Anda di halaman 1dari 7

ERUDIO, Vol. 1, No.

1, Desember 2012 ISSN: 2302-9021

CAMPUS WATCHING SEBAGAI LANGKAH AWAL


PROTEKSI BAHAYA KEBAKARAN
(Studi Kasus Gedung Graha Sainta Lt. 1 Universitas Brawijaya)
Hena Dian Ayu1),
1)
Program Magister Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Brawijaya

ABSTRAK
Kebakaran adalah bahaya yang diakibatkan oleh adanya ancaman potensial dan kemungkinan terkena pancaran
api sejak dari awal terjadi kebakaran hingga penjalaran api, asap dan gas yang ditimbulkan. Pemerintah
mengatur ketentuan tentang proteksi kebakaran dalam Undang-undang Bangunan Gedung No.20 tahun 2008.
Gedung Graha Sainta terletak di universitas Brawijaya yang juga harus memiliki sistem proteksi kebakaran
sesuai standart yang ditentukan oleh Undang-Undang. Untuk memahami lingkungan sekitar dan hal-hal apa saja
mempengaruhi lingkungan ada beberapa metode yang bisa kita gunakan misalnya campus watching. Metode ini
adalah suatu pendekatan partisipatif untuk mengenali masalah dan mencari solusi secara bersama-sama dari
permasalahan yang dihadapi, seperti bencana maupun masalah keamanan lingkungan. Bencana yang dimaksud
pada tulisan ini adalah kebakaran. Berdasarkan campus watcing yang telah dilakukan maka diperoleh gambaran
mengenai tempat- yang dianggap rawan serta alasannya, peta mengenai kondisi dari area campus wathcing serta
jalur evakuasi jika terjadi bahaya kebakaran beserta analisnya. Data pendukung terhadap hasil analisa diperoleh
dari kuisioner dan interview terhadap pengguna gedung yaitu staf pengajar, staf kepegawaian dan mahasiswa.
Didapatkan kesimpulan yaitu, Sistem proteksi kebakaran gedung Graha Sainta lantai I tidak cukup standart
sebagaimana disyaratkan dalam Undang-Undang. Perlu dilakukan pelatihan untuk pengguna gedung terkait
proteksi bahaya kebakaran dan latihan simulasi terkait jalus evakuasi. Perlu dilakukan pengecekan terhadap
instalasi listrik dan peralatan proteksi kebakaran secara berkala. Dan perlu dilakukan perbaikan terhadap
beberapa instalasi listrik, penataan lingkungan (kebersihan dan penggunaan bahan yang mudah terbakar) yang
dapat memicu kebakaran.

Kata kunci: campus watching, proteksi bahaya kebakaran, UU Bangunan Gedung No.20 tahun 2008.

PENDAHULUAN kebakaran pada bangunan gedung dan


lingkungan. Pada kenyataannya banyak sekali
Kebakaran adalah bahaya yang gedung yang dibangun tidak dengan standart
diakibatkan oleh adanya ancaman potensial yang sudah ditentukan dalam Undang-Undang.
dan derajat terkena pancaran api sejak dari Sehingga apabila terjadi kasus kebakaran maka
awal terjadi kebakaran hingga penjalaran api, kerugian aset maupun jiwa sangat mungkin
asap dan gas yang ditimbulkan. Kabakaran terjadi. Maka dari itu diperlukan suatu sistem
merupakan salah satu bencana yang bisa proteksi kebakaran sesuai dengan yang
terjadi kapanpun dan dimanapun jika ada tercantum dalam Undang-Undang, diman
pencetusnya yaitu bahan, panas dan oksigen. Sistem proteksi kebakaran pada bangunan
Banyak sekali kasus kebakaran yang terjadi gedung dan lingkungan adalah sistem yang
dikarenakan bangunan tersebut tidak terdiri atas peralatan, kelengkapan dan sarana,
melakukan prosedur yang benar untuk proteksi baik yang terpasang maupun terbangun pada
bahaya kebakaran baik proteksi pasif maupun bangunan yang digunakan baik untuk tujuan
proteksi aktif. Sebenarnya ketentuan-ketentuan sistem proteksi aktif, sistem proteksi pasif
yang terkait dengan proteksi kebakaran maupun cara-cara pengelolaan dalam rangka
tercantum dalam Undang-undang Bangunan melindungi bangunan dan lingkungannya
Gedung No.20 tahun 2008, Keputusan Menteri terhadap bahaya kebakaran.
Pekerjaan Umum, NSPM/SNI dan Peraturan Untuk memahami lingkungan di sekitar
Daerah (belum semua pemerintah daerah kita dan hal-hal apa saja yang berhubungan
memiliki Perda mengenai proteksi kebakaran). dan mempengaruhi lingkungan ada beberapa
Dalam undang-undang tersebut tercantum metode yang bisa kita gunakan misalnya
persyaratan teknis untuk sistem proteksi Regional atau community watching.
8 Hena: Campus Watching…..Kebakaran

Regional/Community watching terdiri dari menanggulangi permasalahan tersebut. Tujuan


beberapa konsep yang berbeda yaitu, mountain campus watching adalah sebagai berikut,
watching, town watching dan coastal mengetahui situasi kampus, khususnya gedung
watching. Dalam tulisan ini penulis Graha Sainta lantai I, meningkatkan kesadaran
menggunakan metode campus watching yang pengguna gedung untuk melakukan tindakan
diadaptasi dari metode town watching. Metode preventif dan tau apa yang harus dilakukan jika
campus watching ini digunakan untuk terjadi benca kebakaran, menunjukkan
memahami hal-hal di kampus yang terkait masalah-masalah regional dan menyarankan
dengan bencana. Dalam tulisan ini, penulis solusi, membangun sistem kerjasama setiap
menekankan pada bencana kebakaran dan kali bencana terjadi, dan mengembangkan
bagian kampus yang akan diobservasi adalah keterampilan dan kemapuan yang
gedung Graha Sainta lantai 1. komprehensif dari informasi yang telah di
Gedung Graha Sainta merupakan salah kumpulkan berdasarkan dari pengamatan dan
satu gedung milik Fakultas Matematika dan interview yang telah dilakukan.
Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) yang Sebelum melakukan campus watching
terletak di di Jalan Mayjen Haryono 169 hal yang harus dilakukan adalah menentukan
tepatnya di sebelah selatan Stadion Universitas jadwal kapan campus watching akan
Brawijaya. Gedung ini diresmikan pada April dilaksanakan, mempersiapkan perijinan untuk
2008 sehingga saat ini gedung ini umurnya pelaksanaan (terkait siapa yang akan menjadi
hampir 5 tahun. Graha Sainta ini memiliki tiga fasilitator, siapa yang akan mempersiapkan,
lantai dengan total seluas 1.866 meter persegi, siapa yang akan menjadi koordinator), langkah
mencakup 22 ruang, 6 toilet, 1 teras, dan 1 selanjutnya adalah menentukan target lokasi
gudang.. Gedung ini merupakan pusat aktivitas dari campus watching, terkait dengan waktu,
mahasiswa dan staf jurusan matematika. Pada area, dan akses untuk menuju lokasi.
gedung ini juga terdapat AULA dari fakultas Pengumpulan mengenai informasi awal yang
MIPA. Lantai I merupakan tempat yang sangat dibutuhkan penulis mengenai story dan place
rawan untuk terjadi kebakaran dan jika terjadi terkait dengan tema dari campus watching
kebakaran maka kerugiannya yang dalam tulisan ini yaitu mengenai bahaya
ditimbulkan akan lebih banyak dibandingkan kebakaran. Langkah selanjutnya adalah
dengan lantai II dan lantai III. Hal ini membawa peralatan yang dibutuhkan,
disebabkan karena berkas-berkas jurusan misalnya kamera, alat tulis dan peta atau denah
banyak tersimpan di sini dan di lantai I juga dari lokasi dan kuisioner. Dalam melakukan
terdapat laboratorium komputer dan tempat campus watching perlu juga diperhatikan
penyimpanan barang-barang serta dapur aspek fisis, sosial dan ekologinya.
sehingga secara keseluruhan lantai I menyipan Pada pelaksanaan campus watching ada
banyak barang yang mudah terbakar dan juga beberapa hal yang dilakukan yaitu melakukan
dapat sebagai pemicu kebakaran. pengamatan pada area yang telah ditentukan,
Berdasarkan beberapa hal yang telah mengambil foto dari tempat-tempat yang
diuraikan penulis maka penerapan metode dirasa penting mengenai tema dari campus
campus watching sebagai langkah awal untuk watching yaitu bahaya kebakaran di gedung
proteksi bahaya kebakaran di gedung Graha Graha Sainta lantai I, dan melakukan
Sainta lantai I dirasa sangat perlu. pencatatan mengenai informasi pendukung
yang didapatkan sebagai keterangan pada peta/
METODE PENELITIAN denah yang telah dibawa maupun data-data
pendukung saja. Dan yang terakhir adalah
Metode yang digunakan pada tulisan ini membagikan kuisioner sebagi data tambahan.
adalah campus watching. Metode ini adalah Berdasarkan campus watcing yang telah
suatu pendekatan partisipatif untuk mengenali dilakukan maka kita akan memperoleh
masalah dan mencari solusi secara bersama- beberapa gambaran mengenai tempat-tempat
sama dari permasalahan yang dihadapi, seperti yang dianggab rawan beserta alasannya, peta
bencana maupun masalah keamanan mengenai kondisi dari area campus wathcing
lingkungan. Dengan memahami itu semua beserta jalur evakuasi jika terjadi bahaya
maka akan didapatkan solusi untuk kebakaran berikut analisnya. Dengan campus
Hena: Campus Watching…..Kebakaran 9

watching kita juga bisa memperoleh data Menurut Undang-Undang jalan akses
pendukung terhadap analisa yang penulis pemadam kebakaran yang telah disetujui harus
lakukan dari kuisioner dan interview yang disediakan pada setiap fasilitas, bangunan
dilakukan penulis terhadap pengguna gedung gedung, atau bagian bangunan gedung setelah
Graha Sainta lantai I, yaitu staf pengajar, staf selesai dibangun atau direlokasi. Jika dilihat
kepegawaian dan mahasiswa. Interview posisi gedung Graha Sainta ini dan jalan
dilakukan pada 2 staf pengajar secara pengerasan berupa jalan paving di sisi barat
bersaman dan 2 orang staf kepegawaian yang dan sisi bagian depan gedung ukurannya cukup
juga dilakukan secara bersamaan. Sedangkan lebar untuk akses kendaraan pemadam
kuisioner diberikan pada 3 orang staf pengajar, kebakaran. Sedangkan jika kebakaran terjadi
4 orang staf kepegawaian dan 2 orang di sisi gedung sebelah timur dan utara maka
mahasiswa. tidak ada akses kendaraan pemadam kebakaran
Secara keseluruhan penulis akan karena akses jalan menuju gedung sebelah
mendapatkan uraian mengenai kelebihan dan timur tertutup oleh bagian teras gedung bagian
kekurangan dari gedung Graha Sainta lantai I depan dan di sebelah timur gedung juga tidak
terkait bahaya kebakaran,bagaimana jalur ada akses jalan untuk kendaraan pemadam
evakuasi yang aman dan area mana yang harus kebakaran. Sehingga disimpulkan bahwa
dihindari jika terjadi kebakaran, seberapa besar kerawanan akan terjadi jika kebakaran terjadi
dampak yang ditimbulkan jika kebakaran di sisi sebelah timur dan utara gedung karena
terjadi dan secara keseluruhan isi tulisan ini kendaraan pemadam kebakaran hanya bisa
dapat digunakan referensi mengenai proteksi memadamkan dari jalan raya yang jaraknya
bahaya kebakaran sebagaimana distandartkan agak jauh dari gedung Graha Sainta karena
di dalam Undang-Undang Bangunan Gedung tidak ada kases untuk menuju bagian timur
No.20 tahun 2008, mengenai persyaratan gedung.
teknis sistem proteksi kebakaran pada
bangunan gedung dan lingkungan. 2. Sarana Penyelamatan
Sarana penyelamatan adalah sarana yang
HASIL DAN PEMBAHASAN dipersiapkan untuk dipergunakan oleh
penghuni maupun petugas pemadam
Berdasarkan campus watching yang telah kebakaran dalam upaya penyelamatan jiwa
dilakukan pada gedung Graha Sainta lantai I manusia maupun harta benda bila terjadi
maka penulis akan membandingkan menganai kebakaran pada suatu bangunan gedung dan
hasil tersebut dengan apa yang tertuang dalam lingkungan. Peletakan benda-benda perabot
Undang-undang Bangunan Gedung No.20 yang mengganggu lebar koridor dan
tahun 2008, mengenai persyaratan teknis pandangan untuk jalur evakuasi harus
sistem proteksi kebakaran pada bangunan dihindari. Namun pada kenyataannya di lantai
gedung dan lingkungan. I ini sepanjang koridor di sekitar laboratorium
1. Akses dan Pasokan Air Untuk komputer banyak sekali dijumpai rak-rak
Pemadaman Kebakaran lemari kosong yang dapat mengganggu
Lingkungan gedung seperti Graha Sainta pandangan dan jalur evakuasi padahal
seharusnya direncanakan sedemikian rupa laboratorium komputer adalah termasuk
sehingga tersedia sumber air berupa hidran tempat yang rawan terjadi kebakaran.
halaman, sumur kebakaran atau reservoir air Jika ditinjau dari segi sarana jalan keluar
dan sebagainya yang memudahkan instansi maka menurut Undang-Undang setiap pintu
pemadam kebakaran untuk menggunakannya, pada sarana jalan keluar harus dari jenis engsel
sehingga setiap bangunan gedung dapat sisi atau pintu ayun. Pintu harus dirancang dan
dijangkau oleh pancaran air unit pemadam dipasang sehingga mampu berayun dari posisi
kebakaran dari jalan di lingkungannya. Tetapi manapun hingga mencapai posisi terbuka
pada kenyataannya di sekitar gedung penulis penuh.Pintu pada lantai I pada bagian selatan
tidak mendapati adanya hidran, sumur tidak mampu berayun secara penuh bahkan
kebakaran atau reservoir air yang bertenaga untuk jalur evakuasi pintu kurang memenuhi
cukup besar sehingga bisa digunakan untuk standart untuk evakuasi karena arah bukaannya
sumber air bagi instansi pemadam kebakaran. ke dalam tidak terbuka ke arah luar.
10 Hena: Campus Watching…..Kebakaran

Sedangkan pintu antar ruangan harusnya


memiliki sistem otomatis tertutup jika tidak
diberi tenaga, sehingga jika terjadi kebakaran
pada suatu ruangan pintu akan tertutup
otomatis dan mampu untuk menahan api
sementara. Pada lantai I untuk laboratorium
komputer sudah memiliki sistem otomatis
tertutup namun untuk ruangan lain seperti TU
dan dapur belum memakai sistem otomatis
Gambar 3b. Jalur evakuasi jika kebakaran
tertutup. bersumber dari laboratorium komputer

3. Sistem Proteksi Pasif Saluran udara untuk pengkondisian udara,


Sistem proteksi kebakaran pasif adalah pemanasan dan ventilasi serta peralatan terkait
sistem proteksi kebakaran yang terbentuk atau lainnya termasuk damper-damper asap dan
terbangun melalui pengaturan penggunaan kombinasi damper api dan asap harus dipasang
bahan dan komponen struktur bangunan, sesuai ketentuan yang berlaku tentang,Standar
kompartemenisasi atau pemisahan bangunan instalasi Sistem Pengkondisian Udara dan
berdasarkan tingkat ketahanan terhadap api, Ventilas Daerah rawan kebakaran pada lantai I
serta perlindungan terhadap bukaan. yaitu ruang komputer dan dapur tidak memiliki
Jika dilihat dari posisinya maka jalur ventilasi udara yang baik terkait bagaiman
evakuasi berada pada pintu selatan dan pintu aliran asap nanti jika terjadi kebakaran. Semua
timur. Pintu bagian barati tidak bisa digunakan cendela yang ada tidak dibuka dan tertutup
sebagai jalur evakuasi karena kondisinya yang rapat bahkan tidak didapati ventilasi udara di
terkunci. Sedangkan pintu bagian utara tidak ruangan yang rawan sebagai sumber
cocok untuk jalur evakuasi karena terdapat kebakaran. Idealnya sebuah bangunan seperti
tangga yang menghalangi pandangan dan pintu gedung Graha Sainta ini dilengkapi dengan
keluar. Hal ini sebagaimana ada pada Undang- detektor asap dan detektor api atau Sistem
Undang bahwa pintu tidak bolaeh diletakkan di springkler otomatik terutama untuk lantai I
bawah tangga.Posisi pintu bagian utara juga dimana pada lantai I terdapat beberapa
tidak cocok untuk evakuasi karena terdapat laboratorium komputer yang memiliki jaringan
gedung Biomol yang posisinya agak listrik dan kabel yang banyak sehingga bisa
berdekatan dengan gedung Graha Sainta, menjadi pemicu kebakaran.
sehingga evakuasi agak menyulitkan karena
tidak bisa langsung ke area terbuka. Gambar 4. Sistem Proteksi Aktif
3a dan 3b adalah gambar jalu evakuasi jika Sistem proteksi kebakaran aktif adalah
kebakaran berasal dari ruang komputer dan sistem proteksi kebakaran yang secara lengkap
dapur. terdiri atas sistem pendeteksian kebakaran baik
manual ataupun otomatis, sistem pemadam
kebakaran berbasis air seperti springkler, pipa
tegak dan slang kebakaran, serta sistem
pemadam kebakaran berbasis bahan kimia,
seperti APAR dan pemadam khusus. Pada
lantai I terdapat 2 buah APAR yang diletakkan
pada sisi geung di sebelah barat dan di sebelah
timur dan penempatannya sudah cukup sesuai
yaitu di area laboratorium komputer dan di
dekat dapur. Posisi pemasangan APAR juga
sudah cukup jelas dengan warna merah terang
yang memungkinkan orang untuk melihat.
Gambar 3a. Jalur evakuasi jika kebakaran APAR juga tidak dukunci sehingga hal ini
bersumber dari dapur memudahkan siapa saja untuk melakukan
penyelamatan pertama jika terjadi kebakaran.
Hena: Campus Watching…..Kebakaran 11

Dalam Undang-Undang juga disebutkan pula untuk proteksi terhadap bahaya kebakaran.
bahwa semua sistem proteksi kebakaran dan Beradarkan hasil interview dan kuisioner yang
peralatannya harus dipelihara sehingga dalam dilakukan penulis terhadap beberapa staf
kondisi siap operasi yang handal dan harus penguna gedung Graha Sainta lantai I tidak
diganti atau diperbaiki bila cacat (defective). banyak informasi yang bisa di dapatkan
Namun berdasarkan interview yang dilakukan mengenai utilitas bangunan karena mereka
pada beberapa staf gedung Graha Sainta mengaku bahwa gedung ini sudah dibangun
ternyata pengecekan terhadap alat proteksi dengan standart dari pengembang yang hanya
kebakaran sampai saat ini tidak pernah standart gedung untuk bangunan biasa tanpa
dilakukan bahkan instalasi listrik yang harus mengunakan sistem proteksi pasif.
merupakan pemicu dari kebakaran tidak Padahal menurut Undang-undang gedung
pernah dilakukan pengecekan pengecekan Graha Sainta tergolong tipe gedung menengah
berkala hanya dilakukan pada beberapa yang tetap memerlukan proteksi kebakaran
perangkat elektronik dan dilakukan seriap 1 pasif yang sangat terkait dengan utilitas
tahun sekali. Padahal seharusnya pengecekan gedung.
alat proteksi kebakaran dan instalasinya
sebaiknya dilakukan pengecekan paling tidak 6 6. Pencegahan Kebakaran Pada Bangunan
bulan sekali. Sedangkan untuk APAR harus Gedung
diinspeksi sejak awal ditempatkan dan Pencegahan kebakaran pada bangunan
difungsikan dan selanjutnya pada setiap gedung adalah mencegah terjadinya kebakaran
interval waktu kira-kira 30 hari. APAR harus pada bangunan gedung atau ruang kerja. Bila
diinspeksi secara manual atau dimonitor secara kondisi-kondisi yang berpotensi terjadinya
elektronik, pada interval waktu yang lebih jika kebakaran dapat dikenali dan dieliminasi akan
keadaan membutuhkan. Mengenai masalah dapat mengurangi secara substansial terjadinya
pemeliharaan Terhadap APAR harus dilakukan kebakaran. Pencegahan kebakaran dapat
pemeliharaan pada jangka waktu tidak lebih dilakukan melalui program pemeliharaan
dari 1 tahun, pada waktu pengujian hidrostatik, pencegahan (preventive maintenance) terdiri
atau jika secara khusus ditunjukkan melalui dari prosedur inspeksi dan praktek-praktek
inspeksi atau pemberitahuan elektronik. tatagraha (housekeeping) yang baik. Tiga
persyaratan dasar untuk tatagraha yang baik
5. Utilitas Bangunan Gedung adalah: (a) Pengaturan denah dan penyediaan
Instalasi, kontrol dan distribusi peralatan yang benar. (b) Penanganan dan
pengkawatan peralatan listrik dalam bangunan penyimpanan material secara benar. (c)
gedung harus memenuhi SNI 04-0225-2000 Kebersihan dan kerapian.
atau edisi terbaru, Persyaratan Umum Instalasi Program tatagrha hunian dan proses harus
Listrik (PUIL). Menurut Undang-Undang memberikan pertimbangan khusus untuk
Sumber daya listrik darurat harus direncanakan pembuangan sampah, kontrol kebiasaan
dapat bekerja secara otomatis apabila sumber merokok dan selama peneliti melakukan
daya listrik utama tidak bekerja dan harus campus watching, tidak ada penghuni gedung
dapat bekerja setiap saat untuk yang merokok. Suatu ide yang bagus adalah
mengoperasikan peralatan sebagai berikut: (1) untuk mengadakan pemeriksaan fasilitas /
Pencahayaan darurat. (2) Sarana komunikasi bangunan oleh petugas keamanan setelah
darurat. (3) Lif kebakaran. (4) Sistem deteksi karyawan / penghuni pulang setiap hari atau
dan alarm kebakaran. (5) Sistem pipa tegak pada akhir minggu. Pemeriksaan sebaiknya
dan slang kebakaran. (6) Sistem springkler dilakukan kira-kira 1 jam setelah fasilitas /
kebakaran otomatis. (7) Sistem pengendalian bangunan kosong, dan sebaiknya diulangi
asap. (8) Pintu tahan api otomatis. (9) Ruang secara reguler selama fasilitas / bangunan
pengendali kebakaran. Namun karena di dalam keadaan kosong.
gedung Graha Sainta lantai I ini tidak terdapat Program inspeksi / pemeriksaan secara
beberpa alat yangtersebut di atas maka berkala harus ada untuk mengidentifikasi:(1)
pasokan listrik hanya digunakan untuk Sirkuit listrik yang kelebihan beban.(2)
kebutuhan operasional gedung untuk Sambungan pengawatan peralatan yang
mendukung proses pembelajaran saja tidak ditumpuk terlalu banyak.(3) Pengawatan
12 Hena: Campus Watching…..Kebakaran

peralatan yang rusak, tutup kontak / stopkontak dengan hal ini hal yang dilakukan adalah
pembumian yang hilang, dan sebagainya. dengan melakukan inspeksi dan pengujian oleh
Penulis mendapati terdapat beberapa titik instansi terkait. Inspeksi dan pengujian harus
rawan terkait hal ini dimana ada beberapa dilakukan secara periodik. Dengan cara
pengawatan peralatan yang rusak dan inspeksi/pemeriksaan, pengujian dan
sambungan yang ditumpuk terlalu banyak dan pemeliharaan berkala, semua peralatan harus
tidak tersusun secara rapi. Padahal hal ini ditunjukkan ada dalam kondisi operasi yang
dapat menyebabkan bahaya kebakaran yang baik, agar setiap kerusakan dan kelemahan
disebabkan oleh elektrikal. dapat diketahui. Tujuan dari inspeksi adalah
Idealnya lemari karyawan harus terbuat untuk verifikasi secara visuil bahwa sistem
dari bahan yang tidak mudah terbakar atau dari proteksi kebakaran dan perlengkapannya
metal. Lemari metal dapat membatasi tampak dalam kondisi operasi dan bebas dari
kebakaran, bila konstruksinya padat, termasuk kerusakan fisik. Tujuan dari pengujian adalah
bagian depan, dasar, partisi dan belakang. untuk menjamin operasi otomatik atau manual
Lemari juga harus diperiksa secara berkala. atas kebutuhan dan pengiriman kontinyu dari
Namun pada lantai I hampir 90% lemari yang output sistem proteksi kebakaran yang
digunakan terbuat dari kayu. disyaratkan, dan untuk mendeteksi
Tatagraha (housekeeping) yang baik ketidaksempurnaan sistem proteksi kebakaran
adalah sama pentingnya untuk di dalam yang tidak tampak pada saat inspeksi.
maupun di luar bangunan. Tatagraha halaman Sedangkan tujuan dari pemeliharaan sistem
yang tidak memenuhi syarat dapat mengancam proteksi kebakaran adalah perawatan
keamanan struktur bagian luar bangunan dan pencegahan (preventive maintenance) dan
barang-barang yang disimpan di halaman. perbaikan (correctivemaintenance) untuk
Akumulasi barang bekas dan sampah dan mempertahankan fungsi optimum dari
tumbuhnya rumput, ilalang dan belukar yang peralatannya. Dalam pemeliharaan dan
tinggi bersebelahan dengan bangunan atau perawatan sistem proteksi kebakaran harus
barang-barang yang disimpan adalah bahaya dijamin pemenuhan kepada ketentuan dan
yang biasa ditemui. Harus ada sebuah program standar yang berlaku termasuk persyaratan
berkala untuk mengawasi halaman. Di sisi sertifikasi personil, frekuensi tes dan
sebelah timur gedung terdapat ruangan kosong pemeliharaan dan juga dokumentasi dan
yang disitu terdapat banyak barang yang tidak pelaporan termasuk penyimpanan riwayat
terpakai dan bisa terbakar yang tidak tersusun catatan (record keeping). Berdasarkan hasil
secara rapi dan bersih. interview dan hasil kuisioner penulis
mendapati kenyataan bahwa gedung Graha
7. Pengelolaan Proteksi Kebakaran Pada Sainta lantai I ini tidak pernah dilakukan
Gedung Termasuk Pengawasan dan inspeksi dan pegujian terhadap alat-alat yang
Pengendalian terkait dengan proteksi kebakaran. Hal ini
Pengelolaan proteksi kebakaran adalah juga didapat dilihat dari adanya beberapa kabel
upaya mencegah terjadinya kebakaran atau yang tidak tersususn rapi, beberapa sambungan
meluasnya kebakaran ke ruangan-ruangan yang tampak tidak tertutup rapi dan lampu
ataupun lantai-lantai bangunan, termasuk ke yang ada di sisi utara, timur dan barat gedung
bangunan lainnya melalui eliminasi ataupun sangat tidak memenuhi standart pemasangan
minimalisasi risiko bahaya kebakaran, yang sesuai dengan SNI sebagaimana yang
pengaturan zona-zona yang berpotensi telah disyaratkan pada Undang-Undang.
menimbulkan kebakaran, serta kesiapan dan
kesiagaan sistem proteksi aktif maupun pasif. 8. Ketentuan Umum Pengelolaan Sistem
Pengawasan dan pengendalian adalah Proteksi Kebakaran Pada Bangunan
upaya yang perlu dilakukan oleh pihak terkait Gedung
dalam melaksanakan pengawasan maupun Setiap bangunan gedung atau struktur
pengendalian dari tahap perencanaan yang baru dan yang sudah ada, harus dibangun,
pembangunan bangunan gedung sampai diatur, dipasang, dipelihara, dan dioperasikan
dengan setelah terjadi kebakaran pada suatu sesuai dengan persyaratan teknis ini, seperti
bangunan gedung dan lingkungannya. Terkait menyediakan tingkat kelayakan dari
Hena: Campus Watching…..Kebakaran 13

keselamatan jiwa, proteksi harta benda, dan proteksi kebakaran pada bangunan
kesejahteraan publik dari risiko nyata dan gedung dan lingkungan.
berpotensi yang ditimbulkan oleh kebakaran, 2. Berdasarkan hasil kuisioner maka
peledakan dan kondisi berisiko lainnya. Diatur disimpulkan perlu dilakukan pelatihan
pula bahwa pemilik, pengelola atau penghuni untuk pengguna gedung Graha Sainta
bangunan, harus menyimpan catatan terutama staf pengajar dan staf
pemeliharaan, pemeriksaan, dan pengujian: kepegawaian terkait dengan proteksi
sistem proteksi kebakaran, sistem alarm bahaya kebakaran dan latihan simulasi
kebakaran, sistem pengendalian asap, evakuasi mengenai kebakaran terkait dengan
darurat dan latihan relokasi, perencanaan jalus evakuasi.
darurat, sumber daya darurat, dan peralatan. 3. Sebagai salah satu bagian dari proteksi
Terkait dengan latihan relokasi dan evakuasi bahaya kebakaran maka perlu
maupun terkait dengan peningkatan dilakukan pengecekan terhadap
ketrampilan untuk tanggap terhadap bahaya instalasi listrik dan peralatan proteksi
kebakaran dan keahlian penggunaan alat kebakaran secara berkala oleh
proteksi kebakaran, berdarkan hasil interview pengelola gedung.
dan kuisioner terhadap responden, pelatihan 4. Perbaikan terhadap beberapa instalasi
seperti tersebut di atas tidak pernah dilakukan, listrik, penataan lingkungan
bahkan untuk menggunakan APAR sebanyak (kebersihan dan penggunaan bahan
95% responden yang mengisi kuisioner yaitu yang mudah terbakar) yang dapat
pengguna gedung (staf pengajar, staf memicu kebakaran perlu dilakukan
kepegawaian dan mahasiswa) tidak sebagai langkah pencegahan terhadap
mengetahui bagaimana penggunaannya. bahaya kebakaran
Sebanyak 100% responden tidak mengetahui
nomor yang harus dihubungi jika terjadi UCAPAN TERIMA KASIH
kebakaran. Sebanyak 50% responden memilih
arah evakuasi ke pintu sebelah utara, padahal Terimakasih atas semua pihak yang ikut
berdasarkan apa yang telah diutarakan di atas membantu terlaksanakannya campus watching
bahwa pintu sebelah utara tidak cocok untuk di gedung Graha Sainta lantai I hingga tulisan
jalur evakuasi. Sebanyak 90% responden juga ini dapat terselesaikan.
tidak mengatahui tindakan awal yang [1] Bapak Sukir Maryanto, Ph.D selaku
dilakukan jika terjadi terjebak dalam dosen pengampu matakuliah
kebakaran. 54% responden juga tidak “Manajeman dan Mitigasi Bencana”
memahami daerah mana saja yang dapat program pascasarjan.
menjadi pemicu terjadinya kebakaran di [2] karyawan di gedung Graha Sainta,
gedung Graha Sainta lantai I. Berdasarkan baik staf pengajar maupun staf
hasil kuisioner ini maka tampak sekali bahwa kepegawaian.
pengguna gedung Graha Sainta tidak memiliki [3] Teman-teman program pascasarjana
keahlian terkait dengan proteksi kebakaran . jurusan fisika .

KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA


Berdasarkan pelaksanaan campus [1] Basuki, A (2002), Mencermati Standar
watching yang telah dilakukan pada gedung Pengamanan Gedung Untuk Antisipasi
Graha Sainta lantai I khusunya mengenai Bahaya Kebakaran, Artikel Kebijakan
bahaya kebakaran, maka penulis dapat Penanggulangan Kebakaran.
menyimpulkan beberpa hal, antara lain: [2] Shaw, R & Takeuchi, Y (2009), Town
1. Sistem proteksi kebakaran pada Watching Handbook For Disaster
gedung Graha Sainta lantai I tidak Education, ISDR, Thailand.
cukup standart sebagaimana di [3] Talarosha, B (2012), Sistem Proteksi
syaratkan dalam Undang-Undang Kebakaran Pada Bangunan Gedung,
Bangunan Gedung No.20 tahun 2008, Jurnal Arsitek dan Perkotaan
mengenai persyaratan teknis sistem “KORIDOR, 28-39.

Anda mungkin juga menyukai