Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

MANAJEMEN LALU LINTAS JALAN LINGKAR TERHADAP


PENGURANGAN BEBAN TRANSPORTASI DALAM KOTA SIDOARJO

Disusun oleh :
Yusril Sapriandito 01.2018.1.05604

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANA


BAB 1
PEDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Sidoarjo merupakan kabupaten yang terletak pada posisi strategis untuk konstelasi
Propinsi Jawa Timur. Terletak pada simpul pertemuan lalu lintas yang cukup sibuk di Jawa
Timur karena diapit oleh kota-kota besar seperti Surabaya, Pasuruan dan Mojokerto.
Pergerakan penduduk yang terjadi setiap hari dari Sidoarjo menuju Surabaya atau
sebaliknya tentunya berdampak langsung terhadap kinerja sistem transportasi di Sidoarjo.
Selain pergerakan penduduk, terdapat juga aktivitas transportasi yang mempengaruhi
kondisi transportasi di Sidoarjo, seperti pergerakan barang dari dalam atau menuju luar
kota. Aktivitas ini menyebabkan meningkatnya volume lalu lintas yang menuju dan
meninggalkan wilayah Kabupaten Sidoarjo sebagai lalu lintas antar kota dan wilayah.
Beberapa solusi yang dilakukan untuk meminimalisir permasalahan transportasi
dalam kota Sidoarjo antara lain pembangunan jalan lingkar dengan hirarki arteri sekunder,
seperti Jalan Lingkar Barat dan Jalan Lingkar Timur Sidoarjo sesuai dalam Perda RTRW
Sidoarjo No. 6 Tahun 2009. Namun, dalam perkembangannya, terdapat permasalahan baru
berupa penurunan kinerja jalan utama di dalam kota, dimana terjadi kemacetan dan tundaan
dalam jam-jam tertentu. Menurut Alamsyah (2008:217), manajemen lalu lintas adalah
suatu proses pengaturan dan penggunaan sistem jalan raya yang sudah ada dengan tujuan
untuk memenuhi suatu tujuan tertentu tanpa perlu penambahan/pembuatan infrastruktur
baru. Manajemen lalu lintas jalan lingkar dapat digunakan sebagai strategi pemecahan
masalah pembebanan lalu lintas yang terjadi pada ruas jalan dalam kota. Beberapa teknik
manajemen lalu lintas yang ada dapat dilakukan sehingga dapat terlihat pengaruh masing-
masing perlakuan manajemen terhadap perubahan kinerja jaringan jalan dalam kota
Sidoarjo.

1.1 Rumusan Masalah


1. Bagaimana memecah kemacetan yang ada di kota sidoarjo?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Menganalisis kemacetan yang terjadi di kota sidoarjo
2. Srategi untuk memecahkan kemacetan

BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Analisis Kemacetan

1. Analisis Karakteristik Jaringan Jalan yang menjelaskan tentang kondisi geometrik


pada ruas jalan dengan ilustrasi penampang jalan sehingga dapat dimasukkan ke
dalam factor - faktor untuk perhitungan kapasitas jalan yang dihitung dalam
persamaan sesuai dengan Manual Kapasitas Jalan Indonesia Tahun 1997 berikut.
C = CO x FCW x FCSP x FCSF x FCCS (smp/ jam)
2. Analisis Karakteristik Volume Lalu Lintas yang digunakan untuk mengetahui
karakteristik pergerakan kendaraan yang melintasi ruas jalan. Metode yang
digunakan adalah konversi jumlah kendaraan berdasarkan jenisnya dari
kendaraan/jam menjadi smp/jam.
3. Analisis Proporsi Lalu Lintas, yaitu analisis yang digunakan untuk mengetahui
proporsi masing-masing volume lalu lintas suatu ruas jalan dengan ruas yang lain
sehingga akan diketahui hubungan dan pengaruh distribusi masing-masing
volume lalu lintas pada tiap ruas jalan terkait. Dalam penelitian ini, proporsi lalu
lintas dapat diketahui dengan mengidentifikasi titik pertemuan antara ruas jalan
dalam kota yang berbatasan dengan jalan lingkar.
4. Analisis Kinerja Jaringan Jalan, yaitu analisis yang digunakan untuk mengetahui
suatu ukuran yang digunakan untuk menerangkan kondisi operasional dalam arus
lalu lintas. Analisis ini menggunakan metode perhitungan yang sesuai dengan
standar Manual Kapasitas Jalan Indonesia Tahun 1997 tentang kapasitas jalan,
serta Peraturan Menteri Perhubungan No.14 Tahun 2006 tentang standar tingkat
pelayanan jalan.
5. Analisis Kesesuaian Kondisi Eksisting Dengan Peraturan, meliputi pembahasan
kesesuaian geometrik jalan berdasarkan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004
& Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006, serta kesesuaian tingkat
pelayanan jalan sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan No.14 Tahun
2006.
6. Analisis Penanganan Masalah, berupa analisis-analisis yang telah dilakukan
sebelumnya kemudian digunakan sebagai dasar dalam penentuan skenario
manajemen lalu lintas. Ruang lingkup manajemen lalu lintas pada penelitian ini
adalah manajemen lalu lintas yang berupa pengaturan pengaturan terhadap arus
lalu lintas (non fisik) dengan strategi berupa manajemen kapasitas (Alamsyah,
2008). Teknik yang digunakan teknik penerapan sistem satu arah (Alhadar,2011).

2.2 Strategi Pemecah Kemacetan


1. Skenario A
Skenario A merupakan skenario yang menerapkan sistem jalan satu arah pada
jalan dalam kota. Oleh karena itu, kapasitas jalan pada Jalan Dalam Kota Segmen
1-6 berubah dari kapasitas jalan dengan sistem dua arah menjadi kapasitas jalan
dengan sistem satu arah. Sedangkan pada Jalan Lingkar tetap menerapkan sistem
dua arah seperti kondisi eksisting. Pada Skenario A1, arah arus Jalan Dalam Kota
seluruh segmen memiliki arah utara ke selatan. Sedangkan Skenario A2
merupakan kebalikan dari Skenario A1, yaitu arah arus Jalan Dalam Kota seluruh
segmen memiliki arah selatan ke utara.
2. Skenario B
Skenario B merupakan skenario yang menerapkan sistem jalan satu arah pada
seluruh jalan wilayah studi, baik pada jalan dalam kota maupun jalan lingkar. Oleh
karena itu, kapasitas seluruh jalan pada wilayah studi berubah dari kapasitas jalan
dengan sistem dua arah menjadi kapasitas jalan dengan sistem satu arah. Pada
Skenario B1, arah arus Jalan Dalam Kota seluruh segmen memiliki arah utara ke
selatan dengan arah jalan lingkar barat berlawanan arah jarum jam dengan jalan
dalam kota. Sementara itu pada Jalan Lingkar Barat membentuk arah dari selatan
ke utara. Skenario B2 memiliki sistem satu arah kebalikan dari Skenario B1.
3. Skenario C
Skenario C merupakan skenario yang menerapkan sistem jalan satu arah pada
seluruh jalan wilayah studi seperti Skenario B. Namun berbeda dengan Skenario
B, jalan lingkar yang mengikuti arah jarum jam dengan jalan dalam kota adalah
Jalan Lingkar Barat.

Dari beberapa kriteria tersebut, maka terpilih Skenario B1 sebagai skenario


terbaik. Adapun pertimbangan terpilihnya Skenario B1 sebagai skenario terbaik adalah
sebagai berikut.

a. Berdasarkan Kriteria A, keseluruhan segmen pada Jalan Dalam Kota mengalami


penurunan derajat kejenuhan dengan besar persentase penurunan derajat
kejenuhan yang paling besar bila dibandingkan dengan skenario lain.

b. Berdasarkan Kriteria B, jumlah kesesuaian perhitungan yang sesuai dengan


standar LOS ideal adalah sebesar 18 perhitungan. Sedangkan jumlah
perhitungan yang tidak sesuai dengan LOS adalah sebesar 3 perhitungan
dengan LOS C. Jumlah perhitungan yang sesuai pada Skenario B1 ini sama
dengan Skenario D1, yaitu merupakan yang terbanyak daripada jumlah
perhitungan pada skenario lainnya.

c. Berdasarkan Kriteria C, terdapat 6 perhitungan pada Jalan Lingkar yang


mengalami kenaikan derajat kejenuhan, yaitu pada Jalan Lingkar Timur Segmen
I dan Segmen II dengan kenaikan rata-rata sebesar 52%-178%. Sedangkan
jumlah perhitungan yang mengalami penurunan derajat kejenuhan adalah
sebesar 6 perhitungan, yaitu pada Jalan Lingkar Barat Segmen I dan Segmen II
dengan penurunan rata-rata sebesar 40-53%.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:


a. Kinerja Jalan Lingkar Barat dan Jalan Lingkar Timur
Berdasarkan hasil penelitian, tingkat pelayanan jalan pada seluruh segmen pada Jalan
Lingkar Barat dan Jalan Lingkar Timur telah sesuai dengan standar LOS minimal sesuai
Peraturan Menteri Perhubungan No.14 Tahun 2006 tentang Manajemen dan
Rekayasa Lalu Lintas Di Jalan.
b. Kinerja Jalan Dalam Kota
Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar segmen pada Jalan Dalam Kota arah
utara selatan belum sesuai dengan standar, yaitu memiliki LOS lebih tinggi dari B
dengan derajat kejenuhan lebih dari 0,45 sesuai dengan Peraturan Menteri
Perhubungan No.14 Tahun 2006 tentang Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas Di
Jalan, kecuali pada Segmen III jam puncak pagi.
Sedangkan pada arah selatan-utara, keseluruhan segmen pada Jalan Dalam Kota
belum sesuai dengan standar, yaitu memiliki LOS lebih tinggi dari B dengan derajat
kejenuhan lebih dari 0,45 sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan No.14
Tahun 2006 tentang Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas Di Jalan.

Anda mungkin juga menyukai