Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak
Dosen Pengampu : Alvi Ratna,S.Kep.Ns.,M.Kep
Disusun Oleh :
1. Choirunnisa’ (20202545)
2. Devi Nur Aini P S (20201546)
3. Gilang Abdul Aziz (20201557)
4. Handal Aghnia (20201557)
5. Happy Wulandari (20201558)
6. Maya Yuliana (20201563)
Prodi : D3 Keperawatan
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena atas berkat,
rahmat dan hidayah-Nya. Penulis bisa menyelesaikan makalah ini. Makalah ini penulis buat
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah keperawatan anak. Kami mengucapkan
terimakasih kepada Alvi Ratna,S.Kep.Ns.,M.Kepselaku dosen Keperawatan Anak.
Kami mengetahui makalah yang penulis susun ini masih sangat jauh dari sempurna,
maka dari itu penulis masih mengharapkan kritik dan saran kepada semuanya karena kritik
dan saran tersebut dapat membangun penulis susun ini dapat berguna dan bermanfaat bagi
kita.
Akhir kata kami mengucapkan terima kasih dan semoga dengan makalah yang penulis
susun ini kita sebagai mahasiswa keperawatan dapat menambah dan memperluas pengetahuan
kita.
Kudus, 19 Oktober 2021
Penyusun
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................1
KATA PENGANTAR..............................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................4
(Handal Aghnia)
B. Rumusan Masalah.........................................................................................5
C. Tujuan...........................................................................................................5
D. Manfaat.........................................................................................................5
BAB II TEORI DASAR...........................................................................................7
A. Pengertian PJB..............................................................................................7
(choirunnisa’)
B. Etiologi..........................................................................................................8
(Maya Yuliana)
C. Patofisiologi..................................................................................................9
(Maya Yuliana)
D. Pathway.........................................................................................................13
(Maya Yuliana)
E. Penatalaksanaan............................................................................................15
(Devi Nur Aini S)
F. Komplikasi....................................................................................................17
(Devi Nur Aini S)
G. Manifestasi Medis.........................................................................................17
(Happy Wulandari)
H. Pengkajian.....................................................................................................18
(Happy Wulandari)
I. Diagnosakeperawatan...................................................................................20
(Handal Aghnia)
J. Intervensikeperawatan..................................................................................21
(Gilang Abdul Aziz)
BAB III PENUTUP..................................................................................................36
A. Kesimpulan....................................................................................................36
B. Saran..............................................................................................................36
3
DAFTAR PUSAKA..................................................................................................37
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Jantung merupakan organ tubuh manusia yang mempunyai peran penting dalam
kehidupan manusia dan pastinya sangat berbahaya jika jantung kita mempunyai masalah
mengingat bahwa banyak kematian disebabkan oleh penyakit jantung (Nugroho, 2018)
Penyakit jantung reumatik adalah suatu sindrom klinik akibat infeksi streptococcus
beta-hemolyticus golongan A, dengan gejala satu atau lebih gejala mayor yaitu poli
artritis migrans akut, karditis, korea, minor, nodul subkutan dan eritema marginatum.
Demam reumatik merupakan penyebab utama penyakit jantung didapat pada anak sampai
dewasa muda di negara dengan keadaan lingkungan serta sosialekonomi yang rendah.
Insidens yang tinggi bersamaan dengan epidemi infeksi streptococcus beta-hemolycitus
golongan A yang tinggi pula. Kirakira 3% dari pasien yang mendapat infeksi saluran
napas atas karena streptokok tersebut akan mengalami komplikasi Demam Reumatik atau
Penyakit Jantung Reumatik (PJR). Di daerah endemik hanya 0,3% yang diperkirakan
akan menderita Demam Reumatik atau Penyakit Jantung Reumatik (Ngastiyah, 2015).
B. Rumusan Masalah
Adapunrumusanmasalahdaripenulisanmakalahinidiantaranyasebagaiberikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan jantung rematik?
2. Bagaimana patofisiologi jantung rematik?
3. Bagaimana pathway jantung rematik?
4. Bagaimana penatalaksanaan jantung rematik?
5. Apa komplikasi dalam jantung rematik?
6. Bagaimana manifestasi medis jantung rematik?
7. Bagaimana pengkajianmengenai jantung rematik?
8. Bagaimanadiagnosa keperawatannya?
9. Bagaimanaintervensikeperawatannya?
C. Tujuan Masalah
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini diantaranya sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa pengertian jantung rematik itu
2. Untuk mengetahui patofisiologi jantung rematik
4
3. Untuk mengetahui pathway jantung rematik
4. Untuk mengetahui penatalaksanaan jantung rematik
5. Untuk mengetahui komplikasi jantung rematik
6. Untuk mengetahui manifestasi medis jantung rematik
7. Untuk mengetahuidan memahami bagaimana pengkajian jantung rematik
8. Untuk mengetahui dan memahami diagnose keperawatan jantung rematik
9. Untuk mengetahui dan memahami intervensi keperawatan jantung rematik
D. Manfaat Masalah
Manfaat yang diharapkan dari penyusunan makalah ini adalah :
1. Dapat memberikan penjelasan kepadamasyarakat dan diharapkan masyarakatdapat
menambah pengetahuan, wawasan sertasebagai bahan perkembangan ilmu
pengetahuan dibidang keperawatan khususnya pada pengetahuan tentang jantung
rematik pada anak.
2. Bagi mahasiswa makalah ini dapat menjadi sumber informasi atau bahan belajar
sebagai dasar untuk mengembangkan ilmu pengetahuan terutama dalam memberikan
intervensi keperawatan mandiri serta mengembangkan keterampilan Mahasiswa
Keperawatan dalam jantung rematik ini.
5
BAB II
TEORI DASAR
A. PENGERTIAN
Penyakit jantung reumatik (Reumatic Heart Disease) merupakan penyakit jantung
didapat yang sering ditemukan pada anak. Penyakit jantung reumatik merupakan
kelainan katup jantung yang menetap akibat demam reumatik akut sebelumnya, terutama
mengenai katup mitral (75%), aorta (25%), jarang mengenai katup trikuspid, dan tidak
pernah menyerang katup pulmonal. Penyakit jantung reumatik dapat menimbulkan
stenosis atau insufisiensi atau keduanya (Rudolph, 2011).
Penyakit Jantung Rematik (PJR) merupakan gangguan pada jantung karena katup
jantung rusak. Penyakit yang dalam bahasa medisnya disebut Rheumatic Heart Disease
(RHD) ini bisa saja disebabkan karena adanya penyempitan jantung atau kebocoran
jantung terutama pada katup mitral (keadaan ini disebut dengan stenosis katup mitral).
Penyempitan dan kebocoran itu bisa diakibatkan karena gejala sisa dari Demam Rematik
(Wong, 2004).
Penyakit jantung rematik merupakan penyebab terpenting dari penyakit jantung
yang didapat baik pada anak maupun orang dewasa. Penyakit jantung reumatik adalah
suatu proses peradangan yang mengenai jaringan penyokong tubuh terutama persendian,
jantung dan pembuluh darah oleh organisme streptococus hemolitik B group A
(Riskesdas, 2018).
B. Etiologi
Menurut Udjianti (2010) Penyebab secara pasti penyakit ini belum diketahui,
namun penyakit ini berhubungan erat dengan infeksi saluran nafas bagian atas yang
disebabkan oleh organisme streptococus hemolitik B group A yang pengobatannya tidak
tuntas atau bahkan tidak terobati. Pada penelitian menunjukkan bahwa penyakit jantung
reumatik terjadi akibat adanya reaksi imunologis antigen antibody dari tubuh. Antibody
akan melawan streptococus bersifat sebagai antigen sehingga terjadi reaksi autoimune.
Faktor predisposisi timbulnya pnyakit jantung reumatik adalah:
1. Faktor individu
a. Faktor genetik
Pada umumnya terdapat pengaruh faktor keturunan pada proses terjadinya
penyakit jantung rematik meskipun cara pewarisannya belum dipastikan. Adanya
6
antigen limfosit manusia (HLA) yang tinggi. HLA terhadap demam rematik
menunjukkan hubungan dengan aloantigen sel B spesifik dikenal dengan atibodi
monoklonal dengan status reumatikus.
b. Jenis kelamin
Dahulu sering dinyatakan bahwa penyakit jantung rematik lebih sering pada anak
perempuan dari pada laki-laki.
c. Golongan Etnis dan Ras
Data di Amerika Serikat menunjukkan bahwa serangan awal maupun berulang
sering terjadi pada orang hitam dibanding orang putih.
d. Reaksi autoimun
Dari penelitian ditemukan adanya kesamaan antara polisakarida bagian dinding
sel streptococus beta hemotitikus group A dengan glikoprotein dalam katub
mungkin ini mendukung terjadinya miokarditis dan valvulitis pada reumatik
fever.
e. Umur
Penyakit jantung reumatik paling sering terjadi pada anak berusia 6-15 tahun (usia
sekolah) dengan puncak sekitar umur 8 tahun. Tidak biasa ditemukan pada anak
usia 3 tahun atau setelah usia 20 tahun.
2. Faktor Lingkungan
a. Keadaan sosial ekonomi yang buruk
Sanitasi lingkungan yang buruk dengan penghuni yang padat, rendahnya
pendidikan sehingga pemahaman untuk segera mencari pengobatan anak
menderita infeksi tenggorokan sangat kurang ditambah pendapatan yang rendah
sehingga biaya perawatan kesehatan kurang.
b. Iklim geografis
Penyakit ini terbanyak didapatkan pada daerah iklim sedang, tetapi data akhir-
akhir ini menunjukkan bahwa daerah tropis memiliki insiden yang tertinggi.
c. Cuaca
Perubahan cuaca yang mendadak sering mengakibatkan insiden infeksi saluran
pernafasan atas meningkat sehingga mengakibatkan kejadian penyakit jantung
rematik juga dapat meningkat.
C. Patofisiologi
Hubungan yang pasti antara infeksi streptococus dan demam reumatik akut tidak
7
diketahui. Cedera jantung bukan merupakan akibat langsung infeksi, seperti yang
ditunjukkan oleh hasil kultur streptococus yang negatif pada bagian jantung yang terkena.
Faktor berikut ini menunjukkan bahwa hubungan tersebut terjadi akibat hipersensitif
imunologi yang belum terbukti terhadap antigen streptococus. Demam rematik akut
terjadi 2-3 minggu setelah faringitis streptococus, sering setelah pasien sembuh dari
faringitis. Kadar antibodi anti streptococus tinggi (anti streptolisin O, anti Dnasw, anti
hialorodinase), terdapat pada klien demam reumatik akut. Pengobatan dini faringitis
stresptococus dengan penisilin menurunkan risiko demam reumatik. Imunoglobulin dan
komplemen terdapat pada permukaan membran sel miokardium yang terkena.
Hipersensitifitas kemungkinan bersifat imunologik, tetapi menaknisme demam reumatik
akut masih belum diketahui. Adanya antibodu yang memiliki aktifitas terhadap antigen
streptococus dan sel mikardium menunjukkan kemungkinan adanya hipersensitifitas tipe
II yang diperantarai oleh antibodi reaksi silang. Pada beberapa pasien yang kompleks
imunnya terbentuk untuk melawan antigen streptococus, adanya antibodi tersebut
didalam serum akan menunjukkan hipersensifitas(Aspiani,2010).
8
D. Pathway
RHD
Stenosis katub
mitral
Intoleransi
aktivitas
Penurunan curah
jantung
Baroreseptor:
menigkatkan
VOL&TD
Merangsang
medula oblongata
Penurunan HCL ↑
Penumpukan darah di metabolisme
paru terutama perifer
Mual, aneroksia
Gangguan fungsi Perfusi perifer
alveoli tidak efektif
Defisit nutisi
Ekspansi paru
terganggu
E. Tanda dan Gejala
Menurut Premana (2018)
Gejala umum:
1. Tanda-tanda demam reumatik bisanya muncul 2-3 minggu setelah infeksi, tetapi
dapat juga muncul awal minggu pertama atau setelah 5 minggu.
2. Insiden puncak antara umur 5-15 tahun, demam reumatik jarang terjadi sebelum
umur 4 tahun dan setelah umur 40 tahun.
3. Karditis reumatik dan valvulitis dapat sembuh sendiri atau berkembang lambat
menjadi kelainan katup.
4. Karakteristik lesi adalah adanya reaksi granulomotosa perivaskuler dengan
vaskulitis.
5. Pada 75-85% kasus, yang terserang adalah katup mitral, katup aorta pada 30% kasus
(tetapi jarang berdiri sendiri), dan mengenai katup pulmonalis kurang dari5%.
a. Kriteria mayor
1) Karditis merupakan peradangan pada jantung (miokarditis atau
endokarditis) yang menyebabkan terjadinya gangguan pada katup mitral dan
aorta dengan manifestasi terjadi penuruna curah jantung (seperti hipotensi,
pucat, sianosis, berdebar-debar dan denyut jantung meningkat), bunyi
jantung melemah dan terdengar suarah bising katup. Pada auskultasi
akibatstenosisdari katup terutama mitral (bising sistolik), karditis paling
sering menyerang anak dan remaja. Beberapa tanda karditis, antara lain
kardiomegali, gagal jantung kongestif kanan dan kiri (pada anak yang lebih
menonjol sisi kanan), dan regurgitasi mitral serta aorta.
2) Poliatritis Penderita penyakit ini biasanya datang dengan keluhan nyeri pada
sendi yang berpindah-pindah, radang sendi besar. Lutut, pergelangan kaki,
pergelangan tangan, siku (poliatritis migrans), gangguan fungsi sendi, dapat
timbul bersamaan tetapi sering bergantian. Sendi yang terkena menunjukkan
gejala radang yang khas (bengkak, merah, panas sekitar sendi, nyeri dan
disertai gangguan fungsi sendi). Kondisi ini berlangsung selama 1-5 minggu
dan mereda tanpa deformitas residual.
3) Khorea syndenham. Merupakan gerakan yang tidak disengaja/ gerakan
abnormal, bilateral, tanpa tujuan dan involunter, serta seringkali disertai
dengan kelemahan otot, sebagai manifestasi peradangan pada sistem saraf
pusat. Pasien yang terkena penyakit ini biasanya mengalami gerakan tidak
terkendali padaekstremitas, wajah dan kerangka tubuh. Hipotonik akibat
kelemahan otot, dan gangguan emosi selalu ada bahkan sering merupakan
tanda dini.
4) Eritema marginatum. Gejala ini merupakan manifestasi penyakit jantung
reumatik pada kulit berupa bercak merah dengan bagian tengah berwarna
pucat sedangkan tepinya berbatan tegas, berbentuk bulat dan bergelombang
tanpa indurasi dan tidak gatal. Biasanya terjadi pada batang tubuh dan
telapak tangan.
5) Nodul supkutan. Nodul ini terlihat sebagai tonjolan keras dibawah kulit
tanpa adanya perubahan warna atau rasa nyeri. Biasanya timbul pada
minggu pertama serangan dan menghilang setelah 1-2 minggu. Nodul ini
muncul pada permukaan ekstensor sendi terutama siku, ruas jari, lutut,
persendiaan kaki. Nodul ini lunak dan bergerak bebes.
b. Kriteria minor
1) Memang mempunyai riwayat penyakit jantung reumatik
2) Nyeri sendi tanpa adanya tanda objektif pada persendian, klien juga sulit
menggerakkan persendian.
3) Deman namun tidak lebih dari 39ᴼ C dan pola tidur tertentu.
4) Leokositosis, peningkatan laju endapan darah (LED).
5) Protein krea (CPR) positif.
6) Peningkatan denyut jantung saat tidur.
7) Peningkatan anti streptolosin O (ASTO).
F. Penatalaksanaan
Dasar pengobatan demam reumatik terdiri dari istirahat, eradikasi kuman streptokok,
penggunaan obat anti radang, dan pengobatan suportif.
1. Istirahat ; bergantung pada ada tidaknya dan berat ringannya karditis.
2. Eradikasi kuman streptokok, untuk negara berkembang WHO menganjurkan
penggunaan benzatin penisilin 1,2 juta IM. Bila alergi terhadap penisilin digunakan
eritromisin 20 mg/kg BB 2x sehari selama 10 hari.
3. Penggunaan obat anti radang bergantung terdapatnya dan beratnya kardiris.
Prednison hanaya digunakan pada karditis dengan kardiomegali atau gagal jantung.
4. Pengobatan suportif, berupa diet tinggi kalori dan protein serta vitamin (terutama
vitamin C) dan pengobatan terhadap komplikasi. Bila dengan pengobatan
medikamentosa saja gagal perlu di pertimbangkan tindakan operasi pembetulan
katup jantung. Demam reumatik cenderung mengalami serangan ulang, maka perlu
diberikan pengobatan pencegahan (profilaksis sekunder) dengan memberikan bezatin
penisilin 1,2 juta IM tiap bulan. Bila tidak mau disuntik dapat diganti dengan
penesilin oral 2 x 200.000 U/hari. Bila alergi terhadap obat tersebut dapat diberikan
sulfadiazin 1000 mg/hari untuk anak 12 tahun ke atas, dan 500 mg/hari untuk anak
12 tahun ke bawah. Lama pemberian profilaksis sekunder bergantung ada tidaknya
dan beratnya karditis. Bagi yang berada di dalam yang mudah terkena infeksi
streptokok dianjurkan pemberian profilaksis seumur hidup.
Secara singkat penanganan demam reumatik adalah sebagai berikut:
1. Artritis tanpa kardiomegali : Istirahat baring 2 minggu, rehabilitas 2 minggu,
obat-obatan anti inflamasi, erdikasi dan profilaksi (seperti yang diuraikan
diatas). Anak boleh sekolah setelah 4 minggu perawatan, olahraga bebas.
2. Artritis+karditis tanpa kardiomegali: Tirah baring 4 minggu, pengobatan seperti
yang diuraikan: sekolah setelah 8 minggu perawatan. Olahraga bebas.
3. Karditis +kardiomegali: tirah baring 6 minggu, mobilisasi 6 minggu, pengobatan
seperti yang diuraikan. Sekolah setelah perawatan selama 12 minggu. Olahraga
terbatas, hindari olahraga berat dan kompetitif.
4. Karditis + kardimegali + gagal jantung: tirah baring selama ada gagal jantung,
mobilisasi bertahap 12 minggu. Pengobatan seperti yang diuraikan, sekolah
setelah perawatan 12 minggu gagal jantung teratasi. Olahraga di larang
(Ngastiyah, 2015).
G. Komplikasi
Menurut Ngastiyah (2015)
1. Gagal jantung pada kasus yang berat.
2. Dalam jangka panjang timbul penyakit demam jantung reumatik.
3. Aritmia.
4. Perikarditis dengan efusi.
5. Pneumonia reumatik.
H. Manifestasi Medis
Menurut Kasron (2016), tanda gejalanya adalah :
1. Sesak nafas, takipnue (nafas cepat).
2. Bayi mengalami kesulitan ketika menyusu.
3. Keringat yang
4. berlebihan.
5. Berat badan tidak bertambah.
6. Infeksi saluran pernafasan berulang.
I. Pengkajian
Menurut Aspiani, 2010 Penyakit jantung rematik kebanyakan menyerang pada anak
dengan usia 5-15 hal ini lebih dikarenakan bakteri streptococcus sering berada di
lingkungan yang tidak bersih seperti tempat bermain anak di luar ruangan. Penyakit ini
lebih sering terkena pada anak perempuan.
1. Identitas klien
Nama, umur, alamat, pendidikan
2. Riwayat kesehatan
Demam, nyeri, dan pembengkakkan sendi
3. Riwayat penyakit dahulu
Tidak pernah mengalami penyakit yang sama, hanya demam biasa
4. Riwayat penyakit sekarang
Kardiomegali, bunyi jantung muffled dan perubahan EKG
5. Riwayat kesehatan keluarga
6. Riwayat kesehatan lingkungan
a. Keadaan sosial ekonomi yang buruk
b. Iklim dan geografi
c. Cuaca
7. Imunisasi
8. Riwayat nutrisi
Adanya penurunan nafsu makan selama sakit sehingga dapat mempengaruhi status
nutrisi berubah Pemeriksaan fisik Head to Toe:
a. Kepala
Ada gerakan yang tidak disadari pada wajah, sclera anemis, terdapat napas
cuping hidung, membran mukosa mulut pucat.
b. Kulit
Turgor kulit kembali setelah 3 detik, peningkatan suhu tubuh sampai 39ᴼ C.
c. Dada
1) Inspeksi: terdapat edema, petekie
2) Palpasi: vocal fremitus tidak sama
3) Perkusi redup
4) Auskultasi terdapat pericardial friction rub, ronchi, crackles
d. Jantung
1) Inspeksi, iktus kordis tampak
2) Palpasi dapat terjadi kardiomegali
3) Perkusi redup
4) Auskultasi terdapat murmur, gallop
e. Abdomen
1) Inspeksi perut simetris
2) Palpasi kadang-kadang dapat terjadi hepatomigali
3) Perkusi tympani
4) Auskultasi bising usus normal
f. Genetalia
Tidak ada kelainan
g. Ekstermitas
Pada inspeksi sendi terlihat bengkak dan merah, ada gerakan yang tidak disadari,
pada palpasi teraba hangat dan terjadi kelemahan otot.
9. Data fokus yang didapat antara lain:
a. Peningkatan suhu tubuh tidak terlalu tinggi kurang dari 39 derajat celcius namun
tidak terpola.
b. Adanya riwayat infeksi saluran napas.
c. Tekanan darah menurun, denyut nadi meningkat, dada berdebar-debar.
d. Nyeri abdomen, mual, anoreksia, dan penurunan hemoglobin.
e. Arthralgia, gangguan fungsi sendi.
f. Kelemahan otot.
g. Akral dingin.
h. Mungkin adanya sesak.
10. Pengkajian data khusus:
a. Karditis : takikardi terutama saat tidur, kardiomegali, suara sistolik, perubahan
suarah jantung, perubahan EKG (interval PR memanjang), nyeri prekornial,
leokositosis, peningkatan LED, peningkatan ASTO.
b. Poliatritis : nyeri dan nyeri tekan disekitar sendi, menyebar pada sendi lutut,
siku, bahu, dan lengan (gangguan fungsi sendi).
c. Nodul subkutan : timbul benjolan di bawah kulit, teraba lunak dan bergerak
bebas. Biasanya muncul sesaat dan umumnya langsung diserap. Terdapat pada
permukaan ekstensor persendian.
d. Khorea : pergerakan ireguler pada ekstremitas, infolunter dan cepat, emosi labil,
kelemahan otot.
e. Eritema marginatum : bercak kemerahan umum pada batang tubuh dan telapak
tangan, bercak merah dapat berpindah lokasi, tidak parmanen, eritema bersifat
non-pruritus.
J. Pemeriksaan penunjang
Adapaun pemeriksaan penunjang menurut Reny Yuli Aspiani, 2010 yaitu:
1. Pemeriksaan laboratorium Dari pemeriksaan laboratorium darah didapatkan
peningkatan ASTO, peningkatan laju endap darah (LED), terjadi leukositosis, dan
dapat terjadi penurunan hemoglobin.
2. Radiologi Pada pemeriksaan foto toraks menunjukkan terjadinya pembesaran pada
jantung.
3. Pemeriksaan ekokardiogram Menunjukan pembesaran pada jantung dan terdapat
lesi.
4. Pemeriksaan elektrokardiogram Menunjukkan interval PR menanjang
5. Apus tenggorok Ditemukan streptokokus beta hemolitikus grup A
K. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien jantung rematik (SDKI,2017):
1. Hipertermi b.d proses pnyakit
2. Penurunan curah jantung b.d perubahan kontraktilitas
3. Defisit perawatan diri b.d gangguan muskuluskletal
4. Nyeri akut b.d agen cedera fisik (nyeri sendi)
5. Gangguan integritas kulit b.d Neuropati perifer
6. Risiko cedera b.d disfungsi autoimun
7. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
8. Perfusi Perifer tidak efektif b.d peningkatan tekanan darah
9. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mengaborsi nutrien
L. Intervensi Keperawatan
(SIKI, 2017)
1. Hipertermi b.d proses pnyakit
I.15506 Manajemen Hipertermia
Tindakan
Observasi
Identifikasi penyebab hipertermia (mis. dehidrasi, terpapar lingkungan panas,
penggunaan inkubator)
Monitor suhu tubuh
Monitor kadar elektrolit
Monitor haluaran urine
Monitor komplikasi akibat hipertermia
Terapeutik
Sediakan lingkungan yang dingin
Longgarkan atau lepaskan pakaian
Basahi dan kipasi permukaan tubuh
Berikan cairan oral
Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hiperhidrosis (keringat
berlebih)
Lakukan pendinginan eksternal (mis. selimut hipotermia atau kompres dingin
pada dahi, leher,dada, abdomen, aksila)
Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena. jika perlu
Observasi
Terapautik
Fasilitasi memilih aktivitas dan tetapkan tujuan aktivitas yang konsisten sesuai
kemampuan
Fasilitasi aktivitas fisik rutin (mis. ambulasi, mobilisasi, dan perawatan diri),
sesuai kebutuhan
Libatkan dalam pemainan kelompok yang tidak kompetitif, terstruktur, dan aktif
Edukasi
Anjurkan melakukan aktivitas fisik, sosial, spiritual, dan kognitif dalam menjaga
fungsi dan kesehatan
Kolaborasi
I.03119Manajemen Nutrisi
Tindakan
Observsi
Identifikasi status nutrisi
Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
Identifikasi makanan yang disukai
Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
Monitor asupan makanan
Monitor berat badan
Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
Fasilitas menentukan pedoman diet (mis. piramida makanan)
Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
Berikan suplemen makanan, jika perlu
Hentikan pemberian makan melalui selang nasogatrik jika asupan oral dapat
ditoleransi
Edukasi
Anjurkan posisi duduk, jika mampu
Ajarkan diet yang diprogramkan
Koleborasi
Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. pereda nyeri, antiemetik),
jika perlu
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien
yang jika perlu dibutuhkan
B. SARAN
Besar harapan kami agar kiranya makalah ini dapat memberi manfaat kepada para
pembaca sekalian pada umumnya juga memberi manfaat kepada kami secara
khusus. Setelah menulis makalah ini, hendaknya kita sama-sama menyadari bahwa
ilmu di bidangkeperawatan dapat diterapkan dalam banyak hal penting, salah satunya
seperti pengetahuan lebih lanjut tentang penyakit jantung rematik.
DAFTAR PUSAKA
Aspiani, Reny Yuli. 2010. Buku ajar keperawatan klien gangguan kardiovaskuler. Jakarta:
EGC dengan Penyakit Jantung Bawaan dengan Kelainan Simplek dan
Kelainan
Kasron. 2016. Buku ajar keperawatan sistem kardivaskuler. Jakarta: CV. Trans Info Media
Komplek pada Umur 0-2 tahun
Ngastiyah. 2015. Perawatan anak sakit. Edisi 2. Jakarta : EGC
Premana, M. I. P., 2018. Penyakit Jantung Rematik. Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana Denpasar.
RISKESDAS, 2018 Laporan National RISKESDAS 2018 Kementrian Kesehatan Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Jakarta : Kemenkes
RISKESDAS, 2018 Laporan National RISKESDAS 2018 Kementrian Kesehatan Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Jakarta : Kemenkes
Rudolph, A. A (2011). Penyakit Jantung Rematik dan Demam Rematik. Medan. FK USU.
SDKI, 2017
SIKI, 2017
Udjianti, W., 2010. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika
Wong, D.2004. Pedoman Klinis Keperawatan pediatrik. Jakarta: EGC