Anda di halaman 1dari 23

keperawatan jiwa II

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Harga Diri


Rendah
Oleh

Kelas B

Kelompok 5

Zulviana Salzabilah 8414181045

Sri Dewi Kaluku 841418046

Aliza Purnamawati Harinda 841418062

Nurfaizah Latif 8414181064

S1-KEPERAWATAN

FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVESITAS NEGERI GORONTALO

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Di dalam hidup di masyarakat manusia harus dapat mengembangkan dan
melaksanakan hubungan yang harmonis baik dengan individu lain maupun
lingkungan sosialnya. Tapi dalam kenyataannya individu sering mengalami hambatan
bahkan kegagalan yang menyebabkan individu tersebut sulit mempertahankan
kestabilan dan identitas diri, sehingga konsep diri menjadi negatif. Jika individu
sering mengalami kegagalan maka gangguan jiwa yang sering muncul adalah
gangguan konsep diri misal harga diri rendah.
Faktor psikososial merupakan faktor utama yang berpengaruh dalam kehidupan
seseorang (anak, remaja, dan dewasa). Yang mana akan menyebabkan perubahan
dalam kehidupan sehingga memaksakan untuk mengikuti dan mengadakan adaptasi
untuk menanggulangi stressor yang timbul. Ketidakmampuan menanggulangi stressor
itulah yang akan memunculkan gangguan kejiwaan.
Salah satu gangguan jiwa yang ditemukan adalah gangguan konsep harga diri
rendah, yang mana harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif
terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal
mencapai keinginan (Keliat, 1999). Perawat akan mengetahui jika perilaku seperti ini
tidak segera ditanggulangi, sudah tentu berdampak pada gangguan jiwa yang lebih
berat. Beberapa tanda-tanda harga diri rendah adalah rasa bersalah terhadap diri
sendiri, merendahkan martabat sendiri, merasa tidak mampu, gangguan hubungan
sosial seperti menarik diri, percaya diri kurang, kadang sampai mencederai diri
(Townsend, 1998).
Peristiwa traumatic, seperti kehilangan pekerjaan, harta benda, dan orang yang
dicintai dapat meninggalkan dampak yang serius. Dampak kehilangan tersebut sangat
mempengaruhi persepsi individu akan kemampuan dirinya sehingga mengganggu
harga diri seseorang.
Banyak dari individu-individu yang setelah mengalami suatu kejadian yang
buruk dalam hidupnya, lalu akan berlanjut mengalami kehilangan kepercayaan
dirinya. Dia merasa bahwa dirinya tidak dapat melakukan apa-apa lagi, semua yang
telah dikerjakannya salah, merasa dirinya tidak berguna, dan masih banyak
prasangka-prasangka negative seorang individu kepada dirinya sendiri. Untuk itu,
dibutuhkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak agar rasa percaya diri dalam
individu itu dapat muncul kembali. Termasuk bantuan dari seorang perawat. Perawat
harus dapat menangani pasien yang mengalami diagnosis keperawatan harga diri
rendah, baik menggunakan pendekatan secara individual maupun kelompok.
B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, kami dapat mengambil rumusan masalah
sebagai berikut :
1.    Apa yang dimaksud dengan harga diri rendah?
2.    Apa saja etiologi dari harga diri rendah?
3.    Apa manifestasi klinis klien dengan harga diri rendah?
4.    Bagaimana proses terjadinya masalah?
5.    Bagaimana rentang respon klien dengan harga diri rendah?
6.    Bagaimana pohon masalah dari harga diri rendah?
7.    Apa saja masalah keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan harga diri
rendah?

C.  Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, kami dapat mengambil tujuan sebagai
berikut :
1.    Menjelaskan definisi dari harga diri rendah.
2.    Menjelaskan etiologi dari harga diri rendah
3.    Menjelaskan manifestasi klinis klien dengan harga diri rendah
4.    Menjelaskan proses terjadinya masalah
5.    Menjelaskan rentang respon klien dengan harga diri rendah
6.    Menjelaskan pohon masalah dari harga diri rendah
7. menjelaskan asuhan keperawatan pada klien harga diri rendah
BAB II

KONSEP MEDIS

1. Pengertian

Harga diri rendah merupakan salah satu aspek penting dalam psikologis. Harga diri
seseorang dapat mengalami penurunan akibat evaluasi negative terhadapa diri sendiri
dan kemampuan diri. Perasaan tidak berharga, tidak berarati dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi negatif inilah yang disebut dengan harga diri rendah.
individu dengan harga diri rendah memandang diri mereka sendiri sebagai seseorang
yang tifak kompeten, tidak dicintai, tidak aman dan tidak layak.

Harga diri rendah terdiri atas dua, yaitu harga diri rendah situasional dan
harga diri rendah kronis mer upakan perasaan yang timbul akibat evaluasi diri atau
perasaan tentangdiri atau kemampuandiri negative yang sudah berlangsung lama.

2. Faktor Penyebab Harga Diri Rendah


a. Faktor Predisosisi
Hilangnya sebagain anggota tubuh , berubahanya penampilan atau bentuk
tubuh, kegagalan serta menurunnya produktivitas menjadi faktor
presipitasi gangguan harga diri rendah kronis.
b. Faktor Kognitif
1) klien merasa gagal
2) kliena merasa tidak berguna
3) klien merasa tidak memiliki kemampuan positif
4) klien merasa tidal melakukan apapun
c. Faktor Afektif
1) malu
2) sedih
3) tidak berguna
4) murung
d. Faktor Fisiologis
1) klien sulit tidur
2) nafsu makan menurun
3) klien merasa lemas
4) klien merasa pusing
5) kline merasa mual
e. Perilaku
1) klien menghindari orang lain
2) menunduk
3) bergerak lamban
4) bicara pelan
5) kurangnya kontak mata
f. Faktor Sosial
1) klien lebih senang menyendiri
2) klien membatasi interaksi dengan orang lain
3) klien cenderung lebih banyak diam

3. Tanda dan Gejala


Klien dengan harga diri rendah kronis memiliki batasan karakteristitik sebagai
berikut :
a. Ucapan negative atau kritik negative terhadap diri sendiri
b. Ekspresi rasa malau atau rasa bersalah
c. Mengevaluasi diri sendiri sebagai akibat dari ketidakmampuan
mengahadapi kejadian
d. Merasionalisasi penolakan ataua adanya penolakan terhadapa umpan balik
postif serta melebih-lebihkan umpan balik negative tentang diri sendiri
e. Ragu-ragu untuk mencoba hal dan situasi baru
f. Kurangnya keberhasilan dalam pekerjaan maupun peristiwa lainnya
g. Adaptasi yang bersifat eksesif atau berlebihan sehingga terlalu
bergantung pada pendapat orang lain.
h. Kurangnya kontak mata
i. Ketidakmampuan mengambil keputusan
j. Tindakan pencarian kenyamanan atau ketentraman yang berlabihan.
4.  Proses terjadinya harga diri rendah kronis
Harga diri rendah kronis merupakan gangguan yang terjadi pada diri
klien akibat harga diri rendah situasional yang tidak diselesaikan atau
ketiadaan umapan balik positif dari lingkungan mengenai perilaku klien
sebelumnya. Selain itu respon negative dari lingkungan juga turut berperan
terhadaap gangguan harga diri rendah kronis. klien awalnya digadapkan pada
stressor dan berusaha untuk menyelesaikan, tatapi tidak tuntas. Hal ini
menimbukan pikiran bahwa ia tidak mampu atau gagal dalam menjalankan
fungsi dan tugasnya.
Individu yang kurang mengerti akan arti dan tujuan hidup akan gagal
menerima tanggung jawab untuk diri sendiri dan orang lain. Ia akan
tergantung pada orang tua dan gagal mengembangkan kemampuan sendiri ia
mengingkari kebebasan mengekspresikan sesuatu termasuk kemungkinan
berbuat kesalahan dan menjadi tidak sabar, kasar dan banyak menuntut diri
sendiri, sehingga ideal diri yang ditetapkan tidak tercapai.
Sedangkan stressor yang mempengaruhi harga diri rendah dan ideal
diri adalah penolakan dan kurang penghargaan diri dari orang tua dan orang
yang berarti, pola asuh yang tidak tepat, misalnya terlalu dilarang, dituntut,
dituruti, persaingan dengan saudara. Kesalahan dan kegagalan yang terulang,
cita-cita yang tidak tercapai, gagal bertanggung jawab terhadap diri sendiri.
Harga diri rendah dapat terjadi karena adanya kegagalan atau berduka
disfungsional dan individu yang mengalami gangguan ini mempunyai koping
yang tidak konstruktif atau kopingnya maladaptive. Resiko yang dapat terjadi
pada individu dengan gangguan harga diri rendah adalah isolasi sosial:
menarik diri karena adanya perasaan malu kalau kekurangannya diketahui
oleh orang lain. ( Stuart dan Sundeen, 1991 )

5. Rentang Respon
Harga diri rendah merupakan komponen Episode Depresi Mayor, dimana
aktifitas merupakan bentuk hukuman atau punishment (Stuart & Laraia,
2005). Depresi adalah emosi normal manusia, tapi secara klinis dapat
bermakna patologik apabila mengganggu perilaku sehari-hari,
menjadi pervasive  dan mucul bersama penyakit lain.
Menurut NANDA (2005) tanda dan gejala yang dimunculkan sebagai perilaku
telah dipertahankan dalam waktu yang lama atau kronik yang meliputi
mengatakan hal yang negative tentang diri sendiri dalam waktu lama dan terus
menerus, mengekspresikan sikap malu /minder/rasa bersalah, kontak mata
kurang/tidak ada, selalu mengatakan ketidakmampuan/kesulitan untuk
mencoba sesuatu, bergantung pada orang lain, tidak asertif, pasif dan
hipoaktif, bimbang dan ragu-ragu serta menolak umpan balik positif dan
membesarkan umpan balik negative mengenai dirinya.
Mekanisme koping jangka pendek yang biasa dilakukan klien harga diri
rendah adalahkegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis,
misalnya pemakaian obat-obatan, kerja keras, nonton TV terus
menerus. Kegiatan mengganti identitas sementara, misalnya ikut kelompok
social, keagamaan dan politik. Kegiatan yang memberi dukungan sementara,
seperti mengikuti suatu kompetisi atau kontes popularitas. Kegiatan mencoba
menghilangkan anti identitas sementara, seperti penyalahgunaan obat-obatan.
Jika mekanisme koping jangka pendek tidak memberi hasil yang
diharapkan individu akan mengembangkan mekanisme koping jangka
panjang, antara lain adalah menutup identitas, dimana klien terlalu cepat
mengadopsi identitas yang disenangi dari orang-orang yang berarti tanpa
mengindahkan hasrat, aspirasi atau potensi diri sendiri. identitas negative,
dimana asumsi yang bertentangan dengan nilai dan harapan masyarakat.
disasosiasi, isolasi, proyeksi, mengalihkan marah berbalik pada diri sendiri
dan orang lain. terjadinya gangguan konsep diri harga diri rendah juga
dipengaruhi beberapa factor predisposisi seperti factor biologis, psikologis,
social dan cultural.
Factor biologis biasanya karena ada kondisi sakit fisik secara yang
dapat mempengaruhi kerja hormone secara umum, yang dapat pula
berdampak pada keseimbangan neurotransmitter di otak, contoh kadar
serotonin yang menurun dapat mengakibatkan klien mengalami depresi dan
pada pasien depresi kecenderungan harga diri rendah semakin besar karena
klien lebih dikuasai oleh pikiran-pikiran negative dan tidak berdaya.
Struktur otak yang mungkin mengalami gangguan pada kasus harga
diri rendah adalah :
a. System Limbic yaitu pusat emosi, dilihat dari emosi pada klien dengan
harga diri rendah yang kadang berubah seperti sedih, dan terus merasa
tidak berguna atau gagal terus menerus.
b. Hipothalamus yang juga mengatur mood dan motivasi, karena melihat
kondisi klien dengan harga diri rendah yang membutuhkan lebih banyak
motivasi dan dukungan dari perawat dalam melaksanakan tindakan yang
sudah dijadwalkan bersama-sama dengan perawat padahal klien
mengatakan bahwa membutuhkan latihan yang telah dijadwalkan tersebut.
c. Thalamus, system pintu gerbang atau menyaring fungsi untuk mengatur
arus informasi sensori yang berhubungan dengan perasaan untuk
mencegah berlebihan di korteks. Kemungkinan pada klien dengan harga
diri rendah apabila ada kerusakan pada thalamus ini maka arus informasi
sensori yang masuk tidak dapat dicegah atau dipilah sehingga menjadi
berlebihan yang mengakibatkan perasaan negative yang ada selalu
mendominasi pikiran dari klien.
d.   Amigdala yang berfungsi untuk emosi.

6. Pohon Masalah

Keputusasaan Isolasi sosial

Harga diri rendah


kronik

Harga diri rendah


situasional

Koping individu tidak


efektig

Kegagalan Berulang
BAB III

KONSEP KEPERAWATAN

1. Pengkajian
Hilangnya sebagain anggota tubuh , berubahanya penampilan atau bentuk
tubuh, kegagalan serta menurunnya produktivitas menjadi faktor presipitasi
gangguan harga diri rendah kronis.
a. Faktor Kognitif
5) klien merasa gagal
6) kliena merasa tidak berguna
7) klien merasa tidak memiliki kemampuan positif
8) klien merasa tidal melakukan apapun
b. Faktor Afektif
5) malu
6) sedih
7) tidak berguna
8) murung
c. Faktor Fisiologis
6) klien sulit tidur
7) nafsu makan menurun
8) klien merasa lemas
9) klien merasa pusing
10) kline merasa mual
d. Perilaku
6) klien menghindari orang lain
7) menunduk
8) bergerak lamban
9) bicara pelan
10) kurangnya kontak mata
e. Faktor Sosial
4) klien lebih senang menyendiri
5) klien membatasi interaksi dengan orang lain
6) klien cenderung lebih banyak diam
Format/Data Fokus Pada pengkajian Harga Diri Rendah Kronik

a. Keluhan utama :
b. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
c. konsep diri :
1) Gambaran diri
2) Identitas
3) Harga diri
4) Identitas
5) Peran

Jelaskan :

Masalah Keperawatan :

1. Alam Perasaan
( ) Sedih ( ) Putus Asa
( ) Ketakutan ( ) Gembira berlebihan
Jelaskan :
Masalah keperawatan :
2. Interaksi selama wawancara:
( ) Bermusuhan ( )Tidak kooperatif
( ) Mudah tersinggung ( ) Kontak mata kurang
( ) Defensif ( )Curiga
Jelaskan :
Masalah keperawatan :
2. Masalah Keperawatan
a. Harga diri rendah kronik
b. Isolasi social
c. Keputusasaan
3. Intervensi

N Diagnosa Kriteria hasil Tujuan Intervensi


o
1. Harga diri rendah Harapan Observasi Manajamen perilaku
kronis definisi: -untuk mencarai Definisi:
Definisi: ketersediaan harapan dalam Mengidentifikasi dan
Evaluasi atau perasaan alternatif diri pasien mengelola perilaku
negatif terhadap diri pemecahan -untuk negatif
sendiri atau masalah yang membantu klien Tindakan:
kemampuan klien dihadapi menentukan Observasi
seperti tidak berarti, criteria hasil: jadwal -Identifikasi harapan
tidak berharga, tidak - keterlibatan kegiatannya untuk mengendalikan
berdaya yang dalam -agar pasien perilaku terapeutik
berlangsung dalam aktivitas teratur dalam -Diskusikan tanggung
waktu lama dan terus perawatan melakukan jawab terhadap
menerus. ( meningkat ) sesuatu perilaku
Penyebab: - selera makan -untuk -Jadwalkan kegiatan
1. Terpapar situasi ( meningkat ) membantu terstruktur
traumatis - inisiatif kenyamanan -ciptakan dan
2. Kegagalan ( meningkat ) pasien pertahankan
berulang - minat -untuk lingkungan dan
3. Kurangnya komunikasi membantu kegiatan perawatan
pengakuan dari verbal menyalurkan konsisten setiap dinas
orang lain ( meningkat ) minat dan - Tingkatkan aktivitas
4. Ketidakefektifan - verbalisasi kemampuan fisik sesuai
mengatasi keputusan klien kemampuan
masalah ( meningkat ) -untuk menjaga -batasi jumlah
kehilangan - perilaku pasif privasi klien pengunjung
5. Gangguan ( menurun ) -untuk menjaga -bicara dengan nada
psikiatri - efek datar perasaan klien rendah dan tenang
6. Penguatan negatif ( menurun ) -untuk -Lakukan kegiatan
berulang - mengangkat mengendalikan pengalihan terhadap
7. Ketidaksesuaian bahu saat emosi klien sumber agitasi
budaya bicara ( cukup -untuk -Cegah perilaku pasif
Gejala dan tanda ) memberikan dan agresif
mayor - pola tidur motivasi pada -Beri penguatan
Subjektif: ( meningkat ) pasien positif terhadap
1. Menilai diri - untuk keberhasilan
negatif (mis. tidak menjadga mengendalikan
berguna, tidak perasaan klien perilaku
tertolong) -agar klien mau -Lakukan
2. Merasa untuk pengekangan fisik
malu/bersalah mengatakan dan sesuai indikasi
3. Merasa tidak terbuka dengan -Hindari bersikap
mampu perasaannnya menyudutkan dan
melakukan -untuk menghentikan
apapun mencegah pembicaraan
4. Meremehkan perilaku agresif -Hindari sikap
kemampuan klien mengancam dan
mengatasi berdebat
masalah -Hindari berdebat atau
5. Merasa tidak menawar batas
memiliki perilaku yang telah di
kelebihan atau tetapkan edukasi
kemampuan -Informasikan
positif keluarga bahwa
6. Melebih-lebihkan keluarga sebagai dasar
penilaian negatif pembentukan kognitif
tentang diri
sendiri
7. Menolak
penilaian positif
tentang diri
sendiri
Objektif
1. Enggan mencoba
hal baru
2. Berjalan
menunduk
3. Postur tubuh
menunduk
Gejala dan tanda
minor
Subjektif:
1. Merasa sulit
konsentrasi
2. Sulit tidur
3. Mengungkapkan
keputusasaan
Objektif:
1. Kontak mata
kurang
2. Lesu dan tidak
bergairah
3. Berbicara pelan
dan lirih
4. Pasif
5. Perilaku tidak
asertif
6. Mencari
penguatan secara
berlebihan
7. Bergantung pada
pendapat orang
lain
8. Sulit membuat
keputusan
9. Sering kali
mencari
penegasan
2 Isolasi sosial Keterlibatan --untuk Promosi Sosialisasi
Definisi : menentukan Definisi:
dalam
ketidakmampuan kemampuan Meningkatkan
untuk membina aktivitas klien kemampuan untuk
hubungan yang erat, berinteraksi berinteraksi dengan
(meningka
hangat , terbuka, dan -untuk orang lain
interdenpenden t) menetukan Tindakan :
dengan orang lain. hambatan yang - Observasi-
Selera makan
Penyebab: dialami klien Identifikasi
1. .keterlambatan (meningka -untuk kemampuan
perkembangan meningkatkan melakukan
t)
2. ketidakmampuan moivasi dalam interaksi dengan
menjalin Verbalisasi diriklien orang lain
hubungan yang -agar klien mau - identifikasi
keputusasa
memuaskan untuk terlibat hambatan
3. ketidaksesuaian an dalam hubungan melakukan
minat dengan sosial interaksi dengan
(meningka
tahap -agar klien dapat orang lain
perkembangan t) meningkatkan terapeutik
4. ketidaksesuaian kesabaran - motivasi
Afek datar
nilai-nilai dengan Agar klian mau meningkatkan
norma (meningka terlibat dalam keterlibatan dalam
5. ketidaksesuaian aktivitas baru suatu hubungan
t)
perilaku sosial Agar klien mau - motivasi
dengan norma Minat berpastisipasi kesabaran dalam
6. perubahan dalam kegiatan mengembangkan
komunikas
penampilan fisik kelompok suatu hubungan
7. perubahan status i verbal Agar klien mau - motivasi
mental untuk berpartisipasi
(meningka
8. ketidakadekuatan mengembangka dalam aktivutas
sumber daya t) n jiwa sosialnya baru dan kegiatan
personal (mis. -agar klien mau kelompok
Verbalisasi
disfungsi untuk - motivasi
berduka,pengenda keputusasa mengungkapkan berinteraksi di
lian diri buruk) kemampuan dan luar lingkungan
an
Gejala Dan Tanda keterbatasannya (mis. jalan-jalan
Mayor (Menurun) -agar klien ke toko uku)
Subjektif: merasa mampu - diskusikan
Perilaku pasif
1. Merasa ingin dalam kekuatan dan
sendirian (meningka merencanakan keterbatasan
2. Merasa tidak hidupnya dalam
t)
aman di tempat kedepan berkomunikasi
umum mengangkat bahu -agar klien dengan orang lain
Objektif: merasa di - diskusikan
saat bicara
1. Menarik diri hargai. perencanaan
2. Tidak (meningka Edukasi kegiatan di masa
berminat/menolak -untuk depan
t)
berinteraksi meningkakan - berikan umpan
dengan orang lain kemampuan balik positif
atau lingkungan interaksi klien dalam perawatan
Keterlibatan
Gejala Dan Tanda -untuk diri
Minor social meningkatkan - berikan umpan
Subjektif: kembali minta balik positif pada
minat interaksi
1. Merasa berbeda sosialisai klien setiap peningkatan
dengan orang lain (meningka -agar klien kemampuan
2. Merasa asyik merasa memliki Edukasi
t)
dengan pikiran teman dalam - anjurkan
sendiri verbalisasi tujuan hidupnya berinteraksi
3. Merasa tidak -agar klien dapat dengan orang lain
yang jelas
mempunyai tujuan meningkatkan secara bertahap
yang jelas (meningka sosialisasinya - anjurkan ikut serta
Objektif: -agar klien dapat kegiatan sosial
t)
1. Afek datar meningkatkan dan
2. Afek sedih minat terhadap perasaan kemasyarakatan
3. Riwayat di tolak berharga dalam - anjurkan berbagi
aktivitas
4. Menunjukan dirinya pengalaman
permusuhan (meningka -agar klien dengan orang lain
5. Tidak mampu mampu terlibat - anjurkan
t)
memenuhi dalam hubungan meningkatkan
harapan orang lain verbalisasi isolasi sosialisasi kejujuran diri dan
6. Kondisi difabel -untuk melatih
(menurun) menghormati hak
7. Tindakan tidak kemampuan orang lain
berarti verbalisasi komunikasi
- anjurkan
8. Tidak ada kontak klien
ketidakam penggunaan alat
mata -agaragar klien
bantu (mis.
9. Perkembangan anan di mampu untuk
kacamata dan alat
terlambat menahan
tempat bantu dengar )
10. Tidak amarhanya.
- anjurkan membuat
bergairah/lesu umum
perencanaan
(menurun) kelompok kecil
untuk kegiatan
perilaku menarik khusus
- latih bermain
diri
peran untuk
(menurun) meningkatkan
keterampilan
verbalisasi
komunikasi
perasaan - lati
berbeda mengekspresikan
marah dengan
dengan tepat
orang lain
(menurun)
verbalisasi
preokupasi
dengan
pikiran
sendiri
( menurun
)
efek
murung/se
dih
(meningka
t)
perilaku
bermusuha
n
( meningk
at)
perilaku sesuai
dengan
harapan
orang lain
(menurun)
perilaku
bertujuan(
menurun)
kontak mata
(menurun)
tuhas
perkembangan
sesuai usia
(menurun)
3 Keputusasaan Observasi dukungan emosional
Definisi: -Untuk
definisi:
Kondisi individu mengetahui
yang memandang fungsi marah memfasilitasi
adanya keterbatasan dan frustasi
penerimaan
atau tidak tersedianya klien
alternatif pemecahan -untuk kondisi
pada masalah yang di mengathui apa
emosional
hadapi saja yang dapat
Penyebab : memicu emosi selama masa
1. stres jangka klien
stress
panjang -untuk
2. penurunan kondisi mengurangi
fisiologis teggan klien
tindakan:
3. kehilangan
kepercayaan pada Terapeutik : observasi:
kekuatan spiritual -agar klien
1. identifikasi
4. kehilangan mampu untuk
kepercayaan pada mengungkapkan fungsi marah,
nilai-nilai penting perasaannya
frustasi dan
5. pembatasan -agar klien
aktivitas jangka merasa adanya amuk bagi
panjang kepedulian
pasien
6. pengasihan perawat
Gejala Dan Tanda -untuk menjaga 2. identifikasi hal
Mayor keamanann dan
yang telah
Subjektif: kenyaman klien memicu emosi
1. Mengungkapkan -untuk
terapeutik:
keputusasaan mengurangi
Objektif: sters dari klien 1. fasilitasi
1. Kurang terlibat
mengungkapka
dalam aktivitas Edukasi
perawatan -agar klien tahu n perasaan
2 apa yang harus
cemas, mara,
Afek datar dilakuakn saat
timbul rasa malu atau sedih
Gejala Dan Tanda Agar klien tidak
2. buat
Minor memendam
Subjektif: sendiri sehingg pernyataan
1.Sulit tidur berakibat
sportif atau
2. Selera makan ansietas
menurun -agar klien empati selama
Objektif: merasa lebih
fase berduka
1.berperilaku pasif nyaman
2.Kurang inisiatif -untuk 3. lakukan
3.Meninggalkan meningkatkan
sentuhan untuk
lawan bicara koping diri klien
4. Mengangkat bahu memberikan
sebagai respon pada Kolaborasi
dukungan
lawan bicara. -agar klien
Kondisi Klinis Terkait mendaptkan (mis.
1.Penyakit kronis bimbingan lebuh
merangkul,
2.Penyakit terminal lanjut.
3.Penyakit yang tidak menepuk-
dapat disembuhklan
nepuk)
4. tetap bersama
pasien dan
pastikan
keamanan
selama
ansietas, jika
perlu
5. kurangi
tuntutan
berpikir saat
sakit atau lelah
edukasi:
1. jelaskan
konsekuensi
tidak
menghadapi
rasa bersalah
dan malu
2. anjurkan
mengungkapka
n perasaan
yang
dialami(mis.
ansietas,
marah, sedih)
3. anjurkan
pengungkapka
n pengalaman
emosional
sebelumnya
dan pola
respons yang
biasa
digunakan
4. ajarkan
penggunaan
mekanisme
pertahanan
yang tepat
kolaborasi:
1. rujuk untuk
konseling, jika
perlu

4. Stndar Pelaksanaan

No Pasien Keluarga
.
SP1P SP1K
1. Bina hungan saling Mendiskusikan masalah yang dirasakan
percayadenagn klien dalam merawat klien di rumah

Mengidentifikasi kemampuan Menjelaskan pengertian, tanda dan


2. dan aspek postif yang dimiliki gejala harga diri rendah yang dialami
klien klien beserta proses terjadinya.

Membantu klien menilai Menjelaskan cara-cara merawat klien


3. kemampuan klien yang masih dengan harga diri rendah
dapat digunakan
Mendomonstrasikan cara merawat klien
Membantu klien memilih atau harga diri rendah
menetapkan kegiatan yang akan
4. dilatih sesuai dengan kemampuan Memberi kesempatan kepada keluarga
klien untuk mempratikkancara merawat klien
dengan harga diri rendah.
Memberikan pujian yang wajar
5. terhadap keberhasilan klien

Menganjurkan klien memasukan


dalam jadwal kegiatan harian
SP2P SP2K
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan Melatih keluarga mempraktikancara
harian merawat langsung kepada klien harga
diri rendah
2. Melatih klien melakukan kegiatan
lain yang sesuai dengan
kemampuan klien

3. Menganjurkan klien memasukan


dalam jadwal kegiatan harian
SP3K
Membuat perencanaan pulang bersaam
keluarga dan membuat jadwal aktivitas
di rumah termasuk minum obat
(discharge planning)

Menjelaskan follow Up klien setelah


pulang

5. Terapi dan Jurnal


BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri
yang berkepanjangan akibat evaluasi negative terhadap diri sendiri dan kemampuan
diri. Berikut ini adalah tanda dan gejala harga diri rendah :

a.    Mengkritik diri sendiri


b.    Perasaan tidak mampu
c.    Pandangan hidup yang pesimis
d.   Penurunan produktivitas
e.    Penolakan terhadap kemampuan diri
Selain tanda dan gejala tersebut, kita dapat juga mengamati penampilan
seseorang dengan harga diri rendah yang tampak kurang memerhatikan perawatan
diri, berpakaian tidak rapi, selera makan menurun, tidak berani menatap lawan bicara,
lebih banyak menunduk, dan bicara lambat dengan nada suara lemah.

4.2. Saran
Bermutu atau tidaknya pelayanan Keperawatan di suatu Rumah Sakit sangat
bergantung pada kerjasama antar Perawat itu sendiri. Apabila tidak adanya suatu
hubungan yang baik antara sesama anggota dan klien maka akan sulit membangun
kepercayaan masyarakat dalam Asuhan Keperawatan yang diberikan. Agar kinerja
dalam keperawatan berjalan dengan efektif maka seorang perawat juga perlu
memahami setiap karakter yang berbeda dari setiap klien. Selain dapat memberikan
hasil kerja yang terbaik, dalam memberikan Asuhan Keperawatan juga dapat
dilakukan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA

Damayanti,Mukhripah.2014. ASUHAN KEPERAWATAN JIWA.Bandung:PT


Refika Aditama

Rahmawati, dkk.

Sutejo.2018.Keperawatan Jiwa.Yogyakarta:PT.Pustaka Baru

PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperatawan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1 . Jakarta: DPP PPNI

PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperatawan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1 . Jakarta: DPP PPNI

PPNI. 2018. Standar Luaran Keperatawan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai