Prof. Rae nn Soka Sookart - H.. WA
H. -— "
Prof. Punnachre
juKuU int bermaksud menawarkan aneka hal dan masalah SENDI ~ 3
Imu dan tata hukum yang pokok dan perlu mendapatka per- : : : i
iatian oleh siapa pun yang berkepentingan di bidang Hukum. peli: f
Jibandingkan dengan masa lampau, ilmu-ilmu hukum mem- | td
a
1unyal ruang lingkup yang semakin luas, antara lain karena
emakin banyak aspek kehidupan bersama yang diatur
leh hukum. Dulu ada kecenderungan yang kuat untuk
nembatas| ruang lingkup iimu hukum pada gejala normalif ee
aja. Dewasa ini ruang lingkup tersebut tak mungkin diper- ;
ahankan lagi. Bahkan Scholten pemah mengemukakan
emyataannya bahwa HUKUM ADA DALAM KENYATAAN
tambicaraan mengenaihukum sebagai perangkat sikap
ndak atau perilaku, meripakan pengantar pembahasan
antang sendi-sendi hukum, Sedangkan bidang tata hukum
nencakup hukum tatanegara hukum administrasi negara
iukum pidana, hukum pribadi, hukum harta kekayaan,
ukum keluarga dan hukum watis
luKU ini inngin mengajak para pembacanya untuk bersikap
ritis terhadap aneka masalah ilmu dan tata hukum yang
ilawarkannya.
Info Buku Lemgkap
PT. Citra Aditya Bakti
e-mail : cabiicitraaditya.com
‘ Website : www.citraaditya.com
SBN 979-414-020-1
Penerbit PT. CITRA ADITYA BAKTI
Ji. Geusan Ulun Mo.17 Bandung — 40115
Telp : (022) 4238251 - 4201587
Fax : (022) 4238635SENDI - SENDI
ILMU HUKUM DAN TATA HUKUMSEDIKIT CATATAN TENTANG PARA PENULIS
Purnedi Pubscerake - adalah Lektor Kepale pode Farultas Hukum Universitas
indonesia Pernah menjsbet mehegel Kepale Biro Peniisian Pendidikan dan Pe.
ngembangen Kurikulum peda Fakulte: terebut, anggauts Team Dewan Sub
Konioniam limu Hukem, angqeute Team Eveluasi Faults Hukurn Seeste | 1972),
la metanjutkan studi pada ‘Yate University Law Schoo! (1964-1965), mengikut
konperena “Legal Education” secagai detegai Faults Hokum, U.1., di Singa-
pure (1962). Tulientulencys, entire lain, ““Shahoandaea in the Archipelaga’’
(The Journa! Southegat Agan History, 1981), “Perundang-undangan & Yuris-
prudansi’ (Tanjung Harapen, 1963), “Pengentar Tata hokun Indonesia’ (1972),
“Nilai-nilai dan konsepti-konsepi buku” (1975), “Penegak Hukuen” (1876).
Soarjono Soskanto - adalah Lekior Kepale Gouolog dan Hukwm Adat pada
Fakultn Hukwm Universite Indonesia, Pernah menjadi Kepala Bagian Kurikulurn
Lembege Pertwwhananr Nawone! 11965-1969), Permbantu Oekan Bidang Administra:
u Pendahien Fakyltad limmu-iimy Sovial, U1. (870-1973), dan kink menjadi
Pembanm Gekan bideng Penelitian dan Pengabdien Mavvarakat Fekultas Hukum,
Ui, (eek tahen TOTE). Yang bersangkuten tercatet sebaqee Southeast Agian
Specialist pada Ohid Univernity dan menjadi founding member dari World Aso-
cation of Laveyers, la mendapat gelar Sarjana Hukuen dari Fakultes Hukuen, Ul
(1565), Sertifiiet Metode Pénetitian limudimu Soiial dari Ul (1960), Master of
Arts dari University of Californis, Berkeley (1970), Sertifikat dari Acedemi of
American and international! Law, Dallas (1977), dan gelar Doktor imu Hukum
dari Ul (1077)
SENDI-SENDI
ILMU HUKUM
dan
TATA HUKUM
PURNADI PURBACARAKA SH.
PROF. DR. SOERJONO SOEKANTO, SH., MA.
CG
PENESBIT PT. CITRA ADITYA BAKTI
BANDUNG 1993Hak cipt yang dilindungi undang-uncdang pada | Pengarang_
Hak Penerbitan pacts Ponerbit PT. Citra Aditya Baki
Catakan ke | Tahun 197
Getakan kup tl Tahun 1983
Cetakan ke Ill Tahun 19845
Cotakan he Iv Tahun 1986
Cetakan ke V : Tahun 1989
‘Cotakan ke ‘VI : Tahun 1993
Keck auto 79 SH 150
Sebagian atau seluruhnya isi buku ini dilarang digunakan
atau diperbanyah dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis,
dani Penerbia Cita Aditya Bakti, kecuali dalam hal
Pengubpan untuk keperiuan perulear
arbkel atau harangan ilmiah
Computer setting, layout, oleh penertit
PT CITRA ADITYA BAKTI
ISBN :.979-414-020 - 1
Anggota IKAPI
ee
XATA PENGANTAR CETAKAN PERTAMA
Konsensus adaiah syarat mutiak suatu pergaulan midup
karena lanpanya, mengancamlan seap saat suatu pergumulan
hidup. Demikian pula halnya diantara Sarjana Hukum, walau-
pun keadaannya: bila ada dua Serjana Hukum maka ada tga
pendapat, telapi yang sekurang-kurangnya mungkin lercapal
lah konsensus bahwe tidak ada konsensus
Dengan menyajikan Sendi limu Hukum dan Tata Hukum
Indonesia dalam buku ini dikandung maksud uniuk menawar-
kan aneka hal dan masalahnya yang pokok dan periu men-
dapat perhatian oleh siapapun yang berkepentingan di bidang
Hukum. Bukan dengan prestasi bahwa segala sesuatu dibidangHukum secara lengkap terungkap dalam buku ini, tetapi
harapan para penulis ialah agar kila dapatkan konsensus
mengenal masing-maging hal dan masalahnya yang tersajikan.
Konsekwensi harapan sedemikian ialah bertubi-tubinya
aneka kritik oleh mereka yang menaruh perhatian, namun
memang itulah yang didambakan para penulisnya yang tidak
mengenal perbedaan antara krilik yang membangun dan yang
tidak, telapi hanya akan mengadakan selexsi terhadap kritik
yang perlu dipernatikan atau yang lebih baik diapaikan.
Harapean lain khususnya kepada para pengajar dibidang
Hukum, agar sudi menganjurkan kepada mahasiswa yang ingin
membaca buku ini supaya kritis menelaah isinya sehingga
tidak digunakan secara sembiono untuk meneniang pandang-
an gurunya.
Akhimya, kepada segala fihak yang telah memberikan
bantuan dalam penulisan buku ini Kami ucapkan terima kasih,
terutama kepada Sdr. Eddy Damian, SH dari Penerbit Alumni
dan Ny. Wardani Soerjono yang secara tekun mengetik dan
memeriksa naskah ini.
Jakarta, awal April 1979 Para Penulis
KATA PENGANTAR CETAKAN KE ENAM
Dinamika bidang Hukum yang kian har berambah pesat,
memenukan buku pegangan atau buku bacaan tambahan bagi
orang-orang yang mempelajari bdang Hukum.
Kiranya bukw in| dapat memenuhi kebutuhan tersebul di aias,
untuk itu kami terbitkan kembali buku ini sebagai celakan keenam,
Saran dan kritik yang membangun senaniiasa kami nantikan,
Bandung, Oktober 1993 Penaertit
wi
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR CETAKAN PEATAMA ,......55 V
KATA PENGANTAR CETAKAN KFEENAM .4......... Vi
DAFTAR IS) Jo. e eee Sr ag aaa gal Ron a sae a VII
BAB | PENDAHULUAN ... 20.54.0680 55 Sire e eas 1
A Cte FRU wn wees teenie eee 1
oe: | ee a ee earache aaron eke hoe 2
C. Unsur-unsur Hukum,...... 4
BAB II HUKUM SEBAGAI SISTIM KAEDAH ....... 7
AL Arti dan Ruang Lingkup limu tentang Kaedah . . a
8. Kaedeh Sebagai Pengertian Sotiologi/Antrapolodi 13
BAB iI] HUKUMSEBAGAI PERANGEKAT SIKAP TIN-
DARK ATAU PERIKELAKUAN ...,......-- \7BAB IV
BABY
BAB VI
vill
SENDI-SENDI TATA HUKUM ......,
Pengertian-pengertian Dasar Sistim Hukum .. . .
Pembedaan Hukum .....04... 0005550 ce
Pembidangan Tata Hukum ...........-...
1. Hukum tata negara dan hukum administrasi
4. Hukum Perdata ......... a
3. Hukum Pidana
4. Hukum Acara ... Spacek Taree an bao
5 Hukum internasional...... 2... stat
PENDEKATAN INTERDISIPLINER ........
KESIMPULAN
a9
28
44
54
56
63
85
80
96
99
108
SS
BAE !
PENDAHULUAN
4. DISIPLIN HUKUM
Sebagai titik tolak untuk menjelaskan ihwal hukum secara
iimiah, diperukan suatu uraian singkal mengenai disiptin
hukum. Hal ini disebabkan, oleh karena dengan penjelasan
mengenai disiplin hukum, sebagai pengertian cakupan, maka
akan dapal dipercleh pengetahuan mengenai ruang lingkup
bidang hukum yang sedemikian luasnya. Sebagai guatu sistim
ajaran, Maka disiplin hukum mencakup aniara lan (1) ajaran
yang menentukan apakah yang seyoquanya atau seharusnya
dilakukan (preskepti) maupun (2) yang senyatanya dilakukan
(deskriptit) di dalam hidupDisiplin hukum tersebut karenanya tidak hanya mencakup
iimu-iimu hukum, tetapi juga potitik hukum dan fitsafal hukum.
Sebagai kumpulan dari palbagai cabang ilmu pongetanuan, iimu
hukum mencakup limu tentang kaedah, imu pengertian dan
imu tentang kenyataan. Iimu tentang kaedah lazimnya disebut
normvissenschatt atau sollenwissenschaft can bila digabung
dengan ilmu pengertian maka dinamakan dogmatik hukum,
sedangkan iimu tentang kenyatasn adalah tatschenwissan-
schaft atau seinwissenschatt.
Dengan demikian nyatalah, bahwa ilmu-iimu hukum tidak
hanya mencakup iimu tentang kaedah dan ilmu pengertian,
akan tetapi juga mencakup iimu tentang kenyataan. Oieh karena
itu merupakan suatu pendapat yang keliru untuk menyatekan
bahwa sosiologi hukum, antropologi hukum dan psikhologi
hukum sebagai bagian dari ilmu tentang kenyataan saja, yaitu
semata-mata sosiologi, antropologi dan psikhologi. Sejalan
dengan itu, maka tak ada alasan bagi kalangan hukum untuk
menentang atau menolak anggapan, batwa soasiologi hukum,
antropologi hukum dan paikhologi hukum adalah marupakan
iimu-ilmu hukum (Tentang hal ini diuraikan secara terperinci
dalam buku: Perhal Kaedah Hukum).
5. ARTI HUKUM
Apabila di gtas telah dijelaskan mengenai hal-hal yang ilmiah
sifatnya, maka juga harus divraikan mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan pendapal masyarakat tentang arti hukum.
Artinya. pengertian apakah yang diberikan oleh masyarakai pada
hukum. Arti-arti yang diberikan adalah antara lain, sepegai
berikut:
1. Hukum sebagai ilmu pengetahuan, yakni pengetahuan yang
lersusun Setara sistimatis atas dasar kekuatan pemikiran,
. Hukum sebagai disiplin, yani suatu sistim ajaran tentang
‘ kenyataan atau gejala-gejala yang dihadapi,
. Hukum sebagai kaedah, yakni pedoman atau patokan sikap
tindsk atau perikelakuan yang pantas atau diharapaan.
. Hukum sebagai tata hukum, yakni siruktur dan proses perang-
kat kaedah-kaedah hukum yang berlaku pada suatu waktu
dan tempat tertentu serta berbentuk tertulis.
. Hukum sebagai petugas, yakni pribadi-pribadi yang merupa-
kan kalangan yang berhubungan erat dengan penegakan
hukum (“law-enforcement officer’),
. Hukum sebagai keputusan penguasa, yakni hasil proses dis-
kresi yang meryangkut (Wayne La Favre 1964):
er Gecision-making nol strictly governed by legal
rulres, bul rather with a significant elament of personal
judgement", oleh karena yang dimaksudkan dengan
diskresi adalah (Roscoa Pounds 1950):
“an authority conferred by law to act in certain condi-
tions or situations in accordance with an official's or
an official agency's own considered judgment and
conscience. Il ia an idea of morals, belonging to the
twilight zone between law and morals.”
. Hukum sebagai proses pemeriniahan, yaitu proses hubung-
an timbal-balik antara unsur-unsur pokok dari sistim kene-
Garaan. Artinya, hukum dianggap sebagai, (Henry Pratt
@t.al, 1976):
“A command or prohibition emanating from the
authorized agency of the state... and backed up “by
the authority and the capacity to exercise force which
is Characteristic of the state."
Dengan demikian, maka yang dimaksudkan dengan hukum
adalah (Donald Black 1976):".. the normative life of a state and its citizens, such
as legislation, litigation, and adjudication.”
& Hukum sebagai sikap-tindak ajeg alau perikelakuan yang
“teratur’, yaitu perikelakuan yang diuiang-ulang dengan
Cara yang sama, yang bertujuan untuk mencapal kedamaian,
9. Hukum sebagai jalinan nilai-ni‘ai, yaitu jalinan dari konsepsi-
konsepsi abstrak tentang apa yang dianggap baik dan
buruk (G. Duncan Mitcnell: 1977)
Pentingnya mengadakan identifikesi terhadap pelbagai arti
hukum adalah, untuk mencegah terjadinya kesimpang siuran
didalam melakukan studi terhadap hukum, Taupun didalam
penterapannya,
C. UNSUR-UNSUR HUKUM
Untuk memahami hubungan antara fimu-iimu hulkum
dengan hukum poaitif (tertulia) yang sinonim dengan tata
hukum, perlu ditinjay sejenek perihal unsur-unsur hukum atau
“gegevens van het recht”. Unsur-Gnsur hukum tersebut
mencakup uneur idiil serta unsur rill, Unaur idiil tersebut men-
cakup hasrat susila dan rasio manusia; heart susila meng-
hasilkan a@fas-azas fhukum |‘rechtsbeginzelen”; misalnya:
Tidak ada hukuman tanpa Keszlahan), sedang rasio manuaia
menghasilkan pengertian-pengertian hukum (“rechisbegrip-
pen, misalnya: Subyek hukum, Hak dan Kewajiban, dan
seterusnyal.
Uneur rill terdiri dari manutia, kebudayaan materiil dan
lingkungan alam. Apabila wneur idiil kemudian menghasilkan
kandah-kaedah hukum melalui filsafat hukum dan “normwis-
senschatt atau sollenwissenschalt’, make unsure riil kemudian
menghasilkan tata-hukum. Di sini tidak boleh dilupakan,
batwe “tateachenwissenschaft atau sollenwiasenechaft"”
banyak berperan dalam pembentukan tata-hukum.
4
ee
DAFTAR KEPUSTAKA4N
Black, Donald. The Behavior of Law. New York: Academic
Press, 1976
La Favre, Wayne. The Decision to take a Suspect into Custody,
Boston: Little, Brown and Company, 1964
Mitchell, G. Duncan. A Dictionary of Sociology. London:
Routledge & Megan Paul, 1977
Pound. Roscoe. Discretion, Dispensalion and Mitigation, the
Problem of the Individual Special Case 35 New York
University Law Arview 1960
Pratt, Henry. Fairchild. Dictionary of Sociology and Related
Sciences. New Jersey: Littlefield, Adams & Co, 1976ea SN
BAB Il
HUKUM SEBAGAI SISTIM KAEDAH
Uraian dalam bagian berikuinya ini adalah pombahasan
singkat mengenai kaedan hukum (yang secara panjang lebar di-
bahas delam buku Pernhal Saedah Hukum). Masalah tsb kemu-
dian dilanjutkan dengan pembahasan-tentang hukum sebagai
perangkat sikap tindak alau perikelakuan, yang meorupakan
salan satu ruang lingkup dari “tatsachrowissenschalt atau
seinwissenschalt’. Uraian tersebut selanjutnya disambung
dengan suatu pembahasan pengantar tata hukum, yang
diharapkan dapat dijadikan suatu bahan pada perkulishan
Pangantar Tata Hukum Indonesia yang merupakan salah satu
mata kuligh dasar pada Fakullas Hukum maupun Sekolah-
Sekolah Tinggi Hukum lainnya4, ARTI DAN RUANG LINGKUP ILMU TENTANG KAEDAH
Kaedah-kaedah sebagai pedoman perikelakuan diperiukan
manus, oleh karena manusia memnpunyai hasrat untuk hidup
pantas dan teratur. Akan tetapl, pandangan mengenai kehidup-
an yang pantas dan teratur tidakiah selalu sama antara pribadi
yang satu dan yang lainnya. Oleh karena itu cipariukan pedoman
atau patokan, ager supaya kehidupan bersama manusie tidak
menjadi tidak pantas dan tidak teratur. Pedoman ste pstoken
tersebut adalah kaedah-kaedah yang menjadi pengarah hidup
pribadi dan hidup antar pribaci.
Ruang lingkup daripeda ilmu tentang kaedah yang menjadi
dasar bagi mata kulian Pengantar imu Hukum, mencakup
hal-hal, sebagai berikut:
1. Macam-macam kaedah, yaltu:
a. Tata kaedah aspek hidup pribach:
1) kaedah-kaedah kepercayaan
2) Kagdah-keedah keausilaan
b. Tata kaedah aspek hidup antar pribadi:
3) Kaedah-kaedah span santun
4) Kaedah-kaedah hukum.
2. Kaedah hukum dari sudut daya cakup maupun hierarkhi
yang meliputi kaedah hukum abstrak atau umum dan
kaedah hukum konkrit atau Iindividuil,
3. isi dan sitat kaedan hukum yang merupakan pembahasan
tentang struktur kaedah hukum yang isinya suruhan, larang-
an dan kebolehan, serta dapat bersifat imperati! atau fakul-
tatif.
4. Perumusan keedah hukum, dimana diadakan pembedaan
antara pandangan hipolelis atau bersyaral, dengan pan-
dangan kategoris atau tanga syarst yang kedua-duanya
dapat diketemukan dalam perumusan pasal-pesal persturan
parundang-undangan.,
ET
& Tugeas kaodah hukum, yaitu pomberian kepastian hukum
yang tertuju pada ketertiban. dan pembernan hesebandingan
hukum yang tertuju pada ketenangen atau ketenteraman
Ketertiban tersebut ditandai dengan cit-cin, sebagai berinut
(CJM. Schuyt: 1976):
. “woorspelbaarheid” (cdiperkirakan|
coOoperatia (kerjesama)
ali
consistentia (kesesuaian)
duurraambeid (langgeng)
. Stabiliteit (mantep)
. hierarchie (berjenjang)
. conformitelt (ketaatan)
. afwazigheid van conflict (tktak adanya Ronflik}
. unitormiteit (keseragamen)
. gemeenschappelijkhad (Kebersamaan)
. Felegmaat: (ajeg)
14, bevel (perintah)
14. volgorde (bertahap)
15. witerlijke stijl (corak)
16. rangschikking (susunan; tersusun).
([atatan: terjemahannya becsifal bebas dan djewsuaiken
dangan ciri-cini tidak adanya ketertiban sebegsimana
diuraikan dalam Bab i).
-Seenonenun
mili
A =
Keadaan tidak tenteram tefjadi, apabila pribadi-pribeoi
mengalami (Robert J. Wicks: 1974):
1, Frustrasi, yaitu “the resull of something blocking the
attainment of a particular goal.”
2. Kontlik, yang merupakan “a particular torm of internal
a. Kekhawatirari, yakni “the result of a vague but often
controle van geweld (pengondalian terhadep wekorssan)strong concern about an impending danger of some
sort”.
6. Essensialia daripada kaedah hukum yang berisikan pem-
bahasan untuk menjawab pertanyaan apakah hal memaksa
atau paksaan merupakan sifat essensill daripada kaedah
hukum. Sifat memakea dari keedah hukum adalah tidak
essensiil, akan tetapi sifat membatasi dan mematoki dari
para kaedah hukum adalah essensiil.
7, Penyimpangan terhadap kaedah hukum yang mencakup
pengecualian dan penyelewengan. Terhadap penyelewengan
dapat diadakan penindaken-penindakan secara:
a. Yuridis yang mencakup:
1) penindakan perdata
2) penindakan pidana
3) penindakan administrasi negara
4) penindakan tata negara.
b. Ekstra yuridis, misalnya seperti yang dikemukakan
pendukung feori “social defense” yang antara lain
menyatakan, bahwa dalam peristiwa-peristiwa ponyele-
wengan tertentu masyarskatiah yang bergalah.
6. Pemyataan kaedah fhukum yang terutama mermbanhas
masalah hubungan antara pernyatasn kaedah hukum
dengan kebiasaan. Ariinya, apakah pernyataan kaedah
hukum itu lebih dahulu ataukah datang belakangan
daripada kebiassan. Dengan demikian, maka sifat pernyata-
an kaedah hukum tersebut mungkin adalah konstruktit/
kreatif atau eksebutit.
9. Tanda-tanda pernyataan kaedah hukum, yaitu:
a. Tanda-tanda yang berwujud:
1) bahan-bahan resmi yang tertulis
10
2) rambu-rambu lalu lintas
3) benda-benda
4) kebiasaan
b. Tanda-tanda yang tidak berwujud:
1) tanda-tanda yeng berupa bunyi suara
2) hikmat kata-keata yang dirumuskan secara lisa
3) perintah-perintah secara lisan,
10. Kelakuan kaedah hukum yang mencakup:
a. landasannya:
1. Hal berlakunya secara yuridis, yaitu:
a) Kaedah hukum mempunyai kelakuan yuricis, apa-
bila penentuannya didasarkan pada kaedah yang
lebih tinggi tingkainya (Hans Kelson),
b) Kaedah hukum mempunyai kekuatan yuridis, jika-
lau kaedah tersebut terbentuk menurut cara yang
telah ditetapkan (W. Zevenbergen).
c) Kaedah hukum moengikat secara yuridis, apabila
menunjukkan hubungan keharusan antara suatu
kondisi dengan akibatnya (J.H.A, Logemanni.
2. Mal berlakunya secara sosiologis yang intinya adalah
efektivitas hukum dalam masyarakat, yang dasarnya
adalah kekuasaan dan pengakuan,
3. Hal berlakunya secara filosofis; artinya, kaedah hukum
tersebut sesuai dengan cita-cita hukum sebagai nilai
Positif tertinggi.
b. Sasaran atau lingkup lakunya yang dibedakan antara
4 bidang, yaitu:
1. Lingkup taku wilayah (“ruimiegabied’)
2. Lingkup laku pribaai (“personengebied"|
2. Lingkup laku masa (‘‘tijdsgebied’’)
4, Lingkup laku ihwal (“zaaksgebied’),
11Hai-heal tersebut di ates merupaken behan daser dari iimu
tentang keedah sebagei nornmwissenschaft atau sollenwiesens-
chat. Behan-behan itu juga merupakan Gasar untuk mempola-
jeri hukum dalam arti tata hukum yang juga merupskan
normwissenschatt atau sollenwissenschuft. Suatu kerangkea
yang relatit lengkap dani iimu tentang kaedeh, akan mencakup
pembS@hesan keaedah hukum dan tate susunen keedah-kaedah
torsebut yang beriaku disuatu tempat terientu dalam jangka
waktu tertentu puin (=hukum positif), Ureian tersebut di
muka, merupaken ikhtisar dari buku berjudul “Perihal Keedah
12
8. KAEDAH SEBAGA) PENGERTIAN SOS)0LOGI/ANTRO-
POLOG!
Dari sudut fiisafat, maka sualu kaeiah merupakan
pandangan menilai ferhadap sikan tindak atau penlaku
pribadi, maupun perilaky antr pribadi. Secara sosiniogis
maupun antropologis,.sudut pandangannya berbeda, oleh
karena masing-maosing ilmu tadi bersifat kategoris. Seorang
antropoloog terkemuka, yaitu Hosbel menyatakdn, bahwa
sebagai jawaban lerhadap suai slimulus, Maka warga-warga
masyarakat cenderung untuk melakukan sitkap tindak atau
Perilakw tertentu yang relat! sama (E. Adamson Hoobel: 1954).
Sikap tidak atau perilaku yang sama tadi dilakukan berulang
Kel) yang kKemudian disebut kaedah-keedah (‘norms’). Suatu
keedah merupakan pengertian netral, yang morupakan
perwujudan darn penstiwa yang terjadi ates dasar perhitungan
secara kuantitati!, Oleh karena itu, maka kaedah morupakan
perwujudan dari sékap lindak atau perilaku vang paling
banyak terjadi, sehingge merupakan perwujudarn statistik dari
sikap tindak stau perilaky dalam kenyataan. Pandangan
secara sosiologis kiranya juga tidak berbeda jauh dari
PENCANgEN SecarA antropologis tersebul. Hal teraebut, antarn
lin, dinyatakan oleh Biack, yang mombus: tatgiran mengengi
arti hukum secara sosiologis, cabagai berikut (Donald Black:
S72}:
“From a sociological point of view, law is mot what
lawyers regard as binding or obligatory precepts, but
rather, for example, the observable dispositions of
judges, policemen, prosecutors, or edministrative
officials”.
Hoebel juga pernah mengenwkakan, bahwa pondekatan
antropologis terhadap hukwm, adalah (E. Adamson Hoebel:
1954):
13