deskripsi laba bersih, ekuitas, jumlah saham yang ditawarkan saat penawaran
perdana, total listed share, harga penawaran perdana dan harga saham penutupan.
Laba bersih adalah salah satu unsur untuk menghitung ROE, yang
dengan jumlah ekuitas yang relatif konstan berpeluang memiliki ROE yang tinggi.
tertinggi adalah PT. Salim Ivomas Pratama Tbk yang bergerak dalam sektor
Perusahaan sampel yang memiliki laba bersih terendah adalah PT. Evergreen
Ivesco Tbk yang bergerak dalam sektor perdagangan, jasa dan investasi. Jumlah
55
56
5.1.1.2 Ekuitas
Ekuitas adalah salah satu unsur untuk menghitung ROE. ROE dihitung
dengan membagi laba bersih dengan ekuitas. Perusahaan yang memiliki laba
bersih tinggi dengan jumlah ekuitas yang relatif konstan atau ekuitas yang
memiliki ROE yang tinggi. Ekuitas perusahaan sampel pada periode terakhir
adalah PT. Salim Ivomas Pratama Tbk yang bergerak dalam sektor pertanian.
yang memiliki ekuitas terendah adalah PT. Sidomulyo Selaras Tbk yang bergerak
dalam sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi. Jumlah ekuitas yang dimiliki
Jumlah saham yang ditawarkan dalam penelitian ini adalah jumlah saham
yang ditawarkan oleh perusahaan pada saat melakukan penawaran umum perdana.
Jumlah saham yang ditawarkan adalah salah satu unsur untuk menghitung
persentase saham yang ditawarkan, yang dibandingkan dengan total listed share.
sampel ialah sebanyak 6.150.000.000 lembar saham, yaitu pada PT. Agung
Podomoro Land Tbk yang bergerak dalam sektor properti, real estat dan
perusahaan sampel ialah sebanyak 88.000.000 lembar saham, yaitu pada PT. Bali
Towerindo Sentra Tbk yang bergerak dalam sektor infrastruktur, utilitas dan
transportasi.
Total listed share atau jumlah saham yang beredar adalah salah satu unsur
perusahaan yang dijadikan sampel penelitian dapat dilihat pada Lampiran 4 Tabel
4.
share perusahaan sampel yang melakukan IPO periode 2010-2014 ialah sebanyak
tertinggi adalah PT. Agung Podomoro Land Tbk yang bergerak dalam sektor
properti, real estat dan konstruksi bangunan. Total listed share perusahaan ialah
share terendah adalah PT. Bali Towerindo Sentra Tbk yang bergerak dalam sektor
harga penawaran atas saham yang ditawarkan perusahaan di pasar perdana. Harga
penawaran di pasar perdana merupakan salah satu unsur untuk menghitung initial
dengan harga saham penutupan hari pertama di pasar sekunder akan memiliki
perdana perusahaan yang dijadikan sampel penelitian dapat dilihat pada Lampiran
4 Tabel 5.
sebesar Rp. 1.057,- per lembar saham. Perusahaan sampel yang memiliki harga
penawaran perdana tertinggi adalah PT. Siloam Internasional Hospitals Tbk yang
bergerak dalam sektor perdagangan, jasa dan investasi. Harga penawaran perdana
perusahaan ialah sebesar Rp. 9.000,- per lembar saham. Perusahaan sampel yang
memiliki harga penawaran perdana terendah adalah PT. Star Petrochem Tbk yang
bergerak dalam sektor aneka industri. Harga penawaran perdana perusahaan ialah
Harga saham penutupan (closing price) dalam penelitian ini adalah harga
saham penutupan hari pertama di pasar sekunder atas saham yang ditawarkan
perusahaan. Harga saham penutupan adalah salah satu unsur untuk menghitung
initial return perusahaan. Harga saham penutupan yang tinggi dibandingkan harga
59
penawaran perdana, maka akan berdampak pada initial return perusahaan. Harga
saham penutupan perusahaan yang dijadikan sampel penelitian dapat dilihat pada
Lampiran 4 Tabel 6.
Rp. 1.260,- per lembar saham. Perusahaan sampel yang memiliki harga saham
penutupan tertinggi adalah PT. Siloam Internasional Hospitals Tbk yang bergerak
dalam sektor perdagangan, jasa dan investasi. Harga saham penutupan perusahaan
ialah sebesar Rp. 10.050,- per lembar saham. Perusahaan sampel yang memiliki
harga saham penutupan terendah adalah PT. Star Petrochem Tbk yang bergerak
dalam sektor aneka industri. Harga saham penutupan perusahaan ialah sebesar Rp.
terdapat dalam Fact Book 50 Most Active IDX Members. Reputasi underwriter
yang menjamin pelaksanaan IPO perusahaan sampel dapat dilihat pada Lampiran
4 Tabel 7.
underwriter tersebut.
pertama yaitu PT. Credit Suisse Securities Indonesia yang menjamin pelaksanaan
IPO PT. Blue Bird Tbk yang IPO di tahun 2014. Skor reputasi underwriter
yang menjamin PT. Minna Padi Tbk dan PT. Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk.
reputasi auditor menggunakan skala 1 untuk auditor yang bereputasi baik dan 0
untuk auditor yang bereputasi kurang baik. Auditor yang bereputasi baik adalah
auditor yang afiliasinya masuk dalam peringkat big four. Dengan demikian,
semakin tinggi peringkat afiliasi auditor dalam big four maka auditor dikatakan
semakin bereputasi.
auditor yang afiliasinya masuk dalam peringkat big four saat melakukan IPO
auditor yang afiliasinya tidak termasuk dalam peringkat big four. KAP yang
adalah KAP Aryanto, Amir Jusuf, Mawar & Saptoto yaitu sebanyak 9 perusahaan.
Disusul oleh KAP Purwantono, Suherman & Surja yang masuk dalam kategori
61
Wibisana, Rintis & Rekan serta KAP Siddharta Widjaja & Rekan yang afiliasinya
masuk dalam peringkat big four tidak menangani perusahaan yang melakukan
IPO selama periode pengamatan. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang
melakukan IPO periode 2010-2014 lebih banyak menggunakan jasa auditor yang
Perusahaan sampel yang memiliki umur tertinggi adalah PT. Bank Agris
Tbk yang bergerak dalam sektor keuangan dengan umur 41 tahun. PT. Bank Agris
Tbk berdiri pada tanggal 13 November 1973 dan melakukan IPO pada tanggal 22
Desember 2014. Perusahaan sampel yang memiliki umur terendah adalah PT.
Midi Utama Indonesia Tbk yang bergerak dalam sektor perdagangan, jasa dan
investasi serta PT. Star Petrochem Tbk yang bergerak dalam sektor aneka industri
dengan umur yaitu 3 tahun. PT Midi Utama Tbk berdiri pada tanggal 28 Juni 2007
dan melakukan IPO pada tanggal 30 November 2010. PT. Star Petrochem Tbk.
berdiri pada tanggal 19 Mei 2008 dan melakukan IPO pada tanggal 13 Juli 2011.
62
bahwa rata-rata total aktiva perusahaan sampel pada periode terakhir sebelum
Perusahaan sampel yang memiliki total aktiva tertinggi adalah PT. BPD
Jawa Timur Tbk yang bergerak dalam sektor keuangan. Total aktiva yang dicapai
aktiva terendah adalah PT. Sidomulyo Selaras Tbk yang bergerak dalam sektor
infrastruktur, utilitas dan transportasi. Total aktiva yang dicapai adalah sebesar
Rp. 143.361.000.000,-.
perusahaan hasilkan untuk setiap rupiah yang ditanamkan investor pada suatu
perusahaan.
adalah 21,74%. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan yang melakukan
63
Perusahaan sampel yang memiliki ROE tertinggi adalah PT. Harum Energy Tbk
101,16%. Perusahaan sampel yang memiliki ROE terendah adalah PT. Evergreen
Invesco Tbk yang bergerak dalam sektor perdagangan, jasa dan investasi. ROE
yang ditawarkan pada saat IPO dengan total listed share perusahaan. Berdasarkan
ditawarkan perusahaan sampel adalah 23,37%. Hal ini menunjukkan bahwa rata-
sebesar 52,53% yaitu pada PT. Bank Nationalnobu Tbk yang bergerak dalam
lembar saham dari 4.104.371.700 lembar sahamnya yang terdaftar di Bursa Efek
sampel adalah sebesar 7,96% yaitu pada PT. Blue Bird Tbk yang bergerak dalam
5.1.2.7 Underpricing
melakukan IPO. Initial return diukur dengan menghitung selisih antara harga
saham penutupan hari pertama di pasar sekunder dengan harga saham penawaran
return perusahaan sampel sebesar 32,75%. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata
Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk yang bergerak dalam sektor properti, real estat
Rp. 170,- per lembar saham dan harga saham penutupan hari pertama di pasar
sekunder sebesar Rp. 355,- per lembar saham. Sedangkan, perusahaan sampel
yang memiliki initial return terendah adalah PT. Trisula International Tbk yang
bergerak dalam sektor aneka industri. Initial return perusahaan ialah sebesar
penawaran Rp. 300,- per lembar saham dan harga saham penutupan hari pertama
normal dan data yang hilang (missing value). Data screening yang digunakan
a. Uji Normalitas
normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah model yang memiliki nilai
residual yang terdistribusi normal (Ghozali, 2001: 91). Dalam penelitian ini, untuk
(K-S) dengan tingkat signifikansi 5% atau 0,05. Hasil uji normalitas pada Tabel 1
(Asymp. Sig (2-tailed)) > 0,05 yaitu sebesar 0,200. Sehingga dapat disimpulkan
Uji missing value ditujukan untuk mengetahui apakah terdapat nilai atau
data yang terlewat (hilang) dari sebuh isian kuesioner, test atau instrumen lainnya.
Dalam penelitian ini, uji missing value tidak dilakukan karena berdasarkan kriteria
66
sampel, perusahaan yang tidak memiliki data lengkap tidak dipilih sebagai
sampel.
c. Uji Outlier
Uji Outlier ditujukan untuk mengetahui apakah terdapat data yang sangat
berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai
ektrim baik untuk sebuah variabel tunggu atau variabel kombinasi. Untuk
outlier, maka digunakan standar nilai Z > 2,5 atau Z < -2,5.
dikeluarkan dari sampel penelitian karena memiliki data yang outlier. Setelah
Uji asumsi klasik bertujuan untuk memastikan bahwa model regresi telah
memenuhi kriteria Best Linear Unbiased Estimator (BLUE). Uji asumsi klasik yang
Inflation Factors (VIF) dan uji autokorelasi dengan menggunakan Durbin Watson
statistik.
67
a. Uji Multikolinearitas
value dan Variance Inflation Factor (VIF). Batas tolerance value adalah 0,10 dan
VIF adalah 10. Apabila nilai tolerance value kurang dari 0,10 atau VIF lebih
dari semua variabel independen lebih besar dari 0,10 dan nilai VIF lebih kecil dari
b. Uji Heteroskedastisitas
pengamatan yang lain tetap maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda
masing-masing variabel bebas adalah di atas 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan
bahwa tidak ada satupun variabel bebas yang signifikan mempengaruhi nilai
68
heteroskedastisitas.
c. Uji Autokorelasi
dalam model regresi. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem
2,301. Nilai ini akan dibandingkan dengan nilai signifikansi 5%, jumlah sampel
1,317. Nilai DW 2,301 lebih besar dari dU sebesar 1,317 dan nilai (4-dU) yaitu
4 – 2,301 = 1,699 lebih besar dari 1,317. Selain itu, Nilai DW sebesar 2,301
dibandingkan dengan ketentuan nilai Durbin Watson yang terdapat dalam Algifari
(1997), yaitu jika nilai DW sebesar 1,55 hingga 2,46 berarti tidak ada
bantuan program SPSS Versi 23 for Windows berdasarkan data penelitian dapat
Tabel 5.1
Hasil Analisis Regresi Linear Berganda
Unstandardized Coeffisients
Model t Signifikansi
B Std. Error
(Constant) 40,474 58,249 0,695 0,491
UR -0,645 0,305 -2,118 0,040
AR -12,879 10,794 -1,193 0,239
AGE 0,099 0,397 0,250 0,804
SIZE 3,899 4,152 0,939 0,353
ROE -0,467 0,201 -2,324 0,025
PSO -0,313 0,369 -0,848 0,401
R 0,575
R Square 0,330
Fhitung 3,783
Sumber: Data sekunder yang diolah SPSS, 2017
sebagai berikut:
berikut:
underpricing dengan reputasi underwriter. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi
variabel lain konstan, nilai underpricing perusahaan sampel akan menurun sebesar
0,645.
underpricing dengan reputasi auditor. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi
variabel lain konstan, nilai underpricing perusahaan sampel akan menurun sebesar
12,879.
perusahaan. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi umur perusahaan maka
sebesar 0,099 mengandung makna bahwa ketika variabel lain konstan, nilai
ukuran perusahaan. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi ukuran perusahaan maka
sebesar 3,899 mengandung makna bahwa ketika variabel lain konstan, nilai
terdapat hubungan yang bertolak belakang antara underpricing dengan ROE. Hal
71
ini berarti bahwa semakin tinggi ROE maka underpricing akan semakin rendah.
ketika variabel lain konstan, nilai underpricing perusahaan sampel akan menurun
sebesar 0,467.
underpricing dengan persentase saham yang ditawarkan. Hal ini berarti bahwa
sebesar -0,313 mengandung makna bahwa ketika variabel lain konstan, nilai
fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual. Secara statistik uji kebaikan
diperoleh R2 sebesar 0,330. Hal ini berarti 33% variabel underpricing dapat
saham. Sedangkan 67% sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
5.1.3.2.2Pengujian Hipotesis
ke dalam model regresi, terdapat dua variabel yang berpengaruh signifikan pada
sebesar 95% atau (α) = 0,05. Sedangkan variabel-variabel lainnya, yaitu reputasi
Penjelasan dari pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
bahwa nilai signifikansi variabel reputasi underwriter sebesar 0,040 yang lebih
kecil jika dibandingkan dengan (α) = 0,05. Hal ini berarti secara statistik reputasi
koefisien regresi dari variabel reputasi underwriter adalah negatif. Hal ini
bahwa nilai signifikansi variabel reputasi auditor sebesar 0,239 yang lebih besar
jika dibandingkan dengan (α) = 0,05. Hal ini berarti secara statistik reputasi
bahwa nilai signifikansi variabel umur perusahaan sebesar 0,804 yang lebih besar
jika dibandingkan dengan (α) = 0,05. Hal ini berarti secara statistik umur
bahwa nilai signifikansi variabel ukuran perusahaan sebesar 0,353 yang lebih
besar jika dibandingkan dengan (α) = 0,05. Hal ini berarti secara statistik ukuran
bahwa nilai signifikansi variabel return on equity sebesar 0,025 yang lebih kecil
jika dibandingkan dengan (α) = 0,05. Hal ini berarti secara statistik ROE memiliki
variabel ROE adalah negatif. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi ROE
Underpricing
bahwa nilai signifikansi variabel persentase saham yang ditawarkan sebesar 0,401
yang lebih besar jika dibandingkan dengan (α) = 0,05. Hal ini berarti secara
atau ditolak.
maka initial return perusahaan akan rendah. Demikian pula jika reputasi
return perusahaan akan tinggi. Hal ini sangat boleh jadi disebabkan karena
lebih berani untuk memberikan harga tinggi sebagai konsekuensi dari kualitas
penjaminannya.
pihak yang terlibat dalam penawaran perdana, yaitu emiten, underwriter dan
bereputasi tinggi dianggap mampu memprediksi harga saham di masa yang akan
Yasa (2008) dan Hapsari (2012) yang menemukan bahwa reputasi underwriter
underwriter yang terdapat dalam Fact Book 50 Most Active IDX Members. Hal ini
77
penelitian yang dilakukan Sandhiaji (2004) dengan penelitian ini adalah sektor
industri yang dikaji. Sandhiaji (2004) mengkaji perusahaan yang bergerak dalam
dan Hapsari (2012) sangat boleh jadi dikarenakan oleh persamaan industri yang
dikaji. Industri yang dikaji dalam penelitian ini meliputi semua industri, sehingga
Hal ini juga dilakukan dalam penelitian Yasa (2008) dan Hapsari (2012).
Sementara itu, perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang lakukan oleh Yasa
(2008) dan Hapsari (2012) ialah menggunakan periode penelitian yang berbeda.
underpricing.
melakukan IPO selama periode 2010-2014 lebih banyak menggunakan jasa KAP
yang afiliasinya tidak termasuk dalam peringkat big four. Tercatat sebanyak 42
perusahaan dari 53 perusahaan yang melakukan IPO atau sebesar 79,25% memilih
menggunakan jasa KAP yang afiliasinya tidak termasuk dalam peringkat big four.
dalam peringkat big four sebanyak 11 perusahaan atau sebesar 20,75%. Hal ini
menggunakan auditor yang bereputasi tinggi. Hal ini sangat boleh jadi
auditor yang afiliasinya termasuk dalam peringkat big four tentu saja akan
afiliasinya tidak termasuk dalam peringkat big four. Hal ini dapat menjadi
Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh
sangat boleh jadi dikarenakan pengukuran variabel reputasi auditor yang berbeda.
peringkat big four yang bersumber dari Vault Rankings & Reviews - Most
sangat boleh jadi dikarenakan pengukuran variabel yang digunakan sama dan
underpricing.
bahwa meskipun perusahaan telah lama berdiri, tetapi tidak menjamin tingkat
yang baru saja berdiri tidak berarti akan mengalami underpricing dengan tingkat
yang tinggi. Selain itu, Tabel 9 Lampiran 4 juga menunjukkan bahwa rata-rata
mengalami tingkat underpricing yang berbeda-beda, ada yang rendah dan ada
pula yang tinggi. Dengan kata lain, umur perusahaan tidak mempengaruhi initial
return perusahaan. Hal ini sangat boleh jadi dikarenakan informasi keuangan yang
terakhir atau sejak berdirinya perusahaan jika kurang dari 5 tahun, sehingga
Selain itu, dalam dunia bisnis yang selalu dinamis, perusahaan yang lebih
muda belum tentu memiliki kinerja atau prospek yang lebih buruk dibandingkan
yang tidak sehat atau bahkan kebangkrutan. Hal ini terjadi karena adanya faktor-
faktor lain yang mempengaruhi yaitu faktor internal dan eksternal. Hasil
Temuan ini tidak konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
dikarenakan oleh perbedaan sektor industri yang dikaji dan periode penelitian.
underpricing.
81
bahwa total aktiva yang besar tidak menjadi jaminan perusahaan akan mengalami
yang memiliki total aktiva yang kecil tidak berarti akan mengalami tingkat
underpricing yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa total aktiva perusahaan
bukan menjadi pertimbangan investor dalam berinvestasi di pasar perdana. Hal ini
sangat boleh jadi dikarenakan total aktiva pada saat perusahaan melakukan IPO
belum dapat mencerminkan prospek saham perusahaan di masa yang akan datang.
Jumlah total aktiva pada periode terakhir sebelum perusahaan melakukan IPO bisa
saja dianggap sebagai syarat untuk memenuhi jumlah total aktiva yang harus
Selain itu, ukuran suatu perusahaan yang diukur dengan besarnya total
aktiva yang dimiliki tidak dapat dijadikan jaminan atas seberapa besar laba yang
perusahaan kecil dalam hal ini yang memiliki total aktiva lebih kecil dapat
berkembang dengan cepat dan memberikan laba yang lebih besar dibanding
perusahaan besar.
Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Hapsari (2012) dan Sandhiaji (2004) yang menemukan bahwa ukuran
perbedaan hasil penelitian sangat boleh jadi dikarenakan oleh kondisi fundamental
Temuan ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Suyatmin dan
boleh jadi dikarenakan oleh sektor industri yang dikaji sama, yaitu semua sektor
oleh Suyatmin dan Sujadi (2006) dengan penelitian ini ialah menggunakan
underpricing. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi ROE perusahaan yang
memperoleh initial return yang cukup rendah atau di bawah rata-rata. Sedangkan,
perusahaan dengan ROE terendah memperoleh initial return yang cukup tinggi
atau di atas rata-rata. Hal ini menunjukkan bahwa ROE perusahaan yang tinggi
Berdasarkan pada signalling theory (Kim dan Ritter, 1999) yakni untuk
mengatasi masalah penilaian yang rendah terhadap harga saham, maka perusahaan
83
memiliki kualitas yang baik. Semakin tinggi ROE suatu perusahaan berarti
yang menunjukkan bahwa perusahaan berkualitas baik. ROE yang tinggi akan
Penyebab terjadinya persamaan hasil penelitian sangat boleh jadi disebabkan oleh
persamaan sektor industri yang dikaji. Sektor industri yang dikaji meliputi semua
terhadap underpricing.
bahwa besarnya persentase saham yang ditawarkan tidak berarti perusahaan akan
yang berbeda-beda, ada yang rendah dan ada pula yang tinggi. Hal ini sangat
untuk pertama kali kepada publik memang dalam jumlah yang lebih kecil jika
masyarakat, sehingga besar atau kecilnya persentase saham yang ditawarkan tidak
dapat menjadi ukuran seberapa besar return yang akan diperoleh investor atas
investasinya.
Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh
boleh jadi disebabkan oleh perbedaan sektor indsutri yang dikaji. Handayani
Temuan ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Nuroh (2013)
dilakukan oleh Nuroh (2013) dengan penelitian ini ialah terletak pada perbedaan
sektor industri yang dikaji. Nuroh (2013) mengkaji perusahaan yang bergerak
dalam sektor perbankan, sedangkan penelitian ini mengkaji semua sektor industri.
85
underpricing. Dilihat dari koefisien determinasi (R2) sebesar 0,330 yang berarti
33%. Sedangkan 67% sisanya dijelaskan oleh variabel lain di luar model
penelitian. Hal ini berarti masih ada variabel lain yang perlu diidentifikasi untuk
Selain itu, penelitian ini lebih banyak menggunakan variabel bebas non-
keuangan dibandingkan dengan variabel bebas keuangan. Jenis industri juga tidak
dimasukkan sebagai salah satu variabel bebas dalam penelitian ini, sehingga