Anda di halaman 1dari 6

HADITS TENTANG ZAKAT

Kelompok 4

Asep Ramadan :301180044

Mapa Ayu Pratiwi :301180054

 Matan Hadits

‫ط ِر‬ ْ ِ‫ض زَك اَةَ ْالف‬ َ ‫ْث اب ِْن ُع َم َر أَ َّن َر ُس وْ َل هللا‬


َ ‫ص لَّي هللاُ َعلَ ْي ِه َو َس لَّ َم فَ َر‬ ُ ‫َح ِدي‬
َ‫صاَعا ً ِم ْن تَ ْم ٍر اَوْ صاَعا ً ِم ْن َش ِعي ٍْر عَلى ُكلِّ ُح ٍّر اوْ َع ْب ٍد َذ َك ٍر أَوْ أُ ْن ثى ِمن‬
‫سلِ ِم ْينَ أخر جه البخاري‬ ْ ‫ْال ُم‬
 Terjemah Hadits
Ibnu Umar ra berkata :” Rasulullah saw telah mewajibkan zakat fitrah satu
sha’ kurma atau gandum bagi setiap orang merdeka atau budak, lelaki atau
wanita, besar atau kecil dari kaum muslim (diriwayatkan oleh Bukhari).

 Takhrik Hadits
1. Kata Kunci : ‫الزكاة‬
2. Petunjuk di Mu’jam
‫ صحيح البخاري‬:‫باب صدقة الفطر علي البعد وغيره من المسلمين‬: ‫كتاب الزكاة‬
3. Arti Petunjuk di Mu’jam
Kitab Shohi Bukhori: kitab zakat: bab sedekah fitrah untuk
seorang budak dan orang non-muslim
4. Melacak hadits

‫حد ثنا عبد هللا بن يوسفَ اخبرنا مالك عن نافع عن ابن عمر رضي هللا‬
ْ ِ‫ض زَكاَةَ ْالف‬
‫ط ِر صاَعا ً ِم ْن تَ ْم ٍر‬ َ ‫عنهما أَ َّن َرسُوْ َل هللا‬
َ ‫صلَّي هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فَ َر‬
‫اَوْ صاَعا ً ِم ْن َش ِعي ٍْر عَلى ُكلِّ ُح ٍّر اوْ َع ْب ٍد َذ َك ٍر أَوْ أُ ْنثى ِمنَ ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ أخر جه‬
‫البخاري‬
 Skema Pohon Sanad

‫صلَّي هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّم‬


َ ‫َرسُوْ َل هللا‬

‫ابن عمر‬

‫نافع‬

‫مالك‬

َ‫عبد هللا بن يو سف‬

‫البخاري‬

 Penjelasan Hadits
Secara zhahir imam bukhori berpendapat bahwa zakat fitra wajib
atas budak meskipun yang membayar adalah majikannya. Kesimpulan ini
di dukung oleh penyebutan kata “anak kecil” setelah lafadz “budak”, di
mana anak kecil wajib mengeluarkan zakat meski dibayarkan oleh orang
lain.
َ‫ ( ِمنَ ْال ُم ْسلِ ِم ْين‬dari kaum muslim) Ibnu Abdil Barr berkata : “ para
perawi yang menukil hadist ini dari imam malik tidak berbeda dengan
penyebutan tambahan ini, kecuali Qutaibah bin Sa’id yang meriwayatkan
dari imam malik tanpa lafdz tersebut, kemudian Abu Qilabah Ar-
Raqqasyi, Muhammad bin Wadhdhah, dan Ibnu Shalah serta orang yang
seberpendapat dengannya menyatakan bahwa Imam Malik sendiri yang
menukil kalimat tersebut di antara murid-murid nafi’ yang lain, tapi
pendapat itu di tolak oleh riwayat Amr bin Nafi’ yang di sebutkan di bab
sebelumnya. demikian pula dengan riwayat yang di nukil oleh imam
muslim melalui jalur Adh Dhahhak bin Utsman dari Nafi’
Abu Awanah berkata dalam kitab shahi –nya, “tidak ada yang
menyebutkan frase dari kaum muslim dalam hadist tersebut kecuali Malik
dan Adh Dhahhak, akan tetapi dari jalur riwayat Amr bin Nafi’ juga
menolak hal itu.
Ringkasannya tidak ada seorang pun di antara mereka yang
menukil lafdz tambahan ini yang setara dengan Imam Malik, karena
akurasi riwayat Ayyub dan Ubaidillah mengenai lafadz tersebut tidak di
sepakati oleh pakar hadist, dan tidak ada perawi lainnya yang setara
dengan yunus
Lafadz tambahan ini, di jadikan dalil oleh mereka yang
mensyaratkan Islam dalam wajibnya zakat fitrah artinya zakat fitrah tidak
wajib dikeluarkan oleh orang kafir atas nama dirinya sendiri ( telah di
sepakati). Namun apakah orang kafir tersebut memiliki keharusan untuk
mengeluarkan zakat fitrah atas nama orang lain, seperti orang kafir yang di
lahirkan oleh seorang ibu muslimah. Ibnu Mundzir menyebutkan
kesepakatan ulama bahwa ia tidak wajib mengeluarkan zakat fitrah ,
namun dalam salah satu pendapat di madzab Syafi’I dan satu pendapat
Iman Ahmad telah mewajibkannya untuk mengeluarkan zakat fitrah.
Kemudian, apakah seorang muslim wajib mengeluarkan zakat
fitrah atas nama budaknya yang kafir ? mayoritas ulama berpendapat tidak
wajib, berbeda dengan ulama yang bermadzab Hanafi dan Isaq, golongan
ini melandasi pendapat mereka dengan makna umum yang terkandung
dalam hadist yang mana artinya sebagai mana berikut : ( tidak ada
kewajiban atas seorang muslim untuk mengeluarkan zakat pada budaknya
kecuali zakat fitrah). Para ulama yang tidak sependapat menjawab alasan
ini, bahwa makna umum yang terletak di ( pada budaknya) telah di
khusukan dengan lafadz (dari kaum muslim)
Ath-Thahawi berkata, “kalimat dari kaum muslim adalah sifat
untuk orang-orang yang mengeluarkan zakat bukan sifat untuk mereka
yang dibayarkan zakat, akan tetapi makna lahiriah hadits menolak
pendapat ini, sebab dalam hadist itu disebutka “budak” dan “anak kecil”
sementara kedua golongan tersebut dibayarkan zakatnya. Hal ini
menunjukna bahwa sifat keislaman bukan hanya khusus bagi orang-orang
yang mengeluarkan zakat, dan pendapat ini di dukung oleh Adh-Dhahak
yang dikutip oleh Imam Muslim.
Al – Qurthubi berkata “ makna lahirah hadist bermaksud
menjelasakan ukuran zakat serta orang-orang yang wajib mengeluarkan
zakat yang dibayar oleh orang lain, tanpa bermaksud membedakan antara
orang yang mengeluarkan atas nama dirinya sendiri dengan mereka yang
zakatnya di bayarkan oleh orang lain, pendapat ini di dukung oleh Abu
Sa’id yang menunjukan bahwa mereka bisa mengeluarkan zakat atas
namanya sendiri atau atas nama orang lain, akan tetapi antara orang
membayar dan yang dibayar harus ada hubungannya, seperti anak dan
walinya, budak dengan majikanya, istri dengan suaminya.
 Catatan lain
Orang yang berhak untuk menerima zakat ada delapan golongan
1. Fakir
2. Miskin
3. Amil zakat ( petugas yang mengumpulkan zakat)
4. Golongan muallaf
5. Hamba sahaya
6. Orang yang berhutang
7. Orang yang berjuang di jalan Allah
8. Ibnu sabil.

Zakat tidak mencukupi (sah) apabila diberikan kepada orang kafir,


budak, orang kaya, orang yang menjadi tanggung jawabnya, dan anak
keturan bani Hasyim. Apabila seseorang membayarkan zakatnya
kepada orang yang tidak berhak menerimanya karena ia tidak tahu,
kemudian ia mengetahuinya, maka hal tersebut belum mencukupinya,
kecuali jika ia memberikannya kepada orang yang ia sangka fakir
tetapi ternyata orang kaya, maka hal tersebut telah mencukupinya

 Matan Hadits

ً ‫ ص اَعا‬,‫ط ِر‬ ْ ِ‫صلَّي هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َزكاَةَ ْالف‬


َ ‫ض أَ َّن َرسُوْ َل هللا‬ َ ‫ فَ َر‬:‫َع ِن اب ِْن ُع َم َرقَا َل‬
‫اص ِغيْر‬ َّ ‫وال ُح رٍّ و ال َّذ َك ٍر َواألُ ْنثى َو‬ ْ ‫ عَلى ال َع ْب ِد‬:‫ اَوْ ص اَعا ً ِم ْن َش ِعي ٍْر‬:‫ِم ْن تَ ْم ٍر‬
‫ق‬ٌ َ‫ ُمتَّف‬.‫الص ال ِة‬
َّ ‫ُوج النَّاس اِلى‬ ِ ‫ َواَ َم َربِها اَ ْن تُؤَ َّدى قَ ْب َل ُخ ر‬, َ‫ ِمنَ ْال ُم ْسلِ ِم ْين‬,‫و ْالكبير‬,ِ
َ
.‫عَلي ِه‬
 Tarjamah:
Dari Ibnu Umar ia berkata: Rasulullah saw telah fardlukan zakat fitrah satu
sha’ dari kurma atau satu sha’ dari syair atas hambanya dan orang merdeka
dan laki-laki dan perempuan dan yang kecil dan yang besar dari muslim,
dan ia diperintah supaya dikeluarkan dia sebelum orang keluar shoalat
(muttafaq alaih)

 ‫حد ثنا يحى بن محمد بن السّكن حد ثنا محمد بن جهضم حد ثنا اسما عيل بن جعفر‬
ْ ِ‫صلَّي هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم زَكاَةَ ْالف‬
,‫ط ِر‬ َ ‫ض أَ َّن َرسُوْ َل هللا‬ َ ‫عن عمر رضى هللا عنهما قال فَ َر‬
‫الذ َك ٍر َواألُ ْنثى َواص َِّغيْر‬ ْ ‫ عَلى ال َع ْب ِد‬:‫ اَوْ صاَعا ً ِم ْن َش ِعي ٍْر‬:‫صاَعا ً ِم ْن تَ ْم ٍر‬
َّ ‫وال ُح ٍّر و‬
‫ُوج النَّاس اِلى الصَّال ِة‬ ِ ‫ َواَ َم َربِها اَ ْن تُ َؤ َّدى قَ ْب َل ُخر‬, َ‫ ِمنَ ْال ُم ْسلِ ِم ْين‬,‫ َو ْالكبير‬,ِ

 Pohon Sanad
‫صلَّي هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
َ ‫َرسُوْ َل هللا‬
‫عمر‬

‫اسما عيل بن جعفر‬

‫محمد بن جهضم‬

‫يحى بن محمد بن السّكن‬

‫البخاري‬
 Penjelasan Hadist
(bab kewajiban sedekah zakat fitrah). Sedekah di nisbatkan
kepada kata fitri karena ia menjadi wajib saat orang-orang yang
telah menyelesaikan puasa Ramadhan.
Ibnu Qutaibah berkata “ maksud sedekah atau zakat fitra
adalah zakat jiwa, yang di ambil dari fitra yang berarti tabiat
dasar penciptaan.
Pendapat ulama yang bermadzab hanafi mengatakan
hukumnya wajib dan bukan fardhlu, sesuai dengan kaidah mereka
yang membedakan antara makna fardu dan wajib.
Kemudian ulama bermadzab Maliki menukil dari Asyhab,
bahwa hukum zakat adalah sunnah muakkad ( sunah yang di
anjurkan. Ini merupakan pendapat ulama madzab Azh-Zhahri
serta pandangan ibnu lubban (salah seseorang ulama yang
bermadzab syafi’i). mereka mentakwilkan lafdz hadist “fardha”
(mewajibkan) kepada makna “qoddaroh” (menentukan ukuran)
Ibnu daqiq Al id berkata : “ ini adalah makna lafadz fardha
dalam tinjauan bahasa, akan tetapi dalam syariat telah memberi
makna tersendiri bagi lafadz tersebut, yakni kewajiban. Maka
lafadz ini lebih tepat di pahami sesuai dengan makna syariat.
Imam muslim memberi tambahan dalam riwayatnya dari
malik bin nafi’ bulan ramadhan lafdaz tersebut di jadikan dalil
waktu berlakunya kewajiban tersebut adalah ketika matahari
terbenam di malam hari raya idul fitri, sebab disitulah orang-
orang yang berpuasa telah usai berpuasa dan dapat makan seperti
semula, akan tetapi ada pendapat lain di mulai saat fajar terbit di
hari raya idul fitri karena hakikat di malam hari orang – orang
memang tidak melaksanakan puasa dan akan nampak ketidak
puasaan ketika setelah terbitnya fajar.

َ ‫ إ َذا أَ ْنف‬:‫ قال‬,‫ ع ِن النَّب ِّي صلى هللاُ علَ ْي ِه و َسلَّ َم‬,‫ي‬
‫ق الم ْسلِ ُم نَفَقَةَ على‬ ِّ ‫ار‬
ِ ‫ص‬َ ‫يث أَبي َم ْسعُو ِد األَ ْن‬ُ ‫َح ِد‬
ْ ‫ َكان‬,‫ وه َويَحْ ت َِسبُهَا‬,‫أَ ْهلِ ِه‬
ً‫َت لَهُ ص َدقَة‬

(‫ باب فضل النفقة على األهل‬1:‫)اخرج البخارب في كتاب النفقات‬


Seorang muslim memberikan nafkah kepada keluarganya dengan niat
menjalankan perintah Allah dan mengharap pahala dari-Nya, maka hal itu
merupakan sedekah baginya.”

(HR. Bukhari, Kitab: “Nafkah” (69), Bab: keutaman memberi Nafkah kepada
keluarganya (1)

 Keterangan

‫ يَحْ ت َِس بُهَا‬: Yaitu dimaksudkan demi wajah Allah, misalkan ia teringat punya
kewajiban memberi nafkah lalu ia memberi nafkah dengan niat untuk
menjalankan perintah.

ً‫َت لَهُ ص َدقَة‬


ْ ‫ َكان‬: Yaitu sama seperti pahala bersedekah.

Anda mungkin juga menyukai