Anda di halaman 1dari 8

AGRARIA

Indonesia merupakan negara agraris yang mayoritas penduduknya bergantung pada


sektor pertanian, pengolahan lahan, dan pemanfaatan sumber daya alam. Lahan atau
tanah menjadi sangat penting dalam kacamata hukum karena berkaitan dengan hak
kepemilikan, pengolahan atau pemanfaatan tanah. 

Karena itulah diperlukan sebuah sistem yang mengatur bagaimana masyarakat bisa
memanfaatkan tanah dan sumber daya alam dengan sebaik-baiknya. Hal ini penting
dilakukan agar tidak timbul konflik kepentingan di masyarakat serta menjamin
kepastian hukum bagi masyarakat. Sistem dan dasar hukum pemanfaatan lahan telah
diatur dalam UU No 5 Tahun 1960 atau disebut juga UU Agraria. Sebelum membahas
lebih lanjut terkait Undang-Undang Pokok Agraria, berikut ini merupakan poin-poin
penting yang akan menjadi pokok pembahasan.

1. Mengenal UU Pokok Agraria


1. Diatur dalam UU No 5 tahun 1960
2. Apa Itu Pokok Agraria
2. Manfaat UU Pokok Agraria Bagi Pemilik Properti
3. Dasar dan Ketentuan Pokok UU No 5 Tahun 1960
4. Hal yang Diatur dalam UU No 5 Tahun 1960
5. Fakta UU No 5 Tahun 1960
1. UU Pokok Agraria Sebagai Landasan Tentang UU Rumah Susun
2. UU Pokok Agraria sebagai Landasan Pasal 385 KUHP Tentang
Penyerobotan Tanah
3. UU Pokok Agraria Sebagai Landasan PP 24 Tahun 1997 Tentang
Pendaftaran Tanah
4. UU Pokok Agraria Sebagai Rujukan Reforma Agraria
5. UU Pokok Agraria dan Kaitannya Dengan UU No 26 Tahun 2008 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
6. Undang-Undang Perlindungan Konsumen

1. Mengenal UU Pokok Agraria


Dalam rangka terbentuknya masyarakat yang adil dan makmur, pemerintah berusaha
menjaga sumber daya, khususnya yang meliputi pemanfaatan lahan melalui UU No 5.
Hal ini dilakukan agar pemanfaatan lahan memberikan manfaat bagi kepentingan
bersama dan tidak dikuasai oleh satu pihak saja.
Berikut ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai pokok-pokok yang menjadi
pembahasan utama dalam UU No 5 tentang agraria di bawah ini.

a. Diatur dalam UU No 5 tahun 1960

Undang-undang ini secara resmi diberi nama UU No 5 Tahun 1960 tentang Peraturan
Dasar Pokok-pokok Agraria, yang mengatur mengenai tentang hak-hak atas tanah, air,
dan udara. Hal tersebut juga meliputi aturan dasar dan ketentuan penguasaan,
pemilikan, penggunaan atau pemanfaatan sumber daya agraria nasional di Indonesia,
pendaftaran tanah, ketentuan-ketentuan pidana dan ketentuan peralihan.

Lebih lanjut, UU No 5 Tahun 1960 adalah penegasan bahwa penguasaan dan


pemanfaatan atas tanah, air, dan udara harus dilakukan berdasarkan asas keadilan dan
kemakmuran bagi pembangunan masyarakat yang adil dan makmur.

Hal tersebut sejalan dengan UUD 1945 Pasal 33 Ayat 3 yang berbunyi “Bumi dan air dan
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan
untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”.

b. Apa Itu Pokok Agraria

Jika kita melihat UU No 5 Tahun 1960 dengan cermat, sebenarnya UU No 5 yang juga
dikenal dengan undang-undang Agraria tersebut tidak hanya mengatur tanah dalam
artian sempit.

UU No 5 atau undang undang Agraria mengatur sumber daya alam agraria secara
umum juga mengatur jenis-jenis hak atas tanah. Hal ini seperti yang termaktub dalam
pasal 16 ayat 1 bahwa jenis-jenis itu antara lain hak milik, hak guna usaha, hak guna
bangunan, hak pakai, hak sewa, hak membuka tanah, hak memungut hasil hutan, dan
hak-hak lain.

Jika melihat ketentuan Pasal 16 tersebut, maka jenis-jenis hak atas tanah dikategorikan
menjadi tiga antara lain:

Hak milik Hak atas tanah yang bersifat tetap yaitu Hak Milik, Hak Guna Usaha,
Hak Guna Bangunan, Hak Pakai, Hak Sewa untuk Bangunan, Hak
Membuka Tanah, dan Hak Memungut Hasil Hutan.

Hak sementara Hak atas tanah yang bersifat sementara, yakni Hak Gadai (Gadai
Tanah), Hak Usaha Bagi Hasil (Perjanjian Bagi Hasil), Hak
Menumpang, dan Hak Sewa Tanah Pertanian.

Hak dengan Hak atas tanah yang statusnya mengikuti undang-undang, maksudnya
status undang- adalah hak atas tanah bisa berubah disebabkan perubahan undang-
undang undang yang akan lahir kemudian.

2. Manfaat UU Pokok Agraria Bagi Pemilik Properti

Saat berbicara tentang UU Pokok Agraria dalam masalah properti, tentu saja UU No 5 ini
sangat bermanfaat sekali karena aturan ini mengatur tentang jenis hak terkait tanah.
Adapun lima hak yang mencakup dalam urusan properti yaitu hak milik, hak guna
bangunan, hak guna usaha, hak pakai, dan hak pengelolaan.

Seperti contohnya rumah sebagai hunian pribadi wajib memiliki sertifikat baik hak milik
atau hak guna bangunan. Jika Anda sedang mencari rumah di Kota Medan mulai Rp700
jutaan dengan sertifikat yang resmi, Rumah.com bisa menjadi referensinya.

Dengan memiliki kelima jenis hak tersebut, maka pemilik properti akan memiliki jaminan
hukum dan kebebasan untuk mengelola propertinya. Misalnya Hak Guna Bangunan
(HGB) yang memberikan kewenangan kepada individu atau kelompok untuk mendirikan
dan mempunyai bangunan atas tanah yang bukan miliknya sendiri.

3. Dasar dan Ketentuan Pokok UU No 5 Tahun 1960


UU No 5 Tahun 1960 memiliki dasar dan ketentuan pokok menyesuaikan dengan kondisi masyarakat Indonesia.
(Sumber: Pexels.com)

Dalam proses pembaharuan UU No 5 tahun 1960, terdapat beberapa pertimbangan


yang menjadi acuan atau dasar peresmian undang-undang agraria. Salah satunya
adalah dengan memperhatikan kondisi dan karakteristik pemanfaatan lahan oleh
masyarakat Indonesia. Berikut ini merupakan dasar dan ketentuan pokok yang
melahirkan UU No 5 tahun 1960.

 Kondisi masyarakat Indonesia dimana kontribusi perekonomian Indonesia yang


berciri khas agraria meliputi pemanfaatan bumi, air, dan udara sebagai anugerah
Tuhan YME, perlu dijaga kelestariannya untuk kepentingan bersama dan
membentuk masyarakat yang adil dan makmur.
 Hukum agraria yang sebelumnya berlaku, disusun dan dipengaruhi dari
peninggalan hukum-hukum penjajah yang tidak sesuai dengan pandangan
bangsa dan bertentangan dengan kepentingan rakyat secara luas.
 Terdapatnya unsur dualisme pada undang-undang sebelum UU No 5, yang
meliputi hukum adat dan hukum agraria.
 Tidak adanya kepastian hukum bagi masyarakat luas

4. Hal yang Diatur dalam UU No 5 Tahun 1960


Melalui peresmian UU No 5 tahun 1960, terdapat dasar hukum kuat yang mengatur
tentang hal-hal pemanfaatan tanah. Hak-hak atas tanah yang diatur pada UU No 5
meliputi hak milik tanah, hak guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai, hak sewa, hak
pembukaan tanah, dan hak memungut hasil hutan.

 Melalui aturan hak pemanfaatan tanah tersebut, seluruh tanah yang dimanfaatkan
wajib memiliki sertifikat sebagai bukti sah pemanfaatannya. Dalam proses pendaftaran
pemanfaatan atas tanah, secara umum harus melalui tiga proses. Proses tersebut
meliputi pengukuran dan pembukuan tanah, pendaftaran hak-hak, dan pemberian bukti
hak yang biasanya berbentuk sertifikat sebagai bukti sah. Seluruh proses pengurusan
pemanfaatan tanah sebagian besar dilakukan terpusat di Badan Pertanahan Nasional
(BPN).

5. Fakta UU No 5 Tahun 1960

Dari uraian tentang UU No 5 tentang Pokok Agraria di atas, agar lebih sederhana, berikut
ini merupakan rangkuman uraian beberapa fakta tentang UU No 5 tahun 1960 yang
sangat bermanfaat bagi pemilik properti. Simak ulasan berikut ini:

1) UU Pokok Agraria Sebagai Landasan Tentang UU Rumah Susun

Dengan berdasar UU No 5 tahun 1960, Undang-undang No 16 Tahun 1985 tentang


Rumah Susun ditetapkan. Dalam UU tersebut diatur bahwa hak milik atas rumah susun
adalah perseorangan atau badan hukum yang memenuhi syarat sebagai pemegang hak
atas tanah.

Sementara hak milik atas satuan rumah susun adalah hak milik atas satuan yang
bersifat perseorangan dan terpisah. Kepemilikan tersebut dibuktikan dengan penerbitan
sertifikat hak milik atas satuan rumah susun.

Kegiatan pemeliharaan atau pengelolaan rumah susun harus dilakukan oleh pengelola
berbadan hukum, kecuali untuk rumah susun umum, rumah susun khusus, dan rumah
susun negara. Pengelola diperbolehkan menerima sejumlah biaya yang dibebankan
kepada pemilik dan penghuni secara adil dan proporsional.

2) UU Pokok Agraria sebagai Landasan Pasal 385 KUHP Tentang Penyerobotan


Tanah
Kasus penyerobotan tanah bukan barang baru lagi di Indonesia. Dalam UU Pokok
Agraria pasal 24 telah disebutkan “Penggunaan tanah milik oleh bukan pemiliknya
dibatasi dan diatur dengan peraturan perundangan.” Hal inilah yang menjadi landasan
Pasal 385 KUHP untuk menindak kasus pidana penyerobotan tanah.

Pasal 385 ayat 1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) mengancam pelaku
penyerobotan tanah dengan dengan ancaman pidana paling lama empat tahun. Ini
berlaku bagi siapa saja yang secara melawan hukum, menjual, mengelola, menukarkan,
menghibahkan dan lain-lain suatu hak tanah yang bukan hak miliknya.

Jenis Surat Tanah Tradisional di Indonesia

3) UU Pokok Agraria Sebagai Landasan PP 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran


Tanah

UU Pokok Agraria Pasal 19 termaktub tentang pendaftaran tanah sesuai dengan


ketentuan-ketentuan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah. Pasal ini kemudian
melahirkan PP 24 Tahun 1997 yang mengatur tentang pendaftaran tanah.

Pendaftaran tanah dilakukan untuk menjamin kepastian hukum dan perlindungan


hukum bagi pemilik hak atas suatu tanah. Kegiatan ini dilakukan meliputi pengukuran
perpetaan dan pembukuan tanah, pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-
hak, serta pemberian sertifikat tanah sebagai alat bukti yang kuat dan sah.

4) UU Pokok Agraria Sebagai Rujukan Reforma Agraria

Seperti diketahui bahwa UU Pokok Agraria ini diterbitkan pada tahun 1960, yaitu 15
tahun setelah Indonesia merdeka. UU ini diberlakukan saat kepemimpinan presiden
pertama RI yaitu Ir. Soekarno. Tentu saja dalam perkembangannya, UU ini memerlukan
banyak perluasan dan penambahan agar tetap relevan dengan situasi, kondisi, dan
perubahan zaman.

Konflik agraria dan gesekan yang terjadi di masyarakat karena permasalahan tanah
seringkali terjadi.  Karenanya pemerintah mencanangkan Reforma Agraria sebagai
salah satu Program Prioritas Nasional.

Reforma Agraria bertujuan untuk membangun Indonesia dari pinggir serta


meningkatkan kualitas hidup dengan tiga cara, yaitu menata struktur agraria dari
timpang menjadi adil bagi seluruh masyarakat. Kedua, menyelesaikan konflik dalam
bidang agraria. Dan ketiga, membuat masyarakat lebih sejahtera setelah reforma
agraria diimplementasikan.

Reforma Agraria ini dikelompokkan menjadi tiga sektor yaitu yaitu legalisasi aset,
redistribusi tanah dan perhutanan sosial. Hal ini sesuai dengan Lampiran Peraturan
Presiden Nomor 2 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional Tahun 2015-2019.

5) UU Pokok Agraria dan Kaitannya Dengan UU No 26 Tahun 2008 Tentang


Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

Undang-undang Pokok Agraria merupakan aturan dasar yang mengatur mengenai


tentang hak-hak atas tanah, air, dan udara sehingga sangat penting dilakukan
perencanaan kegiatan-kegiatan penggunaan atas tanah, air dan udara secara tertib,
efektif, dan efisien.

Atas dasar itulah diterbitkan UU No 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional dengan tujuan untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman,
nyaman, produktif dan berkelanjutan. Ini juga bertujuan untuk mewujudkan keterpaduan
perencanaan dan pemanfaatan ruang darat, ruang laut, dan ruang udara.

6) Undang-Undang Perlindungan Konsumen

Berkaitan dengan kredit perumahan, masih terdapat banyak konsumen yang merasa
dilanggar haknya terkait pembiayaan, baik pembiayaan bank maupun non-bank.
Sengketa tentang perumahan dan pelanggaran hak konsumen ini seringkali terjadi
dalam proses jual beli.

Undang-Undang Perlindungan Konsumen Pasal 24 menyebutkan bahwa pelaku usaha


yang menjual barang atau jasa bertanggung jawab atas tuntutan ganti rugi atau gugatan
konsumen jika terjadi perubahan barang atau tidak sesuai dengan contoh, mutu, dan
komposisi.

Undang-undang Perlindungan Konsumen akan menjadi rujukan saat terjadi sengketa


antara konsumen dan pengembang. Jika terjadi ketidaksesuaian biaya angsuran,
contoh, mutu dan komposisi perumahan dari kesepakatan semula, maka pihak
pengelola perumahan bertanggung jawab atas tuntutan ganti rugi atau gugatan
konsumen.
 Secara pidana, konsumen juga berhak melaporkan pengembang nakal yang
memperdagangkan rumah tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket,
keterangan, iklan, atau promosi penjualan. Ini tercantum dalam UU Perlindungan
Konsumen Pasal 8 ayat 1.

Demikian ulasan mengenai UU No 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok


Agraria. Semoga ulasan ini bermanfaat bagi Anda yang bergerak di bisnis properti, juga
bagi Anda yang ingin mengajukan kredit perumahan. Pengetahuan tentang undang-
undangan dan landasan hukum akan membantu Anda jika menemui permasalahan
terkait properti, hak kepemilikan rumah, lahan, atau bangunan.

Anda mungkin juga menyukai