Anda di halaman 1dari 10

DAMPAK REMITEN MIGRAN INTERNASIONAL

TERHADAP PENINGKATAN USAHA PRODUKTIF

Evita Soliha Hani


Dosen Faklutas Pertanian Universitas Jember
Email: ita_hani@yahoo.com

ABSTRACT

The objectives of the study are to find out the influence of migrant success towards
remittance in East Java and the influence of the remittance towards the improvement of
productive business’s income. The study was conducted in East Java. There were 120
respondents of international migrant departing in their village. The methods to analyze are
descriptive and analytic. The analysis applied is multiple linear regressions. The results showed
that (1) the success of international migrants is a positive effect on remittances. The average
international migrant remittances from the success of Rp 19.5 million per year and (2)
remittances positively affect (a) total revenue earning venture, (b) farm business income, and
(c) interests. The suggestions that may be recommended are international migrants may
increase remittances to their families in order to increase their earning business income,
thereby increasing the welfare of the family.

Key Words: Remittance, International Migrant, Productive Business


PENDAHULUAN melakukan migrasi internasional agar
Pada umumnya, tenaga kerja yang rumahtangganya memperoleh remiten
melakukan migrasi internasional adalah merupakan konsep migrasi dari perspektif
penduduk desa yang bermatapencaharian di rumahtangga (Stalker, 2004). Remiten
sektor pertanian dengan pendapatan yang adalah segala sesuatu (uang, barang dan
rendah. Pendapatan yang rendah sebagai inovasi) yang diterima oleh rumahtangga
akibat dari pemilikan lahan yang sempit, dari orang yang bermigrasi. Remiten dalam
modal terbatas, ketrampilan rendah, sarana bentuk inovasi digunakan untuk merubah
dan prasarana kurang memadai, upah rendah pola pikir anggota rumahtangga agar berfikir
serta kesempatan kerja terbatas lebih maju, sedangkan remiten dalam bentuk
menyebabkan tiga kemungkinan, yaitu (1) uang digunakan untuk memenuhi kebutuhan
terjadi reorientasi masyarakat pedesaan sehari-harinya. Lluch et al. (1997)
tentang nilai sumber nafkah dari sektor menyatakan bahwa di dalam pembangunan
pertanian ke sektor non pertanian, terutama ekonomi, terutama yang diiringi dengan
bagi generasi muda dan (2) masyarakat adanya migrasi menyebabkan pergeseran
pedesaan terutama petani tetap bertahan permintaan terhadap konsumsi, investasi dan
bekerja di sektor pertanian di daerah itu tabungan. Pergeseran permintaan ini
tetapi harus menghadapi luas lahan garapan menunjukkan bahwa migrasi dapat merubah
yang semakin sempit atau (3) meraih perilaku rumahtangga atas permintaan
peluang usaha pertanian di daerah lain barang-barang konsumsi, investasi dan
melalui migrasi (Sumardjo, 1998). Oleh tabungan. Selanjutnya, Suparmoko (1992)
karena itu, Mobogunje (1970) dalam De menyatakan keberhasilan suatu program
Jong dan Gardner (1981) menilai migrasi dapat dilihat dari perubahan pendapatan
sebagai suatu sistem, yaitu suatu unsur-unsur rumahtangga penerima program dan tidak
yang kompleks dan berinteraksi dengan merugikan masyarakat bukan penerima
lingkungan di sekitarnya, dimana kondisi program.
lingkungan berpengaruh terhadap Remiten sebagai sumber pendapatan
mekanisme proses migrasi. rumahtangga migran dialokasikan oleh
Remiten merupakan harapan bagi rumahtangga migran untuk memenuhi
rumahtangga migran. Motivasi seseorang kebutuhan sehari-hari. Di Indonesia, remiten

36 J-SEP Vol. 5 No. 1 Maret 2011


lebih banyak digunakan untuk kepentingan merumuskan kebijakan peningkatan
konsumstif dan masih sedikit diinvestasikan pendapatan asli daerah pedesaan sebagai
untuk kegiatan produktif yang dapat salah satu cara untuk mengatasi kemiskinan,
mendatangkan income generating (Nasution, dan peneliti lain yang mengkaji remiten.
1999). Dimanfaatkan untuk konsumsi bukan Teori yang dapat menjelaskan
berarti tidak mempunyai arti. Tetapi akan hubungan antara remiten terhadap
lebih bermanfaat bila digunakan untuk peningkatan pendapatan usaha produktif
investasi dalam upaya memperbaiki usaha adalah migrasi dalam prespektif
yang sudah ada atau membuka usaha baru, rumahtangga. Teori tersebut menyatakan
sehingga dapat menjamin keberlanjutan bahwa keputusan seseorang untuk
pendapatan rumahtangganya dan yang lebih melakukan migrasi merupakan hasil dari
penting lagi bila dapat memberi peluang keputusan bersama dengan seluruh anggota
kerja bagi penduduk asal (Ehrenberg dan rumahtangganya. Hal ini dimaksudkan untuk
Smith 1988). Besarnya remiten antara satu penyebaran resiko (Stalker, 2004). Remiten
rumahtangga dengan rumahtangga migran digunakan untuk konsumsi dan ada juga
lainnya berbeda. Hal ini dipengaruhi digunakan untuk sebagai modal dalam
keberhasilan migran. pengembangan usaha rumahtangga migran.
Penelitian ini bertujuan untuk Oleh karena itu, keberhasilan seseorang
mengetahui (1) pengaruh keberhasilan melakukan migrasi dapat dilihat dari
migran tehadap remiten dan (2) pengaruh kemampuan remiten dalam meningkatkan
remiten terhadap pendapatan usaha produktif pendapatan usaha produktif rumahtangga
Diharapkan hasil penelitian ini dapat berguna migran. Remiten dapat sebagai modal usaha
bagi ilmu pengetahuan, khususnya pada teori produktif dapat dijelaskan seperti pada
migrasi yang berkaitan dengan remiten, Gambar 1.
pemerintah sebagai sumber informasi dalam

Y Y=Y
Q1
Y1
J-SEP Vol. 5 No. 1 Maret 2011 Y1 37
Qa
Ya
Ya
Dalam hal ini dicontohkan pada produksi optimum. Produksi optimum (Q1)
rumahtangga petani. Pada Gambar 1-1, dapat dicapai dengan menggunakan input
penggunaan input sebesar OXa menghasilkan sebesar OX1. Untuk mencapainya berarti
tingkat produksi aktual Qa. Pada tingkat diperlukan tambahan input sebesar XaX1,
produksi Qa, petani belum mencapai tingkat yang berarti juga petani membutuhkan

38 J-SEP Vol. 5 No. 1 Maret 2011


tambahan modal sebesar jumlah tambahan dapat meningkatkan pendapatan
input produksi dikalikan dengan harganya rumahtangga.
sebesar HaH1XaX1 (Gambar 1-2), sehingga Hipotesis dalam penelitian ini adalah
total biaya input yang harus dikeluarkan (1) Keberhasilan migran internasional
sebesar OHxXaX1. Karena petani kekurangan mempengaruhi remiten dan (2) remiten
modal, maka petani menggunakan remiten. mempengaruhi pendapatan usaha produktif.
Sebelum petani memperoleh remiten, petani
menggunakan alokasi input dengan METODE PENELITIAN
kombinasi Xa dan X2 yang menghasilkan Penelitian dilaksanakan secara sengaja
produksi di Qa. Titik Qa ini merupakan titik di tiga desa potensi TKI di Jawa Timur pada
keseimbangan produsen yang merupakan Tahun 2009. Metode yang digunakan dalam
garis singgung kurva isoquant dengan penelitian ini adalah metode deskriptif dan
isocost (MPx1/MPx2 =X2/Xa=Pxa/Px2). analitik. Responden adalah migran
Setelah memperoleh remiten, alokasi intenasional yang pada saat penelitian ada
penggunaan input menjadi OX1 (tambahan rumah asal. Jumlah responden 120 orang.
input sebesar XaX1) menghasilkan titik Penentuan responden dengan metode snow
keseimbangan produsen di titik Q1. bowling. Data diperoleh dari data primer dan
Tambahan modal yang diperoleh dari data sekunder. Alat analisis yang dipakai
remiten mengakibatkan tambahan produksi untuk membuktikan hipotesis pertama dan
sebesar QaQ1 dengan asumsi jumlah input X2 kedua adalah regresi linier sederhana, seperti
tetap (Gambar 1-3). Perubahan produksi dari berikut:
Qa ke Q1 ditunjukkan oleh Gambar 9-1
dengan bantuan Gambar 1-4 dimana Y=Y, Remiten = a0 + a1KM + ε1 ..... (1)
sehingga dari Gambar 1-4 dapat diturunkan.
Total Usaha = b0 +b1Remiten + ε2..... (2)
Gambar 1-5 digunakan untuk melihat
pengaruh remiten terhadap perubahan Pertanian = c0 +c1Remiten + ε3 ...... (3)
keuntungan yang diperoleh dari penggunaan
Non Pertanian = d0 + d1Remiten + ε4 ... (4)
remiten. Keuntungan maksimum diperoleh
jika harga produksi sama dengan marginal Tabungan = e0 + e1Remiten + ε5.... (5)
cost (P=MC). Keuntungan yang diperoleh
petani sebelum ada remiten sebesar PAFCa
Keterangan:
dan keuntungan setelah ada remiten menjadi
Remiten = Uang yang dikirim oleh migran
PBEC1. Tambahan keuntungan petani
internasional ke
ditunjukkan oleh selisih dari PBEC1 dengan
rumahtangganya (Rp/Th)
PAFCa dengan asumsi ABED lebih besar
KM = Keberhasilan migran
dari C1DFCa. Dari Gambar 1-5 dapat
internasional, merupakan
diturunkan fungsi konsumsi (Gambar 1-6).
variabel dummy.
Rumahtangga yang rasional selalu
KM =1 berarti berhasil, KM=0 berarti
memaksimumkan utilitas dengan kendala
tidak berhasil
anggaran tertentu. Pada kondisi sebelum
Total Usaha = Total Pendapatan dari usaha
mengambil remiten, utilitas maksimum
produktif pertanian, non
dengan menggunakan pendapatan PYa
pertanian dan tabungan (Juta
diperoleh pada titik Za. Setelah terjadi
/Tahun)
peningkatan pendapatan maka, utilitas
Pertanian = Pendapatan usaha pertanian
maksimum terjadi pada titik Z1. Pendapatan
(Juta/Tahun)
maksimum pada titik Z1 lebih besar dari
NonPertanian = Pendapatan usaha non
pada pendapatan maksimum pada titik Za.
Pertanian (Juta/Tahun)
Dengan demikian, pendapatan setelah
Tabungan = Tabungan (Juta/Tahun)
menggunakan remiten lebih besar
a0, b0, c0 ,d0, e0 = intercep
dibandingkan dengan pendapatan sebelum
a1, b1, c1,d1, e1 = Koefisien regresi
mengambil remiten, yang artinya
ε1 .... ε5 = Error
penggunaan remiten untuk tujuan produktif

J-SEP Vol. 5 No. 1 Maret 2011 40


Metode yang digunakan untuk
mengestimasi parameter pada analisis regresi Kriteria pengambilan keputusan:
linier sederhana/berganda dengan Ordinary 1. Uji F: Bila F hitung  F tabel pada derajat
Least Square (OLS). Asumsi yang harus kesalahan 10% (=0,10) atau
dipenuhi dalam regresi linier berganda agar Probabilitas ≤ 0,10, berarti Model 1 dapat
taksiran parameter dalam model bersifat memprediksi remiten, Model 2 dapat
BLUE (Best Linier Unbiased Estimator). memprediksi pendapatan total usaha
Untuk menguji otokorelasi digunakan uji produktif, Model 3 dapat memprediksi
Durbin Watson. Terjadi otokorelasi bila nilai pendapatan usaha pertanian, Model 4
Durbin Watson ≤ 2,5. Untuk melihat dapat memprediksi pendapatan usaha non
multikolinieritas digunakan VIF (Variance pertanian dan Model 5 dapat
Inflation Factor). Terjadi multikolinieritas memprediksi pendapatan usaha tabungan.
bila nilai VIF ≥ 5. Koefisien determinan Sebaliknya, bila Fhitung  Ftabel pada derajat
(R2) menjelaskan proporsi variasi variabel kesalahan 10% (=0,10) atau
tak bebas yang mampu dijelaskan oleh Probabilitas > 0,10.
variasi variabel bebasnya. Nilai R2 berkisar 2. Uji t: Bila thitung  ttabel pada derajat
antara 0-1. Semakin mendekati 1 semakin kesalahan 10% (=0,10) atau
baik model yang dibangun. Namun Probabilitas ≤ 0,10 berarti keberhasilan
demikian, tidak diharuskan nilai R2 tinggi. migrant internasional mempengaruhi
Gujarati (1995) menyatakan bahwa a high remiten (Model 1), Remiten
R2 is not evidence in favor of the model and mempengaruhi total pendapatan usaha
a low R2 is not evidence against it. produktif (Model 2), remiten
Ketepatan model dan pengaruh mempengaruhi pendapatan usaha
variabel bebas terhadap variabel tak bebas pertanian (Model 3), remiten
secara simultan digunakan uji F dengan mempengaruhi pendapatan usaha non
rumus: pertanian (Model 4) dan remiten
mempengaruhi pendapatan tabungan
JKr / (k-1)
(Model 5). Sebaliknya, bila thitung  ttabel
F hitung =
pada derajat kesalahan 10% (=0,10)
JKg /(n-k)
atau Probabilitas > 0,10.
dimana:
JKr = Jumlah Kuadrat Regresi HASIL PENELITIAN
JKg = Jumlah Kuadrat Residual King (1981) dan Ehrenberg dan Smith
k = Jumlah parameter , (1988) mengemukakan jika remiten
n = Jumlah sampel digunakan untuk membeli barang-barang
produktif, maka barang tersebut dapat
meningkatkan pendapatan rumahtangga
Pengujian variabel bebas secara parsial
secara berkelanjutan. Remiten dipakai
dilakukan uji t seperti persamaan berikut:
sebagai modal untuk berusaha, baik dalam
i
upaya mengembangkan usaha yang lama
t=
atau membuka usaha baru.
V se(i) 1. Pengaruh Keberhasilan Migran
dimana: terhadap Remiten
t = uji t Hasil penelitian menunjukkan bahwa
i = koefisien varaibel ke-i keberhasilan migran internasional
se(i) = standar deviasi variabel ke-i berpengaruh nyata positip terhadap remiten
pada signifikansi 5% (Tabel 1).
Hipotesisnya:
H0 : i = 0
H1 : i  0

Tabel 1. Hasil Analisis Regresi Linier Sederhana dari Pengaruh Keberhasilan Migran
Internasional terhadap Remiten di Jawa Timur, 2009

41 J-SEP Vol. 5 No. 1 Maret 2011


Variabel B T Sig
Konstanta 13,510 8,014 0,000
Keberhasilan 6,156 * 2,749 0,007
Fhitung = 7,556 ;  = 0,007
Durbin Watson = 1,67

*/ nyata pada taraf kepercayaan 95%

Dari Tabel 1 diperoleh model Remiten yang merasa tidak puas sebesar
= 13,510 + 6,156KM + ε1. Model ini dapat Rp2.117.114,286,- per tahun. Nampak sekali
digunakan untuk memprediksi parameter perbedaan rata-rata remiten antara responden
keberhasilan migran internasional terhadap yang puas dengan responden yang tidak
remiten. Nilai koefisien keberhasilan migran puas, yaitu sebesar Rp.15.610.299,314,- per
internasional sebesar 6,156 mengartikan tahun.
bahwa remiten yang dikirim oleh responden
yang berhasil lebih besar Rp.6.156.000,0 per 2. Pengaruh Remiten terhadap
tahun dibanding responden yang tidak Peningkatan Pendapatan Usaha
berhasil. Suatu pengaruh yang sangat besar Produktif
sekali. Sebagian besar (95,33%) responden Hasil analisis regresi linier sederhana
merasa puas dapat mengirim remiten ke untuk melihat pengaruh remiten terhadap
rumahtangganya di daerah asal, sedangkan total pendapatan usaha produktif (usaha
tujuh responden merasa tidak puas. Rata-rata pertanian, usaha non pertanian dan tabungan)
remiten dari responden yang merasa puas secara individu menurut jenis usaha tertera
sebesar Rp 17.727.413,60,- per tahun, pada Tabel 2.
sedangkan rata-rata remiten dari responden

Tabel 2. Hasil Analisis Regresi Linier Sederhana untuk Mengetahui Pengaruh Remiten terhadap
Total Usaha Pendapatan Usaha Produktif, Usaha Pertanian, Usaha Non Pertanian dan
Tabungan di Jawa Timur, 2009
Uraian Total Pendapatan Pertanian Non Tabungan
Usaha Produktif Pertanian

Konstanta -11,409 0,621 3,500 -1,081


Remiten 1,888 */ 0,411 */ -0,009 0,525 */
thitung ;  11,101 2,452 3,470 11,415
0,000 0,020 0.644 0,000
Fhitung ; 125,248 5,530 0,241 128,031
 0,000 0,020 0,644 0,000
R2 0,654 0,560 0,001 0, 664
Durbin 1,704 1,711 1,827 1,622
Watson
*/ nyata pada taraf kepercayaan 95%

Apabila dilihat dari nilai Durbin dapat dijelaskan sebagai berikut:


Watson ≤ 2,5, maka model yang diajukan a. Total Pendapatan Usaha Produktif
tidak mengalami gangguan otokorelasi dan Model pengaruh remiten terhadap total
dengan nilai Fhitung > 0,050 menunjukkan pendapatan usaha adalah:
bahwa koefisien regresi tersebut dapat untuk Total Usaha=-11,409+1,888Remiten+ ε2 .
memprediksi pendapatan usaha produktif, Model ini dapat digunakan untuk
kecuali usaha non pertanian. Secara rinci memprediksi parameter pengaruh remiten

J-SEP Vol. 5 No. 1 Maret 2011 2


terhadap peningkatan pendapatan total usaha dijustifikasikan juga dengan pendapat
produktif. Koefisien total pendapatan usaha responden, yaitu sebagian besar (80%)
produktif sebesar 1,888 menjelaskan bahwa responden menyatakan ada peningkatan
setiap kenaikan remiten sebesar pendapatan dari usaha produktif.
Rp1.000.000 per tahun akan meningkatkan Sebagian kecil responden yang
total pendapatan usaha produktif sebesar menyatakan menurun (15%) dan tetap
Rp.1.888.000 per tahun, suatu peningkatan
(5%). Adapun besarnya perubahan
pendapatan yang relatif tinggi (hampir dua
pendapatan antara pendapatan sebelum ada
kali lipat). Hal ini juga menggambarkan
remiten dengan setelah ada remiten seperti
bahwa migrasi internasional mempunyai
yang tertulis pada Tabel 3.
pengaruh terhadap sektor bisnis rumahtangga
migran. Pembuktian secara statistik ini dapat

Tabel 3. Rata-Rata Pendapatan dan Perubahan Pendapatan menurut Jenis Usaha Produktif pada
Rumahtangga Migran Internasional di Jawa Timur, 2009
No Jenis Usaha Rata-Rata Pendapatan (Rp/Th) Perubahan
. Produktif (Rp/Th)
Awal Sekarang
1. Pertanian 925.300,000 1.169.715,222 244.415,222
2, Non Pertanian 2.476.420,077 4.159.193,882 1.682.773,805
3. Tabungan 2.867.815,180 3.555.199,342 687.384,162

Berdasarkan jenis usaha produktif, Adanya tanda negatip pada koefisien


penambahan rata-rata pendapatan usaha remiten pada model pendapatan total usaha
pertanian sebesar Rp.244.415 per tahun dan produktif karena sebagian besar
tabungan sebesar Rp.6878.384 per tahun, rumahtangga (65%) yang memperoleh
sedangkan rata-rata pendapatan usaha non remiten diatas Rp.40.000.000 per tahun
pertanian sebesar Rp.1.682.773. Nampak, tidak mempunyai usaha non pertanian,
jenis usaha yang menghasilkan rata-rata hanya ada 35% rumahtangga yang memiliki
pendapatan yang tertinggi adalah usaha non usaha non pertanian, dimana usahanya
pertanian. Usaha pertanian merupakan usaha menghasilkan rata-rata pendapatan
produktif yang memiliki rata-rata pendapatan Rp.900.000 per tahun lebih kecil dibanding
yang terendah. Hal ini terjadi karena dengan kelompok rumahtangga yang
sebagian besar rumahtangga (92%) hanya memiliki remiten di bawah Rp.20.000.000
mengusahakan lahannya dua kali tanam dan kelompok remiten antara Rp.20.000.000
karena jenis lahannya adalah lahan s/d Rp.40.000.000. Perbedaan ini dapat
tegal/lahan kering. dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rata-Rata Pendapatan Usaha Produktif menurut Kelompok Remiten di Jawa Timur
Kelompok Remiten Rata-Rata Pendapatan (Rp/Tahun)
Pertanian Non Pertanian Tabungan

................. < 20.000.000 749.035 3.073.655 317.500


20.000.000 – 40.000.000 1.070.217 4.141.333 2.238.473
40.000.000 < .................. 1.412.888 926.667 7.933.333

43 J-SEP Vol. 5 No. 1 Maret 2011


b. Usaha Pertanian Sebagian responden mengatakan bahwa
Dari hasil penelitian diperoleh model produksi dan harga padi meningkat, yaitu
pengaruh remiten terhadap pendapatan usaha produksi padi meningkat 115 kg per ha,
pertanian = 0,621+ 0,411Remiten+ ε3. jagung meningkat 28 kg per ha, sedangkan
Model ini dapat digunakan untuk ubikayu tetap. Nampak peningkatan
memprediksi parameter pengaruh remiten produksi jagung relatif kecil dibanding padi.
terhadap peningkatan pendapatan usaha c. Usaha Non Pertanian
pertanian. Koefisien variabel remiten sebesar Walaupun pertanian merupakan
0,411 mengartikan setiap kenaikan remiten matapencaharian utama bagi penduduk desa,
sebesar Rp.1.000.000 per tahun akan tetapi umumnya penduduk desa melakukan
meningkatkan pendapatan usaha pertanian diversifikasi usaha untuk memperoleh
sebesar Rp.410.000. Adanya pengaruh tambahan pendapatan. Rumahtangga yang
remiten dalam meningkatkan pendapatan bekerja ganda sebesar 62%. Pada Tabel 2
juga ditunjukkan oleh Nuryana (1997) dalam (bila dilihat dari nilai F hitung) tampak
penelitiannya yang membuktikan bahwa bahwa Model 4 tidak bisa digunakan untuk
remiten dapat meningkatkan usaha pertanian. memprediksi pengaruh remiten terhadap
Lahan pertanian yang umum dimiliki peningkatan pendapatan usaha non pertanian.
oleh rumahtangga responden adalah sawah Merujuk pada Tabel 3, sesungguhnya
tadah hujan dan tanah tegalan, sehingga rata-rata perubahan peningkatan pendapatan
tanaman yang diusahakan dalam setahun usaha non pertanian lebih tinggi dibanding
dua tanaman. Sebagian besar pola tanam dengan usaha produktif lainnya, yaitu sekitar
yang dilakukan oleh rumahtangga Rp1.680.000,- per tahun. Usaha non
responden setiap tahunnya adalah Padi-Padi pertanian yang diusahakan oleh rumahtangga
atau Padi–Jagung, sebagian kecil ada yang migran internasional adalah membuka
berpola Padi-Padi-Jagung dan Ubikayu– warung makanan, toko bahan pokok
Jagung. Rata-rata modal yang digunakan makanan, ojek, makelar/pedagang keliling,
untuk usaha di sektor pertanian dalam membuat kompor, tambal ban, membuka
setahun sebesar Rp.3.500.000 yang selep tepung dan menyewakan truk/mobil.
digunakan untuk membeli sawah Rata-rata pengeluaran yang digunakan untuk
Rp.2.000.000, untuk pupuk, obat dan biaya usaha non pertanain per tahunnya sebesar
tenaga kerja sebesar Rp.1.500.000. Rp.3.000.000 dan menghasilkan pendapatan
Rata-rata padi yang dihasilkan oleh bersih sebesar Rp.4.000.000 per tahun, suatu
rumahtangga responden per ha sebesar 2,5 keuntungan lebih 100% dari modalnya. Jenis
ton, jagung 3,2 ton dan ubi kayu 6 ton. usaha non pertanian yang memberikan
Apabila dibandingkan dengan rata-rata keuntungan yang tertinggi adalah penyewaan
produktivitas padi, jagung, dan ubikayu di truk/mobil sebesar Rp.11.000.000 per tahun,
daerah penelitian, yaitu padi 2,5 ton, jagung sedangkan yang terendah adalah usaha selep
3,5 ton dan ubi kayu 5,5 ton, maka rata-rata tepung sebesar Rp.2.000.000 per tahun.
produktivitas padi dan ubi kayu pada Secara rinci, rata-rata pendapatan usaha
rumahtangga responden lebih tinggi produktif berdasarkan jenis usaha non
dibanding rata-rata produktivitas di pertanian disajikan pada Tabel 5.
desanya, sedangkan jagung lebih rendah.
Tabel 5. Rata-Rata Pendapatan Usaha Non Pertanian menurut Jenis Usaha, di Jawa Timur
No Jenis Usaha Rata-Rata Pendapatan (Rp/Tahun)
.
1. Industri 3.744.000
2. Bangunan 5.228.571
3. Penyewaan Truk/Mobil 11.352.000
4. Ojek 6.374.500
5. Toko/Warung 4.000.750
6. Pedagang Keliling 2.503.333
7. Selep Tepung 2.200.000

J-SEP Vol. 5 No. 1 Maret 2011 43


8. Tambal Ban 2.800.000

d. Tabungan sedangkan rata-rata remiten yang dikirim


Model pengaruh remiten terhadap total oleh migran internasional yang tidak
tabungan adalah: berhasil sebesar Rp. 13,5 juta per tahun.
Tabungan= -1,091+0,525Remiten+ ε5. 2. Remiten berpengaruh positip terhadap
Model ini dapat digunakan untuk total pendapatan usaha produktif (usaha
memprediksi parameter pengaruh remiten pertanian, non pertanian dan tabungan),
terhadap tabungan. Koefisien tabungan pendapatan usaha pertanian, dan bunga
sebesar 0,525 menjelaskan bahwa setiap tabungan. Rata-rata total pendapatan
kenaikan remiten sebesar Rp1.000.000 per usaha produktif sebesar Rp. 8,5 juta per
tahun akan meningkatkan bunga tabungan tahun. Berdasarkan jenis usahanya, rata-
sebesar Rp.525.000 per tahun. rata pendapatan usaha pertanian sebesar
Jumlah rumahtangga yang mempunyai Rp.244.415/ tahun, rata-rata pendapatan
tabungan sebanyak 30%. Rata-rata tabungan non pertanian sebesar Rp. 1.682.773/
responden sebesar Rp.3.200.000 per tahun tahun dan rata-rata pendapatan tabungan
dan menghasilkan bunga tabungan sebesar (berupa bunga bank) per tahunnya
Rp.3.500.000 per tahun dengan suku bunga sebesar Rp. 687.384,-. Dari ketiga usaha
7% per tahun. Hal ini menunjukkan bahwa produktif yang rata-rata pendapatannya
remiten yang diterima rumahtangga tertinggi adalah usaha non pertanian,
responden dialokasikan untuk tabungan. sedangkan rata-rata pendapatan yang
Rumahtangga lebih suka memilih terendah adalah usaha pertanian.
menabung daripada lainnya karena bila
dikalkulasi dengan suatu perhitungan lebih Saran
menguntungkan menabung, misalnya uang Berdasarkan hasil penelitian dan
Rp.70.000.000 dapat membeli sawah satu pembahasan, maka dapat disarankan migran
hektar dengan pendapatan bersih yang internasional dapat meningkatkan remiten
diterima sebesar Rp.3.700.000 per tahun, sebagai modal usaha produktif agar
sementara bila ditabung dengan suku pendapatan usaha produktif lebih meningkat,
bunga 7% per tahun akan diperoleh bunga sehingga dapat menambah pendapatan
Rp.4.900.000 per tahun, berarti lebih rumahtangga sebagai income generating.
tinggi Rp 1.200.000 ditabung daripada
dibelikan sawah. Alasan lainnya adalah DAFTAR PUSTAKA
agar dapat menerima bunga bank setiap
bulan secara rutin sehingga dapat
digunakan sebagai pendapatan bulanan De Jong, F. dan Gardner, Robert W. 1991.
yang pasti dan dapat diambil sewaktu- Migration Decision making,
waktu disaat ada kebutuhan mendesak. Multidiciplinary Approaches Micro
Level Studies in Developed &
Developing Countries.

Ehrenberg, Ronald G. dan Smith, Robert S.


1988. Modern Labor Economics:
SIMPULAN DAN SARAN Theory and Public Policy, Scott,
Simpulan Foresman and Company, USA.
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan, maka dapat disimpulkan King, J.E. 1981. Labor Economics: an
sebagai berikut: australian Prespective,
1. Keberhasilan migran internasional
berpengaruh positip terhadap remiten. King, J.E.. 1980. Reading in Labor
Rata-rata remiten yang dikirim oleh Economics, Oxford University Press,
migran internasional yang berhasil New York.
sebesar Rp. 19,5 juta per tahun,

45 J-SEP Vol. 5 No. 1 Maret 2011


Lluch,C., Powel,A.A, Williams, R.A. 1997. Stalker. 2004.
Patterns in Household Demand and htt/:production.com/Migration/mg.Em
Saving, Oxford University Press, New igran.1 htm.
York.
Nasution, Arif. 1999. Globalisasi dan Sumardjo. 1998. Kecenderungan Pola
Migrasi Antar Negara, Alumni , Migrasi (Transmigrasi
Bandung. Swakarsamenurut Profil Wilayah
Pertanian di Jawa Barat), Mimbar
Nuryana, Mu’man. 1997. Analysis on Sosek Pertanian IPB, Vol. 11 April,
Causes and Consequences of Bogor.
Temporary Out-Migration (a case
study of rice village in West Jawa, Suparmoko. 1992. Eonomi Pembangunan,
Disertasi, Nihon University, Japan. BPFE, Yogyakarta
.

J-SEP Vol. 5 No. 1 Maret 2011 45

Anda mungkin juga menyukai