Anda di halaman 1dari 13

Volume 6.

Nomor 1 April 2016

DINAMIKA GOVERNANCE
Merupakan terbitan berkala enam bulan sekali yang meyajikan tulisan-tulisan
dibidang Ilmu Administrasi Negara, berkaitan dengan Dinamika Governance;
untuk lebih mempopulerkan ilmu kemasyarakatan ke tengah khalayak peminat
dan untuk membuka forum belajar-mengajar yang lebih efektif dan efisien.

Penanggung Jawab
Dr. Ertien Rining Nawangsari. M.Si
Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Negara
FISIP UPN “Veteran” Jawa Timur

Penyunting/ Editor
Dr, Diana Hertati. M.Si
Dr. Agus Widiyarta. M.Si

Redaktur
Tukiman. S.Sos. M.Si

Desain Grafis
Dr. Lukman Arif. M.Si

Sekretariat
Dra. Sri Wibawani. M.Si
Dra. Susi Hardjati. M.Ap

Alamat Redaksi
Prodi Ilmu Administrasi Negara –FISIP
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

1
JURNAL DINAMIKA GOVERNANCE
Volume 6. Nomor 1 April 2016

DARI REDAKSI

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat rahmat
hidayahNya, hingga April 2016 ini Jurnal DINAMIKA GOVERNANCE Progdi
Ilmu Administrasi Negara FISIP UPN “Veteran” Jawa Timur telah menerbitkan
Volume 6 Nomor 1. Penerbitan Jurnal DINAMIKA GOVERNANCE, diharapkan
dapat menjadikan media untuk mempublikasikan karya ilmiah dosen maupun
mahasiswa. Redaksi mengucapkan terima kasih kepada para peneliti atas
partisipasinya mengirim karya ilmiahnya berupa artikel untuk dipublikasikan pada
Jurnal DINAMIKA GOVERNANCE.
Bagi penerbitan yang berikutnya Redaksi Jurnal DINAMIKA
GOVERNANCE mengundang para peneliti/penulis untuk mengirimkan artikel-
artikel hasil penelitian, dengan mengacu pada format penulisan di halaman sampul
belakang jurnal berikut.
Kritik dan saran dari para pemerhati sangat diharapkan demi kemajuan
jurnal ini, dan semoga dengan diterbitkannya Jurnal DINAMIKA
GOVERNANCE akan semakin meningkatkan semangat peneliti untuk menulis
dan mempublikasikan karya-karya penelitiannya.
Surabaya, April 2016

Redaksi

2
JURNAL DINAMIKA GOVERNANCE
Volume 6. Nomor 1 April 2016

DAFTAR ISI

1. ANALISIS PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP


KINERJA PD PASAR SURYA KOTA SURABAYA
Sri Wibawani dan Tukiman .................................................................................. 1

2. ANALISIS TRANSPARANSI LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA


SECARA ELEKTRONIK (LPSE) PADA KANTOR KOMUNIKASI DAN
INFORMASI KABUPATEN MAROS PROVINSI SULAWESI SELATAN
Moch. Ali Mashuri ................................................................................................. 13

3. PELAYANAN KESEHATAN DARI PERSPEKTIF PARTICIPATORY


GOVERNANCE (Studi Tentang Partisipasi Masyarakat dalam Pelayanan Dasar
Kesehatan Di Kota Surabaya)
Agus Widiyarta dan Ertien Rining Nawangsari ................................................. 23

4. ANALISIS KUALITAS PELAYANAN ADMINISTRASI KECAMATAN DI


KABUPATEN SIDOARJO
Ertien R. Nawangsari, Eko Purwanto, Susi Hariyawati..................................... 43

5. AGENDA KEBIJAKAN LINGKUNGAN BERKELANJUTAN:STUDI


PERUMUSAN MASALAH
(Konsekuensi Kemajuan Pembangunan Ekonomi Daerah Kabupaten Banyuwangi)
Akbar Pandu Dwinugraha .................................................................................... 55

6. AKUNTABILITAS KINERJA KOPERASI UNIT DESA DI ERA REFORMASI


(Studi Produktivitas Susu Sapi Perah di KUD BATU)
Cahyo Sasmito ........................................................................................................ 65

7. EVALUASI KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN ANGKUTAN UMUM DI


SURABAYA
(Studi Tentang Izin Trayek Angkutan Kota Di Surabaya)
Ratna Puspitasari ................................................................................................... 73

8. STRATEGI GENERIK DALAM REFORMASI BADAN USAHA MILIK


NEGARA (BUMN)
Meirinawati , Indah Prabawati ............................................................................. 87

9. KEBIJAKAN DISTRIBUSI PUPUK BERSUBSIDI DI SIDOARJO


Rusdi Hidayat Nugroho ....................................................................................... 97

3
Jurnal Dinamika Governance FISIP UPN “Veteran” Jatim
Volume 6 Nomor 1 April tahun 2016

AGENDA KEBIJAKAN LINGKUNGAN BERKELANJUTAN:


STUDI PERUMUSAN MASALAH
(Konsekuensi Kemajuan Pembangunan Ekonomi Daerah Kabupaten Banyuwangi)

Akbar Pandu Dwinugraha


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Hangtuah Surabaya
Email: ap.dwinugroho@gmail.com

ABSTRACT
Sustainable environment policy esensially has goal to achieve sustainable
development. In the other side, environment policy can be defined as a part
that can balancing between social, economic and environmental development
in order to be run simultaneously. Banyuwangi Regency still and being fast
growing, benefited due to has many tourism sector for several time sounded by
many people. Call it red island, green bay and G-land that quickly became an
international destination, but it is only part of a wide range of destinations on
offer. But as soon as these sectors become levers of economic growth in
Banyuwangi Regency. Economic development wherever the existence later a
chance to run over environmental sustainability. This study offers an
alternative solution by utilizing existing environmental issues and then
integrate those issuestrought current conditions, the negative implications and
key leverage that will further aggravate the situation when the problem is not
fixed.

Key Words: Policy, Environment, Economic

ABSTRAK

Kebijakan lingkungan yang berkelanjutan pada dasarnya memiliki tujuan untuk


mencapai pembangunan berkelanjutan. Di sisi lain, kebijakan lingkungan dapat
didefinisikan sebagai bagian yang dapat menyeimbangkan antara pembangunan
sosial, ekonomi dan lingkungan agar dapat berjalan secara simultan. Kabupaten
Banyuwangi masih dan menjadi cepat tumbuh, manfaat karena memiliki banyak
sektor pariwisata selama beberapa waktu terdengar oleh banyak orang. Sebut saja
pulau merah, green bay dan G-tanah yang cepat menjadi tujuan internasional,
tetapi hanya bagian dari berbagai tujuan wisata yang ditawarkan. Tapi begitu
sektor ini menjadi pengungkit pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Banyuwangi.
pembangunan ekonomi di mana pun keberadaan nanti kesempatan untuk
menjalankan lebih kelestarian lingkungan. Penelitian ini menawarkan solusi
alternatif dengan memanfaatkan isu-isu lingkungan yang ada dan kemudian
mengintegrasikan mereka issuestrought kondisi saat ini, implikasi negatif dan
leverage kunci yang akan memperparah situasi ketika masalah tidak tetap.
Key Words: Kebijakan, Lingkungan, Ekonomi.

55
PENDAHULUAN Kabupaten Banyuwangi.
Sun Rise Of Java itulah sebutan Berdasarkan data yang ada memang
untuk Kabupaten Banyuwangi yang betul bahwa pariwisata daerah
merupakan kabupaten paling timur di Kabupaten Banyuwangi sebagai
Pulau Jawa. Kabupaten ini bisa penunjang paling besar pertumbuhan
dikatakan termasuk yang paling ekonomi dengan ketercapaian rata-
berkembang diantara yang lainnya rata 10,47% dalam 4 tahun terakhir.
atau mengalami kemajuan ekonomi Pertumbuhan ekonomi secara
sebagaimana yang tertulis dalam sederhanya dipengaruhi oleh
judul tulisan ini. Kondisi ini menjadi peningkatan modal dan tenaga kerja.
tidak mengherankan ketika Hal ini memang terbukti untuk
kemajuanataupun pembangunan kabupaten ini. Bagaimana tidak,
suatu daerah diukur melalui berdasarkan data akuntabilitas
pertumbuhan ekonominya kinerja instansi pemerintah ternyata
(Todaro,1994)Tanpa disangka- jumlah nilai investasi berskala
sangka bahwa pertumbuhan ekonomi nasional Kabupaten Banyuwangi
tahun 2013 Kabupaten Banyuwangi yang ditargetkan mencapai 50 milyar
menurut data BPS yaitu sebesar tanpa disangka terealisasi hampir
6,76% telah melampaui Provinsi 250% yaitu sejumlah 2.345 milyar
Jawa Timur yang hanya sebesar rupiah. Peningkatan jumlah nilai
5,78%. Lebih mengherankan lagi investasi daerah sebenarnya
ketika setahun berikutnya yaitu bergantung kepada sejauh mana
ditahun 2014 bahwa peningkatan daerah mampu menyediakan sarana
pertumbuhan ekonomi di Kabupaten dan prasarana pendukung untuk
Banyuwangi juga telah melampaui menarik minat daripada investor dan
Pertumbuhan ekonomi nasional yang kabupaten ini mampu melakukan itu.
pada saat itu mengalami penurunan. Disisi lain, rasio daya serap tenaga
Dari pertimbangan tersebut banyak kerja di Kabupaten Banyuwangi
pakar yang tidak ragu untuk terealisasi melampaui penargetan
memprediksi pertumbuhan ekonomi yang telah ditentukan. Hal ini juga
Kabupaten Banyuwangi di Tahun tidak mengherankan karena daya
2016 bisa mencapai 7,52%. serap tenaga kerja merupakan
Kabupaten Banyuwangi yang variabel dependen yang dipengaruhi
notabene sedang berkembang sangat peningkatan modal.
diuntungkan dengan melimpahnya Sayangnya pembangunan
sektor pariwisata yang beberapa ekonomi dimanapun keberadaannya
waktu ini terdengar ramai ditelinga nanti, sangat berpeluanguntuk
banyak orang. Sebut saja red island, menggilas keberlanjutan lingkungan
green bay dan G-land yang saat ini terutama pada saat belum adanya
secara sangat cepat menjadi tak environmental safeguardsebagai
ubahnya destinasi pariwisata pendukung keberlanjutan lingkungan
internasional, padahal itu hanya yang merupakan salah satu bagian
sebagian dari beraneka macam dari environmental governance
destinasi yang ditawarkan. Tetapi (Syakrani, 2011). Kabupaten
seketika sektor tersebut menjadi Banyuwangi yang semakin
pendongkrak pertumbuhan ekonomi berkembang dengan pintu masuk

56
sektor pariwisatanya juga tidak udara akibat kegiatan perekonomian.
mungkin akan menghalangi Maka dari itu diperlukan kajian
perkembangan industri dan lingkungan yang menjaga
perdagangan yang nantinya juga keseimbangan keduanya.
berpeluang besar untuk ikut Perencanaan dalam pembangunan
berkembang. Resosudarmo dan ekonomi suatu daerah sebenarnya
Thorbecke (1996) melakukan telah termaktub dalam dokumen
penelitian terkait hubungan antara perencanaan daerah masing-masing.
perekonomian dan pencemaran Dokumen perencanaan ditingkat
lingkungan yang menghasilkan satuan kerja perangkat daerah, kita
rumusan dalam gambar berikut. mengenal istilah renstra yang
merupakan kependekan daripada
rencana strategis. Dilevel daerah
tingkat II kabupaten/kota, kita
mengenal istilah rencana
pembangunan jangka menengah
daerah atau lebih familiar disingkat
RPJMD. Kedua dokumen tersebut
sesuai dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri No. 54 Tahun 2010
tentang Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008
Gambar 1. Hubungan antara tentang Tahapan, Tatacara
Perekonomian dan Penyusunan, Pengendalian dan
Pencemaran Udara Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah
Dari gambar diatas, pencemaran mengisyaratkan untuk menjadikan
udara merupakan produk sampingan dokumen lingkungan sebagai
dari aktifitas produksi yang telaahan. Telaahan yang dimaksud
menggunakan bahan beracun. Bahan adalah penelaahan terhadap
beracun tersebut diartikan sebagai perencanaan pembangunan yang
bahan bakar proses produksi seperti perlu untuk mempertimbangkan
bensin dan solar. Tingkat kemungkinan terdegradasinya aspek
pencemaran udara yang tinggi lingkungan. Banyak khalayak yang
menyebabkan gangguan kesehatan menyebutkan bahwa hanya
pada masyarakat dan mereka yang pembangunan dalam bidang fisik
terkena gangguan kesehatan tersebut saja yang memerlukan telaahan
akan mengeluarkan biaya untuk terhadap lingkungan ternyata seluruh
pengobatan. Gangguan kesehatan daripada program pemerintah perlu
yang disebabkan oleh tingginya mempertimbahkan aspek
tingkat pencemaran udara akan keberlanjutan lingkungan. Dalam hal
mengurangi efektivitas kegiatan ini dokumen kebijakan lingkungan
produksi. Hal tersebut menjadi tersebut bisa dianggap sebagai
siklus yang merugikan pada saat representasi daripada environmental
belum adanya antisipasi untuk safeguard.
mengatasi permasalahan pencemaran

57
Kebijakan lingkungan seringkali salah dalam menentukan
berkelanjutan pada hakekatnya permasalahan yang tepat. Maka dari
memiliki tujuan untuk mencapai itu penelitian ini memberikan muatan
pembangunan yang berkelanjutan. penting tentang apa yang menjadi
Secara konseptual pengertian permasalahan pada saat pembuatan
pembangunan berkelanjutan menurut kebijakan (Jones,1994) danurgensi
ahossane (2001) diartikan sebagai diperlukannya perumusan masalah
“meets the needs of the present kebijakan lingkungan berkelanjutan
without compromising the capacity sebagai pengejawantahan daripada
to meet the needs of future proses environment safeguard dan
generations”. Pengertian tersebut juga sebagai konsekuensi kemajuan
memiliki inti berorientasi pada masa pembangunan perekonomian daerah.
depan dan yang pasti memerlukan Sejauh mana Kabupaten Banyuwangi
integrasi lingkungan dalam proses memperhatikan isu lingkungannya,
pembangunan ekonomi agar dampak yang berpeluang terjadi dan
lingkungan tidak terdegradasi. Oleh apa sebenarnya pengaruh utamanya
sebab itu diperlukan upaya untuk yang perlu untuk dijadikan pemecah
menjaga keberlangsungan hidup masalah lingkungan kedepan sebagai
lingkungan/alam terhadap tekanan penyeimbang pembangunan ekonomi
dari pada pembangunan ekonomi yang telah sebegitu gencarnya
daerah. dilakukan.
Disisi lain kebijakan lingkungan
juga bisa dipahami sebagai muatan METODE PENELITIAN
yang menyeimbangkan antara Penelitian deskriptif dengan
pembangunan sosial, ekonomi dan pendekatan kualitatif digunakan
pembangunan lingkungan agar bisa dalam studi ini untuk
berjalan secara simultan. Hal tersebut menggambarkan isu-isu lingkungan
termaktub dalam pengertian sebagai dasar dalam melakukan
pembangunan berkelanjutan menurut perumusan masalah utama kebijakan
Goodland (1995) bahwa dengan mempertimbangkan integrasi
pembangunan berkelanjutan antara kondisi saat ini, dampak
dibedakan menjadi empat meliputi negatif yang berpeluang terjadi dan
kelestarian lingkungan pengaruh utama yang melatar
(environmental sustainability), belakangi permasalahan. Maksud
keberlangsungan ekonomi (economic daripada isu-isu lingkungan
sustainability), kelestarian mencakup segala permasalahan
lingkungan (sosial sustainability) terkait pembangunan lingkungan
dan pembangunan berkelanjutan itu berkelanjutan di lingkungan
sendiri (sustainable development). Pemerintah Kabupaten Banyuwangi.
Goodland mengartikan pembangunan Data dikumpulkan dengan beberapa
berkelanjutan sebagai integrasi dari cara yang meliputi observasi,
tiga aspek yakni kelestarian sosial, wawancara mendalam, forum group
kelestarian lingkungan dan discussion, dan dokumentasi.
keberlangsungan ekonomi. Pengumpulan data dilakukan sejak
Orang Indonesia pintar dalam Januari 2015. Informan diseleksi
membuat kebijakan yang baik, tetapi menyesuaikan kesesuaian dan

58
kebutuhan data. Informan dalam berpeluang untuk menjadi lebih
penelitian ini terdiri dari aparat buruk sebagaimana berikut.
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi (a) Tsunami, Gunung Api dan
yang meliputi Badan Perencanaan Bencana Lain
dan Pembangunan Daerah, Badan Potensi penyebab bencana di
Lingkungan Hidup, Dinas Kabupaten Banyuwangi dapat
Kebersihan dan Pertamanan, Dinas dikelompokkan dalam 3 (tiga) jenis
PU Bina Marga, PU Pengairan, yaitu bencana alam, bencana non
Dinas Perindustrian Perdagangan dan alam, dan bencana sosial. Namun
Pertambangan, Dinas Pertanian dan untuk isu Kabupaten Banyuwangi
Badan Penanggulangan Bencana lebih menitik beratkan kepada isu
Daerah. Data di analisis dengan mengenai bencana alam. Bencana
teknik interaktif yang mencakup alam yang dimaksud antara lain
proses pengumpulan data, reduksi berupa gempa bumi, tsunami,abrasi,
data, tampilan data dan verifikasi banjir, letusan gunung berapi, angin
(Miles dan Huberman, 2000) topan/puting beliung, tanah longsor,
kekeringan, kebakaran hutan/lahan,
HASIL DAN PEMBAHASAN karena faktor alam, hama penyakit
Isu-isu lingkungan tanaman, epidemi, wabah, kejadian
merupakan permasalahan terkait luar biasa dan kejadian
lingkungan yang berpeluang untuk antariksa/benda-benda angkasa.
menjadi merugikan ketika tidak Tugas penyelenggaraan
dilakukan antisipasi. Isu lingkungan penanggulangan bencana alam
di Kabupaten Banyuwangi di tersebut ditangani oleh Badan
dasarkan kepada permasalahan yang Nasional Penanggulangan Bencana
selalu dialami dilihat dari (BNPB) ditingkat pusat dan Badan
ketercapaian indikator kinerja dalam Penanggulangan Bencana Daerah
laporan akuntabilitas kinerja instansi (BPBD) di tingkat daerah. Adapun
pemerintah. Berdasarkan data hubungan kerja antara BNPB dan
tersebut, isu lingkungan di BPBD bersifat koordinasi dan teknis
Kabupaten Banyuwangi meliputi: kebencanaan dalam rangka upaya
a. Tsunami, gunung api dan bencana peningkatan kualitas
lain penyelenggaraan penanggulangan
b. Alih fungsi lahan produktif bencana. Sesuai amanat Undang-
c. Pencemaran lingkungan (air, Undang Nomor 24 Tahun 2007
udara dan tanah) tentang Penanggulangan Bencana
d. Sampah dan sanitasi perkotaan pada pasal 25, dibentuklah Badan
e. Lahan pertanian Penanggulangan Bencana Daerah
Kelima isu lingkungan diatas akan Kabupaten Banyuwangi dengan
dilakukan analisa dengan Peraturan Daerah Kabupaten
mengintegrasikan kondisi eksisting, Banyuwangi Nomor 16 Tahun 2011.
implikasi negatif yang terjadi ketika Kabupaten Banyuwangi memiliki
tidak dilakukan tindak lanjut dan banyak data dan informasi yang
pengaruh utama yang melatar langsung bisa dilihat oleh publik
belakangi permasalahan tersebut terkait dengan penjelasan mengenai
bencana dan wilayah potensi bencana

59
yang ada termasuk juga mengenai pada kawasan Banyuwangi meliputi
laporan yang selalu diupdate setiap resiko bencana tanah longsor,
harinya untuk beberapa ancaman kebakaran hutan, banjir, resiko
atau potensi bencana seperti abrasi, resiko kekeringan.
Tsunami, Gunung Berapi dan Berdasarkan kondisi eksisting yang
pergerakan tanah. Hal ini tentu saat ini ada, kelemahan yang dimiliki
menjadikan salah satu upaya dan dampak negatif yang berpeluang
preventif yang dilakukan mengingat untuk muncul maka permasalahan
Kabupaten ini merupakan kabupaten kunci yang menjadi pengaruh utama
terluas di Jawa Timur bahkan di jika terjadinya bencana adalah
pulau Jawa. Luasnya 5.782,50 km2. rendahnya ketahanan bencana di
Wilayahnya cukup beragam, dari Kabupaten Banyuwangi.
dataran rendah hingga pegunungan. Ketahanan bencana merupakan
Kawasan perbatasan dengan suatu kondisi dimana suatu daerah
Kabupaten Bondowoso, terdapat bisa dianggap tangguh dalam
rangkaian Dataran Tinggi Ijen menghadapi bencana. Ketika
dengan puncaknya Gunung Raung ketahanan tersebut belum didukung
(3.282 m) dan Gunung Merapi dengan kinerja terukur yang mampu
(2.800 m) terdapat Kawah Ijen, memastikan ketangguhan terhadap
keduanya adalah gunung api aktif. bencana bisa dikatakan ketahanan
Permasalahan yang ada adalah, bencana daerah tersebut masih
BPBD Kabupaten Banyuwangi rendah.
termasuk instansi yang tergolong (b) Alih Fungsi Lahan Produktif
baru dijalankan. Implementasi Indonesia sebagai salah satu
kinerja masih belum menitikberatkan negara agraris terbesar di kawasan
kepada fokus yang jelas karena Asia saat ini sedang mengalami
dalam Peraturan Menteri Dalam tekanan terhadap ketahanan pangan.
Negeri No. 54 Tahun 2010 tentang Hal ini diindikasikan oleh
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah peningkatan impor beras Indonesia
Nomor 8 Tahun 2008 tentang yang cukup tajam pada tahun 2009
Tahapan, Tatacara Penyusunan, hingga tahun 2011, yaitu sekitar 2
Pengendalian dan Evaluasi juta ton. Sebenarnya Undang-
Pelaksanaan Rencana Pembangunan Undang No. 41 Tahun 2009 tentang
Daerah, indikator terkait bencana Perlindungan Lahan Pertanian
hanya dalam hal kebakaran. Sudah Pangan Berkelanjutan (PLPPB)
pasti instansi terkait belum memiliki memberikan harapan untuk
guiden terkait indikator apa yang terpenuhinya pangan bagi rumah
perlu untuk dibuat dan dijadikan tangga baik secara kuantitas maupun
acuan untuk mengukur keamanan kualitas. Adanya peningkatan impor
terhadap bencana alam terlebih lagi beras menandakan bahwa secara
pembangunan di sektor ekonomi, kuantitas Indonesia mengalami
industri dan perdagangan berpeluang kesulitan dalam memenuhi
memunculkan resiko bencana alam, kebutuhan pangan bagi
non alam ataupun sosial sekalipun. penduduknya. Oleh karena itu,
Berdasarkan data, dampak Negatif ketahanan pangan merupakan isu
bencana yang berpeluang muncul utama dalam pembangunan

60
Indonesia kedepan. Provinsi Jawa konversi lahan pertanian. Tingginya
Timur berfungsi sebagai lumbung konversi lahan pertanian secara
pangan nasional karena kontribusi sistemik akan menurunkan
pengadaan pangannya yang sangat produktifitas lahan pertanian dan
besar, yaitu sebesar 17% dari total produksi hasil pertanian. Semakin
nasional .Namun ironisnya, produksi buruknya hal tersebut akan
pangan Provinsi Jawa Timur mengancam keamanan pangan
beberapa tahun terakhir sedang Kabupaten Banyuwangi.
mengalami penurunan, terutama
produksi padi, dan salah satu daerah (c) Pencemaran Lingkungan (Air,
di Provinsi Jawa Timur yang Udara, Tanah)
bertanggung jawab sebagai penyedia Potensi dan kekayaan sumber
produksi padi adalah Kabupaten daya alam wilayah Kabupaten
Banyuwangi. Banyuwangi selama ini telah
Kabupaten Banyuwangi dimanfaatkan sebagai sumber
merupakan salah satu kontributor pemenuhan kebutuhan hidup
beras terbesar di Jawa Timur, namun masyarakat dan didayagunakan
beberapa tahun terakhir, terutama untuk kepentingan pembangunan dan
pada periode 2010 – 2011, terjadi diantaranya sumber daya alam yang
penurunan produksi padi yang cukup ada masih banyak yang belum
besar, yaitu sekitar 13%. Penurunan didayagunakan dan dimanfaatkan.
produksi tersebut ternyata diikuti Pada umumnya pemanfaatan dan
juga oleh penurunan luas lahan pendayagunaan sumber daya alam
pertanian pangan (sawah) yang kurang memperhatikan keselarasan,
cukup tinggi, yaitu sekitar 1400 Ha keserasian dan keseimbangan fungsi
atau penurunan sebesar 2%. Perlu lingkungan hidup dan
diketahui bahwa produktivitas lahan pengelolaannya belum dilakukan
pertanian pada periode tersebut secara efektif dan efisien, disamping
relative tetap, sehingga dapat itu perlakuan terhadap sumber daya
disimpulkan bahwa konversi lahan alam cenderung eksploitatif tanpa
pertanian pangan akan diimbangi upaya konservasi dan
mempengaruhi produksi pertanian. rehabilitasi yang memadai sejalan
dengan demikian, dibutuhkan suatu dengan konsep pembangunan
upaya pengendalian konversi lahan berkelanjutan yang berwawasan
pertanian pangan untuk lingkungan. Kecenderungan ini
mempertahankan ketahanan pangan. selain beresiko menimbulkan
Kecamatan Wongsorejo merupakan pencemaran dan kerusakan
salah satu kawasan pertanian lingkungan hidup juga dapat merusak
Kabupaten Banyuwangi dengan struktur dan fungsi ekosistem.
konversi lahan pertanian pangan Kabupaten Banyuwangi juga
tertinggi.Berdasarkan kondisi diatas memiliki berbagai jenis
dampak negatif yang ditimbulkan usaha/kegiatan baik bidang
adalah terjadinya perubahan terhadap perikanan, perkebunan dan
daya dukung dan daya tampung infrastruktur lainnya, apabila dalam
lingkungan dan permasalahan kunci proses kegiatannya tidak diolah dan
dalam hal ini adalah tingginya dikeloladengan baik, maka

61
dimungkinkan dapat sebagai sumber Jumlah penduduk, pertumbuhan
pencemar bagi lingkungan hidup industrialisasi dan gaya hidup
sekitar bahkan secara terakumulasi masyarakat yang tidak ramah
bisa menimbulkan pencemaran bagi lingkungan.
masyarakat Banyuwangi.Aspek (d) Sampah dan Sanitasi
lingkungan hidup sangat terkait Perkotaan
dengan perkembangan pembangunan Sampah merupakan limbah yang
daerah dan pertumbuhan penduduk. dihasilhan dari kegiatan rumah
Meningkatnya jumlah dan aktifitas tangga setiap harinya. Penanganan
penduduk telah menyebabkan sampah merupakan kegiatan utama
meningkatnya beban lingkungan. Kabupaten Banyuwangi dalam
Rata-rata sampah meningkat dari menjaga kebersihan lingkungan
912,5 kg per hari tahun 2005 menjadi perkotaan. Kondisi pada tahun 2013
2,9 ton per hari tahun 2008. terpaparkan bahwa persentase
Demikian pula beban pencemaran penanganan sampah di Kabupaten
limbah industri, mengalami Banyuwangi adalah sebesar 74,8%,
peningkatan. Berdasarkan hasil pencapaian ini melebihi target akhir
pemantauan lingkungan Tahun 2010 rencana pembangunan jangka
menunjukkan bahwa 20 % menengah daerah Kabupaten
pengusaha yang dipantau tidak Banyuwangi sebesar 60%. sayangnya
membuat saluran pembuangan kondisi ini tidak membuktikan
limbah cair yang kedap air sehingga bahwa dalam pelaksanaannya pihak
terjadi perembesan limbah cair ke terkait dalam hal ini Dinas
lingkungan, hanya 5 % pengusaha Kebersihan dan Pertamanan
yang memasang alat ukur debit atau Kabupaten Banyuwangi tidak
laju alir limbah cair dan melakukan mengalami kendala.
pencatatan debit harian limbah cair Kendala yang seringkali masih
tersebut, Pengusaha tidak menjadi hambatan adalah alat dan
memeriksakan kadar parameter Baku tenaga oprasional pengangkut
Mutu Limbah Cair secara periodik sampah yang sangat terbatas, karena
sekurang-kurangnya satu kali dalam jumlah sampah industri, rumah
sebulan. Masih ada pengusaha yang tangga yang semakin hari semakin
tidak memisahkan saluran tinggi, sangat membutuhkan lahan
pembuangan limbah cair dengan baru sebagai tempat pembuangan
saluran limpahan air hujan, Semua akhir sampah. Kecanggihan
pengusaha tidak menyampaikan tekhnologi juga dibutuhkan dalam
laporan tentang catatan debit harian, mengatasi permasalahan tersebut.
kadar parameter Baku Mutu Limbah Dampak yang akan dihadapi pada
Cair, produksi bulanan senyatanya saat hal penanganan sampah belum
sekurang-kurangnya tiga bulan sekali memiliki solusi adalah sangat
kepada Badan Lingkungan Hidup. mempengaruhi kebersihan dan
Berdasarkan data tersebut, dampak keindahan kawasan perkotaan.
Negatif yang Ditimbulkan adalah Jumlah sampah yang setiap harinya
tingginya keterjangkitan penyakit di bertambah akan mempengaruhi
masyarakat. Permasalahan kesehatan masyarakat apabila tidak
Kunciyang bisa diidentifikasi adalah bisa dimanajemen secara baik dan

62
berwawasan lingkungan. Dampak sumber air yang dimiliki perorangan,
Negatif yang DitimbulkanSistem pemerintah dalam hal ini masih
daur ulang sampah yang rendah akan belum melakukan kajian daerah-
meningkatkan volume sampah daerah yang memiliki kapasitas debit
perkotaan, konsumsi masyarakat air tinggi. Jika hal ini berlanjut
memicu produksi sampah yang menjadi permasalahan maka
bertambah diperkotaan. Maka dari dampaknya adalah daya dukung air
itu kunci permasalahan yang sebagai pendukung lahan pertanian
mempengaruhi permasalahan yang akan menurun dan mengakibatkan
lainnya adalah tingginya volume kekeringan.
sampah di Kabupaten Banyuwangi. Data Mengenai Ketersediaan air
(e) Lahan Pertanian untuk irigasi dan lain keperluan.
Sumber daya air yang terpadu Target pada tahun 2013 yaitu 50%
dalam bidang pertanian sangatlah telah tercapai. Tetapi permasalahan
penting. Diantaranya dalam yang masih dihadapi adalah
pemenuhan fasilitas sarana irigasi di mengenai belum adanya kajian
Kabupaten Banyuwangi. Hal tersebut mengenai penurunan debit air dan
sangat memiliki fungsi penting ketika musim kemarau datang, tiba-
sebagai pendukung utama lahan tiba terjadi penurunan debit air
pertanian. Data yang didapat dari sampai mencapai lebih kurang 60%.
Kabupaten Banyuwangi diantaranya Hal ini yang perlu dilakukan
pencapaian indikator rasio jaringan kewaspadaaan. Karena dampak jika
irigasi dan luas daerah irigasi telah tidak dilakukan penyelesaian akan
mencapai target yaitu 75% di tahun secara tiba tiba menimbulkan
2013. Target ditahun 2015 adalah kekeringan lahan pertanian secara
sebesar 85%. Kinerja yang nantinya mendadak.Dampak Negatif yang
akan dilakukan harus secara terfokus Ditimbulkan Berkurangnya Sumber
dijalankan karena dari permasalahan Mata Air, Berkurangnya Daerah
yang ada dilapangan adalah masih Tangkapan Air, Menurunnya
terdapat banyak saluran irigasi yang Kualitas Lahan, Meningkatnya Alih
belum terinventarisasi, banyak Fungsi Lahan, Tingginya Kondisi
saluran irigasi dengan sistem saluran Rawan Air. maka dari itu
sederhana (galengan). Dampak yang permasalahan yang mampu
nantinya akan terjadi pada saat mengungkit segala permasalahan
permasalahan belum bisa ditangani lainnya adalah menurunnya volume
adalah debit air dalam sistem irigasi sumber daya air.
yang ada saat ini akan berkurang dan
mempengaruhi pendistribusian air KESIMPULAN
terhadap lahan pertanian. Kebijakan lingkungan
Data mengenai sumber mata air berkelanjutan pada hakekatnya
dalam kondisi debit air stabil di memiliki tujuan untuk mencapai
Kabupaten Banyuwangi yang pembangunan yang
ditargetkan mencapai realisasi 70% berkelanjutan.Disisi lain kebijakan
di tahun 2013 belum bisa terpenuhi lingkungan juga bisa dipahami
dan hanya terealisasi 60%. Hal ini sebagai muatan yang
dikarenakan masih banyaknya menyeimbangkan antara

63
pembangunan sosial, ekonomi dan Goodland. Robert. 1995: The
pembangunan lingkungan agar bisa Concept of Environmental
berjalan secara simultan.Kabupaten Sustainability. Washington
Banyuwangi yang notabene sedang DC.
berkembang sangat diuntungkan
dengan melimpahnya sektor Jones O. Charles. 1994. Public
pariwisata yang beberapa waktu ini Policy. Jakarta: Gravindo
terdengar ramai ditelinga banyak Persada
orang. Sebut saja red island, green
bay dan G-land yang saat ini secara Michael P. Todaro,
sangat cepat menjadi tak ubahnya 1994,Pembangunan Ekonomi
destinasi internasional, padahal itu di Dunia Ketiga. Jakarta:
hanya sebagian dari beraneka macam Erlangga.
destinasi yang ditawarkan. Tetapi
seketika sektor tersebut menjadi Miles, M.B., dan A.M. Huberman.
pendongkrak pertumbuhan ekonomi 1990. Analisis Data Kualitatif.
Kabupaten Banyuwangi. UI Press: Jakarta.
Pembangunan ekonomi dimanapun
keberadaannya nanti berpeluang Resosudarmo, B.P. dan E.
untuk menggilas keberlanjutan Thorbecke. “The Impact of Air
lingkungan. Penelitian ini Pollution Policies on National
menawarkan rumusan masalah utama Economic Growth and
yang mampu menjadi agenda Household Incomes in
kebijakan lingkungan di Kabupaten Indonesia: A CGE Analysis.”
Banyuwangi. Jakarta, 7 Agustus 1996

DAFTAR PUSTAKA Syakrani, 2011. Desentralisasi


Manajemen Pengelolaan
Ahossane, K., 2001: Manufacturing Sumberdaya Alam: Blessing or
Industry and Sustainable Cursing? Bandung. JIANMaP
Development in Cote d’Ivoire. IAPA
Unido, Viena

64

Anda mungkin juga menyukai