Anda di halaman 1dari 65
Prof. Rae nn Soka Sookart - H.. WA H. -— " Prof. Punnach re juKuU int bermaksud menawarkan aneka hal dan masalah SENDI ~ 3 Imu dan tata hukum yang pokok dan perlu mendapatka per- : : : i iatian oleh siapa pun yang berkepentingan di bidang Hukum. peli: f Jibandingkan dengan masa lampau, ilmu-ilmu hukum mem- | td a 1unyal ruang lingkup yang semakin luas, antara lain karena emakin banyak aspek kehidupan bersama yang diatur leh hukum. Dulu ada kecenderungan yang kuat untuk nembatas| ruang lingkup iimu hukum pada gejala normalif ee aja. Dewasa ini ruang lingkup tersebut tak mungkin diper- ; ahankan lagi. Bahkan Scholten pemah mengemukakan emyataannya bahwa HUKUM ADA DALAM KENYATAAN tambicaraan mengenaihukum sebagai perangkat sikap ndak atau perilaku, meripakan pengantar pembahasan antang sendi-sendi hukum, Sedangkan bidang tata hukum nencakup hukum tatanegara hukum administrasi negara iukum pidana, hukum pribadi, hukum harta kekayaan, ukum keluarga dan hukum watis luKU ini inngin mengajak para pembacanya untuk bersikap ritis terhadap aneka masalah ilmu dan tata hukum yang ilawarkannya. Info Buku Lemgkap PT. Citra Aditya Bakti e-mail : cabiicitraaditya.com ‘ Website : www.citraaditya.com SBN 979-414-020-1 Penerbit PT. CITRA ADITYA BAKTI Ji. Geusan Ulun Mo.17 Bandung — 40115 Telp : (022) 4238251 - 4201587 Fax : (022) 4238635 SENDI - SENDI ILMU HUKUM DAN TATA HUKUM SEDIKIT CATATAN TENTANG PARA PENULIS Purnedi Pubscerake - adalah Lektor Kepale pode Farultas Hukum Universitas indonesia Pernah menjsbet mehegel Kepale Biro Peniisian Pendidikan dan Pe. ngembangen Kurikulum peda Fakulte: terebut, anggauts Team Dewan Sub Konioniam limu Hukem, angqeute Team Eveluasi Faults Hukurn Seeste | 1972), la metanjutkan studi pada ‘Yate University Law Schoo! (1964-1965), mengikut konperena “Legal Education” secagai detegai Faults Hokum, U.1., di Singa- pure (1962). Tulientulencys, entire lain, ““Shahoandaea in the Archipelaga’’ (The Journa! Southegat Agan History, 1981), “Perundang-undangan & Yuris- prudansi’ (Tanjung Harapen, 1963), “Pengentar Tata hokun Indonesia’ (1972), “Nilai-nilai dan konsepti-konsepi buku” (1975), “Penegak Hukuen” (1876). Soarjono Soskanto - adalah Lekior Kepale Gouolog dan Hukwm Adat pada Fakultn Hukwm Universite Indonesia, Pernah menjadi Kepala Bagian Kurikulurn Lembege Pertwwhananr Nawone! 11965-1969), Permbantu Oekan Bidang Administra: u Pendahien Fakyltad limmu-iimy Sovial, U1. (870-1973), dan kink menjadi Pembanm Gekan bideng Penelitian dan Pengabdien Mavvarakat Fekultas Hukum, Ui, (eek tahen TOTE). Yang bersangkuten tercatet sebaqee Southeast Agian Specialist pada Ohid Univernity dan menjadi founding member dari World Aso- cation of Laveyers, la mendapat gelar Sarjana Hukuen dari Fakultes Hukuen, Ul (1565), Sertifiiet Metode Pénetitian limudimu Soiial dari Ul (1960), Master of Arts dari University of Californis, Berkeley (1970), Sertifikat dari Acedemi of American and international! Law, Dallas (1977), dan gelar Doktor imu Hukum dari Ul (1077) SENDI-SENDI ILMU HUKUM dan TATA HUKUM PURNADI PURBACARAKA SH. PROF. DR. SOERJONO SOEKANTO, SH., MA. CG PENESBIT PT. CITRA ADITYA BAKTI BANDUNG 1993 Hak cipt yang dilindungi undang-uncdang pada | Pengarang_ Hak Penerbitan pacts Ponerbit PT. Citra Aditya Baki Catakan ke | Tahun 197 Getakan kup tl Tahun 1983 Cetakan ke Ill Tahun 19845 Cotakan he Iv Tahun 1986 Cetakan ke V : Tahun 1989 ‘Cotakan ke ‘VI : Tahun 1993 Keck auto 79 SH 150 Sebagian atau seluruhnya isi buku ini dilarang digunakan atau diperbanyah dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis, dani Penerbia Cita Aditya Bakti, kecuali dalam hal Pengubpan untuk keperiuan perulear arbkel atau harangan ilmiah Computer setting, layout, oleh penertit PT CITRA ADITYA BAKTI ISBN :.979-414-020 - 1 Anggota IKAPI ee XATA PENGANTAR CETAKAN PERTAMA Konsensus adaiah syarat mutiak suatu pergaulan midup karena lanpanya, mengancamlan seap saat suatu pergumulan hidup. Demikian pula halnya diantara Sarjana Hukum, walau- pun keadaannya: bila ada dua Serjana Hukum maka ada tga pendapat, telapi yang sekurang-kurangnya mungkin lercapal lah konsensus bahwe tidak ada konsensus Dengan menyajikan Sendi limu Hukum dan Tata Hukum Indonesia dalam buku ini dikandung maksud uniuk menawar- kan aneka hal dan masalahnya yang pokok dan periu men- dapat perhatian oleh siapapun yang berkepentingan di bidang Hukum. Bukan dengan prestasi bahwa segala sesuatu dibidang Hukum secara lengkap terungkap dalam buku ini, tetapi harapan para penulis ialah agar kila dapatkan konsensus mengenal masing-maging hal dan masalahnya yang tersajikan. Konsekwensi harapan sedemikian ialah bertubi-tubinya aneka kritik oleh mereka yang menaruh perhatian, namun memang itulah yang didambakan para penulisnya yang tidak mengenal perbedaan antara krilik yang membangun dan yang tidak, telapi hanya akan mengadakan selexsi terhadap kritik yang perlu dipernatikan atau yang lebih baik diapaikan. Harapean lain khususnya kepada para pengajar dibidang Hukum, agar sudi menganjurkan kepada mahasiswa yang ingin membaca buku ini supaya kritis menelaah isinya sehingga tidak digunakan secara sembiono untuk meneniang pandang- an gurunya. Akhimya, kepada segala fihak yang telah memberikan bantuan dalam penulisan buku ini Kami ucapkan terima kasih, terutama kepada Sdr. Eddy Damian, SH dari Penerbit Alumni dan Ny. Wardani Soerjono yang secara tekun mengetik dan memeriksa naskah ini. Jakarta, awal April 1979 Para Penulis KATA PENGANTAR CETAKAN KE ENAM Dinamika bidang Hukum yang kian har berambah pesat, memenukan buku pegangan atau buku bacaan tambahan bagi orang-orang yang mempelajari bdang Hukum. Kiranya bukw in| dapat memenuhi kebutuhan tersebul di aias, untuk itu kami terbitkan kembali buku ini sebagai celakan keenam, Saran dan kritik yang membangun senaniiasa kami nantikan, Bandung, Oktober 1993 Penaertit wi DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR CETAKAN PEATAMA ,......55 V KATA PENGANTAR CETAKAN KFEENAM .4......... Vi DAFTAR IS) Jo. e eee Sr ag aaa gal Ron a sae a VII BAB | PENDAHULUAN ... 20.54.0680 55 Sire e eas 1 A Cte FRU wn wees teenie eee 1 oe: | ee a ee earache aaron eke hoe 2 C. Unsur-unsur Hukum,...... 4 BAB II HUKUM SEBAGAI SISTIM KAEDAH ....... 7 AL Arti dan Ruang Lingkup limu tentang Kaedah . . a 8. Kaedeh Sebagai Pengertian Sotiologi/Antrapolodi 13 BAB iI] HUKUMSEBAGAI PERANGEKAT SIKAP TIN- DARK ATAU PERIKELAKUAN ...,......-- \7 BAB IV BABY BAB VI vill SENDI-SENDI TATA HUKUM ......, Pengertian-pengertian Dasar Sistim Hukum .. . . Pembedaan Hukum .....04... 0005550 ce Pembidangan Tata Hukum ...........-... 1. Hukum tata negara dan hukum administrasi 4. Hukum Perdata ......... a 3. Hukum Pidana 4. Hukum Acara ... Spacek Taree an bao 5 Hukum internasional...... 2... stat PENDEKATAN INTERDISIPLINER ........ KESIMPULAN a9 28 44 54 56 63 85 80 96 99 108 SS BAE ! PENDAHULUAN 4. DISIPLIN HUKUM Sebagai titik tolak untuk menjelaskan ihwal hukum secara iimiah, diperukan suatu uraian singkal mengenai disiptin hukum. Hal ini disebabkan, oleh karena dengan penjelasan mengenai disiplin hukum, sebagai pengertian cakupan, maka akan dapal dipercleh pengetahuan mengenai ruang lingkup bidang hukum yang sedemikian luasnya. Sebagai guatu sistim ajaran, Maka disiplin hukum mencakup aniara lan (1) ajaran yang menentukan apakah yang seyoquanya atau seharusnya dilakukan (preskepti) maupun (2) yang senyatanya dilakukan (deskriptit) di dalam hidup Disiplin hukum tersebut karenanya tidak hanya mencakup iimu-iimu hukum, tetapi juga potitik hukum dan fitsafal hukum. Sebagai kumpulan dari palbagai cabang ilmu pongetanuan, iimu hukum mencakup limu tentang kaedah, imu pengertian dan imu tentang kenyataan. Iimu tentang kaedah lazimnya disebut normvissenschatt atau sollenwissenschaft can bila digabung dengan ilmu pengertian maka dinamakan dogmatik hukum, sedangkan iimu tentang kenyatasn adalah tatschenwissan- schaft atau seinwissenschatt. Dengan demikian nyatalah, bahwa ilmu-iimu hukum tidak hanya mencakup iimu tentang kaedah dan ilmu pengertian, akan tetapi juga mencakup iimu tentang kenyataan. Oieh karena itu merupakan suatu pendapat yang keliru untuk menyatekan bahwa sosiologi hukum, antropologi hukum dan psikhologi hukum sebagai bagian dari ilmu tentang kenyataan saja, yaitu semata-mata sosiologi, antropologi dan psikhologi. Sejalan dengan itu, maka tak ada alasan bagi kalangan hukum untuk menentang atau menolak anggapan, batwa soasiologi hukum, antropologi hukum dan paikhologi hukum adalah marupakan iimu-ilmu hukum (Tentang hal ini diuraikan secara terperinci dalam buku: Perhal Kaedah Hukum). 5. ARTI HUKUM Apabila di gtas telah dijelaskan mengenai hal-hal yang ilmiah sifatnya, maka juga harus divraikan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pendapal masyarakat tentang arti hukum. Artinya. pengertian apakah yang diberikan oleh masyarakai pada hukum. Arti-arti yang diberikan adalah antara lain, sepegai berikut: 1. Hukum sebagai ilmu pengetahuan, yakni pengetahuan yang lersusun Setara sistimatis atas dasar kekuatan pemikiran, . Hukum sebagai disiplin, yani suatu sistim ajaran tentang ‘ kenyataan atau gejala-gejala yang dihadapi, . Hukum sebagai kaedah, yakni pedoman atau patokan sikap tindsk atau perikelakuan yang pantas atau diharapaan. . Hukum sebagai tata hukum, yakni siruktur dan proses perang- kat kaedah-kaedah hukum yang berlaku pada suatu waktu dan tempat tertentu serta berbentuk tertulis. . Hukum sebagai petugas, yakni pribadi-pribadi yang merupa- kan kalangan yang berhubungan erat dengan penegakan hukum (“law-enforcement officer’), . Hukum sebagai keputusan penguasa, yakni hasil proses dis- kresi yang meryangkut (Wayne La Favre 1964): er Gecision-making nol strictly governed by legal rulres, bul rather with a significant elament of personal judgement", oleh karena yang dimaksudkan dengan diskresi adalah (Roscoa Pounds 1950): “an authority conferred by law to act in certain condi- tions or situations in accordance with an official's or an official agency's own considered judgment and conscience. Il ia an idea of morals, belonging to the twilight zone between law and morals.” . Hukum sebagai proses pemeriniahan, yaitu proses hubung- an timbal-balik antara unsur-unsur pokok dari sistim kene- Garaan. Artinya, hukum dianggap sebagai, (Henry Pratt @t.al, 1976): “A command or prohibition emanating from the authorized agency of the state... and backed up “by the authority and the capacity to exercise force which is Characteristic of the state." Dengan demikian, maka yang dimaksudkan dengan hukum adalah (Donald Black 1976): ".. the normative life of a state and its citizens, such as legislation, litigation, and adjudication.” & Hukum sebagai sikap-tindak ajeg alau perikelakuan yang “teratur’, yaitu perikelakuan yang diuiang-ulang dengan Cara yang sama, yang bertujuan untuk mencapal kedamaian, 9. Hukum sebagai jalinan nilai-ni‘ai, yaitu jalinan dari konsepsi- konsepsi abstrak tentang apa yang dianggap baik dan buruk (G. Duncan Mitcnell: 1977) Pentingnya mengadakan identifikesi terhadap pelbagai arti hukum adalah, untuk mencegah terjadinya kesimpang siuran didalam melakukan studi terhadap hukum, Taupun didalam penterapannya, C. UNSUR-UNSUR HUKUM Untuk memahami hubungan antara fimu-iimu hulkum dengan hukum poaitif (tertulia) yang sinonim dengan tata hukum, perlu ditinjay sejenek perihal unsur-unsur hukum atau “gegevens van het recht”. Unsur-Gnsur hukum tersebut mencakup uneur idiil serta unsur rill, Unaur idiil tersebut men- cakup hasrat susila dan rasio manusia; heart susila meng- hasilkan a@fas-azas fhukum |‘rechtsbeginzelen”; misalnya: Tidak ada hukuman tanpa Keszlahan), sedang rasio manuaia menghasilkan pengertian-pengertian hukum (“rechisbegrip- pen, misalnya: Subyek hukum, Hak dan Kewajiban, dan seterusnyal. Uneur rill terdiri dari manutia, kebudayaan materiil dan lingkungan alam. Apabila wneur idiil kemudian menghasilkan kandah-kaedah hukum melalui filsafat hukum dan “normwis- senschatt atau sollenwissenschalt’, make unsure riil kemudian menghasilkan tata-hukum. Di sini tidak boleh dilupakan, batwe “tateachenwissenschaft atau sollenwiasenechaft"” banyak berperan dalam pembentukan tata-hukum. 4 ee DAFTAR KEPUSTAKA4N Black, Donald. The Behavior of Law. New York: Academic Press, 1976 La Favre, Wayne. The Decision to take a Suspect into Custody, Boston: Little, Brown and Company, 1964 Mitchell, G. Duncan. A Dictionary of Sociology. London: Routledge & Megan Paul, 1977 Pound. Roscoe. Discretion, Dispensalion and Mitigation, the Problem of the Individual Special Case 35 New York University Law Arview 1960 Pratt, Henry. Fairchild. Dictionary of Sociology and Related Sciences. New Jersey: Littlefield, Adams & Co, 1976 ea SN BAB Il HUKUM SEBAGAI SISTIM KAEDAH Uraian dalam bagian berikuinya ini adalah pombahasan singkat mengenai kaedan hukum (yang secara panjang lebar di- bahas delam buku Pernhal Saedah Hukum). Masalah tsb kemu- dian dilanjutkan dengan pembahasan-tentang hukum sebagai perangkat sikap tindak alau perikelakuan, yang meorupakan salan satu ruang lingkup dari “tatsachrowissenschalt atau seinwissenschalt’. Uraian tersebut selanjutnya disambung dengan suatu pembahasan pengantar tata hukum, yang diharapkan dapat dijadikan suatu bahan pada perkulishan Pangantar Tata Hukum Indonesia yang merupakan salah satu mata kuligh dasar pada Fakullas Hukum maupun Sekolah- Sekolah Tinggi Hukum lainnya 4, ARTI DAN RUANG LINGKUP ILMU TENTANG KAEDAH Kaedah-kaedah sebagai pedoman perikelakuan diperiukan manus, oleh karena manusia memnpunyai hasrat untuk hidup pantas dan teratur. Akan tetapl, pandangan mengenai kehidup- an yang pantas dan teratur tidakiah selalu sama antara pribadi yang satu dan yang lainnya. Oleh karena itu cipariukan pedoman atau patokan, ager supaya kehidupan bersama manusie tidak menjadi tidak pantas dan tidak teratur. Pedoman ste pstoken tersebut adalah kaedah-kaedah yang menjadi pengarah hidup pribadi dan hidup antar pribaci. Ruang lingkup daripeda ilmu tentang kaedah yang menjadi dasar bagi mata kulian Pengantar imu Hukum, mencakup hal-hal, sebagai berikut: 1. Macam-macam kaedah, yaltu: a. Tata kaedah aspek hidup pribach: 1) kaedah-kaedah kepercayaan 2) Kagdah-keedah keausilaan b. Tata kaedah aspek hidup antar pribadi: 3) Kaedah-kaedah span santun 4) Kaedah-kaedah hukum. 2. Kaedah hukum dari sudut daya cakup maupun hierarkhi yang meliputi kaedah hukum abstrak atau umum dan kaedah hukum konkrit atau Iindividuil, 3. isi dan sitat kaedan hukum yang merupakan pembahasan tentang struktur kaedah hukum yang isinya suruhan, larang- an dan kebolehan, serta dapat bersifat imperati! atau fakul- tatif. 4. Perumusan keedah hukum, dimana diadakan pembedaan antara pandangan hipolelis atau bersyaral, dengan pan- dangan kategoris atau tanga syarst yang kedua-duanya dapat diketemukan dalam perumusan pasal-pesal persturan parundang-undangan., ET & Tugeas kaodah hukum, yaitu pomberian kepastian hukum yang tertuju pada ketertiban. dan pembernan hesebandingan hukum yang tertuju pada ketenangen atau ketenteraman Ketertiban tersebut ditandai dengan cit-cin, sebagai berinut (CJM. Schuyt: 1976): . “woorspelbaarheid” (cdiperkirakan| coOoperatia (kerjesama) ali consistentia (kesesuaian) duurraambeid (langgeng) . Stabiliteit (mantep) . hierarchie (berjenjang) . conformitelt (ketaatan) . afwazigheid van conflict (tktak adanya Ronflik} . unitormiteit (keseragamen) . gemeenschappelijkhad (Kebersamaan) . Felegmaat: (ajeg) 14, bevel (perintah) 14. volgorde (bertahap) 15. witerlijke stijl (corak) 16. rangschikking (susunan; tersusun). ([atatan: terjemahannya becsifal bebas dan djewsuaiken dangan ciri-cini tidak adanya ketertiban sebegsimana diuraikan dalam Bab i). -Seenonenun mili A = Keadaan tidak tenteram tefjadi, apabila pribadi-pribeoi mengalami (Robert J. Wicks: 1974): 1, Frustrasi, yaitu “the resull of something blocking the attainment of a particular goal.” 2. Kontlik, yang merupakan “a particular torm of internal a. Kekhawatirari, yakni “the result of a vague but often controle van geweld (pengondalian terhadep wekorssan) strong concern about an impending danger of some sort”. 6. Essensialia daripada kaedah hukum yang berisikan pem- bahasan untuk menjawab pertanyaan apakah hal memaksa atau paksaan merupakan sifat essensill daripada kaedah hukum. Sifat memakea dari keedah hukum adalah tidak essensiil, akan tetapi sifat membatasi dan mematoki dari para kaedah hukum adalah essensiil. 7, Penyimpangan terhadap kaedah hukum yang mencakup pengecualian dan penyelewengan. Terhadap penyelewengan dapat diadakan penindaken-penindakan secara: a. Yuridis yang mencakup: 1) penindakan perdata 2) penindakan pidana 3) penindakan administrasi negara 4) penindakan tata negara. b. Ekstra yuridis, misalnya seperti yang dikemukakan pendukung feori “social defense” yang antara lain menyatakan, bahwa dalam peristiwa-peristiwa ponyele- wengan tertentu masyarskatiah yang bergalah. 6. Pemyataan kaedah fhukum yang terutama mermbanhas masalah hubungan antara pernyatasn kaedah hukum dengan kebiasaan. Ariinya, apakah pernyataan kaedah hukum itu lebih dahulu ataukah datang belakangan daripada kebiassan. Dengan demikian, maka sifat pernyata- an kaedah hukum tersebut mungkin adalah konstruktit/ kreatif atau eksebutit. 9. Tanda-tanda pernyataan kaedah hukum, yaitu: a. Tanda-tanda yang berwujud: 1) bahan-bahan resmi yang tertulis 10 2) rambu-rambu lalu lintas 3) benda-benda 4) kebiasaan b. Tanda-tanda yang tidak berwujud: 1) tanda-tanda yeng berupa bunyi suara 2) hikmat kata-keata yang dirumuskan secara lisa 3) perintah-perintah secara lisan, 10. Kelakuan kaedah hukum yang mencakup: a. landasannya: 1. Hal berlakunya secara yuridis, yaitu: a) Kaedah hukum mempunyai kelakuan yuricis, apa- bila penentuannya didasarkan pada kaedah yang lebih tinggi tingkainya (Hans Kelson), b) Kaedah hukum mempunyai kekuatan yuridis, jika- lau kaedah tersebut terbentuk menurut cara yang telah ditetapkan (W. Zevenbergen). c) Kaedah hukum moengikat secara yuridis, apabila menunjukkan hubungan keharusan antara suatu kondisi dengan akibatnya (J.H.A, Logemanni. 2. Mal berlakunya secara sosiologis yang intinya adalah efektivitas hukum dalam masyarakat, yang dasarnya adalah kekuasaan dan pengakuan, 3. Hal berlakunya secara filosofis; artinya, kaedah hukum tersebut sesuai dengan cita-cita hukum sebagai nilai Positif tertinggi. b. Sasaran atau lingkup lakunya yang dibedakan antara 4 bidang, yaitu: 1. Lingkup taku wilayah (“ruimiegabied’) 2. Lingkup laku pribaai (“personengebied"| 2. Lingkup laku masa (‘‘tijdsgebied’’) 4, Lingkup laku ihwal (“zaaksgebied’), 11 Hai-heal tersebut di ates merupaken behan daser dari iimu tentang keedah sebagei nornmwissenschaft atau sollenwiesens- chat. Behan-behan itu juga merupakan Gasar untuk mempola- jeri hukum dalam arti tata hukum yang juga merupskan normwissenschatt atau sollenwissenschuft. Suatu kerangkea yang relatit lengkap dani iimu tentang kaedeh, akan mencakup pembS@hesan keaedah hukum dan tate susunen keedah-kaedah torsebut yang beriaku disuatu tempat terientu dalam jangka waktu tertentu puin (=hukum positif), Ureian tersebut di muka, merupaken ikhtisar dari buku berjudul “Perihal Keedah 12 8. KAEDAH SEBAGA) PENGERTIAN SOS)0LOGI/ANTRO- POLOG! Dari sudut fiisafat, maka sualu kaeiah merupakan pandangan menilai ferhadap sikan tindak atau penlaku pribadi, maupun perilaky antr pribadi. Secara sosiniogis maupun antropologis,.sudut pandangannya berbeda, oleh karena masing-maosing ilmu tadi bersifat kategoris. Seorang antropoloog terkemuka, yaitu Hosbel menyatakdn, bahwa sebagai jawaban lerhadap suai slimulus, Maka warga-warga masyarakat cenderung untuk melakukan sitkap tindak atau Perilakw tertentu yang relat! sama (E. Adamson Hoobel: 1954). Sikap tidak atau perilaku yang sama tadi dilakukan berulang Kel) yang kKemudian disebut kaedah-keedah (‘norms’). Suatu keedah merupakan pengertian netral, yang morupakan perwujudan darn penstiwa yang terjadi ates dasar perhitungan secara kuantitati!, Oleh karena itu, maka kaedah morupakan perwujudan dari sékap lindak atau perilaku vang paling banyak terjadi, sehingge merupakan perwujudarn statistik dari sikap tindak stau perilaky dalam kenyataan. Pandangan secara sosiologis kiranya juga tidak berbeda jauh dari PENCANgEN SecarA antropologis tersebul. Hal teraebut, antarn lin, dinyatakan oleh Biack, yang mombus: tatgiran mengengi arti hukum secara sosiologis, cabagai berikut (Donald Black: S72}: “From a sociological point of view, law is mot what lawyers regard as binding or obligatory precepts, but rather, for example, the observable dispositions of judges, policemen, prosecutors, or edministrative officials”. Hoebel juga pernah mengenwkakan, bahwa pondekatan antropologis terhadap hukwm, adalah (E. Adamson Hoebel: 1954): 13

Anda mungkin juga menyukai