Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN KASUS


DIABETES MELITUS

1. KONSEP DASAR DIABETES MILITUS


A. Pengertian
Diabetes Melitus atau kencing manis adalah suatu gejala kelainan dalam tubuh
yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah dan adanya gula dalam air kencing
(Mansjoer, 2005).
Diabetes Melitus berasal dari kata Yunani diaberneris “tembus” atau pancaran
air”, dan kata Latin mellitus “rasa manis” yang umumnya dikenal sebagai kencing manis
adalah penyakit yang ditandai dengan hiperglikemia yaitu peningkatan kadar gula darah
yang melebihi batas normal, yang terus menerus dan bervariasi, terutama setelah makan.
Sumber lain menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan Diabetes Melitus adalah
keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan
hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, kelainan
pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan
mikroskop elektron, kelainan kulit atau ekstrimitas dapat berupa furunkel, karbunkel,
ulkus kaki yang terjadi karena distribusi tekanan abnormal sekunder neuropati
diabetik/kepekaan yang berkurang atau menghilang akibat komplikasi diabetes, yang
biasanya terjadi pada bagian-bagian yang menonjol (pressure points). Rangkaian kejadian
yang khas dalam proses ulkus diabetik pada kaki dimulai dari cideranya jaringan lunak,
kemudian terbentuknya fisura antara jari-jari kaki atau didaerah kulit yang kering, dimana
ulkus tersebut tidak dirasakan oleh klien yang kepekaan kakinya sudah hilang, sehingga
jika klien tidak memiliki kebiasaan untuk memeriksakan setiap hari, cidera atau fisura
tersebut dapat berlangsung tanpa diketahui sampai akhirnya terjadi infeksi yang serius
yaitu pengeluaran nanah, pembengkakan, kemerahan, akibat selulitis yang akhirnya akan
menimbulkan gangren. (Smeltzer, 2001).
Gangren adalah suatu nekrosis atau kematian jaringan akibat obstuksi, hilangnya,
atau berkurangnya suplai darah di jaringan, gangren dapat terlokalisasi pada daerah yang
sempit atau dapat melibatkan seluruh ekstrimitas atau organ.( Carpenito,2007)
Dikenal beberapa macam gangren antara lain :
a. Gangren Kering yaitu keadaan nekrosis atau kematian jaringan yang biasanya timbul
pada jari-jari, dimana jaringan ujung jari-jari tersebut sudah menjadi nekrotik karena
suplai darah yang buruk sehingga memudahkan dan mempercepat pertumbuhan
jaringan saprofit yang lama kelamaan mati dan menghitam. Biasanya gangren kering
terjadi pada ujung-ujung ekstrimitas bawah (ujung jari kaki). (Smeltzer, 2001).
b. Gangren Basah yaitu keadaan nekrotik atau kematian jaringan yang dapat melibatkan
organ dalam akibat kurangnya suplai darah yang diperoleh organ tersebut, seperti
gangren yang terjadi pada lengkung usus halus yang mengalami gangren dibagian
kanan atas akan menimbulkan kontak dengan usus bagian kanan bawah, sehingga
bakteri saprofit akan tumbuh subur pada jaringan yang nekrotik, dan menyebar pada
daerah yang terkena kontak.(Smeltzer,2001)
c. Gaseus gangren/ gangren Gass yaitu keadaan nyeri akut dan hebat yang sering berasal
dari luka laserasi kotor hingga otot dan jaringan subkutan menjadi terisi dengan gas
dan eksudat serosanguinossa yang disebabkan oleh bakteri anaerob misalnya C
sporogenes, C novyi, C septicum.(Smeltzer, 2001).
Diabetes Melitus adalah suatu penyakit ancreas , dimana karena adanya
gangguan ancreas m zat hidrat arang yang kebanyakan herediter dan klinis, sebagai
akibat dari kurangnya insulin efektif baik oleh karena adanya disfungsi sel beta ancreas
atau ambilan glukosa di jaringan perifer (biasanya DM Tipe-2), atau kurangnya insulin
absoulut (DM tipe 1) dengan tanda-tanda hiperglikemi dan glukosuria, disertai dengan
gejala klinis akut (poliuria, polidipsia, penurunan berat badan) dan ataupun gejala kronik
ataupun kadang-kadang tanpa gejala.(Dongoes, 2000).

B. Anatomi dan Patofisiologi

Gambar 2.1 Anatomi Pangkreas (Pearce, 2005).

Pancreas adalah sebuah kelenjar saluran cerna berwarna merah muda keabuan
yang berbentuk memanjang dengan panjang 12-15 cm dan terletak melintang pada
dinding abdomen dorsal, membelakangi lambung, Pancreas menghasilkan :
1. Sekret eksokrin (getah pankreas) yang dicurahkan ke dalam duodenum melalui
ductus pancreaticus
2. Sekret endokrin (glukagon dan insulin) yang dicurahkan langsung ke dalam darah.
Pankreas terdiri dari lobulus-lobulus, masing- masing terdiri dari satu pembuluh
kecil yang mengarah pada duktus utama dan berakhir pada sejumlah alveoli, Alveoli
dilapisi sel-sel yang mensekresi enzim yang disebut tripsinogen, amilase dan lipase.
Tripsinogen diubah menjadi tripsin aktif oleh enterokinase, enzim yang disekresi usus
halus, dalam bentuk aktifnya, tripsin mengubah pepton dan protein menjadi asam amino.
Amilase mengubah zat pati menjadi maltosa, dan Lipase mengubah lemak menjadi asam
lemak dan gliserol setelah empedu mengemulsi lemak.(Smeltzer, 2001)
Caput pancreatis terletak dalam lengkungan duodenum. Caput pancreatis
memiliki bagian yang menonjol ke arah kranial kiri, dorsal dari pembuluh mesenterica
superior, dan dikenal sebagai processus uncinatus. Ke arah dorsal caput pancreatis
berbatas langsung pada vena cava inferior, arteria renalis dextra dan vena renalis dextra
dan vena renalis sinistra. Ductus choledochus yang melintas ke duodenum, terletak dalam
alur pada permukaan dorsokranial caput pancreatis.(Smeltzer, 2001)
Collum pancreatis di sebelah dorsal beralur, disebabkan oleh pembuluh
mesenterica superior. Permukaan ventralnya tertutup oleh peritoneum dan berbatas pada
pylorus. Persatuan vena mesenterica superior dengan vena splenica (lienalis) menjadi
vena portae hepatis terdapat dorsal dari collum pancreatis. (Smeltzer, 2001)
Corpus pancreatis meluas ke kiri dengan melintasi Aorta dan vertebra L2, dorsal
dari bursa omentalis. Corpus pancreatis berhubungan erat dengan pembuluh splenica
(lienalis). Permukaan ventral pancreas tertutup oleh peritoneum dan turut membentuk
palungan gaster (stomach bed). Permukaan dorsal pancreas yang sama sekali tidak
memiliki lapisan peritoneum, berhubungan dengan Aorta, Arteria mesenterica superior,
glandula suprarenalis sinistra dan ren sinistra serta pembuluh renalis.(Smeltzer, 2001)
Cauda pancreatis terletak antara kedua lembar ligamentum splenorenale
(lienorenale) bersama pembuluh splenica (lienalis). Ujung cauda pancreatis biasanya
menyentuh hilum splenicum.
Ductus pancreaticus berawal dalam cauda pancreatis dan melalui massa kelenjar
ke caput pancreatis untuk membelok ke kaudal dan mendekati ductus choledochus
(biliaris). Biasanya kedua ductus ini bersatu, membentuk ampulla hepatopancreatica,
sebuah pelebaran pendek yang bermuara melalui ductus bersama ke dalam duodenum
pada puncak papilla duodeni major. Musculus sphincter ductus pancreatici mengitari
bagian akhir ductus pancreaticus (ductus Wirsung) juga terdapat musculus sphincter
ampullae hepatopancreaticae (sphincter Oddi) mengitari ampulla hepatopancreatica.
Kedua sphincter tersebut mengatur aliran empedu dan getah pancreas ke dalam
duodenum.(Smeltzer, 2001)
Ductus pancreaticus accesorius (ductus Santorini) menyalurkan getah pancreas
dari proccesus uncinatus dan bagian kaudal caput pancreatis. Biasanya ductus
pancreaticus accessorius berhubungan dengan ductus pancreaticus major, tetapi pada
sekitar 9% dari populasi ductus pancreaticus accessorius tetap terpisah. Secara khas pipa
ini bermuara ke dalam duodenum pada papilla duodeni minor.(Smeltzer, 2001)
Arteri-arteri pancreas berasal dari arteria pancreaticoduodenalis. Sampai 10
cabang arteria splenica (lienalis) mengantar darah kepada corpus pancreatis dan cauda
pancreatis. Arteria pancreaticoduodenalis anterior dan posterior, yakni cabang arteria
gastroduodenalis, dan ramus anterior arteria pancreaticoduodenalis inferior dan ramus
posterior arteria pancreaticoduodenalis inferior, yakni cabang arteria mesenterica
superior, mengantar darah kepada caput pancreatis. Vena-vena pancreas menyalurkan
darah ke vena portae hepatis, vena splenica (lienalis) dan vena mesenterica superior,
tetapi yang terbanyak ke vena splenica (lienalis). (Smeltzer, 2001)
Pembuluh limfe pancreas mengikuti pembuluh darah. Terbanyak pembuluh ini
berakhir pada nodi lymphoidei pancreaticoduodenales sepanjang arteria splenica
(lienalis), tetapi beberapa pembuluh berakhir pada nodi lymphoidei pylorici. Pembuluh
eferen dari kelenjar-kelenjar itu ditampung oleh nodi lymphoidei coeliaci, nodi
lymphoidei hepatici, nodi lymphoidei mesenterici superiores. Saraf-saraf pancreas berasal
dari nervus vagus dan nervi splanchnici thoracici. Serabut parasimpatis dan simpatis dari
plexus coeliacus dan plexus mesentericus superior mencapai pancreas dengan mengikuti
arteri-arteri. (Soeparman, 2005).

C. Etiologi
DM mempunyai etiologi yang heterogen, dimana berbagai lesi dapat insufisiensi
insulin, tetapi determinan genetik biasanya memegang peranan penting pada mayoritas
DM.(Smeltzer,2001)
Faktor lain yang dianggap sebagai kemungkinan etiologi DM yaitu :
1. Kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta sampai kegagalan
sel beta melepas insulin.
2. Faktor – faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta, antara lain agen
yang dapat menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan karbohidrat dan gula yang
diproses secara berlebihan, obesitas dan kehamilan.
3. Gangguan sistem imunitas. Sistem ini dapat dilakukan oleh autoimunitas yang
disertai pembentukan sel – sel antibodi antipankreatik dan mengakibatkan kerusakan
sel - sel penyekresi insulin, kemudian peningkatan kepekaan sel beta oleh virus.
4. Kelainan insulin. Pada pasien obesitas, terjadi gangguan kepekaan jaringan
terhadap insulin akibat kurangnya reseptor insulin yang terdapat pada membran sel
yang responsir terhadap insulin (Wong, 2007).

D. Patofisiologi
Diabetes Melitus disebabkan oleh penurunan kecepatan insulin oleh sel-sel beta pulau
langerhans, sebagian besar patologi Diabetes Melitus dikaitkan dengan satu dari tiga efek
utama kekurangan insulin sebagai berikut : (Engram, 2005)
Pengurangan penggunaan glukosa oleh sel-sel tubuh, yang dapat menyebabkan
peningkatan konsentrasi glukosa dalam darah setinggi 300-1200 mg%/ml, peningkatan
nyata mobilisasi lemak dari penyimpanan lemak dapat menyebabkan kelainan
metabolisme lemak maupun pengendapan lipid pada dinding vaskular yang
mengakibatkan artetiosklerosis dan pengurangan protein dalam jaringan tubuh.
Tetapi selain itu dapat terjadi beberapa masalah patofisiologi pada Diabetes Melitus
yang tidak tampak, yaitu :
Kehilangan glukosa dalam urin pada penderita Diabetes Melitus, yang masuk ke
dalam tubulus ginjal dalam filtrat glomerulus meningkat kira-kira 225 mg/menit, glukosa
dalam jumlah bermakna mulai dibuang ke dalam urin, dan jika jumlah filtrasi glomerulus
yang terbentuk tiap menit tetap, maka luapan glukosa terjadi bila kadar glukosa darah
meningkat melebihi 180 mg% akibatnya sering disebut bahwa ambang darah untuk
timbulnya glukosa dalam urin adalah sekitar 180 mg%.(Engram,2005)
Kehilangan glukosa di dalam urin dapat menyebabkan diuresis karena efek osmotik
glukosa di dalam tubulus adalah mencegah reabsorbsi cairan oleh tubulus, keseluruhan
efeknya adalah dehidrasi ruangan intrasel yang kemudian menyebabkan dehidrasi
ruangan extrasel juga, jadi salah satu gambaran Diabetes yang paling penting adalah
kecenderungan timbulnya dehidrasi ekstra sel dan intra sel, dan ini juga sering disertai
dengan kolapsnya sirkulasi dalam tubuh.(Ignatavicius, 2007).
Asidosis terjadi pada diabetes bila tubuh menggantungkan hampir seluruh energinya
pada lemak, kadar asam asetat dan asam hidroksibutirat dalam cairan tubuh dapat
meningkat dari 1 meq/L sampai setinggi 10 meq/L, dan jelas ini mudah menyebabkan
asidosis, efek kedua yang biasanya lebih penting dalam menyebabkan asidosis adalah
pada peningkatan langsung asam amino keto dimana asam amino keto adalah penurunan
konsentrasi natrium yang disebabkan oleh efek asam-asam keto yang mempunyai
ambang eksresi ginjal yang rendah, oleh karena itu bila kadar asam amino pada diabetes
meningkat sebanyak 100-200 gram maka akan dieksresikan ke dalam urin setiap hari, dan
karena mengandung asam amino yang kuat yang sangat sedikit bisa dieksresikan dalam
bentuk asam, dan sebagai gantinya maka terjadi ikatan dengan natrium yang berasal dari
cairan intra sel, sebagai akibatnya konsentrasi natriun diganti oleh ion hidrogen, jadi
sangat meningkatkan terjadinya asidosis, dan jelas semua reaksi yang terjadi dalam
asidosis metabolik berlangsung pada asidosis diabetika, termasuk pernafasan cepat dan
dalam, namun yang terpenting adalah asidosis dapat menyebabkan koma dan kematian.
(Syamsuhidayat, 2007).
a. Pada Diabetes tipe I: Pada diabetes tipe ini terdapat ketidakmampuan untuk
menghasilkan insulin karena sel-sel beta pangkreas telah dihancurkan oleh proses
autoimun, hiperglikemia saat puasa yang terjadi akibat produksi glukosa yang tidak
diukur oleh hati, disamping itu glukosa yang berasal dari makanan yang tidak bisa
disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan dapat menimbulkan
postprandial yaitu puncak peningkatan kadar gula dalam darah pada 2 jam sesudah
makan. Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi ginjal tidak dapat
menyerap kembali glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul
dalam urin yang disebut Glukosuria dan ketika glukosa yang berlebihan itu
dieksresikan ke dalam urin, eksresinya ini biasanya akan disertai dengan pengeluaran
cairan dan elektrolit yang berlebihan, dan keadaan ini dinamakan Diuresis Osmotik
yang terjadi sebagai akibat terjadinya kehilangan cairan tubuh yang berlebihan, yang
ditandai dengan klien mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) yang secara
langsung dapat menyebabkan peningkatan rasa haus (polidipsia). Defisiensi insulin
juga dapat mengganggu metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan
penurunan berat badan, sehingga tidak jarang ditemukan penderita Diabetes yang
kurus, akibat terjadinya penurunan berat badan.(Brunner&Suddarth,2001)
b. Diabetes tipe II: Pada diabetes tipe ini terdapat dua masalah utama yang berhubungan
dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin normalnya insulin
akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya
insulin dengan reseptor tersebut terjadinya suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme
glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan
penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk
menstimulasi pengambilan glukosa jaringan. Untuk mengatasi resistensi insulin dan
mencegah terbentuknya glukosa dalam darah harus terdapat peningkatan jumlah
insulin yang disekresi. (Brunner&Suddarth,2001)
c. Diabetes pada kehamilan/ Diabetes Gestasional : terjadi pada wanita yang tidak
menderita Diabetes Melitus sebelum kehamilannya, dan Hiperglikemia terjadi selama
kehamilan adalah akibat sekresi hormon-hormon plasenta sehingga pada saat wanita
tersebut hamil dianjurkan memulai program terapi yang intensif (pemeriksaan kadar
glukosa darah empat kali per hari dan pemberian suntikan insulin tiga hingga empat
kali perhari), dengan maksud untuk mencapai kadar hemoglobin dan glukosa darah
yang normal tiga bulan sebelum pembuahan. Pemantauan yang ketat dan pemeriksaan
oleh dokter spesialis untuk kehamilan beRisiko tinggi padi ibu dengan Diabetes
Melitus sangat dianjurkan. (Brunner&Suddarth,2001)

E. Pathway

WOC : Wab Of Caution


Usia > 65 - Obesitas imunolo Faktor
thn (proses - Hiperten gi lingkun
penuaan si (autoim gan
dan defek
2.1.3.1

2.1.3.2

2.1.3.3 Produ Merusak


Perubahan
reseptor ktif sel beta
hormon insulin pangkre
2.1.3.4
insulin, tidak
Kerusakan seimb
ang Kegagal
an
produksi
2.1.3.5
Resisten

Insulin
2.1.3.6
menjadi Penin
tidak gkata
n

Jumlah
2.1.3.7 Peningkat
insulin
an Pening
yang katan
glukosa
darah osmol
aritas
2.1.3.8
Sel beta
gagal Memper
membagi
2.1.3.9 cepat - Polid
terjadin ipsi
- Polip

ketidak
Penurun Penurun D seimban
an an aliran i gan Diit
sensitifit dengan
darah a
as
ischemia Hipoglikemia/
jaringan Hiperglikemia
Penurunan Resik
o - Kekakuan/
fungsi
kerus kelemahan exstrimitas
imunitas
akan - Perubahan Mual,
kartilago dalam munta
persendian h,
G Nafsu
a
Resi n
ko Ga I Nurisi
tingg ng n kurang
gu t dari

F. Klasifikasi
Klasifikasi Diabetes Melitus menurut Smeltzer (2001) adalah sebagai berikut:
1. DM tipe I (destruksi sel beta biasanya menjurus ke defisiensi insulin absolut):
Autoimun, Idiopatik.
Diabetes tipe ini hanya disebabkan oleh rusaknya sel-sel pada pankreas karena infeksi
virus dan sebagainya, sehingga kelenjar ini hanya dapat menghasilkan sedikit sekali
insulin atau tidak ada sama sekali. Diabetes tipe ini termasuk tipe keturunan dan
biasanya diderita sejak masih kanak-kanak, mereka bergantung sepenuhnya kepada
suntikan insulin.
2. DM tipe II (biasanya berawal dari resistensi insulin yang predominan dengan
defisiensi insulin relatif menuju ke defek sekresi insulin yang predominan dengan
resistensi insulin).
Diabetes tipe ini memiliki sel-sel pankreasnya yang masih utuh tetapi tidak dapat
menghasilkan insulin dalam jumlah yang dibutuhkan, lagi pula insulin yang hanya
sedikit ini tidak secepatnya tersalurkan/dialirkan ke dalam peredaran darah, berkat diet
yang tepat, olah raga teratur, dan tablet insulin, penyakit ini bisa ditanggulangi.
3. DM tipe spesifik lain:
Diabetes tipe ini, penderita memiliki pankreas yang masih berfungsi
menghasilkan insulin, tetapi insulin ini tidak berfungsi secara efisien. Hal ini
disebabkan terlalu banyak lemak di dalam tubuh, jenis diabetes ini sangat umum pada
mereka yang menderita kegemukan (obesitas).
a. Defek genetik fungsi sel beta
1) Maturiti Onset of The Young (MODY) 1.2.3.4.5.6 (yang terbanyak MODY 3)
2) DNA mitokondria
3) dan lain-lain
b. Defek genetik kerja insulin
c. Penyakit eksokin pankreas
1) Pankreatitis
2) Tumor pankreatomi
3) Pankreatopati fibrokalkulus
4) dan lain-lain
d. Endokrinopati
1) Akromegali
2) Sindrom cushing
3) Feokromositoma
4) Hipertiroidisme
5) dan lain-lain
e.Karena obat/zat kimia
1) Vacor, pentamidin, asam nikotinat
2) Glukokortiroid, hormon tiroid
3) Tiazid, dilantin, interferon alfa dan lain-lain
f.Infeksi
1) Rubella kongenital, Cytomegalovirus(CMV)
g. Sebab imunologi yang jarang
1) Antibodi anti insulin
2) Lain-lain
h.Sindrom genetik yang lain berkaitan dengan DM
1) Sindrom down, sindrom klinefleter, sindrom turner dan lain-lain. (Ignatavicius,
2007).

G. Tanda dan Gejala


1. Gejala
a. Gejala Akut
Gejala pada klien Diabetes yang satu dengan yang lain tidaklah selalu sama,
gejala-gejala umumnya timbul dengan tidak mengurangi kemungkinan adanya
variasi gejala yang lain, dan bahkan ada penderita Diabetes yang tidak menunjukkan
gejala apapun sampai pada suatu saat tertentu.(Tambayong, 2007).
Pada permulaan gejala yang timbul meliputi tiga yaitu:
1) Polifagia/ banyak makan
Sejumlah besar kalori hilang ke dalam air kemih, penderita mengalami
penurunan berat badan, untuk mengkompensasikan hal ini penderita sering
merasakan lapar yang luar biasa sehingga banyak makan.
2) Polidipsia/ banyak minum
Akibat poliuri maka penderita merasakan haus yang berlebihan sehingga
banyak minum.
3) Poliuria/banyak kencing
Gejala awal berhubungan dengan efek langsung dari kadar gula darah
yang tinggi. Jika kadar gula darah sampai di atas 160-180 mg/dl, maka glukosa
akan sampai ke air kemih, jika kadarnya lebih tinggi, ginjal akan membuang urin
tambahan untuk mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang, karena ginjal
menghasilkan air kemih dalam jumlah yang berlebihan, maka sering berkemih
dalam jumlah yang banyak.
4) Berat badan menurun meskipun banyak makan dan minum
5) Sering merasa lelah dan mengantuk
6) Mudah timbul bisul dan lama sembuhnya
7) Gatal-gatal terutama pada bagian luar alat kelamin
8) Nyeri otot
9) Menurunnya gairah seksual
10) Penglihatan kabur, sering ganti ukuran kaca. (Sudoyo, 2007).

Dalam keadaan ini penderita biasanya menunjukkan peningkatan berat


badan yang terus naik (gemuk), karena pada saat ini kebutuhan insulin masih
mencukupi, dan bila keadaan tersebut tidak lekas diobati maka lama kelamaan
mulai terjadi kemunduran kerja insulin, kemudian tidak terjadi 3P lagi melainkan
2P saja yaitu nafsu makan mulai berkurang, banyak minum atau polidipsi, banyak
kencing atau poliuria, mudah lelah, berat badan turun dengan cepat yaitu turun
sampai 5-10 kg dalam 2-4 minggu, dan bila tidak cepat diobati maka dapat timbul
rasa mual bahkan penderita dapat tidak sadarkan diri akibat peningkatan kadar
glukosa yang sangat tinggi, biasanya 600 mg % yang disebut dengan Koma
Diabetika.
b. Gejala kronik
Kadang-kadang penderita Diabetes Melitus tidak menunjukkan adanya
gejala akut atau mendadak, tetapi penderita tersebut tidak menunjukkan gejala-
gejala sesudah beberapa bulan atau beberapa tahun mengidap penyakit Diabetes
Melitus, yang biasa disebut gejala kronis menahun, dan gejala kronis yang sering
timbul adalah: Kesemutan, rasa panas di kulit, rasa tebal di kulit, kram, capai,
ngantuk, mata kabur yang berubah-ubah, gatal di sekitar kemaluan terutama pada
wanita, gigi mudah goyah dan lepas, kemampuan seksual menurun, sering pada
ibu hamil mengalami keguguran, atau melahirkan bayi mati. (Smeltzer, 2001)
2. Tanda
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan :
a.Test urin reduksi dan sedimen positif.
b.Kadar gula darah puasa lebih dari 120 mg/dl.
c.Glukosa darah 2 jam post puasa lebih dari 200 mg/dl.

H. Komplikasi Diabetes Militus


Komplikasi Diabetes Melitus merupakan faktor yang membahayakan jiwa
penderita, dengan adanya insulin komplikasi akut dapat dicegah, akan tetapi harapan
hidup penderita yang lebih panjang sulit dihindarkan terjadinya komplikasi kronik.
(Syamsuhidayat, 2007).
1. Komplikasi Metabolik Akut
Selain hipoglikemia klien rentan terhadap dua penyakit metabolik nonketotik,
yaitu ketoasidosis diabetik merupakan komplikasi IDDM (Independent Insulin
Diabetes Melitus) sedangkan koma hiperosmoler nonketotik biasanya terjadi pada
NIDDM (Non Independent Insulin Diabetes Melitus) dan jarang terjadi, kecuali
terjadi pada NIIDM sejati. Reaksi Hipoglikemia yaitu gejala yang timbul akibat
tubuh kekurangan gula yaitu rasa lapar, gemetar, keringat dingin, koma diabetika
yaitu kadar glukosa melebihi 600 mg%. Gejala: nafsu makan menurun, haus, banyak
minum, banyak kencing, sering biasanya disertai panas karena infeksi.
(Engram,2005)
2. Komplikasi Metabolik Kronik
a. Kelainan sirkulasi : Hipertensi, IMA, Isufisiensi koroner dan lain-
lain.
b. Kelainan mata : Retinopati Diabetika, katarak, dan lain-lain
c. Kelainan syaraf : CVD, Neuropati Diabetika merupakan gangguan
metabolisme syaraf sebagai akibat terjadinya hiperglikemia kronis, yang secara
umum diyakini bahwa terdapat dua kelompok gangguan patologis yang sangat
penting pada patogenesis neuropati.
d. Kelainan Pernafasan : TBC dan lain-lain
e. Kelainan ginjal : Pielonefritis, glomerulonekrosis dan lain-lain.
f. Kelainan kulit/ekstrimitas: ganggren, furunkel, karbunkel, dan Ulkus kaki.
Ulkus kaki adalah berkembangnya ulkus pada kaki dan tungkai bawah, ulkus
terutama terjadi karena distribusi tekanan abnormal sekunder karena neuropati
diabetik.
g. Hati : Sirosis Hepatis
h. Asidosis
I. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Diabetes Melitus berupa serangkaian aturan yang ketat yang
harus dilakukan, dimana terdapat empat konsep dasar pada pengobatan Diabetes
Melitus: (Ignatavicius, 2007)
1. Diet Diabetes Melitus
Berbeda dengan diet Diabetes di negara barat yang biasanya mengandung
karbohidrat sekitar 40%-50%, lemak 30-35%, protein 20-25%.
Di Indonesia diet disesuaikan dengan keadaan klien, dimana jumlah kalori
diperhitungkan sebagai berikut:
Berat badan ideal = (TB cm - 100) kg-10 % pada waktu istirahat, dan diperlukan 25
kal/kg BB ideal.
Kemudian diperhitungkan pula :
a. Aktivitas: kerja ringan ditambah 10-20%, kerja sedang ditambah 30%, kerja berat
ditambah dengan 50%, dan kerja berat sekali misalnya buruh kasar ditambah
75%.(Ignativicius, 2007)
b. Berat badan sebenarnya : gemuk dikurangi 20-30%, kurus ditambah 20-30%.
(Ignatavicius, 2007)
c. Stres (infeksi, operasi) : ditambah dengan 20-30%, karbohidrat diberikan sesuai
dengan menu orang Indonesia rata-rata sehingga bisa lebih murah yaitu: 60-70%
dari kalori lebih baik diberikan karbohidrat berupa tepung daripada bentuk gula,
karena gula terlalu cepat diserap sehingga dapat menyebabkan perubahan cepat
dalam sistem di tubuh, sedangkan tepung dicerna dulu baru diserap perlahan-
lahan.(Ignatavicius, 2007)
d. Protein harus cukup yaitu sedikitnya 1 gr/kgBB untuk orang dewasa dan 2-3
gr/kgBB untuk anak-anak.(Ignatavicius, 2007)
e. Lemak sebaiknya dikurangi terutama yang banyak mengandung lemak jenuh dan
kolesterol, yang baik adalah lemak jenuh yang terkandung dalam jenis makanan
seperti: lemak hewan, kuning telur, coklat, kream, sedangkan yang banyak
mengandung lemak tidak jenuh: minyak jagung, minyak kapas dan minyak
bunga matahari.(Ignatavicius, 2007)
2. Latihan Fisik atau Olah Raga
Sudah lama diketahui bahwa olah raga dapat menimbulkan penurunan kadar
glukosa darah yang disebabkan oleh karena peningkatan penggunaan glukosa dalam
pembuluh darah perifer, hal ini berlaku pada orang normal maupun pada penderita
Diabetes Melitus ringan. Tetapi jika kadar glukosa darah tinggi yaitu 32 mg% atau
lebih dan apabila ada ketosis, olahraga sebaliknya akan menyebabkan keadaan
menjadi semakin parah, gula darah dan ketonemia akan semakin meninggi, karena
ketogenesis yang terjadi selama olah raga itu berlangsung dan terus sekalipun olah
raga itu sudah selesai, sehingga hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya ketosis
pasca olah raga. Sebenarnya hal tersebut tidak terjadi jika sebelum olah raga diberikan
reguler insulin subcutan 1/3 dosis harian 1 jam sebelum olah raga dimulai yang akan
menyebabkan kadar glukosa dalam darah akan turun waktu olah raga. Wahren dkk
(Kapita Selekta Kedokteran)
3. Pendidikan Kesehatan
Penyuluhan kesehatan pada klien Diabetes Melitus dapat dilakukan dengan
beberapa cara atau melalui beberapa media misalnya: TV, kaset video, diskusi
kelompok, poster, leaflet dan lain sebagainya, penyuluhan kesehatan ini sangat penting
agar regulasi Diabetes Melitus mudah tercapai, dan komplikasi Diabetes Melitus dapat
dicegah peningkatan jumlah dan frekwensinya. Adapun beberapa hal yang perlu
dijelaskan pada penderita Diabetes Melitus adalah:
a. Apakah penyakit Diabetes Melitus itu ?
b. Cara diit yang benar
c. Latihan ringan, sedang, teratur, setiap hari tidak boleh latihan yang berat seperti
berenang dan lain-lain
d. Menjaga kebersihan bagian bawah (daerah tungkai, ujung kaki)
e. Tidak boleh menahan kencing (karena retensi urin dapat memudahkan infeksi
saluran kemih)
f. Komplikasi-komplikasi lain yang dapat timbul
4. Obat Hipoglikemik/Anti Diabetes (OAD dan Insulin)
Obat Hipoglikemik: Tablet OAD (obat anti Diabetes)OAD sejak tahun 1953
telah dicoba khasiatnya selama 20 tahun untuk menurunkan kadar glukosa dalam
darah, dan akhirnya pada tahun 1954 mulai dicoba oleh Frangke dan Fusch pada
manusia yang menderita Diabetes Melitus.
Mekanisme kerja OAD (Sulfonilurae dan Biguanide) cara kerja yang tepat dari
OAD masih kontroversial, tetapi penulis mencoba merangkum berdasarkan hasil
sensitivitas insulin, dengan demikian maka haruslah dipahami betul mekanisme kerja
insulin di daerah prereseptor, reseptor dan pasca reseptor, dimana yang prereseptor
dapat dibedakan jenis pankreatik dan ekstra pankreatik.
a. Cara kerja Sulfonilurea
 Merangsang sel beta pankreas untuk menghasilkan insulin.
 Menghalangi peningkatan insulin.
 Mempertinggi kepekaan jaringan terhadap insulin.
 Menekan pengeluaran glukagon.
Contohnnya: tolbutamid, gliclazid
b. Cara kerja Biguanid:
1) Meningkatkan uptake glukosa oleh jaringan perifer sehingga dapat bekerja
walaupun pankreas rusak.
2) Menurunnya glukogenesis dalam hati dan ginjal.
3) Tidak bekerja hipoglikemik pada orang non diabetes.
4) Menghalangi proses lipogenesis (pembentukan lemak).
5) Menurunkan kadar kolesterol dalam darah dan menyebabkan berat badan
menurun.
c. Sedangkan obat suntik berdasarkan cara kerjanya dibedakan menjadi tiga yaitu :
1) Insulin kerja cepat, contohnya reguler insulin.
2) Insulin kerja sedang.
3) Insulin kerja lambat contohnya Protamizid Zing Insulin

3. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


Dalam pelaksanaan tugasnya seorang perawat harus berpedoman pada proses
keperawatan yaitu metode pemberian asuhan keperawatan yang logis, sistematis, dramatis,
teratur yang mempunyai tahap-tahap yaitu: pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan,
rencana keperawatan, pelaksanaan, dan evaluasi. (Nursalam, 2008).
A. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dalam proses keperawatan secara keseluruhan,
tahapan pengkajian terdiri atas pengumpulan data, analisa data dan perumusan diagnosa
keperawatan, (Nursalam, 2008) yang meliputi:
1. Data Biografi
Identitas klien : Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, pendidikan,
pekerjaan, status perkawinan, alamat, tanggal masuk Rumah Sakit, nomor Rekam
Medik, diagnosa medis dan sumber biaya, penanggung jawab.(Nursalam, 2008)
2. Keluhan Utama
Pada keluhan utama ditanyakan adalah keluhan atau gejala apa yang
manyebabkan klien datang berobat, yang akan muncul saat awal dilakukan
pengkajian pertama kali, Biasanya pada kasus Diabetes Melitus, klien datang ke
rumah sakit setelah terjadi komplikasi, sehingga keluhan utamanya seperti tidak ada
nafsu makan, kuat minum dan kuat kencing, badan lemas, luka yang tidak sembuh-
sembuh, kesemutan. (Nursalam, 2008)
3. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat mengenai penyakit saat ini, yang dimulai dari akhir masa sehat yang
ditulis secara kronologis sesuai urutan waktu, dicatat perkembangan dan perjalanan
penyakitnya, keluhan utama, dan gejala yang muncul seperti polifagia, polidipsia,
poliuria umumnya dialami oleh penderita Diabetes Melitus, tetapi hal itu jarang
diperhatikan sehingga klien yang diopname di rumah sakit biasanya yang sudah
mengalami komplikasi TBC, Gangren, dan lain-lain, dan keluhan utamanya biasanya
keluhan yang lanjut dari Diabetes Melitus seperti tidak ada nafsu makan, kuat
minum dan kencing, badan lemas, luka tidak sembuh-sembuh dan lain-lain. Riwayat
penyakit keluarga sering ditemukan pada penderita Diabetes Melitus dan ada riwayat
melahirkan bayi besar dengan BBL > 400 gr juga merupakan salah satu faktor
pencetus. (Nursalam, 2008)
4. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit dahulu mencakup anamnesis tentang penyakit sistem
cardiovaskular, sistem pernafasan, sistem pencernaan, kulit, adanya penyakit infeksi
dll, yang dicatat adalah keterangan terperinci mengenai semua penyakit dan
komplikasi yang pernah dialami, dan sedemikian mungkin dicatat menurut urutan
waktu. (Nursalam, 2008)
5. Riwayat penyakit keluarga
Pada pengumpulan data tentang riwayat penyakit keluarga adalah bagaimana
riwayat kesehatan dan keperawatan yang dimiliki pada salah satu anggota keluarga,
pada klien dengan Diabetes Melitus ditanyakan apakah ada keluarga yang menderita
penyakit yang sama dengan klien, penyakit kronis atau penyakit degeneratif lainnya,
serta upaya apa yang dilakukan jika mengalami sakit. (Nursalam, 2008).
6. Riwayat Bio-Psiko-Sosial-Spiritual, menurut Virginia Handerson
a. Pola Pernafasan
Pada pola pernafasan diperhatikan adalah frekwensi pernafasan, gerakan dinding
dada, pernafasan cuping hidung, apakah klien merasa sesak, pada klien dengan
Diabetes Melitus biasanya tidak mengalami gangguan pada sistem pernafasan.
b. Pola Nutrisi
Pada pola nutrisi yang ditanyakan adalah diet khusus, suplement yang
dikonsumsi, instruksi diet sebelumnya, nafsu makan, jumlah cairan dan makanan
yang masuk perhari, ada tidaknya mual, muntah, kesulitan menelan, penggunaan
gigi palsu, riwayat penyembuhan kulit, ada tidaknya masalah dalam status gizi
dll, pada klien dengan Diabetes Melitus mengalami gangguan atau perubahan
dalam memenuhi kebutuhan nutrisi. Klien mengalami peningkatan nafsu makan,
klien sering merasa lapar dan haus, sehingga klien menjadi banyak makan dan
banyak minum.
c. Eliminasi
Pada pola ini yang perlu ditanyakan adalah jumlah kebiasaan defekasi perhari,
ada tidaknya konstipasi, diarhea, inkontinensia, kebiasaan berkemih,
ada/tidaknya disuria, nocturia, urgensi, hematuri, retensi, inkontinentia,
ada/tidaknya terpasang kateter, Pada klien dengan Diabetes Melitus mengalami
gangguan dalam BAK, karena efek peningkatan asupan cairan melalui Diit yang
juga berhubungan dengan efek peningkatan kadar gula dalam darah, sehingga
ginjal akan menghasilkan urin dalam jumlah berlebih,yang menjadikan klien
menjadi sering BAK.
d. Gerak dan Keseimbangan Tubuh
Pada Aktivitas dibatasi untuk bergerak dan harus tirah baring untuk mengurangi
nyeri, klien dengan Diabetes Melitus klien akan mengalami gangguan gerak atau
aktivitasnya dapat diakibatkan karena kelemahan, atau akibat salah satu bagian
ekstrimitasnya mengalami gangguan, misalnya kelemahan otot, atau adanya luka
Ulkus atau gangren.
e. Istirahat Tidur
Pengkajian pola istirahat tidur ini yang ditanyakan adalah jumlah jam tidur pada
malam hari, pagi, siang, merasa tenang setelah tidur, masalah selama tidur,
adanya terbangun dini, insomnia atau mimpi buruk. Pada klien dengan Diabetes
Melitus kien biasanya mengalami kesulitan dalam istirahat dan tidurnya karena
merasa lapar, haus, atau ingin berkemih.
f. Kebutuhan berpakaian
Tidak mengalami gangguan dalam memenuhi kebutuhan berpakain.
g. Mempertahankan temperatur tubuh dan sirkulasi
Pada klien dengan Diabetes Melitus tidak terjadi gangguan dalam hal temperatur
atau sirkulasi.
h. Hygiene
Pada pengumpulan data, klien tidak mengalami hambatan untuk melakukan
(menjaga) kebersihan dirinya, kemungkinan klien mengalami hambatan dalam
pemenuhan personal hygienenya, pada klien Diabetes Melitus dengan luka
gangren mengalami gangguan dalam hygienenya, hal itu berhubungan dengan
kebersihan dan bau yang ditimbulkan oleh luka gangren tersebut.
i. Keamanan dan kenyamanan
Pada pengumpulan data akan ditemukan gangguan rasa aman dan nyaman karna
rasa nyeri akan timbul saat klien melakukan aktivitas yang berat, dalam
kebutuhan keamanan ini perlu ditanyakan apakah klien tetap merasa aman dan
terlindungi oleh keluarganya.
j. Status sosial
Bagaimana hubungan klien dengan keluarga, tetangga maupun orang lain, serta
begaimana klien berinteraksi dengan lingkungannya.

k. Spiritual
Yang perlu diperhatikan adakah perubahan saat klien masih sehat dengan saat
kilen sakit, biasanya tidak mengalami hambatan dalam melakukan ibadah, pada
keadaan spiritual ini perlu diketahui tentang agama yang dianut klien apakah
tetap melakukan ajaran agama yang dianutnya atau terganggu karena penyakit
yang dialami.
l. Aktivitas
Pada pengumpulan data ini yang perlu ditanyakan adalah pola aktivitas klien
mengalami gangguan, karena pada klien Diabetes Melitus aktivitasnya terganggu
karena kebiasaan sehari tidak dapat dilakukan atau tidak dapat terpenuhi dengan
baik jika keadaan umumnya sudah memburuk.
m. Kebutuhan bermain dan rekreasi
Pada pengumpulan data hal yang perlu diperhatikan adalah hal-hal apa saja yang
membuat klien merasa tenang, biasanya klien tidak bisa memenuhi kebutuhan
bermain dan rekreasi karena harus istirahat yang cukup, pada klien dengan
Diabetes Melitus tidak dapat memenuhi kebutuhan, bermain dan rekreasi karena
dalam kondisi lemah
n. Kebutuhan Bekerja
Klien dengan Diabetes Melitus mengalami gangguan dalam bekerja jika keadaan
umumnya sudah lemah dan buruk, disertai dengan komplikasi. (Doenges, 2000)
7. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Umum :
Data Biologis : Biasanya klien dengan gejala awal akan mengeluh kuat makan,
kuat minum, kuat kencing, dan jika telat berobat maka keluhan klien menjadi
nafsu makan menurun bahkan hilang, kesemutan, mata kabur, luka yang sulit
sembuh, gatal-gatal, porsi makan yang tidak habis, pusing bila duduk lama,
mengeluh cepat lapar dan cepat kenyang, ADL dibantu.
Data Psikologis : ketakutan, stress, kecemasan, kebingungan, sering bertanya
tentang penyakit dan kesembuhan lukanya, mengeluh tidak bisa tidur, tatapan
mata kosong, tegang.
b. Pemeriksaan Fisik
Metode yang dapat digunakan untuk pemeriksaan fisik, yaitu inspeksi,
auskultasi, palpasi, perkusi, meliputi pengkajian keadaan umum dan status
generalis (Head to toe)
1) Inspeksi: sering dijumpai status dehidrasi, gelisah,
keringat dingin, katarak, bintik-bintik coklat pada tulang kering, meringis,
gugup, ngantuk, gemetar.
2) Palpasi: nadi cepat, terdapat pembesaran hati, bila
disertai neuropatik maka akan ada sensasi terhadap jarum, rasa getar serta
reflek pergerakan kaki akan hilang.
3) Auskultasi: diketahui adanya gagal jantung, radang
paru-paru, hipertensi atau hipotensi.
c. PemeriksaanPenunjang
a) Pemeriksaan Darah
Glukosa Darah Puasa (GDP) : Diatas 120 mg / dl
Glukosa Darah 2 Jam PP : Diatas 200 mg / dl
Glukosa Darah Acak : Diatas 200 mg / dl
b) Urin
Pemeriksaan reduksi biasanya 3 kali sehari dilakukan 30 menit sebelum
makan, dapat juga 4 kali sehari, tetapi lebih lazim dilakukan 3 kali sehari
sebelum makan.
B. Perumusan Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia
(status kesehatan/resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat
secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti
untuk menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah
(Carpenito, 2007).
Adapun diagnosa yang bias muncul pada klien dengan Diabetes Melitus menurut
Nanda (2006) adalah sebagai berikut:
1. Gangguan rasa nyaman nyeri sehubungan dengan luka gangren yang melebar
sehingga mengenai syaraf tepi ditandai dengan klien mengeluh kesakitan, tampak
meringis, ada luka gangren.
2. Gangguan integritas kulit sehubungan dengan terganggunya sirkulasi darah ditandai
dengan klien mengeluh gatal-gatal, adanya luka gangren.
3. Risiko tinggi infeksi sehubungan dengan tingginya kadar glukosa dalam darah,
menyebabkan aliran darah terganggu, sehingga dapat merusak jaringan kulit seperti
gangren.
4. Nutrisi berhubungan dengan terjadinya Hipoglikemia/ Hiperglilkemia ditandai
dengan terjadinya peningkatan/penurunan kadar glukosa/gula darah, mengeluh cepat
lapar dan cepat kenyang, tidak mampu menghabiskan porsi makan yang disediakan.
5. Keterbatasan aktivitas sehubungan dengan adanya luka gangren, dan
ketidakseimbangan antara diit dengan terapi insulin, ditandai dengan klien
mengatakan badannya lemas, luka pada ekstimitas, klien tampak gugup, gemetar,
pemenuhan kebutuhan sehari-hari (ADL) dibantu.
6. Kecemasan sehubungan dengan perubahan status kesehatan, ketidaktahuan klien
tentang penyakitnya dan luka komplikasinya ditandai dengan klien mengatakan sulit
tidur, sering bertanya tentang penyakitnya, dan kesembuhan lukanya, klien tampak
tegang, dan gelisah, tatapan mata kosong.

C. Rencana Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah suatu penyusunan rencana tindakan keperawatan
yang akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah kesehatan sesuai dengan diagnosa
keperawatan yang timbul atau telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan
klien. (Nursalam, 2008).

Adapun rencana keperawatan sesuai dengan Diagnosa keperawatan di atas


yaitu :
No Diagnosa Tujuan danKriteria
Rencana Tindakan Rasional
Keperawatan Hasil
1 Gangguan rasa Setelah dilakukan a. Obs a. Untuk mengetahui
nyaman nyeri tindakan perawatan ervasi keadaan umum keadaan kesehatan klien
sehubungan dengan selama 3 hari (3 x 24 klien
luka gangren yang jam) nyeri dapat b. Sebagai data awal
melebar sehingga berkurang dan b. Obs untuk mengetahui status
mengenai syaraf tepi akhirnya hilang, ervasi tanda- tanda kesehatan klien
ditandai dengan dengan kriteria hasil: vital klien c. Dengan mengetahui
klien Klien - Klien tidak kualitas dan kuantitas
mengeluh mengeluh c. Obs nyeri dapat disesuaikan
- kesakitan pada kesakitan, tidak ervasi kualitas dan dengan terapi
daerah sekitar meringis, keadaan intensitas nyeri pengobatan dan
lukanya, Ada luka luka membaik. perawatan yang
gangren di jari diberikan.
kaki (os metatarsal d. Posisi tidur diatur
3,4,5 sinistra) agar tidak menekan luka
karena penekanan pada
d. Anj luka dapat menghambat
urkan klien untuk vaskulerisasi jaringan
mengatur posisi dan dapat meningkatkan
tubuhnya agar luka rasa nyeri
tidak tertekan
e. Jika alat dan
penanganan luka
dilakukan secara steril
dapat mem-percepat
e. Jag proses kesembuhan luka
a kesterilan alat dan sehingga nyeri akan
teknik steril dalam menghilang.
mengobati luka. f. Dengan konsultasi
dengan dokter akan
memberikan manfaat
dalam pemberian terapi
pengobatan dan
f. Kon perawatan selanjutnya
sultasi pada dokter jika g. Tehnik pembalutan
nyeri tidak bisa hilang luka yang terlalu ketat
akan menekan luka dan
dapat meningkatkan
nyeri
g. Teh
nik pembalutan luka
yang tidak terlalu ketat
No Diagnosa Tujuan dan
Rencana Tindakan Rasional
Keperawatan Kriteria
2 Gangguan integritas Setelah dilakukan a. Beri a. De
kulit sehubungan tindakan perawatan penjelasan kepada ngan memberikan
dengan Tingginya selama 3 hari (3x klien tentang proses penjelasan tentang proses
kadar glukosa/gula 24 jam), luka penyembuhan lukanya penyembuhan
dalam darah, membaik dan yang lama lukanya, disamping
menyebabkan aliran integritas kulit baik untuk persiapan mental
darah terganggu dengan kriteri juga agar klien lebih
sehingga dapat hasil: berpartisipasi dalam
merusak jaringan - Klien tidak lagi mempercepat proses
kulit ditandai dengan mengeluh kulitnya penyembuhan lukanya.
klien mengeluh gatal-gatal. b. Pert b. Pri
Klien - Integritas kulit ahankan prinsip steril nsip perawatan luka steril
- merasa gatal pada terjaga dalam perawatan akan mencegah terjadinya
daerah sekitar luka - Luka membaik. luka infeksi kuman.
(pada kaki sebelah c. Ra c. M
kiri) klien tampak wat luka 1 x sehari erawat luka 1 kali sehari
meringis gatal- akan mempercepat proses
gatal,adanya luka penyembuhan luka,
gangren pada os sehingga bisa tampak
metatarsal 3,4,5 perkembangan keadaan
lukanya.

d. Beri d. Pe
obat antidiabetika mberian obat
sesuai program antidiabetika dapat
pengobatan mencegah terjadinya
infeksi berlanjut.
e. Anj e. keb
urkan pada klien ersihan diri yang terjaga
untuk selalu menjaga dapat mengurangi Risiko
kebersihan dirinya terjadinya kerusakan
integritas kulit
3Risiko tinggi infeksi Setelah dilakukan a. Observasi tanda- a. Deteksi dini
3 sehubungan dengan tindakan tanda infeksi untuk penanganan lebih
tingginya kadar keperawatan selama dini
glukosa dalam darah 3x 24 jam tidak b. Lakukan cuci
, menyebabkan terjadi penyebaran tangan sebelum b. Mencegah
aliran darah infeksi, dengan berhubungan dengan timbulnya infeksi silang
terganggu, sehingga kriteria : klien
dapat merusak - Tidak terdapat c. Pertahankan
jaringan kulit seperti tanda-tanda infeksi tehnik aseptik pada c. Mencegah
gangren ditandai - Perubahan gaya prosedur infasif. terjadinya infeksi
dengan Klien hidup untuk d. Beri perawatan
mengeluh gatal, mencegah infeksi kulit dan massage d. sirkulasi
terasa panas dan, diharapkan tulang yang tertekan perifer dapat terganggu
kulit menegang yang dapat
Didaerah sekitar menempatkan Risiko ter-
luka tampak e. Jaga kulit agar jadinya ke-rusakan pada
kemerahan, tampak tetap kering,seprai kulit
bengkak, ada nyeri kering dan tetap e. Iritasi pada
tekan di daerah kencang kulit dapat meningkatkan
sekitar luka f. Anjurkan untuk Risiko infeksi
makan dan minum f. menurunka
secara adekuat n terjadinya infeksi
dengan mem-
g. Pertahankan pertahankan asupan
tehnik aseptik pada nutrisi
prosedur infasif g. Penanganan
awal dapat membantu
mencegah timbulnya
sepsis.
4 Nutrisi kurang dari Setelah diberikan a. Beri a. Dapat
kebutuhan tubuh tindakan perawatan diit sesuai terapi menyeimbangkan kadar
sehubungan dengan selama 3 hari (3 x gula darah sehingga akan
terjadinya 24 jam) klien tidak mencapai kadar gula
hipoglikemia mengalami darah sekitar normal,
dengan pemberian gangguan atau sekitar normal,
obat anti diabetika pemenuhan mengarahkan keberat
dan terapi insulin kebutuhan nutrisi, badan normal dan
ditandai dengan dengan mencegah terjadinya
terjadinya Kriteria Hasil: komplikasi
peningkatan - Nafsu makan klien b. Beri b. Pemberian
glukosa darah, dan baik, klien mampu penjelasan kepada makanan tambahan dari
klien mengeluh menghabiskan keluarga agar tidak luar yang tidak sesuai
cepat lapar, nafsu porsi makan yang memberikan dengan diit dapat
makan klien disediakan, klien makanan tambahan mengacaukan terapi diit
berkurang klien makan secara dari luar yang telah diberikan
tidak teratur sesuai dirumah sakit
mampu.menghabisk jadwal makannya. c. Beri c. Penyuluhan tentang
an semua porsi penyuluhan tentang diit bagi klien Diabetes
yang di sediakan di diit Melitus sangat penting
rumah sakit sebab diet yang benar
dapat mencegah
komplikasi
hiperglikemia/
hipoglikemia
d. Dengan
d. Observa mengobservasi keadaan
si keadaan umum dan umum dan gejala-gejala
tanda-tanda hipoglikemia perawat
hipoglikemia/hipergli dapat mengetahui tingkat
kemia perkembangan klien
sehingga bila ada
komplikasi cepat
diketahui dan bisa diatasi
e. Terapi insulin
e. Pember bertujuan untuk
ian terapi insulin memudahkan
penggunaan glukosa oleh
sel dan jaringan
f. Periksa f. Dengan melakukan
gula darah setiap 3 pemeriksaan gula darah
hari sekali dan dan urin secara teratur
monitor reduksi urin akan memberikan
3 kali sehari gambaran keadaan klien
selama dirawat serta
mengetahui sejauh mana
perkembangan status
kesehatan klien.
4 Keterbatasan Setelah a. Beri penjelasan a. Prosedur meminta
5 aktivitas dilakukan tindakan mengenai prosedur bantuan yang dijelaskan
sehubungan dengan perawatan selama 3 meminta bantuan kepada klien, agar klien
adanya luka hari (3 x 24 jam) jika klien tidak me-maksakan
gangren, dan klien dapat membutuhkan dirinya melakukan
ketidakseimbangan melakukan bantuan. aktivitas yang belum
antara diit dengan aktivitas ringan. Mampu
terapi insulin Dengan dilaksanakan.
ditandai kriteri hasil: b. Jelaskan pada b. Penjelasan kepada
dengan:Klien - Klien bisa makan, keluarga untuk keluarga klien
mengatakan melap tubuhnya membantu klien bila untuk membantu klien
badannya terasa sendiri, tidak. tidak bisa memenuhi jika belum bisa di-
lemas, lemas, pusing, kebutuhan sehari- lakukan klien, dengan
Klien mengeluh ngantuk, gugup, hari, seperti BAK, tujuan agar tidak
pusing bila berdiri gemetar, dan luka Makan, minum, dan memperburuk keadaan
setelah duduk yang membaik mandi klien yang sudah lemah.
lama, Klien tampak
mengantuk, sering c. Beri bantuan c. Memberikan bantuan
tertidur dipagi hari, kepada klien dalam kepada klien dalam
adanya luka memenuhi memenuhi kebutuhan
gangren pada jari kebutuhan sehari- sehari-hari bagi perawat
kaki kiri hari merupakan salah satu
(osmetatarsal 3,4,5) cara untuk mengevaluasi
pemenuhan tingkat perkembangan
kebutuhan sehari- klien
hari (ADL) dibantu d. Anjurkan klien d. Kegiatan-kegiatan
oleh untuk memenuhi yang dilakukan klien
perawat dan kebutuhanny-a secara dapat melatih pergerakan
keluarga bertahap otot secara bertahap
e. Motivasi klien e. Menghabiskan diit
untuk menghabiskan yang disediakan sangat
diit yang diberikan. penting untuk
metabolisme tubuh,
karena gejala-gejala
seperti lemas, gugup,
gemetar, disamping
dipengaruhi oleh insulin
dan pemasukan nutrisi
5 Kecemasan Setelah dilakukan a. Observasi tingkat a. Dengan mengkaji
6 sehubungan dengan tindakan kecemasan klien tingkat kecemasan klien
perubahan status keperawatan sehingga dapat
kesehatan dan selama 3 hari (3 x menentukan tindakan
kurangnya 24 jam) diharapkan perawatan yang
informasi mengenai kecemasan klien diberikan.
penyakitnya dapat berkurang, b. Beri penjelasan b. Penjelasan
ditandai dengan dengan kriteria tentang penyebab mengenai penyakit dan
klien sering hasil: terjadinya luka dan luka yang timbul dapat
bertanya tentang Klien dapat cara penyembuhannya memberikan gambaran
penyakit dan tidur nyenyak, yang terarah pada klien
kesembuhan klien dapat sehingga dapat
lukanya, klien mengerti tentang mengurangi kecemasan
tampak gelisah dan penjelasan yang. dan meningkatkan
tatapan mata diberikan, klien partisipasi klien dalam
kosong tampak santai dan pengobatan serta
tidak gelisah lagi tindakan perawatan
c. Lakukan pendekatan c. Pendekatan yang
tiap melakukan diberikan tiap melakukan
tindakan tindakan bertujuan agar
klien lebih yakin atas
tindakan yang diberikan
perawat
d. Ajarkan klien tehnik d. Dengan tehnik
relaksasi dengan cara pengallihan perhatian
memikirkan hal- hal diharapkan kecemasan
yang tidak membuat dapat terkontrol
kecemasan bertambah
e. Observasi rasa e. Mengobservasi
cemas klien sebelum rasa cemas klien
dan setelah melakukan bertujuan apakah
tindakan penjelasan dan tindakan
yang telah diberikan
mampu mengurangi
kecemasan sebelumnya
f. Mendengarkan f. Dengan
keluhan-keluhan klien. mendengarkan keluhan-
keluhan klien bertujuan
untuk memulihkan rasa
percaya diri klien pada
perawat dan menandakan
bahwa perawat
memperhatikan klien
D. Implementasi/Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana
keperawatan. Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri (independen) dan
tindakan kolaborasi. Agar lebih jelas dan akurat dalam melakukan implementasi
diperlukan perencanaan keperawatan yang spesifik dan operasional (Tarwoto dan
Wartonah, 2006)
Pelaksanaan merupakan langkah keempat dalam tahap proses keperawatan
dengan melaksankan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah
direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan. Dalam tahap ini perawat harus
mengetahui berbagai hal diantaranya bahaya-bahayafisik dan perlindungan bagi klien,
teknik komunikasi, kemampuan dalam prosedur tindakan, pemahaman tentang hak-hak
dari klien serta dalam memahami tingkat perkembangan klien (Hidayat, 2007)
E. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap yang kelima dan terakhir dalam proses keperawatan,
evaluasi dalam proses penilaian pencapaian tujuan serta pengkajian ulang rencana
keperawatan. Evaluasi merupakan aspek yang penting dari proses keperawatan, karena
kesimpulan yang didapat dari evaluasi menentukan apakah intervensi keperawatan
dihentikan/ dilanjutkan/diubah (dimodivikasi). (Hidayat, 2007).
Tolak ukur yang digunakan untuk mencapai tujuan pada tahap evaluasi ini adalah
kriteria-kriteria yang telah dibuat pada tahap perencanaan. Dengan patokan pada kriteria
tersebut, dinilai apakah masalah teratasi sebelumnya, sebagian, atau belum sama sekali
atau malah timbul masalah baru, jika masalah telah teratasi maka intervensi keperawatan
dihentikan, jika masalah belum teratasi atau malah timbul masalah baru, maka intervensi
keperawatan diubah atau dimodivikasi.(Nursalam, 2008).

Anda mungkin juga menyukai