ABSTRAK
Kebakaran adalah bahaya yang diakibatkan oleh adanya ancaman potensial dan kemungkinan terkena pancaran
api sejak dari awal terjadi kebakaran hingga penjalaran api, asap dan gas yang ditimbulkan. Pemerintah
mengatur ketentuan tentang proteksi kebakaran dalam Undang-undang Bangunan Gedung No.20 tahun 2008.
Gedung Graha Sainta terletak di universitas Brawijaya yang juga harus memiliki sistem proteksi kebakaran
sesuai standart yang ditentukan oleh Undang-Undang. Untuk memahami lingkungan sekitar dan hal-hal apa saja
mempengaruhi lingkungan ada beberapa metode yang bisa kita gunakan misalnya campus watching. Metode ini
adalah suatu pendekatan partisipatif untuk mengenali masalah dan mencari solusi secara bersama-sama dari
permasalahan yang dihadapi, seperti bencana maupun masalah keamanan lingkungan. Bencana yang dimaksud
pada tulisan ini adalah kebakaran. Berdasarkan campus watcing yang telah dilakukan maka diperoleh gambaran
mengenai tempat- yang dianggap rawan serta alasannya, peta mengenai kondisi dari area campus wathcing serta
jalur evakuasi jika terjadi bahaya kebakaran beserta analisnya. Data pendukung terhadap hasil analisa diperoleh
dari kuisioner dan interview terhadap pengguna gedung yaitu staf pengajar, staf kepegawaian dan mahasiswa.
Didapatkan kesimpulan yaitu, Sistem proteksi kebakaran gedung Graha Sainta lantai I tidak cukup standart
sebagaimana disyaratkan dalam Undang-Undang. Perlu dilakukan pelatihan untuk pengguna gedung terkait
proteksi bahaya kebakaran dan latihan simulasi terkait jalus evakuasi. Perlu dilakukan pengecekan terhadap
instalasi listrik dan peralatan proteksi kebakaran secara berkala. Dan perlu dilakukan perbaikan terhadap
beberapa instalasi listrik, penataan lingkungan (kebersihan dan penggunaan bahan yang mudah terbakar) yang
dapat memicu kebakaran.
Kata kunci: campus watching, proteksi bahaya kebakaran, UU Bangunan Gedung No.20 tahun 2008.
watching kita juga bisa memperoleh data Menurut Undang-Undang jalan akses
pendukung terhadap analisa yang penulis pemadam kebakaran yang telah disetujui harus
lakukan dari kuisioner dan interview yang disediakan pada setiap fasilitas, bangunan
dilakukan penulis terhadap pengguna gedung gedung, atau bagian bangunan gedung setelah
Graha Sainta lantai I, yaitu staf pengajar, staf selesai dibangun atau direlokasi. Jika dilihat
kepegawaian dan mahasiswa. Interview posisi gedung Graha Sainta ini dan jalan
dilakukan pada 2 staf pengajar secara pengerasan berupa jalan paving di sisi barat
bersaman dan 2 orang staf kepegawaian yang dan sisi bagian depan gedung ukurannya cukup
juga dilakukan secara bersamaan. Sedangkan lebar untuk akses kendaraan pemadam
kuisioner diberikan pada 3 orang staf pengajar, kebakaran. Sedangkan jika kebakaran terjadi
4 orang staf kepegawaian dan 2 orang di sisi gedung sebelah timur dan utara maka
mahasiswa. tidak ada akses kendaraan pemadam kebakaran
Secara keseluruhan penulis akan karena akses jalan menuju gedung sebelah
mendapatkan uraian mengenai kelebihan dan timur tertutup oleh bagian teras gedung bagian
kekurangan dari gedung Graha Sainta lantai I depan dan di sebelah timur gedung juga tidak
terkait bahaya kebakaran,bagaimana jalur ada akses jalan untuk kendaraan pemadam
evakuasi yang aman dan area mana yang harus kebakaran. Sehingga disimpulkan bahwa
dihindari jika terjadi kebakaran, seberapa besar kerawanan akan terjadi jika kebakaran terjadi
dampak yang ditimbulkan jika kebakaran di sisi sebelah timur dan utara gedung karena
terjadi dan secara keseluruhan isi tulisan ini kendaraan pemadam kebakaran hanya bisa
dapat digunakan referensi mengenai proteksi memadamkan dari jalan raya yang jaraknya
bahaya kebakaran sebagaimana distandartkan agak jauh dari gedung Graha Sainta karena
di dalam Undang-Undang Bangunan Gedung tidak ada kases untuk menuju bagian timur
No.20 tahun 2008, mengenai persyaratan gedung.
teknis sistem proteksi kebakaran pada
bangunan gedung dan lingkungan. 2. Sarana Penyelamatan
Sarana penyelamatan adalah sarana yang
HASIL DAN PEMBAHASAN dipersiapkan untuk dipergunakan oleh
penghuni maupun petugas pemadam
Berdasarkan campus watching yang telah kebakaran dalam upaya penyelamatan jiwa
dilakukan pada gedung Graha Sainta lantai I manusia maupun harta benda bila terjadi
maka penulis akan membandingkan menganai kebakaran pada suatu bangunan gedung dan
hasil tersebut dengan apa yang tertuang dalam lingkungan. Peletakan benda-benda perabot
Undang-undang Bangunan Gedung No.20 yang mengganggu lebar koridor dan
tahun 2008, mengenai persyaratan teknis pandangan untuk jalur evakuasi harus
sistem proteksi kebakaran pada bangunan dihindari. Namun pada kenyataannya di lantai
gedung dan lingkungan. I ini sepanjang koridor di sekitar laboratorium
1. Akses dan Pasokan Air Untuk komputer banyak sekali dijumpai rak-rak
Pemadaman Kebakaran lemari kosong yang dapat mengganggu
Lingkungan gedung seperti Graha Sainta pandangan dan jalur evakuasi padahal
seharusnya direncanakan sedemikian rupa laboratorium komputer adalah termasuk
sehingga tersedia sumber air berupa hidran tempat yang rawan terjadi kebakaran.
halaman, sumur kebakaran atau reservoir air Jika ditinjau dari segi sarana jalan keluar
dan sebagainya yang memudahkan instansi maka menurut Undang-Undang setiap pintu
pemadam kebakaran untuk menggunakannya, pada sarana jalan keluar harus dari jenis engsel
sehingga setiap bangunan gedung dapat sisi atau pintu ayun. Pintu harus dirancang dan
dijangkau oleh pancaran air unit pemadam dipasang sehingga mampu berayun dari posisi
kebakaran dari jalan di lingkungannya. Tetapi manapun hingga mencapai posisi terbuka
pada kenyataannya di sekitar gedung penulis penuh.Pintu pada lantai I pada bagian selatan
tidak mendapati adanya hidran, sumur tidak mampu berayun secara penuh bahkan
kebakaran atau reservoir air yang bertenaga untuk jalur evakuasi pintu kurang memenuhi
cukup besar sehingga bisa digunakan untuk standart untuk evakuasi karena arah bukaannya
sumber air bagi instansi pemadam kebakaran. ke dalam tidak terbuka ke arah luar.
10 Hena: Campus Watching…..Kebakaran
Dalam Undang-Undang juga disebutkan pula untuk proteksi terhadap bahaya kebakaran.
bahwa semua sistem proteksi kebakaran dan Beradarkan hasil interview dan kuisioner yang
peralatannya harus dipelihara sehingga dalam dilakukan penulis terhadap beberapa staf
kondisi siap operasi yang handal dan harus penguna gedung Graha Sainta lantai I tidak
diganti atau diperbaiki bila cacat (defective). banyak informasi yang bisa di dapatkan
Namun berdasarkan interview yang dilakukan mengenai utilitas bangunan karena mereka
pada beberapa staf gedung Graha Sainta mengaku bahwa gedung ini sudah dibangun
ternyata pengecekan terhadap alat proteksi dengan standart dari pengembang yang hanya
kebakaran sampai saat ini tidak pernah standart gedung untuk bangunan biasa tanpa
dilakukan bahkan instalasi listrik yang harus mengunakan sistem proteksi pasif.
merupakan pemicu dari kebakaran tidak Padahal menurut Undang-undang gedung
pernah dilakukan pengecekan pengecekan Graha Sainta tergolong tipe gedung menengah
berkala hanya dilakukan pada beberapa yang tetap memerlukan proteksi kebakaran
perangkat elektronik dan dilakukan seriap 1 pasif yang sangat terkait dengan utilitas
tahun sekali. Padahal seharusnya pengecekan gedung.
alat proteksi kebakaran dan instalasinya
sebaiknya dilakukan pengecekan paling tidak 6 6. Pencegahan Kebakaran Pada Bangunan
bulan sekali. Sedangkan untuk APAR harus Gedung
diinspeksi sejak awal ditempatkan dan Pencegahan kebakaran pada bangunan
difungsikan dan selanjutnya pada setiap gedung adalah mencegah terjadinya kebakaran
interval waktu kira-kira 30 hari. APAR harus pada bangunan gedung atau ruang kerja. Bila
diinspeksi secara manual atau dimonitor secara kondisi-kondisi yang berpotensi terjadinya
elektronik, pada interval waktu yang lebih jika kebakaran dapat dikenali dan dieliminasi akan
keadaan membutuhkan. Mengenai masalah dapat mengurangi secara substansial terjadinya
pemeliharaan Terhadap APAR harus dilakukan kebakaran. Pencegahan kebakaran dapat
pemeliharaan pada jangka waktu tidak lebih dilakukan melalui program pemeliharaan
dari 1 tahun, pada waktu pengujian hidrostatik, pencegahan (preventive maintenance) terdiri
atau jika secara khusus ditunjukkan melalui dari prosedur inspeksi dan praktek-praktek
inspeksi atau pemberitahuan elektronik. tatagraha (housekeeping) yang baik. Tiga
persyaratan dasar untuk tatagraha yang baik
5. Utilitas Bangunan Gedung adalah: (a) Pengaturan denah dan penyediaan
Instalasi, kontrol dan distribusi peralatan yang benar. (b) Penanganan dan
pengkawatan peralatan listrik dalam bangunan penyimpanan material secara benar. (c)
gedung harus memenuhi SNI 04-0225-2000 Kebersihan dan kerapian.
atau edisi terbaru, Persyaratan Umum Instalasi Program tatagrha hunian dan proses harus
Listrik (PUIL). Menurut Undang-Undang memberikan pertimbangan khusus untuk
Sumber daya listrik darurat harus direncanakan pembuangan sampah, kontrol kebiasaan
dapat bekerja secara otomatis apabila sumber merokok dan selama peneliti melakukan
daya listrik utama tidak bekerja dan harus campus watching, tidak ada penghuni gedung
dapat bekerja setiap saat untuk yang merokok. Suatu ide yang bagus adalah
mengoperasikan peralatan sebagai berikut: (1) untuk mengadakan pemeriksaan fasilitas /
Pencahayaan darurat. (2) Sarana komunikasi bangunan oleh petugas keamanan setelah
darurat. (3) Lif kebakaran. (4) Sistem deteksi karyawan / penghuni pulang setiap hari atau
dan alarm kebakaran. (5) Sistem pipa tegak pada akhir minggu. Pemeriksaan sebaiknya
dan slang kebakaran. (6) Sistem springkler dilakukan kira-kira 1 jam setelah fasilitas /
kebakaran otomatis. (7) Sistem pengendalian bangunan kosong, dan sebaiknya diulangi
asap. (8) Pintu tahan api otomatis. (9) Ruang secara reguler selama fasilitas / bangunan
pengendali kebakaran. Namun karena di dalam keadaan kosong.
gedung Graha Sainta lantai I ini tidak terdapat Program inspeksi / pemeriksaan secara
beberpa alat yangtersebut di atas maka berkala harus ada untuk mengidentifikasi:(1)
pasokan listrik hanya digunakan untuk Sirkuit listrik yang kelebihan beban.(2)
kebutuhan operasional gedung untuk Sambungan pengawatan peralatan yang
mendukung proses pembelajaran saja tidak ditumpuk terlalu banyak.(3) Pengawatan
12 Hena: Campus Watching…..Kebakaran
peralatan yang rusak, tutup kontak / stopkontak dengan hal ini hal yang dilakukan adalah
pembumian yang hilang, dan sebagainya. dengan melakukan inspeksi dan pengujian oleh
Penulis mendapati terdapat beberapa titik instansi terkait. Inspeksi dan pengujian harus
rawan terkait hal ini dimana ada beberapa dilakukan secara periodik. Dengan cara
pengawatan peralatan yang rusak dan inspeksi/pemeriksaan, pengujian dan
sambungan yang ditumpuk terlalu banyak dan pemeliharaan berkala, semua peralatan harus
tidak tersusun secara rapi. Padahal hal ini ditunjukkan ada dalam kondisi operasi yang
dapat menyebabkan bahaya kebakaran yang baik, agar setiap kerusakan dan kelemahan
disebabkan oleh elektrikal. dapat diketahui. Tujuan dari inspeksi adalah
Idealnya lemari karyawan harus terbuat untuk verifikasi secara visuil bahwa sistem
dari bahan yang tidak mudah terbakar atau dari proteksi kebakaran dan perlengkapannya
metal. Lemari metal dapat membatasi tampak dalam kondisi operasi dan bebas dari
kebakaran, bila konstruksinya padat, termasuk kerusakan fisik. Tujuan dari pengujian adalah
bagian depan, dasar, partisi dan belakang. untuk menjamin operasi otomatik atau manual
Lemari juga harus diperiksa secara berkala. atas kebutuhan dan pengiriman kontinyu dari
Namun pada lantai I hampir 90% lemari yang output sistem proteksi kebakaran yang
digunakan terbuat dari kayu. disyaratkan, dan untuk mendeteksi
Tatagraha (housekeeping) yang baik ketidaksempurnaan sistem proteksi kebakaran
adalah sama pentingnya untuk di dalam yang tidak tampak pada saat inspeksi.
maupun di luar bangunan. Tatagraha halaman Sedangkan tujuan dari pemeliharaan sistem
yang tidak memenuhi syarat dapat mengancam proteksi kebakaran adalah perawatan
keamanan struktur bagian luar bangunan dan pencegahan (preventive maintenance) dan
barang-barang yang disimpan di halaman. perbaikan (correctivemaintenance) untuk
Akumulasi barang bekas dan sampah dan mempertahankan fungsi optimum dari
tumbuhnya rumput, ilalang dan belukar yang peralatannya. Dalam pemeliharaan dan
tinggi bersebelahan dengan bangunan atau perawatan sistem proteksi kebakaran harus
barang-barang yang disimpan adalah bahaya dijamin pemenuhan kepada ketentuan dan
yang biasa ditemui. Harus ada sebuah program standar yang berlaku termasuk persyaratan
berkala untuk mengawasi halaman. Di sisi sertifikasi personil, frekuensi tes dan
sebelah timur gedung terdapat ruangan kosong pemeliharaan dan juga dokumentasi dan
yang disitu terdapat banyak barang yang tidak pelaporan termasuk penyimpanan riwayat
terpakai dan bisa terbakar yang tidak tersusun catatan (record keeping). Berdasarkan hasil
secara rapi dan bersih. interview dan hasil kuisioner penulis
mendapati kenyataan bahwa gedung Graha
7. Pengelolaan Proteksi Kebakaran Pada Sainta lantai I ini tidak pernah dilakukan
Gedung Termasuk Pengawasan dan inspeksi dan pegujian terhadap alat-alat yang
Pengendalian terkait dengan proteksi kebakaran. Hal ini
Pengelolaan proteksi kebakaran adalah juga didapat dilihat dari adanya beberapa kabel
upaya mencegah terjadinya kebakaran atau yang tidak tersususn rapi, beberapa sambungan
meluasnya kebakaran ke ruangan-ruangan yang tampak tidak tertutup rapi dan lampu
ataupun lantai-lantai bangunan, termasuk ke yang ada di sisi utara, timur dan barat gedung
bangunan lainnya melalui eliminasi ataupun sangat tidak memenuhi standart pemasangan
minimalisasi risiko bahaya kebakaran, yang sesuai dengan SNI sebagaimana yang
pengaturan zona-zona yang berpotensi telah disyaratkan pada Undang-Undang.
menimbulkan kebakaran, serta kesiapan dan
kesiagaan sistem proteksi aktif maupun pasif. 8. Ketentuan Umum Pengelolaan Sistem
Pengawasan dan pengendalian adalah Proteksi Kebakaran Pada Bangunan
upaya yang perlu dilakukan oleh pihak terkait Gedung
dalam melaksanakan pengawasan maupun Setiap bangunan gedung atau struktur
pengendalian dari tahap perencanaan yang baru dan yang sudah ada, harus dibangun,
pembangunan bangunan gedung sampai diatur, dipasang, dipelihara, dan dioperasikan
dengan setelah terjadi kebakaran pada suatu sesuai dengan persyaratan teknis ini, seperti
bangunan gedung dan lingkungannya. Terkait menyediakan tingkat kelayakan dari
Hena: Campus Watching…..Kebakaran 13
keselamatan jiwa, proteksi harta benda, dan proteksi kebakaran pada bangunan
kesejahteraan publik dari risiko nyata dan gedung dan lingkungan.
berpotensi yang ditimbulkan oleh kebakaran, 2. Berdasarkan hasil kuisioner maka
peledakan dan kondisi berisiko lainnya. Diatur disimpulkan perlu dilakukan pelatihan
pula bahwa pemilik, pengelola atau penghuni untuk pengguna gedung Graha Sainta
bangunan, harus menyimpan catatan terutama staf pengajar dan staf
pemeliharaan, pemeriksaan, dan pengujian: kepegawaian terkait dengan proteksi
sistem proteksi kebakaran, sistem alarm bahaya kebakaran dan latihan simulasi
kebakaran, sistem pengendalian asap, evakuasi mengenai kebakaran terkait dengan
darurat dan latihan relokasi, perencanaan jalus evakuasi.
darurat, sumber daya darurat, dan peralatan. 3. Sebagai salah satu bagian dari proteksi
Terkait dengan latihan relokasi dan evakuasi bahaya kebakaran maka perlu
maupun terkait dengan peningkatan dilakukan pengecekan terhadap
ketrampilan untuk tanggap terhadap bahaya instalasi listrik dan peralatan proteksi
kebakaran dan keahlian penggunaan alat kebakaran secara berkala oleh
proteksi kebakaran, berdarkan hasil interview pengelola gedung.
dan kuisioner terhadap responden, pelatihan 4. Perbaikan terhadap beberapa instalasi
seperti tersebut di atas tidak pernah dilakukan, listrik, penataan lingkungan
bahkan untuk menggunakan APAR sebanyak (kebersihan dan penggunaan bahan
95% responden yang mengisi kuisioner yaitu yang mudah terbakar) yang dapat
pengguna gedung (staf pengajar, staf memicu kebakaran perlu dilakukan
kepegawaian dan mahasiswa) tidak sebagai langkah pencegahan terhadap
mengetahui bagaimana penggunaannya. bahaya kebakaran
Sebanyak 100% responden tidak mengetahui
nomor yang harus dihubungi jika terjadi UCAPAN TERIMA KASIH
kebakaran. Sebanyak 50% responden memilih
arah evakuasi ke pintu sebelah utara, padahal Terimakasih atas semua pihak yang ikut
berdasarkan apa yang telah diutarakan di atas membantu terlaksanakannya campus watching
bahwa pintu sebelah utara tidak cocok untuk di gedung Graha Sainta lantai I hingga tulisan
jalur evakuasi. Sebanyak 90% responden juga ini dapat terselesaikan.
tidak mengatahui tindakan awal yang [1] Bapak Sukir Maryanto, Ph.D selaku
dilakukan jika terjadi terjebak dalam dosen pengampu matakuliah
kebakaran. 54% responden juga tidak “Manajeman dan Mitigasi Bencana”
memahami daerah mana saja yang dapat program pascasarjan.
menjadi pemicu terjadinya kebakaran di [2] karyawan di gedung Graha Sainta,
gedung Graha Sainta lantai I. Berdasarkan baik staf pengajar maupun staf
hasil kuisioner ini maka tampak sekali bahwa kepegawaian.
pengguna gedung Graha Sainta tidak memiliki [3] Teman-teman program pascasarjana
keahlian terkait dengan proteksi kebakaran . jurusan fisika .