed
dan Manaster, 1990; Sandhiaji, 2004; Hapsari, 2012; Kristiantari, 2013), reputasi
auditor (Hapsari, 2012), umur perusahaan (Carter dan Manaster, 1990; Sandhiaji,
Mezhoud, 2011; Hapsari, 2012) dan return on equity (Yolana dan Martani, 2005;
Hapsari, 2012).
saham atau obligasi untuk pertama kalinya, yaitu pada saat go public (Ang, 1997).
bereputasi tinggi akan menetapkan harga yang lebih tinggi yang menyebabkan
tingkat underpricing rendah. Carter dan Manaster (1990), Shandiaji (2004), Yasa
Yolana dan Martani (2005), Sharralisa (2012), Wiguna dan Yadnyana (2015)
underpricing.
Reputasi auditor yang tinggi dapat digunakan sebagai tanda atau petunjuk
terhadap kualitas emiten (Holland dan Horton, 1993). Emiten yang menggunakan
auditor bereputasi tinggi akan dinilai positif oleh investor. Hal ini dikarenakan
laporan keuangan yang diaudit oleh auditor bereputasi tinggi dianggap lebih
(2004), Suyatmin dan Sujadi (2006) dan Kristiantari (2013) menemukan bahwa
yang telah lama berdiri akan lebih dikenal masyarakat luas, sehingga investor
secara khusus akan lebih percaya dibanding dengan perusahaan yang relatif baru
(Trisnawati, 1999). Carter dan Manaster (1990) dan Sandhiaji (2004) menemukan
besar memiliki informasi yang lebih banyak dan lebih mudah diperoleh investor
daripada perusahaan kecil. Hal ini akan mengurangi asimetri informasi pada
(2004), Yolana dan Martani (2005), Boubaker dan Mezhoud (2011), Hapsari
efektifitas perusahaan (Yolana dan Martani, 2005). ROE yang tinggi dapat
tersebut memiliki kualitas yang baik. Penelitian Yolana dan Martani (2005)
saham yang dilepas dan ditahan oleh pemilik. Persentase kepemilikan yang
dimiliki oleh pemilik atau manajer (Leland & Phyle, 1997). Informasi tingkat
yang ditahan atau semakin kecil persentase saham yang ditawarkan, akan
maka peneliti termotivasi meneliti kembali pada periode yang berbeda untuk
return on equity, dan persentase saham yang ditawarkan. Berdasarkan uraian yang
telah dipaparkan dalam latar belakang, maka penelitian ini diberi judul “Studi
underpricing?
underpricing.
8
1. Manfaat Teoritis
terhadap teori asimetri informasi, signalling theory dan teori underpricing yang
2. Manfaat Praktis
Initial Public Offering (IPO) pada periode Januari 2010 - Desember 2014 di Bursa
Efek Indonesia.