Anda di halaman 1dari 36

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1. Tinjauan Pustaka

Beberapa penelitian terdahulu baik skripsi dan tesis yang relevan dengan
penelitian ini yang terdapat pada Tabel 2.1 dibawah ini:

Tabel 2.1. Penelitian terdahulu


No. Nama/Tahun Judul Penelitian Hasil Kesimpulan
1. Bambang Faktor-Faktor Yang Berperan Faktor pendidikan mempunyai
Endroyo/2010 Terhadap Peningkatan Sikap peran yang cukup signifikan
Keselamatan Dan Kesehatan terhadap sikap K3 pelaku jasa
Kerja (K3)Para Pelaku Jasa konstruksi di Semarang.
Konstruksi Di Semarang
2. Hadi Analisis Faktor-Faktor Faktor faktor penyebab kecelakaan
Sutanto/2010 Penyebab Kecelakaan Kerja dibagi dalam 2 kelompok Unsafe
Pada Pembangunan Gedung action (tidak waspada, tidak
Perkantoran Dan Perkuliahan konsekuensi, kurang pengamanan,
Tahap III Universitas Wijaya mengabaikan APD, kurang
Kusuma pengetahuan, tidak konsentrasi,
kurang pelatihan dan stress) dan
Unsafe condition (posisi alat
membahayakan, dikejar produksi,
mengabaikan kebersihan, gelap
kurang penerangan, licin, waktu
pengawasan terbatas, dan waktu
yang terbatas.).
3. Sahrial Analisis Upaya Pencegahan Faktor-faktor yang mempengaruhi
Angkat/2008 Kecelakaan Kerja Pada upaya pencegahan kecelakaan kerja
Pekerja Bangunan adalah pengalaman kerja, pelatihan
Perusahaan X dan penyuluhan kerja, serta
perilaku pekerja dalam kepatuhan
penggunaan APD.

commit to user

7
perpustakaan.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id

2.2. Alur Landasan Teori Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan


Kerja (SMK3)

Dalam penelitian Analisis Sistem Manajemen Kesehatan Dan Keselamatan Kerja


(SMK3) Terhadap Tingkat Kecelakaan Kerja PT. Adhi Karya (Persero) Tbk.
Divisi Konstruksi IV berikut adalah landasan teori yang mendasari penelitian
terdapat pada Gambar 2.1. dibawah ini :

Sistem Manajemen
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja

Konsep Manajemen Landasan


Kecelakaan
Dasar Keselamatan Hukum
Keselamatan dan Manajemen Kerja
Dan Kesehatan Keselamatan
Kesehatan Kerja dan

Pengertian SMK3

Pengertian Kecelakaan Kerja


Penerapan SMK3

Model Teori Penyebab


Strategi dan Pendekatan SMK3 Kecelakaan Kerja

Klasifikasi Kecelakaan
Tujuan SMK3
Kerja

Manfaat SMK3
Upaya Pencegahan
Kecelakaan Kerja

Prinsip Dasar SMK3

Sumber : Rangkuman Landasan Teori

Gambar 2.1. Alur Landasan Teori


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id

2.3. Konsep Dasar Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

Dalam kegiatan industri proyek konstruksi terdapat sifat-sifat khusus yang tidak
ditemui pada industri lain, yaitu :
a. Kegiatan industri konstruksi terdiri dari bermacam-macam kegiatan dengan
jumlah banyak dan rawan kecelakaan.
b. Jenis-jenis kegiatannya sendiri tidak standar, sangat dipengaruhi oleh banyak
faktor luar, seperti : kondisi lokasi bangunan, cuaca, bentuk desain, metode
pelaksanaan, dan lain-lain.
c. Perkembangan tekhnologi yang selalu diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan
memberikan andil risiko tersendiri.
d. Tingginya turn over tenaga kerja juga menjadi masalah tersendiri, karena
selalu menghadapi orang-orang baru yang terkadang masih belum terlatih.
e. Banyaknya pihak yang terkait dalam proses konstruksi, yang memerlukan
pengaturan serta koordinasi yang kuat.

2.3.1. Pengertian Keselamatan

Keselamatan berasal dari bahasa Inggris yaitu kata ‘safety’ dan biasanya selalu
dikaitkan dengan keadaan terbebasnya seseorang dari peristiwa celaka (accident)
atau nyaris celaka (near-miss). Menurut Bennett N.B. Silalahi dan Rumondang
(1991:22 dan 139) menyatakan keselamatan merupakan suatu usaha untuk
mencegah setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat yang dapat mengakibatkan
kecelakaan sedangkan kesehatan kerja yaitu terhindarnya dari penyakit yang
mungkin akan timbul setelah memulai pekerjaannya.

Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan dengan peralatan,


tempat kerja, lingkungan kerja, serta tata cara dalam melakukan pekerjaan yang
bertujuan untuk menjamin keadaan, keutuhan dan kesempurnaan, baik jasmaniah
maupun rohaniah manusia, serta hasil karya budayanya tertuju pada kesejahteraan
masyarakat pada umumnya dan pekerja pada khususnya. Jadi dapat disimpulkan
bahwa keselamatan kerja pada hakekatnya adalah usaha manusia dalam
melindungi hidupnya dan yang berhubungan dengan itu, dengan melakukan
commit
tindakan preventif dan pengamanan to user
terhadap terjadinya kecelakaan kerja.
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id

Tujuan dari penerapan keselamatan kerja adalah sebagai berikut :


a. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan
untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas
nasional.
b. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.
c. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efesien.

2.3.2. Pengertian Kesehatan

Kesehatan berasal dari bahasa Inggris ‘health’, yang berarti terbebasnya seseorang
dari penyakit, tetapi pengertian sehat mempunyai makna sehat secara fisik, mental
dan juga sehat secara sosial. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun
1948 menyebutkan bahwa pengertian kesehatan adalah sebagai “suatu keadaan
fisik, mental, dan social kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau
kelemahan”. Pada tahun 1986, WHO, dalam Piagam Ottawa untuk Promosi
Kesehatan, mengatakan bahwa pengertian kesehatan adalah “sumber daya bagi
kehidupan sehari-hari, bukan tujuan hidup. Kesehatan adalah konsep positif
menekankan sumber daya sosial dan pribadi, serta kemampuan fisik.

Kesehatan Kerja meliputi berbagai upaya penyerasian antara pekerja dengan


pekerjaan dan lingkungan kerjanya baik fisik maupun psikis dalam hal
cara/metode kerja, proses kerja dan kondisi yang bertujuan untuk :
a. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat pekerja di
semua lapangan kerja setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun
kesejahteraan sosialnya.
b. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat pekerja yang
diakibatkan oleh keadaan/kondisi lingkungan kerjanya.
c. Memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi pekerja di dalam pekerjaannya
dari kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktor- faktor yang
membahayakan kesehatan.
d. Menempatkan dan memelihara pekerja disuatu lingkungan pekerjaan yang
sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjanya.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id

2.3.3. Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah suatu sistem program yang dibuat
bagi pekerja maupun pengusaha sebagai upaya pencegahan (preventif) timbulnya
kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja dalam lingkungan kerja
dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja
dan penyakit akibat hubungan kerja, dan tindakan antisipatif bila terjadi hal
demikian. Tujuan dari dibuatnya sistem ini adalah untuk mengurangi biaya
perusahaan apabila timbul kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja.

Dengan memahami dua pengertian tersebut, maka Keselamatan dan Kesehatan


Kerja merupakan suatu masalah penting dalam setiap proses operasioal, baik di
sektor tradisional maupun sektor modern. Khususnya dalam masyarakat yang
sedang beralih dari suatu kebiasaan kepada kebiasaan lain, perubahan-perubahan
pada umumnya menimbulkan beberapa permasalahan yang tidak ditanggulangi
secara cermat dapat membawa berbagai akibat buruk bahkan fatal.

2.4. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan bagian dari


sistem manajemen organisasi yang digunakan untuk mengembangkan dan
mengelola menerapkan kebijakan K3 dan resiko. (OHSAS 18001:2007).

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah bagian dari
sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi,
perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya
yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian, pengkajian dan
pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka
pengendalian resiko berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat
kerja yang aman, efisen, dan produktif (Permenaker No.05/MEN/1996).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id

2.4.1. Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


(SMK3)

Dalam penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3),


perusahaan wajib melaksanakan ketentuan-ketentuan sebagaimana berikut ;
a. Menetapkan kebijakan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3) serta menjamin komitmen terhadap penerapan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3).
b. Merencanakan pemenuan kebijakan, tujuan dan sasaran penerapan keselamatan
dan kesehatan kerja.
c. Menerapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja secara efektif dengan
mengembangkan kemampuan dan mekanisme pendukung yang diperlukan
mencapai kebijakan, tujuan dan sasaran keselamatan dan kesehatan kerja.
d. Mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja keselamatan dan kesehatan
kerja serta melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan.
e. Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) secara berkesinambungan dengan
tujuan meningkatkan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja
(Permenakertrans No.05/MEN/1996).

2.4.2. Strategi dan Pendekatan Sistem Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja (SMK3)

Setiap perusahaan sewajarnya memiliki strategi memperkecil atau bahkan


menghilangkan kejadian kecelakaan dan penyakit kerja di kalangan karyawan
sesuai dengan kondisi perusahaan (Ibrahim J.K., 2010:45). Strategi yang perlu
diterapkan perusahaan meliputi:
a. Pihak manajemen perlu menetapkan bentuk perlindungan bagi karyawan dalam
menghadapi kejadian kecelakaan dan penyakit kerja. Misalnya terlihat keadaan
finansial perusahaan, kesadaran karyawan tentang keselamatan dan kesehatan
kerja, serta tanggung jawab perusahaan dan karyawan, maka perusahaan bisa
jadi memiliki tingkat perlindungan yang minimum bahkan maksimum.
b. Pihak manajemen dapat menentukan apakah peraturan tentang keselamatan dan
commit to user
kesehatan kerja bersifat formal ataukah informal. Secara formal di maksudkan
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id

setiap peraturan dinyatakan secara tertulis, dilaksanakan, dan dikontrol sesuai


dengan aturan. Sementara secara informal dinyatakan tidak tertulis atau
konvensi dan dilakukan melalui pelatihan dan kesepakatan – kesepakatan.
c. Pihak manajemen perlu proaktif dan reaktif dalam pengembangan prosedur dan
rencana tentang keselamtan dan kesehatan kerja karyawan. Proaktif berarti
pihak manajemen perlu memperbaiki terus menerus prosedur dan rencana
sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan karyawan. Sementara reaktif, pihak
manajemen perlu segera mengatasi masalah keselamatan dan kesehatan kerja
setelah suatu kejadian timbul.
d. Pihak manajemen dapat menggunakan tingkat derajat keselamatan dan
kesehatan kerja yang tinggi sebagai faktor promosi perusahaan ke khalayak
luas. Artinya perusahaan sangat peduli dengan keselamatan dan kesehatan
kerja para karyawannya.

Untuk menerapkan strategi di atas, maka ada beberapa pendekatan terhadap


keselamatan dan kesehatan kerja yang efektif. Menurut Maltis dan Jackson dalam
tulisan Ibrahim J. K.(2010:48), pendekatan tersebut antara lain :

Pendekatan Organisasi

Pendekatan
SMK3 yang Pendekatan Rekayasa Teknis
Efektif

Pendekatan Individual

Gambar 2.2. Pendekatan SMK3

a. Pendekatan Organisasi, meliputi :


1. Mendesain pekerjaan.
2. Mengembangkan dan mengimplementasikan kebijakan dan keamanan kerja.
3. Memanfaatkan komite keselamatan kerja.
commit to user
4. Mengkoordinasikan penyelidikan kecelakaan dan penyakit kerja.
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id

b. Pendekatan Rekayasa Teknis, meliputi :


1. Mendesain lingkungan kerja.
2. Meninjau peralatan kerja.
3. Mengaplikasikan prinsip-prinsip ekonomi.

c. Pendekatan Individual, meliputi :


1. Mendorong memotivasi dan sikap terhadap keselamatan dan kesehatan
kerja.
2. Memberikan pelatihan dan kesehatan kerja terhadap karyawan.
3. Memberi penghargaan melalui program intensif.

2.4.3. Tujuan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


(SMK3)

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) bertujuan untuk memberikan pengetahuan


mengenai hal-hal yang berhubungan dengan masalah keselamatan dan kesehatan
yang terjadi dalam pekerjaan. Dalam keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
terdapat tiga pokok masalah terjadinya kecelakaan kerja, yaitu peristiwa yang
terjadi secara kebetulan, kondisi dan tindakan atau perbuatan yang
membahayakan yang mengakibatkan terjadinya kecelakaan kerja.(Moekijat 2010).

Secara umum Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)


memiliki empat tujuan yaitu :
a. Melindungi kesehatan dan keselamatan pekerja sehingga pekerja dapat
memaksimalkan semua kemampuannya dalam bekerja tanpa rasa khawatir.
b. Melindungi masyarakat sekitar misalnya dari bahaya pencemaran lingkungan,
polusi air dan udara, suara bising, dll.
c. Mengamankan aset produksi milik perusahaan yaitu barang, bahan dan
peralatan produksi, sehingga asset produksi tersebut berada ditempat yang
aman (secure) serta lebih tahan lama.
d. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja, misalnya antisipasi kebakaran,
antisipasi bahan kimia berbahaya, radiasi, dan kecelakaan kerja lainnya.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id

2.4.4. Manfaat Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan


Kerja (SMK3)

Menurut Schuler dan Jackson (1999) mengatakan, apabila perusahaan dapat


melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja dengan baik, maka
perusahaan akan dapat memperoleh manfaat sebagai berikut:
a. Meningkatkan produktivitas karena menurunnya jumlah hari kerja yang hilang.
b. Meningkatnya efisiensi dan kualitas pekerja yang lebih komitmen.
c. Menurunnya biaya-biaya kesehatan dan asuransi.
d. Tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung yang lebih rendah
karena menurunnya pengajuan klaim.
e. Fleksibilitas dan adaptabilitas yang lebih besar sebagai akibat dari partisipasi
dan rasa kepemilikan.
f. Rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatkan citra
perusahaan.
g. Perusahaan dapat meningkatkan keuntungannya secara substansial.

2.4.5. Prinsip Dasar SMK3L

Prinsip Dasar SMK3L terdiri dari 5 yang dilaksanakan secara berkesinambungan,


kelima prinsip tersebut yaitu :

a. Komitmen

Yang perlu diperhatikan adalah pentingnya komitmen untuk menerapkan SMK3


ditempat kerja dari seluruh pihak yang ada ditempat kerja, terutama dari pihak
pengurus dan tenaga kerja, serta pihak lain yang berkompeten. Untuk benar-benar
menunjukan kesungguhan dari komitmen yang dimiliki, maka komitmen tersebut
harus tertulis dan ditandatangani oleh pengurus tertinggi dari tempat kerja
tersebut. Komitmen tertulis tersebut selanjutnya disebut kebijakan, yang memuat
visi dan tujuan, kerangka dan program kerja yang bersifat umum dan atau
operasional.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id

Kebijakan ini harus melewati proses konsultasi dengan pekerja atau wakil pekerja
dan disebarluaskan kepada seluruh pekerja. Kebijakan ini juga harus bersifat
dinamis artinya sering ditinjau ulang agar sesuai dengan kondisi yang ada.

b. Perencanaan

Perencanaan yang dibuat oleh perusahaan harus efektif dengan memuat sasaran
yang jelas sebagai program dari kebijakan K3 tempat kerja dan indikator kinerja
serta harus dapat menjawab kebijakan K3. Hal yang perlu diperhatikan dalam
perencanaan adalah identifikasi sumber bahaya, penilaian dan pengendalian risiko
serta. hasil tinjauan awal terhadap K3.

Dalam perencanaan ini secara lebih rinci terbagi menjadi beberapa hal :
1. Perencanaan identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko dari
kegiatan produk barang dan jasa
2. Pemenuhan akan peraturan perundangan dan persyaratan lainya dan setelan itu
mendiseminasikan kepada seluruh tenaga kerja.
3. Menetapkan tujuan dan sasaran dari kebijakan K3 yang harus dapat diukur,
menggunakan satuan/indicator pengukuran, sasaran pencapaian dan jangka
waktu pencapaian.
4. Menggunakan indikator kinerja sebagai penilaian kinerja K3 sekaligus rnenjadi
informasi keberhasilan pencapaian SMK3
5. Menetapkan sistem pertanggung jawaban dan sarana untuk pencapaian
kebijakan K3.

c. Implementasi

Setelah membuat komitmen dan perencanaan maka kini tiba pada tahap penting
yaitu penerapan SMK3. Yang perlu diperhatikan oleh perusahaan pada tahap ini
adalah :
1. Adanya jaminan kemampuan.
2. Kegiatan pendukung.
3. Identifikasi sumber bahaya, penilaian dan pengendalian risiko.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id

d. Pengukuran dan Evaluasi

Pengukuran dan evaluasi ini merupakan alat yang berguna untuk :


1. Mengetahui keberhasilan penerapan SMK3.
2. Melakukan identifikasi tindakan perbaikan.
3. Mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja SMK3.

Untuk menjaga tingkat kepercayaan terhadap data yang akan diperoleh maka
beberapa proses harus dilakukan seperti kalibrasi alat, pengujian peralatan dan
contoh piranti lunak dan perangkat keras.

Ada 2 kegiatan dalam melakukan pengukuran dan evaluasi yang diperkenalkan


oleh peraturan ini :

1. Inspeksi dan Pengujian

Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Inspeksi K3) adalah suatu aktivitas
untuk menemukan masalah-masalah atau potensi bahaya dan menilai resikonya
sebelum kerugian atau kecelakaan dan penyakit akibat kerja benar-benar terjadi.
Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :

a) Inspeksi Informal merupakan inspeksi yang tidak direncanakan sebelumnya


dan sifatnya cukup sederhana yang dilakukan atas kesadaran orang-orang
yang menemukan atau melihat masalah K3 di dalam pekerjaannya sehari-
hari. Inspeksi ini cukup efektif karena masalah-masalah yang muncul
langsung dapat dideteksi, dilaporkan dan segera dapat dilakukan tindakan
korektif.
b) Inspeksi Rutin/Umum biasanya dilakukan dengan cara walk-trough survey ke
seluruh area kerja dan bersifat komprehensif. Harus ditetapkan dan dijaga
konsistensi dari prosedur inspeksi, pengujian dan pemantauan yang berkaitan
dengan kebijakan K3.

2. Audit SMK3.

Audit ini dilakukan untuk mengetahui keefektifan dari penerapan SMK3 di tempat
commitdalam
kerja. Hal yang perlu diperhatikan to user audit adalah : sistematik dan
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id

independent, frekuensi audit berkala, kemampuan dan keahlian petugasnya,


metodologi yang digunakan, berdasarkan hasil audit sebelumnya dan sumber
bahaya yang ada, hasilnya dijadikan sebagai bahan tinjauan manajemen dan jika
diperlukan ditindaklanjuti dengan upaya perbaikan.

Tujuan audit SMK3 adalah :

a) Menilai secara kritis dan sistematis semua potensi bahaya potensial dalam
sistem di kegiatan operasi perusahaan.
b) Memastikan bahwa pengelolaan keselamatan dan kesehatan kerja di
perusahaan telah dilaksanakan sesuai ketentuan pemerintah, standar teknis
yang telah ditentukan, standar keselamatan dan kesehatan kerja yang
berlaku dan kebijakan yang ditentukan oleh manajemen perusahaan.
c) Menentukan langkah untuk mengendalikan bahaya potensial sebelum timbul
gangguan atau kerugian terhadap tenaga kerja, harta, lingkungan maupun
gangguan operasi serta rencana tanggap terhadap keadaan darurat sehingga
mutu pelaksanaan K3 dapat meningkat.

3. Tindakan Perbaikan dan Pencegahan

Merupakan hasil temuan dari audit dan terus dan harus .disetujui oleh pihak
manajemen dan dijamin pelaksanaan secara sistematik dan efektif.

e. Peninjauan Ulang dan Perbaikan

Peninjauan ulang harus meliputi:


1. Evaluasi terhadap efektifitas penerapan kebijakan K3
2. Tujuan, sasaran dan kinerja K3
3. Hasil temuan audit SMK3
4. Kebutuhan untuk mengubah dan peningkatan SMK3

Kriteria atau parameter yang terdapat dalam Permenaker 05/1996 mengacu


kepada beberapa standar seperti kesepakatan pada pertemuan APOSHO tahun
1996 di Melbourne dan ILO yang disesuaikan dengan kondisi yang berlaku di
Indonesia. Karena itu SMK3 yang terdapat dalam Permenaker 05/96 secara
commit to user
mendasar sudah memiliki kesamaan ruang lingkup dengan standar internasional.
perpustakaan.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id

Secara teknis secara nasional parameter yang terdapat pada Permenaker 05/1996
adalah bahwa parameter tersebut telah mencakup ketentuan peraturan
perundangan yang berlaku di wilayah hukum Indonesia secara minimum
requirement.

2.5. Inspeksi dan Audit SMK3L

Salah satu kegiatan lain dalam pengukuran kinerja SMK3L yaitu, inspeksi dimana
mengandung pengertian yaitu kegiatan yang dilakukan secara periodik untuk
memeriksa kelengkapan secara teknis dari suatu tempat atau plant. Sedangkan
inspeksi K3 yaitu merupakan pengujian secara detail dari suatu obyek seperti
tempat kerja yang khusus, departemen atau bagian, unit, mesin, instalasi ataupun
proses. Hal tersebut bertujuan memastikan bahwa setiap potensi bahaya
diidentifikasikan secara tepat dan untuk mengetahui prioritas tindakan yang
diambil. Ada beberapa tipe yang didasarkan atas periode pelaksanaan yang
terdapat pada Tabel 2.2 dibawah ini:

Tabel 2.2. Inspeksi berdasarkan atas periode pelaksanaan


Tipe Pelaku Frekuensi Tipe Pelaku Frekuensi Tipe Pelaku Frekuensi
Terus Supervisor tingkat atas
Tidak terjadwal
menerus/continue Pekerja yang terlatih
Ahli/profesional yang Terjadwal pada saat yang
Periodik
terlatih tepat
Manajemen puncak atau
Jarang Sesuai kebutuhan
menengah

Berapa seringnya kegiatan inspeksi dilaksanakan tergantung dari berbagai aspek


yaitu :

a. Potensi kecelakaan: semakin besar potensi kecelakaan terjadi semakin sering


dilakukan inspeksi.
b. Sejarah kecelakan: Hal ini dapat dilihat pada riwayat kecelakaan masa lalu
mengacu pada catatan perawatan, produksi, laporan penyelidikankecelakaan,
dan laporan inspeksi
commit to user
c. Persyaratan peralatan: mengacu pada petunjuk dari peralatan manufaktur.
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id

d. Usia peralatan: semakin lama usia dari suatu peralatan semakin sering
dilakukan inspeksi.
e. Persyaratan hukum: hasil perundingan dengan departemen yang sesuai. Setelah
dijelaskan pengertian audit dan inspeksi di atas, dimana keduanya merupakan
kegiatan pengukuran dan pemeriksaan. Kegiatan tersebut berbeda, baik dalam
pendekatannya maupun metode penerapannya meskipun masing-masing
kegiatan dimaksudkan untuk memperlihatkan kelemahan yang berpotensi
menimbulkan bahaya, kerusakan harta ataupun kecelakaan. Untuk itu kita perlu
mengetahui perbedaannya agar lebih jelas dalam pengertian maupun
penafsirannya. Hal tersebut dapat kita lihat dalam Tabel 2.3 berikut ini:

Tabel 2.3. Perbedaan Inspeksi dan Audit SMK3L


Audit SMK3 Inspeksi K3
Upaya mengukur efektifitas dari Upaya menemukan kesesuaian dari
pelaksanaan suatu sistem suatu obyek
Difokuskan terhadap suatu sistem Difokuskan terhadap suatu obyek
Penekanan terhadap proses Penekanan terhadap hasil akhir
Metode palaksanaan : dengan
Metode pelaksanaan : tinjauan
pengujian secara teknis dan
ulang, verifikasi dan observasi
mendetail
Jangka panjang Jangka pendek

Inspeksi K3 harus dilakukan lebih sering dibandingkan audit SMK3 (safety audit),
karena bersifat mencari identifikasi terhadap bahaya, maka potensi bahaya dapat
diketahui lebih awal sehingga tindakan dapat diambil segera. Sedangkan untuk
audit membutuhkan persiapan-persiapanyang cukup lama yang meliputi
keseluruhan aspek yang ada di area / plan sehingga audit dtekukan tahunan atau
paling banyak 2 kali dalam setahun dan idealnya jika dilakukan setahun sekali.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id

2.6. Landasan Hukum Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan


Kerja (SMK3)

Layaknya sebuah program, maka program kesehatan dan keselamatan kerja di


perusahaan harus memiliki landasan hukum yang kuat. Ada beberapa landasan
hukum yang bisa di sebutkan disini yaitu :

a. Undang-Undang (UU) No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja.


b. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per-01/Men/1980 tentang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Pada Konstruksi Bangunan.
c. Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1993 tentang Penyakit yang Timbul
karena Hubungan Kerja.
d. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per-05/MEN/1996 tentang Sistem
Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
e. UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
f. Undang-Undang No. 21 Tahun 2003 Tentang Konvensi ILO No. 81 Mengenai
Pengawasan Ketenagakerjaan dalam Industri dan Perdagangan,
g. Permen Pu No 9 Thn 2008 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan
Dan Kesehatan Kerja (K3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum.
h. Undang-Undang No. 50 Tahun 2012 Tentang Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja,

Permenakertrans ini adalah landasan Pedoman Penerapan Sistem Manajemen


Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3), mirip OHSAS 18001 di Amerika atau
BS 8800 di Inggris.

2.7. Pengertian Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubung dengan hubungan


kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian pula
kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat
kerja, dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui (Peraturan
Menteri Pu Nomor : 06/Prt/M/2008 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pemeriksaan
Konstruksi). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor : 03 /MEN/1998 tentang Tata


Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan bahwa yang dimaksud dengan
kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula
yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda.

Ada beberapa sebab yang memungkinkan terjadinya kecelakaan dan gangguan


kesehatan pegawai (Mangkunegara, 2001) diantaranya yaitu :

a. Keadaan Tempat Lingkungan Kerja meliputi :


1. Penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang berbahaya yang kurang
diperhitungkan keamanannya.
2. Ruang kerja yang terlalu padat dan sesak.
3. Pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada tempatnya.

b. Pengaturan Udara meliputi :


1. Pergantian udara di ruang kerja yang tidak baik.
2. Suhu udara yang tidak dikondisikan pengaturannya.

c. Pengaturan Penerangan meliputi :


1. Pengaturan dan penggunaan sumber cahaya yang tidak tepat.
2. Ruang kerja yang kurang cahaya.

d. Pemakaian Peralatan Kerja meliputi :


1. Pengaman peralatan kerja yang sudah usang atau rusak.
2. Penggunaan mesin dan alat elektronik tanpa pengaman yang baik.

e. Kondisi Fisik dan Mental Pegawai meliputi :


1. Kerusakan alat indera dan stamina pegawai yang tidak stabil.
2. Emosi pegawai yang tidak stabil, kepribadian pegawai yang rapuh, cara
berpikir dan kemampuan persepsi yang lemah, motivasi kerja rendah,
sikap pegawai yang ceroboh dan kurang pengetahuan dalam penggunaan
fasilitas kerja terutama fasilitas kerja yang membawa resiko bahaya.

2.8. Model Teori Kecelakaan Kerja

Sebenarnya penyebab kecelakaan kerja memang kompleks ada beberapa teori


commit to user
yang dikemukakan untuk menjelaskan bagaimana kecelakaan dapat terjadi. David
perpustakaan.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id

Colling pada buku Industrial Safety (1990) telah mencatat teori-teori kecelakaan
sebagai berikut :

2.8.1. Teori Domino Heinrich

Menurut H.W Heinrich (1941) meneliti penyebab-penyebab kecelakaan. Dalam


ini kecelakaan terdiri atas lima faktor yang saling berhubungan:
1. Kondisi kerja, yakni kondisi lingkungan pekerjaan yang tidak aman (unsafety
condition) misalnya panas, pencahayaan kurang, silau, petir dan sebagainya.
2. Kelalaian manusia, yakni perilaku pekerja itu sendiri yang tidak memenuhi
keselamatan, misalnya karena kelengahan, ngantuk, kelelahan, dan sebagainya.
Menurut hasil penelitian yang ada, 85% dari kecelakaan yang terjadi
disebabkan oleh faktor manusia.
3. Tindakan tidak aman (unsafe action), tindakkan berbahaya yang disertai
bahaya mekanik dan fisik lain, memudahkan rangkaian berikutnya.
4. Kecelakaan, peristiwa kecelakaan yang menimpa pekerja dan pada umumnya
disertai kerugian.
5. Cedera, kecelakaan yang mengakibatkan cidera/luka atau kecacatan bahkan
kematian.

Kelima faktor ini tersusun layaknya kartu domino yang diberdirikan. Jika satu
kartu jatuh, maka kartu ini akan menimpa kartu lain hingga kelimanya akan roboh
secara bersamaan.

Gambar 2.3. Diagram Teori Domino (domino sequence theory)

Kunci untuk mencegah kecelakaan adalah dengan menghilangkan tindakan tidak


aman sebagai poin ketiga daricommit
lima to user penyebab kecelakaan. Menurut
faktor
perpustakaan.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id

penelitian yang dilakukannya, tindakan tidak aman ini menyumbang 98%


penyebab kecelakaan. (H.W Heinrich,1941).

Dengan penjelasannya ini, Teori Domino Heinrich menjadi teori ilmiah pertama
yang menjelaskan terjadinya kecelakaan kerja. Kecelakaan tidak lagi dianggap
sebagai sekedar nasib sial atau karena peristiwa kebetulan.

2.8.2. Teori Thompkin

Salah satu teori tentang penyebab kecelakaan kerja diuraikan oleh Thompkin
(1982) yang disebut dengan teori Domino (domino sequence theory) memberikan
gambaran di dalam teori domino Henirich yang intinya adalah

1. Luka-luka disebabkan 2. Kecelakaan


disebabkan oleh
kecelakaan unsafe condition dan
unsafe action

3. Tindakan dan kondisi


5. Kebiasaan yang buruk berbahaya disebabkan
menyebabkan cedera oleh kesalahan
manusia

4. Kesalahan manusia
disebabkan oleh
lingkungan atau
diperoleh dari
kebiasaan

Gambar 2.4. Diagram Teori Domino (domino sequence theory)

2.8.3. Teori Frank E.Bird Peterson

Beliau merupakan salah satu orang Amerika yang mengatakan bahwa dalam
penerapan teori Heinrich terdapat kesalahan prinsipil. Orang terpaku pada
pengambilan salah satu domino yang seolah-olah menanggulangi penyebab utama
kecelakaan, yakni kondisi atau perbuatan tak aman. Tetapi mereka lupa untuk
commit to user
menelusuri sumber mengakibatkan kecelakaan. F.E.B Peterson mengadakan
perpustakaan.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id

modifikasi dengan teori domino Heinrich dengan menggunakan teori manajemen,


yang intinya sebagai berikut :

a. Manajemen yang kurang terkendali (Lack of Control)

Usaha pencegahan kecelakaan kerja hanya berhasil apabila dimulai dari


memperbaiki manajemen tentang keselamatan dan kesehatan kerja. Kemudian
praktek dan kondisi di bawah standar merupakan penyebab terjadinya suatu
kecelakaan dan merupakan gejala penyebab utama akibat kesalahan
manajemen.(Ibid., USU Reposotory,2007).

I. Manajemen Kurang Kontrol

II. Sumber Penyebab Utama

Penyebab Langsung
III. Gejala (praktek d ibawah standar)

Peristiwa
IV. Kontak (kondisi di bawah standar)

Gangguan
V. Kerugian (tubuh maupun harta benda)

Gambar 2.5. Teori Manajemen, Modifikasi Dengan Teori Domino Heinrich

b. Penyebab Dasar (Basic Causes)

Penyebab dasar terjadinya kecelakaan disebabkan oleh beberapa hal berikut ini :

1. Human Factor (Faktor Manusia)

Hasil penelitian bahwa 80-85% kecelakaan disebabkan oleh faktor manusia.


commit to user
(Budiono.op.cit.).
perpustakaan.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id

Bahaya kecelakaan kerja umumnya disebabkan oleh manusia itu sendiri, antara
lain karena kurangnya pengertian mengenai K3, kurang disiplin, kondisi mental,
dll. Unsur-unsur tersebut menurut buku”Management Losses” Bab II tentang ”The
causes and Effects of Loss’ antara lain :

a). Ketidakseimbangan fisik/kemampuan fisik tenaga kerja, antara lain:


1) Tidak sesuai dengan berat badan, kekuatan dan jangkauan.
2) Posisi tubuh yang menyebabkan lebih lemah.
3) Kepekaan tubuh.
4) Kepekaan panca indra terhadap bunyi.
5) Cacat fisik.
6) Cacat sementara.

b). Ketidakseimbangan kemampuan psikologis pekerja, antara lain:


1) Rasa takut/phobia.
2) Gangguan emosional.
3) Sakit jiwa.
4) Tingkat kecakapan.
5) Tidak mampu memahami.
6) Sedikit ide (pendapat).
7) Gerakannya lamban.
8) Ketrampilan kurang.

c). Kurang pengetahuan, antara lain:


1) Kurang pengalaman.
2) Kurang orientasi.
3) Kurang latihan mamahami tombol-tombol (petunjuk lain).
4) Kurang latihan memahami data.
5) Salah pengertian terhadap suatu perintah.

d). Kurang trampil, antara lain:


1) Kurang mengadakan latihan praktik.
2) Penampilan kurang.
3) Kurang kreatif. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 27
digilib.uns.ac.id

4) Salah pengertian

e). Stress mental, antara lain:


1) Emosi berlebihan.
2) Beban mental berlebihan.
3) Pendiam dan tertutup.
4) Problem dengan suatu yang tidak dipahami.
5) Frustasi.
6) Sakit mental

f). Stress fisik, antara lain:


1) Badan sakit/ tidak enak badan.
2) Kurang istirahat.
3) Beban tugas berlebihan.
4) Kelelahan sensorik.
5) Terpapar panas yang tinggi.
6) Terpapar bahan yang berbahaya.
7) Kekurangan oksigen.
8) Gerakan terganggu.
9) Gula darah menurun.

g). Motivasi menurun (kurang termotivasi) antara lain:


1) Mau bekerja jika ada hadiah.
2) Frustasi yang berlebihan.
3) Tidak ada umpan balik ( feed back).
4) Tidak mendapat intendif produksi.
5) Tidak mendapat pujian dari hasil kerjanya.

2. Job Factor (Faktor Pekerjaan)

Kecelakaan yang disebabkan oleh faktor pekerjaan adalah sebagai berikut :


a). Standar mutu pekerjaan yang tidak memadai.
b). Jam kerja dan pergeseran waktu.
c). Target Pelaksanaan Pekerjaan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 28
digilib.uns.ac.id

c. Penyebab Langsung (Immediate Causes)

Suatu kejadian yang secara cepat memicu terjadinya kecelakaan bila kontak
dengan bahaya. Penyebab Immediate causes ini meliputi faktor unsafe action dan
unsafe condition:

1. Unsafe Action (tindakan tidak aman) yaitu suatu tindakan yang salah dalam
bekerja tidak menurut SOP yang telah ditentukan (human error) misalnya
dalam mengoperasian mesin, peralatan, dll. Tindakan yang tidak aman berarti
melaksanakan sebuah tugas di bawah standar dari kondisi yang aman.

2. Unsafe condition (kondisi tidak aman) yaitu kondisi yang tidak aman akan
menyebabbkan kecelakan misalnya mesin, peralatan, bahan, proses pekerjaan,
metode kerja, sifat pekerjaan, lingkungan (fisik, biologik, kimia). Kondisi yang
tidak aman didefinisikan sebagai kondisi fisik apapun, jika tidak diperbaiki
kemungkinan akan mengarah kepada kecelakaan. Untuk meningkatkan
keselamatan pada tempat kerja, kondisi seperti itu harus dideteksi sebelum
kecelakaan terjadi. Selama masih kurangnya pelatihan, kurangnya peralatan
yang tepat, dan tidak amannya rangkaian peristiwa, bekerja di bawah kondisi
yang tidak layak menambah kesempatan untuk terjadinya kecelakaan.

2.8.4. Teori Human Error Model

Menurut Russel Ferrel (dalam David, 1990), menyatakan bahwa kecelakaan


merupakan hasil dari penyebab berantai, satu atau lebih dari penyebab-penyebab
merupakan kesalahan manusia. Kesalahan manusia ini disebabkan oleh salah satu
dari 3 (tiga) situasi ini :

a. Overload (beban yang berlebihan) yang merupakan ketidaksesuaian dari


kapasitas manusia dan beban yang ditujukan padanya.
b. Tanggapan yang salah dari seseorang di dalam situasi yang dikarenakan
ketidakcocokan yang mendasar terhadap apa yang ia tujukan.
c. Aktifitas yang tidak semestinya yang ia lakukan baik karena ia tidak tahu apa
yang lebih baik maupun karena ia dengan sengaja mengambil risiko.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 29
digilib.uns.ac.id

Menurut H.W Heinrich faktor penyebab kecelakaan disebabkan oleh faktor


tindakan-tindakan tidak aman (unsafe acts) 80 % dan Kondisi yang tidak aman
(unsafe condition) 20%.

Menurut Suma’mur faktor penyebab kecelakaan disebabkan oleh faktor tindakan-


tindakan tidak aman (unsafe acts) 85 % dan Kondisi yang tidak aman (unsafe
condition) 15 %.

2.9. Klasifikasi Kecelakaan Kerja

Menurut International Labour Organization (ILO) tahun 1962 dalam Suma’mur


(1995) kecelakaan kerja di klasifikasikan menjadi 4 golongan, yaitu sebagai
berikut:

2.9.1. Klasifikasi Menurut Jenis Kecelakaan

Menurut jenis kecelakaan, kecelakaan di klasifikasikan sebagai berikut:


a. Terjatuh.
b. Tertimpa benda.
c. Tertumbuk atau terkena benda-benda, kecuali benda jatuh.
d. Terjepit.
e. Gerakan melebihi kemampuan.
f. Pengaruh suhu.
g. Terkena arus listrik.
h. Terkena bahan-bahan berbahaya/radiasi.

2.9.2. Klasifikasi menurut penyebab kecelakaan

Menurut penyebab kecelakaan, kecelakaan di klasifikasikan sebagai berikut:


a. Mesin.
b. Alat angkut.
c. Peralatan lain, seperti dapur pembakaran atau pemanas, instalasi listrik.
d. Bahan-bahan zat kimia atau radiasi.
e. Lingkungan kerja, misalnya di ketinggian atau kedalaman tanah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 30
digilib.uns.ac.id

2.9.3. Klasifikasi menurut sifat luka atau kelainan

Menurut sifat luka atau kelainan, kecelakaan di klasifikasikan sebagai berikut:


a. Patah tulang.
b. Dislokasi ( keseleo ).
c. Regang otot ( urat ).
d. Memar dan luka dalam yang lain.
e. Amputasi.
f. Luka di permukaan.
g. Geger dan remuk.
h. Luka bakar.
i. Keracunan-keracunan mendadak.
j. Pengaruh radiasi.

2.9.4. Klasifikasi menurut letak kelainan atau cacat di tubuh

Menurut letak kelainan atau cacat di tubuh, kecelakaan di klasifikasikan sebagai


berikut:
a. Kepala.
b. Leher.
c. Badan.
d. Anggota atas.
e. Anggota bawah.

2.10. Upaya Yang Dapat Dilakukan Untuk Mencegah Kecelakaan Kerja

Dalam upaya pencegahan terjadinya kecelakaan kerja, harus adanya tanggung


jawab dari segala pihak yang bersangkutan. Secara operasiaonal pencegahan
kecelakaan kerja pada dasarnya merupakan tanggung jawab para manajemen
perusahaan, mandor, dan para pekerja.

Sikap-sikap pekerja yang tidak memenuhi syarat pada umumnya adalah sebagai
berikut:
a. Tidak mau memakai alat pelindung yang disediakan dengan alasan akan
commit to user
memperlambat (mobilitas) pekerjaan yang dilaksanakan.
perpustakaan.uns.ac.id 31
digilib.uns.ac.id

b. Melanggar peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang diwajibkan


dengan sengaja.
c. Tergesa-gesa dan kurang berhati-hati dalam pekerjaan.
d. Bersikap kasar, bergurau, atau berkelakar sambil kerja (kurang konsentarsi).
e. Tidak memahami arti kerugian bagi perusahaan maupun dirinya.

Berikut ini upaya pencegahan kecelakaan kerja menurut para pakar :

1. Menurut Bennet NB Silalahi (1995)

Bahwa teknik pencegahan kecelakaan harus didekati dua aspek, yakni : Aspek
perangkat keras (peralatan , perlengkapan,mesin, letak dsb) dan Aspek perangkat
lunak (manusia dan segala unsur yang berkaitan).

2. Menurut Julian B.Olishifki (1985)

Bahwa aktivitas pencegahan yang profesional adalah


a. Memperkecil (menekan) kejadian yang membahayakan dari mesin,cara kerja,
material dan struktur perencanaan.
b. Memberikan alat pengaman agar tidak membahayakan sumber daya yang ada
dalam perusahaan tersebut.
c. Memberikan pendidikan (training) kepada karyawan tentang kecelakaan dan
keselamatan kerja.
d. Memberikan alat pelindung diri tertentu terhadap tenaga kerja yang berada
pada area yang membahayakan.

3. Menurut Suma’mur (1996)

Kecelakaan–kecelakaan akibat kerja dapat dicegah dengan hal berikut::


a. Peraturan perundangan, yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan mengenai
kondisi kerja pada umumnya, perencanaan, konstruksi, perawatan dan
pemiliharaan, pengawasan, pengujian dan cara kerja peralatan industri,tugas-
tugas pengusaha dan buruh, latihan,supervisi medis, P3K dan pemeriksaan
kesehatan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 32
digilib.uns.ac.id

b. Standarisasi yang ditetapkan secara resmi, setengah resmi atau tidak resmi
mengenai misalnya syarat- syarat keselamatan sesuai instruksi peralatan
industri dan Alat Pelindung Diri (APD).
c. Pengawasan, yaitu pengawasan tentang dipatuhnya ketentuan-ketentuan
perundangan yang diwajibkan.
d. Penelitian bersifat teknik ,misalnya tentang bahan-bahan yang berbahaya,pagar
pengaman,pengujian APD , pencegahan ledakan peralatan lainnya.
e. Riset medis, terutama meliputi efek fisiologis dan patologis, faktor lingkungan
dan teknologi dan keadaan yang mengakibatkan kecelakaan.
f. Penelitian psikologis, meliputi penelitian tentang pola-pola kewajibanyang
mengakibatkan kecelakaan.
g. Penelitian secara statistik, untuk menetapkan jenis-jenis kecelakaan yang
terjadi, banyaknya, mengenai siapa, saja, dalam pekerjaan apa, dan apa sebab-
sebabnya.
h. Pendidikan yang menyangkut pendidikan keselamatan dalam kurikulum teknik,
sekolah-sekolah perniagaan atau kursus-kursus pertukangan.
i. Latihan-latihan, latihan praktek bagi tenaga kerja, khususnya tenaga kerja baru,
dalam keselamatan kerja.
j. Penggairahan, yaitu penggunaan aneka cara penyuluhan atau pendekatan lain
untuk menimbulkan sikap untuk selamat.
k. Asuransi, yaitu insentif financial untuk meningkatkan pencegahan kecelakaan
misalnya dalam bentuk pengurangan premi yang dibayar oleh perusahaan, jika
tindakan-tindakan keselamatan sangat baik.
l. Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan, merupakan ukuran utama efektif
tidaknya penerapan keselamatan kerja. Pada perusahaanlah kecelakaan-
kecelakaan terjadi, sedangkan pola-pola kecelakaan pada suatu perusahaan
sangat tergantung pada tingkat kesadaran akan keselamatan kerja oleh semua
pihak yang bersangkutan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 33
digilib.uns.ac.id

2.11. Landasan Teori

2.11.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian diskriptitf kuantitatif yaitu penelitian


tentang data yang dikumpulkan dan dinyatakan dalam bentuk angka-angka,
meskipun juga berupa data kualitatif sebagai pendukungnya, seperti kata-kata atau
kalimat yang tersusun dalam angket, kalimat hasil konsultasi atau wawancara
antara peneliti dan informan.

Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang
diangkakan. Data kualitatif yang diangkakan misalnya terdapat dalam skala
pengukuran. Suatu pernyataan/ pertanyaan yang memerlukan alternatif jawaban,
di mana masing-masing : sangat setuju diberi angka 4, setuju diberi angka 3,
kurang setuju diberi angka 2, dan tidak setuju diberi angka 1.

2.11.2. Uji Coba Instrumen

Analisis data dimaksudkan untuk melakukan pengujian hipotesis dan menjawab


rumusan masalah yang diajukan, karena menggunakan skala interval dan ratio,
maka sebelum melakukan pengujian harus dipenuhi persyaratan analisis terlebih
dahulu, dengan asumsi bahwa data harus dipilih secara acak (random),
berdistribusi normal, valid (akurat), dan reliabel (dapat dipercaya).

a. Uji Normalitas Distribusi Sampling

Distribusi sampling adalah distribusi peluang dari seluruh nilai yang


memungkinkan dapat dilakukan menggunakan statistik ketika dihitung dari
sampel acak dari ukuran yang sama, diturunkan dari populasi yang spesifik.
Distribusi sampling bisa memiliki distribusi data normal atau tidak normal. Secara
teoritis, semakin besar ukuran sampelnya, maka data akan mendekati normal.

b. Uji Validitas

Uji validitas ini dilakukan untuk mengukur apakah data yang telah didapat setelah
commit
penelitian merupakan data yang valid to user
dengan alat ukur menggunakan kuesioner.
perpustakaan.uns.ac.id 34
digilib.uns.ac.id

Langkah-langkah untuk mengukur validitas kuesioner menurut Umar (2003):


1. Mendefinisikan secara operasional suatu konsep yang akan diukur.
2. Melakukan uji coba pengukur tersebut kepada sejumlah responden.
3. Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban.

Uji validitas akan dilakukan dengan metode Pearson atau metode Product
Momen, yaitu dengan mengkorelasikan skor butir pada kuesioner dengan skor
totalnya. Uji validitas ini menggunakan bantuan program SPSS 17.0 for windows.
Adapun rumus metode Pearson Product Moment yaitu:

N å xy - (å x )(å y )
rxy =
[(å x 2 2
)(
- (å x ) N å y 2 - (å y )
2
)] (1)
Dimana:
rxy : korelasi Product Moment

N : cacah objek uji coba

å x : jumlah skor butir


å y : jumlah skor variabel
å x : jumlah skor butir kuadrat
2

å y : jumlah skor variabel kuadrat


2

å xy : jumlah perkalian skor butir dan skor variabel


Uji validitas adalah uji tentang kemampuan suatu angket, sehingga benar-benar
dapat mengukur apa yang ingin diukur. Sebuah instrumen valid jika mampu
mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang
diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas menunjukkan sejauh mana data
yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang
dimaksud.

Suatu kuesioner dikatakan valid apabila memenuhi kriteria sebagai berikut


(Sugiyono, 2007) :
1. Hasil r hitung > r tabel
commit to user
2. Nilai signifikasi (p) < 0,05
perpustakaan.uns.ac.id 35
digilib.uns.ac.id

Sedangkan suatu kuesioner dikatakan tidak valid apabila :


1. Hasil r hitung < r tabel
2. Nilai signifikasi (p) > 0,05

c. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk melihat apakah alat ukur yang digunakan
kuesioner menunjukkan konsistensi di dalam mengukur gejala yang sama.

Tabel 2.4. Kriteria Uji Reliabilitas


Nilai alpha Reliabilitas
< 0,200 Sangat rendah
0,200 - 0,399 Rendah
0,400 - 0,599 Cukup
0,600 - 0,799 Tinggi
0,800 – 1,00 Sangat Tinggi

Uji reliabilitas ini menggunakan bantuan program SPSS 17.0 for windows.
Adapun formula yang digunakan adalah :


⃰ƅƅ 1 (2)
ƅ

Dimana :
⃰ƅƅ = reliabilitas kuesioner
k = banyaknya butir pertanyaan
∑ = jumlah variansi butir
= variansi total

2.11.3. Uji Korelasi Parsial

Korelasi adalah asosiasi (hubungan) antara variabel-variabel yang diminati,


apakah data sampel yang ada menyediakan bukti cukup bahwa ada kaitan antara
variabel-variabel dalam populasi asal sampel, jika ada hubungan, seberapa kuat
hubungan antar variabel tersebut. Keeratan hubungan itu dinyatakan dengan nama
commit to user
koefisien korelasi atau bisa disebut korelasi saja. Perlu dicatat bahwa dalam
perpustakaan.uns.ac.id 36
digilib.uns.ac.id

korelasi kita belum menentukan dengan pasti variabel independent dan dependent
nya.

Pembahasan mengenai hubungan linier antara dua variabel dengan melakukan


kontrol terhadap satu atau lebih variabel tambahan (disebut variabel kontrol)
dengan menggunakan uji korelasi parsial

Tabel 2.5. Kriteria Uji Korelasi


Korelasi Nilai
0 - 0.25 Korelasi sangat lemah (dianggap tidak ada)
>0.25 - 0.5 Korelasi cukup
>0.5 - 0.75 Korelasi kuat
>0.75 - 1 Korelasi sanagat kuat

2.11.4. Uji Asumsi Klasik

Sebelum dilakukan analisis dengan regresi, dilakukan uji persyaratan analisis


terlebih dahulu. uji asumsi klasik meliputi:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
terikat, variabel bebas atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak.
Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau penyebaran
data statistik pada sumbu diagonal dari grafik distribusi normal (Ghozali,2001).

Pengujian normalitas dalam penelitian ini digunakan dengan melihat normal


probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari data
sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari data normal. Sedangkan dasar
pengambilan keputusan untuk uji normalitas data adalah (Ghozali,2001):

1. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal
atau grafik histogramnya menunjukkan distribusi normal, maka model regresi
memenuhi asumsi normalitas.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 37
digilib.uns.ac.id

2. Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan distribusi normal, maka
model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

b. Uji Multikolinearitas

Merupakan suatu keadaan dimana telah terjadi korelasi yang sangat kuat antar
masing-masing variabel bebas. Akibat yang muncul jika sebuah model regresi
memiliki kasus multikolineritas adalah kesalahan standar estimasi akan cenderung
meningkat dengan bertambahnya variabel bebas yang masuk pada model.
Sehingga signifikansi yang digunakan akan menolak hipotesis nol akan semakin
besar. Akibatnya model regresi yang diperoleh tidak sahih (valid) untuk menaksir
variabel independen. Salah satu cara termudah untuk melihat adanya kasus
multikolineritas ini adalah dengan melihat nilai variance inflating factor (VIF).
Apabila nilai VIF suatu model kurang dari angka 10 maka model tersebut
dinyatakan bebas dari kasus multikolineritas (Gujarati, 1995:78).

c. Uji Heteroskedastisitas

Heterokedastisitas digunakan untuk menguji apakah model dalam regresi terjadi


ketidaksamaan varians dari residual pengamatan yang lain. Jika varians residual
dari suatu pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas, dan jika varians
berbeda disebut heterokedastisitas. Model yang paling baik adalah tidak terjadi
heterokedastisitas.

d. Uji Autokorelasi

Merupakan korelasi yang terjadi antara residual pada pengamatan satu dengan
pengamatan lain pada model regresi. Uji autokorelasi digunakan untuk
mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik.

Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya
autokorelasi. Pertama, Uji Durbin-Watson (DW Test). Keputusan ada tidaknya
autokorelasi adalah:
commit
1. Bila nilai DW berada di antara to user dengan 4 - dU maka koefisien
dU sampai
perpustakaan.uns.ac.id 38
digilib.uns.ac.id

autokorelasi sama dengan nol. Artinya, tidak ada autokorelasi.


2. Bila nilai DW lebih kecil dari pada dL, koefisien autokorelasi lebih besar
daripada nol. Artinya ada autokorelasi positif.
3. Bila nilai DW terletak di antara dL dan dU, maka tidak dapat disimpulkan.
4. Bila nilai DW lebih besar dari pada 4 - dL, koefisien autokorelasi lebih besar
daripada nol. Artinya ada autokorelasi negatif.
5. Bila nilai DW terletak di antara 4 – dU dan 4- dL, maka tidak dapat
disimpulkan.

e. Uji Linieritas

Pengujian linearitas ini perlu dilakukan, untuk mengetahui model yang dibuktikan
merupakan model linear atau tidak. Uji linieritas dilakukan dengan menggunakan
curve estimation, yaitu gambaran hubungan linier antara variabel X dengan
variabel Y. Jika nilai sig f < 0,05, maka variabel X tersebut memiliki hubungan
linier dengan Y.

2.11.5. Analisis Data Regresi Berganda

Analisis regresi berganda yaitu suatu analisis untuk melihat sejauh mana pengaruh
variabel faktor keselamatan dan kesehatan kerja terhadap penyebab kecelakaan
kerja. Analisis regresi berganda menggunakan rumus persamaan yaitu :

Y= a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e (3)

Dimana:

Y = Tingkat Kecelakaan Kerja a = Konstanta

b1 = Koefisien regresi dari varibel X1 b2 = Koefisien regresi dari varibel X2


X1 = Faktor Lingkungan Kerja X2 = Faktor Material

b3 = Koefisien regresi dari variabel X3 b4 = Koefisien regresi dari varibel X4


X3 = Faktor Alat X4 = Faktor Pekerja

e = Eror

Data yang diperoleh nantinya akan diolah


commit menggunakan program olah data
to user
perpustakaan.uns.ac.id 39
digilib.uns.ac.id

komputer SPSS 17.0 for windows untuk menghasilkan nilai koefisien determinasi
yang lebih akurat.

2.11.6. Uji Hipotesis

a. Uji R2 (Analisis Koefisien Determinasi)

Merupakan suatu ukuran seberapa besar prosentase sumbangan pengaruh serentak


variabel-variabel bebas terhdap variabel terikat. Bila nilai koefisien determinasi
sama 0 (R² = 0),artinya variasi dari Y tidak dapat diterangkan oleh X sama sekali.
Bila nilai koefisien determinasi sama 1 (R² = 1), dengan 0 < R² < 1 artinya variasi
dari Y dapat diterangkan oleh X sama sekali, maka semua titik pengamatan berada
tepat pada garis regresi. Dengan demikian baik atau buruknya suatu persamaan
regresi ditentukan oleh R² nya yang mempunyai nilai antar nol atau satu.

Analisis ini untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel bebas (x) terhadap
variabel terikat (y) dalam bentuk prosentase (%).

b1 å x1 y + b2 å x 2 y + bk å x k y
R2 =
åy 2
(4)
Dimana :
R2 = Koefisien determinasi
b1, b2, bk = koefisien variabel x
y = variabel terikat
x1, x2, xk = variabel bebas

Sedangkan nilai R merupakan akar dari koefisien determinasi. Besarnya hubungan


antara variabel yang satu dengan variabel yang lain dinyatakan dengan koefisien
korelasi yang berkisar antara -1 (menujukkan korelasi negatif) sampai dengan 1
(menujukkan korelasi positif), sedangkan nilai 0 menunjukkan tidak adanya
hubungan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 40
digilib.uns.ac.id

b. Uji F (Uji Simultan)

Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh secara bersama-sama variabel


independent terhadap variabel dependent
1. Jika Fhitung < Ftabel, maka independent tidak berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen
2. Jika Fhitung > Ftabel, maka independent mempunyai hubungan yang
signifikan terhadap variabel dependen.

c. Uji T (Uji Parsial)

Menurut Sugiono (2010:366), uji T digunakan untuk menguji sendiri- sendiri


secara signifikan hubungan antara variabel independent (variabel X)
1. Jika Thitung > Ttabel maka variabel independent mempunyai keeratan
hubungan yang signifikan terhadap variabel dependen.
2. Jika Thitung < Ttabel maka variabel independen tidak mempunyai keeratan
hubungan yang signifikan.

2.11.7. Kerangka Pemikiran Penelitian

Kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Faktor Lingkungan Kerja


(X1)

Faktor Material
(X2) Tingkat
Kecelakaan Kerja
Faktor Alat (Y)
(X3)

Faktor Pekerja
(X4)

Gambar 2.6. Kerangka Pemikiran Penelitian

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 41
digilib.uns.ac.id

2.11.8. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang masalah, perumusan masalah, landasan teori, kerangka


pemikiran, hipotesis penelitian ini adalah :
a. Diduga ada pengaruh yang signifikan dan positif antara faktor Lingkungan
Kerja (X1) yang berperan dalam tingkat kecelakaan kerja (Y) pada pekerja
Proyek Pembangunan Gedung Kantor Bank Mandiri Solo.

b. Diduga ada pengaruh yang signifikan dan positif antara faktor Material (X2)
yang berperan dalam tingkat kecelakaan kerja (Y) pada pekerja Proyek
Pembangunan Gedung Kantor Bank Mandiri Solo.

c. Diduga ada pengaruh yang signifikan dan positif antara faktor Alat (X3) yang
berperan dalam tingkat kecelakaan kerja (Y) pada pekerja Proyek
Pembangunan Gedung Kantor Bank Mandiri Solo.

d. Diduga ada pengaruh yang signifikan dan positif antara faktor Pekerja (X4)
yang berperan dalam tingkat kecelakaan kerja (Y) pada pekerja Proyek
Pembangunan Gedung Kantor Bank Mandiri Solo.

2.12. Cara Kerja Program SPSS 17.0 for windows

Ada beberapa teknik statistik yang dapat digunakan untuk menganalisis data.
Tujuan dari analisis data adalah untuk mendapatkan informasi yang relevan yang
terdapat dalam data tersebut dan menggunakan hasilnya untuk memecahkan suatu
masalah. Sebelum mengolah data, diperlukan pengelompokkan data terlebih
dahulu agar dapat menghasilkan penelitian dengan hasil yang baik.

Data yang diolah dimasukkan sebagai input, kemudian dengan proses pengolahan
data oleh komputer dihasilkan output berupa informasi untuk kegunaan lebih
lanjut. Berikut sedikit gambaran tentang cara kerja komputer dengan program
SPSS 17.0 for windows dalam mengolah data.

Input data Proses Output data


Data Data Editor Viewer
Editor
commit to user
Gambar 2.7. Cara Kerja Program SPSS 17.0 for windows
perpustakaan.uns.ac.id 42
digilib.uns.ac.id

Data hasil penelitian atau data yang akan diproses dimasukkan lewat menu data
editor yang secara otomatis muncul di layar komputer. Hasil pengolahan data
muncul di layar windows yang lain dari SPSS yaitu viewer, output SPSS bisa
berupa :

a. Teks atau tulisan

Pengerjaan (perubahan bentuk huruf, penambahan, pengurangan dan lainnya)


Yang berhubungan dengan output berbentuk tabel bisa dilakukan lewat menu Text
output editor.

b. Tabel
Pengerjaan (pivoting tabel, penambahan, pengurangan, dan lainnya) yang
Berhubungan dengan output data yang berbentuk tabel dilakukan lewat menu
Pivot table editor

c. Chart atau grafik


Pengerjaan (perubahan tipe grafik dan lainnya) yang berhubungan dengan Output
data yang berbentuk grafis dapat dilakukan lewat menu chart editor.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai