Asuhan Keperawatan
Asuhan Keperawatan
OLEH:
KELOMPOK I
Akbar Inggrayadi : 201601098
Alprida : 201601107
Fitria : 201601107
Frangky Saputra : 201601108
Lucky arisandi : 201601117
Ni Putu Dita : 201601122
Nurfajrah : 201601124
Putri Restu : 201601084
Rifka Yunita : 201601088
Umi Kalsum : 201601093
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat serta hidayahnya kepada
kami sehingga kami dapat menyelesaikan “Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan
Gangguan System Penglihatan” dengan tepat waktu.
Semoga dengan adanya Asuhan Keperawatan ini, dapat menambah wawasan dan
pengetahuan mengenai materi “Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan
System Penglihatan”. Kami menyadari bahwa Askep ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
seluruh pembaca sekalian demi kesempurnaan Askep ini.
Kami mengharapkan kiranya makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
B. Tujuan
1. Menjelaskan Anatomi Dan Fisiologi Sistem Penglihatan
2. Menjelaskan Teori Proses Menua
3. Menjelaskan Perubahan Sistem Penglihatan Pada Lansia
4. Menjelaskan Masalah Penglihatan Pada Lansia
5. Menjelaskan Asuhan Keperawatan Sistem Penglihatan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Anatomi Dan Fisiologi Sistem Penglihatan
1. Anatomi Mata
Indra penglihatan yang terletak pada mata (organ visus) yang terdiri dari
organ okuli assesoria (alat bantu mata) dan okulus (bola mata). Saraf indra
penglihatan, yaitu saraf optikus (urat saraf kranial kadua), muncul dari sel-sel
ganglion dalam retina, bergabung untuk membentuk saraf optikus.Organ okuli
assesorius terdiri dari; Kavum orbita, yang merupakan rongga mata yang
bentuknya seperti kerucut dengan puncaknya mengarah ke depan, dank e
dalam. Dinding rongga mata dibentuk oleh tulang: os frontalis, os zigomatikum,
os sfenoidal, os palatum, dan os lakrimal. Rongga bola mata berisi jaringan
lemak, otot fasia, saraf, pembuluh darah dan aparatus lakrimalis.
Supersilium (alis mata), merupakan batas orbita dan potongan kulit tebal
yang melengkung, ditumbuhi oleh bulu pendek yang berfungsi sebagai
kosmetik atau alat kecantikan dan sebagai alat pelindung mata dari sinar
matahari yang sangat terik Palpebra (kelopak mata), merupakan dua buah
lipatan atas dan bawah kulit yang terletak di depan bulbus okuli.
Kelopak mata atas lebih lebar dari kelopak mata bawah. Fungsinya adalah
sebagai pelinding mata sewaktu-waktu kalau ada gangguan pada mata
(menutup dan membuka mata). Kelopak mata atas lebih mudah digerakkan
karena terdiri dari muskulus levator palpebra superior. Apparatus lakrimalis (air
mata). Air mata dihasilkan oleh kelenjar lakrimalis superior dan inferior.
Melalui duktus ekskretorius lakrimalis masuk ke dalam mata ke dalam kanalis
lakrimalis mengalir ke duktus nasolakrimalis terus ke meatus nasalis inferior.
Konjungtiva. Permukaan dalam kelopak mata disebut konjungtiva
palpebra, yang merupakan lapisan mukosa. Bagian yang membelok dan
kemudian melekat pada bola mata disebut konjungtiva bulbi. Pada konjungtiva
ini banyak sekali kelenjar-kelenjar limfe dan pembuluh darah.
Otot-otot penggerak mata :
a. M.Obliques superior
b. M.Rectus superior
c. Tendon obliques superior
d. M.Rectus lateral
e. M.Obliques inferior
f. M.Rectus inferior.
Tiga ruang atau rongga bola mata :
a. Camera occuli anterior (COA) :
1) Ruang bola mata bagian depan
2) Antara iris dan kornea
3) Berisi cairan aques humor
4) Terdapat sudut COA ( antara iris dan kornea ) yang menyerap aqeus
humor mengalir kekanan
5) SCHLEM = sinus venosus sclera (vena halus)
b. Camera oculli posterior COP :
1) Terletak antara iris dan lensa.
2) Corpus ciliaris sehingga terbentuknya aqueus humor
c. Corpus vitreum :
1) Terletak di antara iris dan lensa
2) Vitreus humor adalh cairan warna keputihan seperti gel ( agar-agar)
2. Fisiologi Mata
Organ sensori kompleks yang mempunyai fungsi optikal untuk
melihat dan saraf untuk tranduksi sinar. Aparatus optik mata membentuk
dan mempertahankan ketajaman fokus objek dalam retina. Prinsip optik:
sinar dialihkan berjalan dari satu medium ke medium lain dari kepadatan
yang berbeda, fokus utama pada garis yang berjalan melalui pusat
kelengkungan lensa sumbu utama.
Indera penglihatan menerima rangsangan berkas-berkas cahaya pada
retina dengan perantara serabut nervus optikus, menghantarkan rangsangan
ini ke pusat penglihatan pada otak untuk ditafsirkan. Cahaya yang jatuh ke
mata menimbulkan bayangan yang letaknya difokuskan pada retina.
Bayangan itu akan menembus dan diubah oleh kornea lensa badan ekueus
dan vitrous. Lensa membiaskan cahaya dan memfokuskan bayangan pada
retina bersatu menangkap sebuah titik bayangan yang difokuskan.
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Biodata Klien
Data Demografi
- Nama : Tn. S
- Umur : 48 tahun
- Jenis kelamin : Laki-laki
- Dx. Medis : Glaukoma
b. Pengelompokan Data
Data Subjektif
- Klien mengeluh bola mata terasa nyeri
- Klien mengeluh pandangan kabur (blured vision)
Data Objektif
- TD 160/90 mmHg
- N : 92x/menit
- rr : 24x/menit
- S : 37 C
- lapang pandang lateral OD menurun
- TIO OD : 28 mmHg, TIO OS : 24 mmHg
- Visus OD 1/60, OS : 20/60
c. Analisa Data
No Diagnosa Analisa Data
1 Nyeri berhubungan DS : Klien mengeluh bola mata terasa
dengan peningkatan Nyeri
tekanan intraokular DO : - TIO OD : 28 mmHg, TIO OS : 24
MmHg
- TD 160/90 mmHg
E : Peningkatan tekanan intraocular
P : Nyeri
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intraokular
b. Penurunan persepsi sensori : Penglihatan yang berhubungan dengan
penurunan tajam penglihatan dan kejelasan penglihatan
3. Intervensi
a. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intraokular
1) Tujuan :
Klien melaporkan bahwa nyeri yang ia rasakan hilang
2) Kriteria Hasil :
- Klien mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri
- Klien merasa nyaman dengan hilangnya nyeri
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat nyeri 1. Mengetahui tingkat nyeri untuk
memudahkan intervensi selanjutnya
5. Berikan lingkungan gelap dan 5. Stres dan sinar menimbulkan TIO yang
terang mencetuskan nyeri
Intervensi Rasional
1. Kaji ketajaman 1. Mengidentifikasi kemampuan visual
penglihatan klien. klien.
2. Dekati klien dari sisi
yang sehat. 2. Memberikan rangsang sensori,
mengurangi rasa isolasi/terasing.
3. Identifikasi alternatif
untuk optimalisasi sumber 3. Memberi keakuratan penglihatan dan
rangsangan. perawatannya.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada hakikatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang
telah melewati tiga tahap kehidupan yaitu masa anak, masa dewasa dan masa tua.
Memasuki masa tua berarti mengalami kemunduran baik secara psikis maupun
fisik, kemundurun fisik ditandai dengan kulit mengendor, rambut memutih,
penurunan semua fungsi tubuh dan meningkatnya sensitifitas emosional
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dibuat maka kelompok mengajukan beberapa
saran sebagai pertimbangan untuk meningkatkan derajat kesehatan lansia. Adapun
saran-sarannya adalah sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan usia harapan hidup lansia harus lebih menyadari tentang
kesehatan dirinya sendiri.
2. Perawat dituntut untuk dapat memahami secara umum tentang konsep dasar
perawatan gerontik agar dapat terlaksana asuhan keperawatan yang
komperhensif dan memiliki kemampuan dalam melaksanakannya.
Daftar Pustaka
Mansjoer, Arif.2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1.Jakarta, Media
Aesculapius. Fakultas Kedokteran UI
Doengoes, Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta; EGC
Diunduh dari http://www.scribd.com/doc/62302767/askep-katarak
Stockslager, Jaime L . 2008. Asuhan Keperawatan Geriatrik. Edisi 2. Jakarta :EGC
Maryam RS, ekasari MF, dkk .2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta:
Salemba
Tamsuri, Anas, 2010, Klien Gangguan Mata dan Penglihatan, Jakarta : EGC.