Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA LANSIA DENGAN GANGGUAN SYSTEM PENGLIHATAN

OLEH:
KELOMPOK I
Akbar Inggrayadi : 201601098
Alprida : 201601107
Fitria : 201601107
Frangky Saputra : 201601108
Lucky arisandi : 201601117
Ni Putu Dita : 201601122
Nurfajrah : 201601124
Putri Restu : 201601084
Rifka Yunita : 201601088
Umi Kalsum : 201601093

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIDYA NUSANTARA PALU
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat serta hidayahnya kepada
kami sehingga kami dapat menyelesaikan “Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan
Gangguan System Penglihatan” dengan tepat waktu.
Semoga dengan adanya Asuhan Keperawatan ini, dapat menambah wawasan dan
pengetahuan mengenai materi “Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan
System Penglihatan”. Kami menyadari bahwa Askep ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
seluruh pembaca sekalian demi kesempurnaan Askep ini.
Kami mengharapkan kiranya makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Palu, September 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................................


KATA PENGANTAR ...............................................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................
B. Tujuan ..............................................................................................................
BAB II KONSEP TEORI
A. Anatomi Dan Fisiologi Sistem Penglihatan .........................................................
B. Teori Proses Menua .........................................................................................
C. Perubahan Sistem Penglihatan Pada Lansia ....................................................
D. Masalah Penglihatan Pada Lansia....................................................................
E. Konsep Asuhan Keperawatan ..........................................................................
BAB III KASUS PADA SISTEM PENGLIHATAN
A. Pembahasan Kasus...........................................................................................
B. Asuhan Keperawatan........................................................................................
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................................
B. Saran ................................................................................................................
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jumlah warga usia lanjut di Indonesia yang semakin banyak agaknya tidak
terbendung lagi seiringnya usia harapan hidup. Diproyeksikan populasi orang usia
lanjut pada tahun 1990-2025 akan naik 414 % suatu angka tertinggi didunia
berbagai masalah fisik, psikologi dan sosial akan muncul pada usia lanjut sebagai
akibat dari proses menua dan atau penyakit degeneratif yang muncul seiring dengan
menuanya seseorang.
Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya
tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh. Proses
menua sudah mulai berlangsung setiap seseorang mencapai usia dewasa, misalnya
dengan terjadinya pada otot, pengindaraan baik itu indra penglihatan, penciuman,
perabaan, pendengaran dan pengecapan.
Gangguan penglihatan merupakan masalah penting yang menyertai
lanjutnya usia. Akibat dari masalah ini seringkali tidak disadari oleh masyarakat,
para ahli, bahkan oleh para lanjut usia sendiri. Dengan berkurangnya penglihatan,
para lanjut usia sering kali kehilangan rasa percaya diri, berkurang keinginan untuk
pergi keluar, untuk lebih aktif bergerak kesana kemari. Mereka akan kehilangan
kemampuan untuk membaca atau melihat televise. Kesemua itu akan menurunkan
aspek sosialisasi dari para lanjut usia., mengisolasi mereka dari dunia luar yang
pada gilirannya akan menyebabkan depresi dengan berbagai akibatnya.

B. Tujuan
1. Menjelaskan Anatomi Dan Fisiologi Sistem Penglihatan
2. Menjelaskan Teori Proses Menua
3. Menjelaskan Perubahan Sistem Penglihatan Pada Lansia
4. Menjelaskan Masalah Penglihatan Pada Lansia
5. Menjelaskan Asuhan Keperawatan Sistem Penglihatan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Anatomi Dan Fisiologi Sistem Penglihatan
1. Anatomi Mata

Indra penglihatan yang terletak pada mata (organ visus) yang terdiri dari
organ okuli assesoria (alat bantu mata) dan okulus (bola mata).  Saraf indra
penglihatan, yaitu saraf optikus (urat saraf kranial kadua), muncul dari sel-sel
ganglion dalam retina, bergabung untuk membentuk saraf optikus.Organ okuli
assesorius terdiri dari; Kavum orbita, yang merupakan rongga mata yang
bentuknya seperti kerucut dengan puncaknya mengarah ke depan, dank e
dalam. Dinding rongga mata dibentuk oleh tulang: os frontalis, os zigomatikum,
os sfenoidal, os palatum, dan os lakrimal. Rongga bola mata berisi jaringan
lemak, otot fasia, saraf, pembuluh darah dan aparatus lakrimalis.
Supersilium (alis mata), merupakan batas orbita dan potongan kulit tebal
yang melengkung, ditumbuhi oleh bulu pendek yang berfungsi sebagai
kosmetik atau alat kecantikan dan sebagai alat pelindung mata dari sinar
matahari yang sangat terik Palpebra (kelopak mata), merupakan dua buah
lipatan atas dan bawah kulit yang terletak di depan bulbus okuli.
Kelopak mata atas lebih lebar dari kelopak mata bawah. Fungsinya adalah
sebagai pelinding mata sewaktu-waktu kalau ada gangguan pada mata
(menutup dan membuka mata). Kelopak mata atas lebih mudah digerakkan
karena terdiri dari muskulus levator palpebra superior. Apparatus lakrimalis (air
mata). Air mata dihasilkan oleh kelenjar lakrimalis superior dan inferior.
Melalui duktus ekskretorius lakrimalis masuk ke dalam mata ke dalam kanalis
lakrimalis mengalir ke duktus nasolakrimalis terus ke meatus nasalis inferior.
      Konjungtiva. Permukaan dalam kelopak mata disebut konjungtiva
palpebra, yang merupakan lapisan mukosa. Bagian yang membelok dan
kemudian melekat pada bola mata disebut konjungtiva bulbi. Pada konjungtiva
ini banyak sekali kelenjar-kelenjar limfe dan pembuluh darah.
Otot-otot penggerak mata :                     
a. M.Obliques superior
b. M.Rectus superior
c. Tendon obliques superior
d. M.Rectus lateral
e. M.Obliques inferior
f. M.Rectus inferior.
Tiga ruang atau rongga bola mata :
a. Camera occuli anterior (COA) :
1) Ruang bola mata bagian depan
2) Antara iris dan kornea
3) Berisi cairan aques humor
4) Terdapat sudut COA ( antara iris dan kornea ) yang menyerap aqeus
humor mengalir kekanan
5) SCHLEM = sinus venosus sclera (vena halus)
b. Camera oculli posterior COP :
1) Terletak antara iris dan lensa.
2) Corpus ciliaris sehingga terbentuknya aqueus humor
c. Corpus vitreum :
1) Terletak di antara iris dan lensa
2) Vitreus humor adalh cairan warna keputihan seperti gel ( agar-agar)
2. Fisiologi Mata
Organ sensori kompleks yang mempunyai fungsi optikal untuk
melihat dan saraf untuk tranduksi sinar. Aparatus optik mata membentuk
dan mempertahankan ketajaman fokus objek dalam retina. Prinsip optik:
sinar dialihkan berjalan dari satu medium ke medium lain dari kepadatan
yang berbeda, fokus utama pada garis yang berjalan melalui pusat
kelengkungan lensa sumbu utama.
 Indera penglihatan menerima rangsangan berkas-berkas cahaya pada
retina dengan perantara serabut nervus optikus, menghantarkan rangsangan
ini ke pusat penglihatan pada otak untuk ditafsirkan. Cahaya yang jatuh ke
mata menimbulkan bayangan yang letaknya difokuskan pada retina.
Bayangan itu akan menembus dan diubah oleh kornea lensa badan ekueus
dan vitrous. Lensa membiaskan cahaya dan memfokuskan bayangan pada
retina bersatu menangkap sebuah titik bayangan yang difokuskan.

B. TEORI PROSES MENUA


Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu teori biologi,
teori kejiwaan sosial dan teori spiritual.
1. Teori Biologi
Teori bilogi mencakup teori genetik dan mutasi, immunology slow theory,
teori stres, teori radikal bebas, dan teori rantai silang.
a) Teori genetik dan mutasi (somatic mutatie theory)
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies –
spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia
yang diprogram oleh molekul – molekul / DNA dan setiap sel pada
saatnya akan mengalami mutasi. Sebagai contoh yang khas adalah
mutasi dari sel – sel kelamin (terjadi penurunan kemampuan fungsional
sel)
b) Reaksi dari kekebalan sendiri (auto immune theory)
Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat
khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidaktahan terhadap zat
tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.
c) Teori “immunology slow virus” (immunology slow virus theory)
Sistem imune menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan
masuknya virus kedalam tubuh dapat menyebabkab kerusakan organ
tubuh.
d) Teori stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh.
Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan
lingkungan internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel
tubuh lelah terpakai.
e) Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas, tidak stabilnya radikal
bebas (kelompok atom) mengakibatkan osksidasi oksigen bahan-
bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini
dapat menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.
f) Teori rantai silang
Sel-sel yang tua atau usang , reaksi kimianya menyebabkan ikatan
yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan
kurangnya elastis, kekacauan dan hilangnya fungsi.
2. Teori Kejiwaan Sosial
a) Aktivitas atau kegiatan (activity theory)
- Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan
secara langsung. Teori ini menyatakan bahwa usia lanjut yang sukses
adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial.
- Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut
usia.
- Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar
tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia.
b) Kepribadian berlanjut (continuity theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Teori
ini merupakan gabungan dari teori diatas. Pada teori ini menyatakan
bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia sangat
dipengaruhi oleh tipe personality yang dimiliki.
c) Teori pembebasan (disengagement theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang
secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya.
Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik
secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering terjaadi kehilangan
ganda (triple loss), yakni:
1) kehilangan peran
2) hambatan kontak sosial
3) berkurangnya kontak komitmen
3. Teori Spiritual
Komponen spiritual dan tumbuh kembang merujuk pada pengertian
hubungan individu dengan alam semesta dan persepsi individu tentang arti
kehidupan. James fowler mengungkapkan 7 tahap perkembangan
kepercayaan (Wong,et.al,1999 ). Fowler juga menyakini bahwa
kepercayaan/ demensia spiritual adalah suatu kekuatan yang memberi arti
kehidupan dari kehidupan seseorang.
Fowler menggunakan istilah kepercayaan sebagai suatu bentuk
pengetahuan dan cara berhubungan dengan kehidupan akhir. Menurutnya,
kepercayaan adalah suatu fenomena timbal balik, yaitu suatu hubungan aktif
antara seseorang dengan orang lain  dalam  menanamkan suatu keyakinan,
cinta kasih, dan harapan. Fowler menyakini bahwa perkembangan
kepercayaan antara orang dan lingkungan terjadi karena adanya kombinasi
antara nilai-nilai pengetahuan. Fowler juga berpendapat bahwa
perkembangan spiritual pada lansia berada pada tahap penjelmaan dari prisip
cinta dan keadilan.
C. PERUBAHAN SISTEM PENGLIHATAN PADA LANSIA
Perubahan penglihatan yang terjadi pada lansia yaitu seperti, respon
terhadap sinar menurun, adaptasi terhadap gelap menurun, akomodasi menurun,
lapang pandang menurun dan katarak.
Mata merupakan bagian yang vital dalam kehidupan untuk pemenuhan
hidup sehari-hari, terkadang perubahan yang terjadi pada mata dapat
menurunkan kemampuan beraktifitas. Para lansia yang memilih masalah mata
menyebabkan orang tersebut mengalami isolasi sosial dan penurunan perawatan
diri sendiri.
1. Mata normal
Mata merupakan organ penglihatan, bagian-bagian mata terdiri dari sklera,
koroid dan retina. Sklera merupakan bagian mata yang terluar yang terlihat
berwarna putih, kornea adalah lanjutan dari sklera yang berbentuk transparan
yang ada didepan bola mata, cahaya akan masuk melewati bola mata
tersebut. Sedangkan koroid merupakan bagian tengah dari bola mata yang
merupakan pembuluh darah. Dilapisan ketiga merupakan retina, cahaya yang
masuk dalm retina akan diputuskan oleh retina dengan bantuan aqueous
humor, lensa dan vitrous humor. Aqueous humor merupakan cairan yang
melapisi bagian luar mata, lensa merupakan bagian transparan yang elastis
yang berfungsi untuk akomodasi.
2. Hubungan usia dengan mata
Kornea, lensa, iris, aqueous humor, dan vitrous humor akan mengalami
perubahan seiring bertambahnya usia. Karena bagian utama yang mengalami
perubahan/penurunan sensifitas yang bisa menyebabkan kekeruhan lensa
pada mata, produksi aquous humor juga mengalami penurunan tetapi tidak
terlalu terpengaruh terhadap keseimbangan dan tekanan intra okuler lensa
umum. Bertambahnya usia akan mempengaruhi fungsi organ pada mata
seseorang yang berusia 60 tahun, fungsi kerja pupil akan mengalami
penurunan 2/3 dari pupil orang dewasa atau muda, penurunan tersebut
meliputi ukuran-ukuran pupil dan kemampuan melihat dari jarak jauh.
Proses akomodasi merupakan kemampuan untuk melihat benda-benda dari
jarak dekat maupun jauh. Akomodasi merupakan hasil koordinasi atas ciliary
body dan otot-otot ini, apabila sesorang mengalami penurunan daya
akomodasi maka orang tersebut disebut presbiopi.

D. MASALAH PENGLIHATAN PADA LANSIA


Ada 4 masalah umum penglihatan yang sering muncul pada orang dengan lanjut
usia. Masalah-masalah tersebut adalah sebagai berikut :
1. Penurunan kemampuan penglihatan
Penurunan ini dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya adalah
progesifitas dan pupil kekunningan pada lensa mata, menurunnya vitrous
humor, perubahan ini dapat mengakibatkan berbagai masalah pada usia
lanjut seperti : mata kabur, hubungan aktifitas sosial, dan penampialan ADL,
pada lansia yang berusia lebih dari 60 tahun lensa mata akan semakin keruh,
beberapa orang tidak mengalami atau jarang mengalami penurunan
penglihatan seirinng dengan bertambahnya usia.
2. ARMD ( age- relaed macular degeneration )
ARMD terjadi pada usia 50-65 tahun dibeberapa kasus ini
mengalami peningkatan makula berada dibelakang lensa sedangkan makula
sendiri berfungsi untuk ketajaman penglihatan dan penglihatan warna,
kerusakan makula akan menyebabkan sesorang mengalami gangguan
pemusatna penglihatan.
Tanda dan gejala ARMD meliputi : penglihatan samar-samar dan
kadang-kadang menyebabkan pencitraan yang salah. Benda yang dilihat
tidak sesuai dengan kenyataan, saat melihat benda ukuran kecil maka akan
terlihat lebih kecil dan garis lurus akan terlihat bengkok atau bahkan tidak
teratur. Pada dasarnya orang yang ARMD akan mengalami gangguan
pemusatan penglihatan, peningkatan sensifitas terhadap cahaya yang
menyilaukan, cahaya redup dan warna yang tidak mencolok. Dalam kondisi
yang parah dia akan kehilangan penglihatan secara total. Pendiagnosaan
dilakukan oleh ahli oftalmologi dengan bantuan berupa test intravena
fluorerensi angiografy.
Treatment: beberapa kasus dalam ARMD dapat dilakukan dengan
tembok laser (apabila akondisi tidak terlalu parah) pelaksanaan dalam
keperawatan adalah membantu aktifitas sehari-harinya, membantu
perawatan diri dan memberikan pendidikan tentang ARMD.
3. Glaucoma
Glaukoma dapat terjadi pada semua usia tapi resiko tinggi pada
lansia usia 60 tahun keatas, kerusakan akibat glaukoma sering tidak bisa
diobati namun dengan medikasi dan pembedahan mampu mengurangi
kerusakan pada mata akibat glaukoma. Glaukoma terjadi apabila ada
peningkatan tekanan intra okuler ( IOP ) pada kebanyakan orang disebabkan
oleh oleh peningkatan tekanan sebagai akibat adanya hambatan sirkulasi
atau pengaliran cairan bola mata (cairan jernih berisi O2, gula dan nutrisi),
selain itu disebabkan kurang aliran darah kedaerah vital jaringan nervous
optikus, adanya kelemahan srtuktur dari syaraf.
Populasi yang berbeda cenderung untuk menderita tipe glaukoma
yang berbeda pula pada suhu Afrika dan Asia lebih tinggi resikonnya di
bandinng orang kulit putih, glaukoma merupakan penyebab pertama
kebutuhan di Asia.
Tipe glaukoma ada 3 yaitu :
a. Primary open angle Gloueoma (glaukoma sudut terbuka)
Tipe ini merupakan yang paling umum terjadi terutama lansia usia >
50 tahun. Penyebabnya adalah peningkatan tekanan di dalam bola mata
yang berfungsi secara perlahan, rata-rata tekanan normal bola mata
adalah 14- 16 mmHg. Tekanan 20mmHg masih dianggap normal namun
bila lebih dari 22 diperkirakan menderita glaukoma dan memerlukan
pemeriksaan lebih lanjut.
Tekanan bola mata yang meningkat dapat membahayakan dan
menghacurkan sel-sel mata. Setelah terjadi kehancuran sel-sel tersebut
maka munculah bintik-bintik yang akan lapang pandang bintik ini
dimulai dari tepi atau daerah yang lebih luar dari satu lapang pandangan.
Tidak ada gejala yang nyata dengan glaukoma sudut terbuka, sehingga
susah untuk didiagnosa. Penderita tidak merasakan adanya nyeri dan
sering tidak disadari.
b. Normal tenion glukoma (glaucoma bertekanan normal)
Glukoma bertekanan normal adaalh suatu keadaan dimana terjadi
kerusakan yang progesif pada syaraf optikus dan kehilangan lapang
pandangan meskipun tekanan bola mata normal. Tipe glaukoma ini
diperkirakan ada hubunganya (meski kecil) dengan kurangnya sel syaraf
optikus yang membawa impuls ke retina menuju otak. Glukoma
bertekanan normal ini sering terjadi pada orang yang mempunyai
riwayat penyakit pembuluh darah, kebanyakan pada orang jepang atau
wanita.
c. Angel clousure gloukoma (Glaukoma sudut tertutup)
Sudut antara iris dan kornea adalah menyempit, adanya gangguan
pada cairan bola mata, peningkatan tekanan boala mata sangat cepat
karena saluran cairan bola mata terhambat, tanda-tandanya muncul
secara tiba-tiba dan penanganan secara cepat dibutuhkan untuk
kerusakan mata secara permanen.
Diliteratur lain disebutkan bahwatipe glaukoma selain di atas antara
lain pigmentary glukoma, congenitak glukoma, secondary glaukoma.
Secara umum tanda dan gejala yang muncul pada open gloukoma adalah
sulit untuk diidentifikasi, kejadiannya berjalan sangat lambat, kehilangan
sudut pandang dari tepi, penurunan kemampuan penglihatan. Sedangkan
pada class gloukoma adalah munculsecara tiba-tiba adanya nyeri pada
mata, sudut mata menyempit, mata memerah, kabur, neusea, vomite atau
brodykardia bisa terjadi karena adanaya nyeri pada mata.
Treatment :
Ketika tanda dan gejala sudah muncul segera lakukan pemeriksaan
alatnya berupa tanometer. Penanganannya berupa:
1) Tetes mata : cara ini merupakan cara umum dan sering dan harus
dilakukan, sebagian klien dapat mendaptkan respon yang bagus dari
obat namun beberapa juga tidak ada respon pemberian obat harus
sesuai dengan tipe glaukoma.
2) Bedah laser : ( trabukulopasty) ini dilakuka jika obat tetes mata
tidak menghentikan glaukoma. Walaupun sudah dilaser obat harus
diberikan
3) Pembedahan (trabekulectomy) sebuah saluran dibuat untuk
memungkinkan caira keluar, tindkan ini dapat menyelamatkan sisa
penglihtan yang ada.
4) Obat yang diperlukan :
a) Pilocarpine atau timololmalat
Yaitu untuk mencegah keparahan glaukoma dan menurunkan
produk cairan yang yang menyebabkan gangguan pulmo dan
detak jantung menurun. Betaxolol (betotik) direkomendasi bagi
klien yang menderita asma atau eapisima, pilocarpine
menyebabkan miosis (kontriksi) pupil tetapi mempu
menormalkan tekanan boal mata, obat lain seperti :
Brimohidrine, untuk menurinkan aquous humor.
b) Oral karbonik anhydrase inhibitor seperti acitamolamide
(diamox) yaitu untuk mengurangi cairan., obat ini
menyebabkan depresi, fatique letargy.
4. Katarak
Katarak adalah istilah kedokteran untuk setiap keadaan kekeruhan
yang terjadi pada lensa mata yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan
cairan lensa), denaturasi protein lensa atau dapat juga akibat dari kedua-
duanya. Biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif. Katarak
menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena dengan lensa
yang keruh cahaya sulit mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan
yang kabur pada retina. Jumlah dan bentuk kekeruhan pada setiap lensa mata
dapat bervariasi.
Katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya usia
seseorang, tanda dari katarak yaitu lensa keruh, penglihatan kabur secara
berangsur-angsur tanpa rasa sakit, pupil berwarna putih, miopisasi pada
katarak intumessen. Gejala dari katarak yaitu merasa silau terhadap cahaya
matahari, penglihatan kabur secara berangsur-angsur tanpa rasa sakit,
penglihatan diplopia monokuler (dobel), persepsi warna berubah,perubahan
kebiasaan hidup.

E. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
Pengkajian pada lansia dengan gangguan penglihatan meliputi hal-hal
berikut ini :
a. Ukuran pupil mengecil
b. Pemakaian kacamata
c. Penglihatan ganda
d. Sakit pada mata seperti glaucoma dan katarak
e. Mata kemerahan
f. Mengeluh ketidaknyamanan terhadap cahaya terang (menyilaukan).
g. Kesulitan memasukan benang ke lubang jarum.
h. Permintaan untuk membacakan kalimat
i. Kesulitan/ kebergantungan dalam melakukan aktivitas pemenuhan
kebutuhan sehari-hari (mandi, berpakaian, ke kamar kecil, makan,
BAK/BAB, serta berpindah)
j. Visus
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan persepsi sensorik : penglihatan
b. Risiko cidera : jatuh
c. Gangguan mobilitas fisik
d. Gangguan rasa nyaman (nyeri)
e. Kecemasan
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperwatan pada lansia dengan masalah penglihatan adalah
sebagai berikut :
a. Kaji penyebab adanya gangguan penglihatan pada klien
b. Pastikan objek yang dilihat dalam lingkup lapang pandang klien
c. Beri waktu lebih lama untuk memfokuskan sesuatu
d. Bersihkan mata, apabila ada kotoran gunakan kapas basah dan bersih
e. Kolaborasi untuk penggunaan alat Bantu penglihatan seperti kacamata
dan penatalaksanaan medis untuk katarak.
f. Berikan penerangan yang cukup
g. Periksa kesehatan mata secara berkala.
BAB III
KASUS PADA SISTEM PENGLIHATAN
A. Pembahasan Kasus
1. Kasus
Tn. S, 68 th, mengeluh bola mata terasa nyeri, blured vision, lapang pandang
lateral OD menurun, TIO OD : 28 mmHg, TIO OS : 24 mmHg, visus OD 1/60,
OS : 20/60, Tekanan darah 160/90 mmHg, N : 92x/menit, rr : 24x/menit, S : 37
C, Rencana pemeriksaan penunjang uji midriatikum dan uji kamar gelap. Terapi
: Golongan beta blocker, lasik, diet rendah garam.
2. Terminologi
a)  Blured vision     : Pandangan kabur
b) TIO                     : Tekanan Intraokular
c) OD                     : Oculus Dexter ( Mata kanan)
d) OS                      : Oculus Sinister (Mata kiri)
(Poppy Kumala, et al, 1998 )
e) Uji medriatikum
Tekanan mata dengan pupil normal dibandingkan dengan pupil saat dilatasi
(midriasis). Pada mata yang mempunyai predisposisi untuk glaukoma,
tekanan nadi akan meningkat diatas batas normal, dapat digunakan suatu
midriatikum yang lemah sehingga efek kenaikan  tekanan dapat
dikembalikan (diturunkan) dengan mudah. Apabila uji ini dilakukan pada
pasien rawat jalan, pasien baru boleh pulang setelah miosis dicapai.
(Darling Vera, 1996 : 98)
f) Uji Kamar Gelap
Dilatasi (pelebaran) pupil secara normal pada keadaan gelap akan
menyebabkan hambatan sudut drainase. Keadaan ini terutama benar pada
glaukoma sudut tertutup. Tekanan intraokular direkam sebelum dan satu
jam setelah berada didalam kamar gelap. Pasien jangan diganggu, tetapi
tidak diperkenankan tidur, karena saat tidur akan terjadi relaksasi yang akan
memberikan hasil pembacaan palsu. Hal ini harus diterangkan kepada
pasien agar diperoleh kerjasama yang baik. Radio transistor akan membantu
pasien melewatkan waktu tadi selama berada didalam kamar gelap. Suatu
kenaikan tekanan sebesar 5 mmHg atau lebih dianggap bermakna (positip).
(Darling Vera, 1996 : 97)
g) LASIK (Laser Assisted In-situ Keratomileusis)
Suatu prosedur/tindakan dengan tujuan memperbaiki kelainan refraksi pada
mata sehingga setelah dilakukan tindakan ini, penderita kelainan refraksi
diharapkan dapat terbebas dari kacamata/lensa kontak.
h) Golongan Beta Blocker
Memblok – impuls adrenergik ( Sympathetik ) yang secara normal
menyebabkan mydriasis, mekanisme yang bisa menurunkan IOP. ( Barbara
C. Long, 2000 : 267)

B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Biodata Klien
Data Demografi
- Nama                          : Tn. S
- Umur                           : 48 tahun
- Jenis kelamin              : Laki-laki
- Dx. Medis                   : Glaukoma
b. Pengelompokan Data
Data Subjektif
- Klien mengeluh bola mata terasa nyeri
- Klien mengeluh pandangan kabur (blured vision)
Data Objektif
-  TD 160/90 mmHg
-   N : 92x/menit
-  rr : 24x/menit
- S : 37 C
-  lapang pandang lateral OD menurun
- TIO OD : 28 mmHg, TIO OS : 24 mmHg
- Visus OD 1/60, OS : 20/60
c. Analisa Data
No Diagnosa Analisa Data
1 Nyeri berhubungan DS : Klien mengeluh bola mata terasa
dengan peningkatan Nyeri
tekanan intraokular DO : - TIO OD : 28 mmHg, TIO OS : 24
MmHg
- TD 160/90 mmHg
E : Peningkatan tekanan intraocular
P : Nyeri

2 Penurunan persepsi DS : Klien mengeluh pandangan kabur


sensori : Penglihatan (blured vision)
yang berhubungan DO : - Lapang pandang lateral OD
dengan penurunan Menurun
tajam penglihatan dan - Visus OD 1/60, OS : 20/60
kejelasan penglihatan E : Penurunan tajam penglihatan dan
kejelasan penglihatan
P : Penurunan persepsi sensori :
Penglihatan

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intraokular
b. Penurunan persepsi sensori : Penglihatan yang berhubungan dengan
penurunan tajam penglihatan dan kejelasan penglihatan
3. Intervensi
a.  Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intraokular
1) Tujuan :
Klien melaporkan bahwa nyeri yang ia rasakan hilang
2) Kriteria Hasil :
- Klien mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri
-  Klien merasa nyaman dengan hilangnya nyeri
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat nyeri 1. Mengetahui tingkat nyeri untuk
memudahkan intervensi selanjutnya

2. Pantau derajat nyeri mata setiap 2. Untuk mengidentifikasi kemajuan atau


30 menit selama fase akut penyimpangan dari hasil yang
diharapkan
3. Siapkan pasien untuk 3. Setelah TIO terkontrol pada glukoma
pembedahan sesuai peranan sudut terbuka, pembedahan harus
dilakukan untuk secara permanen
menghilangkan blok pupil

4. Pertahankan tirah baring ketat 4. Tekanan pada mata ditingkatkan bila


pada posisi semi fowler tubuh datar

5. Berikan lingkungan gelap dan 5. Stres dan sinar menimbulkan TIO yang
terang mencetuskan nyeri

6. Berikan analgetik narkotik yang 6. Untuk mengontrol nyeri, nyeri berat


diresepkan peran dan evaluasi menentukan menuver valasava,
keefektifannya menimbulkan TIO

b. Penurunan persepsi sensori : Penglihatan yang berhubungan dengan


penurunan tajam penglihatan dan kejelasan penglihatan.
1) Tujuan :
Klien melaporkan kemampuan yang lebih untuk proses rangsang
penglihatan dan mengomunikasikan perubahan visual.
2) Kriteria Hasil :
- Klien mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi
penglihatan.
-  Klien mengindentifikasi dan menunjukkan pola-pola alternatif untuk
meningkatkan penerimaan rangsang penglihatan

Intervensi Rasional
1. Kaji ketajaman 1. Mengidentifikasi kemampuan visual
penglihatan klien. klien.
2. Dekati klien dari sisi
yang sehat. 2. Memberikan rangsang sensori,
mengurangi rasa isolasi/terasing.
3. Identifikasi alternatif
untuk optimalisasi sumber 3. Memberi keakuratan penglihatan dan
rangsangan. perawatannya.

4. Sesuaikan lingkungan 4. Meningkatkan kemampuan persepsi


untuk optimalisasi sensori.
penglihatan :
- Orientasikan klien
terhadap ruang rawat.
- Letakkan alat yang sering
digunakan di dekat klien
atau pada sisi mata yang
lebih sehat.
-  Berikan pencahayaan
cukup.
- Letakkan alat ditempat
yang tetap.
- Hindari cahaya
menyilaukan.
5. Anjurkan penggunaan 5. Meningkatkan kemampuan respons
alternatif rangsang terhadap stimulus lingkungan.
lingkungan yang dapat
diterima : auditorik, taktil.
BAB IV

PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada hakikatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang
telah melewati tiga tahap kehidupan yaitu masa anak, masa dewasa dan masa tua.
Memasuki masa tua berarti mengalami kemunduran baik secara psikis maupun
fisik, kemundurun fisik ditandai dengan kulit mengendor, rambut memutih,
penurunan semua fungsi tubuh dan meningkatnya sensitifitas emosional

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dibuat maka kelompok mengajukan beberapa
saran sebagai pertimbangan untuk meningkatkan derajat kesehatan lansia. Adapun
saran-sarannya adalah sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan usia harapan hidup lansia harus lebih menyadari tentang
kesehatan dirinya sendiri.
2. Perawat dituntut untuk dapat memahami secara umum tentang konsep dasar
perawatan gerontik agar dapat terlaksana asuhan keperawatan yang
komperhensif dan memiliki kemampuan dalam melaksanakannya.
Daftar Pustaka
Mansjoer, Arif.2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1.Jakarta, Media
Aesculapius. Fakultas Kedokteran UI
Doengoes, Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta; EGC
Diunduh dari http://www.scribd.com/doc/62302767/askep-katarak
Stockslager, Jaime L . 2008. Asuhan Keperawatan Geriatrik. Edisi 2. Jakarta :EGC
Maryam RS, ekasari MF, dkk .2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta:
Salemba
Tamsuri, Anas, 2010, Klien Gangguan Mata dan Penglihatan, Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai