Anda di halaman 1dari 5

TEORI HIMPUNAN | 1.

Himpunan

M. Perampatan Operasi Himpunan


Dalam teori himpunan, terdapat operasi himpunan yang melibatkan dua
himpunan atau lebih. Operasi himpunan yang melibatkan lebih dari dua
himpunan (yang lebih banyak) dapat kita melakukan perampatan
(generalisasi) dari operasi tersebut. Perampatan dari operasi tersebut
bertujuan sebagai keefesienan dalam penulisan notasi yang panjang
sehingga pembaca akan lebih memahami maksud dari operasi. Tujuan
kedua adalah sebagai bentuk kekhasan matematika yang menggunakan
simbol-simbol unik.

Beberapa operasi yang dapat dirampatkan (generlkan) dengan


menggunakan dasar perampatan yang ada pada operasi aritmatika biasa
adalah sebagai berikut.
Misal 𝐴 , 𝐴 , 𝐴 , … , 𝐴 merupakan himpunan, maka dapat dinotasikan:

Notasi lain yang dapat juga diperampatan misalnya:


𝐴 ∩ (𝐵 ∪ 𝐵 ∪ … ∪ 𝐵 = (𝐴 ∩ 𝐵 ) ∪ (𝐴 ∩ 𝐵 ) ∪ … ∪ (𝐴 ∩ 𝐵 )
akan lebih efisien jika dirampatkan menjadi: 𝐴 ∩ (⋃ 𝐵)=⋃ (𝐴 ∩ 𝐵 ).

Contoh 1.23
(i) Jika 𝐴 = {1, 3}, 𝐴 = {2, 4, } dan 𝐴 = {𝑎, 𝑏}.

30
TEORI HIMPUNAN | 1. Himpunan

Maka:
× = {(1,2𝑎), (1,2, 𝑏), (1,4,1), (1,4, 𝑏), (3,2, 𝑎), (3,2, 𝑏). (3,4, 𝑎), (3,4, 𝑏)}

N. Hukum Aljabar Himpunan


Dalam teori himpunan, terdapat sifat-sifat yang berlaku pada operasi pada
dua himpunan atau lebih. Sifat-sifat tersebut dapat dinyatakan dalam
kesamaan himpunan (set identities). Dari kesamaan tersebut disebut
dengan “hukum pada himpunan”. Hukum himpunan tersebut menyebutkan
bahwa “apabila dua himpunan atau lebih dioperasikan, maka hukum-
hukum yang mengatur operasi tersebut juga berlaku”. Dibeberapa referensi
cukupbanyak dan beraneka ragam tentang hukum yang terdapat pada
himpunan. Pada buku ini akan dibahas hukum-hukum operasi himpunan,
yang akan diapaprkan pada tabel 1.1 dibawah ini. Beberapa hukum
tersebut terdapat kemiripan pada hukum aljabar pada operasi bilanga riil,
seperti hukum distributif 𝑎(𝑏 + 𝑐) = 𝑎𝑏 + 𝑎𝑐. sehingga pada hukum
himpunan sering disebut juga “hukum aljabar himpunan”.

Tabel 1.1 Hukum-hukum Aljabar Himpunan


1. Hukum identitas: 2. Hukum null/dominasi:
 A=A  A=
 AU=A  AU=U

3. Hukum komplemen: 4. Hukum idempoten:


 A A =U  AA=A
 AA=A
 A A =
5. Hukum involusi: 6. Hukum penyerapan (absorpsi):
 A  (A  B) = A
 (A) = A  A  (A  B) = A

31
TEORI HIMPUNAN | 1. Himpunan

7. Hukum komutatif: 8. Hukum asosiatif:


 AB=BA  A  (B  C) = (A  B)  C
 AB=BA  A  (B  C) = (A  B)  C

9. Hukum distributif: 10. Hukum De Morgan:


 A  (B  C) = (A  B)  (A  C)  𝐴 ∩ 𝐵 = 𝐴̅ ∪ 𝐵
 A  (B  C) = (A  B)  (A  C)  𝐴 ∪ 𝐵 = 𝐴̅ ∩ 𝐵

11. Hukum 0/1


  =U
 U =
Pembuktian pada hukum himpunan di atas tidak diuraikan pada bahasan
ini, akan tetapi akan dibahas dan juga sebagai latihan pada bahasan lain
setelah ini (pembuktian proposisi himpunan). Perhatikan juga terdapat
kemiripan antara hukum-hukum himpunan dengan hukum-hukum logika.
Notasi pada hukum logika seperti ∧, ∨, F (false), dan T (true)
berkoresponden dengan notasi pada hukum himpunan seperti ∩, ∪, ∅, dan
𝑈. Sehingga pembuktian pada hukum himpunan hampir sama
penggunaannya yaitu menggunakan metode pembuktian yang ada di
hukum logika.

O.Prinsip Dualitas Himpunan


Prinsip dualitas banyak ditemukan dalam beberapa kegiatan atau
kehidupan. Prinsip dualitas dimaksud adalah dua konsep yang berbeda
dapat dipertukarkan namun tetap memberikan jawaban yang benar.

Misalkan:
Amerika Serikat  kemudi mobil di kiri depan
Inggris (juga Indonesia)  kemudi mobil di kanan depan
Peraturan:
(a) di Amerika Serikat,
- mobil harus berjalan di bagian kanan jalan,

32
TEORI HIMPUNAN | 1. Himpunan

- pada jalan yang berlajur banyak, lajur kiri untuk


mendahului,
- bila lampu merah menyala, mobil belok kanan boleh
langsung.

(b) di Inggris,
- mobil harus berjalan di bagian kiri jalan,
- pada jalur yang berlajur banyak, lajur kanan untuk
mendahului,
- bila lampu merah menyala, mobil belok kiri boleh langsung

Prinsip dualitas:
Konsep kiri dan kanan dapat dipertukarkan pada kedua negara
tersebut sehingga peraturan yang berlaku di Amerika Serikat
menjadi berlaku pula di Inggris.

Definisi 1.15 Prinsip Dualitas pada Himpunan


Misalkan S adalah suatu kesamaan (identity) yang melibatkan
himpunan dan operasi-operasi seperti , , dan komplemen.
Jika S* diperoleh dari S dengan mengganti   ,   ,
  U, U  , sedangkan komplemen dibiarkan seperti
semula, maka kesamaan S* juga benar dan disebut dual dari
kesamaan S.

Prinsip dualitas merupakan prinsip yang penring dalam aljabar himpunan.


Kita dapat mempergunakana prinsip ini dalam menurunkan kesamaan
himpunan lain dalam operasi ∪ dan ∩, dan himpunan ∅ dan 𝑈, atau
membuktikan dual dari kesamaan himpunan lainnya. Pada tabel dibawah
ini menunjukan bahwa hukum-hukum aljabar himpunan beberapa memiliki
dualitasnya.

33
TEORI HIMPUNAN | 1. Himpunan

Tabel 1.2 Dualitas dari Hukum-hukum Himpunan


1. Hukum identitas: Dualnya:
A=A AU =A
2. Hukum null/dominasi: Dualnya:
A= AU=U
3. Hukum komplemen: Dualnya:
A A =U A  A= 
4. Hukum idempoten: Dualnya:
AA=A AA=A
5. Hukum penyerapan: Dualnya:
A  (A  B) = A A  (A  B) = A
6. Hukum komutatif: Dualnya:
AB=BA AB=BA
7. Hukum asosiatif: Dualnya:
A  (B  C) = (A  B)  C A  (B  C) = (A  B)  C
8. Hukum distributif: Dualnya:
A  (B  C)=(A  B)  (A  C) A  (B  C) = (A  B)  (A  C)
9. Hukum De Morgan: Dualnya:

A B = A  B A B = A  B
10. Hukum 0/1 Dualnya:

= U U =

34

Anda mungkin juga menyukai