Anda di halaman 1dari 33

TUGAS MAKALAH

PENYAKIT JANTUNG REMATIK

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak
Dosen Pengampu : Alvi Ratna,S.Kep.Ns.,M.Kep

Disusun Oleh :
1. Choirunnisa’ (20202545)
2. Devi Nur Aini P S (20201546)
3. Gilang Abdul Aziz (20201557)
4. Handal Aghnia (20201557)
5. Happy Wulandari (20201558)
6. Maya Yuliana (20201563)

Prodi : D3 Keperawatan

AKPER KRIDA HUSADA KUDUS


TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena atas berkat,
rahmat dan hidayah-Nya. Penulis bisa menyelesaikan makalah ini. Makalah ini penulis buat
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah keperawatan anak. Kami mengucapkan
terimakasih kepada Alvi Ratna,S.Kep.Ns.,M.Kepselaku dosen Keperawatan Anak.
Kami mengetahui makalah yang penulis susun ini masih sangat jauh dari sempurna,
maka dari itu penulis masih mengharapkan kritik dan saran kepada semuanya karena kritik
dan saran tersebut dapat membangun penulis susun ini dapat berguna dan bermanfaat bagi
kita.
Akhir kata kami mengucapkan terima kasih dan semoga dengan makalah yang penulis
susun ini kita sebagai mahasiswa keperawatan dapat menambah dan memperluas pengetahuan
kita.
Kudus, 19 Oktober 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................1
KATA PENGANTAR..............................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................4
(Handal Aghnia)
B. Rumusan Masalah.........................................................................................5
C. Tujuan...........................................................................................................5
D. Manfaat.........................................................................................................5
BAB II TEORI DASAR...........................................................................................7
A. Pengertian PJB..............................................................................................7
(choirunnisa’)
B. Etiologi..........................................................................................................8
(Maya Yuliana)
C. Patofisiologi..................................................................................................9
(Maya Yuliana)
D. Pathway.........................................................................................................13
(Maya Yuliana)
E. Penatalaksanaan............................................................................................15
(Devi Nur Aini S)
F. Komplikasi....................................................................................................17
(Devi Nur Aini S)
G. Manifestasi Medis.........................................................................................17
(Happy Wulandari)
H. Pengkajian.....................................................................................................18
(Happy Wulandari)
I. Diagnosakeperawatan...................................................................................20
(Handal Aghnia)
J. Intervensikeperawatan..................................................................................21
(Gilang Abdul Aziz)
BAB III PENUTUP..................................................................................................36
A. Kesimpulan....................................................................................................36
B. Saran..............................................................................................................36

3
DAFTAR PUSAKA..................................................................................................37
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Jantung merupakan organ tubuh manusia yang mempunyai peran penting dalam
kehidupan manusia dan pastinya sangat berbahaya jika jantung kita mempunyai masalah
mengingat bahwa banyak kematian disebabkan oleh penyakit jantung (Nugroho, 2018)
Penyakit jantung reumatik adalah suatu sindrom klinik akibat infeksi streptococcus
beta-hemolyticus golongan A, dengan gejala satu atau lebih gejala mayor yaitu poli
artritis migrans akut, karditis, korea, minor, nodul subkutan dan eritema marginatum.
Demam reumatik merupakan penyebab utama penyakit jantung didapat pada anak sampai
dewasa muda di negara dengan keadaan lingkungan serta sosialekonomi yang rendah.
Insidens yang tinggi bersamaan dengan epidemi infeksi streptococcus beta-hemolycitus
golongan A yang tinggi pula. Kirakira 3% dari pasien yang mendapat infeksi saluran
napas atas karena streptokok tersebut akan mengalami komplikasi Demam Reumatik atau
Penyakit Jantung Reumatik (PJR). Di daerah endemik hanya 0,3% yang diperkirakan
akan menderita Demam Reumatik atau Penyakit Jantung Reumatik (Ngastiyah, 2015).
B. Rumusan Masalah
Adapunrumusanmasalahdaripenulisanmakalahinidiantaranyasebagaiberikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan jantung rematik?
2. Bagaimana patofisiologi jantung rematik?
3. Bagaimana pathway jantung rematik?
4. Bagaimana penatalaksanaan jantung rematik?
5. Apa komplikasi dalam jantung rematik?
6. Bagaimana manifestasi medis jantung rematik?
7. Bagaimana pengkajianmengenai jantung rematik?
8. Bagaimanadiagnosa keperawatannya?
9. Bagaimanaintervensikeperawatannya?

C. Tujuan Masalah
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini diantaranya sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa pengertian jantung rematik itu
2. Untuk mengetahui patofisiologi jantung rematik

4
3. Untuk mengetahui pathway jantung rematik
4. Untuk mengetahui penatalaksanaan jantung rematik
5. Untuk mengetahui komplikasi jantung rematik
6. Untuk mengetahui manifestasi medis jantung rematik
7. Untuk mengetahuidan memahami bagaimana pengkajian jantung rematik
8. Untuk mengetahui dan memahami diagnose keperawatan jantung rematik
9. Untuk mengetahui dan memahami intervensi keperawatan jantung rematik

D. Manfaat Masalah
Manfaat yang diharapkan dari penyusunan makalah ini adalah :
1. Dapat memberikan penjelasan kepadamasyarakat dan diharapkan masyarakatdapat
menambah pengetahuan, wawasan sertasebagai bahan perkembangan ilmu
pengetahuan dibidang keperawatan khususnya pada pengetahuan tentang jantung
rematik pada anak.
2. Bagi mahasiswa makalah ini dapat menjadi sumber informasi atau bahan belajar
sebagai dasar untuk mengembangkan ilmu pengetahuan terutama dalam memberikan
intervensi keperawatan mandiri serta mengembangkan keterampilan Mahasiswa
Keperawatan dalam jantung rematik ini.

5
BAB II
TEORI DASAR

A. PENGERTIAN
Penyakit jantung reumatik (Reumatic Heart Disease) merupakan penyakit jantung
didapat yang sering ditemukan pada anak. Penyakit jantung reumatik merupakan
kelainan katup jantung yang menetap akibat demam reumatik akut sebelumnya, terutama
mengenai katup mitral (75%), aorta (25%), jarang mengenai katup trikuspid, dan tidak
pernah menyerang katup pulmonal. Penyakit jantung reumatik dapat menimbulkan
stenosis atau insufisiensi atau keduanya (Rudolph, 2011).
Penyakit Jantung Rematik (PJR) merupakan gangguan pada jantung karena katup
jantung rusak. Penyakit yang dalam bahasa medisnya disebut Rheumatic Heart Disease
(RHD) ini bisa saja disebabkan karena adanya penyempitan jantung atau kebocoran
jantung terutama pada katup mitral (keadaan ini disebut dengan stenosis katup mitral).
Penyempitan dan kebocoran itu bisa diakibatkan karena gejala sisa dari Demam Rematik
(Wong, 2004).
Penyakit jantung rematik merupakan penyebab terpenting dari penyakit jantung
yang didapat baik pada anak maupun orang dewasa. Penyakit jantung reumatik adalah
suatu proses peradangan yang mengenai jaringan penyokong tubuh terutama persendian,
jantung dan pembuluh darah oleh organisme streptococus hemolitik B group A
(Riskesdas, 2018).

B. Etiologi
Menurut Udjianti (2010) Penyebab secara pasti penyakit ini belum diketahui,
namun penyakit ini berhubungan erat dengan infeksi saluran nafas bagian atas yang
disebabkan oleh organisme streptococus hemolitik B group A yang pengobatannya tidak
tuntas atau bahkan tidak terobati. Pada penelitian menunjukkan bahwa penyakit jantung
reumatik terjadi akibat adanya reaksi imunologis antigen antibody dari tubuh. Antibody
akan melawan streptococus bersifat sebagai antigen sehingga terjadi reaksi autoimune.
Faktor predisposisi timbulnya pnyakit jantung reumatik adalah:
1. Faktor individu
a. Faktor genetik
Pada umumnya terdapat pengaruh faktor keturunan pada proses terjadinya
penyakit jantung rematik meskipun cara pewarisannya belum dipastikan. Adanya

6
antigen limfosit manusia (HLA) yang tinggi. HLA terhadap demam rematik
menunjukkan hubungan dengan aloantigen sel B spesifik dikenal dengan atibodi
monoklonal dengan status reumatikus.
b. Jenis kelamin
Dahulu sering dinyatakan bahwa penyakit jantung rematik lebih sering pada anak
perempuan dari pada laki-laki.
c. Golongan Etnis dan Ras
Data di Amerika Serikat menunjukkan bahwa serangan awal maupun berulang
sering terjadi pada orang hitam dibanding orang putih.
d. Reaksi autoimun
Dari penelitian ditemukan adanya kesamaan antara polisakarida bagian dinding
sel streptococus beta hemotitikus group A dengan glikoprotein dalam katub
mungkin ini mendukung terjadinya miokarditis dan valvulitis pada reumatik
fever.
e. Umur
Penyakit jantung reumatik paling sering terjadi pada anak berusia 6-15 tahun (usia
sekolah) dengan puncak sekitar umur 8 tahun. Tidak biasa ditemukan pada anak
usia 3 tahun atau setelah usia 20 tahun.
2. Faktor Lingkungan
a. Keadaan sosial ekonomi yang buruk
Sanitasi lingkungan yang buruk dengan penghuni yang padat, rendahnya
pendidikan sehingga pemahaman untuk segera mencari pengobatan anak
menderita infeksi tenggorokan sangat kurang ditambah pendapatan yang rendah
sehingga biaya perawatan kesehatan kurang.
b. Iklim geografis
Penyakit ini terbanyak didapatkan pada daerah iklim sedang, tetapi data akhir-
akhir ini menunjukkan bahwa daerah tropis memiliki insiden yang tertinggi.
c. Cuaca
Perubahan cuaca yang mendadak sering mengakibatkan insiden infeksi saluran
pernafasan atas meningkat sehingga mengakibatkan kejadian penyakit jantung
rematik juga dapat meningkat.

C. Patofisiologi
Hubungan yang pasti antara infeksi streptococus dan demam reumatik akut tidak

7
diketahui. Cedera jantung bukan merupakan akibat langsung infeksi, seperti yang
ditunjukkan oleh hasil kultur streptococus yang negatif pada bagian jantung yang terkena.
Faktor berikut ini menunjukkan bahwa hubungan tersebut terjadi akibat hipersensitif
imunologi yang belum terbukti terhadap antigen streptococus. Demam rematik akut
terjadi 2-3 minggu setelah faringitis streptococus, sering setelah pasien sembuh dari
faringitis. Kadar antibodi anti streptococus tinggi (anti streptolisin O, anti Dnasw, anti
hialorodinase), terdapat pada klien demam reumatik akut. Pengobatan dini faringitis
stresptococus dengan penisilin menurunkan risiko demam reumatik. Imunoglobulin dan
komplemen terdapat pada permukaan membran sel miokardium yang terkena.
Hipersensitifitas kemungkinan bersifat imunologik, tetapi menaknisme demam reumatik
akut masih belum diketahui. Adanya antibodu yang memiliki aktifitas terhadap antigen
streptococus dan sel mikardium menunjukkan kemungkinan adanya hipersensitifitas tipe
II yang diperantarai oleh antibodi reaksi silang. Pada beberapa pasien yang kompleks
imunnya terbentuk untuk melawan antigen streptococus, adanya antibodi tersebut
didalam serum akan menunjukkan hipersensifitas(Aspiani,2010).

8
D. Pathway

Streptococcus hemoliticus β grup A (melepaskan


indotoksin di faring dan tonsil)

Faringitis dan tonsilitis

Tubuh mengeluarkan antibody dan


antigen

Respon imunologi upnormal/autoimun

RHD

Jantung Persendian Kulit SSP


Hipert
ermi
Peradangan katup Peradangan pada
mitral Peradangan Gerakan
membran sinofial
kulit&jar. subkutan infolunter,
irreguler,
cepat&kele
Peningkatan sel mahan
Polyatritis/arthralgia Bercak
retikulo
endotelial, sel merah/eritema
plasma &limfosit marginatum
Otot khorea
Defisit Nyeri akut
perawatan Gangguan integritas
diri kulit
Risiko
infeksi
Jar. parut

Stenosis katub
mitral

Intoleransi
aktivitas
Penurunan curah
jantung

Baroreseptor:
menigkatkan
VOL&TD

Merangsang
medula oblongata

Merangsang medula oblongata

Kompensasi saraf simpatik


Jantung Pembuluh darah GI Tract

Pengisian atrium Vasokontraksi Kerja lambung ↑


kanan ↑

Penurunan HCL ↑
Penumpukan darah di metabolisme
paru terutama perifer

Mual, aneroksia
Gangguan fungsi Perfusi perifer
alveoli tidak efektif

Defisit nutisi
Ekspansi paru
terganggu
E. Tanda dan Gejala
Menurut Premana (2018)
Gejala umum:
1. Tanda-tanda demam reumatik bisanya muncul 2-3 minggu setelah infeksi, tetapi
dapat juga muncul awal minggu pertama atau setelah 5 minggu.
2. Insiden puncak antara umur 5-15 tahun, demam reumatik jarang terjadi sebelum
umur 4 tahun dan setelah umur 40 tahun.
3. Karditis reumatik dan valvulitis dapat sembuh sendiri atau berkembang lambat
menjadi kelainan katup.
4. Karakteristik lesi adalah adanya reaksi granulomotosa perivaskuler dengan
vaskulitis.
5. Pada 75-85% kasus, yang terserang adalah katup mitral, katup aorta pada 30% kasus
(tetapi jarang berdiri sendiri), dan mengenai katup pulmonalis kurang dari5%.
a. Kriteria mayor
1) Karditis merupakan peradangan pada jantung (miokarditis atau
endokarditis) yang menyebabkan terjadinya gangguan pada katup mitral dan
aorta dengan manifestasi terjadi penuruna curah jantung (seperti hipotensi,
pucat, sianosis, berdebar-debar dan denyut jantung meningkat), bunyi
jantung melemah dan terdengar suarah bising katup. Pada auskultasi
akibatstenosisdari katup terutama mitral (bising sistolik), karditis paling
sering menyerang anak dan remaja. Beberapa tanda karditis, antara lain
kardiomegali, gagal jantung kongestif kanan dan kiri (pada anak yang lebih
menonjol sisi kanan), dan regurgitasi mitral serta aorta.
2) Poliatritis Penderita penyakit ini biasanya datang dengan keluhan nyeri pada
sendi yang berpindah-pindah, radang sendi besar. Lutut, pergelangan kaki,
pergelangan tangan, siku (poliatritis migrans), gangguan fungsi sendi, dapat
timbul bersamaan tetapi sering bergantian. Sendi yang terkena menunjukkan
gejala radang yang khas (bengkak, merah, panas sekitar sendi, nyeri dan
disertai gangguan fungsi sendi). Kondisi ini berlangsung selama 1-5 minggu
dan mereda tanpa deformitas residual.
3) Khorea syndenham. Merupakan gerakan yang tidak disengaja/ gerakan
abnormal, bilateral, tanpa tujuan dan involunter, serta seringkali disertai
dengan kelemahan otot, sebagai manifestasi peradangan pada sistem saraf
pusat. Pasien yang terkena penyakit ini biasanya mengalami gerakan tidak
terkendali padaekstremitas, wajah dan kerangka tubuh. Hipotonik akibat
kelemahan otot, dan gangguan emosi selalu ada bahkan sering merupakan
tanda dini.
4) Eritema marginatum. Gejala ini merupakan manifestasi penyakit jantung
reumatik pada kulit berupa bercak merah dengan bagian tengah berwarna
pucat sedangkan tepinya berbatan tegas, berbentuk bulat dan bergelombang
tanpa indurasi dan tidak gatal. Biasanya terjadi pada batang tubuh dan
telapak tangan.
5) Nodul supkutan. Nodul ini terlihat sebagai tonjolan keras dibawah kulit
tanpa adanya perubahan warna atau rasa nyeri. Biasanya timbul pada
minggu pertama serangan dan menghilang setelah 1-2 minggu. Nodul ini
muncul pada permukaan ekstensor sendi terutama siku, ruas jari, lutut,
persendiaan kaki. Nodul ini lunak dan bergerak bebes.
b. Kriteria minor
1) Memang mempunyai riwayat penyakit jantung reumatik
2) Nyeri sendi tanpa adanya tanda objektif pada persendian, klien juga sulit
menggerakkan persendian.
3) Deman namun tidak lebih dari 39ᴼ C dan pola tidur tertentu.
4) Leokositosis, peningkatan laju endapan darah (LED).
5) Protein krea (CPR) positif.
6) Peningkatan denyut jantung saat tidur.
7) Peningkatan anti streptolosin O (ASTO).

F. Penatalaksanaan
Dasar pengobatan demam reumatik terdiri dari istirahat, eradikasi kuman streptokok,
penggunaan obat anti radang, dan pengobatan suportif.
1. Istirahat ; bergantung pada ada tidaknya dan berat ringannya karditis.
2. Eradikasi kuman streptokok, untuk negara berkembang WHO menganjurkan
penggunaan benzatin penisilin 1,2 juta IM. Bila alergi terhadap penisilin digunakan
eritromisin 20 mg/kg BB 2x sehari selama 10 hari.
3. Penggunaan obat anti radang bergantung terdapatnya dan beratnya kardiris.
Prednison hanaya digunakan pada karditis dengan kardiomegali atau gagal jantung.
4. Pengobatan suportif, berupa diet tinggi kalori dan protein serta vitamin (terutama
vitamin C) dan pengobatan terhadap komplikasi. Bila dengan pengobatan
medikamentosa saja gagal perlu di pertimbangkan tindakan operasi pembetulan
katup jantung. Demam reumatik cenderung mengalami serangan ulang, maka perlu
diberikan pengobatan pencegahan (profilaksis sekunder) dengan memberikan bezatin
penisilin 1,2 juta IM tiap bulan. Bila tidak mau disuntik dapat diganti dengan
penesilin oral 2 x 200.000 U/hari. Bila alergi terhadap obat tersebut dapat diberikan
sulfadiazin 1000 mg/hari untuk anak 12 tahun ke atas, dan 500 mg/hari untuk anak
12 tahun ke bawah. Lama pemberian profilaksis sekunder bergantung ada tidaknya
dan beratnya karditis. Bagi yang berada di dalam yang mudah terkena infeksi
streptokok dianjurkan pemberian profilaksis seumur hidup.
Secara singkat penanganan demam reumatik adalah sebagai berikut:
1. Artritis tanpa kardiomegali : Istirahat baring 2 minggu, rehabilitas 2 minggu,
obat-obatan anti inflamasi, erdikasi dan profilaksi (seperti yang diuraikan
diatas). Anak boleh sekolah setelah 4 minggu perawatan, olahraga bebas.
2. Artritis+karditis tanpa kardiomegali: Tirah baring 4 minggu, pengobatan seperti
yang diuraikan: sekolah setelah 8 minggu perawatan. Olahraga bebas.
3. Karditis +kardiomegali: tirah baring 6 minggu, mobilisasi 6 minggu, pengobatan
seperti yang diuraikan. Sekolah setelah perawatan selama 12 minggu. Olahraga
terbatas, hindari olahraga berat dan kompetitif.
4. Karditis + kardimegali + gagal jantung: tirah baring selama ada gagal jantung,
mobilisasi bertahap 12 minggu. Pengobatan seperti yang diuraikan, sekolah
setelah perawatan 12 minggu gagal jantung teratasi. Olahraga di larang
(Ngastiyah, 2015).

G. Komplikasi
Menurut Ngastiyah (2015)
1. Gagal jantung pada kasus yang berat.
2. Dalam jangka panjang timbul penyakit demam jantung reumatik.
3. Aritmia.
4. Perikarditis dengan efusi.
5. Pneumonia reumatik.

H. Manifestasi Medis
Menurut Kasron (2016), tanda gejalanya adalah :
1. Sesak nafas, takipnue (nafas cepat).
2. Bayi mengalami kesulitan ketika menyusu.
3. Keringat yang
4. berlebihan.
5. Berat badan tidak bertambah.
6. Infeksi saluran pernafasan berulang.
I. Pengkajian
Menurut Aspiani, 2010 Penyakit jantung rematik kebanyakan menyerang pada anak
dengan usia 5-15 hal ini lebih dikarenakan bakteri streptococcus sering berada di
lingkungan yang tidak bersih seperti tempat bermain anak di luar ruangan. Penyakit ini
lebih sering terkena pada anak perempuan.
1. Identitas klien
Nama, umur, alamat, pendidikan
2. Riwayat kesehatan
Demam, nyeri, dan pembengkakkan sendi
3. Riwayat penyakit dahulu
Tidak pernah mengalami penyakit yang sama, hanya demam biasa
4. Riwayat penyakit sekarang
Kardiomegali, bunyi jantung muffled dan perubahan EKG
5. Riwayat kesehatan keluarga
6. Riwayat kesehatan lingkungan
a. Keadaan sosial ekonomi yang buruk
b. Iklim dan geografi
c. Cuaca
7. Imunisasi
8. Riwayat nutrisi
Adanya penurunan nafsu makan selama sakit sehingga dapat mempengaruhi status
nutrisi berubah Pemeriksaan fisik Head to Toe:
a. Kepala
Ada gerakan yang tidak disadari pada wajah, sclera anemis, terdapat napas
cuping hidung, membran mukosa mulut pucat.
b. Kulit
Turgor kulit kembali setelah 3 detik, peningkatan suhu tubuh sampai 39ᴼ C.
c. Dada
1) Inspeksi: terdapat edema, petekie
2) Palpasi: vocal fremitus tidak sama
3) Perkusi redup
4) Auskultasi terdapat pericardial friction rub, ronchi, crackles
d. Jantung
1) Inspeksi, iktus kordis tampak
2) Palpasi dapat terjadi kardiomegali
3) Perkusi redup
4) Auskultasi terdapat murmur, gallop
e. Abdomen
1) Inspeksi perut simetris
2) Palpasi kadang-kadang dapat terjadi hepatomigali
3) Perkusi tympani
4) Auskultasi bising usus normal
f. Genetalia
Tidak ada kelainan
g. Ekstermitas
Pada inspeksi sendi terlihat bengkak dan merah, ada gerakan yang tidak disadari,
pada palpasi teraba hangat dan terjadi kelemahan otot.
9. Data fokus yang didapat antara lain:
a. Peningkatan suhu tubuh tidak terlalu tinggi kurang dari 39 derajat celcius namun
tidak terpola.
b. Adanya riwayat infeksi saluran napas.
c. Tekanan darah menurun, denyut nadi meningkat, dada berdebar-debar.
d. Nyeri abdomen, mual, anoreksia, dan penurunan hemoglobin.
e. Arthralgia, gangguan fungsi sendi.
f. Kelemahan otot.
g. Akral dingin.
h. Mungkin adanya sesak.
10. Pengkajian data khusus:
a. Karditis : takikardi terutama saat tidur, kardiomegali, suara sistolik, perubahan
suarah jantung, perubahan EKG (interval PR memanjang), nyeri prekornial,
leokositosis, peningkatan LED, peningkatan ASTO.
b. Poliatritis : nyeri dan nyeri tekan disekitar sendi, menyebar pada sendi lutut,
siku, bahu, dan lengan (gangguan fungsi sendi).
c. Nodul subkutan : timbul benjolan di bawah kulit, teraba lunak dan bergerak
bebas. Biasanya muncul sesaat dan umumnya langsung diserap. Terdapat pada
permukaan ekstensor persendian.
d. Khorea : pergerakan ireguler pada ekstremitas, infolunter dan cepat, emosi labil,
kelemahan otot.
e. Eritema marginatum : bercak kemerahan umum pada batang tubuh dan telapak
tangan, bercak merah dapat berpindah lokasi, tidak parmanen, eritema bersifat
non-pruritus.
J. Pemeriksaan penunjang
Adapaun pemeriksaan penunjang menurut Reny Yuli Aspiani, 2010 yaitu:
1. Pemeriksaan laboratorium Dari pemeriksaan laboratorium darah didapatkan
peningkatan ASTO, peningkatan laju endap darah (LED), terjadi leukositosis, dan
dapat terjadi penurunan hemoglobin.
2. Radiologi Pada pemeriksaan foto toraks menunjukkan terjadinya pembesaran pada
jantung.
3. Pemeriksaan ekokardiogram Menunjukan pembesaran pada jantung dan terdapat
lesi.
4. Pemeriksaan elektrokardiogram Menunjukkan interval PR menanjang
5. Apus tenggorok Ditemukan streptokokus beta hemolitikus grup A

K. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien jantung rematik (SDKI,2017):
1. Hipertermi b.d proses pnyakit
2. Penurunan curah jantung b.d perubahan kontraktilitas
3. Defisit perawatan diri b.d gangguan muskuluskletal
4. Nyeri akut b.d agen cedera fisik (nyeri sendi)
5. Gangguan integritas kulit b.d Neuropati perifer
6. Risiko cedera b.d disfungsi autoimun
7. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
8. Perfusi Perifer tidak efektif b.d peningkatan tekanan darah
9. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mengaborsi nutrien

L. Intervensi Keperawatan
(SIKI, 2017)
1. Hipertermi b.d proses pnyakit
 I.15506 Manajemen Hipertermia
Tindakan
Observasi
 Identifikasi penyebab hipertermia (mis. dehidrasi, terpapar lingkungan panas,
penggunaan inkubator)
 Monitor suhu tubuh
 Monitor kadar elektrolit
 Monitor haluaran urine
 Monitor komplikasi akibat hipertermia
Terapeutik
 Sediakan lingkungan yang dingin
 Longgarkan atau lepaskan pakaian
 Basahi dan kipasi permukaan tubuh
 Berikan cairan oral
 Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hiperhidrosis (keringat
berlebih)
 Lakukan pendinginan eksternal (mis. selimut hipotermia atau kompres dingin
pada dahi, leher,dada, abdomen, aksila)
 Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
 Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
 Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena. jika perlu

 I.14578 Regulasi Temperatur


Tindakan
Observasi
 Monitor suhu bayi sampai stabl (36,5°C-37,5°C)
 Monitor suhu tubuh anak tiap dua jam, jika perlu
 Monitor tekanan darah, frekuensi pernapasan dan nadi
 Monitor, warna dan suhu kulit
 Monitor dan catat tanda dan gejala hipotermia atau hipertermia
Terapeutik
 Pasang alat pemantau suhu kontinu, jika perlu
 Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat
 Bedong bayi segera setelah lahir untuk mencegah kehilangan panas
 Masukkan bayi BBLR ke dalam plastik segera setelah lahir (mis, bahan
polyethylene,polyurethane)
 Gunakan topi bayi untuk mencegah kehilangan panas pada bayi baru lahir
 Tempatkan bayi baru lahir di bawah radiant warmer
 Pertahankan kelembaban inkubator 50% atau lebih untuk mengurangi
kehilangan panaskarena proses evaporasl
 Atur suhu inkubator sesual kebutuhan
 Hangatkan terlebih dahulu bahan-bahan yang akan kontak dengan bayi (mis.
selimut, kainbedongan, stetoskop)
 Hindari meletakkan bayi di dekat jendela terbuka atau di area aliran pendingin
ruangan alaukipas angina
 Gunakan matras penghangat, selimut hangat dan penghangat ruangan untuk
menaikkansuhu tubuh, jika perlu
 Gunakan kasur pendingin, water circulating blankets, ice pack atau gel pad dan
intravascularcooling catheterization untuk menurunkan suhu tubuh
 Sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan pasien
Edukasi
 Jelaskan cara pencegahan heat exhaustion dan heat stroke
 Jelaskan cara pencegahan hipotermi karena terpapar udara dingin
 Demonstrasikan teknik perawatan metode kanguru (PMK) untuk bayi BBLR
Colaborasi
 Kolaborasi pemberian antipiretik, jika perlu

2. Penurunan curah jantung b.d perubahan kontraktilitas


 I.02075 Perawatan Jantung
Tindakan
Observasi
 Identifikasi tanda gejala primer penurunan curah jantung (meliputi dispnea,
kelelahan, edema,artoprea, paroxysmal nocturnal dyspnea, peningkatan CVP)
 Identifikasi tanda gejala sekunder penurunan curah jantung (meliputi
peningkatan berat badan, hepatomegali, distensi vena jugularis, palpitesi, ronkhi
basah, oliguria, batuk, kulitpucat)
 Monitor tekanan darah (termasuk tekanan darah ortostatik, jika perlu)
 Monitor intake dan output cairan
 Monitor berat badan setiap hari pada waktu yang sama
 Monitor saturasi oksigen
 Monitor keluhan nyeri dada (mis. intensitas, lokasi, radiasi, durasi, presivitasi
yang mengurangi nyeri)
 Monitor EKG 12 sadapan
 Monitor artimia (kelainan irama dan frekuensi)
 Monitor nilai laboratorium jantung (mis. elektrolit, enzim jantung, BNP, NTPro-
BNP)
 Monitor fungsi alat pacu jantung
 Periksa takanan darah dan frekuensi nadi sebelum dan sesudah aktivitas
 Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum pemberian obat (mis. beta
blocker, ACEinhibitor, calclum channel blocker, digoksin)
Terapeutik
 Posisikan pasien semi-Fowler atau Fowler dengan kaki ke bawah atau posisi
nyaman
 Berikan diet jantung yang sesuai (mis, batasi asupan kafein, natrium, kolesterol,
dan makanantinggi lemak)
 Gunakan stocking elastis atau pneumatik intermiten, sesuai indikasi
 Fasilitasi pasien dan keluarga untuk modifikasi gaya hidup sehat
 Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stres, jika perlu
 Berikan dukungan emosional dan spiritual
 Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen >94%
Edukasi
 Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi
 Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap
 Anjurkan berhenti merokok
 Ajarkan pasien dan keluarga mengukur berat badan harian
 Ajarkan paslen dan keluarga mengukur intake dan output cairan harian
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu
 Rujuk ke program rehabilitasi jantung

 1.02076Perawatan Jantung Akut


Tindakan
Observasi
 Identifikasi karakteristik nyeri dada (meliputi faktor pemicu dan pereda,
kualitas, lokasi,radiasi, skala, durasi dan frekuensi)
 Monitor EKG 12 sadapan untuk perubahan ST dan T
 Monitor aritmia (kelainan irama dan frekuensi)
 Monitor elektrolit yang dapat meningkatkan risiko aritmia (mis, kalium,
magnesium serum)
 Monitor enzim jantung (mis. CK, CK-MB, Troponin T, Troponin 1)
 Monitor saturasi oksigen
 Identifikasi stratifikasi pada sindrom koroner akut (mis. skor TIMI, Killip,
Crusade)
Terapeutik
 Pertahankan tirah baring minimal 12 jam
 Pasang akses intavena
 Puasakan hingga bebas nyeri
 Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi ansietas dan stres
 Sediakan lingkungan yang kondusif untuk beristirahat dan pemulihan
 Siapkan menjalani intervensi koroner perkutan, jika perlu
 Berikan dukungan emosional dan spiritual
Edukasi
 Anjurkan segera melaporkan nyeri dada
 Anjurkan menghindari manuver Valsava (mis. mengedan saat BAB atau batuk)
 Jelaskan tindakan yang dijalani pasien
 Ajarkan teknik menurunkan kecemasan dan ketakutan
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian antiplatelet, jika perlu
 Kolaborasi pemberian antiangina (mis. nitrogliserin, beta blocker, calcium
channel blocker)
 Kolaborasi pemberian morfin, jika perlu
 Kolaborasi pernberian inotropik, jika perlu
 Kolaborasi pemberian obat untuk mencegah manuver Valsava (mis. pelunak
tinja, antiemetik)
 Kolaborasi pencegahan trombus dengan antikoaguları, jika perlu
 Kolaborasi pemeriksaan x-ray dada, jika perlu

3. Defisit perawatan diri b.d gangguan muskuluskletal


 I.11348 Dukungan Perawatan Diri
Tindakan
Observasi
 Identifikasi keblasaan aktivitas perawatan diri sesuai usia
 Monitor tingkat kemandirian
 Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri, berpakaian, berhias, dan
makan
Terapeutik
 Sediakan lingkungan yang terapeutik (mis, suasana hangat, rileks, privasi)
 Siapkan keperluan pribadi (mls.parfum, sikat gigi, dan sabun mandi)
 Dampingi dalam melakukan perawatan diri sampai mandiri
 Fasilitasi untuk menerima keadaan ketergantungan
 Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak mampu melakukan perawatn diri
 Jadwalkan rutinitas perawatan diri
Edukasi
 Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai kemampuan

4. Nyeri akut b.d agen cedera fisik (nyeri sendi)


 I.08238 Manajemen Nyeri
Tindakan
Observasi
 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
 Identifikasi skala nyeri
 Identifikasi respons nyeri non verbal
 Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
 Identifikasi pengetahuan dan keyaninan tentang nyeri
 Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
 Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
 Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
 Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
 Berikan teknik nanfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hipnosis,
 akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing,
 kompres hangat/dingin, terapi bermain)
 Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
 Fasilitasi Istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode, dan pernicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
 Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

 I.08243 Pemberian Analgesik


Tindakan
Observasi
 Identifikasi karakteristik nyeri (mis. pencetus, pereda, kualitas, lokasi, Intensitas,
frekuensi,durasi)
 Identifikasi riwayat alergi obat
 Identifikasi kesesuaian jenis analgesik (mis. narkotika, non-narkotik, atau
NSAID) dengan tingkat keparahan nyeri
 Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah pemberian analgesik
 Monitor efektifitas analgesik
Terapeutik
 Diskusikan janis analgesik yang disukai untuk mencapai analgesla optimal, jika
perlu
 Pertimbangkan penggunaan infus kontinu, atau bolus oplold untuk
mempertahankan kadar dalam serum
 Tetapkan target efektiitas analgetik untuk mengoptimalkan respons pasien
 Dokumentasikan respons terhadap efek analgesik dan efek yang tidak diinginkan
Edukasi
 Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik, sesuai indikasi

5. Gangguan integritas kulit b.d Neuropati Perifer


 I.11353 Perawatan Integritas Kulit
Tindakan
Observasi
 Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis. perubahan sirkulasi,
perubahan status nutrisi, penurunan kelembaban, suhu lingkungan ekstrem,
penurunan mobilitas)
Terapeutik
 Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
 Lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang, jika perlu
 Bersihkan perineal dengan air hangat, terutama selama periode diare
 Gunakan produk berbahan petrolium atau minyak pada kulit kering
 Gunakan produk berbahan ringan/alami dan hipoalergik pada kulit sensitif
 Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit kering
Edukasi
 Anjurkan menggunakan pelembab (mis, lotion, serum)
 Anjurkan minum air yang cukup
 Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
 Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur
 Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrem
 Anjurkan menggunakan tabir surya SPF minimal 30 saat berada di luar rumah
 Anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya
.
 I.14564 Perawatan Luka
Tindakan
Observasi
 Monitor karakteristik luka (mis. drainase, warna, ukuran, bau)
 Monitor tanda-tanda infeksi
Terapeutik
 Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
 Cukur rambut di sekitar daerah luka, jika perlu
 Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih nontoksik, sesuai kebutuhan
 Bersihkan jaringan nekrotik
 Berikan salep yang sesuai ke kulitlesi, jika perlu
 Pasang balutan sesuai jenis luka
 Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan luka
 Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan drainase
 Jadwalkan perubahan posisi setiap 2 jam atau sesuai kondisi pasien
 Berikan diet dengan kalori 30-35 kkal/kgBB/hari dan protein 1,25-1,5
g/kgBB/hari
 Berikan suplemen vitamin dan mineral (mis. vitamin A, vitamin C, Zinc, asam
amino), sesuai indikasi
 Berikan terapi TENS (stimulasi saraf transkutaneous) jika perlu
Edukasi
 Jelaskan tanda dan gejala infeksi
 Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalari dan protein
 Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri
Kolaborasi
 Kolaborasi prosedur debridement (mis. enzimatik, biologis, mekanis, autolitik),
jika perlu
 Kolaborasi perrberian antibiotik, jika perlu

6. Risiko cedera b.d disfungsi autoimun


 I.14537 Pencegahan Cedera
Tindakan
Observasi
 Identifikasi area lingkungan yang berpotensi menyebabkan cedera
 Identifikasi obat yang berpotensi menyebabkan cedera
 Identifikasi kesesuaian alas kaki atau stoking elastis pada ekstremitas bawah
Terapeutik
 Sediakan pencahayaan yang memadai
 Gunakan lampu tidur selama jam tidur
 Sosialisasikan pasien dan keluarga dengan lingkungan ruang rawat (mis.
Penggunaan telepon, tempat tidur, penerangan rangan dan lokasi kamar mandi)
 Gunakan alas lantai jika berisiko mengalami cedera serius
 Sediakan alas kaki antislip
 Sediakan pispot atau urinal untuk eliminasi di tempat tidur, jika perlu
 Pastikan bel panggilan atau telepon mudah dijangkau
 Pastikan barang-barang pribadi mudah dijangkau.
 Pertahankan posisi tempat tidur di posisi terendah saat digunakan
 Pastikan roda tempat tidur atau. kursi roda dalam kondisi terkunci
 Gunakan pengaman tempat tidur sesuai dengan kebijakan fasilitas pelayanan
kesehatan
 Pertimbangkan penggunaan alarm elektronik pribadi atau alarm sensor pada
tempat tidur atau
 Diskusikan mengenai latihan dan terapi fisik yang diperlukan
 Diskusikan mengenai alat bantu mobllitas yang sesuai (mis. tongkat atau alat
bantu jalan)
 Diskusikan bersama anggota keluarga yang dapat mendampingi pasien
 Tingkatkan frekuensi observasi dan pengawasan pasien, sesuai kebutuhan
Edukasi
 Jelaskan alasan intervensi pencegahan Jatuh ke pasien dan keluarga
 Anjurkan berganti posisi secara perlahan dan duduk selama beberapa menit
sebelum berdiri

7. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan


 I.05178 Manajemen Nyeri
Tindakan
Observasi
 Identifikasi gangguan fungsitubuh yang mengakibatkan kelelahan
 Monitor kelelahan fisik dan emosional
 Monitor pola dan jam tidur
 Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
Terapeutik
 Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. cahaya, suara,
kunjungan)
 Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
 Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan
 Berlkan aktivitas distraksi yang menenangkan
Edukasi
 Anjurkan tirah baring
 Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
 Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang
 Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan.

 I.05185 Terapi Aktivitas


Tindakan

Observasi

 Identifikasi defisit tingkat aktivitas

 Identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam aktivitas tertentu

 Identifikasi sumber daya untuk aktivitas yang dinginkan

 Identfikasi strategi meningkatkan partisipasi dalam aktivitas

 Identifikasi makna aktivitas rutin (mis. bekerja) dan waktu luang

 Monitor respons emosional, fisik, sosial, dan spiritual terhadap aktivitas

Terapautik

 Fasilitasi fokus pada kemampuan, bukan defisit yang dialami

 Sepakati komitmen untuk meningkatkan frekuensi dan rentang aktivitas fisik,


psikologis, dan sosial

 Fasilitasi memilih aktivitas dan tetapkan tujuan aktivitas yang konsisten sesuai
kemampuan

 Koordinasikan pemilihan aktivitas sesuai usia

 Fasilitasi makna aktivitas yang dipilih

 Fasilitasi transportasi untuk menghadiri aktivilas, jika sesuai

 Fasilitasi pasien dan keluarga dalam menyesuaikan lingkungan untuk


mengakomodasi aktivitas yang dipilih

 Fasilitasi aktivitas fisik rutin (mis. ambulasi, mobilisasi, dan perawatan diri),
sesuai kebutuhan

 Fasilitasi aktivitas pengganti saat mengalami keterbatasan waktu, energi, atau


gerak

 Fasilitasi aktivitas motorik kasar untuk pasien hiperaktif

 Tingkatkan aktivitas fisik untuk memelihara berat badan, jika sesuai


 Fasilitasi aktivitas motorik untuk merelaksasi otot

 Fasilitasi aktivitas dengan komponen memori implisit dan emosional (mis.


Kegiatan keagamaan khusus untuk pasien demensia, jika sesuai

 Libatkan dalam pemainan kelompok yang tidak kompetitif, terstruktur, dan aktif

 Tingkatkan kelerabatan dalam aktivitas rekreasi dan diversifikas! untuk


menurunkan kecemasan (mis. vocal group, bola voli, tenis meja, jogging,
berenang, tugas sederhana, permainan sederhana, tugas rutin, tugas rumah
tangga, perawatan diri dan teka-teki dan kartu)

 Libatkan keluarga dalam aktivitas, jika perlu

 Fasilitasi mengembangkan motivasi dan penguatan diri

 Fasilitasi pasien dan keluarga memantau kemajuannya sendiri untuk mencapai


tujuan

 Jadwalkan aktivitas dalam rutinitas sehari-hari

 Berikan penguatan positif atas partisipasi dalam aktivitas

Edukasi

 Jelaskan metode aktivitas fisik sehari-hari, jika perlu

 Ajarkan cara melakukan aktivitas yang dipilih

 Anjurkan melakukan aktivitas fisik, sosial, spiritual, dan kognitif dalam menjaga
fungsi dan kesehatan

 Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok atau terapi, jika sesuai

 Anjurkan keluarga untuk memberi penguatan positif atas partisipasi dalam


aktivitas

Kolaborasi

 Kolaborasi dengan terapis okupasi dalam merencanakan dan memonitor


program aktivitas, jika sesuai

 Rujuk pada pusat atau program aktivitas komunitas, jika perlu


8. Perfusi Perifer tidak efektif b.d
 I.02079 Perawatan Sirkulasi
Tindakan
Observasi
 Periksa sirkulasi perifer (mis. nadi perifer, edema, pengisian kapiler, wama,
suhu, ankle-brachial index)
 Identifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi (mis. diabetes, perokok, orang tua,
hipertensi dan kadar kolesterol tinggi)
 Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau bengkak pada ekstremitas
Terapeutik
 Hindari pemasangan infus atau pengambilan darah di area keterbatasan perfusi
 Hindari pengukuran tekanan darah pada ekstremitas dengan keterbatasan perfusi
 Hindari penekanan dan pemasangan tourniquet pada area yang cedera
 Lakukan pencegahan infeksi
 Lakukan perawatan kaki dan kuku
 Lakukan hidrasi
Edukasi
 Anjurkan berhenti merokok
 Anjurkan berolahraga rutin
 Anjurkan mengecek air mandi untuk menghindari kulit terbakar
 Anjurkan menggunakan obat penurun tekanan darah, antikoagulan, dan penurun
kolesterol, jika perlu
 Anjurkan minum obat pengontrol tekanan darah secara teratur
 Anjurkan menghindari penggunaan obat penyekat beta
 Anjurkan melakukan perawatan kulit yang tepat (mis, melembabkan kulit kering
pada kaki)
 Anjurkan program rehabilitasi vaskular
 Ajarkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi (mis. rendah lemak jenuh,
minyak ikan omega 3)
 Informasikan tanda dan gejala darurat yang harus dilaporkan (mis. rasa sakit
yang tidak hilang saat istirahat, luka tidak sembuh, hilangnya rasa)

 I.06195 Manajemen Sensasi Perifer


Tindakan
Observasi
 Identifikasi penyebab perubahan sensasi
 Identifikasi penggunaan alat pengikat, prostesis, sepatu, dan pakaian
 Periksa perbedaan sensasi-tajam atau tumpul
 Periksa perbedaan sensasi panas atau dingin
 Periksa kemampuan mengidentifikasi lokasi dan tekstur benda
 Monitor terjadinya parestesia, jika perlu
 Monitor perubahan kulit
 Monitor adanya tromboflebitis dan tromboemboli vena
Terapeutik
 Hindari pemakaian benda-benda yang berlebihan suhunya (terlalu panas atau
dingin)
 Anjurkan penggunaan termometer untuk menguji suhu air
 Anjurkan penggunaan sarung tangan termal saat memasak
 Anjurkan memakai sepatu lembut dan bertumit rendah
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgesik, jika perlu
 Kolaborasi pemberian kortikosteroid, jika perlu
9. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mengaborsi nutrien

 I.03119Manajemen Nutrisi
Tindakan
Observsi
 Identifikasi status nutrisi
 Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
 Identifikasi makanan yang disukai
 Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
 Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
 Monitor asupan makanan
 Monitor berat badan
 Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
 Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
 Fasilitas menentukan pedoman diet (mis. piramida makanan)
 Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
 Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
 Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
 Berikan suplemen makanan, jika perlu
 Hentikan pemberian makan melalui selang nasogatrik jika asupan oral dapat
ditoleransi
Edukasi
 Anjurkan posisi duduk, jika mampu
 Ajarkan diet yang diprogramkan
Koleborasi
 Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. pereda nyeri, antiemetik),
jika perlu
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien
yang jika perlu dibutuhkan

 I.03136 Promosi Berat Badan


Tindakan
Observasi
 Identifikasi kemungkinan penyebab BB kurang
 Monitor adanya mual dan muntah
 Monitor jumlah kalori yang dikonsumsi sehari-hari
 Minitor berat badan
 Monitor albumin, limfosit, dan elektrolit, serum
Terapeutik
 Berikan perawatan mulut sebelum pemberian makan, jika perlu
 Sediakan makanan yang tepat sesuai kondisi pasien (mis makanan dengan
tekstur halus, makanan yang diblender, makanan cair yang diberikan melalui
NGT atau gastrostoml, total perenteral nutrition sesuai indikasi)
 Hidangkan makanan secara menarik Berikan suplemen, jika perlu
 Berikan pujian pada pasien/keluarga untuk peningkatan yang dicapai
Edukasi
 Jelaskan jenis makanan yang bergizi tinggi, namun tetap terjangkau
 Jelaskan peningkatan asupan kalori yang dibutuhkan
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penyakit jantung reumatik (Reumatic Heart Disease) merupakan penyakit jantung
didapat yang sering ditemukan pada anak. Penyakit jantung reumatik merupakan
kelainan katup jantung yang menetap akibat demam reumatik akut sebelumnya, terutama
mengenai katup mitral (75%), aorta (25%), jarang mengenai katup trikuspid, dan tidak
pernah menyerang katup pulmonal. Penyakit jantung reumatik dapat menimbulkan
stenosis atau insufisiensi atau keduanya.Penyebab secara pasti penyakit ini belum
diketahui, namun penyakit ini berhubungan erat dengan infeksi saluran nafas bagian atas
yang disebabkan oleh organisme streptococus hemolitik B group A yang pengobatannya
tidak tuntas atau bahkan tidak terobati. Pada penelitian menunjukkan bahwa penyakit
jantung reumatik terjadi akibat adanya reaksi imunologis antigen antibody dari tubuh.
Antibody akan melawan streptococus bersifat sebagai antigen sehingga terjadi reaksi
autoimune.

B. SARAN
Besar harapan kami agar kiranya makalah ini dapat memberi manfaat kepada para
pembaca sekalian pada umumnya juga memberi manfaat kepada kami secara
khusus. Setelah menulis makalah ini, hendaknya kita sama-sama menyadari bahwa
ilmu di bidangkeperawatan dapat diterapkan dalam banyak hal penting, salah satunya
seperti pengetahuan lebih lanjut tentang penyakit jantung rematik.
DAFTAR PUSAKA

Aspiani, Reny Yuli. 2010. Buku ajar keperawatan klien gangguan kardiovaskuler. Jakarta:
EGC dengan Penyakit Jantung Bawaan dengan Kelainan Simplek dan
Kelainan
Kasron. 2016. Buku ajar keperawatan sistem kardivaskuler. Jakarta: CV. Trans Info Media
Komplek pada Umur 0-2 tahun
Ngastiyah. 2015. Perawatan anak sakit. Edisi 2. Jakarta : EGC
Premana, M. I. P., 2018. Penyakit Jantung Rematik. Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana Denpasar.
RISKESDAS, 2018 Laporan National RISKESDAS 2018 Kementrian Kesehatan Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Jakarta : Kemenkes
RISKESDAS, 2018 Laporan National RISKESDAS 2018 Kementrian Kesehatan Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Jakarta : Kemenkes
Rudolph, A. A (2011). Penyakit Jantung Rematik dan Demam Rematik. Medan. FK USU.
SDKI, 2017
SIKI, 2017
Udjianti, W., 2010. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika
Wong, D.2004. Pedoman Klinis Keperawatan pediatrik. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai