Anda di halaman 1dari 21

TUGAS EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TIDAK MENULAR

“JANTUNG”

DOSEN PENGAMPU: ZUHRUPAL HADI, SKM., M.Kes

KELAS: 5A dan 5B K3KL REGULER BANJARMASIN

DI SUSUN OLEH:

KELOMPOK 4

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN (UNISKA)

MUHAMMAD ARSYAD AL-BANJARI

BANJARMASIN

2021
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Penyakit jantung adalah penyakit yang mengganggu sistem pembuluh darah
atau lebih tepatnya menyerang jantung dan urat-urat darah, beberapa contoh penyakit
jantung seperti penyakit jantung koroner, serangan jantung, tekanan darah tinggi,
stroke, sakit di dada (angina) dan penyakit jantung rematik. Penelitian WHO pada
tahun 2002 terdapat 12,6 persen kematian di dunia diakibatkan myocardial ischemia
diseases (penyakit jantung iskemia). Bahkan di Amerika didapatkan data setiap 65
detik terjadi kematian karena penyakit jantung (Exarchos et al, 2007).
Penyakit jantung koroner (PJK) adalah salah satu penyebab kematian utama di
negara-negara maju. WHO mencatat pada tahun 2006, angka kematian penyakit oleh
kardiovaskular sejumlah 17,5 juta. Angka ini terutama pada penyakit jantung koroner,
stroke, dan penyakit jantung rematik. Jumlah kematian ini mengalami peningkatan
dari angka 14,4 juta pada tahun 1990. Kematian ini banyak terjadi dengan serangan
jantung tiba-tiba dan tanpa ada gejala apapun sebelumnya. Penyakit jantung koroner
termasuk penyakit yang membahayakan karena berada pada sistem sistemik.
Penyakit jantung koroner adalah suatu kelainan yang disebabkan oleh
penyempitan atau penghambat pembuluh arteri yang mengalirkan darah ke otot
jantung (Soeharto,2001). Arterosklerosis koroner merupakan suatu kondisi patologis
arteri koroner yang ditandai dengan penimbunan abnormal lipid atau bahan lemak dan
jangan fibrosis di dinding pembuluh darah yang mengakibatkan perubahan struktur
dan fungsi arteri dan mengakibatkan penurunan aliran darah ke jantung (Brunner &
Suddarth, 2002).
Di Indonesia penyakit jantung cenderung meningkat sebagai penyebab
kematian. Data yang tercatat di Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu pada tahun 2012
tercatat angka kejadian penyakit jantung koroner di Provinsi Bengkulu mencapai
angka 283 kasus. Oleh karena itu upaya pencegahan PJK sangat bermanfaat karena
sudah pasti lebih murah dan lebih efektif. Dengan demikian mengetahui faktor-faktor
risiko penyebab PJK menjadi penting sehingga dapat dilakukan diagnosis dengan baik
disertai pencegahan penyakit tersebut ke depannya.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang permasalahan, dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa Pengertian Penyakit Jantung Koroner?
2. Apa Saja Gejala Penyakit Jantung?
3. Apa Faktor Risiko Penyakit Jantung?
4. Apa Saja Klasifikasi Penyakit Jantung?
5. Apa Ukuran Epidemiologi Penyakit Jantung?
6. Apa Keterpaparan dan Kerentanan Penyakit Jantung?
7. Bagaimana Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Jantung?

1.3 TUJUAN
1. Mengetahui Penyakit Jantung
2. Mengetahui Gejala Penyakit Jantung
3. Mengetahui Faktor Risiko Penyakit Jantung
4. Mengetahui Klasifikasi Penyakit Jantung
5. Mengetahui Ukuran Epidemiologi Penyakit Jantung
6. Mengetahui Keterpaparan dan Kerentanan Penyakit Jantung
7. Mengetahui Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Jantung
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Penyakit Jantung Koroner


Penyakit jantung koroner adalah suatu kelainan yang disebabkan oleh
penyempitan atau penghambat pembuluh arteri yang mengalirkan darah ke otot
jantung (Soeharto,2001). Arterosklerosis koroner merupakan suatu kondisi patologis
arteri koroner yang ditandai dengan penimbunan abnormal lipid atau bahan lemak dan
jangan fibrosis di dinding pembuluh darah yang mengakibatkan perubahan struktur
dan fungsi arteri dan mengakibatkan penurunan aliran darah ke jantung (Brunner &
Suddarth, 2002).
Penyakit jantung koroner disebabkan adanya penyempitan dan penyumbatan
pembuluh arteri koroner. Penyempitan dan penyumbatan arteri koroner terjadi akibat
penumpukan dari zat-zat lemak (kolesterol,trigliserida) yang semakin lama semakin
banyak dan menumpuk di bawah lapisan terdalam (endhoteliom) dari dinding
pembuluh nadi. Faktor utama penyebab PJK adalah merokok terlalu berlebihan
selama bertahun – tahun, kadar lemak darah (kolesterol) yang tinggi, tekanan darah
tinggi, dan penyakit kencing manis (Akmal,dkk. 2010).
Arteri koroner adalah pembuluh darah di jantung yang berfungsi menyuplai
makanan bagi sel-sel jantung. Penyakit jantung koroner terjadi bila pembuluh arteri
koroner tersebut tersumbat atau menyempit karena endapan lemak yang secara
bertahap menumpuk di dinding arteri. Apabila ada penumpukan plak atau timbunan
lemak pada dinding arteri maka akan terjadi kekakuan pada pembuluh koroner
(osteosklerosis). Plak yang menumpuk akan mngeras dan mempersempit serta
menghambat aliran darah ke jantung. Penyumbatan pada satu arteri koroner atau lebih
dapat menimbulkan serangan jantung secara tiba-tiba. Jantung yang meminta oksigen
yang melebihi tesedia akan memicu serangan jantung. Apabila otot jantung tidak
menerima oksigen untuk waktu yang cukup lama mengakibatkan jaringan
disekitarnya rusak (Akmal,dkk. 2010)
Penyakit Jantung Koroner atau lebih sering dikenal dengan PJK adalah jenis
penyakit yang banyak menyerang penduduk Indonesia. Kondisi ini terjadi akibat
penyempitan/penyumbatan di dinding nadi koroner karena adanya endapan lemak dan
kolesterol sehingga mengakibatkan suplai darah ke jantung menjadi terganggu.
Penyakit Arteri Koroner / penyakit jantung koroner (Coronary Artery Disease)
ditandai dengan adanya endapan lemak yang berkumpul di dalam sel yang melapisi
dinding suatu arteri koroner dan menyumbat aliran darah. Endapan (ateroma atau
plak) terbentuk secara bertahap dan tersebar dipercabangan besar dari kedua arteri
koroner utama, yang mengelilingi jantung dan menyediakan darah bagi jantung.
Proses pembentukan ateroma ini disebut aterosklerosis. Ateroma bisa
menonjol ke dalam arteri dan menyebabkan arteri menjadi sempit. Jika ateroma terus
membesar, bagian dari ateroma bisa pecah dan masuk ke dalam aliran darah atau bisa
terbentuk bekuan darah di permukaan ateroma tersebut. Supaya bisa berkontraksi dan
memompa secara normal, otot jantung (miokardium) memerlukan pasokan darah yang
kaya akan oksigen dari arteri koroner. Jika penyumbatan arteri koroner semakin
memburuk, bisa terjadi iskemi (berkurangnya pasokan darah) pada otot jantung
menyebabkan kerusakan jantung.

2.2 Tanda-Tanda atau Gejala


a. Ketidaknyamanan Dada
Salah salah ciri-ciri penyakit jantung yang perlu diwaspadai dan paling umum
adalah rasa tidak nyaman pada dada. Memang saat seseorang memiliki
sumbatan pada arteri atau serangan jantung, perasaan nyeri, sesak, hingga
tekanan di dada dapat dirasakan. Gejala ini biasanya dirasakan lebih dari
beberapa menit dan mungkin timbul saat sedang istirahat atau melakukan
kegiatan yang bersifat fisik. Meski begitu, tidak menutup kemungkinan gejala
ini tidak dirasakan, terutama pada wanita.
b. Perasaan Pusing
Banyak hal yang dapat membuat kamu kehilangan keseimbangan atau merasa
lemas dalam sesaat. Memang tidak menutup kemungkinan jika ini disebabkan
belum mendapatkan asupan makanan atau minuman, serta berdiri terlalu
cepat. Namun, jika merasa sulit menjaga kestabilan dan mengalami rasa tidak
nyaman pada dada hingga sesak napas, pastikan untuk segera memeriksakan
diri ke dokter. Hal ini berguna untuk mendapatkan diagnosis dini agar
pengobatan dapat segera dilakukan.
c. Nyeri yang Melebar ke Lengan
Gejala serangan jantung yang kerap dirasakan adalah perasan nyeri yang
menjalar dari dada ke sisi kiri tubuh. Maka dari itu, saat merasa dada tidak
nyaman dan diperparah dengan nyeri yang melebar hingga lengan, ada
baiknya untuk segera mendapatkan pemeriksaan dari ahli medis. Jika benar
disebabkan oleh serangan jantung, penanganan dini mampu dilakukan untuk
mencegah kematian.
d. Mendengkur
Meski banyak hal yang dapat menyebabkan seseorang mendengkur saat tidur,
tetapi hal ini ternyata termasuk ciri-ciri penyakit jantung. Seseorang yang
mendengkur dengan suara yang keras serta terdengar seperti terengah-engah
dapat menjadi tanda jika mengalami apnea tidur. Hal ini menyebabkan napas
berhenti sejenak beberapa kali dan memberikan dampak buruk pada jantung.
Jika diketahui kamu rutin mengalami ini, ada baiknya melakukan
pemeriksaan.
e. Berdebar-debar (palpitasi)
Keluhan lain, yaitu debaran jantung tidak seperti biasanya. Debaran jantung
lebih keras dari pada biasa atau irama jantung yang tidak teratur (aritmia).
Kadang rasa berdebar-debar juga diikuti dengan keluhan lain seperti keringat
dingin, sakit dada dan sesak napas.

2.3 Faktor Risiko


a. Faktor Risiko Yang Tidak Dapat Diubah
1) Keturunan
Faktor genetika mempunyai peran bermakna dalam pathogenesis PJK
dan dipakai sebagai pertimbangan dalam diagnosis. Penatalaksanaan
dan pencegahan PJK terkadang bisa merupakan manifestasi kelainan
gen tunggal spesifik yang berhubungan dengan mekanisme terjadinya
aterosklerosis. (Andarmoyo, S & Ririn N. 2012).
2) Usia
PJK berkembang semakin bertambahnya usia seseorang. Semakin
bertambahna usia semakin besar emunngkinan untuk menderita PJK
dan menderita serangan jantung fatal. Setelah umur 40 tahun resiko
terkena PJK adalah 49% untuk laki – laki dan 32% untuk perempuan.
Lebih dari 81% orang yang meninggal akibat PJK adalah diatas usia 65
tahun. Data statistik ini melaporkan bertambahnya usia merupakan
faktor resiko yang membuat orang – orang meerasa agak tidak berdaya
dalam memerangi PJK (Susilo, 2015).
3) Jenis Kelamin
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis kelamin laki-laki lebih
besar terkena PJK dibandingkan dengan wanita. Akan tetapi, pada
wanita yang sudah menopause risiko PJK meningkat. Hal itu berkaitan
dengan penurunan hormon estrogen yang berperan penting dalam
melindungi pembuluh darah dari kerusakan yang memicu terjadinya
arteriosklerosis.
b. Faktor Risiko Yang Dapat Diubah
1) Merokok
Merokok merupakan faktor resiko mayor untuk terjadinya penyakit
jantung koroner, termasuk serangan jantung dan stroke. Merokok dapat
menimbulkan aterosklerosis, meningkat trombogenesis dan
vasokonstriksi, meningkatkan tekanan darah dan meningkatkan
kebutuhan oksigen (Rosjidi & Laily, 2014).
2) Alkohol
Menjadi faktor terjadinya PJK karena dapat meningkatkan kadar HDL
dalam sirkulasi, namun tidak semua literature mendukung konsep ini.
(Andarmoyo, S & Ririn N, 2012).
3) Aktifitas Fisik
Olahraga secara teratur akan menurunkan tekanan darah sistolik,
menurunkan kadar katekolamin di sirkulasi, menurunkan kadar
kolesterol dan lemak darah, meningkatkan kadar HDLlipoprotein,
memperbaiki sirkulasi koroner dan meningkatkan percaya diri.
Olahraga yang teratur berkaitan dengan penurunan insiden PJK sebesar
20-40%. (Andarmoyo, S & Ririn N, 2012).
4) Displidemia (Kolesterol dalam Darah)
Displidemia diyakini sebagai faktor resiko mayor yang dapat
dimodifikasi untuk perkembangan dan perubahan secara progresif atas
terjadinya PJK. Kolesterol ditranspor dalam dalam darah dalam bentuk
lipoprotein, 75% merupakan lipoprotein densitas rendah (low dencity
lipoprotein / LDL) DAN 20% merupakan lipoprotein densitas tinggi
(ligh density lipoprotein / HDL). Pada laki-laki usia pertengahan (45 –
65 tahun) dengan tingkat serum kolesterol yang tinggi ()klesterol: >240
mg/dl, dan LDL kolesterol: >160 mg/dl) resiko terjadinya PJK akan
meningkatkan. (Andarmoyo, S & Ririn N, 2012)
5) Obesitas
Terdapat keterkaitan antara obesitas dengan resiko peningkatan PJK.
Penurunan berat badan diharapkan dapat menurunkan tekanan darah,
memperbaiki sensitivitas insulin, pembakaran glukosa dan
menurunkan displidemia. (Andarmoyo, S & Ririn N, 2012).
6) Hipertensi
Risiko PJK secara langsung berhubungan dengan tekanan darah .
peningkatan tekanan darah sistemik meningkat resisten
terhadappemompaan darah dari ventrikel kiri, sebagai akibatnya terjadi
hipertropi ventrikel untuk meningkatkan kekuatan kontraksi.
Kebutuhan oksigen oleh miokardium akan meningkatkan akibat
hipertrofi ventrikel, hal ini mengakibatkan peningkatan beban kerja
jantung yang pada akhirnya menyebabkan angina dan infark
miokardium. (Andarmoyo, S & Ririn N, 2012).
7) Diabetes melitus
Penyakit DM yang tidak terkontrol menyebabkan 80% angka kematian
akibat PJK dan stroke (Kusmana, 2006). Tingginya gula darah sangat
erat hubungannya dengan obesitas, hipertensi dan dislipid. Gula darah
yang tinggi dapat mengakibatkan kerusakan endotel pembuluh darah
yang berlangsung secara progresif. (Rosjidi & Laily, 2014).
8) Penggunaan Kontrasepsi Oral
Penggunaan kontrasepsi oral meningkatkan risiko PJK sekitar tiga kali
lipat tetapi bebrapa buku menunjukkan bahwa risiko dengan preparat
generasi ketiga terbaru lebih rendah. Terdapat hubungan sinergis
antara penggunaan kontrasepsi oral dan merokok dengan risiko relative
infark miokard lebih dari 20:1. (Andarmoyo, S & Ririn N, 2012).
9) Pola Perilaku dan Stress
Stress, baik fisik maupun mental merupakan faktor risiko untuk PJK.
Pada masa sekarang, lingkungan kerja telah menjadi penyebab utama
stress dan terdapat hubungan yang saling berkaitan antara stress dan
annormalitas metabolisme lipid. Disamping itu juga stress merangsang
system kardiovaskuler dengan dilepasnya catecholamine vasokontriksi.
(Andarmoyo, S & Ririn N, 2012).

10) Pembekuan darah


Beberapa faktor pembekuan darah dapat mempengaruhi insiden PJK,
termasuk kadar fibrinogen, aktifitas fibrinogen endogen, vaskositas
darah dan vaktor VII & VIII. Penghambat activator plasmanogen
(misal penghambat activator plasmanogen-I (PA-I)) tampak meningkat
dari beberapa pasien dengan PJK. Peningkatan insiden PJK pada
pasien hemosistinuria, yang merupakan kelainan resesif autosomal,
terjadi karena gangguan pembekuan. (Andarmoyo, S & Ririn N, 2012).
11) Hiperhomosisteinemia
Peningkata kadar hormonsistein dalam darah akhir-akhir ini telah
ditegakkan sebagai faktor resiko independen untuk terjadinya
thrombosis dan penyakit vaskuler. Hiperhomosisteinemia ini akan
lebih meningkat lagi kejadian aterotrombosis vaskuler pada indivisu
dengan faktor risiko yang lain seperti kebiasaan merokok dan
hipertensi. (Andarmoyo, S & Ririn N, 2012).
12) Infeksi
Infeksi oleh Clamydia pneumonia, suatu organism Gram negatif
intraseluler dan penyebab umum penyakit saluran nafas, tampaknya
berhubungan dengan adanya penyakit koronernaterosklerotik. Bebrapa
kemungkinan untuk terjadinya penyakit kardiovaskuler yang
disebabkan oleh infeksi (infection agent) dapat merangsang atau
meningkat proses kejadian aterosklerosis. (Andarmoyo, S & Ririn
N,2012).

2.4 Klasifikasi
Menurut Nazmah (2012) dalam Muhammad Supri D (2019) klasifikasi penyakit
jantung koroner ada 4 yaitu sebagai berikut:
a. Angina Pectoris atau Stable Angina
Angina pectoris atau Stable Angina merupakan jenis penyakit jantung yang
paling ringan yang disebabkan karena adanya ketidakseimbangan suplai darah
dengan kebutuhan otot jantung yang sifatnya hanya sementara. Penyebab dari
gangguan suplai darah tersebut karena terjadinya penyempitan pembuluh
darah koroner yang dikarenakan terjadinya proses arthersklerosis pada
pembuluh koroner, sehingga terjadi hambatan pada aliran darah tetapi tidak
total.
b. Angina Tidak Stabil atau Unstable Angina
Definisi dari angina tidak stabil kurang lebih sama dengan angina pectoris
hanya saja yang membedakan yaitu derajat sakitnya lebih berat, waktu
kemunculan angina tidak stabil bisa kapan saja dan intensitas keluhan yang
lebih lama.
c. Prinzmetal Angina
Prinzmetal Angina merupakan gangguan yang terjadi karena adanya sumbatan
secara komplit disebabkan karena adanya spasm pada 10 pembuluh darah
koroner. Jika dalam waktu 20 menit tidak segera ditangani maka dapat
menyebabkan injury pada sel – sel otot jantung.
d. Infark Miokard Akut
Infark miokard akut di bagi menjadi 2 yaitu:
1) ST Segmen Elevasi Myocardial Infraction (STEMI)
ST Segmen Elevasi Myocardial Infraction (STEMI) disebabkan karena
adanya sumbatan total pada pembuluh darah koroner yang dapat
menyebabkan injury pada sel sel otot jantung bahkan sampai mengenai
lapisan otot jantung bagian luar. Tanda dari STEMI yaiu adanya
kenaikan enzim pada jantung (CKMB atau Troponin).
2) Non ST Segmen Elevasi Myocardial Infraction (NSTEMI)
Pada Non ST Segmen Elevasi Myocardial Infraction (NSTEMI) sudah
terjadi injury ada sel sel otot jantung. NSTEMI terjadi pada saat angina
pectoris atau angina tidak stabil tidak dideteksi secara dini maupun
tidak ditangani dengan tepat. Keluhan yang dialami kurang lebih sama
dengan angina tidak stabil.

2.5 Ukuran Epidemiologi

2.6 Keterpaparan dan Kerentanan


a. Keterpaparan
b. Kerentanan
Persepsi sampai saat ini penyakit janntung adalah penyakit yang lebih
rentan pada laki – laki, namun data – data menunjukkan bahwa telah
mengalami pergeseran angka kejadian penyakit jantung dari laki – laki ke
perempuan. Angka kejadian penyakit jantung dan stroke akhir ini
menunjukkan tidak mengalami perbedaan antara laki – laki dengan perempuan
dimana terdapat kecenderungan perempuan meningkat angka kejadiannya.
Kematian yanng di sebabkan oleh stroke lebih besar perempuan daripada laki
– laki, perempuan mempunyai kemungkinan lebih besar mengalami serangan
ulang. Sejak tahun 2004 kejadian pennyakit kardiovaskuular di USA, pada
jenis kelamin perempuan melebihi laki – laki dengan proporsi 52,9% (AHA,
2007). Data menunjukkan perempuan akan lebih rentan terserang penyakit
kardiovaskular bahwa 23% perempuan dengan usia 40 tahun atau lebih
meninggal akibat mengalami penyakit jantung koroner, dibandingkan 18%
pada laki – laki. Risiko kematian yang di akibatkan serangan stroke lebih
tinggi perempuan di banding laki-laki, 16% perempuan akan beresiko
meninggal saat meengalami serangan stroke dibanding laki – laki yanng hanya
8% (Mosca, L. et al, 1997). Terdapat kesalahan persepsi antara perpuan yang
masih berlangsung sampai sekarang, dimana penyakit kardiovaskular yang
merupakan masalah yang utama yang menyerang pada laki – laki usia
pertengahan. Pada kenyataanya penyakit kardiovaskular berpengarung antara
laki – laki dan perempuan. Kebanyakan masih percaya bahwa kanker lebih
beresiko dibandingkan dengan penyakit kardiovaskular (WHO, 2007). Faktor
risiko mayor serangan penyakit jantung korroner pada perempuan adalah
konsumsi rokok, hipertensi, lemak darah, diabetes, obesitas, inaktifitas fisik
dan diet yang salah (Mosca,L., 1997). Perempuan lebih rentan terserang
penyakit kardiovaskular dibandingkan dengan laki – laki. Beban faktor risiko
penyakit kardiovaskular perempuan lebih besar dibandingkan dengan laki –
laki adalah LDL, tingginya trigliserida, dan kurangnya akifitas fisik. Tiga
faktor risiko dominan penyakit kardiovaskular pada perempuan yaitu usia,
hipertensi, dan kolesterol yang tinggi. Ttiga faktor risiko dominan penyakit
kardiovaskular pada laki-laki adalah hipertensi, usia, dan rokokk. Perempuan
harus lebih berwaspada pada penyakit kardiovaskular, mispersepsi perempuan
tentang bahaya penyakit kardiovaskular harus di perbaiki. Promosi kesehatan
tentang penyakit kardiovaskular harus lebih di tingkatkan dan lebih di
fokuskan pada perempuan (Rosjidi, 2014).
Penyakit Jantung Pada Perempuan Masyarakat pada umumnya
mempunyai persepsi bahwa penyakit jantung merupakan masalah kesehatan
pada pria. Bukti menunjukkan bahwa perempuan menganggap kanker
mempunyai risiko lebih besar dari pada penyakit jantung. Mispersepsi ini
menyebabkan wanita meremehkan risiko penyakit jantung dan menyebabkan
kegagalan untuk mencari intervensi dini untuk mencegah mordibilitas dan
mortalitas (Patricia L Hart, 2004). Persepsi wanita terhadap penyakit jantung
sangat mempengaruhi proses pengambilan keputusan kesehatan, perempuan
lebih banyak terkena penyakit jantung pada usia menopause atau usia 42-50
tshun. Hal ini diduga karena adanya perubahan hormon estrogen pada wanita
setelah menopause. Namun, faktor risiko penyakit jantung tidak tunggal.
Faktor risiko akan meningkat jika pola makan tidak baik, jarang olahraga,
kegemukan, dan merokok. (Maharani, 2016). Setelah itu, wanita yangbelum
menopause alami telah menjalani pengangkatan ovarium akan mengalami
peningkatan risiko serangan jantung hingga delapan kali lipat. Dengan makin
banyakknya wanita wanita yang bekerja di luar rumah, sejumlah pakar
menganggap stress sebagai faktor yang memiliki andil besar terhadap
peningkatan angjka serangan jantung pada wanita. Selain itu, wanita memiliki
gejala – gejala penyakit jantung yang berbeda dengan pria. Jadi, tanda-tanda
peringatan khas yang kita kenal pada para pria Angina, atau sakit dibagian
dada seringkali tidak muncul pada wanita. Bahkan, sakit dada pada wanita
hampir tidak pernah ada kaitannya dengan penyakit jantung.

2.7 Pencegahan dan Penanggulangan


a. Pencegahan penyakit jantung koroner:
1) Melakukan diet rendah garam dan kolesterol
Dalam hal ini natrium sangat berperan dalam peningkatan tekanan
darah tinggi dan kelebihan kolesterol akan mengendap dalam
pembuluh darah arteri yang menyebabkan penyempitan dan
pengerasan yaitu atherosclerosis (Soeharto, 2001).
2) Olahraga secara teratur
Aktifitas fisik yang baik ditambah lagi olahraga yang teratur
memungkinkan obesitas dapat terhindar sehingga akan mengurangi
kelebihan energi dan mengurangi peningkatan risiko penyakit jantung
atau penderita gagal jantung (Soeharto, 2001).
3) Menghindari obesitas
Seseorang dapat menghindari obesitas dengan selalu melakukan, baik
itu di jalan atau di tempat lain. Adanya kelebihan lemak dalam tubuh
akan menjadi penghalang bagi gerakan tubuh, karena itu penderita
obesitas akan selalu terlihat lamban melakukan gerakan. Akibat
gerakan yang lamban itu, penderita obesitas lebih cenderung
mengalami kecelakaan, baik di rumah maupun di jalan atau di tempat
lain. Kelebihan berat badan ini akan memaksa jantung bekerja lebih
keras. Adanya beban ekstra bagi jantung tersebut, ditambah dengan
adanya kecenderungan terjadinya pengerasan pembuluh darah arteri
koroner, cenderung mendorong terjadinya kegagalan jantung
(Soeharto, 2001).
4) Mengurangi stress
Orang yang biasanya mengalami emosi negative yang kuat, khususnya
merah, memiliki kemungkinan jauh lebih tinggi mendapat serangan
jantung daripada mereka yang realiktik, optimistik dan bahagia. Oleh
karena itu, praktik yang membantu menenagkan kemarahan dan emosi
yang kuat lainnya dapat membantu mencegah serangan jantung.
Teknik-teknik seperti meditasi, pelatihan pengelolaan kemarahan,
yoga, tai chi, dan olahraga bermanfaat dalam pembelajaran untuk
mencegah emosi yang negative (Chung, 2010).
5) Tidak merokok atau berhenti merokok
Merokok satu pak perhari, orang akan memiliki resiko serangan
jantungnlebih tinggi dua kali dari mereka yang tidak merokok. Selain
itu, jika orang merokok sekaligus menderita serangan jantung, maka
orang tersebut kurang mungkin bertahan hidup dibanding para
nonsmoker. Jika orang terus menerus setelah mendapat serangan
jantung pertama, kesempatan orang untuk mendapat serangan kedua
akan meningkat tajam. Maka seseorang dengan faktor resiko koroner
dianjurkan berhenti merokok atau bahkan dianjurkan untuk tidak
merokok. Lagi pula, merokok itu meningkat risiko serangan jantung
tiba-tiba dan juga kesempatan penyumbatan kembali arteri koroner
(Chung, 2010).
b. Penanggulangan Penyakit Jantung Koroner
Pasien Jantung Koroner biasanya memerlukan pembedahan atau perawatan
medis. Prosedur pembedahan dilakukan untuk membantu memulihkan aliran
darah ke jantung. Untuk pemulihan, biasanya dokter akan menyarankan
perubahan gaya hidup seperti konsumsi makanan yang lebih sehat, rendah
natrium, lebih rendah lemah, meningkatkan aktivitas fisik, mengontrol berat
badan dan berhenti merokok.
BAB III

Host

Host adalah suatu inang atau induk yang memiliki peran sebagai penjamudan berkarakteristik
sebagai makhluk hidup baik itu manusia maupun hewan sertamenjadi tempat persinggahan
berbagai jenis penyakit. Penjamu memberikantempat dan penghidupan kepada suatu patogen
(mikroorganisme)penyebab penyakit yang mana dapat atau tidak dapat menimbulkan 
penyakit akibatrangsangan tersebut. Efek lain yang dapat ditimbulkan oleh organisme
penyebab penyakit juga ditentukan oleh tingkat imunitas tubuh, susunan genetik, tingkat 

pajanan, status kesehatan, dan kebugaran individu tersebut. Dalam penyakit jantung yang


tergolong dalam kelompok host yakni usia, jenis kelamin, gaya hidup, status gizi, tingkat
pendidikan, dan social.

a. Usia

Bertambahnya usia akan menyebabkan meningkat pula penderita PJK, karena pembuluh


darah mengalami perubahan progresif dan berlangsung secara terusmenerus dalam jangka
waktu yang lama. Perubahan yang paling dini dimulai padausia 20 tahun pada pembuluh
arteri koroner. Arteri lain mulai bermodifikasi hanyasetelah usia 40 tahun, dan meningkat
seiring bertambahnya umur (Supriyono, 2008).Menurut penelitian Stangl,dkk disebutkan
bahwa sebelum berusia 40 tahun, perbandingan penyakit jantung antara laki-laki
dan perempuan adalah 8 : 1, dansetelah usia 70 tahun perbandingannya adalah 1 : 1. Puncak
insidens penyakit jantung pada laki-laki adalah usia 50-60 tahun, sedangkan pada perempuan
adalah usia 60-70tahun. Penyakit jantung pada perempuan terjadi sekitar 10-15 tahun lebih
lambat darilaki-laki dan risiko meningkat setelah menopause (Antmanet al,2010).
b. Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil penelitian oleh American Heart Association (AHA) tahun 2004
disebutkan bahwa 1 dari 3 wanita dewasa menderita PJK. Sejak tahun 1984 jumlah
kematian akibat PJK pada perempuan lebih tinggi dari pada laki-
laki, sekitar tiga juta wanita memiliki riwayat serangan jantung akibat PJK 38%
wanita yang menderita serangan jantung akan meninggal lebih awal dalam waktu satu
tahun dibandingkan dengan laki-laki hanya 25%.Meskipun wanita memiliki serangan
jantung pada usia yang lebih tua dari padalaki-laki, perempuan mungkin meninggal
dalam beberapa minggu setelah menderita PJK. Namun 64% dari wanita yang
meninggal mendadak akibat PJK tidak mengalami gejala sebelumnya. Hasil penelitian
dari Lewiset al  (2007) mengatakan bahwa morbiditas akibat PJK pada laki-laki lebih
besar dari pada wanita sebelum wanita mengalami menopause, karena wanita
mempunyai hormon estrogen yang besifat protektif, namun setelah wanita mengalami
menopause insidensi PJK meningkat dan memiliki risiko yang sama dengan laki-laki.
Hal ini berkaitan dengan menurunnya kadar estrogendiikuti dengan disfungsi endotel
arteri koroner yang ditandai
dengan berkurangnya vasodilatasi normal sebagai respon terhadap faktor stress,
sehingga insidennya cenderung meningkat (Antman & Braundwald, 2010)
c. Gaya Hidup
Sejumlah perilaku seperti mengkonsumsi makanan siap saji (fast food) yang
mengandung kadar lemak jenuh tinggi, kebiasaan merokok,
minuman beralkohol, kerja berlebihan, kurang berolah raga, dan stress menjadi trenm
asyarakat di era sekarang. Kebiasaan tersebut terbentuk karena terciptanya suatu
lingkungan yang mendukung. Kesadaran pribadi masing-masing menjadi faktor
penentu terhadap berubah atau tidaknya individu tersebut dalam mengubah pola
perilaku dan kebiasaan sehari-hari.
d. Status Gizi
Kejadian prevalensi penyakit jantung memiliki kecenderungan pada seseorang yang
memiliki status gizi berlebih. Seseorang yang memiliki status gizi berlebihan akan
dapat dengan mudah terdampak berbagai
komplikasi berbagai penyakit seperti diabetes, kolesterol, dan hipertensi. Sedangkan
untuk status gizi kurang juga tidak menutup kemungkinan juga memiliki resiko yang
sama. Faktor stress, kurang aktivitas, dan pola hidup yang salah menjadi faktor utama
yang memicu untuk mendukung terjadinya penyakit jantung.
e. Tingkat Pendidikan
Pengetahuan akan berbagai jenis faktor resiko terhadap penyakit jantung sangat
diperlukan untuk masyarakat umum guna meminimalisir dampak ataua kibat yang
disebabkan. Dengan rendahnya tingkat pengetahuan akan secara tidak langsung
berdampak terhadap kemampuan individu dalam berfikir dan bertindak sebagai upaya
pencegahan penyakit jantung.
f. Social
Segala permasalahan baik itu terjadi dalam internal maupun eksternalkeluarga sangat
memiliki pengaruh terhadap resiko terkena penyakit jantung.Stress menjadi pemicu
utama dalam intensitas meningkatnya penyakit jantung.

Agent
Agent adalah penyebab penyakit yang dapat didefinisikan berbagai macam bentuk dan
wujud tergantung penyakit atau masalah Dalam penyakit jantung yang tergolong
dalam kelompok agent yakni agent kimia endogen, agent biologis, danagent nutrisia.
a) Agent biologis
Fungsi hormon dan biologi Respon fisiologis tubuh perempuan dengan laki-laki
dalam menghadapi berbagai jenis faktor resiko dipengaruhi oleh fungsi hormonal dan
biologis.Terutama disini adalah jenis kelamin perempuan memiliki respon
berbedaketika sebelum masa menopause, yang mana terdapat hormon estrogensebagai
pelindung dari adanya ancaman penyakit jantung. Berbeda hal nya pada laki-laki
yang cenderung dapat merespon dengan cepat karena ketiadaanhormon tersebut.
Sehingga penyakit jantung cenderung banyak pada laki-lakidari pada perempuan,
kecuali telah tiba masa menopause. 
b) Agent kimia endogen
- Kolesterol Kadar kolesterol yang tinggi dapat mengendap didalam pembuluh
arteri yang menyebabkan penyempitan dan pengerasan yang dikenal sebagai
atherosklerosis atau plak. Plak ini dapat mempersempit ruang
pada pembuluh darah dan akan menghambat aliran darah. Jika plak 
tersebut pecah maka akan menciptakan suatu gumpalan darah di daerah tersebut
- Diabetes
Kondisi dimana adanya peningkatan kadar glukosa dalam darahyang melebihi
ambang batas normal. Rentang normal kadar glukosa dalam darah saat puasa
yakni 80-90 ml/dl darah, atau rentang kadar gula saattidak puasa berkisar 140-160
ml/dl darah.Diabetes jangka panjangmemberi dampak yang parah pada sistem
kardiovaskular. Komplikasimikrovaskular terjadi akibat penebalan membran basal
pembuluh kecil.Penyebab penebalan tersebut berkaitan langsung dengan tingginya
kadarglukosa dalam darah. Penebalan mikrovaskular menyebabkan iskemia
dan penurunan penyaluran oksigen dan zat gizi ke jaringan. 
- Hipertensi
Hipertensi menimbulkan suatu proses sklerosis pada dinding arteri.Proses Ini akan
mempermudah pembentukan bekuan darah dan melemahkan pembuluh darah
penderita, sehingga mudah pecah danterbentuk trombus. Efek yang terjadi pada
pembuluh darah jantung secara terus menerus menyebabkan kerusakan sistem
pembuluh darah arterisehingga mengalami suatu proses pengerasan pembuluh
darah. Haltersebut juga dibuktikan dalam hasil penelitian Diana, dkk
yangmenyebutkan bahwa tekanan darah yang tinggi secara terus menerus
menyebabkan kerusakan pembuluh darah arteri secara perlahan-lahan.Arteri
tersebut mengalami pengerasan yang disebabkan oleh endapanlemak pada dinding
pembuluh darah, sehingga menyempitkan lumen yangada di dalam pembuluh
darah yang mana akan membuat aliran darahmenjadi terhalang dan menimbulkan
gangguan pada jantung.
c) Agent nutrisi
Zat gizi atau nutrien seperti glukosa, natrium, lemak jenuh berurutandapat
meningkatkan prevalensi terjadinya penyakit diabetes, hipertensi,dan kolesterol.
Peningkatan yang melebih batas normal akan meningkatkan faktor resiko terkena
penyakit jantung. Kebiasaan konsumsi(tinggi glikemik, tinggi natrium, rendah serat
dan tinggi lemak jenuh), dankebiasaan konsumsi minuman (kopi dan alkohol) masi
banyak ditemui dikalangan masyarakat khususnya di kalangan remaja dan dewasa.
Yang mana akan berdampak langsung terhadap komplikasi beberapa penyakitseperti
hipertensi, diabetes, dan kolestero.

Environment
Segala sesuatu yang terjadi baik itu diluar maupun didalam kondisi organisme yakni hewan
atau manusia yang memiliki pengaruh terhadap perkembangan dan memiliki kemungkinan 
terjadinya penularan suatu penyakitterhadap organisme tersebut. Faktor lingkungan sangat
beragam dan disesuaikandengan kondisi organisme atau individu tersebut yang memiliki
resiko terhadapdampak yang diberikan. Dalam penyakit jantung sendiri, faktor lingkungan
disini terbagi atas faktor lingkungan sosial, ekonomi, dan budaya.
I. Lingkungan sosial
- Kebiasaan merokok orang-orang disekitar
Lingkungan disini sangat berperan dalam mempengaruhi seseorang untuk terkena
dampak dari orang-orang yang merokok.Baik disini menjadi perokok aktif maupun
pasif juga sama-samamemiliki pengaruh yang sangat kuat untuk kesehatan. Suatu
individu akan terdorong untuk mengikuti kebiasaan merokok masyarakat sekitar
dengan asumsi bahwa merokok adalah suatu pencitraan hingga sampai pada 
kebutuhan biologis tubuh masing-masing individu tersebut. Dengan
begitu tingginya angka kejadianmerokok di masyarakat sulit untuk dikurangi
mengingat merokok merupakan masalah personal dari pada individu.
- Kebijakan pemerintah
Peraturan-peraturan yang disusun oleh pemerintah terutamanya yang berkaitan
dengan kesehatan juga sangat turut andil terhadap adanya peningkatan prevalensi
penyakit jantung. Misalnya ialah terkait kebijakan pemerintah yang masih menyetujui
operasionalnya perusahan cukai di Indonesia.Sedangkan pengaruh nya dengan
kesehatan berbandingterbalik jika dilihat dari segi ekonomi. Perlunya keterlibatan
dari semua pakar baik itu dari pakar ekonomi hingga pakar kesehatan.
II. Lingkungan ekonomi
Tingkat kesejahteraan masyarakat banyak diukur dari segiekonomi, oleh karenanya
banyak sekali hal-hal terutama dalamkesehatan yang selalu mengedepankan nilai
ekonomi sehingga bagisegelintir orang yang tingkat ekonominya rendah kesulitan
untukmengakses fasilitas kesehatan yang baik.
III. Lingkungan budaya
Pola hidup dan pola makan menjadi beberapa hal yang berbedaketika kita bicara
mengenai budaya. Indonesia sebagai negara yang beraneka macam budaya
dan kebiasaan adat. Banyak sekaliditemukan beberapa kebiasaan terutama 
dalam pemilihan menu makanan yangtidak sesuai dengan kesehatan.
Oleh karenanya masi banyak faktorresiko terutama pada penyakit jantung yang
disebabkan oleh kesalahan dalam pola makan.
BAB III

KESIMPULAN

Penyakit jantung koroner merupakan salah satu penyakit yang cukup memiliki
tingkatkeparahan yang tinggi. Berdasarkan berbagai hasil penelitian banyak disebutkan
bahwa adanya peningkatan prevalensi penyakit jantung. Baik itu dari luar negeri
maupun dalam negeri. Banyaksekali faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya penyakit
jantungini. Faktor penyebab penyakit jantung diantaranya disebabkan oleh kombinasi 
antara faktor penjamu (host), faktor penyebab (agent), dan faktor lingkungan (environtment). 
Beberapa faktor tersebut berasal daridalam maupun luar organisme atau individu. Faktor
penjamu (host) disini lebih fokus ke faktorresiko yang berasal dari dalam individu tersebut.
Keberadaan ketiga faktor tersebut merupakansuatu landasan utama dalam ilmu epidemiologi.
Dalam penyakit jantung yang berperan sebagai penjamu (host) yakni terdiri atas berbagai 
kategori mulai dari usia, jenis kelamin, gaya hidup,status gizi, tingkat pendidikan, dan sosial.
Untuk agent atau faktor penyebab dari penyakit jantung meliputi agent kimia endogen, 
agent biologis, dan agent nutrisi. Sedangkan untuk faktorlingkungan yang mempengaruhi
terjadinya penyakit jantung ialah lingkungan sosial, ekonomi,dan budaya. Manfaat dengan
adanya ketiga faktor tersebut atau yang biasa dikenal sebagai trias epidemiology adalah
untuk memudahkan dalam mengkaji berbagai jenis faktor resiko baik itusecara langsung
maupun tidak langsung yang terlibat dalam terjadinya penyakit jantung.
DAFTAR PUSTAKA

. Jakarta: Penerbit Erlangga.Davidson,C. 2002.


. Jakarta: Penerbit Erlangga.Lewis, J.P., Malcom, G.T., & McMahan, C.A. 2007.
. Jakarta: PT Dian Rakyat.Delima.2009.
. Puslitbang biomedis dan Farmasi.Departemen Kesehatan RI. 2008.
.Budiman2015.Hubungan Dislipidemia, Hipertensi, dan Diabetes Mellitus
Dengan Kejadian Infark Miokard Akut 2004.Jakarta: BadanLitbangkes.
Departemen Kesehatan RI. 2014.2013.Jakarta:Badan Litbangkes.
American Dietetic Association 2011. IDNT Reference Manual , Third Edition.
Antman, E.M. & Braundwald, E. 2010.Harrison’s Principles of Internal Medicine (17th ed).
Cimahi: STIKES Jenderal Achmad..Yani. Davey,P. 2005. At a Glance Medicine
Gray,dkk. 2005. Kardiologi:LectureNotes edisi 4 Laporan Nasional Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) New South Wales: McGraw Hill Oktaviana, Firma. 2008.
“ Pola Cedera Kecelakaan”. FKM Universitas Indonesia:Jakarta. Penyakit Jantung Koroner
Prevalence and extent of Prevalensi dan Faktor Determinan Penyakit Jantung di Indonesia
Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)

Anda mungkin juga menyukai