Kelas B
Kelompok 5
S1-KEPERAWATAN
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dalam hidup di masyarakat manusia harus dapat mengembangkan dan
melaksanakan hubungan yang harmonis baik dengan individu lain maupun
lingkungan sosialnya. Tapi dalam kenyataannya individu sering mengalami hambatan
bahkan kegagalan yang menyebabkan individu tersebut sulit mempertahankan
kestabilan dan identitas diri, sehingga konsep diri menjadi negatif. Jika individu
sering mengalami kegagalan maka gangguan jiwa yang sering muncul adalah
gangguan konsep diri misal harga diri rendah.
Faktor psikososial merupakan faktor utama yang berpengaruh dalam kehidupan
seseorang (anak, remaja, dan dewasa). Yang mana akan menyebabkan perubahan
dalam kehidupan sehingga memaksakan untuk mengikuti dan mengadakan adaptasi
untuk menanggulangi stressor yang timbul. Ketidakmampuan menanggulangi stressor
itulah yang akan memunculkan gangguan kejiwaan.
Salah satu gangguan jiwa yang ditemukan adalah gangguan konsep harga diri
rendah, yang mana harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif
terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal
mencapai keinginan (Keliat, 1999). Perawat akan mengetahui jika perilaku seperti ini
tidak segera ditanggulangi, sudah tentu berdampak pada gangguan jiwa yang lebih
berat. Beberapa tanda-tanda harga diri rendah adalah rasa bersalah terhadap diri
sendiri, merendahkan martabat sendiri, merasa tidak mampu, gangguan hubungan
sosial seperti menarik diri, percaya diri kurang, kadang sampai mencederai diri
(Townsend, 1998).
Peristiwa traumatic, seperti kehilangan pekerjaan, harta benda, dan orang yang
dicintai dapat meninggalkan dampak yang serius. Dampak kehilangan tersebut sangat
mempengaruhi persepsi individu akan kemampuan dirinya sehingga mengganggu
harga diri seseorang.
Banyak dari individu-individu yang setelah mengalami suatu kejadian yang
buruk dalam hidupnya, lalu akan berlanjut mengalami kehilangan kepercayaan
dirinya. Dia merasa bahwa dirinya tidak dapat melakukan apa-apa lagi, semua yang
telah dikerjakannya salah, merasa dirinya tidak berguna, dan masih banyak
prasangka-prasangka negative seorang individu kepada dirinya sendiri. Untuk itu,
dibutuhkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak agar rasa percaya diri dalam
individu itu dapat muncul kembali. Termasuk bantuan dari seorang perawat. Perawat
harus dapat menangani pasien yang mengalami diagnosis keperawatan harga diri
rendah, baik menggunakan pendekatan secara individual maupun kelompok.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, kami dapat mengambil rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan harga diri rendah?
2. Apa saja etiologi dari harga diri rendah?
3. Apa manifestasi klinis klien dengan harga diri rendah?
4. Bagaimana proses terjadinya masalah?
5. Bagaimana rentang respon klien dengan harga diri rendah?
6. Bagaimana pohon masalah dari harga diri rendah?
7. Apa saja masalah keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan harga diri
rendah?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, kami dapat mengambil tujuan sebagai
berikut :
1. Menjelaskan definisi dari harga diri rendah.
2. Menjelaskan etiologi dari harga diri rendah
3. Menjelaskan manifestasi klinis klien dengan harga diri rendah
4. Menjelaskan proses terjadinya masalah
5. Menjelaskan rentang respon klien dengan harga diri rendah
6. Menjelaskan pohon masalah dari harga diri rendah
7. menjelaskan asuhan keperawatan pada klien harga diri rendah
BAB II
KONSEP MEDIS
1. Pengertian
Harga diri rendah merupakan salah satu aspek penting dalam psikologis. Harga diri
seseorang dapat mengalami penurunan akibat evaluasi negative terhadapa diri sendiri
dan kemampuan diri. Perasaan tidak berharga, tidak berarati dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi negatif inilah yang disebut dengan harga diri rendah.
individu dengan harga diri rendah memandang diri mereka sendiri sebagai seseorang
yang tifak kompeten, tidak dicintai, tidak aman dan tidak layak.
Harga diri rendah terdiri atas dua, yaitu harga diri rendah situasional dan
harga diri rendah kronis mer upakan perasaan yang timbul akibat evaluasi diri atau
perasaan tentangdiri atau kemampuandiri negative yang sudah berlangsung lama.
5. Rentang Respon
Harga diri rendah merupakan komponen Episode Depresi Mayor, dimana
aktifitas merupakan bentuk hukuman atau punishment (Stuart & Laraia,
2005). Depresi adalah emosi normal manusia, tapi secara klinis dapat
bermakna patologik apabila mengganggu perilaku sehari-hari,
menjadi pervasive dan mucul bersama penyakit lain.
Menurut NANDA (2005) tanda dan gejala yang dimunculkan sebagai perilaku
telah dipertahankan dalam waktu yang lama atau kronik yang meliputi
mengatakan hal yang negative tentang diri sendiri dalam waktu lama dan terus
menerus, mengekspresikan sikap malu /minder/rasa bersalah, kontak mata
kurang/tidak ada, selalu mengatakan ketidakmampuan/kesulitan untuk
mencoba sesuatu, bergantung pada orang lain, tidak asertif, pasif dan
hipoaktif, bimbang dan ragu-ragu serta menolak umpan balik positif dan
membesarkan umpan balik negative mengenai dirinya.
Mekanisme koping jangka pendek yang biasa dilakukan klien harga diri
rendah adalahkegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis,
misalnya pemakaian obat-obatan, kerja keras, nonton TV terus
menerus. Kegiatan mengganti identitas sementara, misalnya ikut kelompok
social, keagamaan dan politik. Kegiatan yang memberi dukungan sementara,
seperti mengikuti suatu kompetisi atau kontes popularitas. Kegiatan mencoba
menghilangkan anti identitas sementara, seperti penyalahgunaan obat-obatan.
Jika mekanisme koping jangka pendek tidak memberi hasil yang
diharapkan individu akan mengembangkan mekanisme koping jangka
panjang, antara lain adalah menutup identitas, dimana klien terlalu cepat
mengadopsi identitas yang disenangi dari orang-orang yang berarti tanpa
mengindahkan hasrat, aspirasi atau potensi diri sendiri. identitas negative,
dimana asumsi yang bertentangan dengan nilai dan harapan masyarakat.
disasosiasi, isolasi, proyeksi, mengalihkan marah berbalik pada diri sendiri
dan orang lain. terjadinya gangguan konsep diri harga diri rendah juga
dipengaruhi beberapa factor predisposisi seperti factor biologis, psikologis,
social dan cultural.
Factor biologis biasanya karena ada kondisi sakit fisik secara yang
dapat mempengaruhi kerja hormone secara umum, yang dapat pula
berdampak pada keseimbangan neurotransmitter di otak, contoh kadar
serotonin yang menurun dapat mengakibatkan klien mengalami depresi dan
pada pasien depresi kecenderungan harga diri rendah semakin besar karena
klien lebih dikuasai oleh pikiran-pikiran negative dan tidak berdaya.
Struktur otak yang mungkin mengalami gangguan pada kasus harga
diri rendah adalah :
a. System Limbic yaitu pusat emosi, dilihat dari emosi pada klien dengan
harga diri rendah yang kadang berubah seperti sedih, dan terus merasa
tidak berguna atau gagal terus menerus.
b. Hipothalamus yang juga mengatur mood dan motivasi, karena melihat
kondisi klien dengan harga diri rendah yang membutuhkan lebih banyak
motivasi dan dukungan dari perawat dalam melaksanakan tindakan yang
sudah dijadwalkan bersama-sama dengan perawat padahal klien
mengatakan bahwa membutuhkan latihan yang telah dijadwalkan tersebut.
c. Thalamus, system pintu gerbang atau menyaring fungsi untuk mengatur
arus informasi sensori yang berhubungan dengan perasaan untuk
mencegah berlebihan di korteks. Kemungkinan pada klien dengan harga
diri rendah apabila ada kerusakan pada thalamus ini maka arus informasi
sensori yang masuk tidak dapat dicegah atau dipilah sehingga menjadi
berlebihan yang mengakibatkan perasaan negative yang ada selalu
mendominasi pikiran dari klien.
d. Amigdala yang berfungsi untuk emosi.
6. Pohon Masalah
Kegagalan Berulang
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Hilangnya sebagain anggota tubuh , berubahanya penampilan atau bentuk
tubuh, kegagalan serta menurunnya produktivitas menjadi faktor presipitasi
gangguan harga diri rendah kronis.
a. Faktor Kognitif
5) klien merasa gagal
6) kliena merasa tidak berguna
7) klien merasa tidak memiliki kemampuan positif
8) klien merasa tidal melakukan apapun
b. Faktor Afektif
5) malu
6) sedih
7) tidak berguna
8) murung
c. Faktor Fisiologis
6) klien sulit tidur
7) nafsu makan menurun
8) klien merasa lemas
9) klien merasa pusing
10) kline merasa mual
d. Perilaku
6) klien menghindari orang lain
7) menunduk
8) bergerak lamban
9) bicara pelan
10) kurangnya kontak mata
e. Faktor Sosial
4) klien lebih senang menyendiri
5) klien membatasi interaksi dengan orang lain
6) klien cenderung lebih banyak diam
Format/Data Fokus Pada pengkajian Harga Diri Rendah Kronik
a. Keluhan utama :
b. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
c. konsep diri :
1) Gambaran diri
2) Identitas
3) Harga diri
4) Identitas
5) Peran
Jelaskan :
Masalah Keperawatan :
1. Alam Perasaan
( ) Sedih ( ) Putus Asa
( ) Ketakutan ( ) Gembira berlebihan
Jelaskan :
Masalah keperawatan :
2. Interaksi selama wawancara:
( ) Bermusuhan ( )Tidak kooperatif
( ) Mudah tersinggung ( ) Kontak mata kurang
( ) Defensif ( )Curiga
Jelaskan :
Masalah keperawatan :
2. Masalah Keperawatan
a. Harga diri rendah kronik
b. Isolasi social
c. Keputusasaan
3. Intervensi
4. Stndar Pelaksanaan
No Pasien Keluarga
.
SP1P SP1K
1. Bina hungan saling Mendiskusikan masalah yang dirasakan
percayadenagn klien dalam merawat klien di rumah
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri
yang berkepanjangan akibat evaluasi negative terhadap diri sendiri dan kemampuan
diri. Berikut ini adalah tanda dan gejala harga diri rendah :
4.2. Saran
Bermutu atau tidaknya pelayanan Keperawatan di suatu Rumah Sakit sangat
bergantung pada kerjasama antar Perawat itu sendiri. Apabila tidak adanya suatu
hubungan yang baik antara sesama anggota dan klien maka akan sulit membangun
kepercayaan masyarakat dalam Asuhan Keperawatan yang diberikan. Agar kinerja
dalam keperawatan berjalan dengan efektif maka seorang perawat juga perlu
memahami setiap karakter yang berbeda dari setiap klien. Selain dapat memberikan
hasil kerja yang terbaik, dalam memberikan Asuhan Keperawatan juga dapat
dilakukan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Rahmawati, dkk.
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperatawan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI