Anda di halaman 1dari 7

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,karena atas
segala rahmat,petunjuk dan karunia-Nya Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
untuk memenuhi tugas ujian tengah semester mata kuliah Hukum Perlindungan Komsumen.
Semoga makalah ini dapat digunakan sebagai wahana untuk menambah pengetahuan,sebagai
teman belajar,dan sebagai referensi tambahan dalam belajar tentang permasalahan
pendidikan khususnya di indonesia.

Makalah yang berjudul “ Peningkatan Hukum Perlindungan Konsumen Dalam


Transaksi Online Jual Beli Makanan di Tengah Pandemi Virus Covid-19 di Indonesia” .
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna baik dalam segi penyajian
maupun dari segi penyusunannya.Oleh karena itu,saya dengan senang hati menerima segala
kritik dan saran dari semua pihak yang sifatnya membangun. Semoga makalah ini bermanfaat
khususnya bagi Kami dan umumnya bagi pembaca.

Jakarta, November 2020

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................1
DAFTAR ISI.............................................................................................................2
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................3
A. Latar Belakang ................................................................................................3
B.Rumusan Masalah ............................................................................................3
BAB 2 PEMBAHASAN...........................................................................................4
1.Pengertian Hukum Perlindungan Konsumedn….................................................4

2. Dasar Hukum Perseroan BUMN……………………………………………….5

3.Organ Perseroan BUMN………………………………………………………...6

BAB 3 PENUTUP.....................................................................................................8
3.1 Kesimpulan....................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................9

2
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Awal tahun 2020 Indonesia telah dikejutkan oleh merebahnya sebuah wabah yang
berasal dari negeri tirai bambu, atau yang biasa di sebut dengan Tiongkok. Wabah ini
menyebar begitu cepat di kalangan masyarakat Indonesia. Wabah ini diawalai dengan
penyebaran virus COVID-19 yang penyebarannya dari manusia kemanusia. Penyebaran
yang terjadi begitu cepat sehingga korban dari virus COVID-19 ini dengan mudahnya
bertambah banyak seiring berjalannya waktu.
Pertanggal 18 april 2020 jumlah total kasus pasien Covid-19 di Indoesia ini
sendiri sudah menyentuh angka 6.248 kasus. Bisa kita lihat dimana dengan jumlah total
kasus yang ada ditambah dengan kebijakan pemerintah yang memutuskan untuk
menerapakan social distancing diseluruh Indonesia ini akan berdampak kesegala aspek
kehidupan, terutama terhadap sektor perekonomian, terutama di beberapa kota besar
seperti DKI Jakrta yang merupakan jantung perekonomian Indonesia dan juga beberapa
kota pemyangga ibu kota lainnya seperti Bekasi, Bogor dan Tanggerang yang juga
menerapkan Pembatasan Sosial Bersekala Besar, dimana kebijakan tersebut sangatlah
mempengaruhi laju perekonomian. Dimana salah satunya juga memberikan peningkatan
ketertarikan masyarakat Indonesia dalam melakukan transaksi secara online dalam
membeli makanan yang pada akhirnya dapat kita lihat terjadinya perubahan pola
konsumsi pangan di Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan hukum perlindungan konsumen?
2. Bagaimana bentuk peningkatan hukum perlindungan konsumen dalam melakukan
transaksi online jual beli makanan selama pandemik Covid-19?

3
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Hukum Perlindungan Konsumen


Indonesia adalah negara hukum yang bercita-cita untuk mensejahterakan rakyatnya,
hal tersebut senada dengan cita-cita bangsa yang termuat dalam pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945. Salah satu cara yang dipilih pemerintah untuk mewujudkannya
ialah dengan melindungi segenap warganegara dari perbuatan yang dianggap dapat
menimbulkan kerugian kepada rakyatnya. Hukum merupakan suatu sistem yang
penting dalam pelaksanaan rangkaian kewenangan dan kekuasaan kelembagaan
Negara dan Pemerintah dalam aspek yang sempit.1 Hukum perlindungan konsumen
mengambil peran penting dalam upaya ini, karena hukum ini mengatur mengenai
bagaimana aturan untuk melindungi konsumen dari perbuatan curang oknum pelaku
usaha. Untuk meningkatkan harkat dan martabat konsumen perlu meningkatkan
kesadaran, pengetahuan, kepedulian, kemampuan, dan kemandirian konsumen untuk
melindungi dirinya serta menumbuhkembangkan sikap pelaku usaha yang
bertanggung jawab.2 Jika kita perhatikan dewasa ini Undang-Undang Perlindungan
Konsumen dianggap masih belum menunjukan adanya keberpihakan kepada
konsumen, terutama saat mengakomodir keluhan-keluhan konsumen. Lemahnya
penegakan Undang-Undang Pelindungan Konsumen ini ternyata dimanfaatkan oleh
para pelaku bisnis dan usaha untuk menjual produksinya yang tidak aman dan dibwah
standard keamanan. Kondisi ini semakin diperburuk dengan lemahnya dan tidak
memadainya pendidikan konsumen terhadap akibat buruk dari penggunaan
barangbarang yang tidak aman dan dibawah standar. Oleh, karena itu semua pihak
menginginkan penegakan hukum perlindungan konsumen yang sebaik-baiknya.3 Apa
yang terjadi selama ini di Indonesia justru bertolak belakang dari idealisme tersebut,
setiap kali kita menyaksikan tindakan-tindakan korporasi yang melanggar hukum dan
merugikan rakyat banyak korporasi (pengusaha) hampir selalu tidak tersentuh oleh
hukum, banyak kasus yang telah terjadi seperti kasus biskuit beracun, kasus
ajinomoto, kasus keracunan obat, dan lain-lain, yang jelas-jelas telah mencuat
kepermukaan, namun terkesan birokrasi pemerintah membiarkan dalam arti tidak
mengambil tindakan terhadap korporasi yang merugikan masyarakat, bahkan

1
Robertson, Crimes Against Humanity, 90; see “analytical jurisprudence” for extensive debate on what law is;
in The Concept of Law Hart argued law is a “system of rules” (Campbell, The Contribution of Legal Studies,
184); Austin said law was “the command of a sovereign, backed by the threat of a sanction” (Bix, John Austin);
Dworkin describes law as an “interpretive concept” to achieve justice (Dworkin, Law’s Empire, 410); and Raz
argues law is an “authority” to mediate people’s interests (Raz, The Authority of Law, 3–36).
2
Ade Maman Suherman, 2005, Aspek Hukum Dalam Ekonomi Global, Cet.ke 2 (Edisi Revisi), Ghalia Indonesia,
Bogor, hlm.97
3
Ibid.,

4
membantah, tidak mengklarifikasi, menutupi, kurang bukti atau seakan-akan
mengambil tindak namun tidak ada kelanjutannya.4
3. Jenis ataupun Bentuk-

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

4
M. Ali Mansyur, 2012, Peran Hukum Dalam Menjawab Perkembangan Ekonomi, Makalah Disampaikan Pada
Kuliah Peranan Hukum Dalam PembangunanEkonomi, Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas
Islam Sultan Agung, Semarang, hlm.1

5
Badan Usaha Milik Negara, adalah badan usaha yang kepemilikiannya dimiliki oleh
pemerintah, dengan tujuan untuk memenuhi cita-cita dari bangsa Indonesia itu sendiri.
Dengan memiliki 2 bentuk yang masih diakui hingga sekarang, yaitu:

a. Perusahaan umum (perum) atau public Corporation


b. Perusahaan Perseroan (persero)

Dengan diaturnya BUMN ini dalam susunan Undang-Undang diharapkan nantinya BUMN
ini sendiri memiliki payung hukum yang jelas, agar dapat menjalankan tugasnya secara
maksimal.

DAFTAR PUSTAKA
Elsi Kartika Sari Sari dan Advendi Simanunsong, HUKUM DALAM EKONOMI, (Jakarta:PT
Gramedia Widiasaranaindonesia,2008) h.81

6
Ibrahim R, Prospek BUMN dan Kepentingan Umum, Penerbit PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, 1997, hal. 104

Rahayu Hartini, :BUMN PERSERO (KONSEP KEUANGAN NEGARA DAN HUKUM


KEPAILITAN DI INDONESIA), Setara Press, Jakarta, 2018, hlm 34

Ridwan Khairandy, Pokok-Pokok Hukum Dagang, FHUII Press, Yogyakarta, 2013, hlm 163

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara

Anda mungkin juga menyukai