NASKAH PUBLIKASI
DIAJUKAN OLEH :
J 50010 0004
FAKULTAS KEDOKTERAN
2014
NASKAH PUBLIKASI
ABSTRAK
ABSTRACT
PENDAHULUAN
Usia muda dapat dikategorikan sejak usia 10-24 tahun, dimana dalam remaja
termasuk dalam kategori ini yaitu usia 10-19 tahun. Pada kisaran usia ini, banyak dari
mereka mulai aktif dalam pengembangan pengetahuan mengenai organ kelamin,
perbedaan kelamin, keinginan seksual dan kesehatan reproduksi (WHO, 2010).
Fenomena seks bebas di Indonesia semakin memprihatinkan. Data dari hasil
survey (Komisi Perlindungan Anak Indonesia) KPAI di 33 provinsi dari Januari
sampai Juli 2008 menunjukan 62,7% remaja SMP tidak perawan. (Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional) BKKBN tahun 2009 menyebutkan hal yang sama
bahwa terdapat 22,6% remaja menganut seks bebas. Yayasan (Diskusi Kelompok
Terarah) DKT menyatakan bahwa 89% remaja tidak setuju adanya seks pranikah,
namun kenyataan yang terjadi di lapangan 82% remaja punya teman yang melakukan
seks pranikah ( Arliani, 2013).
Data yang terhitung secara kumulatif pada tahun 2012, kasus HIV dan AIDS
di Indonesia sejak 1 April 1987 sampai dengan 31 Desember 2012, yaitu sebanyak
98.390 (HIV) dan 45.499 (AIDS). Kasus ini memiliki jumlah kumulatif penderita
AIDS berdasarkan umur pada usia remaja sebanyak 1.408 dari total 45.499. Hasil
tersebut merupakan total terbanyak kedua setelah usia dewasa muda sebanyak
15.093. Data mengenai jumlah kumulatif kasus HIV dan AIDS berdasarkan provinsi,
DKI Jakarta menempati prevalensi provinsi tertinggi penderita HIV dan AIDS
sebanyak 22.925 dan 6.299. Jawa Tengah memiliki prevalensi yang cukup tinggi juga
sebanyak 4.641 (HIV) dan 2.815 (AIDS) (Ditjen PP & PL Kemenkes RI, 2012).
Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi sangatlah diperlukan oleh
masyarakat, khususnya masa remaja. Usia remaja muda dapat dikategorikan sejak
usia 10-24 tahun, dimana dalam remaja termasuk dalam kategori ini yaitu usia 10-19
tahun. Dalam kisaran usia ini, banyak dari mereka yang mulai aktif dalam
mengembangkan pengetahuan tentang organ kelamin, perbedaan kelamin, keinginan
seksual dan kesehatan reproduksi (WHO, 2010).
Data tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi di Jawa Tengah pada tahun
2010 khususnya di Semarang, tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi
menunjukkan 43,22 persen memiliki pengetahuan rendah, 37,28 persen memiliki
pengetahuan cukup, dan 19,50 persen memiliki pengetahuan yang memadai (PKBI,
2010).
Kesenjangan antara tingginya insidensi masalah kesehatan reproduksi dan
rendahnya tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi yang terjadi pada kasus ini,
menunjukkan pentingnya pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja sejak dini.
Pengetahuan kesehatan reproduksi ini dapat diperoleh melalui pendidikan tentang
kesehatan reproduksi. Penyuluhan dengan media elektronik video adalah salah satu
media pendidikan yang dapat digunakan untuk memerangi masalah ini (Pusat
Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia, 2008).
Rumusan Masalah
Adakah pengaruh penyuluhan kesehatan reproduksi melalui media elektronik
video terhadap tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi pada siswa SMP Negeri 9
Surakarta ?
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan kesehatan reproduksi melalui media
elektronik video terhadap tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi pada siswa SMP
Negeri 9 Surakarta.
METODE PENELITIAN
Penelitian quasi experimental dengan rancangan penelitian one group pre test
post test design ini dilakukan di SMP Negeri 9 Surakarta pada bulan September 2013
sampai dengan Januari 2014. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah Non
Probability Sample dengan populasi penelitian adalah siswa dan siswi SMP Negeri 9
Surakarta memiliki beberapa kriteria inklusi yaitu; 1) Siswa dan siswi kelas VIII di
SMP Negeri 9 Surakarta, 2) Memahami bahasa Indonesia, 3) Sehat jasmani dan
rohani, 4) Bersedia untuk diberi penyuluhan. Kriteria inklusi meliputi Siswa dan
Siswi yang tidak melengkapi data kuesioner serta yang sudah pernah mengikuti
penyuluhan kesehatan reproduksi melalui media elektronik video.
N Mean Median
Pengetahuan
sebelum 55 77,47 80
penyuluhan
Pengetahuan
setelah 55 93,42 97
penyuluhan
Pengetahuan 20
hari setelah 55 89,93 90
penyuluhan
PEMBAHASAN
Hasil data penelitian ini menggunakan uji Friedman. Pertama-tama dilakukan
uji normalitas untuk menentukan distribusi data normal atau tidak. Hasil uji
normalitas menunjukkan hasil tidak normal maka dilanjutkan dengan uji
nonparametrik yaitu uji Friedman. Menurut Dahlan (2012) proses transformasi data
untuk mengupayakan agar distribusi menjadi normal tidak berhasil sehingga syarat
untuk uji repeated ANOVA tidak terpenuhi maka diambil kesepakatan untuk
menggunakan uji Friedman. Adapun persyaratan uji repeated ANOVA yaitu
disribusi data haruslah normal dan responden <50 orang.
Penelitian ini dilakukan pada siswa SMP kelas VIII agar diharapkan
responden berada pada kisaran usia yang sama yaitu 13 - 14 tahun. Penelitian ini
mengambil 55 responden dengan jumlah laki-laki sebanyak 25 anak dan jumlah
perempuan sebanyak 30 anak.
Menurut Kirby, Laris dan Rolerri (2007) pada jurnalnya mengatakan paparan
informasi sebelum penyuluhan dan lingkungan pergaulan atau kelompok sebaya
dapat mempengaruhi terhadap nilai pengetahuan sasaran. Terlihat dari hasil penelitian
ini nilai responden pada pre test sudah memiliki rata-rata diataas 70 menandakan
mereka sudah tidak tabu mengenai informasi kesehatan reproduksi.
Menurut Bhakti (2010), penyuluhan adalah salah satu faktor yang
mempengaruhi meningkatnya kemampuan kognitif seseorang. Penyuluhan
memberikan rangsangan sebagai objek harus diingat kembali sekaligus juga
memberikan input baru yang menambahkan atau meluruskan memori yang telah
disimpan. Pendidikan seksual merupakan cara pengajaran atau pendidikan yang dapat
menolong muda - mudi untuk menghadapi masalah hidup yang bersumber pada
dorongan seksual. Hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmayanti
(2013) mengenai pengaruh penyuluhan kesehatan reproduksi remaja di SMP Negeri 2
Ungaran terdapatnya kenaikan antara sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan.
Kemudian setelah 20 hari diberikan post test kedua untuk melihat
perbandingannya. Hasil nilai post test setelah 20 hari sebesar 89,93 lebih rendah
dibandingkan nilai post test setelah diberikan paparan penyuluhan. Menurut Desmita
(2010), informasi data disimpan secara lebih permanen didalam otak tetapi dalam
penyimpanan ini diperlukan berbagai strategi kognitif, seperti melatih informasi
secara berulang - ulang atau mengorganisirnya dalam kelompok yang dikenal.
Namun hasil post test setelah 20 hari masih lebih tinggi dibandingkan nilai
pre test. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Piaget (2011), remaja yang sudah
mencapai tahap operasi formal telah mampu melakukan penalaran hipotesis –
deduktif. Semakin kemampuan kognitif mereka baik, maka perilaku mereka juga
akan baik pula. Hasil penelitian ini serupa dengan hasil penelitian lain yang sejenis di
SMP Kristen Gergaji dimana terdapat peningkatan pengetahuan setelah diberikan
penyuluhan mengenai kesehatan reproduksi ( Benita, 2013).
Kekurangan dari penelitian ini adalah tidak adanya kelompok pembanding
yang tidak diberikan perlakuan atau paparan penyuluhan. Penelitian ini mempunyai
kelebihan dengan metode penelitannya one group pre test-post test design sehingga
dapat dibandingkan tingkat pengetahuan sebelum paparan penyuluhan dan setelah
paparan penyuluhan. Pemilihan sampel diambil dari kelas VIII yang mampu
mewakili gambaran karakteristik remaja awal / early adolescent.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisa data dan pembahasan mengenai penelitian pengaruh
penyuluhan kesehatan reproduksi melalui media elektronik video di SMP Negeri 9
Surakarta, maka dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat pengaruh penyuluhan
melalui media elektronik video terhadap tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi
pada siswa SMP Negeri 9 Surakarta dengan nilai p = 0,000 .
SARAN
1. Bagi peneliti selanjutnya
a. Diharapkan penelitian ini berguna sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya
mengenai tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi pada siswa SMP
sehingga penelitian ini dapat lebih sempurna.
b. Diharapkan peneliti selanjutnya dapat mengembangkan metode penyuluhan
melalui media elektronik video dengan tambahan kelompok pembanding
sehingga mengurangi faktor perancu pada hasil penelitian.
2. Bagi Sekolah
Diharapkan sekolah dapat memberikan edukasi atau pendidikan mengenai
kesehatan reproduksi secara rutin kepada siswa dan siswinya agar mereka tetap
mempertahankan pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi.
3. Bagi siswa dan siswi SMP
Diharapkan agar siswa dan siswi agar selalu mempelajari pendidikan kesehatan
reproduksi agar dapat mempertahankan dan menciptakan perilaku reproduksi
yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Kirby D.B., Laris B.A., Rolleri L.A., 2007. Sex and HIV Education Programs : their
impact on sexual behaviors of young people throughout the world. Jurnal of
Adol Health.
World Health Organization, 2010. The World Health Report - Health Systems
Financing: The Path To Universal Coverage. Diunduh dari
http://www.who.int/whr/2010/en/ pada tanggal 05 Juli 2013.